Dokumen Rencana Proyek
Kampanye Pride KKPD Teluk Mayalibit
Bertha Matatar, S.IK
Conservation International Indonesia
Raja Ampat Program
Bagian 1. Deskripsi Situasional Kawasan Kerja dan Khalayak Target
1.1.
Analisis Data Kualitatif1.1.1 Metode Pengumpulan Data Kualitatif
Pengumpulan data kualitatif yang dilakukan dilapangan adalah dengan cara observasi dan wawancara mendalam.
• Penelitian Observasi
Teknik observasi ini dilakukan untuk melihat perilaku dan keseharian dari nelayan lema yang ada di kampung target. Observasi telah dilakukan pada masa tugas pra kuliah, dimana penelitian ini dilakukan selama 1 hari penuh (24 jam) di Warsambin dan yang menjadi objek penelitian observasi ini adalah nelayan lema.
• Wawancara mendalam
Wawancara mendalam adalah suatu teknik penelitian kualitatif yang meliputi wawancara individu secara intensif, biasanya dengan jumlah responden yang sama dari setiap khalayak sasaran. Untuk mengeksplorasi perspektif mereka mengenai suatu gagasan, permasalahan, perilaku dan atau pemengaruh tertentu. Metode penelitian ini menggunakan serangkaian pertanyaan yang terstruktur untuk lebih memahami tantangan-tantangan yang dihadapi suatu khalayak sasaran dalam mengadopsi suatu perilaku, dan juga untuk mengidentifikasi pendorong-pendorong emosional yang menjadi dasar untuk hal-hal menjadi kepedulian mereka.
Wawancara mendalam dilakukan kepada nelayan di 5 kampung dengan jumlah responden masing-masing kampung terdiri dari 4 nelayan, sehingga semua berjumlah 20 responden. Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan dilapangan selama 3 hari, dari tanggal 10 – 12 September 2012, dengan jumlah pewawancara 1 orang adalah responden yang berhasil diwawancara berjumlah 17 orang, terdiri dari nelayan lema 8 orang dan nelayan non lema 9 orang. Teknik ini dilakukan karena, melihat kondisi dilapangan bahwa nelayan lema di kampung target agak sulit untuk dikumpulkan dalam satu moment, sehingga alangkah baiknya saya mendatangi langsung kepada nelayan target yang akan saya wawancara.
1.1.2 Analisis Hasil Penelitian Kualitatif
Dari hasil wawancara mendalam pada nelayan lema yang telah dilakukan dengan mengacu pada tujuh pertanyaan kualitatif, menunjukan bahwa :
Mengapa mereka melakukan perilaku mereka sekarang ini ?
Nelayan lema masih melakukan perilaku mereka sekarang, karena ini adalah mata pencaharian dan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dalam keluarga. Selain itu
tidak ada pekerjaan/usaha lain lagi yang mereka kerjakan selain dari menangkap/melobe ikan lema. Faktor lain adalah pengetahuan mereka yang sangat kurang sekali tentang biologi ikan lema. Ini terlihat dari semua responden menjawab bahwa mereka menangkap setiap bulan gelap karena tidak tahu tentang reproduksi, waktu matang gonad, kapan ikan lema bertelur serta siklus hidupnya. Karena ketidaktahuan ini, maka mereka tetap melakukan penangkapan disetiap musim, bahkan pada saat puncak ikan lema bertelur. Ada juga responden (Lopintol) menjawab kalau dulu itu waktu musim ikan lema naik, sangat banyak tetapi pada saat itu belum ada pembeli/penada. Sekarang sudah ada pembeli/penada yang siap untuk membeli/menampung ikan hasil tangkapan mereka, maka mereka semua rame-rame menangkap ikan lema pada musimnya. Bahkan ada juga ibu-ibu dan anak-anak yang mata pencahariannya sebagai nelayan lema dan hasil yang diperoleh dari menangkap ikan lema cukup banyak per malamnya.
Apakah ada lebih dari satu khalayak yang perlu mengubah perilaku mereka?
Responden (Lopintol dan Warsambin) menjawab kalau musim ikan lema naik, ada nelayan dari Kalitoko, Arway dan Yensner yang datang ke Warsambin dan Lopintol untuk datang menangkap ikan lema. Nelayan-nelayan ini datang pada saat musim lema saja, jika tidak musim, mereka tidak datang. Seperti yang dikatakan oleh seorang responden (Lopintol) bahwa saudaranya yang berasal dari Arway sering datang ke Lopintol dan tinggal disana untuk menangkap ikan lema, jika sudah selesai musim, dia akan kembali ke kampungnya. Sama halnya yang dikatakan oleh seorang responden di Warsambin bahwa pada musim lema, menantunya yang tinggal di Kalitoko, beliau akan datang untuk menangkap ikan lema di Warsambin.
Apakah ada khalayak yang pengaruhnya besar terhadap khalayak utama Anda?
Hampir semua responden menjawab mereka melobe ikan lema karena kemauan mereka sendiri dan tidak ada yang mempengaruhi/memberikan keputusan bagi mereka. Nelayan di Warsambin mengatakan bahwa, majelis jemaat (gereja) sering menghimbau kepada jemaatnya dalam ibadah pada setiap hari minggu, agar pada malam minggu tidak boleh keluar menangkap ikan lema. Himbauan gereja ini masih ditaati oleh nelayan di Warsambin, tetapi ada juga nelayan yang sering nakal untuk menangkap ikan lema pada malam minggu. Di Lopintol, mungkin belum ada aturan dari pihak agama dalam hal ini (Mesjid atau Haji) yang mengeluarkan semacam himbauan kepada nelayan untuk tidak mencari pada hari-hari tertentu seperti di Warsambin. Sehingga pada hari sabtu/malam minggu dan hari minggu pun nelayan Lopintol tetap melobe lema, sampai saat ini nelayan lema di Lopintol masih menangkap pada sabtu malam dan hari minggu.
Apa yang oleh khalayak Anda dianggap sebagai halangan untuk melakukan perilaku yang baru?
