i
PENDAMPINGAN KELUARGA KKN RM UNUD
PERIODE XIII TAHUN 2016
DESA/KELURAHAN : DESA UNDISAN
KECAMATAN : TEMBUKU
KABUPATEN/KOTA : BANGLI
NAMA MAHASISWA : NI MADE SISWAN DEWI
FAK/PS : ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK/ ILMU KOMUNIKASI
NIM : 1321405039
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT (LPPM)
UNIVERSITAS UDAYANA
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Dengan selesainya kegiatan KKN RM yang telah saya laksanakan, maka saya :
Nama Mahasiswa : Ni Made Siswan Dewi
NIM : 1321405039
Tanda Tangan :
Telah menyelesaikan laporan kegiatan saya selama di lokasi KKN RM
Undisan, 28 Agustus 2016
Mengetahui/ Menyetujui Mengetahui/ Menyetujui
DPL Desa Undisan, Kecamatan Tembuku KK Dampingan
Kabupaten Bangli
Dr. dr. Desak Made Wihandani, M.Kes Desak Nyoman Lilit
NIP. 196609151996012001
Menyetujui
Kepala Desa Undisan, Kecamatan Tembuku
Kabupaten Bangli
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia-Nya, laporan pendampingan keluarga dapat diselesaikan. Laporan ini
disusun dalam rangka mengikuti KKN- RM ke XIII Universitas Udayana yang
dilaksanakan dari tanggal 23 Juli hingga 28 Agustus 2016 bertempat di Desa
Undisan, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli.
Atas terselesaikannya laporan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, diantaranya:
1. Bapak Kepala Desa Undisan, I Ketut Suardikayasa beserta aparat desa
lainnya atas bantuan berupa informasi dan fasilitas yang telah diberikan.
2. Keluarga pendampingan Desak Nyoman Lilit atas bantuan selama
program KKN ini dilaksanakan.
3. Pihak Rektorat Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang telah
diberikan baik secara moral maupun material.
4. Dosen Pendamping Lapangan kami, Dr. dr. Desak Made Wihandani,
M.Kes yang telah membimbing dan banyak memberikan saran.
5. Orang tua, rekan-rekan seperjuangan KKN di Universitas Udayana, serta
berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Diharapkan hasil laporan ini dapat memberikan manfaat kepada keluarga
binaan secara komprehensif dengan pendekatan holistik.s
Bangli, 28 Agustus 2016
iv
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ``ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN ... 1
BAB II. IDENTIFIKASI MASALAH ... 4
BAB III. USULAN PENSOLUSIAN MASALAH ... . 7
BAB IV. PELAKSANAAN, HASIL, DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA ...11
BAB I
GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN
1.1Program Keluarga Dampingan KKN RM Universitas Udayana
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan program dalam perguruan tinggi yang
mempertemukan mahasiswa dengan basis kehidupan di pedesaan. Mahasiswa dilatih
untuk memahami potensi sekaligus masalah yang terdapat di sebuah desa, yang akan
menjadi rumusan program kerja. Salah satu bagian dari program kerja yang wajib
dijalankan oleh mahasiswa KKN ialah program KK Dampingan.
KK Dampingan merupakan salah satu program dalam KKN RM Universitas
Udayana yang dijalankan oleh mahasiswa secara individu. Sebuah keluarga dengan
kondisi sosial ekonomi yang belum mapan akan menjadi prioritas dalam program ini.
Mahasiswa akan mendampingi satu keluarga untuk membantu memecahkan masalah
dan memberdayakan anggota keluarga dampingan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
1.2 Profil Keluarga Dampingan
1.2.1 Tabel Profil Keluarga Dampingan
Pada laporan ini, saya akan menyampaikan keadaan keluarga dari Desak
Nyoman Lilit (>90th). Untuk penjelasan lebih lanjut, dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
No Nama Status Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
3 Sang Ade
Petani Tidak bekerja
Desak Nyoman Lilit merupakan warga Banjar Tabunan, Desa Undisan,
Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli. Desak Nyoman Lilit saat ini merupakan
lansia yang usianya telah lebih dari 90 tahun. Beliau kini hidup bersama dengan kedua
putranya dan salah seorang menantunya. Desak Nyoman Lilit menikah dengan Sang
Tut Kenjir (Alm) dan melahirkan dua orang anak yakni Sang Ade Wisnu (>50 th) dan
Sang Tut Dharma (>45 th). Putra beliau yang bernama Sang Ade Wisnu menikah
dengan Ni Made Parni dan dikaruniai dua orang anak yakni Sang Ayu Endra dan
Sang Made Tinus. Dalam silsilah tersebut Desak Nyoman Lilit pun juga telah
dikaruniai tiga orang cicit yakni Ayu Lina (6th), Agus (5th), dan Sang Ompyang
Aditya (2.5 th).
