• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Konsep Diri pada Tradisi Pemotongan Jari Individu Suku "X" di Kota Puncak Kabupaten Tengah di Propinsi Papua.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Konsep Diri pada Tradisi Pemotongan Jari Individu Suku "X" di Kota Puncak Kabupaten Tengah di Propinsi Papua."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui negatif atau positif mengenai konsep diri pada masyarakat suku “X” pada tradisi pemotongan jari di Kota Puncak Kabupaten Tengah di Provinsi Papua. Konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang. Konsep diri juga merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Penelitian ini menggunakan teori konsep diri menurut Fitts. Fitts mengkonseptualisasikan bahwa konsep diri ada dua aspek yaitu aspek internal dan eksternal. Adapun aspek internal yaitu: identity self, behavior self, dan judging self; sedangkan aspek eksternal yaitu: physical self, moral self, personal self, family self, dan social self.

Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan data yang diambil menggunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori self concept dari Fitts (1971). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Rank Spearman dan uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach dan dibandingkan sesuai dengan criteria Guildford. Diperoleh 44 item yang valid dengan validitas berkisar antara 0.30-1.00 reabilitas 0,637 yang berarti alat ukur memiliki reliabilitas yang sedang.

(2)

ii

Abstract

The purpose of this study is to determine the negative or positive self-concept in tribal society "X" about the tradition of cutting finger in the Puncak City, Central Regency, Province of Papua. Self concept is an important aspect in a person. Self concept is frame of reference for interacting with environment. This study uses self concept theory from Fitts. Fitts conceptualized that self concept consist of two aspects: internal and external. The internal aspects: self identity, self behavior, and judging self; while external aspects: physical self, moral self, personal self, family self, and social self.

The number of respondents in this research are 100 people. This is a descriptive study. Data is obtained from questionnaire made by researcher based on Fitts’s self concept theory (1971). Validity test of this study using Rank Spearman, reliability test using Alpha Cronbach. Valid items are 44 items items with validity ranging from 0.30-1.00 and reliability around 0.637 which means that the measuring instrument has moderate reliability.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Maksud Penelitian ... 7

1.3.2 Tujuan Peneltian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 7

1.4.2 Kegunaan Praktis... 8

(4)

vii

1.6 Asumsi ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN ... 15

2.1 Konsep Diri ... 15

2.1.1 Pengertian Teori Konsep Diri ... 15

2.2 Proses Perkembangan Konsep diri ... 16

2.2.1 Teori Perkembangan Konsep Diri ... 16

2.2.2 Pembentukan Konsep Diri ... 19

2.2.3 Aspek-aspek Konsep Diri... 19

2.3 Konsep Diri dan Tingkah Laku ... 24

2.3.1 Pengukuran Konsep Diri ... 26

2.4 Kebudayaan ... 27

2.4.1 Pengertian Budaya... 27

2.4.2 Tiga Wujud Kebudayaan ... 27

2.4.3 Unsur-unsur Kebudayaan ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

3.1 Rancangan Penelitian dan Prosedur Penelitian ... 31

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 31

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 32

3.3.1 Variabel Penelitian ... 32

3.3.2 Definisi Operasional ... 32

(5)

3.4.1 Alat Ukur Konsep Diri ... 34

3.4.2 Pengujian Validitas Kuesioner ... 36

3.4.3 Pengujian Reliabilitas Kuesioner ... 37

3.4.4 Data Penunjang dan Data Pribadi... 37

3.4.5 Prosedur Pengisian ... 38

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling ... 38

3.5.1 Populasi Sasaran ... 38

3.5.2 Teknik Sampling ... 38

3.6 Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Gambaran Responden ... 40

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 41

4.2 Gambaran Hasil Penelitian ... 42

4.2.1 Gambaran Konsep Diri Tradisi Pemotongan Jari ... 42

4.2.2 Tabulasi Silang antara Konsep Diri pada Pemotongan Jari dengan Aspek- aspek Konsep Diri ... 43

4.3 Pembahasan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1 Kesimpulan ... 70

(6)

ix

5.2.1 Saran Teoritis ... 71

5.2.2 Saran Praktis ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

DAFTAR RUJUKAN ... 74

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur ... 35

Tabel 3.2 Sistem Penelitian Alat Ukur ... 36

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 41

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Konsep Diri Pada Tradisi Pemotongan Jari ... 42

Tabel 4.4 Tabulasi Silang Mengenai Aspek Physical Identity Dengan Konsep Diri Pada Tradisi Pemotongan Jari ... 43

Tabel 4.5 Tabulasi Silang Mengenai Aspek Moral Identity Dengan Konsep Diri Pada Tradisi Pemotongan Jari ... 44

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Aspek Personal Identity Dengan Konsep Diri Dengan Tradisi Pemotongan Jari ... 45

Tabel 4.7 Tabulasi Silang Aspek Family Identity Dengan Konsep Diri Pada Tradisi Pemotongan Jari ... 46

Tabel 4.8 Tabulasi Silang Aspek Social Identity Dengan Konsep Diri Pada Tradisi Pemotongan Jari ... 47

Tabel 4.9 Tabulasi Silang Aspek Physical Judging Dengan Konsep Diri Pada Tradisi Pemotongan Jari ... 48

(8)

xi

Diri Pada Tradisi Pemotongan Jari ... 50 Tabel 4.12 Tabulasi Silang Aspek Family Judging Dengan Konsep Diri

Pada Tradisi Pemotongan Jari ... 51 Tabel 4.13 Tabulasi Silang Aspek Social Judging Dengan Konsep Diri

Pada Tradisi Pemotongan Jari ... 52 Tabel 4.14 Tabulasi Silang Aspek Physical Behavior Dengan Konsep

Diri Pada Tradisi Pemotongan Jari ... 53 Tabel 4.15 Tabulasi Silang Aspek Moral Behavior Dengan Konsep Diri

Pada Tradisi Pemotongan Jari ... 54 Tabel 4.16 Tabulasi Silang Aspek Personal Behavior Dengan Konsep

Diri Pada Tradisi Pemotongan Jari ... 55 Tabel 4.17 Tabulasi Silang Aspek Family Behavior Dengan Konsep Diri

Pada Tradisi Pemotongan Jari ... 56 Tabel 4.18 Tabulasi Silang Aspek Social Behavior Dengan Konsep Diri

Pada Tradisi Pemotongan Jari ... 57

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Letter of Concent dan Alat Ukur Lampiran B Uji Validitas Alat Ukur dan Item Valid Lampiran C Uji Reliabilitas Alat Ukur

Lampiran D Hasil Penelitian Lampiran E Tabulasi Silang

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku ”X” di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota keluarganya meninggal dunia. Tradisi ini sampai sekarang masih dijalankan oleh masyarakat suku ”X”, karena mereka merasa bahwa tradisi ini merupakan tradisi yang diturunkan dari nenek moyangnya, sehingga masyarakat suku “X” ingin tradisi ini tetap dipertahankan oleh generasi berikutnya.

(12)

2

yang mereka cintai, dan memberikan pembekasan kepada fisiknya sebagai pertanda bahwa masyarakat tersebut telah kehilangan dan ditinggalkan oleh orang tua/ saudara/ suami/ istri/ orang – orang yang dicintainya, dengan cara memotong salah satu jari – jemarinya. Menurut kepala suku tersebut pemotongan jari tangan ini dilakukan bukan hanya pada laki-laki saja melainkan dilakukan juga pada wanita. Ditinggalkan pergi oleh orang yang dicintai atau oleh anggota keluarga untuk selama – lamanya adalah hal yang sangat menyedikan. Terkadang butuh waktu yang begitu lama untuk menyembuhkan perasaan sedih yang dirasakan akibat kehilangan, dan tak jarang masih membekas di hati.

(13)

3

Menurut Kepala suku “X”, pemotongan jari ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya bisa dengan menggunakan parang dan kapak, atau cara lainnya adalah dengan mengikat jari dengan seutas tali beberapa waktu lamanya sehingga jaringan yang terikat menjadi mati kemudian dipotong. Apabila ada salah satu warga asli suku ”X” tidak ingin melakukan atau menjalani tradisi tersebut, maka orang tersebut akan mendapatkan tula (kutukan) baik bagi dirinya maupun keluarga.

Jika kita melihat tradisi potong jari pastilah tradisi ini tidak seharusnya dilakukan atau mungkin tradisi ini tergolong tradisi yang tidak sepantasnya dilakukan. Akan tetapi bagi masyarakat pegunungan tengah Papua, tradisi ini adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan. Mereka beranggapan bahwa memotong jari adalah simbol dari perasaan sedih dan pedihnya seseorang yang telah meninggal. Hanya luka dan darah yang tersisa, ketika ia ditinggalkan oleh orang yang dicintainya. Kepala suku mengemukakan bahwa jari adalah simbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga. Jari juga memiliki fungsi masing-masing, pada umumnya individu suku ”X” ini memotong jari berdasarkan fungsinya sepeti ada yang memotong jari tengah duluan atau jari kelingking. Semua itu terserah individu suku ”X” mana yang mereka anggap jari yang penting mereka tidak akan memotong terlebih dahulu.

(14)

4

melakukan aktivitas keseharian mereka seperti berburu, memasak, berperang dengan menggunakan senjata-senjata tradisional mereka. Mereka masih dapat mengenggam dengan baik, dan bahkan bertani, mereka masih dapat menjalankan aktivitas dengan baik.

Dari hasil wawancara terhadap 10 orang individu suku “X”, dapat diketahui apa saja yang suku “X” lakukan di dalam menjalani tradisi pemotongan jari dari 10 orang individu 70% diantara tidak bisa menerima diri apa adanya. Beliau melakukan tradisi pemotongan jari dan keluar dari lingkungan yang ia tinggal dan pergi merantau kekota walaupun memiliki jari tangan tidak utuh, beliau merasa sangat nyaman tidak tidak mengalami hambatan. Walaupun awalnya beliau di cemohi oleh orang –orang yang berada di kota tetapi beliau tidak memperdulikan hal tersebut dengan senang hati beliau melewat hambatan-hambatan tersebut sehingga akhirnya beliau dapat diterima dilingkungan baru tersebut.

(15)

5

melakukan tradisi tersebut yang masih mempercayai ajaran nenek moyang atau leluhur-leluhur.

Berdasarkan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun ada individu suku ”X” yang tidak melalukan menjalani tradisi potong jari, namun mayaoritas suku ”X” masih bersedia menghargai dan melakukan tradisi potong jari. Setelah melakukan wawancara dengan 10 orang masyarakat suku ”X”, mengenai cara pemaknaan diri mereka tanpajari tangan, mereka menjawab tidak bisa berbuat apa-apa tanpa jari tangan yang utuh tapi karena ini adalah tradisi mereka, maka mereka akan lakukan. Sebanyak 30% dari 10 orang individu suku ”X” ini memandang jari mereka itu sangat berharga dan mempunyai fungsi yang sangat penting maka itu mereka tidak ingin melakukan tradisi tersebut. Menurut 10 dari 70% orang yang melakukan tradisi potong jari ini memperlihatkan tiga jari tangan yang sudah dipotong diantaranya (jari kelingking, jari manis, dan jari tengah), akan tetapi mereka masih dapat melakukan aktivitas kesehariannya dengan baik.

(16)

6

dianalogikan sebagai lima jari yang memiliki satu fungsi gerak yang sama. Jika salah satu hilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan.

Pada umumnya inidividu suku ”X” yang memiliki jari tangan tidak utuh akan merasa bangga dan di terima di lingkungannya karena telah menjalankan adat istiadat yang mereka miliki sebagai tanda bahwa mereka merasa sedih atas kepergian orang – orang yang mereka cintai. Beda halnya dengan mereka yang anggota keluarganya meninggal namun tidak melakukan tradisi pemotongan jari, mereka secara tidak langsung akan dikucilkan dan akan ditolak secara perlahan – lahan oleh masyarakat suku “X”, karena dianggap akan terkena dan membawa malapetaka.

Berdasarkan fenomena diatas dan kajian awal yang peneliti lakukan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai studi deskriptif konsep diri terhadap suku “X” yang berada di Kabupaten Tengah yang menjalani tradisi pemotongan jari di Provinsi Papua.

1.2 Identifikasi Masalah

(17)

7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk memperoleh gambaran mengenai konsep diri individu suku X dalam melakukan tradisi potong jari di Provinsi Papua.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai konsep diri pada individu suku “X” yang melakukan tradisi potong jari di Provinsi Papua berdasarkan aspek-aspek dari konsep diri.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

- Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi dalam bidang Psikologi Sosial terutama yang berkaitan dengan konsep diri pada suatu budaya.

(18)

8

1.4.2 Kegunaan Praktis

- Hasil penelitian dapat membantu para individu agar memahami dirinya sebagai individu, agar memiliki konsep diri yang positif serta tidak terjebak dalam pembentukan konsep diri yang negatif, karena pembentukan konsep diri pada individu sangat mempengaruhi kehidupan yang akan dijalani.

- Memberikan gambaran pada individu yang bersangkutan agar lebih menerima keadaan dirinya setelah melakukan tradisi pemotong jari.

1.5 Kerangka Pikir

Pengertian budaya menurut Koentjaraningrat (2002) adalah totalitas dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya, oleh karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia setelah melalui proses belajar, dan pengalamannya. Koentjaraningrat (1979), juga membagi kebudayaan kedalam tiga wujud, yaitu;

1. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide - ide, gagasan, nilai - nilai, norma - norma, peraturan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda - benda hasil karya manusia.

(19)

9

masyarakat yag melakukan tradisi pemotongan jari ketika keluarga/ sanak saudaranya meninggal dunia. Secara kasat mata, kehilangan jari tangan pada umumnya merupakan hal yang sangat menyakitkan dan mungkin membuat pelaku adat ini merasa berbeda, tak sempurna dan malu saat berinteraksi dengan orang lain. Tetapi lain halnya dengan masyarakat penduduk suku “X” di kabupaten Papua. Kehilangan jari tangan merupakan hal atau kejadian yang wajar dan harus di lakukan sebagai simbol menghormati orang yang mereka sayangi telah meninggal. Oleh karena itu pengalaman dan sistem kepercayaan yang dimiliki individu suku “X” akan menentukan gambaran diri mereka.

Konsep diri merupakan penghayatan seorang individu terhadap keadaan dirinya dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Fitts (1971), menjelasakan bahwa konsep diri terdiri dari dua aspek mencakup aspek eksternal dan internal. Aspek internal merupakan apa yang dilihat individu ketika melihat dirinya sendiri. Aspek ini juga dibagi menjadi beberapa bagian antara lain;

1. Physical self yang merupakan persepsi dan perasaan tentang keadaan

dirinya secara fisik, keadaan kesehatan, penampilan dirinya dan gerakan motorik. Individu suku “X” dengan konsep diri positif akan lebih memperhatikan dan merawat dirinya dibandingkan dengan individu suku “X” dengan konsep diri negatif.

2. Moral-ethical self merupakan persepsi mengenai hubungan dengan Tuhan

(20)

10

hikmah dari peristiwa hidup yang dialaminya serta tidak menjadi tenggelam dalam kejadian yang di alaminya. Individu suku “X” dengan konsep diri negatif akan larut dalam kesedihannya dan lebih menyalahkan otoritas yang ada didalam yaitu Tuhan.

3. Personal self merupakan persepsi atau perasan tentang keadaan diri pribadi yang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan hubungannya dengan orang lain. Individu suku “X” dengan konsep diri positif akan puas dengan dirinya sehingga membantu dalam penyesuaian dirinya dengan lingkungannya. Sebaliknya individu dengan konsep diri negatif akan memandang dirinya secara negatif sehingga menghambat dirinya dengan lingkungannya.

4. Family self merupakan persepsi atau perasaan sebagai anggota keluarga

dalam peranan serta fungsi hubungannya dengan anggota keluarga. Individu suku “X” yang memiliki konsep diri positif akan menyadari dirinya sebagai bagian dari sebuah keluarga meskipun dalam suatu bentuk yang tidak utuh. Dalam keluarga juga memiliki bentuk peran dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Individu suku “X” dengan kosenp diri negatif akan merasa bahwa dirinya tidak memiliki peran dalam keluarga dan memandang dirinya secara negatif, tidak benilai, serta menaruh kebencian pada keluarga.

5. Social self merupakan penilaian terhadap diri dalam interaksinya dengan

(21)

11

Sedangkan individu suku “X” dengan konsep diri negatif akan memandang dirinya secara negatif dan akan merasa gagal dalam bergaul dengan orang lain maupun lingkungan yang mendukung individu tersebut utuk berinteraksi.

Aspek eksternal yaitu bagaimana orang lain atau lingkungan memandang keadaan diri mereka yaitu;

1. Identity self yaitu, merupakan jawaban terhadap pertanyaan “siapakah saya” mencakup label-label, simbol-simbol yang diberikan indvidu pada dirinya sendiri untuk menggambarkan diri dan membangun identitas. Individu suku “X” dengan konsep diri positif akan mampu menerima dirinya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada serta mampu membangun identitas dirinya yang positif dan bernilai bagi orang lain. Berbeda dengan individu suku “X” dengan dengan konsep diri negatif akan menyalahkan dirinya karena kekurangan-kekurangan yang dimiliki, hanya melihat pada sisi negatifnya dari dirinya sehingga merusak citra dirinya baik diri sendiri maupun bagi orang lain.

(22)

12

lebih menghindar dari lingkungan karena merasa apa yang dilakukannya sebagai sesuatu hal yang negatif.

(23)

13

1.1 Bagan kerangka pemikiran Subyek suku

“X” yang melakukan

tradisi pemotong jari

Konsep Diri

Aspek – aspek Konsep diri (Fitts, 1971)

Eksternal: - Identity self - Behavioral self -Judging self

Internal: - Physical self - Moral-Ethical self - Personal self -Family self - social self

Self consept Positif

(24)

14

1.6 Asumsi

1. Pembentukan konsep diri pada masyarakat suku “X” di kabupaten Papua dapat dibagi menjadi dua, yaitu internal (Identity self, Behavioral self, Judging self) dan eksternal (Physical self, Personal self, Family self, Social

self, Moral-ethical self).

2. Meskipun masyarakat penduduk suku “X” di kabupaten Papua berdasarkan pada latar belakang budaya yang masih dipertahankan, namun pada pembentukan konsep diri, memiliki perbedaan sudut pandang dan persepsi yang berbeda – beda antar satu individu dengan individu lainnya.

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan kesimpulan mengenai hasil analisis dan pengolahan data terhadap 100 orang yang di Kota Puncak Kabupaten Pegunungan Tengah di Provinsi Papua. Beserta saran yang bernilai teoritis dan praktis yang terarah sesuai dengan hasil penelitian.

5.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan mengenai tradisi pemotongan jari pada suku “X” di Kota Puncak Kabupaten Pegunungan Tengah di Provinsi Papua, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengolahan data konsep diri yang dilakukan pada masyarakat suku “X” yang berada di Kota Puncak Kabupaten Pegunungan Tengah di Provinsi Papua.

2. Gambaran konsep diri pada masyarakat suku “X” yang berada Kabupaten Pegunungan Tengah Kota Pucak di Provinsi Papua, bila diurutkan dari yang tertertinggi yaitu: aspek physical identity, moral identity, personal identity, family identity,social identity, physical judging, moral

judging,personal judging, family judging, social judging, physical

behavior, moral behavior, personal behavior, family behavior, dan social

(26)

71

5.2Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap mahasiswa yang berada pada di Kota Puncak Kabupaten Pegunungan Tengah di Provinsi Papua, beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

5.2.1 Saran Teoritis

1. Disarankan kepada pada peneliti selanjutnya yang ingin menggunakan variabel konsep diri, dapat melakukan penelitian terhadap tradisi lain diluar Kabupaten Papua.

2. Penelitian ini dapat juga di lakukan lebih lanjut oleh peneliti lainnya yang ingin meneliti tradisi pemotongan jari di daerah lain di Papua, atau peneliti yang ingin meneliti variabel Konsep Diri dengan tradisi lainnya.

3. Hasil penelitian mengenai ini konsep diri yang dilakukan pada individu suku “X” yang berada di Kota Puncak Pegunungan Tengah di Provinsi Papua, dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi mahasiswa di Universitas Kristen Maranatha yang sedang mencari penelitian mengenai tradisi budaya.

5.2.2 Saran Praktis

(27)

72

2. Memberikan infomasi dan mengajak kerjasama antara kepada Pemerintah

(28)

73

DAFTAR PUSTAKA

Burns, R.B. 1979. The Self Concept. Longman, London And New York.

Fitts, William H. 1971. The Self Concept And Self Actualization. Western Psychological Services Californ.

Narwoko, J. Dwi – Suyanto, Bagong (Ed). 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta.

(29)

DAFTAR RUJUKAN

Panduan Penulisan Skripsi Sarjana, 2007. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Sandrack, 2013. Sekilas tentang Dalihan Na Tolu http://www.tradisipotongjari.com Latar belakang budaya sosial mengenai potong jari http://repository.usu.ac.id

Maria, 2005. studi deskriptif mengenai konsep diri pada wanita tinggal di rehabilitas narkoba di kota bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis serta pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa indikator faktor sosial ekonomi dan fisik wilayah yang memiliki hubungan secara signifikan terhadap

Apabila saudara tidak hadir atau tidak dapat menunjukkan dokumen asli sampai dengan batas waktu yang ditetapkan panitia, maka perusahaan dinyatakan GUGUR. Demikian

sekaligus mengembangkannya. Maksud dari pengembangan ini adalah konten yang ada mendapatkannya, misalnya, komentar yang tidak sekadar opini, tetapi juga data atau

Bendungan adalah bangunan yang dibangun untuk menampung air yang selanjutnya untuk kebutuhan masyarakat. Kabupaten Blora sering mengalami kekurangan air pada musim kemarau.

1) Kelompok A, untuk anak tiga sampai empat tahun. 2) Kelompok B, untuk anak umur empat sampai lima tahun. 3) Kelompok C, untuk anak usia lima sampai enam tahun. Pada usia prasekolah

 Setelah melakukan pengisian data penilik/pengawas, maka pilihan tombol SubMenu baru dapat dipilih.  Pilhan tombol SubMenu terdiri

Dijumpai adanya extrimitas (anggota badan bebas) yang terbagi atas ekstrimitas cranialis (posterior) badan yang terbentuk oleh; branchium, antribrancium, manus

By computing the variance decomposition for the endogenous variables of our model (output, inflation, the interest rate and real money balances) with respect to the exogenous