Hampir semua responden menjawab bahwa Inilah mata pencaharian mereka dan tidak ada mata pencaharian lain, sehingga mereka harus pergi menangkap ikan lema. Mereka juga mengatakan bahwa mereka tidak bisa beristirahat karena dari sinilah mereka makan, sehingga setiap musim mereka akan melobe/menangkap ikan lema. Responden lain menjawab, menangkap lema merupakan suatu tradisi/kebiasaan untuk dia sehingga setiap musim pasti melobe dan tidak bisa beristirahat untuk waktu yang lama (3-7 hari). Biasanya jika cape, beliau hanya istirahat/tidak melobe 1 hari, tidak bisa lebih. Selain itu juga dia terpengaruh dari teman-teman nelayan lainnya, dimana ketika tidak melobe dan pada saat yang sama, beliau melihat nelayan lain pergi melobe, maka beliau langsung bergegas pergi melobe.
Apa yang oleh khalayak Anda dianggap sebagai manfaat dalam melakukan perilaku yang baru?
Hampir semua responden menjawab kalau kita tidak menangkap saat ikan lema bertelur maka sudah memberikan waktu kepada ikan untuk bertelur. Telur-telur ini akan menetas dan berkembangbiak maka ikan lema di Teluk ini akan bertambah banyak, hasil yang akan diperoleh juga banyak.
Sumber mana yang mereka cari kalau berkaitan dengan perilaku ini? (cara menangkap ikan, waktu penangkapan, dst) ?
Informasi tentang cara menangkap lema diperoleh dari saudara dan orang tua mereka. Sedangkan informasi harga ikan diperoleh dari nelayan lain dan penada-penada lema di kampung, bahkan mereka juga biasanya menanyakan langsung informasi harga penjualan ikan lema ke pasar dan penadanya yang ada dipasar.
Siapa yang mereka percaya sebagai sumber? (Pemerintah, LSM, Sektor Swasta, Orang-orang seperti mereka sendiri)
Hampir semua responden manjawab bahwa orang yang mereka percaya sebagai sumber informasi didalam kampung adalah Pemerintah Kampung (Kepala Kampung dan Sekretaris Kampung), CI (Pa Bram dan beberapa staf), DKP Raja Ampat. Selain itu ada juga nelayan lain yang ada dikampung (Pa jufri, Pa basri, Pa kasian, inilah nelayan-nelayan yang dipercayai oleh nelayan lain di Lopintol) dan dari pihak Agama yaitu Pak Haji (Lopintol) dan pihak Gereja (Warsambin).
1.2.
Model Konsep FinalModel Konsep adalah sebuah teknik yang biasa dipakai organisasi-organisasi dan para ilmuwan konservasi untuk mengidentifikasi ancaman langsung terhadap sasaran konservasi dan penyebab dasar untuk dari ancaman-ancaman tersebut (ancaman tidak langsung atau faktor penyumbang), (Modul Rare, 2012)
• Bagan Model Konsep
Gambar Konsep Model Kampanye Pride KKPD Teluk Mayalibit
Target konservasi yang ingin dicapai dalam kampanye pride di KKPD Teluk Mayalibit adalah Catch Per Unit Effort (CPUE) ikan lema tetap stabil dari data tahun 2013. Namun saat ini ancaman langsung yang akan disasar dalam kampanye pride ini adalah penangkapan berlebihan ikan lema oleh nelayan lema pada saat puncak pemijahan. Penangkapan pada puncak pemijahan ini terjadi karena nelayan lema menangkap pada setiap kesempatan. Nelayan menangkap pada setiap kesempatan disebabkan karena tidak ada pengawasan penagkapan ikan lema dan belum ada pengelolaan sumberdaya ikan lema. Tidak ada pengawasan penangkapan ikan lema disebabkan karena tidak ada aturan yang mengatur dan belum maksimalnya tim patroli dan pengawasan khusus yang mengawasi kegiatan penangkapan ikan lema. Belum ada pengelolaan sumberdaya ikan
lema disebabkan karena pengetahuan nelayan yang minim tentang dampak penangkapan berlebihan ikan lema pada saat puncak pemijahan dan biologi ikan lema (waktu puncak pemijahan ikan lema). Pengetahuan yang minim ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi dan informsi mengenai biologi ikan lema (kapan musim puncak pemijahan ikan lema). Kurangnya sosialisasi disebabkan karena belum ada ahli ikan lema yang memberi informasi mengenai ikan lema kepada nelayan lema. Belum ada pengelolaan (perkam) sumberdaya ikan lema juga disebabkan karena kurangnya pemahaman bahwa perkam penting untuk mengelola sumberdaya ikan lema. Kurangnya pemahaman pentingnya perkam ikan lema disebabkan karena pengetahuan yang minim tentang dampak penangkapan berlebihan ikan lema pada saat puncak pemijahan dan belum ada informasi tentang pentingnya pengelolaan sumberdaya ikan lema. Kurangnya pemahaman disebabkan karena kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya pengelolaan sumberdaya ikan lema. Selain itu tim patroli dan pengawasan juga belum maksimal mengawasi kegiatan penangkapan ikan lema, disebabkan karena belum ada SOP patroli dan pengawasan yang secara khusus mengenai perikanan ikan lema. Selain itu, ancaman langsung ini juga terjadi disebabkan karena pekerjaan mereka hanya sebagai nelayan lema dan ini terjadi karena menangkap ikan lema lebih cepat mendapatkan uang dibanding hasil lain yang menunggu beberapa waktu untuk mendapatkan uang. Ini terjadi karena disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan uang jauh lebih cepat dibandingkan hasil lain (waktunya lama), alat tangkap yang digunakan juga masih tradisional, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dulu ikan lema belum ada harga tetapi sekarang ikan lema sudah ada harga, sehingga memacu nelayan untuk terus menangkap ikan lema. faktor-faktor penyumbang inilah yang menyebabkan ancaman secara langsung dapat terjadi.
1.3.
Rantai Hasil Final untuk Setiap Khalayak Target Final • Pengertian/definisi Rantai HasilSebuah Rantai Hasil adalah sebuah alat yang memperjelas asumsi-asumsi Anda tentang bagaimana strategi dan kegiatan-kegiatan konservasi Anda akan membantu mencapai sasaran-sasaran kampanye Pride. Sebuah Rantai Hasil adalah sebuah cara yang rinci dan singkat untuk menggambarkan dalam grafis Teori Perubahan Anda, termasuk bagaimana strategi-strategi penyingkiran halangan Anda akan menyebabkan perubahan yang akan berkontribusi pada pengurangan ancaman dan pencapaian target-target konservasi. Rantai Hasil membuat para Manajer Kampanye dapat semua elemen kampanye mereka saling bersesuaian, termasuk siapa sasaran mereka, pesan-pesan apa yang perlu mereka kembangkan untuk setiap khalayak sasaran, apa sasaran SMART mereka, pertanyaan/metrik apa saja
yang mereka perlukan untuk mengukur dampak kampanye pada obyektif tersebut, (Modul Rare, 2012).