Di usianya yang kian lanjut, Desak Nyoman Lilit hanya mengisi hari dengan
berdiam diri atau mengitari tegal (kebun) di pekarangan rumahnya sendiri. Beliau
tampak kesepian dengan kesibukan kedua putranya yang bekerja sebagai buruh dan
petani. Ia pun kerap hanya ditemani oleh menantunya, Ibu Made Parni yang saat ini
berhenti bekerja akibat menderita katarak yang cukup parah pada penglihatannya,
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
2.1Kondisi Rumah
Nenek Nyoman Lilit beserta dengan ketiga anggota keluarganya saat ini
tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana. Sebagian besar dinding kediaman
Nenek Lilit hanya sampai pada proses penyusunan batu bata, sehingga tidak diplester
maupun diberi cat. Begitu pula dengan pijakan di sekitar rumah beliau sama sekali
tidak berubin, sehingga kerap kotor oleh debu dan saat menerima kedatangan tamu
hanya mampu menawarkan alas terpal sederhana. Berbicara soal atap rumah, banyak
bagian atap yang mengalami kebocoran sehingga akan menjadi sangat mengganggu
apabila musim hujan datang.
Kediaman Nenek Nyoman Lilit terdiri dari tiga kamar tidur, satu dapur, satu
kamar mandi, dan satu gudang. Terdapat satu kamar tidur yang tidak memiliki lampu,
begitu pula dengan kamar mandi yang tampak sangat mungil tanpa penerangan.
Dapur keluarga ini sehari-harinya hanya akan diwarnai asap kayu bakar sebagai alat
utama memasak dengan prabotan panci yang telah hangus dihampir seluruh bagian.
Keluarga Nenek Nyoman Lilit biasa beribadah di sebuah Padmasana yang
masih tampak kokoh dan posisinya berada sebelum memasuki kawasan tegal. Kebun
atau tegal Nenek Lilit tampak cukup rimbun dengan bertumbuhnya pohon pisang,
durian, dan nangka, yang apabila berbuah akan menjadi padanan sehari-hari keluarga
ini. Di sekitar tegal tersebut juga nampak dua buah kandang yang masing-masing
hanya mampu menampung satu ekor anak babi dan satu ekor anak sapi. Kedua hewan
tersebut menjadi peliharaan keluarga Nenek Lilit dengan harapan dapat diternakan
Gmb.1 Kondisi Salah Satu Ruangan Rumah Keluarga Nenek Nyoman Lilit
Gmb.2 Kondisi Dapur
2.2Pendapatan Dan Pengeluaran Keluarga
Dengan pekerjaan mayoritas anggota keluarga sebagai petani dan buruh,
keluarga Nenek Nyoman Lilit harus tertatih-tatih memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Keluarga ini harus berhemat dengan pendapatan oleh Bapak Sang Ade Wisnu yang
dibayarkan setahun sekali sebesar Rp 1.000.000 atas pekerjaan beliau mengurus
ladang dan hewan ternak orang lain.
Menu makanan keluarga ini biasanya bergantung pada hasil macam-macam
tanaman yang dirawat di tegal, seperti labu siam, bayam dan singkong. Apabila tidak
ada yang bisa dipanen di tegal sendiri, keluarga ini biasanya menerima pemberian
bahan makanan dari tetangga sekitar yang masih memiliki hubungan darah, seperti
berupa umbi-umbian bahkan beras.
