• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM INDEKS CGPI PERIODE 2012-2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM INDEKS CGPI PERIODE 2012-2014."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA

KEUANGAN PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM INDEKS CGPI PERIODE 2012-2014

SKRIPSI

Oleh:

I.B MADE PUNIAYASA NIM : 1215251101

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

i

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, STRUKTUR

KEPEMILIKAN DAN MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM INDEKS CGPI

PERIODE 2012-2014

SKRIPSI

Oleh:

I.B MADE PUNIAYASA NIM : 1215251101

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

(3)

ii

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 23 Juni 2016

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua : Drs. I Ketut Mustanda, MM ...

2. Sekretaris : Nyoman Triaryati, SE, MSi ...

3. Anggota : Sayu Ketut Sutrisna Dewi, SE, MM, Ak ...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen

(Dr. I.G.A Ketut Giantari, SE., M.Si) NIP. 196110021986012002

Pembimbing

(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di

dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang

lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat

unsur-unsur plagiat, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Denpasar, 23 Juni 2016 Mahasiswa,

M ATERAI 6000

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance, Struktur Kepemilikan Dan Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang Masuk Dalam Indeks CGPI Periode 2012-2014”. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1) Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

2) Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

3) Ibu Dr. I Gst Ayu Ketut Giantari, SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

4) Bapak Agoes Ganesha Rahyuda, SE. MT., Ph.D selaku Sekretaris Jurusan

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

5) Bapak Drs. Ketut Suardika Natha, M.Si, dan Bapak Drs. I Made Jember, M.Si

selaku Ketua dan Sekretaris Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana.

6) Ibu Ni Made Rastini, SE., MM selaku Koordinator Jurusan Manajemen

Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dan dosen

(6)

v

7) Nyoman Triaryati, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing Skripsi yang telah

berkenan meluangkan waktunya dan dengan sabar telah memberikan bimbingan

dan masukan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8) Keluarga tercinta yang selalu memberikan, semangat, fasilitas, motivasi, dan

doa yang tulus selama penulis menempuh kuliah serta dalam proses

penyusunan skripsi ini.

9) Teman-teman seperjuangan di Program Ekstensi dan lain-lain yang selalu

memberikan semangat, saran dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini.

10) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

motivasi dan semangat selama penyusunan skipsi ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini perlu penyempurnaan lebih

lanjut. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaaan skripsi

ini, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 23 Juni 2015

(7)

vi

Judul : Pengaruh Good Corporate Governance, Struktur Kepemilikan dan Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang Masuk Dalam Indeks CGPI Periode 2012-2014

Nama : I.B Made Puniayasa NIM : 1215251101

Abstrak

Penilaian kinerja pada perusahaan yang akan menjadi sasaran investasi penting untuk dilakukan agar investor dapat memperkirakan tingkat pengembalian yang diharapkan dalam investasinya. Bagi investor, semakin baik kinerja keuangan perusahaan maka semakin tinggi pula return yang diperoleh investor jika menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, di antaranya good corporate governance, kepemilikan insitusional, kepemilikan manajerial dan modal intelektual. Dilatarbelakangi perbedaan hasil penelitian terhadulu, penelitian akan menguji pengaruh good corporate governance, kepemilikan insitusional, kepemilikan manajerial dan modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan di Bursa Efek Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah 49 perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI selama 2012-2014. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling, sampel akhir yang didapatkan adalah 10 perusahaan. Metode pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan bantuan aplikasi SPSS 21 for windows.

Hasil analisis menunjukkan bahwa good corporate governance tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan modal intelektual berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERN YATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGAN TAR ... iv

ABSTRAK... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR. ... xi

DAFTAR LAMPIRAN. ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.5 Sistematika Penulisan……….... ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka... 14

2.1.1 Teori Investasi. ... 14

2.1.2 Kinerja Keuangan Perusahaan ... 15

2.1.3 Pengukur Kinerja Keuangan Perusahaan... 16

2.1.4 Teori Keagenan... 18

(9)

viii

2.1.5.1 Pengertian Good Corporate Governance ... 20

2.1.5.2 Manfaat Good Corporate Governance ... 23

2.1.5.3 Corporate Governance Perception Index... 24

2.1.6 Struktur Kepemilikan... 25

2.1.6.1 Kepemilikan Institusional ... 27

2.1.6.2 Kepemilikan Manajerial ... 28

2.1.7 Modal Intelektual ... 29

2.1.8 Value Added Intellectual Coefficient (VAICT M)... 30

2.1.8.1 Capital Employed Efficiency Coefficient ... 32

2.1.8.2 Structural Capital Efficiency Coefficient... 33

2.1.8.3 Human Capital Efficiency Coefficient ... 34

2.2 Hipotesis Penelitian... 34

2.2.1 Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ... 34

2.2.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ... 35

2.2.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ... 36

(10)

ix

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.9 Teknik Analisis Data... 46

3.9.1 Analisis Linier Berganda ... 46

3.9.2 Uji Asumsi Klasik... 47

3.9.3 Uji Kelayakan Model... 49

3.9.4 Pengujian Hipotesis Penelitian (Uji t) ... 50

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umun Subjek Penelitian ... 52

4.2 Deskripsi Variabel Penelitian ... 53

4.3 Uji Asumsi Klasik... 56

4.6.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ... 66

(11)

x

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Perkembangan Return On Equity (ROE) pada Perusahaan di Bursa Efek

Indonesia ... 3

4.1 Hasil Statistik Deskriptif... 54

4.2 Hasil Uji Normalitas. ... 57

4.3 Hasil Uji Multikolinieritas. ... 58

4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 59

4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 60

4.6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 61

4.7 Hasil Uji Kelayakan Model ... 63

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1 Daftar Sampel………. 82

2 Data Dasar………..… 85

3 Hasil Analisis Deskriptif……… 90

4 Uji Asumsi Klasik.………..……… 91

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan sejumlah dana selama

periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan atau

peningkatan nilai investasi di masa yang akan datang. Tujuan utama yang akan

dicapai dalam kegiatan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan serta

meningkatkan kesejahteraan investor di masa yang akan datang. Hal yang perlu

diperhatikan oleh calon investor sebelum melakukan investasi adalah memastikan

bahwa apakah investasi tersebut akan mampu memberikan tingkat pengembalian

(rate of return) yang diharapkan.