• Ilustrasi Bagan Rantai Hasil Final untuk Setiap Segmen Khalayak Target Final Sasaran konservasi setiap segmen khalayak target dapat tercapai bila ada pengurangan ancaman dan hasil pengurangan ancaman ini terjadi bila ada hasil perubahan perilaku dari khalayak target. Hasil Perubahan perilaku terjadi bila khalayak sudah berbicara diantara mereka, Ini dapat terjadi bila sikap khalayak target sudah setuju, khalayak setuju bila pengetahuan mereka sudah meningkat. Semua ini dapat dihasilkan melalui kegiatan pride yang akan dilakukan.
• Segmentasi Khalayak Target yang akan Disasar
Segmentasi khalayak sasaran dilakukan untuk mengelompokkan khalayak-khalayak target agar materi kampanye dan pesan-pesan kampanye yang akan disampaikan dapat menyasar langsung khalayak sasarannya. Dari hasil wawancara mendalam dan segmentasi khalayak yang sudah dilakukan maka yang menjadi khlayak target di kawasan Teluk Mayalibit hanya 1 khalayak yaitu nelayan lema. nelayan lema merupakan pengguna sumberdaya ikan lema yang secara langsung, karena yang lebih banyak dan secara langsung mengakses ke lokasi penangkapan adalah nelayan lema di kampung Warsambin dan Lopintol.
• Narasi dan Kerangka Logis Rantai Hasil untuk Setiap Khalayak Target
Capaian konservasi yang ingin dicapai dalam kampanye pride ini adalah nilai Catch Per Unit Effort (CPUE) ikan lema di Zona Pemanfatan Tradisional KKPD Teluk Mayalibit tetap stabil. Capaian konservasi ini dapat terjadi bila ada perubahan perilaku dari nelayan lema untuk mengurangi kegiatan penangkapan ikan lema pada saat puncak pemijahan.
Nelayan lema sudah mengurangi kegiatan penangkapan ikan lema pada musim puncak pemijahan bila nelayan sudah mendiskusikan aturan yang mengatur tentang pengelolaan sumberdaya ikan lema. Nelayan lema sudah mendiskusikan tentang aturan yang mengatur tentang pengelolaan sumberdaya ikan lema, bila nelayan setuju untuk mengelola sumberdaya ikan lema. Nelayan lema setuju mengelola sumberdaya ikan lema, bila nelayan lema sudah mengetahui dan memahami pentingnya pengelolaan sumberdaya ikan lema.
Nelayan lema sudah mengurangi kegiatan penangkapan ikan lema pada saat puncak pemijahan bila nelayan sudah mendiskusikan dampak yang ditimbulkan oleh penangkapan berlebih ikan lema. Nelayan lema sudah mendiskusikan dampak yang
ditimbulkan oleh penangkapan berlebihan ikan lema, bila nelayan lema setuju kalau penangkapan berlebihan ikan lema pada saat pemijahan akan berdampak buruk pada kerberlanjutan generasi ikan lema. Nelayan lema setuju kalau penangkapan berlebihan ikan lema pada saat puncak pemijahan akan berdampak buruk terhadap keberlajutan generasi ikan lema, bila nelayan lema sudah tahu dampat penangkapan berlebihan pasa saat puncak pemijahan.
Nelayan lema sudah mengurangi kegiatan penangkapan pada musim puncak pemijahan bila nelayan sudah mendiskusikan tentang pengurangan waktu penangkapan ikan lema saat puncak pemijahan. Nelayan lema sudah mendiskusikan tentang pengurangan waktu penangkapan ikan lema pada musim puncak pemijahan bila nelayan lema setuju bila mengurangi kegiatan penangkapan ikan lema pada saat puncak pemijahan. Nelayan lema setuju ntuk mengurangi kegiatan penangkapan ikan lema pada saat puncak pemijahan bilan nelayan lema sudah mengetahui pentingnya pengelolaan sumberdaya ikan lema.
Bagian 2. Memahami Kawasan Kerja, Khalayak Target, dan Menetapkan Target Sasaran Pride
2.1.
Analisis Data Kuantitatif2.1.1 Metode Pengumpulan Data Kuantitatif
Setelah menyelenggarakan penelitian kualitatif, kami juga menyelenggarakan penelitian kuantitatif terhadap nelayan lema yang tinggal di 3 kampung (Warsambin, Lopintol dan Kalitoko) Teluk Mayalibit. Mengapa hanya dilakukan penelitian kuantitatif di 3 kampung? Dikarenakan akses sumberdaya ikan lema dan secara langsung memanfaatkan sumberdaya ini adalah nelayan lema di 3 kampung ini. Survei pra-kampanye ini sudah dilaksanakan pada bulan November 2012 - Januari 2013 dengan besarnya sampel ditentukan berdasarkan persebaran nelayan lema dalam komunitas dan menggunakan 1) tingkat keyakinan 95 %, 2) interval keyakinan
5%, dan 3) penghitung besar sampel online
di http://www.surveysystem.com/sscalc.htm.
Tabel Rangkuman Desain Sampling untuk Setiap Khalayak Sasaran Kita (KS/TA = Target Audience)
Kampung Jumlah Populasi Orang Dewasa Orang Dewasa TA 1 (Nelayan Ikan Lema) % Total TA 1 Jumlah Target Sampel TA 1 Warsambin 244 42 17.21 42 Lopintol 114 40 35.09 40 Kalitoko 153 3 0.65 1 Total 731 83 83
Pengambilan data kuantitatif dilakukan dua (2) kali, yaitu pada saat awal kampanye dan akhir kampanye dimana data awal kampanye akan di gabungkan dengan data dasar untuk dijadikan panduan untuk melaksanakan kampanye dan data akhirnya akan dikumpulkan dan dianalisis. Pada saat akhir kampanye akan dilakukan suatu survei kuantitatif, dimana akan dikumpulkan data hasil tangkapan ikan lema per malam oleh nelayan ikan lema, data nelayan ikan lema dan waktu tangkapan nelayan. Data hasil tangkapan nelayan ini akan dianalisis untuk mengetahui jumlah tangkapan per malam untuk menghitung nilai Catch Per Unit Effort (CPUE) ikan lema di Teluk Mayalibit dan akan menjelaskan dampak dari kampanye pride ini berhasil atau tidak.
Tabel Tabel Pelaksanaan Survei di Lapangan
Total jumlah sampel 91
Waktu bagi enumerator untuk mengerjakan satu survei
30 Menit
Jumlah jam enumerator bekerja per hari
8 Jam
Jumlah survei yang dapat dikerjakan satu enumerator per hari
8 Kuisioner
Jumlah enumerator yang ada 5 enumerator Jumlah survey yang dapat dikejakan
per hari oleh jumlah total enumerator
40 Kuisioner
Jumlah hari yang diperlukan untuk mengerjakan survei
3 Hari
Jumlah hari tambahan yang diperlukan untuk perjalanan-kalau ada
2 - 4 Hari
Tanggal-tanggal pelatihan enumerator & testing survei final
23 – 24 November
Tanggal mulai dan selesai survei 26 November – 1 Desember 2012 12 – 17 Desember 2012
6 – 12 Januari 2013 Jumlah orang yang ada untuk
memasukkan data
2 Orang
Tanggal mulai memasukkan data 9 Januari 2013 Tanggal selesai memasukan data 12 Januari 2013
2.1.2 Analisis Hasil Penelitian Kuantitatif
Survey KAP ini dilakukan dalam 3 kali trip, (November 2012, Desember 2012, Januari 2013), dikarenakan ketika tim survey ke kampung, banyak nelayan yang tidak ada di kampung. Ada nelayan yang ke kota sorong, waisai dan ada yang tinggal dihutan sehingga kami tidak bisa meawancara dan bulan berikut kami kembali untuk melakukan survey lanjutan. Namun pada bulan ketiga (Januari 2013) tim kesulitan mendapatkan responden untuk memenuhi target, dikarenakan ada beberapa responden tidak bersedia untuk diwawancara (dapat dilihat pada grafik di bawah ini). Dari hasil survey di lapangan juga ditemukan bahwa nelayan lema di di Teluk mayalibit bertambah menjadi 91 nelayan, yang semula data awalnya 83
nelayan lema. Dari 91 nelayan lema ini, yang bisa diwawancara oleh enumarator berjumlah 72 nelayan (1 kuisoiner merupakan kesalahan wawancara) dan 18 responden tidak bersedia diwawancara (grafik dapat dilihat dibawah ini).
Gambar Grafik Nelayan yang tidak Bersedia dan Bersedia Diwawancara
• Gambaran demografi dari setiap khalayak target (tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, asal desa).
Dari hasil survey kuantitatif yang dilakukan, tingkat pendidikan nelayan lema di kawasan target cukup rendah, ini dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Grafik tingkat pendidikan nelayan lema di KKPD Teluk Mayalibit
Dari grafik diatas terlihat jelas bahwa tingkat pendidikan nelayan lema cukup rendah, dimana tingkat SD lebih tinggi dibanding dengan yang tingkat pendidikannya SMP dan SMA. Tingkat pendidikan nelayan lema yang SD 55,6 %, SMP 20,8 %, SMA 19,4 % dan yang tidak sekolah 4,2 %. Dari hasil ini sudah sangat jelas bahwa tingkat pendidikan nelayan lema masih sangat rendah dan
jika tingkat pendidikan nelayan lema rendah maka pengetahuan dan pemahaman mereka pun akan kurang. Tingkat pendidikan yang rendah ini kemungkinan besar disebabkan karena akses ke lokasi dulunya sangat sulit, sehingga aspek pendidikan kurang terjangkau disana.
Grafik Tingkat Usia Nelayan Lema
Tingkat usia nelayan lema di Teluk Mayalibit didominasi oleh remaja 15 – 20 tahun (Warsambin) dan diatas 45 tahun, sedangkan untuk kampung lopintol didominasi oleh nelayan lema yang berumur 45 tahun ke atas dan usia 26 – 35 tahun. Hal ini menjelaskan bahwa nelayan lema di Teluk Mayalibit yang sering mengakses dan menangkap ikan lema lebih banyak didominasi oleh remaja/pemuda 15 – 20 tahun (Warsambin) dan pemuda 26 – 35 tahun (Lopintol). Tingkat usia nelayan lema di masing-masing kampung dapat dilihat pada grafik diatas ini.
Grafik tingkatan jenis kelamin nelayan lema
Nelayan lema di Teluk Mayalibit terdiri dari laki-laki dan perempuan, dimana dari kedua kampung ini, yang lebih banyak mengakses sumberdaya ikan lema adalah nelayan laki-laki 87,7 % dibanding perempuan 12,3 %. Namun di kampung lopintol terlihat bahwa yang menjadi nelayan lema lebih banyak didominasi oleh perempuan di banding kampung warsambin.
Grafik Kampung Asal Nelayan Lema
Grafik ini menjelaskan bahwa nelayan lema yang lebih banyak mengakses sumberdaya ikan lema adalah nelayan dari kampung warsambin di banding lopintol dan kalitoko. Ini terlihat bahwa jumlah nelayan lema di kampung warsambin lebih banyak dari kampung lopintol dan kalitoko.
• Gambaran kuantitatif untuk komponen K, A, IC dari masing-masing khalayak target beserta grafiknya
Tabel Tingkat pengetahuan nelayan lema
Pertanyaan pengetahuan dalam survey Respon Persentase (%) Menurut Bapak/Ibu kapan masa yang penting dalam
masa pertumbuhan ikan lema ?
Benar 18,1 %
Menurut Bapak/Ibu bagaimana ciri-ciri ikan lema yang siap untuk bertelur ?
Benar 77,8 %
Menurut Bapak/Ibu kapan Ikan Lema memasuki masa untuk siap bertelur? ( Catatan : Jawaban pertanyaan ini tidak disebutkan oleh enumerator tapi diisi sesuai dengan jawaban responden)
Benar 18,1 %
Menurut Bapak/Ibu bagaimana dampak penangkapan ikan lema yang dilakukan secara banyak di saat bulan September - November ? ( Catatan : Jawaban pertanyaan ini tidak disebutkan oleh enumerator tapi diisi sesuai dengan jawaban responden)
Benar 59, 7 %
Menurut Bapak/Ibu, mengapa penting bagi kita untuk mengelola sumberdaya ikan lema ?
Benar 27,8 %
Menurut Bapak/Ibu, kapan musim puncak ikan lema bertelur? ( Catatan : Jawaban pertanyaan ini tidak disebutkan oleh enumerator tapi diisi sesuai dengan jawaban responden)
Benar 8,3 %
Dari tabel ini menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan nelayan tentang ikan lema dan dampak penangkapan ikan lema pada musim puncak pemijahan masih sangat kurang. Ini terlihat dari salah satu grafik tingkat pengetahuan nelayan lema dibawah ini.
Grafik pengetahuan nelayan lema mengenai kapan musim puncak pemijahan ikan lema
Grafik ini menjelaskan bahwa, pengetahuan nelayan lema di kampung warsambin dan lopintol masih sangat minim tentang ikan lema, dalam hal ini adalah pengetahuan mereka tentang kapan waktu puncak pemijahan ikan lema. ini terlihat sekali bahwa nelayan lema yang tahu kapan puncak pemijahan ikan lema itu hanya 8,3 %. Sangat jelas sekali bahwa tingkat pengetahuan mereka kurang. Karena pengetahuan nelayan lema yang kurang mengenai kapan waktu puncak pemijahan ikan lema, maka mereka terus melakukan penangkapan ikan lema di setiap musim, bahkan pada saat ikan lema bertelur.
Walaupun pengetahuan nelayan lema minim mengenai ikan lema, dalam hal ini kapan waktu puncak pemijahan ikan lema, tetapi sikap mereka terhadap sumberdaya ini postif. Dimana dari hasil surveynya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Tingkatan Sikap Nelayan Lema
Pertanyaan Sikap dalam survey Respon Persentase (%) Bagaimana sikap Bapak/Ibu, mengenai beberapa
pernyataan yang akan saya bacakan berikut ini : a. Penangkapan ikan lema secara berlebihan
akan berdampak buruk terhadap perikanan berkelanjutan ?
b. Kegiatan penangkapan ikan lema pada saat puncak ikan lema bertelur akan berdampak buruk terhadap keberlanjutan generasi ikan lema
Setuju 65,3 %
c. Mengurangi kegiatan penangkapan ikan lema pada saat ikan lema bertelur ?
Setuju 69,4 %
Menurut Bapak/Ibu, perlu atau tidak perlu masyarakat membuat Peraturan Kampung (PERKAM) tentang pengelolaan sumberdaya ikan lema
Ya, Perlu
86,1 %
Dari tabel diatas terlihat bahwa sikap nelayan lema setuju mengenai penangkapan ikan lema secara berlebihan pada musim puncak pemijahan akan berdampak buruk terhadap perikanan berkelanjutan, dan juga akan berdampak pada keberlanjutan generasi ikan lema.
Selain itu mereka juga setuju untuk mengurangi penangkapan ikan lema pada musim puncak pemijahan, walaupun pengetahuan mereka masih minim. Tetapi untuk keberlanjutan generasi ikan lema dan ikan lema bertambah banyak di teluk mayalibit maka mereka setuju untuk mengurangi penangkapan. Selain itu juga mereka merasa perlu untuk membuat aturan kampung tentang pengelolaan sumberdaya ikan lema. Grafik sikap nelayan lema tentang pengurangan penangkapan dapat dilihat diatas.
Pengetahuan nelayan lema masih minim, tetapi sikap mereka tinggi juga berpengaruh terhadap interpersonal komunikasi antar mereka, dimana komunikasi diantara mereka masih sangat kurang. Ini terlihat dialam tabel dibawah ini.
Tabel tingkatan Interpersonal Comunication nelayan lema
Pertanyaan Komunikasi Interpersonal dalam survey Respon Persentase (%) Dalam 6 bulan terakhir apakah Bapak/Ibu pernah atau
tidak pernah, ada orang lain yang mendiskusikan dengan Bapak/Ibu tentang manfaat tidak menangkap ikan lema pada bulan September - November ?
Pernah 33,3 %
Dalam 6 bulan terakhir apakah Bapak/Ibu pernah atau tidak pernah, ada orang lain yang mendiskusikan mengenai ?
a. Aturan yang mengatur tentang pengelolaan sumberdaya ikan lema
Pernah 36,1 %
b. Pengurangan waktu penangkapan ikan lema pada saat puncak ikan lema bertelur
Pernah 34,7 %
c. Pembentukan tim pengawasan terhadap penangkapan ikan lema pada musim puncak ikan lema bertelur
Pernah 22,2 %
Tabel ini terlihat jelas bahwa nelayan lema selama ini belum berkomunikasi dengan baik diantara mereka. Kemungkinan rendahnya komunikasi anatr nelayan ini tidak terjadi karena kurangnay pemahaman dianatar nelayan lema tentang ikan lema dan pentingnya pengelolaan sumberdaya ikan lema. lebih jelasnya akan dijelaskan salah satu contoh diskusi antar nelayan lema di kampung (Gambar dibawah ini).
Grafik komunikasi antar sesama nelayan lema di teluk mayalibit.
Grafik ini menjelaskan bahwa nelayan lema di kampung warsambin dan lopintol ini masih kurang berbicara/berdiskusi diantara mereka mengenai waktu pengurangan penangkapan ikan lema pada saat puncak pemijahan. Terlihat bahwa yang sudah pernah berdiskusi hanya 34,7 % dibanding yang belum pernah melakukan diskusi antar nelayan sebesar 65,3 %. Kurangnya komunikasi ini disebabkan karena pengetahuan mereka yang minim diantara mereka, walaupun persentasi sikap mereka tinggi.
• Gambaran kuantitatif untuk komponen BC dari masing-masing khalayak target beserta grafiknya
Tabel Tingkatan Perubahan Perilaku Nelayan Lema
Pertanyaan Perubahan Perilaku dalam survey Respon Persentase (%) Pada bulan September sampai November yang
baru lalu, berapa kali rata-rata dalam setiap bulannya Bapak/Ibu pergi menangkap ikan lema ?
< or = 4 kali per minggu
37,5 %
Tabel ini memperlihatkan bahwa pada musim puncak pemijahan ikan lema, nelayan lema yang sudah mengurangi kegiatan penangkapan pada musim tersebut persentasinya hanya 37,5 % saja. ini terlihat bahwa masih banyak nelayan lema yang melakukan penangkapan ikan lema pada musim puncak pemijahan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik Rata-rata penangkapan Pada Musim Pemijahan Ikan Lema
Grafik diatas menjelaskan bahwa nelayan lema di kampung Teluk Mayalibit, masih melakukan penangkapan ikan lema pada musim puncak pemijahan. Ini terlihat jelas bahwa nelayan yang mencari pada musim puncak lebih banyak di dominasi oleh nelayan yang mencari lebih dari 4 kali per minggunya. Musim ikan lema dalam sebualan, ada 2 minggu musim. Dalam dua minggu ini, nelayan lema masih terus menangkap ikan lema. Mereka masih menangkap ikan lema pada musim puncak pemijahan disebabkan karena pengetahuan nelayan lema yang minim mengenai kapan waktu puncak pemijahan ikan lema, sehingga mereka terus melakukan penangkapan ikan lema. untuk itu pengetahuan ini sangat penting bagi nelayan lema, karena dengan nelayan lema tahu kapan msuim puncak pemijahan, maka mereka akan tahu dan mau berubah dan timbah lagi diskusi-diskusi yang dilakukan diantara para nelayan lema.
2.2.
Status Khalayak Target pada Kontinuum Perubahan Perilaku, untuk Setiap Khalayak TargetPerubahan perilaku yang diharapakan terjadi diakhir kampanye pride di Teluk Mayalibit adalah, nelayan lema sudah mengurangi kegiatan penangkapan ikan lema pada saat puncak pemijahan/bertelur. Bila perubahan perilaku ini dapat terjadi, maka capaian konservasi yang ingin di capai di teluk mayalibit akan tercapai. Dimana capaian konservasi yang ingin dicapai adalah nilai Catch Per Unit Effort (CPUE) ikan lema di cona pemanfaatna tradisional Kampung Warsambin dan Lopintol dapat tetap stabil. Diharapkan ketika kampanye pride yang dilakukan telah berakhir, maka perubahan perilaku dari nelayan lema yang diharapkan dapat terjadi adalah nelayan sudah mengurangi penangkapan pada musim pemijahan, dan sudah mulai
memberikan pemahaman kepada nelayan lema yang lain untuk mengikuti perilaku yang baru. Sehingga nelayan lema yang lain juga dapat memahami dan dapat mengurangi kegiatan penagkapan ikan lema pada saat mucim puncak pemijahan.
Saat ini khalayak sasaran di Teluk Mayalibit masih dalam tahap kontemplasi, dimana terlihat bahwa pengetahuan nelayan lema masih sangat kurang sehingga perlu ditingkatkan lagi. Pengetahuan nelayan mengenai ikan lema dan kapan musim puncak pemijahan perlu ditngkatkan lagi, sehingga nelayan lema bisa paham dan mengetahuinya. Yang berikutnya mengapa dikatakan masih dalam tahap kontemplasi karena, komunikasi antar nelayan lema juga masih sangat kurang sehingga perlu di tingkatkan juga, walaupun terlihat di grafik sikap bahwa sikap nelayan lema sudah cukup tinggi. Tetapi ketika dilihat kembali bahwa pengetahuan mereka sangat kurang dan komunikasi antar mereka juga masih sangat rendah, sehingga dikatakan bahwa khalayak sasaran ini masih dalam tahap kontemplasi.
2.3.
Analisis Data Ekologi (500-1.000 kata)Bagian ini memuat penjelasan singkat mengenai target konservasi yang akan disasar, serta pengurangan ancaman yang diharapkan terjadi. Isi dari bagian ini adalah:
• Hasil konservasi yang akan dicapai?
Hasil konservasi yang ingin dicapai dalam kampanye pride ini adalah pada akhir kampanye 2014, nilai Cacth Per Unit Effort (CPUE) ikan lema di zona pemanfaatan tradisional kampung Warsambin dan Lopintol KKPD Teluk Mayalibit tetap sabil dari data tahun 2013.
Data Conservation Result telah diperoleh dari lapangan, dan data yang digunakan untuk menghasilkan nilai CPUE ini adalah data pada bulan Desember 2012 – Maret 2013 dan nilai CPUE ini diperoleh dari hasil perhitungan jumlah tangkapan nelayan.
• Ancaman yang akan dikurangi?,
Ancaman secara langsung yang akan dikurangi dalam kampanye pride ini adalah, pengurangan kegiatan penangkapan oleh nelayan lema pada saat musim puncak pemijahan ikan lema.
2.4.
Rencana Penyingkiran HalanganHalangan kunci untuk implementasi pengurangan kegiatan penangkapan ikan lema pada waktu puncak pemijahan/bertelur di Zona Pemanfaatan Tradisional Kampung Warsambin dan Lopintol Teluk Mayalibit diidentifikasi sebagai berikut :
• Belum ada pengelolaan sumberdaya ikan lema (PERKAM) yang mengatur kegiatan penangkapan ikan lema
• Sudah ada tim patroli tetapi Belum ada SOP yang dibuat secara khusus mengenai patroli dan pengawasan perikanan ikan lema
Oleh karena itu, strategi penyingkiran halangan kami adalah :
• Pembentukan peraturan kampung (PERKAM) yang mengatur tentang waktu penangkapan dan jumlah nelayan yang beroperasi pada waktu puncak pemijahan ikan lema.
• Memaksimalkan tim patroli dan membuat SOP yang secara khusus mengenai patroli dan pengawasan perikanan ikan lema
Waktu dan Proses Pelaksanaan
- Pembentukan PERKAM direncanakan pada pertengahan fase pelaksanaan (Triwulan 1 dan 2), dan mengenai sosialisasi pentingnya pengelolaan (PERKAM) akan dimulai di awal fase pelaksanaan (Triwulan 1) sehingga pada masa akhir kampanye PERKAM ini sudah dibentuk.
- Memaksimalkan tim patroli dan membuat SOP yang secara khusus mengenai patroli dan pengawasan perikanan ikan lema (triwulan 1).
Pentingnya Pelaksanaan BR
PERKAM penting dibuat untuk mengatur kegiatan penangkapan ikan lema oleh nelayan lema di Kampung Warsambin dan Lopintol. Dimana akan diatur, kapan waktu nelayan melakukan penangkapan dan kapan waktu nelayan harus mengurangi waktu penangkapan (Musim Puncak Pemijahan Ikan Lema). Dengan pengaturan waktu penangkapan dan jumlah nelayan yang beroperasi pada saat puncak pemijahan ini, maka nelayan lema akan memberikan waktu bagi ikan lema untuk melakukan pemijahan atau bertelur. Dengan demikian maka akan ada keberlanjutan regenerasi dari ikan lema. Tetapi ketika tidak ada aturan (PERKAM) yang mengatur waktu penangkapan ikan lema, maka nelayan akan melakukan
penangkapan ikan lema setiap musim bahkan pada saat ikan lema hendak bertelur pun mereka akan menangkapnya tanpa memberi waktu kepada ikan lema untuk memijah/bertelur. Ketika hal ini terjadi maka tidak akan ada lagi keberlanjutan generasi dari ikan lema. Untuk itu penting sekali untuk dibuat suatu aturan yang mengatur penangkapan ikan lema di KKPD Teluk Mayalibit secara khusus di Kampung Warsambin dan Lopintol.
Halangan lain terhadap perubahan perilaku adalah sudah ada tim pengawasan belum ada SOP yang dibuat secara khusus untuk mengawasi kegiatan penangkapan ikan lema. SOP ini memberikan panduan teknis untuk melakukan patroli dan pengawasan perikanan lema. Penting sekali dilakukan patroli dan pengawasan, untuk menegakan aturan atau kesepakatan tentang pengelolaan ikan lema yang disepakati bersama.
Tim Pelaksana BR
Kegiatan pembuatan Perkam ini akan difasilitasi oleh Lembaga CI dan bekerja sama dengan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) DKP Raja Ampat dan yang akan terlibat dalam pembuatan PERKAM ini adalah pemerintah kampung, Narasumber (Kabag Hukum Daerah Raja Ampat), Anggota KPKK (Kelompok Penggiat Konservasi Kampung), Tokoh Adat, Perempuan, Pemuda, mKaum Bapa, Kepala Distrik (Teluk Mayalibit) dan Nelayan Lema (Warsambin, Lopintol dan Kalitoko).
2.5.
Sasaran SMART Final• Tabel Sasaran SMART Final per komponen Teori Perubahan untuk setiap khalayak target
Khalayak target : Nelayan Lema Komponen
TOC
Sasaran SMART Pertanyaan Kuesioner yang digunakan untuk mengukur capaian SMART
K
Persentase nelayan lema di Teluk Mayalibit yang mengetahui Biologi Ikan Lema (waktu puncak pemijahan/bertelur) meningkat dari 8,3 % pada tahun 2012 menjadi 38,3 % pada tahun 2014.
Menurut Bapak/Ibu, kapan musim puncak ikan lema bertelur ?
Persentase nelayan lema di Teluk Mayalibit yang mengetahui dampak penangkapan berlebih ikan lema pada saat puncak pemijahan terhadap keberlanjutan regenerasi ikan lema, meningkat dari 59,7 % pada tahun 2012 menjadi 79,7 % pada tahun 2014.
Menurut Bapak/Ibu bagaimana dampak penangkapan ikan lema yang dilakukan secara banyak di saat bulan September - November ? (Catatan : Jawaban pertanyaan ini tidak disebutkan oleh enumerator tapi diisi sesuai dengan jawaban responden )
Persentase nelayan lema di Teluk Mayalibit yang mengetahui pentingnya pengelolaan sumberdaya ikan lema, meningkat dari 27,8 % pada tahun 2012 menjadi 47,8 % pada tahun 2014
Menurut Bapak/Ibu, mengapa penting bagi kita untuk mengelola sumberdaya ikan lema ?
A
Persentase nelayan lema di Teluk Mayalibit yang setuju kalau penangkapan ikan lema pada saat pemijahan akan berdampak buruk terhadap keberlanjutan regenerasi ikan lema, meningkat dari 65,3 % pada tahun 2012 menjadi 75,3 % pada tahun 2014.
Bagaimana sikap Bapak/Ibu mengenai beberapa pernyataan yang akan saya bacakan berikut ini :
b. Kegiatan penangkapan ikan lema pada saat puncak ikan lema bertelur akan berdampak buruk terhadap keberlanjutan generasi ikan lema ?
Persentase nelayan lema di Teluk Mayalibit yang setuju kalau penangkapan ikan lema secara berlebihan akan
Bagaimana sikap Bapak/Ibu mengenai beberapa pernyataan yang akan saya bacakan berikut ini :
berdampak buruk terhadap perikanan berkelanjutan meningkat dari 63,9 % pada tahun 2012 menjadi 73,9 % pada tahun 2014.
a. Penangkapan ikan lema secara berlebihan akan berdampak buruk terhadap perikanan berkelanjutan ?
Pada tahun 2014, nelayan lema yang setuju adanya PERKAM tentang pengelolaan sumberdaya ikan lema di Teluk Mayalibit meningkat dari 86,1 % berdasarkan data tahun 2012 menjadi 91,1 %.
Menurut Bapak/Ibu, perlu atau tidak perlu masyarakat membuat Peraturan Kampung (PERKAM) tentang pengelolaan sumberdaya ikan lema ?
Pada tahun 2014, nelayan lema di Teluk Mayalibit yang setuju untuk mengurangi kegiatan penangkapan ikan lema pada saat puncak pemijahan meningkat dari 69,4 % berdasarkan data tahun 2012 menjadi 79,4 %.
Bagaimana sikap Bapak/Ibu mengenai beberapa pernyataan yang akan saya bacakan berikut ini :
(d) Mengurangi kegiatan penangkapan ikan lema pada saat ikan lema bertelur ?
IC
Pada tahun 2014, nelayan lema yang sudah mendiskusikan manfaat tidak menangkap ikan lema pada saat pemijahan, di Teluk Mayalibit meningkat dari 53,3 % data tahun 2012 menjadi Y %.
Dalam 6 bulan terakhir apakah Bapak/Ibu pernah atau tidak pernah, ada orang lain yang mendiskusikan dengan Bapak/Ibu tentang manfaat tidak menangkap ikan lema pada bulan September - November ?
Pada tahun 2014, nelayan lema yang sudah mendiskusikan aturan yang mengatur tentang pengelolaan sumberdaya ikan Lema di Teluk Mayalibit meningkat dari 56,1 % beradasarkan data tahun 2012 menjadi Y %.
Dalam 6 bulan terakhir apakah Bapak/Ibu pernah atau tidak pernah, ada orang lain yang mendiskusikan mengenai ? (c) Aturan yang mengatur tentang pengelolaan sumberdaya ikan lema ?
Pada tahun 2014, nelayan lema yang sudah mendiskusikan tentang pengurangan waktu penangkapan ikan lema pada saat puncak pemijahan meningkat dari 54,7 % berdasakan data tahun 2012 menjadi Y %.
Dalam 6 bulan terakhir apakah Bapak/Ibu pernah atau tidak pernah, ada orang lain yang mendiskusikan mengenai ? (d) Pengurangan waktu penangkapan ikan lema pada saat puncak ikan lema bertelur ?
Pada tahun 2014, nelayan lema yang sudah mendiskusikan tentang pembentukan tim pengawasan terhadap penangkapan ikan lema pada musim puncak pemijahan di Teluk Mayalibit, meningkat dari 42,2 % berdasarkan data tahun 2012 menjadi Y %.
Dalam 6 bulan terakhir apakah Bapak/Ibu pernah atau tidak pernah, ada orang lain yang mendiskusikan mengenai ? (e) Pembentukan tim pengawasan terhadap penangkapan ikan lema pada musim puncak ikan lema bertelur ?
BR
Pada tahun 2014, telah terbentuk PERKAM yang mengatur tentang pengelolaan sumberdaya ikan lema.
Pada tahun 2014, telah terbentuk SOP patroli perikanan ikan lema dan kegiatan patroli dan pengawasan perikanan ikan lema sudah dijalankan.
BC
Pada tahun 2014, nelayan lema di Teluk Mayalibit yang melakukan kegiatan penangkapan pada saat puncak pemijahan menurun dari 62,5 % berdasarkan data tahun 2012 menjadi 52,5 %.
Pada bulan September sampai November yang baru lalu, berapa kali rata-rata dalam setiap bulannya Bapak/Ibu pergi menangkap ikan lema ?
TR
Nelayan lema di Teluk Mayalibit yang melakukan kegiatan penangkapan ikan lema pada saat musim puncak pemijahan ikan lema berkurang sebanyak 20 % berdasarkan data tahun 2012 X nelayan menjadi Y nelayan pada Tahun 2013.
CR
Pada tahun 2014, nilai Catch Unit Per Effort (CPUE) ikan lema (Rastrelliger spp) di Zona Pemanfaatan Tradisional Kampung Warsambin dan Lopintol di KKPD Teluk Mayalibit tetap stabil X berdasarkan nilai CPUE data tahun 2013.
2.6.
Teori Perubahan Final• Narasi singkat Teori Perubahan
Di akhir kampanye Tahun 2014, nilai CPUE (Catch Per Unit Effort) ikan lema (Rastrelliger spp) di Zona Pemanfaatan Tradisional Kampung Warsambin dan Lopintol di KKPD Telma tetap stabil berdasarkan data Tahun 2011. Ini dapat terjadi bila ancaman seperti kegiatan penangkapan ikan lema pada saat puncak pemijahan dikurangi. Pengurangan ancaman, terjadi bila kita dapat mengubah perilaku nelayan lema agar mengurangi penangkapan pada waktu puncak pemijahan. Untuk mengubah perilaku tersebut, perlu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang biologi ikan lema (Reproduksi, siklus hidup, waktu pemijahan ikan), dampak penangkapan berlebih. Dengan pengetahuan ini, didukung dengan sikap masyarakat yang setuju mengurangi penangkapan pada saat puncak pemijahan, taat pada aturan yang disepakati dan melakukan komunikasi dengan mereka tentang dampak penangkapan pada saat pemijahan bagi keberlanjutan generasi ikan lema dan pentingnya PERKAM. Kita juga perlu melakukan strategi penyingkiran halangan yang akan menghalangi proses perubahan perilaku ini dengan membuat Perkam sumberdaya ikan lema membuat SOP dan memaksimalkan tim patroli.
• Tabel Teori Perubahan Final
Tabel Teori Perubahan Kampanye Pride KKPD Teluk Mayalibit Final Komponen
Teori Perubahan
Uraian
Pengetahuan - Meningkatkan Pengetahuan nelayan lema Kampung Warsambin, Lopintol dan Kalitoko KKPD Teluk Mayalibit mengenai biologi ikan lema Rastrilliger spp (Baik Biologi Reproduksi, siklus hidup dan waktu matang gonad, waktu pemijahan/bertelur)
- Memberikan Pengetahuan kepada nelayan lema mengenai dampak penangkapan berlebih pada saat pemijahan terhadap keberlangsungan generasi ikan lema
- Memberikan pengetahuan mengenai pentignya pengelolaan sumberdaya ikan lema
Sikap - Nelayan lema setuju kalau penangkapan berlebihan ikan lema pada saat permijahan akan berdampak buruk terhadap keberlangsungan generasi ikan lema
- Nelayan lema setuju untuk mengelola sumberdaya ikan lema
- Nelayan lema setuju untuk mengurangi kegiatan penangkapan ikan lema pada saat puncak pemijahan
Komunikasi Interpersonal
- Nelayan lema mendiskusikan aturan yang mengatur tentang pengelolaan sumberdaya ikan lema
- Masyarakat dan Nelayan mendiskusikan Dampak yang ditimbulkan oleh penangkapan berlebih ikan lema pada saat puncak pemijahan
- Nelayan lema mendiskusikan tentang pembentukan tim pengawsan terhadap penangkapan ikan lema
- Nelayan lema mendiskusikan tentang pengurangan waktu penangkapan ikan lema pada saat puncak pemijahan. Penyingkiran
Halangan
- Membuat Peraturan Kampung (Perkam) mengenai ikan lema yang mengatur tentang waktu penangkapan dan jumlha nelayan yang beroperasi pada saat puncak pemijahan.
Sanksi bagi yang melanggar Perkam
- Memaksimalkan tim patroli dan membuat SOP yang secara khusus mengenai patroli dan pengawasan perikanan ikan lema
Perubahan Perilaku
- Nelayan lema di Kampung Warsambin dan Lopintol sudah mengurangi kegiatan penangkapan ikan lema (Rastrilliger spp) pada saat puncak pemijahan.
Pengurangan Ancaman
Pada akhir kampanye Tahun 2014 kegiatan penangkapan ikan lema (Rastrelliger spp di zona pemanfaatan tradisional Kampung Warsambin dan Lopintol pada saat puncak masa pemijahan ikan lema (September – November) berkurang sebanyak 20 % dari data Tahun 2012 X nelayan menjadi Y nelayan pada Tahun 2014.
Target Konservasi
Pada akhir kampanye Tahun 2014, nilai Catch Per Unit Effort (CPUE) ikan lema (Rastrelliger spp) di Zona Pemanfaatan
Tradisional Kampung Warsambin dan Lopintol di KKPD Teluk Mayalibit tetap stabil berdasarkan nilai CPUE data tahun 2012.
Bagian 3. Lampiran
Lampiran A: Tabel Rangkuman – Analisis Data Kualitatif