Sementara kebutuhan lainnya seperti listrik dan air, keluarga Nenek Nyoman
Lilit membayar pajak layaknya keluarga lainnya. Ibu Made Parni mengaku rata-rata
pemakaian listrik untuk penerangan keluarga ini sebesar Rp 20.000 per bulan,
sedangkan untuk kebutuhan air (PDAM) rata-rata sebesar Rp 50.000 per bulan.
Kebutuhan sandang keluarga ini biasanya tertutupi oleh bantuan pemberian beberapa
pakaian oleh ipar dari putra Nenek Nyoman Lilit yang menetap di Kabupaten Badung.
2.3Kesehatan
Keluarga Nenek Nyoman Lilit mengalami masalah kesehatan yang cukup
memprihatinkan. Nenek Nyoman Lilit sendiri sering menderita sakit pada kepala
hingga bahu dan rematik pada tulang belulang beliau yang kian menua. Bapak Sang
Ade Wisnu menderita asma yang kerap kambuh apabila beliau tengah bekerja
mengangkat benda-benda berat sebagai buruh. Sedangkan sang istri yakni Ibu Made
Parni menderita penyakit mata katarak yang parah, juga sering mengeluh sakit pada
ulun hati dan sakit pada kepala. Sementara putra kedua Nenek Nyoman Lilit, yakni
Sang Tut Dharma merupakan tuna rungu sejak lahir. Keluarga ini telah terdaftar
dalam program JKBN berupa Kartu Indonesia Sehat. Jaminan tersebut pun menjadi
BAB III
PROGRAM USULAN SOLUSI MASALAH
3.1Screening Kesehatan (Minggu, 14 Agustus 2016, Balai Banjar Undisan Kaja)
Saya sempat mengundang Nenek Nyoman Lilit beserta keluarga untuk hadir
ke Balai Banjar Undisan Kaja pada Minggu, 14 Agustus 2016 dalam program kerja
Screening Kesehatan Gratis. Program pemeriksaan gratis tersebut ditangani langsung
oleh para mahasiswa Fakultas Kedokteran KKN RM Unud Desa Undisan, dengan
bantuan mahasiswa fakultas lainnya secara mandiri.
Dalam kesempatan tersebut, Ibu Made Parni beserta suami hadir untuk
mengetahui kesehatan mereka. Salah satu keluhan Ibu Made Parni ialah bahwa beliau
tidak bisa melihat secara jelas terlebih saat terdapat sinar yang cukup benderang. Bila
diperhatikan kedua bola mata Ibu Made Parni tampak seperti telah ditutupi oleh
selaput putih. Berdasarkan Kartu Rekam Medis Ibu Made Parni saat itu, diketahui
bahwa kedua mata beliau mengalami katarak mature, sehingga disarankan untuk
operasi katarak. Sedangkan Kartu Rekam Medis Bapak Sang Ade Wisnu
menunjukkan bahwa beliau menderita PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) yaitu
paru-paru beliau gagal mendorong udara keluar.
3.2Pemeriksaan Katarak Gratis (Sabtu, 20 Agustus 2016, Desa Demulih, Bangli)
Menindaklanjuti saran saat screening kesehatan terhadap penglihatan Ibu
Made Parni untuk operasi katarak, saya mencari informasi terkait program
pemeriksaan katarak gratis di Desa Demulih, Bangli. Program tersebut merupakan
rangkaian dari program kerja tim KKN RM Unud Desa Demulih. Diwacanakan
bahwa program pemeriksaan katarak tersebut juga akan memberikan pelayanan
berupa pemberian kacamata hingga eksekusi operasi katarak secara gratis.
Awalnya Ibu Made Parni tidak begitu antusias menyambut informasi tersebut,
karena beliau sangat khawatir akan rasa sakit dan risiko akan operasi katarak itu
sendiri. Setelah saya tekankan bahwa selama operasi katarak dijalankan, beliau akan
diberikan anastesi (bius) sehingga tidak akan merasakan sakit dan kemungkinan
keberhasilan operasi yang cukup tinggi, beliau akhirnya memutuskan untuk turut
berangkat menuju Desa Demulih pada Sabtu, 20 Agustus 2016.
