• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH CUSTOMER VALUE TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN BUS KOTA DAMRI DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH CUSTOMER VALUE TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN BUS KOTA DAMRI DI SURABAYA."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas anugrah yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“ANALISIS PENGARUH CUSTOMER VALUE TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN BUS KOTA DAMRI DI SURABAYA ”

guna memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana ekonomi

jurusan manajemen pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan

dengan baik tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan saran-saran dari berbagai

pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis

menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional ”Veteran” Jawa Timur Surabaya.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Surabaya.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, Ms, selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”

Jawa Timur Surabaya.

4. Bapak Dr. Prasetyo Hadi, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing yg telah

(2)

ii

petunjuk, dan koreksi yang sangat berharga dalam penyusunan penalitin ini

sehinggan penalitian ini dapat terselenggara.

5. Segenap tenaga pengajar, karyawan dan seluruh rekan-rekan mahasiswa

terutama Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”

Jawa Timur Surabaya.

6. Bapak Drs. Sutaryo, selaku Kepala UPTD terminal Purabaya Dinas

Perhubungan kota Surabaya atas ijin untuk melakukan penelitian dan juga

segenap pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut berperan di

dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh pegawai UPTD Terminal Purabaya yang telah banyak membantu

menulis dan menyelesaikan penelitian.

8. Ayah, Bunda, kakak tersayang penulis yang selalu memberikan doa restu, dan

motivasi selama penulis menempuh kuliah sampai dengan menyelesaikan

skripsi ini.

9. Keluarga Besar Om Malas yang telah membimbing dan memberikan cinta dan

kasih sayang serta dukungannya baik materiil dan mentalitas. Tidak dapat

terbalas budi, penyelesaian skripsi inilah kado terbesar yang dapat diberikan.

10.Bibit, Jaynuri, Hanggoro, Patrick, Feby, Ikbal, Umik, Nova, Ita, dan semua

teman-teman penulis yang memberikan dukungan moral dan kritik

membangun.

11.Khususnya: “Dik Ian” yang selama ini selalu menjadi penghibur mas ketika

(3)

iii

12.Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya untuk

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari isi maupun

penyajian skripsi ini karena keterbatasan yang ada. Oleh karena itu saran dan

kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan

skripsi ini.

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan limpahan

rahmatnya kepada kita semua.

Wassalammualaiku Wr, Wb.

Surabaya, Mei 2010

(4)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

COVER

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Tinjauan Teori ... 10

2.2.1. Perspektif Jasa ... 10

2.2.2. Jasa Transportasi ... 14

2.2.3. Customer Value ... 19

2.2.4. Kepuasan Pelanggan (konsumen) ... 24

2.2.5. Hubungan Antar Variabel ... 26

2.3. Kerangka Konseptual ... 28

2.4. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 29

(5)

v

3.1.1. Definisi Operasional... 31

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 33

3.2. Teknik Penentuan Sampel34 ... 3.2.1. Populasi ... 34

3.2.2. Sampel ... 34

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.3.1. Jenis data ... 35

3.3.2. Sumber Data ... 35

3.3.3. Pengumpulan Data ... 35

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 36

3.4.1. Teknik Analisis ... 36

3.4.2. Uji Hipotesis ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 40

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 40

4.2.1. Deskripsi Variabel Penelitian ... 40

4.3. Analisis Data ... 45

4.3.1. Evaluasi Outlier ... 45

4.3.2. Evaluasi Reliabilitas ... 46

4.3.3. Evaluasi Validitas... 48

4.3.4. Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extracted . 49 4.3.5. Evaluasi Normalitas ... 51

(6)

vi

4.3.7. Uji Kausalitas ... 56

4.3.8. Analisis Unidimensi First Order ... 57

4.3.9. Analisis Unidimensi Second Order ... 59

4.3.10. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 60

4.4. Pembahasan ... 61

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Saran ... 66

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Skema Customer Delivered Value ... 21

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Penelitian ... 29

Gambar 4.1. Model Pengukuran & Struktural

Model Specification: One Step Approach: base Model ... 54

Gambar 4.2 Model Pengukuran & Struktural

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Langkah Untuk Menciptakan CustomerValue ... 22

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 38

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 38

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 39

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili ... 39

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi service planning dan reliability ... 40

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi comfort and other factor ... 41

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi network design ... 42

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi competent ... 42

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi customer value ... 43

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Kepuasan ... 44

Tabel 4.11 Outlier Data ... 46

Tabel 4.12. Reliabilitas Data ... 47

Tabel 4.13. Validitas Data ... 49

Tabel 4.14. Construct Reliability dan Variance Extracted ... 50

Tabel 4.15. Normalitas Data ... 52

Tabel 4.16. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Base Model ... 54

Tabel 4.17. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Modifikasi... 55

Tabel 4.18. Hasil Uji Kausalitas ... 56

(9)

ix

Tabel 4.20. Unidimensi Second Order ... 60

(10)

x

ANALISIS PENGARUH CUSTOMER VALUE TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN BUS KOTA DAMRI DI SURABAYA

Oleh :

Mohammad Irwansyah

Abstraksi

Masalah kemacetan menjadi masalah yang dihadapi oleh berbagai kota besar termasuk Surabaya. Sebenarnya Pemerintah daerah Surabaya sudah menyadari adanya masalah kemacetan lalu lintas dan mensolusikan dengan menerapkan Intelligent Transport System – Area Traffic Control System (ITS-ATCS) dengan anggaran yang mencapai 16 Milyar namun database transportasi dan pelayanan angkutan masih belum terintegrasi dengan baik. Banyak pihak yang masih meragukan solusi tersebut sebagai cara untuk menguraikan kemacetan lalu lintas di Surabaya. Untuk itu, salah satu solusi yang paling dekat adalah meningkatkan efektifitas penggunaan bus kota sehingga penggunaan mobil pribadi bisa berkurang sehingga mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas kota. Untuk itu, masalah yang dirumuskan adalah mengidentifikasikan pengaruh customer value berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan bus kota Patas di Surabaya.

Jumlah responden penelitian ini sebanyak 143 responden dengan 1 orang terkena outliers sehingga jumlah responden menjadi 142 responden. Variabel yang diteliti meliputi: service planning dan reliability, comfort and other factor, network design, dan competent. Teknik analisa data yang digunakan adalah structural equation model dengan menggunakan program Amos.

Temuan penelitian ini mengidentifikasikan bahwa comfort and other factor, network design, competent berpengaruh terhadap customer value dan customer value berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan bus kota Patas. Namun penelitian ini mendapatkan temuan bahwa service planning dan reliability tidak berpengaruh terhadap customer value karena diidentifikasikan bahwa sensitivitas pelanggan yang rendah terhadap service planning dan reliability sehingga berbagai indikator dari variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap customer value

(11)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Fenomena kehidupan perkotaan menunjukkan bahwa pertambahan

penduduk dan luas kota menyebabkan jumlah lalu lintas juga meningkat.

Sedangkan sistem lalu lintas mendekati jenuh, sehingga bertambahnya jumlah lalu

lintas berpengaruh besar terhadap kemacetan lalu lintas, yang berarti pula

bertambahnya waktu dan biaya perjalanan di dalam sistem lalu lintas tersebut.

Panjang jalan raya, jalan tol maupun jalan rel yang dibutuhkan untuk tiap orang

tergantung pada jarak perjalanan rata-rata orang per hari, dan lebih lanjut ini

tergantung pada luas daerah perkotaan. Efisiensi penggunaan bahan bakar, energi,

ruang dan waktu yang digunakan dalam transportasi akan sangat berbeda untuk

setiap jenis sistem transportasi, menurut jumlah dan kepadatan penduduk dalam

kota.

Kegiatan manusia seiring dengan kebutuhan dasar manusia dengan

manusia lainnya atau sistem kebutuhan lainnya seperti alat perhubungan yang

disebut dengan alat transportasi. Melalui alat transportasi, pergerakan lalu lintas

menjadi lebih cepat, aman, nyaman dan terintegrasi. Sarana transportasi (alat

angkut) berkembang mengikuti fenomena yang timbul akibat penggalian

sumberdaya seperti penemuan teknologi baru, perkembangan struktur masyarakat,

dan peningkatan pertumbuhan. Pemilihan sistem transportasi yang salah untuk

(12)

berarti pemborosan besar dari penggunaan energi dan ruang, serta timbulnya

masalah pencemaran udara akibat gas buang kendaraan yang semakin besar

jumlahnya.