Penilaian kinerja pada perusahaan yang akan menjadi sasaran investasi

penting dijadikan sumber informasi untuk mengetahui kemampuannya

menghasilkan tingkat pengembalian yang diharapkan investor. Kemampuan

perusahaan untuk meningkatkan atau memaksimalkan kekayaan para pemegang

sahamnya dapat diketahui dari penilaian kinerja. Investor menilai, semakin baik

kinerja keuangan perusahaan maka semakin tinggi pula return yang diperoleh

investor jika menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut (Candradewi,

2015).

Kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan

mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya (IAI, 2007:3). Kinerja perusahaan

(15)

2

buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja

dalam suatu periode tertentu. Hal tersebut juga berguna sebagai bahan dasar

pengambilan keputusan baik bagi pihak internal maupun eksternal. Kinerja

keuangan perusahaan yang baik, stabil dan cenderung meningkat akan senantiasa

disenangi oleh para investor sedangkan perusahaan yang memiliki kinerja buruk,

tidak stabil serta profit yang cenderung menurun tidak akan dilirik oleh investor

(Nugroho, 2014).

Penilaian kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio

keuangan yaitu rasio profitabilitas, likuiditas, aktivitas dan leverage. Rasio

keuangan menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau

ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan (Wiagustini, 2010:76).

Penentukan kebijakan dan keputusan investor cenderung menggunakan rasio

profitabilitas dibandingkan dengan rasio lainnya karena rasio profitabilitas dapat

memberikan gambaran tingkat keuntungan yang akan didapat dari investasinya.

Rasio Profitabilitas yang dijadikan acuan pengambilan keputusan untuk

berinvestasi oleh investor adalah Return on Equity (ROE) karena dapat mengukur

efektivitas penggunaan modal yang telah diinvestasikan oleh investor (Baroroh,

2013). Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang saham

(Mardiyanto, 2009:196). ROE digunakan untuk mengkaji sejauh mana suatu

perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mendapatkan laba

(16)

3

Beberapa tahun terakhir kinerja keuangan perusahaan di Bursa Efek

Indonesia yang dicerminkan dalam Return on Equity (ROE) terus mengalami

penurunan. Secara rinci besarnya Return on Equity (ROE) dapat dilihat pada

Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Perkembangan Return on Equity (ROE) Pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia

menunjukan bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan ROE mengalami

penurunan dari tahun 2011 sampai 2014.

Pentingnya penilaian kinerja perusahaan dengan melakukan analisis terhadap

laporan keuangan telah memicu pemikiran para pemimpin perusahaan bahwa

mengelola suatu perusahaan di era modern dengan perkembangan teknologi yang

pesat menjadi hal yang sangat komplek. Semakin komplek aktivitas pengelolaan

(17)

4

perusahaan (Corporate Governance) untuk memastikan bahwa manajemen

perusahaan berjalan dengan baik (Wijayanti, 2012).

Good corporate gorvernance diperlukan untuk mendukung peningkatan

kinerja keuangan dalam perusahaan (Indarti, 2013). Corporate governance

merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang

saham, pengurus (pengelolaan) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan

serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak

– hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur

dan mengendalikan perusahaan (FCGI, 2002 dalam Luhgianto, 2010). Isu

mengenai corporate governance mulai menjadi pembahasan yang penting

khususnya yaitu setelah Indonesia mengalami masa krisis yang berkepanjangan

sejak tahun 1998. Banyak pihak yang mengatakan bahwa lamanya proses

perbaikan masalah krisis yang terjadi di Indonesia disebabkan karena sangat

lemahnya corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan di Indonesia.

Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor mulai memberikan perhatian

yang cukup signifikan dalam praktek corporate governance.

Sistem corporate governance dapat memberikan perlindungan yang efektif

bagi para pemegang saham dan kreditor sehingga dapat memberikan keyakinan

bahwa akan memperoleh return yang baik atas dana yang telah diinvestasikan.

Mekanisme corporate governance yang baik akan memberikan perlindungan

kepada para pemegang saham dan direktur untuk memperoleh kembali atas

(18)

5

manajemen bertindak sebaik yang dapat dilakukannya untuk kepentingan

perusahaan (Danu, 2012).

Prasinta (2012) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh penerapan good corporate governance terhadap kinerja keuangan

perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan good

corporate governance berpengaruh positif terhadap ROE. Penelitian yang

dilakukan Usiati (2012) juga menunjukkan bahwa good corporate gorvernance

berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Penerapan good corporate

governance membuat perusahaan lebih efisien sehingga perusahaan berpeluang

menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Good corporate gorvernance

berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost) dan

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Semakin tinggi penerapan corporate

governance yang diukur oleh Corporate Governance Perception Indeks (CGPI)

maka semakin tinggi pula tingkat ketaatan perusahaan dan menghasilkan kinerja

keuangan perusahaan yang baik (Indarti, 2013).

Penelitian lain yang dilakukan Sekaredi (2011) yang meneliti mekanisme

good corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan menemukan

bahwa mekanisme corporate governance berpengaruh positif tidak signifikan

terhadap kinerja keuangan perusahaan. Agustiar (2014) juga meneliti pengaruh

good corporate governance terhadap Return on Equity (ROE). Hasilnya adalah

good corporate governance tidak berpengaruh signifikan terhadap Return on

Equity (ROE). Hal ini disebabkan karena penerapan good corporate governance

(19)

6

seperti ROE hanya bertujuan pada jangka pendek saja sehingga akan sulit diukur

jika dalam satu periode akuntasi saja.

Faktor lain yang mendasari kontribusi peningkatan kinerja keuangan

perusahaan adalah struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan adalah komposisi

pemegang saham dalam suatu perusahaan yang dihitung berdasarkan jumlah

saham yang dimiliki dibagi dengan seluruh saham yang ada. Proporsi dalam

kepemilikan ini akan menentukan jumlah mayoritas dan minoritas kepemilikan

saham dalam perusahaan (Abdurrahman, 2005).

Menurut teori keagenan struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme

untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham

(Faisal, 2005). Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua

mekanisme utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan (Jensen,

1976). Kepemilikan institusional merupakan persentase saham institusi ini yang

dimiliki oleh perusahaan lain baik yang berada di dalam maupun di luar negeri

serta saham pemerintah dalam maupun luar negeri (Sam’ani, 2008). Kepemilikan

manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang

diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (Sujono

dan Soebiantoro, 2007).

Hasil penelitian Nur’aeni (2010) menunjukkan bahwa kepemilikan

institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini

disebabkan karena semakin besar kepemilikan institusional maka semakin besar

pula kekuatan suara dan dorongan pihak institusi untuk mengawasi manajemen

(20)

7

kinerja keuangan perusahaan. Kepemilikan institusional bertindak sebagai pihak

yang memonitor perusahaan pada umumnya dan manajer sehingga pengelola

perusahaan pada khususnya investor institusional akan memantau secara

profesional perkembangan investasi yang ditanamkan pada perusahaan dan

memiliki tingkat pengendalian yang tinggi terhadap tindakan manajemen. Hal ini

memperkecil potensi manajemen untuk melakukan kecurangan, dengan demikian

maka dapat menyelaraskan kepentingan manajemen dan kepentingan stakeholders

lainnya untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan (Sabrinna, 2010).

Penelitian lainnya dari Hapsoro (2008) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan disebabkan

karena ikut sertanya pemilik mayoritas institusi dalam pengendalian perusahaan

sehingga terdapat celah untuk bertindak sesuai kepentingannya walaupun harus

mengorbankan kepentingan pemilik minoritas. Kepemilikan institusional lebih

memiliki risiko yang tinggi, sehingga kepemilikan institusional cenderung

bertindak untuk kepentingan mereka sendiri dengan mengorbankan kepentingan

minoritas dan membuat ketidakseimbangan dalam penentuan arah kebijakan

perusahaan yang pada akhirnya hanya menguntungkan pemegang mayoritas

(Indarti, 2013).

Penelitian terdahulu mengenai kepemilikan manajerial yang dilakukan oleh

Gil dan Obradovich (2012) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Besar kecilnya jumlah

kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya

(21)

8

meningkatnya proporsi kepemilikan manajerial maka akan semakin baik kinerja

keuangan perusahaan. Manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya

yang juga merupakan keinginan dari para pemegang saham (Faisal, 2005).

Berbeda dengan Wiranata (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini

disebabkan karena kepemilikan manajerial terlalu rendah proporsi

kepemilikannya sehingga kinerja manajer dalam mengelola perusahaan kurang

optimal dan manajer sebagai pemegang saham minoritas belum dapat

berpartisipasi aktif dalam membuat suatu keputusan di perusahaan. Rasa memiliki

manajer atas perusahaan sebagai pemegang saham tidak cukup mampu membuat

perbedaan dalam pencapaian kinerja dibandingkan dengan manajer murni sebagai

tenaga profesional yang digaji perusahaan (Christiawan dan Tarigan, 2007).

Perkembangan teknologi yang semakin pesat dan persaingan yang semakin

ketat memaksa perusahaan untuk mengubah cara berbisnis mereka dari

berdasarkan pada tenaga kerja menuju pada bisnis berdasarkan ilmu pengetahuan

(Solikhah et al., 2010). Perkembangan berbagai perusahaan yang dikendalikan

oleh informasi dan pengetahuan membawa sebuah peningkatan perhatian pada

intellectual capital (IC) atau modal intelektual (Daud, 2008). Secara umum modal

intelektual dapat didefinisikan sebagai jumlah dari apa yang dihasilkan oleh tiga

elemen utama organisasi (human capital, structural capital, customer capital)

yang berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi serta dapat memberikan nilai

lebih bagi perusahaan berupa keunggulan bersaing dari suatu perusahaan

(22)

9

Modal intelektual yang dimiliki perusahaan dapat menciptakan nilai tambah

yang memberikan suatu keunggulan kompetitif dibandingkan dengan para

kompetitornya, sehingga hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan penjualan.

Penggunaan IC secara baik dan benar bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara

menggunakan sumber daya lain yang dimiliki perusahaan secara efisien dan

ekonomis. Penggunaan sumber daya perusahaan secara efisien dan ekonomis

dapat memperkecil biaya-biaya yang terjadi (Puspitasari, 2014).

Adanya efisiensi dalam penerapan modal intelektual mampu menciptakan

produktivitas yang tinggi bagi para pegawai. Produktivitas inilah yang akan

mampu membawa perusahaan untuk mencapai kinerja keuangan yang lebih baik.

IC merupakan sumberdaya yang terukur untuk peningkatan competitive

advantages, maka IC akan memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan

perusahaan (Abdolmohammadi, 2005).

Gan dan Saleh (2008) telah membuktikan secara empiris bahwa modal

intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Puspitasari

(2014) melakukan studi tentang modal intelektual dengan menggunakan sampel

perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan

bahwa modal intelektual yang diukur dengan Value Added Intellectual Coeficient

(VAICT M) terbukti secara statistik berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Untara (2014), Iswati dan

Anshori (2007) dan Sianipar (2009) juga menunjukkan adanya pengaruh yang

signifikan antara Value Added Intellectual Capital (VAICT M) dengan kinerja

(23)

10

Kuryanto (2008) yang menunjukkan tidak ada pengaruh positif antara modal

intelektual dengan kinerja keuangan perusahaan.

Dari fenomena penurunan Return on Equity (ROE) perusahaan di Indonesia

dan perbedaan hasil penelitian mengenai pengaruh good corporate governance,

struktur kepemilikan dan modal intelektual terhadap ROE maka penelitian ini

akan meneliti pengaruh antara good corporate governance, struktur kepemilikan

dan modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan yang masuk dalam

indeks CGPI.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan , maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1) Apakah good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI ?

2) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI ?

3) Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI ?

4) Apakah modal intelektual berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

(24)

11

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui pengaruh signifikan good corporate governance terhadap

kinerja keuangan perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI.

2) Untuk mengetahui pengaruh signifikan kepemilikan institusional terhadap

kinerja keuangan perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI.

3) Untuk mengetahui pengaruh signifikan kepemilikan manajerial terhadap

kinerja keuangan perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI.

4) Untuk mengetahui pengaruh signifikan modal intelektual terhadap kinerja

keuangan perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI.

1.4 Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan bukti empirik dalam bidang ilmu

manajemen keuangan, khususnya dalam aspek kinerja keuangan perusahaan

serta yang terkait dengan good corporate governance, struktur kepemilikan

dan modal intelektual.

2) Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

bagi pihak manajemen dalam merumuskan kebijakan terhadap kinerja

(25)

12

1.5 Sistematika Penulisan

Sebagai arahan dalam memahami skripsi ini, penulis menggunakan

sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah

penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Dalam bab ini diuraikan mengenai konsep atau teori yang relevan

antara kinerja keuangan perusahaan, good corporate governance,

struktur kepemilikan dan modal intelektual, penelitian terdahulu

dan perumusan hipotesis.

Bab III : Metode Penelitian

Dalam bab ini diuraikan mengenai desain penelitian, lokasi atau

ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi

variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data,

populasi dan sampel, metode penentuan sampel, metode

pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan.

Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran umum perusahaan

perbankan yang diteliti, deskripsi hasil penelitian dan

(26)

13

Bab V : Simpulan dan Saran

Dalam bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dari permasalahan

yang dibahas serta saran-saran yang dipandang perlu atas

(27)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Investasi

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang

dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa

datang (Tandelilin, 2010:2). Husnan (2006:3) mendefinisikan investasi sebagai

penggunaan uang dengan maksud memperoleh penghasilan. Investasi merupakan

penanaman modal di dalam perusahaan dengan tujuan agar kekayaan suatu

korporasi atau perusahaan bertambah.

Tujuan dari investasi adalah mendapatkan suatu tingkat pendapatan yang

diharapkan di masa datang dengan mengorbankan kekayaan saat ini. Tujuan dari

investasi menurut Tandelilin (2010:8) adalah :

1) Untuk mendapatkan kehidupan yang layak di masa depan.

2) Mengurangi tekanan inflasi.

3) Dorongan untuk menghemat pajak.

Investasi dapat mencerminkan pertumbuhan perusahaan dalam menjalankan

aktivitas ekonomi dan bisnis. Pengambilan keputusan mengenai investasi

biasanya sulit karena memerlukan penilaian atas situasi di masa yang akan datang

yang tidak mudah diramal karena adanya faktor ketidakpastian di masa depan

(Ayuningtyas, 2013). Manajer keuangan harus membantu perusahaan untuk

(28)

15

banyak yang akan diinvestasikan dalam tiap proyek. Keputusan investasi ini

disebut juga keputusan penganggaran modal karena sebagian besar perusahaan

mempersiapkan anggaran tahunan yang terdiri dari investasi modal yang disahkan

(Brealey, 2007:4).

Investasi yang dilakukan perusahaan seringkali memberikan peluang bagi

perusahaan untuk meningkatkan keunggulan bersaingnya. Peluang investasi yang

dilakukan dengan pertimbangan yang tepat dapat semakin meningkatkan kinerja

perusahaan. Sebaliknya, peluang investasi yang tidak dimanfaatkan secara tepat

justru akan menyebabkan penurunan kinerja bagi perusahaan (Soejono, 2010).

2.1.2 Kinerja Keuangan Perusahaan

Di dalam perusahaan terdapat tujuan tertentu yang akan dicapai untuk

memenuhi keinginan dari semua anggotanya. Penilaian tujuan perusahaan akan

mempertimbangan aspek-aspek dalam manajemen sehingga menjadi tidak mudah

untuk dilakukan. Salah satu cara untuk menilai apakah perusahaan menjalankan

operasinya sesuai dengan tujuan perusahaan adalah dengan melihat kinerja

keuangan perusahaan tersebut.

Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan

kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Bagi

investor informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan untuk

melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan

tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk

(29)

16

secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang baik (Munawir,

2008:53).

Penilaian kinerja keuangan perusahaan bertujuan untuk mengevaluasi kinerja

keuangan perusahaan dengan membandingkan kinerja keuangan perusahaan

sebelumnya dengan sekarang. Penilaian kinerja juga dapat memotivasi karyawan

dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan mematuhi standar yang sudah

ditetapkan. Standar perusahaan dapat berupa kebijakan manajemen dan rencana

yang dimuat dalam anggaran perusahaan.

Untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan diperlukan analisis rasio

keuangan. Analisis rasio adalah suatu teknik analisis yang menghubungkan antara

satu pos dengan pos lainnya baik dalam neraca atau rugi laba maupun kombinasi

dari kedua laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan.

Tujuan dari analisis ini adalah memberikan informasi atau interpretasi mengenai

kinerja yang dicapai perusahaan (Wiagustini, 2010:37).

2.1.3 Pengukur Kinerja Keuangan Perusahaan

Setiap manajemen dalam perusahaan memiliki tujuan utama yaitu untuk

memaksimalkan nilai investasi yang sudah ditanamkan oleh investor.

Keberhasilan manajemen dapat diukur dengan menganalisa laporan keuangan

perusahaan. Laporan keuangan akan melaporkan posisi perusahaan pada satu titik

waktu tertentu di dalam neraca dan operasinya selama suatu periode di masa lalu

di dalam laporan laba rugi. Dari sudut pandang seorang investor, meramalkan

masa depan adalah hakikat dari analisis laporan keuangan sedangkan dari sudut

(30)

17

mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan maupun sebagai titik awal untuk

melakukan perencanaan langkah-langkah yang akan meningkatkan kinerja

keuangan perusahaan di masa mendatang (Brigham, 2009:94).

Rasio-rasio keuangan dapat menjadi alternatif yang tepat untuk mengukur

kinerja keuangan perusahaan. Rasio keuangan adalah petunjuk yang menuntun

manajemen sebuah perusahaan menetapkan berbagai target standar. Rasio

keuangan sangat membantu para manajer keuangan dalam menetapkan strategi

jangka panjang yang menguntungkan serta dalam membuat keputusan jangka

pendek yang efektif (Wiagustini, 2010:37).

Terdapat lima rasio keuangan perusahaan yaitu rasio profitabilitas, rasio

solvabilitas, rasio aktivitas, rasio pasar dan rasio likuiditas. Dalam mengukur

kinerja keuangan perusahaan analisis profitabilitas dapat digunakan karena

berorientasi pada efektivitas perusahaan dalam memaksimalkan keuntungan

dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Menurut Kasmir (2011:196) rasio

profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

mencari keuntungan.

Menurut Brigham (2009:91) Return on Equity (ROE) adalah rasio laba bersih

terhadap ekuitas saham biasa, mengukur tingkat pengembalian atas investasi

pemegang saham. Adapun pengertian ROE menurut Syamsuddin (2003:64)

adalah suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para

pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.

ROE secara jelas mengukur keuntungan perusahaan bagi pemilik saham biasa.

(31)

18

perusahaan dimana disalurkan ke pemilik modal sehingga dengan semakin tinggi

return atau penghasilan yang diperoleh akan semakin baik pula kedudukan

pemilik perusahaan.

Return on Equity (ROE) memperlihatkan kemampuan untuk menghasilkan

laba atas investasi bedasarkan nilai buku para pemegang saham, dan seringkali

digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah

industri yang sama. ROE yang tinggi mengindikasikan penerimaan perusahaan

atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif.

2.1.4 Teori Keagenan

Dalam perekonomian modern, manajemen, dan pengelolaan perusahaan

semakin banyak dipisahkan dari kepemilikan perusahaan. Hal ini sejalan

dengan teori keagenan yang menekankan pentingnya pemilik perusahaan

(pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga -

tenaga profesional (agents) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis

sehari-hari. Tujuan dari dipisahkannya pengelolaan dari kepemilikan

perusahaan, yaitu agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang

semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin dengan dikelolanya

perusahaan oleh tenaga-tenaga profesional. Semakin besar perusahaan yang

dikelola memperoleh laba semakin besar pula keuntungan yang didapatkan

agents. Sementara pemilik perusahaan (pemegang saham) hanya bertugas

mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang dikelola oleh manajemen

(32)

19

memastikan bahwa mereka bekerja demi kepentingan perusahaan (Adrian

Sutedi, 2011:13).

Salah satu asumsi utama dari teori keagenan bahwa tujuan principal dan

tujuan agen yang berbeda dapat memunculkan konflik karena manajer perusahaan

cenderung untuk mengejar tujuan pribadi, hal ini dapat mengakibatkan

kecenderungan manajer untuk memfokuskan pada proyek dan investasi

perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi dalam jangka pendek daripada

memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham melalui investasi di

proyek-proyek yang menguntungkan jangka panjang.

Teori keagenan dilandasi oleh tiga asumsi sifat manusia menurut Eisenhardt

(1989) yaitu :

1) Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest).

2) Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang

(bounded rationality).

3) Manusia selalu menghindari resiko (risk averse).

Konflik keagenan dapat dimininalkan jika posisi manajemen yang juga

berperan sebagai pemegang saham dapat dilakukan dengan melakukan

pengawasan dan pemantauan. Pengawasan dan pemantauan dalam mengurangi

konflik akan menimbulkan biaya yang disebut agency cost.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) terdapat 3 jenis agency cost :

1) Monitoring Cost yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membatasi

penyimpangan yang dilakukan oleh manajer dengan cara memonitor kegiatan

(33)

20

2) Bonding Cost yaitu biaya yang dikeluarkan oleh agent untuk menetapkan dan

mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent akan bertindak untuk

kepentingan principal.

3) Residual Cost merupakan biaya pengorbanan berupa berkurangnya

kemakmuran principal diakibatkan oleh perbedaan keputusan antara agent dan

principal.

2.1.5 Good Corporate Governance

2.1.5.1 Pengertian Good Corporate Governance

Masalah utama yang mendasari penerapan corporate governance adalah

adanya pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan atau

disebut dengan masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya

antara pemilik modal dengan manajer adalah sulitnya pemilik dalam memastikan

bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek

yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return, sehingga

dibutuhkan corporate governance untuk mengurangi permasalahan keagenan

antara pemilik dan manajer (Macey dan O’Hara, 2003). Good corporate

governance terkait dengan pengambilan keputusan yang efektif dengan

membangun kultur organisasi, sistem, proses, kebijakan, nilai-nilai dan struktur

organisasi dengan tujuan mencapai bisnis yang efisien, efektif dan

menguntungkan dalam mengelola resiko dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan kepentingan stakeholder (Wilamarta, 2002:37)

Menurut Aldridge dan Sutojo (2008:1) kata governance diambil dari kata

(34)

21

ilmu manajemen bisnis kata tersebut diadaptasi menjadi corporate

governance yang artinya sebagai upaya mengarahkan dan mengendalikan

kegiatan organisasi termasuk perusahaan. Good corporate governance

merupakan seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan

untuk menciptakan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan. Hal ini

disebabkan karena GCG dapat mendorong terbentuknya pola kerja

manajemen yang bersih, transparan dan profesional. Implementasi

prinsip-prinsip GCG secara konsisten di perusahaan akan menarik minat para investor

(Effendi 2009:2).

Forum for Corporate Governance in Indonesia (2016) mendefinisikan

corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan

antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,

pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eskternal

lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata

lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance

ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan

(stakeholder).

Jadi dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa good corporate

governance atau tata kelola perusahaan merupakan upaya perusahaan dalam

meningkatkan kinerja melalui pengawasan dan pemantuan kinerja manajemen

secara berkala dan penerapan akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dan

(35)

22

menyebabkan sasaran-sasaran manajemen lebih terarah dan tidak melenceng dari

tujuan yang telah ditetapkan.

Komite Nasional Kebijakan Governance menjelaskan 5 prinsip corporate

governance yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan

dengan memperhatikan kepentingan pihak yang berkepentingan yaitu :

1) Transparansi

Pengungkapan informasi kepada semua stakeholder secara transparan, jujur

apa adanya dalam membuat laporan usaha dan tidak manipulatif. Memberikan

informasi secara terbuka dalam proses pengambilan keputusan.

2) Akuntabilitas

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara

transparan dan independen dengan mengelola secara benar, terukur, dan sesuai

dengan kepentingan pemegang saham dengan tetap mempertimbangkan

kepentingan stakeholders lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang

diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3) Responsibilitas

Perusahaan dapat mempertanggungjawabkan semua kegiatannya kepada

lingkungan dan masyarakat pada umumnya. Perusahaan hatus memperhatikan

keamanan lingkungan dan peraturan-peraturan yang berlaku di masyarakat

setempat sehingga terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang.

4) Independensi

Perusahaan harus memiliki otonominya secara penuh sehingga

(36)

23

secara penuh. Perusahaan harus berjalan dengan menguntungkan semua pihak

tanpa ada satupun yang dirugikan.

5) Kewajaran

Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders

berdasarkan asas perlakuan yang setara ( equal treatment ) dan asas manfaat

yang wajar.

2.1.5.2 Manfaat Good Corporate Governance

Penerapan good corporate governance akan meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan melalui pengawasan dan pemantauan kinerja manajemen dan

menerapkan prinsip akuntabilitas terhadap stakeholder berdasarkan peraturan

yang berlaku.

Listyorini (2001) menyebutkan manfaat penerapan corporate governance adalah:

1) Meningkatkan efisiensi produktivitas

Hal ini dikarenakan seluruh individu dalam perusahaan memiliki komitmen

untuk memajukan perusahaan. Semua individu di perusahaan pada setiap level

dan departemen akan berusaha menyumbang segenap kemampuannya untuk

kepentingan perusahaan dan bukan atas dasar mencari keuntungan secara

pribadi atau kelompok. Dengan demikian tidak terjadi pemborosan yang

diakibatkan penggunaan sumber daya perusahaan yang dipergunakan untuk

kepentingan pihak-pihak tertentu yang tidak sejalan dengan kepentingan

(37)

24

2) Meningkatkan kepercayaan publik

Publik dalam hal ini dapat berupa mitra baik sebagai investor, pemasok,

pelanggan, kreditor, pemerintah maupun konsumen akhir. Bagi investor dan

kreditor penerapan good corporate governance adalah suatu hal yang

dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan

pelepasan dana investasi maupun kreditnya. Jadi kreditor dan investor akan

merasa lebih aman karena perusahaan dijalankan dengan prinsip yang

mengutamakan kepentingan semua pihak dan bukan hanya pihak tertentu saja.

3) Menjaga kelangsungan hidup perusahaan

4) Dapat mengukur target kinerja keuangan perusahaan

Dalam hal ini manajemen lebih terarah dalam mencapai sasaran-sasaran

manajemen dan tidak disibukkan untuk hal-hal yang bukan menjadi sasaran

pencapaian kinerja manajemen.

2.1.5.3 Corporate Governance Perception Index

Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah program riset dan

pemeringkatan dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good

Corporate Governance ) pada perusahaan BUMN dan publik di Indonesia. CGPI

dilaksanakan sejak tahun 2001 dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana

perusahaan-perusahaan di Indonesia menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance. Penilaian CGPI dilakukan oleh lembaga indenpenden The Indonesia

Institute for Corporate Governance (IICG).

Penilaian CGPI dilakukan dengan mengikuti empat tahapan penilaian yaitu

(38)

25

Tahapan self assessment terdiri dari 11 aspek penilaian berupa pernyataan

mengenai hal-hal yang dipersepsikan oleh organ dan anggota perusahaan.

Kuisioner disusun berdasarkan variabel permasalahan implementasi Good

Corporate Governance dalam perusahaan. Tahapan kelengkapan dokumen

menilai kelengkapan dokumen yang berhubungan dengan GCG dan disesuaikan

dengan status perusahaan. Pada tahapan penyusunan makalah penilaian dilakukan

dengan menilai makalah yang telah disusun peserta menggambarkan serangkaian

proses implementasi GCG. Tahap terakhir adalah obesrvasi yaitu tim dari IICG

melakukan pengamatan langsung ke perusahaan untuk memastikan praktik GCG

dalam perusahaan.

Hasil riset dan pemeringkatan CGPI berupa skor dan indeks penerapan GCG

pada perusahaan publik, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,

Badan Usaha Milik Swasta, dan perusahaan keuangan syariah di Indonesia.

Peringkat CGPI disusun berdasarkan skor yang diperoleh peserta yang dibagi

menjadi tiga kategori tingkatan kepercayaan yaitu kategori sangat tepercaya

dengan rentan nilai 85 - 100, kategori tepercaya dengan rentan nilai 70 - 84,99 dan

kategori cukup terpercaya dengan rentan nilai 55 - 69,99.

2.1.6 Struktur Kepemilikan

Stuktur kepemilikan merupakan yaitu perbandingan jumlah saham yang

dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh

investor atau dengan kata lain proporsi kepemilikan manajerial dan institusional di

dalam perusahaan (Sugiarto, 2009:59). Sudana (2011:11) menyatakan struktur

(39)

26

perusahaan. Pemilik merupakan pihak yang telah menyetorkan modal ke dalam

perusahaan sedangkan manajer adalah pihak yang sudah ditunjuk oleh pemilik

untuk mengelola perusahaan dan mengambil keputusan.

Struktur kepemilikan akan memiliki motivasi yang berbeda dalam memonitor

perusahaan serta manajemen dan dewan direksinya. Struktur kepemilikan

dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya perusahaan yang

nantinya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Agency problem dapat

dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan merupakan

suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang

saham (Faisal, 2005). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa

kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme

corporate governance yang dapat mengendalikan masalah keagenan.

Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi

jalannya perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.

Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik

antara manajemen dan pemegang saham. Kepemilikan manajerial dan

kepemilikan institusional adalah bagian dari struktur kepemilikan yang termasuk

dalam mekanisme corporate governance yang dapat mengurangi masalah

keagenan (Dewi, 2008).

Proporsi jumlah kepemilikan manajerial dalam perusahaan dapat

mengindikasikan ada kesamaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang

saham sedangkan pemegang saham institusional memiliki keahlian yang lebih

(40)

27

mayoritas diatas 5%. Pemegang saham institusional besar diasumsikan memiliki

orientasi investasi jangka panjang. Kepemilikan institusional umumnya bertindak

sebagai pihak yang memonitor perusahaan (Faisal, 2005).

2.1.6.1 Kepemilikan Institusional

Persentase saham institusi ini diperoleh dari penjumlahan atas persentase

saham perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan lain baik yang berada di dalam

maupun di luar negeri serta saham pemerintah dalam maupun luar negeri

(Sam’ani, 2008). Kepemilikan institusional diketahui dari tingginya kepemilikan

saham oleh pihak institusi seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi,

LSM ataupun perusahaan swasta.

Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha

pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat

menghalangi perilaku opportunistic manajer. (Wiranata, 2013) Jensen dan

Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan

yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara

manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap

mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang

diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam

pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan

manipulasi laba.

Kepemilikan institusional merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja perusahaan. Dengan adanya kepemilikan oleh investor

(41)

28

terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber

kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau malah memperburuk

kinerja manajemen (Nur’aeni, 2010).

2.1.6.2 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen

perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh

manajemen (Sujono dan Soebiantoro, 2007). Kepemilikan manajerial merupakan

proporsi saham yang dimiliki oleh manajer, direksi, dan komisaris perusahaan

pada akhir tahun yang dinyatakan dalam persentase. Struktur kepemilikan

manajerial adalah tingkat kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang secara

aktif terlibat di dalam pengambilan keputusan. Pengukurannya dilihat dari

besarnya proporsi saham yang dimiliki manajemen pada akhir tahun yang

disajikan dalam bentuk persentase (Yadnyana dan Wati, 2011). Menurut Itturiaga

dan Sanz (2000) struktur kepemilikan manajerial dapat dijelaskan dari dua sudut

pandang yaitu pendekatan keagenan (agency approach) dan pendekatan

ketidakseimbangan (asymmetric information approach). Pendekatan keagenan

menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai sebuah instrument atau alat

untuk mengurangi konflik keagenan diantara beberapa klaim (claim holder)

terhadap perusahaan.

Kepemilikan saham manajerial dapat mensejajarkan antara kepentingan

pemegang saham dengan manajer, karena manajer ikut merasakan langsung

manfaat dari keputusan yang diambil dan manajer yang menanggung risiko

(42)

29

keputusan yang salah. Hal tersebut menyatakan bahwa semakin besar proporsi

kepemilikan manajemen pada perusahaan akan dapat menyatukan kepentingan

antara manajer dengan pemegang saham, sehingga kinerja perusahaan semakin

bagus (Jensen, 1986). Kinerja perusahaan akan lebih baik jika saham perusahaan

dimiliki oleh manajer. Manajer akan merasa memiliki perusahaan dan bukan lagi

sebagai tenaga profesional yang digaji tetapi juga sebagai pemilik perusahaan.

Manajer akan berusaha memaksimalkan revenue dan menekan expenses atau

meningkatkan profitabilitas dan efisiensi (Yulius, 2007).

2.1.7 Modal Intelektual

Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, organisasi harus menggunakan

semua sumber daya yang dimilikinya, baik yang berwujud ataupun yang tidak

berwujud untuk mendapatkan keuntungan kompetitif. Pentingnya modal

intelektual telah diakui sebagai faktor penentu sukses sebuah perusahaan, bukan

hanya untuk perusahaan yang berbasiskan tekhnologi, tetapi untuk seluruh tipe

organisasi (Lonnqvist dan Mettanen, 2002).

Sangkala (2006:37) berpendapat bahwa modal intelektual merupakan

kombinasi manusia, sumber daya perusahaan dan relasi dari suatu perusahaan

yang menunjukkan bahwa nilai diciptakan melalui hubungan antara tiga kategori,

yaitu modal manusia, structural dan relasi perusahaan. Intellectual capital tidak

hanya berupa goodwill ataupun paten seperti yang sering dilaporkan dalam

neraca. Kompetensi karyawan, hubungan dengan pelanggan, penciptaan inovasi,

sistem komputer dan administrasi, hingga kemampuan atas penguasaan teknologi

(43)

30

tidak berwujud (intangible resources) sebagai aktiva yang sangat berharga bagi

suatu perusahaan (Mulyadi, 2001: 288)

Secara umum Bontis et al. (2000) membagi modal intelektual menjadi 3

elemen utama yaitu human capital (HC), structural capital (SC), dan customer

capital (CC). Customer capital menurut Sawarjuwono dan Kadir (2003)

merupakan komponen intellectual capital yang memberikan nilai secara nyata.

Customer capital merupakan hubungan harmonis yang dimiliki perusahaan

dengan para mitranya. Human capital merupakan kemampuan intelektual dalam

setiap individu di dalam perusahaan. Human capital merupakan kombinasi dari

pengetahuan, pengalaman, dan goodwill karyawan. (Puspitasari, 2014) Human

capital didefinisikan sebagai kombinasi pengetahuan, keahlian, inovasi dan

kemampuan pekerja perusahaan secara individual untuk menyelesaikan tugasnya.

Sawarjuwono dan Kadir (2003) menyatakan bahwa structural capital

merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses

rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk

menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara

keseluruhan. Structural capital meliputi seluruh non-human storehouses of

knowledge dalam organisasi, termasuk dalam hal ini adalah database,

organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang

membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya (Ulum, 2008).

2.1.8 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)

Saat ini upaya memberikan penilaian terhadap modal intelektual merupakan

(44)

31

pengukurannya. Dari model-model pengukuran yang dikembangkan,

masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga untuk memilih model yang

paling tepat untuk digunakan merupakan tindakan yang tidak tepat karena

pengukuran tersebut hanyalah sebuah alat yang dapat diterapkan pada situasi dan

kondisi perusahaan dengan spesifikasi tertentu (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).

Pulic (1998) mengusulkan Koefisien Nilai Tambah Intelektual / Value Added

Intellectual Coefficient (VAICT M) untuk menyediakan informasi tentang efisiensi

penciptaan nilai dari aset berwujud dan tidak berwujud dalam perusahaan.

VAIC™ digunakan karena dianggap sebagai indikator yang cocok untuk

mengukur IC di riset empiris. Beberapa alasan utama yang mendukung

penggunaan metode ini yaitu:

1) VAICT M menyediakan dasar ukuran yang standar dan konsisten, angka

keuangan yang standar dan umum tersedia pada laporan keuangan sehingga

memungkinkan lebih efektif dalam melakukan analisis komparatif di berbagai

sektor industri.

2) Semua data yang digunakan dalam perhitungan VAICT M didasarkan pada

informasi yang telah diaudit sehingga perhitungan dapat dianggap obyektif

dan dapat diverifikasi (Pulic, 1998)

Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value

added (VA). VA adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis

dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai. VA dihitung

sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 1998). Tan et al. (2007)

(45)

32

seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup

seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue.

Hal penting dalam model ini adalah beban karyawan ( labour expenses ) tidak

termasuk dalam IN. Karena peran aktifnya dalam proses penciptaan nilai ,

intellectual potential (yang direpresentasikan dengan labour expenses ) tidak

dihitung sebagai cost dan tidak masuk dalam komponen IN. Karena itu, aspek

kunci dalam VAICT M adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas

penciptaan nilai. VA dipengaruhi oleh efisiensi Human Capital (HC) dan

Structural Capital (SC).

2.1.8.1 Capital Employed Efficiency Coefficient (CEE)

Proses bisnis dalam perusahaan dapat didefinisikan sebagai sekumpulan

aktivitas perusahaan yang bertujuan untuk menciptakan nilai bagi konsumen

(Miers, 2010). Mengoperasikan proses perusahaan yang efisien dan efektif dengan

kontrol yang ketat terhadap bahan baku dan biaya merupakan tujuan dari tiap

perusahaan.

Perusahaan yang memiliki kinerja baik adalah organisasi yang

mengoptimalkan proses produksinya dengan mengurangi waktu produksi,

meningkatkan kualitas produk akhir dan mengurangi jumlah karyawan yang

diperlukan pada aktivitas tertentu. Miers (2010) lebih lanjut menyebutkan bahwa

melalui proses operasi yang efisien inilah, perusahaan dapat menciptakan nilai

lebih yang menjadi nilai tambah tersendiri. Operasi yang efisien pada perusahaan

(46)

33

lancar. Perusahaan yang memiliki tingkat turnover yang tinggi diasumsikan

memiliki tingkat operasi yang efisien.

Capital employed merupakan financial capital (modal keuangan), yakni total

modal yang dimanfaatkan dalam asset tetap dan lancar dalam bentuk modal

berwujud seperti cash, marketable securities, account receivable, inventories,

land, buildings, machinery, equipment, furniture, fixtures, dan vehicles yang

dimiliki oleh perusahaan (Huwitz et al. 2002 dalam Yusuf, 2009). Capital

Employed Efficiency Coefficient (CEE) menunjukan value added yang dapat

dihasilkan dari modal fisik yang digunakan. Penilaian Capital Employment

dikatakan baik jika 1 unit dari CE menghasilkan return lebih besar daripada

perusahan lain.

2.1.8.2 Structural Capital Efficiency Coefficient (SCE)

Bontis et al. (2000) menyebutkan structural capital meliputi seluruh

pengetahuan selain pengetahuan yang dimiliki sumber daya manusia dalam

organisasi seperti sistem informasi, struktur organisasi, proses manual, strategi

perusahaan, rutinitas kegiatan, dan segala hal yang membuat nilai perusahaan

lebih besar dari nilai materialnya. Structural Capital Efficiency Coefficient (SCE)

menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. SCE

mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan

merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC

bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, SC dependen terhadap value

creation. Artinya, semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan

(47)

34

2.1.8.3 Human Capital Efficiency Coefficient (HCE)

Roos et al. (1997) dalam Bontis et al. (2000) berpendapat bahwa karyawan

menciptakan intellectual capital melalui kompetensinya, sikapnya, dan

kecerdasan intelektualnya. Kompetensi termasuk keahlian dan pendidikan, sikap

meliputi komponen perilaku kerja karyawan, sedangkan kecerdasan intelektual

memungkinkan seseorang untuk mengubah kebiasaan dan berfikir tentang solusi

inovatif suatu masalah.

Human capital merepresentasikan modal pengetahuan individu organisasi

yang dipresentasikan oleh karyawannya (Bontis et al., 2000) Semakin banyak

value added dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh perusahaan

menunjukkan bahwa perusahaan telah mengelola sumber daya manusia secara

maksimal sehingga menghasilkan tenaga kerja berkualitas yang pada akhirnya

akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan (Wijayanti 2012).

2.2 Rumusan Hipotesis

2.2.1 Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Penerapan good corporate governance membuat perusahaan lebih efisien

sehingga perusahaan berpeluang menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

Good corporate gorvernance berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya

keagenan (agency cost) dan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Semakin

tinggi penerapan corporate governance yang diukur oleh Corporate Governance

Perception Indeks (CGPI) maka semakin tinggi pula tingkat ketaatan perusahaan

(48)

35

skor GCG yang tinggi membuat iklim kepercayaan stakeholders meningkat,

dengan demikian modal menjadi tidak terlalu tinggi sehingga ROE cenderung

meningkat. Semakin tinggi skor GCG, maka semakin tinggi pula tingkat ketaatan

sehingga menarik investor yang berakibat meningkatnya kinerja keuangan.

(Prasinta, 2012 )

Monisa (2012) meneliti hubungan antara good corporate governance dengan

kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE) menemukan

bahwa praktek Good Corporate Governance berpengaruh signifikan terhadap

kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan ROE. Cynthia (2013) juga

meneliti hubungan good corporate governance dengan kinerja keuangan

perusahaan hasil survei The Indonesian Institute Perception Governance (IICG).

Kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Return on Equity (ROE)

menunjukan pengaruh yang signifikan antara variabel struktur corporate

governance terhadap kinerja keuangan perusahaan.

H1 : Good Corporate Governance berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.

2.2.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Kepemilikan oleh institusi akan mendorong peningkatan pengawasan yang

lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili

suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya

terhadap keberadaan manajemen (Nur’aeni, 2010). Fungsi kontrol dari pemilik

(49)

36

Pengawasan yang dilakukan terhadap perusahaan akan meningkat seiring dengan

tingginya kepemilikan institusional dan jika manajemen dapat bertindak sejalan

dengan keinginan pemegang saham maka kinerja keuangan perusahaan akan

meningkat (Darwis, 2009).

Hasil penelitian Affes (2013) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang

diproksikan dengan Return on Equity (ROE). Penelitian yang dilakukan oleh

Nikbakht (2010) mengatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif

terhadap Return on Equity (ROE). Nur’aeni (2010) menunjukkan bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

perusahaan.

H2 : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kinerja Keuangan Perusahaan.

2.2.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen

perusahaan. Kepemilikan saham manajerial dapat mensejajarkan antara

kepentingan pemegang saham dengan manajer, karena manajer ikut merasakan

langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan manajer yang menanggung

risiko apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan

keputusan yang salah. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar proporsi

Gambar

Tabel 1.1 menunjukan bahwa perolehan rata-rata Return on Equity (ROE)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa bahwa kesalahan siswa adalah 1) proses memahami soal; 2) dalam melakukan operasi perkalian dan

Zakat produktif dalam penelitian ini adalah pendayagunaan zakat secara produktif, yang pemahamannya lebih kepada bagaimana cara atau metode menyampaikan dana zakat

Diperolehhasil penelitian bahwa siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep kategori baik memiliki frekuensi terbanyak yaitu 12 siswa (43%).Persentase rata-rata kemunculan

Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi potensi ekonomi kreatif, menilai potensi ekonomi kreatif unggulan dan memetakan potensi ekonomi kreatif berbasis sistem

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan protein terlarut dalam ikan gabus menggunakan metode pengasapan konvensional dan pengasapan modern dengan analisis

Konsep pengawasan pada sistem Pengawasan di Indonesia jika dikaitkan dengan konsep pengawasan yang dilakukan oleh Ombudsman, maka akan jelas terlihat bahwa pengawasan yang

22 Kepuasan Pelanggan Produktiviti Kualiti Kebolehsuaian PenulisIPengkaji Elmuti et al., 1996 1 Kepimpinan Komitmen pengurusan atasan 2 Perancangan Strategik Misi dan

Hasil kajian ini mendapati bahawa motivasi belajar dan dorongan ibu bapa mempunyai perkaitan yang signifikan dengan minat terhadap akademik di kalangan belia berisiko