Pada Minggu pagi kala itu, Ibu Made Parni ditemani oleh sang suami dan
menantu untuk ikut serta dalam program pemeriksaan katarak di Desa Demulih.
Dengan berbekal fotocopi Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan BPJS,
Ibu Made Parni mendaftarkan dirinya. Dengan harap-harap cemas, Ibu Made Parni
beserta 8 warga Desa Undisan yang menderita katarak lainnya mengantri selama
sekitar 2 jam. Saat tiba waktunya kedua mata Ibu Made Parni diperiksa oleh tim
medis, didapatkan bahwa kedua bola mata beliau mengalami glaukoma, atau tekanan
cairan yang tinggi pada bola mata. Sehingga disarankan untuk belum diambil tindakan
operasi katarak akibat risiko komplikasi yang tinggi. Maka tim medis hanya
menyarankan Ibu Made Parni untuk datang ke Puskesmas Tembuku untuk
mendapatkan rekomendasi ke RSUD Bangli, agar glaukoma yang diderita beliau
dapat segera diatasi. Ibu Made Parni hanya pulang membawa obat tetes mata yang
Gmb. 5 Suasana Pemeriksaan Katarak Gratis di Desa Demulih, Bangli
Setelah beliau meneteskan obat mata dari tim medis di Desa Demulih tersebut,
Ibu Made Parni mengaku cukup nyaman dengan penglihatannya karena beliau dapat
melihat berbagai macam warna di sekitar lebih jelas dibanding sebelumnya. Selama
ini beiau hanya menggunakan obat tetes mata hasi rekomendasi seorang bidan gigi
yang kebetulan buka praktek tepat di sebeah kediaman Ibu Made Parni. Obat tersebut
telah beliau konsumsi selama beberapa bulan, namun tidak menunjukkan perubahan.
Selain itu, Ibu Made Parni juga secara teratur menetaskan obat mata yang dijajakan
oleh pedagang obat keliling. Namun berdasarkan hasil pengamatan teman Fakultas
Kedokteran, obat tersebut tidak tepat digunakan oleh Ibu Parni sebab kedua obat tetes
mata merupakan infeksi pada mata, sedangkan katarak bukan merupakan infeksi. Saat
ini Ibu Made Parni telah berhenti menggunakan kedua obat tetes mata tersebut.
3.3Pemberian Tanaman Obat
Beberapa keluarga Nenek Lilit kerap mengeluh sakit kepala, gatal-gatal pada
kulit, serta mengalami tekanan darah tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, saya
memberikan bibit pohon belimbing untuk dapat ditanam secara mandiri di pekarangan
rumah Nenek Lilit. Pohon belimbing dikenal dapat mengobati ketiga penyakit
tersebut. Misalnya air rebusan daun belimbing dapat diminum untuk dapat mengobati
sakit kepala dan mengurangi tekanan darah tinggi. Sedangkan untuk mengobati gatal
pada kulit , daun belimbing dapat dihaluskan kemudian dioleskan rata pada bagian
Gmb. 6 Pemberian Tanaman Obat
3.4. Tabel Rencana Program Keluarga Dampingan
No. Kegiatan Volume JKEM
1. Survey kediaman KK Dampingan 2
2. Pendataan profil KK Dampingan 5
3. Mengidentifikasi permasalahan KK Dampingan 9
4. Merumuskan program KK Dampingan 6
5 Menghubungi pihak terkait dalam mengatasi masalah 5
6. Melakukan program KK Dampingan 11
7 Perpisahan dengan KK Dampingan 3
8. Menyusun laporan KK Dampingan 15
BAB IV
PELAKSANAAN, HASIL, DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA
4.1Waktu
Pelaksanaan kegiatan program pendampingan ini mulai dilaksanakan sejak tanggal 9
Agustus 2016 sampai dengan 20 Agustus 2016. Pertemuan yang telah berlangsung
terdiri dari kunjungan ke rumah keluarga dampingan serta pertemuan dalam beberapa
kesempatan pemeriksaan kesehatan.