Tingginya tingkat mobilitas didukung dengan semakin bertambahnya

jumlah penduduk di perkotaan, akibatnya permasalahan kemacetan lalu lintas

merupakan masalah krusial yang tidak bisa dihindarkan. Terdapat berbagai faktor

yang menyebabkan terjadinya kemacetan diantaranya adalah: arus yang melewati

jalan telah melampaui

terjadi gangguan kelancaran karena masyarakat yang menonton kejadian

kecelakaan atau karena kendaran yang terlibat kecelakaan belum disingkirkan dari

adanya perbaik

yang disebabkan kepanikan seperti kalau terjadi isyarat sirene tsun atau tanda

bahaya masal (Kemaceta

Masalah kemacetan menjadi masalah yang dihadapi oleh berbagai kota

besar termasuk Surabaya. Sebenarnya Pemerintah daerah Surabaya sudah

menyadari adanya masalah kemacetan lalu lintas dan mensolusikan dengan

menerapkan Intelligent Transport System – Area Traffic Control System

(ITS-ATCS) yang penerapannya akan dimulai secara bertahap tahun mulai anggaran

2010. Sesuai rencana, pada tahap awal sistem ITS-ATCS akan dibangun di 15

simpang zona Surabaya Timur dengan ruang kontrol utama di Bratang. Dengan

anggaran yang mencapai 16 Milyar itu, proyek ini tidak boleh gagal dalam

(13)

pelayanan angkutan masih belum terintegrasi dengan baik. Banyak pihak yang

masih meragukan solusi tersebut sebagai cara untuk menguraikan kemacetan lalu

lintas di Surabaya (Proyek ITS-ATCS Habiskan Anggaran Besar, Kemacetan

Tetap Tak Terurai, 2009).

Secara umum, untuk mengatasi kemacetan lalu lintas, seluruh kota besar

akan diwajibkan membangun sistem transportasi massal bus rapid transit (BRT).

Peraturan pemerintah (PP) untuk itu sedang disusun dan ditargetkan bisa

operasional pada 2011. UU No 22/2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (UU

LLAJ) yang diundangkan tahun 2009 merupakan terobosan signifikan bagi

pembangunan angkutan umum. UU itu mengamanatkan pemerintah wajib

menyediakan angkutan massal yang memiliki standar layanan minimal dan

terjangkau (Gunarto, 2008).

Dijelaskan pula bahwa tren di kota-kota besar dunia, solusi angkutan

umum massal yang dikembangkan adalah BRT, seperti proyek busway di DKI

Jakarta. Dephub pun akan mengembangkan sistem BRT ke kota-kota besar di

Indonesia, yakni kota berpenduduk minimal 500.000 jiwa yang diharapkan bisa

operasional tahun 2011. Untuk itu, pemerintah atau pemda harus menyediakan

jalan khusus untuk BRT. Karena dana pemda terbatas, Dephub akan

memperjuangkan agar jalan khusus busway dibiayai oleh Departemen PU

(Gunarto, 2008).

Berdasarkan fenomena di atas, bisa dijelaskan bahwa solusi untuk

mengatasi masalah kemacetan di Surabaya salah satunya dengan membangun

(14)

sebagai cara untuk mengatasi masalah, berarti berhubungan dengan masalah

pembiayaan dan pendanaan yang besar, dan belum tentu busway sebagai solusi

yang tepat sehubungan dengan masalah kemacetan.

Mengatasi masalah kemacetan sebenarnya tidak harus terlalu jauh dengan

membangun sejumlah sarana dan prasarana yang membutuhkan biaya besar,

namun bisa dengan mengefektifkan sarana yang telah ada. Pemerintah Kota

Surabaya telah memiliki angkutan masa untuk penduduk kota yaitu bus kota.

Kemacetan lalu lintas Surabaya bisa disebabkan karena tingginya pemakaian

kendaraan pribadi untuk mobilitas. Ketika pemakaian kendaraan pribadi bisa

dikurangi dengan sendirinya akan mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas yang

ada. Jika selama ini keberadaan bus kota kurang bisa menjadi daya tarik bagi

masyarakat kota, hal ini mengharuskan pemerintah kota melakukan evaluasi

mengenai layanan bus kota sehingga menjadi kurang menarik bagi masyarakat

untuk mendukung mobilitasnya.

Data dari Dinas Perhubungan Kota Surabaya tahun 2008 dan tahun 2009.

Jumlah pelanggan bus kota baik kelas ekonomi maupun kelas patas mengalami

penurunan. Adapun data mengenai jumlah pelanggan selama tahun 2008 dan

(15)

Tabel 1.2. Data Jumlah Pelanggan Bus Kota Surabaya

Jenis Bus Kota Bus Ekonomi Bus Patas

Tahun 2008 2009 2008 2009

Januari 95.726 77.379 222.650 179.990 Februari 84.243 53.472 208.242 114.212 Maret 97.298 61.748 213.152 132.507 April 70.806 82.635 203.587 127.438 Mei 80.869 78.908 167.713 155.206 Juni 89.273 70.457 160.481 157.401 Juli 89.213 94.333 176.619 201.613 Agustus 89.484 77.379 194.775 181.684 September 95.726 97.853 198.046 193.894 Oktober 119.442 95.478 260.201 198.766 November 71.822 103.102 162.666 248.423 Desember 94.294 96.427 218.751 118.668 Total 1.078.196 989.171 2.386.883 2.009.802

Sumber: Unit Pelaksana Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2009

Berdasarkan data tabel 1.2. di atas diketahui bahwa jumlah pelanggan bus

kota kelas ekonomi maupun bus kota kelas patas mengalami penurunan. Jumlah

penurunan bus kota kelas ekonomi adalah sebanyak 89.025 pelanggan dan

penurunan jumlah penumpang bus patas sebanyak 377.081 pelanggan. Data ini

menguatkan bahwa bus kota Surabaya mengalami penurunan jumlah penumpang

dan hal ini mengindikasikan bahwa jumlah masyarakat Surabaya yang berminat

menggunakan bus kota semakin menurun.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eboli dan Gabriella Mazzulla (2007)

dengan judul: “Service Quality Attributes Affecting Customer Satisfaction for Bus

Transit,” menguraikan mengenai variabel yang digunakan untuk

mengidentifikasikan kepuasan konsumen dalam menggunakan layan bus bus,

diantaranya adalah service planning dan reliability, comfort dan other factor, dan

(16)

melakukan penelitian mengenai bus kota Surabaya sebagai masukan bagi

pemerintah kota dalam mengatasi masalah kemacetan lalu lintas.

Berdasarkan variabel penelitian yang dilakukan oleh Eboli dan Gabriella

Mazzulla (2007) dikembangkan dengan menambahkan sat variabel lagi yang perlu

diteliti yaitu kompetensi dan diarahkan untuk mengidentifikasikan customer value

konsumen, dengan alasan bahwa ketika customer value tinggi maka akan

menyebabkan kepuasan konsumen dalam menggunakan layanan bus kota. Fokus

penelitian ini adalah layanan bus kota Patas mengingat tingkat kenyaman bus kota

patas lebih baik dibandingkan bus kota ekonomi sehingga masyarakat lebih

berminat menggunakan bus kota Patas dibandingkan bus kota ekonomi.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut: “Apakah customer Value berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan bus

kota Patas di Surabaya ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk menjelaskan pengaruh

customer value berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan bus kota Patas di

Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

(17)

1. Manajemen bus kota

Memberikan informasi tambahan kepada manajemen bus kota untuk

mengelola layanan bus kota Surabaya sehingga keberadaan bus kota memiliki

peran yang lebih besar dalam mengatasi masalah kemacetan kota Surabaya.

2. Bagi peneliti lebih lanjut

Bisa digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian serupa di waktu

(18)

8

2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian 1: dilakukan oleh Eboli dan Gabriella Mazzulla (2007) dengan

judul: “Service Quality Attributes Affecting Customer Satisfaction for Bus

Transit.” Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasikan pengaruh atribut jasa

transportasi dengan kepuasan penumpang. Tiga laten eksogen (variabel bebas)

yang diajukan service planning dan reliability, comfort dan other factor, dan

network design. Sedangkan laten endogen (variabel terikat) adalah kepuasan

penumpang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa service planning dan

reliability memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan penumpang, comfort

dan other factor memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan penumpang,

namun network design tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan

penumpang.

Penelitian 2: dilakukan oleh Setiawan (2005) dengan judul: “Analisa

Tingkat Kepuasan Pengguna kereta Api Komuter Surabaya-Sidoarjo”. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan pengguna terhadap pengoperasian KA

Komuter dan mendapatkan masukan faktorfaktor pelayanan yang masih perlu

ditingkatkan. Berdasarkan hasil analisa kuesioner dengan metode Importance

Performance Analysis disimpulkan bahwa terdapat tiga faktor yang menurut

responden menjadi prioritas untuk ditingkatkan karena belum memuaskan yaitu

(19)

Sedangkan beberapa faktor yang menurut responden penting dan memuaskan

adalah: ketepatan jadwal, informasi mengenai jadwal, dan ketersediaan tempat

duduk didalam kereta.

Penelitian 3: dilakukan oleh Erida (2009) dengan judul: “Pengaruh

Kepuasan Konsumen dan Insentif Terhadap Perilaku WOM (Word of Mouth)

Konsumen Jasa Angkutan Penumpang Bis Antar Kota Antar Propinsi Kelas

Eksekutif di Bandung.” Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasikan tingkat

kepuasan konsumen jasa angkutan penumpang bis antar kota antar propinsi kelas

eksekutif, mengidentifikasikan tanggapan konsumen terhadap program insentif

yang diberikan perusahaan, teridentifikasi pengaruh kepuasan konsumen (tidak

puas, puas, dan sangat puas) berpengaruh terhadap perilaku word-of-mouth

konsumen jasa angkutan penumpang bis antar kota antar propinsi kelas eksekutif,

mengidentifikasikan pengaruh insentif (kupon makan, tiket gratis, dan kupon +

tiket gratis) terhadap perilaku word-of-mouth konsumen jasa angkutan penumpang

bis antar kota antar propinsi kelas eksekutif, dan mengidentifikasikan pengaruh

interaksi kepuasan konsumen dan insentif berpengaruh terhadap perilaku

word-of-mouth konsumen jasa angkutan penumpang bis antar kota antar propinsi kelas

eksekutif di Bandung. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan

dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen secara mandiri mempunyai

pengaruh terhadap perilaku word-of-mouth konsumen pada jasa angkutan

penumpang bis AKAS kelas eksekutif di Bandung, begitupun dengan insentif.

Dari hasil pengujian pengaruh interaksi kepuasan dan insentif terhadap perilaku

(20)

menurunkan WOM negatif yang dilakukan oleh konsumen yang tidak puas, dan

dalam meningkatkan WOM positif yang dilakukan oleh konsumen yang puas

dengan jasa angkutan yang mereka terima.

Penelitian 4: dilakukan oleh Williams dan Geoffrey N. Soutar (2000)

dengan judul: “Dimensions of Customer value and the Tourism Experience: An

Exploratory Study.” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan

pengaruh functional value, emotional value, social value, dan epistemic value

terhadap kepuasan. Obyek penelitian ini adalah pariwisata. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa functional value, emotional value, social value, dan

epistemic value memberikan kontribusi terhadap kepuasan konsumen.

2.2. Tinjauan Teori 2.2.1. Perspektif Jasa

1. Pengertian Jasa

Dalam suatu penawaran perusahaan di pasaran, biasanya disertai beberapa

penawaran jasa dimana dalam penawaran tersebut komponen jasa bisa merupakan

komponen kecil atau sebaliknya. Menurut Kotler (2000: 429) dalam Hendroyono

(2002:2) jasa dibedakan lima kategori seperti yang disebutkan, yaitu :

a. Barang berwujud murni (a pure tangible good); disini penawaran utamanya

terdiri dari barang berwujud, seperti garam, pasta gigi atau sabun.

b. Barang yang berwujud yang disertai jasa ( a tangible good with accompanying

services); dimana penawaran terdiri dari barang berwujud disertai dengan satu

atau lebih jasa untuk mempertinggi daya tarik pelanggan (konsumen), seperti

(21)

c. Campuran, penawaran terdiri dari barang dan jasa dengan proporsi yang sama.

Contoh: seseorang datang ke restoran tidak hanya untuk mendapatkan

makanan yang dan pelayanannya

d. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan (a major service with

accompanying minor goods and services); penawaran terdiri dari jasa utama

dengan jasa tambahan, misalnya penumpang pesawat membeli jasa

transportasi, mereka sampai ke tujuan namun dalam perjalanan mereka

mendapatkan barang berwujud seperti makanan dan minuman.

e. Jasa murni (a pure service); dimana penawaran hanya terdiri dari jasa,

misalnya jasa penitipan anak, pendidikan.

Di dalam penawaran jasa, perusahaan harus memeriksa secara mendalam

terhadap masing- masing jasa yang dihasilkannya dibandingkan dengan tawaran

para pesaing dan melaksanakannya sesuai dengan kualitas yang dituntut oleh

pasar sasaran. Semakin banyak jasa yang dapat ditawarkan sebagai komoditi

khusus semakin ketat pula pengawasan yang harus dilakukan perusahaan terhadap

tingkatan, waktu, dan komposisi permintaan atas jasa mereka.

2. Klasifikasi jasa

Griffin (1996) dalam Asih (2006:2) menyatakan bahwa produk jasa

bagaimanapun tidak ada yang benar-benar sama satu sama lain. Untuk memahami

sektor jasa ini, ada beberapa cara pengklasifikasian, pertama, berdasar atas tingkat

kontak konsumen dengan pemberi jasa sebagai bagian dari sistem saat jasa

tersebut dihasilkan. Kedua, berdasar pada kesamaannya dengan operasi

(22)

Berdasarkan tingkat kontak dengan konsumen, jasa dapat dibedakan ke

dalam kelompok (Griffin (1996) dalam Asih, 2006:2):

a. High-contact system; untuk memperoleh jasa, konsumen harus terlibat atau

menjadi bagian dari sistem. Hal ini sebagaimana terdapat pada jasa

pendidikan, kesehatan, transportasi dan konsultasi.

b. Low-contact system; dalam hal ini konsumen tidak perlu menjadi bagian dari

sistem, misalnya pada jasa perbankan dan reparasi mobil.

Klasifikasi jasa berdasarkan kesamaan dengan operasi manufaktur dibagi

dalam tiga kategori (Griffin (1996) dalam Asih, 2006:2):

a. Pure service; merupakan jasa yang tergolong high-contact dengan tanpa

persediaan. Dalam jasa ini pemberi jasa memberikan perlakuan yang khusus

(unik) dan pada saat konsumen ada.

b. Quasimanufacturing service; jasa ini dalam banyak hal mirip dengan

manufaktur, termasuk sangat low-contact dan konsumen tidak harus menjadi

bagian dari sistem produksi jasa.

c. Mixed service; kelompok jasa dengan tingkat kontak menengah

(moderate-contact) yang menggabungkan dengan beberapa fitur dari kedua kategori di

atas, contohnya bengkel, pemadam kebakaran, jasa ambulans dan lain-lain.

finansial dan jasa periklanan.

2. Dimensi Kualitas Jasa

Handriana (1998) dalam Munawaroh (2005:121) menyatakan bahwa

kualitas merupakan tingkat kesesuaian dengan persyaratan, dalam hal ini

(23)

bagaimana menanamkan kualitas pelayanan pada setiap fase penyelenggaraan jasa

yang melibatkan semua personel yang ada dalam organisasi. Beberapa dimensi

kualitas jasa diteliti oleh banyak ahli. Parasuraman dkk. (1985) dalam

Munawaroh (2005:121) menyatakan lima dimensi kualitas jasa,

yaitu:

a. Reliability: kemampuan untuk memberikan jasa dengan segera dan

memuaskan.

b. Responsiveness: kemampuan untuk memberikan jasa dengan tanggap.

c. Assurance: kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki

oleh para staf, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.

d. Emphaty: kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan

memahami kebutuhan pelanggan.

e. Tangibles: fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.

Lehtinen dan Lehtinen (1982) dalam Munawaroh (2005:121) membagi

dimensi kualitas jasa menjadi 3, yaitu: interactive quality yang berkenaan dengan

kontak personal, physical quality yang berkenaan dengan fasilitas fisik yang

mendukung kulitas jasa dan corporate quality yang melibatkan image perusahaan.

Gronroos (1984) dalam Munawaroh (2005:121) membagi dimensi kualitas

jasa menjadi 2, yaitu: technical (kualitas teknik) dan functional (kualitas

fungsional) Kualitas teknik adalah apa yang pelanggan dapatkan, sedangkan

kualitas fungsional mengacu pada bagaimana mereka menerima jasa pelayanan.

Hedvall dan Peltschik (1989) dalam Munawaroh (2005:121) membagi

(24)

dan kemampuan untuk melayani) dan physical and psychological access (akses

fisik dan psikhologis)

3. Pengukuran Kualitas Jasa

Munawaroh (2005:121) menyatakan bahwa untuk menganalisis kualitas

jasa dapat dilakukan dengan mengkuantifikasi dimensi kualitas dengan

menggunakan skala Likert pada kuesioner yang disebarkan kepada responden.

Zeithaml, dkk. (1988) mengukur kualitas jasa dengan mengetahui perbedaan/gap

antara harapan dengan persepsi pelanggan. Hal ini sesuai dengan definisi kualitas

pelayanan, yaitu derajat perbedaan antara harapan pelanggan dengan persepsi

pelanggan terhadap kinerja jasa yang diterimanya. Berbeda dengan Parasuraman,

dkk (1985), Cronin dan Taylor (1992) mengemukakan konsep SERVPERF untuk

mengukur kualitas jasa, yaitu kualitas pelayanan secara langsung dipengaruhi oleh

persepsi pelanggan terhadap kinerja. Konsep ini didukung juga oleh beberapa

peneliti, yaitu Babakus dan Boller (1992), Teas (1994), dan sebagainya.

2.2.2. Jasa Transportasi

1. Pengertian Jasa Transportasi

Menurut Butar dan Yamin (2008:199): “Transportasi diartikan sebagai

pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan.” Pendapat ini

menjelaskan bahwa dalam perspektif transportasi terdapat tiga hal penting yaitu:

(a) ada muatan yang diangkut, (b) tersedia kendaraan sebagai alat angkutnya, dan

(25)

Butar dan Yamin (2008:199) menyatakan: “Proses pemindahan

(transportasi) merupakan gerakan dari tempat asal, dimana kegiatan pengangkutan

dimulai, ke tempat tujuan, dimana kegiatan diakhiri”. Pendapat ini menjelaskan

bahwa inti (core business) dari jasa transportasi adalah pemindahan suatu obyek

dari suatu tempat pada tempat lain yang menjadi tujuan.

Nasution (1996) dalam Butar dan Yamin (2008:199) menyatakan bahwa

transportasi berfungsi sebagai sektor penunjang ekonomi (the promoting sector)

dan pemberi jasa (the servicing sector) bagi perkembangan ekonomi. Fasilitas

transportasi harus dibangun mendahului proyek-proyek pembangunan. Pentingnya

peranan transportasi mengharuskan adanya sistem transportasi yang handal,

efisien dan efektif. Transportasi yang efektif dalam arti kapasitas mencukupi,

terpadu, tertib dan teratur, lancar, cepat dan tepat, selamat, aman, nyaman dan

biaya terjangkau. Sedangkan efisien dalam arti beban publik rendah dan utilitas

tinggi.

Dalam dunia transportasi juga dikenal transportasi masa yaitu pengakutan

yang bisa diamnfaatkan oleh banyak orang. Lloyd Wright dan Karl Fjellstrom

(2003) dalam Setiawan (2005:2) menyatakan: “Mass rapid transit adalah layanan

transportasi umum dengan jangkauan lokal yang tersedia bagi siapapun yang

membayar ongkos yang telah ditentukan dan dirancang untuk memindahkan

sejumlah besar penumpang dalam waktu bersamaan.”

2. Sistem Transportasi

Harrell et al, (2000) dalam Butar dan Yamin (2008:199) menyatakan

(26)

up and droop-off points dan (b) single pickup and drop-off points. Pada multiple

pick up and droop-off points para customers naik dan turun di banyak tempat,

contohnya bus umum. Sedangkan single pickup and drop-off points para

customers naik di suatu tempat dan turun di tujuan secara bersamaan contohnya

bus pariwisata.

Nasution (1996) dalam Butar dan Yamin (2008:199) menyatakan bahwa

pelaksaan transportasi darat untuk angkutan penumpang di Indonesia mempunyai

banyak masalah. Secara umum sebagian masalah tersebut antara lain: (a)

kemacetan lalu lintas, (b) trayek-trayek yang tumpang tindih, (c) tidak sesuainya

jumlah bus pada suatu trayek, (d) volume pelayanan (dimensi bus tidak sesuai,

panjang trayek), (e) jumlah penumpang yang berubah, dan (f) efisiensi yang

rendah

3. Kualitas Pelayanan Transportasi

Menurut Hess (2002), ada dua macam faktor yang memberikan kontribusi

terhadap peningkatan jumlah pengguna angkutan umum, yaitu: faktor eksternal

yang meliputi: pertumbuhan populasi, pertumbuhan ekonomi dan lapangan

pekerjaan, perubahan bentuk kota, peralihan model transportasi. Faktor internal

meliputi: perubahan tarif angkutan kegiatan promosi, peningkatan jangkauan

pelayanan, kerjasama dengan intansi terkait, dan kualitas pelayanan (ketepatan

jadwal, papan informasi, tempat duduk, kebersihan kereta).

Grava (2002) dalam Setiawan (2005:2) menyebutkan hal yang perlu

diperhatikan berkaitan dengan kualitas pelayanan didalam transportasi antara lain:

(27)

guncangan, penerangan yang memadai, penyejuk udara (AC), kebersihan,

keleluasaan (tidak berdesakan) dan keamanan. Sedangkan beberapa hal yang perlu

diperhatikan berkaitan dengan kondisi terminal/shelter adalah tersedianya fasilitas

bagi para pengguna berupa tempat menunggu yang terlindung dari pengaruh

cuaca, open space yang memadai, papan informasi jadwal, loket tiket, toilet.

4. Atribut Kualitas Layanan Transportasi Bus

Eboli dan Gabriella Mazzulla (2007:25) mengidentifikasikan

atribut-atribut yang mempengaruhi kualitas layanan transportasi darat (bus). Terdapat tiga

atribut yang mempengaruhi kualitas layanan transportasi darat (bus) yaitu: service

planning dan reliability, comfort dan other factor, dan network design.

a. Service planning dan reliability

Eboli dan Gabriella Mazzulla (2007:25) menjelaskan bahwa kualitas

layanan transportasi bisa diidentifikasikan dari kehandalan layanan yang diberikan

kepada penumpang. Indikator yang digunakan untuk mengukur atribut ini

didasarkan pada indikator:

• Frekuensi dari layanan bus kota Surabaya (kemudahan didapatkan)

• Layanan transportasi yang cepat dan aman

• Kemudahan untuk menyampikan informasi pemberhentian tujuan penumpang

kepada sopir bus

• Peningkatan kualitas layanan untuk memotivasi masyarakat memilih bus kota

• Kesopanan sopir maupun kondektur dalam melayani penumpang

(28)

b. Comfort and other factor

Transportasi menyangkut sebuah proses dan penumpang ikut terlibat

selama proses berlangsung yaitu menikmati ketika transportasi ini mulai

dijalankan. Untuk itu, pengukuran terhadap atribut kualitas jasa trasnportasi juga

menyangkut kenyamanan selama proses berlangsung. Untuk itu, indikator yang

digunakan untuk mengukur comfort and other factor adalah sebagai berikut (Eboli

dan Gabriella Mazzulla, 2007:25):

• Desain dari bus kota yang meningkat kenyamanan selama bepergian

• Tingkat kepadatan penumpang dalam bus kota

• Efisiensi biaya menggunakan transportasi bus kota

• Kondisi halte bus

c. Network design

Eboli dan Gabriella Mazzulla (2007:25) menyatakan bahwa jaraingan

memiliki peran yang menentukan terhadap penilaian atas atribut kualitas layanan

transportasi bus. Jaringan ini meliputi dua indikator yang digunakan untuk

mengukurnya yaitu:

• Kemudahan mendapatkan tempat pembehrtian bus kota

• Rute bus kota sesuai dengan tujuan penumpang

Berkaitan dengan evaluasi atribut jasa, Hendarwan (2008:3) juga

menyatakan: “Berkaitan dengan banyaknya penyaji jasa yang bisa ditemukan

konsumen, maka atribut kompotensi memiliki peran yang berarti dalam

(29)

sebuah jasa juga menjadi atribut penting bagi jasa bersangkutan untuk

menunjukkan nilai (value) yang lebih tinggi kepada konsumen.

Hendarwan (2008:3) menggunakan tiga indikator untuk mengukur

kompetensi sebuah jasa yaitu: biaya layanan dan ketepatan waktu.

(a) Biaya layanan mengidentifikasikan mengenai kesesuaian antara biaya yang

dikeluarkan dengan nilai layanan yang didapatkan oleh konsumen.

(b) Ketepatan waktu, menyangkut ketepatan waktu dalam memulai layanan

seperti yang dijanjikan

(c) Kecepatan proses, menyangkut pengukuran lama waktu yang dibutuhkan

untuk menyajikan jasa.

2.2.3. Customer value

1. Pengertian Customer value

William dan Soutar (2000:1415) menyatakan: “Customer value has

become an area of increasing interest to marketers as it has emerged as a key

determinant of consumer decision making and behaviour” Customer value

menjadi orientasi bagi pemasar karena customer value mempengaruhi terhadap

perilaku dan keputusan yang akan diambil oleh konsumen shb dengan produk atau

jasa yang ditawarkan pemasar.

Cravens et al, (1988) dalam William dan Soutar (2000:1415) menyatakan:

“Most value studies have focussed on the ‘value for money’ paradigm, which has

been defined as a ratio between quality and price”. Penilaian terhadap nilai

(value) konsumen berdasarkan pada perbandingan antara kualitas barang atau jasa

(30)

rasio kualitas dan uang berarti semakin tinggi pula value yang dirasakan oleh

konsumen.

Berkaitan dengan dunia service, maka Botterill dan Crompton (1996)

dalam William dan Soutar (2000:1416) menyatakan: “In service industries, like

tourism, the consumption experience is intangible, dynamic, and subjective”. Hal

ini berarti nilai bagi konsumen industri jasa tidak bisa diidentifikasikan secara

fisik, bersifat dinamis, dan subyektif. Untuk itu, penilaian terhadap nilai ini bisa

berbeda berdasarkan penilaian antar konsumen.

2. Usaha Untuk Menciptakan Customer value

Untuk menciptakan nilai bagi pelanggan didasarkan pada usaha meningkat

kretivitas pada produk dan layanan, sebagaimana pendapat Dubé and Renaghan

(1999) yang dikutip oleh Minghetti (2003:143): “Managing customer value by

creating quality and service that customers can see now is considered a critical

component of companies’ strategic marketing.” Maksudnya bahwa untuk

mengelola nilai bagi pelanggan dilakukan dengan menciptakan kesesuaian antara

kualitas dan layanan.

Bowen & Shoemaker (1998) dalam Minghetti (2003:144) menyatakan:

“Orientation to customer retention, continual customer contact, and high

commitment to meeting customer expectations are the new strategic rules of

relationship marketing, which are based on factors other than pure economic

assessment and product attributes.” Pendapat ini menunjukkan bahwa nilai

(31)

dari orientasi untuk mempertahankan pelanggan, selalu melakukan komunikasi

dengan pelanggan.

Berhubungan dengan identifikasi terhadap customer value, Kotler (2000:1)

membuat skema yang menunjukkan identifikasi terhadap nilai yang diterima oleh

pelanggan sebagai berikut:

Product values

Service value

Personel value

Image value

Monetary cost

Time, energy, and physic cost

Total Customer Value (Quality Dimension)

Total Customer Cost

[image:31.595.112.515.251.400.2]

Customer Delivered Value

Gambar 2.1.

Skema Customer Delivered Value Sumber: Kotler, (2000:1).

Berdasarkan ilsutrasi gambar di atas, bisa dijelaskan bahwa terdapat enam

komponen yang menentukan customer value yang dikelompokkan pada dimensi

kualitas dan dimensi biaya. Perbandingan penilaian dimensi kualitas dan dimensi

biaya menunjukkan seberapa tinggi value yang diterima pelanggan.

Lebih lanjut berhubungan dengan pencptaan customer value, Kotler

(2000:3) menjelaskan berbagai langkah untuk menciptakan customer value

(32)
[image:32.595.111.514.138.364.2]

Tabel 2.1. Langkah Untuk Menciptakan Customer value

Choose the Value Provide the Value Communicate the Value

• Segment the market, identify the customers most attractive to your business, and that you can reasonably serve

• Identify what your target customers really value ("Quality" dimensions)

• Determine how well your company delivers on that value, relative to your competitors

• Identify the gaps in marketing mix and business processes - how can you improve on what matters most to customers?

• Is there an opportunity to lead the market by being better than everyone else on that which matters most?

• Define, focus and integrate your marketing mix

• Tell a "quality" story -- emphasize how well your company delivers on those quality elements determined to be most important to customers

• Build "quality" perceptions

Sumber: Kotler (2000:3)

Berdasarkan sajian tabel 2.1. dijelaskan bahwa untuk menciptakan

customer value pada pelanggan dimulai dari pemilihan value (choose the value)

dengan menjelaskan segmen pasar, menentukan pasar sasaran, dan menentukan

bagaimana perusahaan memberikan value kapada pelanggan dibandingkan dengan

kompetitor. Langkah selanjutnya adalah dengan menyediakan nilai bagi

pelanggan (provide the value) melalui penentuan ketimpangan (gap) pada

marketing mix dan proses bisnis dan mengidentifikasikan perbaikan yang bisa

dilakukan untuk pelanggan, menjelaskan ada tidaknya peluang untuk bisa menjadi

lebih baik dibandingkan pesaing, dan menimplementasikan marketing mix. Dan

langkah ketiga adalah mengkomunikasikan value kepada pelanggan (communicate

the value) yaitu dengan memberitahukan kepada pelanggan pentingnya kualitas

(33)

3. Dimensi Customer Value

William dan Soutar (2000:1417-1419) mengidentifikasikan bahwa

terdapat empat dimensi dari customer value, yaitu: functional value, emotional

value, social value, dan epistemic value.

a. Functional value

Nilai dari fungsional didasarkan pada nilai dari berbagai fasilitas fisik yang

bisa memberikan manfaat kepada pelanggan (functional value is defined as the

“perceived utility acquired from an alternative's capacity for functional,

utilitarian or physical performance).

b. Emotional Value

Emotional value adalah kemampuan dari jasa layanan sehingga bisa

menciptakan perasaan senang pada diri konsumen (emotional value is defined

as the ability of the product or service to arouse feelings or affective states).

c. Social Value

Social value mengidentifikasikan terhadap nilai yang timbul karena

terpenuhinya kebutuhan perasaan kebersamaan (social value is defined as the

“perceived utility acquired from an alternative's association with one or more

specific social groups).

d. Epistemic Value

Epistemic value merupakan nilai yang disebabkan oleh terpenuhinya

perasaan keingintahuan pelanggan, adanya hal-hal baru yang bisa menambah

(34)

acquired when the product arouses curiosity, provides novelty and/or

satisfies a desire for knowledge).”

Nilai bagi pelanggan atas sebuah jasa bersifat sangat relatif dan tergantung

pada konsumen dalam mempersepsikan tinggi rendahnya nilai yang didapatkan.

Berdasarkan pada pemahaman ini, maka bisa dijelaskan bahwa customer value

sangat menentukan terhadap evaluasi konsumen atas jasa yang diterima.

2.2.4. Kepuasan Pelanggan (konsumen) 1. Pengertian Kepuasan Konsumen

Secara umum pengertian kepuasan konsumen atau ketidakpuasan

konsumen merupakan perbedaan antara harapan (expectations) dan kinerja yang

dirasakan (perceived performance). Sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan

konsumen berarti kinerja suatu barang/jasa sekurang-kurangnya sama dengan

yang diharapkan. Kotler (2000: 36) dalam Hendroyono (2002:2) mengemukakan

bahwa tingkat kepuasan adalah: “Satisfaction is a person’s feelings of pleasure or

disapointment resulting from comparing a product’s percieved performance (or

outcome) in relation to his or her expectations.” Artinya, kepuasan adalah

perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan

antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan

harapan-harapannya. Kepuasan seorang pembeli (konsumen) setelah melakukan pembelian

tergantung pada kesesuaian antara prestasi dari produk yang dibeli dengan

harapan dari pembelian tersebut.

Kotler (1997) dalam Munawaroh (2005:121) mendefinisikan kepuasan

(35)

antara persepsi atas kinerja produk dengan harapannya. Definisi ini mengandung

pengertian bahwa kepuasan merupakan fungsi kinerja yang dipersepsikan dengan

harapan.

2. Dimensi Kepuasan

Lupiyoadi (2001:158) dalam Hendroyono (2002:2) menyatakan bahwa

dalam menentukan tingkat kepuasan, terdapat lima faktor utama yang harus

diperhatikan oleh perusahaan, yaitu:

a. Kualitas produk; pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka

menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.

b. Kualitas pelayanan; terutama untuk industri jasa, pelanggan akan merasa puas

bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang

diharapkan.

c. Emosional; pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan

bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan

merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan lebih tinggi.

Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai sosial

atau self esteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek

tertentu.

d. Harga; produk yang mempunyai kualitas sama tetapi menetapkan harga yang

relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggannya.

e. Biaya; Pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu

membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas

(36)

Hendroyono (2002:3) menyatakan bahwa perusahaan jasa harus dapat

mengetengahkan secara konsisten jasa yang berkualitas lebih tinggi daripada para

pesaingnya. Pelanggan (konsumen) memilih penyedia jasa dengan

membandingkan pelayanan yang dirasakan (perceived services) dengan yang

diharapkan (expected services). Jika pelayanan yang dirasakan berada dibawah

yang diharapkan, maka timbul suatu ketidak puasaan pelanggan, rasa kepercayaan

pelanggan terhadap penyedia jasa menjadi berkurang (hilang), pendapatan

perusahaan menurun dan akhirnya membahayakan kelangsungan hidup usahanya.

Sebaliknya jika pelayanan yang dirasakan sama atau lebih besar dari yang

diharapkan, maka pelanggan merasa puas. Mereka akan menggunakan kembali

jasa tersebut dan memberitahukan kepada yang lain, sehingga menjadi alat

promosi yang efektif, dan kelangsungan hidup perusahaan menjadi lebih terjamin.

Oleh karena itu penyedia jasa harus dapat mengidentifikasikan keinginan

konsumen dalam hal kualitas pelayanan secara umum maupun khusus.

2.2.5. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan Service planning dan reliability dengan customer value

Eboli dan Mazulla (2007) menyatakan bahwa kehandalan layanan dari

sebuah jasa transportasi akan mempengaruhi terhadap penilaian pelanggan

terhadap kualitas jasa transportasi. Untuk itu, bisa ditafsirkan bahwa ketika

kehandalan layanan transportasi tinggi, maka konsumen cenderung memiliki

(37)

2. Hubungan Comfort and other factor dengan customer value

Tjiptono (2004:23) menyatakan bahwa dalam layanan jasa, maka

kenyaman merupakan faktor yang menentukan terhadap nilai pelanggan. Semakin

tinggi kenyamanan berarti semakin tinggi pula manfaat yang didapatkan

konsumen karena konsumen merasa mendapatkan nilai lebih dari kenyamanan

yang bisa diberikan layanan transportasi.

3. Hubungan Network design dengan customer value

Eboli dan Mazulla (2007) menjelaskan bahwa network design memiliki

keterkaitan dengan customer value karena network design berhubungan dengan

tujuan konsumen menggunakan layanan bus kota. Ketika network design semakin

tinggi nilainya berarti mempengaruhi penilaian terhadap pencapaian tujuan

konsumen sehingga semakin tinggi penilaian terhadap value yang didapatkan.

4. Hubungan Competent dengan customer value

Tjiptono (2004:34) menyatakan bahwa dalam lingkungan persaingan yang

dinamis, maka konsumen memiliki keleluasaan untuk memilih banyak layanan.

Ketika konsumen merasa bisa membuktikan bahwa layanan yang digunakan lebih

unggul dibandingkan layanan yang lain, maka konsumen merasa pilihan yang

dilakukan adalah tepat sehingga mempengaruhi terhadap nilai yang dudapatkan

konsumen atas penggunaan jasa tersebut.

5. Hubungan Hubungan Customer value dan Kepuasan

Kotler (2000:3) menyatakan bahwa tinggi rendahnya customer value

(38)

didasarkan pada pencapaian kesesuaian antara harapan dan realitas layanan dan

ketika nilai layanan yang didapatkan tinggi berarti menentukan terhadap tinggi

rendahnya kepuasan.

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini diilustrasikan dalam gambar

(39)

Frekuensi

Kehandalan

Informasi

Personel

Komplain

Kondisi bus kota

Kepadatan

Keterawatan halte

Tempat pemberhentian

Kondisi Rute

Tingginya harapan

Tingginya realisasi

Kehandalan Layanan

Kenyamanan

Rute

Kepuasan H1

H2

H3

Keunggulan

Biaya (tarif)

Kompetensi

Ketepatan waktu

H4

Nilai Pelanggan

Nilai fungsional

Nilai emosi

Nilai sosial

Nilai Epistemic

H5

Kondisi halte

Rute strategis

Sarana transportasi

[image:39.842.91.712.123.430.2]
(40)

2.4. Hipotesis Penelitian

1. Service planning dan reliability berpengaruh terhadap customer value

2. Comfort and other factor berpengaruh terhadap customer value

3. Network design berpengaruh terhadap customer value

4. Competent berpengaruh terhadap customer value

(41)

31

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

. Definisi operasional dari laten eksogen customer value yang terdiri dari

dimensi: service planning dan reliability, comfort and other factor, network

design, dan competent, sedangkan laten endogen (Y) adalah kepuasan

penumpang adalah sebagai berikut:

1. Service planning dan reliability

Kualitas layanan transportasi yang diidentifikasikan dari kehandalan layanan

yang diberikan kepada penumpang. Indikator yang digunakan untuk mengukur

atribut ini didasarkan pada indikator:

a. Frekuensi dari layanan bus kota Surabaya (kemudahan didapatkan)

b. Layanan transportasi yang tepat dan aman

c. Kemudahan untuk menyampaikan informasi pemberhentian tujuan

penumpang kepada sopir bus

d. Kesopanan sopir maupun kondektur dalam melayani penumpang

e. Tanggapan dari komplain dari penumpang

2. Comfort and other factor

Atribut kualitas jasa transportasi yang menyangkut kenyamanan selama proses

berlangsung. Untuk itu, indikator yang digunakan untuk mengukur comfort

(42)

a. Desain dari bus kota yang meningkat kenyamanan selama bepergian

b. Tingkat kepadatan penumpang dalam bus kota

c. Efisiensi biaya menggunakan transportasi bus kota

d. Kondisi halte bus

3. Network design

Penilaian konsumen terhadap jaringan layanan transportasi bus. Jaringan ini

meliputi dua indikator yang digunakan untuk mengukurnya yaitu:

a. Kemudahan mendapatkan tempat pemberhentian bus kota

b. Rute bus kota sesuai dengan tujuan penumpang

c. Bus kota melewati rute-rute strategis kota Surabaya

4. Competent

Berbagai keunggulan dari layanan bus kota yang didapatkan oleh konsumen

dan diukur dari indikator:

a. Biaya layanan mengidentifikasikan mengenai kesesuaian antara biaya

yang dikeluarkan dengan nilai layanan yang didapatkan oleh konsumen.

b. Ketepatan waktu, menyangkut ketepatan waktu dalam memulai layanan

seperti yang dijanjikan

c. Kecepatan proses, menyangkut pengukuran lama waktu yang dibutuhkan

untuk menyajikan jasa.

5. Customer value

Mengidentifikasikan nilai yang didapatkan konsumen dari layanan bus kota

(43)

a. Nilai dari fungsional didasarkan pada nilai dari berbagai fasilitas fisik

yang bisa memberikan manfaat kepada pelanggan

b. Emotional value didasarkan pada kemampuan dari jasa layanan sehingga

bisa menciptakan perasaan senang pada diri konsumen

c. Social value didasarkan pada nilai yang timbul karena terpenuhinya

kebutuhan perasaan kebersamaan

d. Epistemic value didasarkan pada nilai yang disebabkan oleh terpenuhinya

perasaan keingintahuan pelanggan, adanya hal-hal baru yang bisa

menambah pengalaman pelanggan

6. Kepuasan konsumen

Mengidentifikasikan mengenai tingkat harapan dan realiasi dari layanan bus

kota yang diterima konsumen dengan indikator:

a. Tinggi rendahnya harapan konsumen terhadap layanan bus kota

b. Tinggi rendahnya realisasi layanan menurut penilaian konsumen

c. Bus kota adalah sarana transportasi dalam kota yang tepat

d. Konsumen tidak ingin beralih ke sarana transportasi yang lain selain bus

kota

3.1.2. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel penelitian ini dengan menggunakan skala Likert yaitu

rentang skala antara 1 – 5 yang menunjukkan peringkat atas penilaian terhadap

sebuah obyek dengan skala jawaban adalah sebagai berikut:

(44)

Skor 2 = Tidak setuju

Skor 3 = Biasa

Skor 4 = Setuju

Skor 5 = Sangat setuju

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah keseluruan masyarakat Surabaya yang

pernah menggunakan layanan bus kota minimal 1 kali dalam bulan April 2010.

3.2.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah populasi dengan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Jumlah masyarakat yang pernah menggunakan

layanan bus kota minimal 1 kali dalam bulan April 2010 tidak diketahui secara

pasti sehingga untuk mendapatkan sampel penelitian menggunakan rumus

Zilkmund (2000) sebagaimana dikutip Kuncoro (2003:174) yaitu:

ZS n =

e

Keterangan:

n = jumlah sampel e = tingkat kesalahan yang ditolerir, yaitu 10%.

Z = nilai yang sudah distandarisasi sesuai derajat keyakinan, untuk penelitian ini,

derajat keyakinan sebesar 90% (Z = 1,99) 2

S deviasi standar sampel atau estimasi deviasi standar populasi, yaitu ditetapkan

(45)

(1,99) (60)

a. Penelitian Lapangan (Field Research). Teknik pengumpulan data ini

dilakukan untuk mendapatkan data-data primer yaitu data yang didapat

langsung dari sumbernya. Alat untuk mendapatkan data menggunakan

kuesioner penelitian yang telah didesan sesuai dengan tujuan penelitian. 2

n =  = 143 Responden

10

Untuk mendapatkan sampel penelitian dengan menggunakan teknik

purposive sampling yaitu teknik untuk mendapatkan sampel dengan

memperimbangkan keterwakilan populasi penelitian dengan kriteria: (a) pernah

menggunakan layanan bus kota minimal 1 kali dalam bulan April 2010, (b)

berusia di atas 17 tahun, dan (c) berdomisili di Surabaya.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif

beripa data hasil scoring kuesioner yang diolah dengan menggunakan program

statistic untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

primer yaitu data yang diperoleh dari responden penelitian yaitu masyarakat

Surabaya yang menjadi sampel penelitian.

3.3.3. Pengumpulan Data

(46)

b. Kajian pustaka. Teknik pengumpulan data ini dilakukan untuk mendapatkan

dasar kajian teoritis yang berguna untuk memberikan landasan dalam

pembahasan.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

1. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Uji validitas merupakan suatu uji yang bertujuan untuk menentukan

kemampuan suatu indikator dalam mengukur variabel laten. Suatu indikator

dinyatakan valid jika nilai tvalue yang dihasilkan > 1,96 (Ghozali dan Fuad,

2005:317-318).

Uji reliabilitas merupakan suatu pengujian untuk menentukan konsistensi

pengukuran indikator-indikator dari suatu variabel laten. Uji reliabilitas bisa

dilakukan menggunakan composite reliability, dengan rumus sebagai berikut

(Ghozali dan Fuad, 2005:321):

ρc = ((∑λ)2/[(∑λ)2+∑(θ)]

Dimana:

ρc

2. Structural Equation Model

= composite reliability λ = loading factor

θ = error variance indikator

Untuk menganalisis data, digunakan SEM dari paket software statistik

Amos 6.0. SEM digunakan karena SEM memungkinkan pengujian sebuah

(47)

untuk mengkonfirmasi dimensi–dimensi dari sebuah konsep serta kemampuannya

untuk mengukur pengaruh hubungan–hubungan secara teoritis. Hubungan

komplek itu dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel independen,

dimana dalam penelitian ini terdapat satu variabel independen, empat variabel

bebas. Setiap variabel, dependen maupun independen, berbentuk konstruk yang

dibangun dari berbagai variabel indikator.

3.4.2. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian, berdasarkan pada evaluasi kriteria

Goodness-of-Fit. Sebelum dilakukan evaluasi kesesuaian model

(Goodness-of-Fit), data yang akan digunakan dalam analisis ini harus diuji terlebih dahulu

apakah memenuhi asumsi-asumsi SEM atau tidak. Asumsi-asumsi tersebut

meliputi (Ferdinand, 2006): (a) Ukuran sampel, ketentuan jumlah sampel

minimum adalah 100. (b) Normalitas dan linearitas. (c) Outliers. (d)

Multicolinearity dan singularity.

Pengujian kesesuaian model dilakukan dengan menggunakan beberapa

indeks kesesuaian (Fit Index) untuk mengukur “kebenaran” model yang diajukan.

Indeks kesesuaian yang digunakan antara lain adalah (Ferdinand, 2006): (a) χ2 –

Chi Square Statistic, (b) RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation),

(c) GFI (Goodness of Fit Index), (d) AGFI (Adjusted Goodness Fit Index), (e) TLI

(48)

38

4.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Berdasarkan data isian kuesioner, maka bisa dijelaskan karakteristik

responden penelitian ini sebagai berikut:

a. Jenis Kelamin

Data kuesioner yang berhasil terkumpul adalah 143 kuesioner, namun

terdapat satu responden yang mengalami outlier, sehingga untuk selanjutnya

responden dihitung sejumlah 142 responden. Berdasarkan jenis kelamin

[image:48.595.141.487.429.491.2]

responden, maka profil responden bisa dijelaskan berikut:

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)

1 Laki-laki 82 57,7

2 Perempuan 60 42,3

Total 142 100,0

Sumber

b. Usia

: Data diolah

Dari 142 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

diketahui usia para responden penelitian sebagai berikut:

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Prosentase (%)

1 17 tahun – 22 tahun 36 25,4

2 23 tahun – 28 tahun 28 19,7

3 29 tahun – 34 tahun 32 22,5

4 35 tahun – 40 tahun 25 17,6

5 41 tahun – 46 tahun 16 11,3

6 46 tahun ke atas 5 3,5

Total 142 100,0

[image:48.595.151.490.625.745.2]
(49)

c. Pekerjaan

Dari 142 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

[image:49.595.142.481.222.394.2]

diketahui pekerjaan para responden penelitian sebagai berikut:

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)

1 Pelajar/mahasiswa 34 23,9

2 Pekerja swasta 51 35,9

3 PNS 22 15,5

4 TNI 5 3,5

5 Pengusaha 3 2,1

6 Profesional 9 6,3

7 Lain-lain 18 12,7

Total 142 100,0

Sumber

No

: Data diolah

d. Domisili

Berdasarkan 142 responden yang menjawab kuesioner yang telah

diberikan dapat diketahui domisili responden sebagaimana dijelaskan dalam tabel

[image:49.595.147.489.550.685.2]

berikut:

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili

Domisili Jumlah Prosentase (%)

1 Surabaya Utara 15 10,6

2 Surabaya Selatan 19 13,4

3 Surabaya Barat 37 26,1

4 Surabaya Timur 36 25,4

5 Surabaya Pusat 35 24,6

Total 142 100,0

(50)

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini menjelaskan mengenai penilaian responden

terhadap setiap pertanyaan dalam setiap variabel yang diteliti yaitu meliputi:

customer value dan kepuasan pelanggan bus kota Damri. Tabel-tabel berikut

menjelaskan distribusi frekuensi jawaban responden untuk setiap variabel yang

diteliti.

4.2.1. Deskripsi Variabel Penelitian

Terdapat empat variabel penelitian yang dideskripsikan berdasarkan

penilaian responden yaitu: service planning dan reliability, comfort and other

factor, network design, competent, customer value, dan kepuasan konsumen.

Untuk menjelaskan penilaian responden atas keseluruhan variabel yang diteliti

[image:50.595.111.512.462.691.2]

sebagaimana disajikan tabel berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi service planning dan reliability

Deskripsi service planning dan reliability

Deskripsi Jawaban

STS TS CS S SS ∑

Frekuensi dari layanan bus kota Surabaya (kemudahan didapatkan)

12 75 33 20 2 142

8,45% 52,8% 23,2% 14% 1,41% 100% Layanan transportasi yang tepat dan aman 19 58 35 24 6 142

13,4% 40,8 24,6 17 4,23 100 Kemudahan untuk menyampaikan

informasi pemberhentian tujuan penumpang kepada sopir bus

67 45 12 18 0 142

47,2% 31,(% 8,45% 13% 0% 100% Kesopanan sopir maupun kondektur dalam

melayani penumpang

10 62 41 27 2 142

7,04% 43,7% 28,9% 19% 1,41% 100% Tanggapan dari komplain dari penumpang 16 10 52 45 19 142

11,3% 7,04% 36,6% 32% 13,4% 100%

Sumber

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa untuk variabel service planning

(51)

yang berbeda. Untuk pertanyaan pertama yaitu frekuensi dari layanan bus kota

surabaya (kemudahan didapatkan) sebagian besar responden menjawab tidak

setuju yaitu (52,8%). Untuk layanan transportasi yang tepat dan aman sebagian

besar menjawab tidak setuju yaitu (40,8%). Pertanyaan kemudahan untuk

menyampaikan informasi pemberhentian tujuan penumpang kepada sopir bus

reponden banyak menjawab sangat tidak setuju (47,2%). Untuk pertanyaan

kesopanan sopir maupun kondektur dalam melayani penumpang sebagian besar

jawaban responden adalah tidak setuju (43,7%). Tanggapan dari komplain dari

[image:51.595.113.516.389.562.2]

penumpang responden menjawab cukup setuju sebesar (36,6%)

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi comfort and other factor

Deskripsi comfort and other factor Deskripsi Jawaban

STS TS CS S SS ∑

Desain dari bus kota yang meningkat kenyamanan selama bepergian

8 19 36 64 15 142

5,63% 13,4% 25,4% 45% 10,6% 100% Tingkat kepadatan penumpang dalam bus

kota

8 17 44 54 19 142

5,63% 12% 31% 38% 13,4% 100% Efisiensi biaya menggunakan transportasi

bus kota

10 11 58 55 8 142

7,04% 7,75% 40,8% 39% 5,63% 100%

Kondisi halte bus 12 11 58 56 5 142

8,45% 7,75% 40,8% 39% 3,52% 100%

Sumber

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa untuk distribusi frekuensi comfort

and other factor. yang terdiri dari tiga pertanyaan kuesioner dengan varisai

jawaban yang berbeda. Pertanyaan pertama Desain dari bus kota yang meningkat

kenyamanan selama bepergian kota sebagian besar responden menjawab setuju

(45%). Untuk tingkat kepadatan penumpang dalam bis kota sebagian besar

(52)

sebagian menjawab cukup setuju (48,7%). Untuk kondisi halte bus sebagian besar

responden menjawab cukup setuju (40,8%)

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi network design

Deskripsi network design Deskripsi Jawaban

STS TS CS S SS ∑

Kemudahan mendapatkan tempat pemberhentian bus kota

6 21 27 79 9 142

4,23% 14,8% 19% 56% 6,34% 100% Rute bus kota sesuai dengan tujuan

penumpang

4 17 46 64 11 142

2,82% 12% 32,4% 45% 7,75% 100% Bus kota melewati rute-rute strategis kota

Surabaya

12 10 6 48 66 142

8,45% 7,04% 4,23% 34% 46,5% 100%

Sumber

Deskripsi competent : Data diolah

Tabel distribusi frekuensi network design di bagi menjadi tiga pertanyaan

yaitu: kemudahan mendapatkan tempat pemberhentian bus kota sebagian besar

responden menjawab setuju (56%). Untuk pertanyaan rute bus kota sesuai dengan

tujuan penumpang responden menjawab cukup setuju (32,4%). Ketiga, bus kota

melewati rute-rute strategis kota surabaya banyak responden menjawab sangat

[image:52.595.118.505.539.692.2]

setuju (46,%)

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi competent

Deskripsi Jawaban

STS TS CS S SS ∑

Biaya layanan mengidentifikasikan mengenai kesesuaian antara biaya yang dikeluarkan dengan nilai layanan yang didapatkan oleh konsumen.

0 8 72 53 9 142

0 5,63% 50,7% 37% 6,34% 100% Ketepatan waktu, menyangkut ketepatan

waktu dalam memulai layanan seperti yang dijanjikan

0 0 58 80 4 142

0 0 40,8% 56% 2,82% 100% Kecepatan proses, menyangkut pengukuran

lama waktu yang dibutuhkan untuk menyajikan jasa.

0 0 8 72 62 142

0 0 5,63% 51% 43,7% 100%

Sumber

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa untuk distribusi competent. yang

(53)

Pertama: Biaya layanan mengidentifikasikan mengenai kesesuaian antara biaya

yang dikeluarkan dengan nilai layanan yang didapatkan oleh konsumen. Sebagian

besar konsumen menjawab cukup setuju (50,7). Kedua: Ketepatan waktu,

menyangkut ketepatan waktu dalam memulai layanan seperti yang dijanjikan

responden sebagian besar menjawab (56%). Ketiga: Kecepatan proses,

menyangkut pengukuran lama waktu yang dibutuhkan untuk menyajikan jasa.

[image:53.595.115.519.333.543.2]

Sebagian besar konsumen menjawab setuju (51%)

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi customer value

Deskripsi customer value Deskripsi Jawaban

STS TS CS S SS ∑

Nilai dari fungsional didasarkan pada nilai dari berbagai fasilitas fisik yang bisa memberikan manfaat kepada pelanggan

9 58 65 10 0 142

6,34% 40,8% 45,8% 7% 0 100%

Emotional value didasarkan pada

kemampuan dari jasa layanan sehingga bisa menciptakan perasaan senang pada diri konsumen

7 75 46 11 3 142

4,93% 52,8% 32,4% 7,7% 2,11% 100% Social value didasarkan pada nilai yang

timbul karena terpenuhinya kebutuhan perasaan kebersamaan

6 63 59 14 0 142

4,23% 44,4% 41,5% 9,9% 0 100% Epistemic value didasarkan pada nilai yang

disebabkan oleh terpenuhinya perasaan keingintahuan pelanggan, adanya hal-hal baru yang bisa menambah pengalaman pelanggan

15 54 60 12 1 142

10,6% 38% 42,3% 8,5% 0,75 100%

Sumber

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa untuk distribusi frekuensi

customer value. yang terdiri dari empat pertanyaan kuesioner dengan varisai

jawaban yang berbeda, yaitu? Nilai dari fungsional didasarkan pada nilai dari

berbagai fasilitas fisik yang bisa memberikan manfaat kepada pelanggan.

responden menjawab (45,8%). Untuk, Emotional value didasarkan pada

(54)

diri konsumen. Sebagian besar responden menjawab tidak setuju sebesar (52,8%)

Untuk, Social value didasarkan pada nilai yang timbul karena terpenuhinya

kebutuhan perasaan kebersamaan sebagian besar responden menjawab tidak

setuju yaitu (44,4%). Untuk, Epistemic value didasarkan pada nilai yang

disebabkan oleh terpenuhinya perasaan keingintahuan pelanggan, adanya hal-hal

baru yang bisa menambah pengalaman pelanggan. Sebagian responden

[image:54.595.122.514.333.512.2]

menjawabcukup setuju sebesar (42,3%)

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Kepuasan

Deskripsi Kepuasan Deskripsi Jawaban

STS TS CS S SS ∑ Tinggi rendahnya harapan konsumen terhadap

layanan bus kota

13 11 37 33 48 142

9,15% 7,75% 26,1% 23% 33,8% 100%

Tinggi rendahnya realisasi layanan menurut penilaian konsumen

20 22 41 56 3 142

14,1% 15,5% 28,9% 39% 2,11% 100%

Bus kota adalah sarana transportasi dalam kota yang tepat

23 3 62 40 14 142

16,2% 2,11% 43,7% 28% 9,86% 100%

Konsumen tidak ingin beralih ke sarana transportasi yang lain selain bus kota

42 41 56 3 0 142

29,6% 28,9% 39,4% 2,1% 0 100% Sumber

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa untuk distribusi frekuensi

kepuasan. yang terdiri dari empat pertanyaan kuesioner dengan varisai jawaban

yang berbeda, yaitu: Pertanyaan pertama, Tinggi rendahnya harapan konsumen

terhadap layanan bus kota, responden lebih banyak menjawab sangat setuju.

(33,8%). Pertanyaan kedua, Tinggi rendahnya realisasi layanan menurut penilaian

konsumen, sebagian besar responden menjawab setuju yaitu (39%). Pertanyaan

(55)

menjawab cukup setuju sebesar (43,7%). Pertanyaan k

Gambar

Tabel 1.2. Data Jumlah Pelanggan Bus Kota Surabaya
Gambar 2.1.
Tabel 2.1. Langkah Untuk Menciptakan Customer value
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat potensi rumput laut di Indonesia yang cukup besar dan keterbatasan produsen dalam menghasilkan nata yang berkualitas serta pentingnya nata sebagai sumber

PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ALAM BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Menilai hasil penelitian atau hasil pemikiran dosen yang diterbitkan pada Majalah llmiah.. Nasional dan

Pada proses siklus I yang telah dilaksanakan peneliti tanggal 24 November 2018 terhadap kelas V MI Manna Was Salwa Sidoarjo terdapat beberapa kekurangan dalam

Jenis yang lain adalah penggurdi pistol pemotong pusat (jenis konvensional), digunakan untuk penggurdian lubang yang sangat dalam, misalnya menggurdi lubang buntu yang tidak dapat

Pencarian jurnal dilakukan pada bulan februari 2018 dengan pencarian jurnal yang menggunakan metode RCT ( randomizarion controller trial) untuk penelitian dengan

PETA KOTAMADYA SURABAYA.. 59

Hasil penelitian ini juga memberikan in- formasi bahwa peserta didik yang memiliki gaya berpikir SA dan AA lebih kreatif di dalam meren- canakan dan menyelesaikan permasalahan. Hal