4.2Lokasi
Lokasi kegiatan KK Dampingan KKN RM UNUD ini dilakukan di lingkungan rumah
keluarga Desak Nyoman Lilit di Banjar Dinas Tabunan, Desa Undisan, serta di Balai
Banjar Dinas Undisan Kaja dan Desa Demulih, Bangli.
4.3Pelaksanaan
Pelaksanaan program KK Dampingan secara garis besar terdiri dari pertemuan untuk
proses pengenalan antara anggota keluarga dampingan dengan mahasiswa,
identifikasi masalah keluarga dampingan, serta upaya pemeriksaan kesehatan
keluarga dampingan. Secara lebih lengkap, dapat disimak dalam tabel berikut.
No. Hari/ Tanggal Waktu Kegiatan
1. Selasa, 9 Agustus
2016
15.00– 16.30 -Survey kediaman keluarga Desak
Nyoman Lilit.
-Berkenalan dengan anggota keluarga
dampingan.
-Mencatat profil keluarga dampingan.
-Mencatat riwayat kesehatan anggota
keluarga dampingan.
2. Sabtu, 13 Agustus
2016
16.00-18.00 -Melihat kondisi setiap bangunan
rumah keluarga dampingan.
-Mencatat informasi pekerjaan
anggota keluarga dampingan.
-Mencatat informasi pendapatan dan
pengeluaran keluarga dampingan.
-Mencatat pemenuhan kebutuhan
dampingan.
-Menginformasikan program kerja
KKN RM Screening Kesehatan
3. Minggu, 14
Agustus 2016
10.00-11.30 -Pemeriksaan kesehatan Bpk. Sang
Ade Wisnu dan Ibu Made Parni di
Banjar Dinas Undisan Kaja. (Foto
Kartu Rekam Medis terlampir)
4. Selasa, 16
Agustus 2016
16.00-17.00 -Menginformasikan program
pemeriksaan katarak gratis di Desa
Demulih, Bangli.
-Mencatat informasi pekerjaan Ibu
Made Parni sebelum menderita mata
16.30 - 17.30 -Menginformasikan perubahan jadwal
program pemeriksaan katarak gratis.
-Menginformasikan syarat surat-surat
pemeriksaan katarak.
-Berkoordinasi terkait transportasi
keberangkatan ke Desa Demulih.
-Memberikan tanaman obat.
6. Sabtu, 20 Agustus
2016
08.00 – 12.00 -Menemani Ibu Made Parni untuk
pemeriksaan katarak gratis di Desa
Demulih, Bangli.
7 Sabtu, 20 Agustus
2016
16.30- 18.00 -Mengecek tensi anggota keluarga
dampingan.
-Memantau penggunaan obat tetes
hasil pemeriksaan katarak di Desa
4.4Hasil Program Dampingan
Dari beberapa solusi yang saya tawarkan terkait masalah kesehatan kepada
keluarga dampingan Desak Nyoman Lilit, terdapat hasil yang dapat dikemukakan
sebagai berikut.
4.4.1. Edukasi Kesehatan
Edukasi kesehatan secara berkala diberikan kepada anggota keluarga Nenek
Desak Nyoman Lilit, dengan bantuan rekan dari Fakultas Kedokteran. Pada suatu kali
kunjungan diketahui bahwa Nenek Desak Nyoman Lilit mengalami hipertensi hingga
200mm/Hg. Maka atas dasar tersebut diberikan edukasi bahwa sebaiknya beliau
mengurangi konsumsi daging babi, kopi, dan sebagainya. Begitu pula kami
mengingatkan Ibu Made Parni untuk mengobati kedua mata beliau dengan obat tetes
mata yang diberikan oleh tim medis di Desa Demulih, untuk memberikan efek yang
lebih baik atas katarak yang beliau derita. Sedangkan untuk Bapak Sang Ade Wisnu,
kami sarankan untuk mengurangi kebiasaan merokok untuk mengurangi asma dan
PPOK.
4.4.2 Pemberhentian Konsumsi Obat Infeksi Mata
Diketahui bahwa untuk mengobati katarak yang diderita, selama ini Ibu Made
Parni menggunakan dua jenis obat tetes mata. Pertama ialah obat tetes Erlamycetin
yang sebenarnya digunakan untuk mengobati sejenis penyakit infeksi mata akut,
sedangkan katarak tidak termasuk infeksi mata.
Kedua ialah obat tetes mata bernama Baineting yang dibeli dari penjual obat
keliling. Berdasarkan pengamatan teman-teman Fakultas Kedokteran KKN RM
Universitas Udayana di Desa Undisan, sebaiknya Ibu Made Parni tidak menggunakan
kedua obat tetes mata tersebut, karena tidak sesuai dengan penyakit katarak mature
yang telah diderita oleh Ibu Made Parni.
Berdasarkan pengakuan Ibu Made Parni juga selama ini kedua obat tersebut
tidak signifikan membantu penglihatan beliau yang sudah cukup kesulitan untuk
melihat secara jelas. Kedua obat tersebut hanya memberikan efek kenyamanan pada
4.4.3 Penggunaan Obat Tetes Mata C.Lynteer
Hasil dari pemeriksaan katarak Ibu Made Parni di Desa Demulih pada Sabtu,
20 Agustus 2016 bahwa Ibu Made Parni juga glaukoma atau tekanan cairan yang
tinggi pada bola mata. Hal tersebut menyebabkan Ibu Made Parni tidak bisa langsung
dioperasi karena bisa dapat menyebabkan komplikasi. Maka dari itu, tim medis hanya
menyarankan Ibu Made Parni untuk ke Puskesmas Tembuku dan memberikan obat
tetes mata. Obat tersebut berupa C. Lyteer yang harus diteteskan ke mata sebanyak
tiga kali sehari. Sepulang dari pemeriksaan hari itu, Ibu Made Parni langsung
meneteskan obat tetes tersebut dan mengaku cukup bisa melihat warna-warna dengan
lebih jelas.
4.5Kendala
Selama pelaksanaan program keluarga dampingan terhadap keluarga Nenek
Desak Nyoman Lilit, kendala yang saya temukan ialah hanya kesulitan mengatur
waktu untuk berkunjung ke rumah Nenek Desak Nyoman Lilit karena program kerja
BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan
Dari program keluarga dampingan terhadap keluarga Nenek Desak Nyoman Lilit di
Banjar Tabunan, Desa Undisan, Bangli, dapat saya simpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Kesehatan
Keluarga Nenek Desak Nyoman Lilit lebih banyak mengalami masalah pada
kesehatan. Paling memprihatinkan ialah kondisi penglihatan sang menantu yakni Ibu
Made Parni yang menderita katarak mature yang disertai dengan kondisi glaukoma.
Kondisi kedua mata tersebut, menyebabkan Ibu Made Parni tidak diterima kerja oleh
beberapa pihak, dan kesulitan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari.
2. Kondisi Rumah
Keadaan bangunan rumah keluarga Nenek Desak Nyoman Lilit cukup
memprihatinkan dengan kondisi tanpa ubin, sebagian atap bocor, dan pada kamar
mandi tanpa lampu penerangan. Keluarga ini telah dua kali mendapat kunjungan dari
tim bedah rumah, namun hingga saat ini belum pernah mendapatkan pelayanan rumah
bedah.
5.2. Saran
Sebagai mahasiswa yang berkesempatan mendampingi keluarga Nenek Desak
Nyoman Lilit, saran yang dapat saya sampaikan ialah sebagai berikut. Terkait
masalah kesehatan penglihatan Ibu Made Parni yang menderita katarak mature dan
glaukoma, sebaiknya Ibu Made Parni segera diperiksa kembali di Puskesmas
Tembuku untuk mendapat rekomendasi pengobatan glukoma di RSUD Bangli,
sehingga bila Ibu Made Parni telah siap lahir bathin untuk menjalani operasi katarak,
beliau bisa dengan segera dapat ditangani dengan operasi tanpa harus mengalami
komplikasi yang berakibat fatal.
Sedangkan untuk kondisi rumah, sebaiknya pemerintah daerah menggalakkan
kembali termasuk mengawasi proses dijalankannya program bedah rumah, sehingga
DAFTAR PUSTAKA
LPPM.2016.Buku Pedoman Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat