• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kadar RET HE, FE, dan TIBC Pada Penderita Anemia Defisiensi FE Dengan Anemia Karena Penyakit Kronis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Kadar RET HE, FE, dan TIBC Pada Penderita Anemia Defisiensi FE Dengan Anemia Karena Penyakit Kronis."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC

PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE

DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

Renaldi, 2013

Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes PembimbingII : dr. Indahwaty, Sp.PK., M.Kes

Latar belakang Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau kapasitas pembawa oksigen mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Anemia defisiensi Fe (IDA) merupakan jenis anemia terbanyak di masyarakat. Anemia penyakit kronis (ACD) memiliki gambaran klinis dan darah tepi yang mirip dengan IDA. Beberapa pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk membedakan IDA dengan ACD adalah Reticulocyte Hemoglobin Equivalent (RET-He), Fe, dan Total Iron Binding Capacity (TIBC).

Tujuan Untuk mengetahui perbedaan kadar RET He, Fe, dan TIBC pada IDA dan ACD.

Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah observasional analitik secara retrospektif dengan rancangan penelitian cross sectional terhadap seluruh data rekam medik penderita IDA dan ACD di Rumah Sakit Immanuel Bandung, periode Januari 2012 – Oktober 2013. Data yang telah diambil akan dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu kadar RET-He, Fe, dan TIBC pada penderita IDA dan kadar RET-He, Fe, dan TIBC pada penderita ACD. Total didapatkan 60 sampel yang memenuhi kriteria sampel. 30 sampel pada IDA dan 30 sampel pada ACD. Selanjutnya dilakukan perbandingan kadar pada kedua kelompok tersebut. Analisis data menggunakan uji “t” tidak berpasangan.

Hasil pemeriksaan kadar RET-He pada penderita IDA sebesar 18,357 pg berbeda nyata dengan kadar RET-He pada penderita ACD sebesar 21,173 pg (p < 0,05). Hasil pemeriksaan kadar Fe pada penderita IDA sebesar 11,17 µg/dL berbeda nyata dengan kadar Fe pada penderita ACD sebesar 46,97 µg/dL (p < 0,05). Hasil pemeriksaan kadar TIBC pada penderita IDA sebesar 408,50 µg/dL berbeda sangat nyata dengan kadar TIBC pada penderita ACD sebesar 260,43 µg/dL (p < 0,01).

Simpulan Terdapat perbedaan penurunan kadar RET He, perbedaan kadar Fe dan TIBC, antara anemia defisiensi Fe (IDA) dengan anemia penyakit kronis (ACD).

(2)

ABSTRACT

THE COMPARISON BETWEEN RET HE, FE, AND TIBC

CONTENT IN IRON DEFICIENCY ANEMIA

AND ANEMIA OF CHRONIC DISEASE PATIENT

Renaldi, 2013

Tutor I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes

TutorII : dr. Indahwaty, Sp.PK., M.Kes

Background Anemia is a condition in which the number of red blood cells or their oxygen-carrying capacity is insufficient to meet physiologic needs. Iron Deficiency Anemia (IDA) is the most common type of anemia in society. Anemia of chronic disease (ACD) has a clinical symptom and peripheral blood picture which is similar to Iron Deficiency Anemia. Reticulocyte Hemoglobin Equivalent (RET-He), Fe, and Total Iron Binding Capacity (TIBC) are Several tests that used to compare Iron Deficiency Anemia with ACD.

Objective To find out the comparison of Ret-He, Fe, and TIBC content in Iron Deficiency Anemia and ACD.

Method used in this research is a retrospective observational analytic with cross sectional research design in every medical record IDA and ACD patient in Immanuel Hospital Bandung, January 2012 – October 2013 period. The data that has been taken will be classified into 2 groups: the content of RET-He, Fe, and TIBC in IDA patient and the content of RET-He, Fe, and TIBC in ACD patient Total found 60 samples that meet the criteria of the sample. 30 sample each in IDA and ACD. Furthermore, a comparison of the levels in the two groups. Data analysis by using independent “t” test.

Result of RET-He content in IDA patient at 18,357 pg is significantly different than Ret-He content in ACD patient at 21,173 pg (p < 0.05). Result of Fe content in IDA patient at 11,17 µg/dL is significantly different than Fe content in ACD patient at 46,97 µg/dL (p < 0,05). Result of TIBC content in IDA at 408,50 µg/dL is high significantly different than TIBC content in ACD patient at 260,43 µg/dL (p < 0,01).

Conclusion There were differences in decreased levels of RET He, differences of Fe and TIBC content, between Iron Deficiency Anemia (IDA) with anemia of chronic disease (ACD).

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran ... 3

1.6 Hipotesis Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eritrosit ... 5

2.1.1 Pembentukan Eritrosit ... 5

2.1.1.1 Tahapan Diferensiasi Sel Darah Merah ... 7

2.1.1.2 Oksigenasi Jaringan sebagai Regulator ... 8

2.1.1.3 Peran Eritropoetin ... 8

2.1.2 Hemoglobin ... 10

2.1.2.1 Absorbsi Besi ... 11

(4)

2.2 Anemia ... 15

2.2.1 Prevalensi Anemia ... 15

2.2.2 Klasifikasi Anemia ... 16

2.2.3 Gejala Umum Anemia ... 18

2.2.4 Anemia Defisiensi Fe ... 18

2.2.4.1 Klasifikasi Derajat Defisiensi Besi dan Patogenesis ... 19

2.2.4.2 Gejala Khas Anemia Defisiensi Fe... 21

2.2.5 Anemia pada Penyakit Kronis ... 22

2.2.5.1 Etiologi ... 22

2.2.5.2 Patogenesis Anemia Akibat Penyakit Kronis ... 23

2.3 Pemeriksaan RET-He ... 24

2.4 Pemeriksaan Fe ... 27

2.3 Pemeriksaan TIBC ... 27

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 29

3.2 Rancangan Penelitian ... 29

3.3 Teknik Pengambilan Data ... 29

3.4 Sampel Penelitian... 29

3.5 Kriteria Sampel Penelitian ... 30

3.5.1 Kriteria Inklusi ... 30

3.5.2 Kriteria Eksklusi... 30

3.6 Alur Penelitian ... 30

3.7 Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karateristik Subjek Penelitian ... 32

4.1.1 Karateristik Subjek Penelitian Menurut Umur ... 32

(5)

4.2 Hasil penelitian dan Pembahasan ... 33

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 35

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 37

5.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

LAMPIRAN ... 40

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Gambaran Prevalensi Anemia di Dunia ... 15 Tabel 2.2 Klasifikasi Anemia Berdasarkan Kandungan Hemoglobin

(g/dl) ... 16 Tabel 2.3 Studi Laboratorium Pada Defisiensi Besi ... 20 Tabel 2.4 Diagnosis Banding Anemia Defisiensi Fe dan Anemia

Penyakit Kronis ... 23 Tabel 4.1 Karateristik Subjek Penelitian Menurut Umur ... 31 Tabel 4.2 Perbandingan Kadar RET-He pada Anemia Defisiensi

Fe dengan Anemia Penyakit Kronis ... Tabel 4.3 Perbandingan Kadar Fe pada Anemia Defisiensi

Fe dengan Anemia Penyakit Kronis ... 31 Tabel 4.4 Perbandingan Kadar TIBC pada Anemia Defisiensi

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Hematopoesis ... 6

Gambar 2.2 Eritropoesis... 7

Gambar 2.3 Fungsi Eritropoetin ... 9

Gambar 2.4 Hemoglobin ... 10

Gambar 2.5 Metabolisme Besi ... 13

Gambar 2.6 Thomas Plot For Diagnosis ... 26

Gambar 3.1 Alur penelitian ... 26

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau kapasitas pembawa oksigen mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, yang bervariasi menurut umur, jenis kelamin, ketinggian suatu daerah, merokok, dan status kehamilan (WHO, 2013). Gejala dari anemia sangat bervariasi, bergantung kepada jenis anemia apa yang diderita, namun gejala umum yang sering ditemui adalah penderita tampak lemah, konjungtiva terlihat lebih pucat, bibir pucat, dan sesak nafas pada anemia berat (Masrizal, 2007).

Anemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1.500 juta orang menderita anemia dengan sebagian besar tinggal di wilayah tropik (De Maeyer, 1989).

Di Indonesia, anemia merupakan penyakit yang cukup sering ditemukan, didapatkan prevalensi nasional anemia sebesar 14,8%. Berdasarkan data, anemia di Indonesia lebih sering pada wanita dengan prevalensi sekitar 19,7% dan juga anak-anak dengan prevalensi sekitar 12,8%. Untuk wilayah Jawa Barat didapatkan prevalensi sekitar 9,4% yang mederita anemia. Anemia defisiensi Fe merupakan anemia yang paling sering terjadi (Riskesdas, 2008).

Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi sebagai bahan pembentuk rantai heme dalam hemoglobin (Masrizal, 2007). Selain karena kekurangan zat besi, anemia dengan gambaran klinik dan gambaran darah tepi yang mirip dengan Anemia Defisiensi Fe adalah anemia pada penyakit kronis misalnya kanker, penyakit ginjal kronik, dan inflamasi kronik.

(10)

tidak dapat membedakan jenis dan penyebab anemia hipokrom mikrositer, untuk itu diperlukan pemeriksaan tambahan yaitu Fe, TIBC dan reticulocyte hemoglobin equivalent (RET He).

Pemeriksaan Fe dan TIBC (Total Iron Binding Capacity) adalah pemeriksaan

pendukung yang menggambarkan ketersediaan Fe dan kapasitas pengikatan Fe di

dalam tubuh.

RET He merupakan parameter untuk menilai jumlah hemoglobin di dalam

retikulosit (Brugnara et al., 2006). RET He menggambarkan nilai rata-rata distribusi

kandungan hemoglobin (hemoglobin content) di dalam retikulosit dan dapat

menggambarkan ketersediaan besi dalam proses eritropoesis di sumsum tulang dalam

beberapa hari terakhir (Miwa et al., 2010).

Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui kadar RET He, Fe, dan TIBC pada penderita anemia defisiensi Fe dan anemia penyakit kronis sebagai salah satu cara untuk mendiagnosis penyakit tersebut dengan cepat.

1.2 Identifikasi Masalah

 Apakah terdapat perbedaan penurunan kadar RET He antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis.

 Apakah terdapat perbedaan kadar Fe antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis.

 Apakah terdapat perbedaan kadar TIBC antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis.

(11)

1.3 Maksud dan Tujuan penelitian

Maksud penelitian ini adalah mengetahui peran pemeriksaan RET He, Fe, dan TIBC dalam diagnosis anemia defisiensi Fe dan Anemi Penyakit Kronis.

Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui perbedaan penurunan kadar RET He antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis.

 Untuk mengetahui perbedaan kadar Fe antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis.

 Untuk mengetahui perbedaan kadar TIBC antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis.

 Untuk mengetahui apakah kadar RET He dan Fe pada anemia defisiensi Fe lebih rendah daripada anemia penyakit kronis.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Akademis

Penilitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan mengenai perbandingan kadar RET He, Fe dan TIBC pada anemia defisiensi Fe dan anemia penyakit kronis.

Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pemeriksaan untuk menunjang diagnosis pada pasien anemia.

1.5 Kerangka Pemikiran

(12)

untuk eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, menyebabkan kapasitas ikat besi total (total iron binding capacity = TIBC) meningkat, serta peningkatan reseptor transferin dalam serum. Apabila penurunan jumlah besi terus terjadi maka eritropoesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai menurun. Akibatnya timbul anemia hipokrom mikrositer, disebut sebagai anemia defisiensi besi (Bakta, 2006).

Anemia penyakit kronis merupakan penyakit yang dikendalikan oleh sistem

imunitas, sitokin dan sel-sel retikuloendotelial menyebabkan perubahan pada

homeostasis besi, proliferasi sel progenitor eritroid, produksi eritropoetin, dan

masa hidup sel darah merah, dimana semua itu berperan pada pathogenesis

anemia akibat penyakit kronik. Anemia pada penyakit ginjal kronis memiliki

karateristik anemia akibat penyakit kronis, ditandai dengan penurunan eritropoetin

yang dimediasi oleh insufisiensi ginjal dan juga efek antiproliferatif dari

akumulasi racun uremik (Weiss & Goodnough, 2005).

1.6 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat perbedaan penurunan kadar RET He antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis.

2. Terdapat perbedaan kadar Fe antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis.

3. Terdapat perbedaan kadar TIBC antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis.

(13)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Terdapat perbedaan penurunan kadar RET He antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis.

2. Terdapat perbedaan kadar Fe antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis.

3. Terdapat perbedaan kadar TIBC antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit Kronis.

4. Terdapat kadar RET He dan Fe yang lebih rendah pada anemia defisiensi Fe daripada anemia penyakit kronis.

5.2 Saran

1. Pemeriksaan RET He dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis tahap-tahap defisiensi zat besi.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan data rekam medic yang lebih banyak dan hasil laboratorium yang lebih lengkap.

(14)

PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA

KARENA PENYAKIT KRONIS kapasitas pembawa oksigen mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Anemia Defisiensi Fe (IDA) merupakan jenis anemia terbanyak di masyarakat. Anemia Penyakit Kronis (ACD) memiliki gambaran klinis dan darah tepi yang mirip dengan IDA. Beberapa pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk membedakan IDA dengan ACD adalah Reticulocyte Hemoglobin Equivalent (RET-He), Fe, dan Total Iron Binding Capacity (TIBC).

Tujuan Untuk mengetahui perbedaan kadar RET He, Fe, dan TIBC pada IDA dan ACD.

Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah observasional analitik secara retrospektif dengan rancangan penelitian cross sectional terhadap seluruh data rekam medik penderita IDA dan ACD di Rumah Sakit Immanuel Bandung, periode Januari 2012 – Oktober 2013. Data yang telah diambil akan dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu kadar RET-He, Fe, dan TIBC pada penderita IDA dan kadar RET-He, Fe, dan TIBC pada penderita ACD. Total didapatkan 60 sampel yang memenuhi kriteria sampel. 30 sampel pada IDA dan 30 sampel pada ACD. Selanjutnya dilakukan perbandingan kadar pada kedua kelompok

tersebut. Analisis data menggunakan uji “t” tidak berpasangan.

Hasil pemeriksaan kadar RET-He pada penderita IDA sebesar 18,357 pg berbeda nyata dengan kadar RET-He pada penderita ACD sebesar 21,173 pg (p < 0,05). Hasil pemeriksaan kadar Fe pada penderita IDA sebesar 11,17 µg/dL berbeda nyata dengan kadar Fe pada penderita ACD sebesar 46,97 µg/dL (p < 0,05). Hasil pemeriksaan kadar TIBC pada penderita IDA sebesar 408,50 µg/dL berbeda sangat nyata dengan kadar TIBC pada penderita ACD sebesar 260,43 µg/dL (p < 0,01).

Simpulan Terdapat perbedaan penurunan kadar Ret He, perbedaan kadar Fe dan TIBC, antara anemia defisiensi Fe (IDA) dengan anemia penyakit kronis (ACD).

Kata Kunci: Anemia, RET He, Fe, TIBC

ABSTRACT

Background Anemia is a condition in which the number of red blood cells or their oxygen-carrying capacity is insufficient to meet physiologic needs. Iron Deficiency Anemia (IDA) is the most common type of anemia in society. Anemia of chronic disease (ACD) has a clinical symptom and peripheral blood picture which is similar to Iron Deficiency Anemia. Reticulocyte Hemoglobin Equivalent (RET-He), Fe, and Total Iron Binding Capacity (TIBC) are Several tests that used to compare Iron Deficiency Anemia with ACD.

Objective To find out the comparison of Ret-He, Fe, and TIBC content in Iron Deficiency Anemia and ACD.

(15)

content of RET-He, Fe, and TIBC in IDA patient and the content of RET-He, Fe, and TIBC in ACD patient Total found 60 samples that meet the criteria of the sample. 30 sample each in IDA and ACD. Furthermore, a comparison of the levels in the two groups. Data analysis by using

independent “t” test.

Result of Ret-He content in IDA patient at 18,357 pg is significantly different than Ret-He content in ACD patient at 21,173 pg (p < 0.05). Result of Fe content in IDA patient at 11,17 µg/dL is significantly different than Fe content in ACD patient at 46,97 µg/dL (p < 0,05). Result of TIBC content in IDA at 408,50 µg/dL is high significantly different than TIBC content in ACD patient at 260,43 µg/dL (p < 0,01).

Conclusion There were differences in decreased levels of Ret He, differences of Fe and TIBC content, between Iron Deficiency Anemia (IDA) with anemia of chronic disease (ACD).

Key Words: Anemia, RET He, Fe, TIBC

PENDAHULUAN

Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau kapasitas pembawa oksigen mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, yang bervariasi menurut umur, jenis kelamin, ketinggian suatu daerah, merokok, dan status kehamilan1. Gejala dari anemia sangat bervariasi, bergantung kepada jenis anemia apa yang diderita, namun gejala umum yang sering ditemui adalah penderita tampak lemah, konjungtiva terlihat lebih pucat, bibir pucat, dan sesak nafas pada anemia berat2.

Anemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1.500 juta orang menderita anemia dengan sebagian besar tinggal di wilayah tropik3. Di Indonesia, anemia merupakan penyakit yang cukup sering ditemukan, didapatkan prevalensi nasional anemia sebesar 14,8%. Berdasarkan data, anemia di Indonesia lebih sering pada wanita dengan prevalensi sekitar 19,7% dan juga anak-anak dengan prevalensi sekitar 12,8%. Untuk wilayah Jawa Barat didapatkan prevalensi sekitar 9,4% yang mederita anemia. Anemia defisiensi Fe merupakan anemia yang paling sering terjadi4.

Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi sebagai bahan pembentuk rantai heme dalam hemoglobin2. Selain karena kekurangan zat besi, anemia dengan gambaran klinik dan gambaran darah tepi yang mirip dengan Anemia Defisiensi Fe adalah anemia pada penyakit kronis misalnya kanker, penyakit ginjal kronik, dan inflamasi kronik.

Pemeriksaan morfologi darah tepi merupakan pemeriksaan penapisan untuk mengetahui dan membedakan jenis anemia, pemeriksaan ini membutuhkan keahlian khusus dalam menginterpretasinya. Pemeriksaan morfologi darah tepi tidak dapat membedakan jenis dan penyebab anemia hipokrom mikrositer, untuk itu diperlukan pemeriksaan tambahan yaitu Fe, TIBC dan reticulocyte hemoglobin equivalent (RET He).

Pemeriksaan Fe dan TIBC (Total Iron Binding Capacity) adalah pemeriksaan pendukung yang menggambarkan ketersediaan Fe dan kapasitas pengikatan Fe di dalam tubuh.

(16)

hemoglobin (hemoglobin content) di dalam retikulosit dan dapat menggambarkan ketersediaan besi dalam proses eritropoesis di sumsum tulang dalam beberapa hari terakhir.

Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui kadar RET He, Fe, dan TIBC pada penderita anemia defisiensi Fe dan anemia penyakit kronis sebagai salah satu cara untuk mendiagnosis penyakit tersebut dengan cepat.

Tujuan penilitian

 Untuk mengetahui perbedaan penurunan kadar RET He antara anemia

defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis.

 Untuk mengetahui perbedaan kadar Fe antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis.

 Untuk mengetahui perbedaan kadar TIBC antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis.

 Untuk mengetahui apakah kadar RET He dan Fe pada anemia defisiensi

Fe lebih rendah daripada anemia penyakit kronis.

BAHAN DAN CARA

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik.

Analisis data menggunakan uji “t” tidak berpasangan.

Sampel penelitian diperoleh dari data rekam medik seluruh penderita anemia yang telah memenuhi kriteria sampel penelitian periode Januari 2012 - Oktober 2013. Dari data rekam medik didapatkan sebanyak 30 data penderita anemia defisiensi Fe dan 30 data penderita anemia penyakit kronis.

Kriteria inklusi

Penderita yang didiagnosis mengalami anemia dengan gambaran darah tepi hipokrom mikrositer periode Januari 2012 - Oktober 2013 yang memiliki data rekam medis yang lengkap sesuai dengan variabel penelitian yang dicari.

(17)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karateristik Subjek penelitian Menurut Umur

Karateristik subjek penelitian menurut umur dapat dilihat pada tabek 4.1 berikut ini :

Tabel 1 Karateristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur

Umur tahun. Hal ini sesuai dengan berbagai kepustakaan bahwa anemia dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang tertinggi terjadi pada usia produktif yaitu 15-49 tahun. Pada anemia defisiensi Fe didapatkan nilai median 34,5 tahun, sedangkan pada anemia penyakit kronis didapatkan nilai median 52 tahun. Hal tersebut sesuai dengan kepustakaan dimana anemia defisiensi Fe lebih sering

Pengambilan rekam medik

Penderita tersangka anemia dengan gambaran darah tepi hipokrom mikrositer

Memenuhi kriteria inklusi

Anemia defisiensi Fe Anemia penyakit kronis

(18)

ditemukan pada usia muda, sedangkan anemia penyakit kronis lebih sering ditemukan pada usia yang lebih tua3.

4.1.2 Karateristik Subjek Penelitian Menurut Jenis Kelamin

Sebagian besar subjek penelitian adalah wanita yaitu 44 dari 60 orang subjek penelitian (73,4%), sisanya adalah pria sebanyak 16 dari 60 orang subjek penelitian (26,6%). Distribusi subjek penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini:

Gambar 1 Distribusi Subjek Penelitian Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan kepustakaan, penyakit anemia lebih banyak terjadi pada wanita, hal ini disebabkan karena wanita mengalami menstruasi dan kondisi tersebut akan membuat kehilangan banyak darah. Normalnya darah yang hilang kan segera tergantikan, namun terkadang darah yang keluar terlalu banyak sehingga lebih sulit kembali ke normal. Berdasarkan survei WHO 1993-2005, dikatakan anemia lebih sering terjadi pada wanita yaitu 73,5% dari populasi di seluruh dunia5.

Hasil dan Pembahasan

Tabel 3 Perbandingan Kadar RET-He pada Anemia Defisiensi Fe dengan Anemia Penyakit Kronis

Anemia defisiensi Fe 30 18,357 3,0614

(19)

Dari Tabel 3 didapatkan bahwa rerata hasil pemeriksaan kadar RET-He pada penderita anemia defisiensi Fe sebesar 18,357 pg (SD = 3,0614) berbeda nyata dengan kadar RET-He pada penderita anemia penyakit kronis sebesar 21,173 pg (SD = 4,7602) dengan perbedaan 2,816 pg (p < 0,05).

Pada penelitian ini didapatkan perbedaan penurunan kadar RET-He yang bermakna antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis karena pada anemia defisiensi Fe kadar besi serum menurun dan cadangan zat besi sangat menurun sehingga secara langsung mengganggu sintesis hemoglobin yang akhirnya mengganggu proses eritropoesis6. Sedangkan pada anemia penyakit kronis terjadi akibat sitokin yang dapat menyebabkan sekuestrasi makrofag sehingga mengikat lebih banyak zat besi, meningkatkan destruksi eritrosit di limpa, menekan produksi eritropoetin oleh ginjal, serta menyebabkan perangsangan yang inadekuat pada eritropoesis di sumsum tulang7, oleh karena itu, terdapat perbedaan penurunan yang bermakna pada kadar Ret He, yaitu anemia defisiensi Fe lebih rendah daripada anemia penyakit kronis.

Tabel 4 Perbandingan Kadar Fe pada Anemia Defisiensi Fe dengan Anemia Penyakit Kronis

Anemia penyakit kronis 30 46,97 66,389

Dari Tabel 4 didapatkan bahwa rerata hasil pemeriksaan kadar Fe pada penderita anemia defisiensi Fe sebesar 11,17 µg/dL (SD = 4,778) berbeda nyata dengan kadar Fe pada penderita anemia penyakit kronis sebesar 46,97 g/dL (SD = 66,389) dengan perbedaan 35,8 µg/dL (p < 0,05).

Pada penelitan ini didapatkan perbedaan kadar Fe yang bermakna antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis karena pada anemia defisiensi Fe didapatkan cadangan zat besi sangat menurun dan akan diikuti dengan besi serum yang menurun8. Sedangkan pada anemia penyakit kronis banyak proses yang terjadi salah satunya adalah gangguan metabolisme dari zat besi dimana cadangan zat besi cukup namun tidak adekuat untuk mengkompensasi bila terjadi penurunan besi serum7, oleh karena itu, terjadi perbedaan yang bermakna pada kadar Fe, yaitu anemia defisiensi Fe lebih rendah daripada anemia penyakit kronis.

Tabel 5 Perbandingan Kadar TIBC pada Anemia Defisiensi Fe dengan Anemia Penyakit Kronis

(20)

Dari Tabel 5 didapatkan bahwa rerata hasil pemeriksaan kadar TIBC pada penderita anemia defisiensi Fe sebesar 408,50 µg/dL (SD = 90,793) berbeda sangat nyata dengan kadar TIBC pada penderita anemia penyakit kronis sebesar 260,43 µg/dL (SD = 99,114) dengan perbedaan 148,07 µg/dL (p < 0,01).

Pada penelitian ini didapatkan perbedaan kadar TIBC yang sangat bermakna antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis karena pada anemia defisiensi Fe cadangan zat besi sangat menurun sehingga merangsang TIBC untuk bekerja lebih aktif untuk menngikat zat besi, sedangkan pada anemia penyakit kronis cadangan zat besi masih cukup sehingga tidak merangsang TIBC untuk bekerja lebih aktif7. Oleh karena itu, terjadi perbedaan kadar TIBC sangat bermakna, yaitu pada anemia defisiensi Fe lebih tinggi daripada anemia penyakit kronis.

Keterbatasan penelitian ini terletak pada terbatasnya kelengkapan pemeriksaan penunjang seperti gambaran darah tepi, kadar RET He, Fe, dan TIBC pada rekam medik untuk menunjang diagnosis.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Terdapat perbedaan penurunan kadar RET He antara anemia defisiensi

Fe dengan anemia penyakit kronis.

2. Terdapat perbedaan kadar Fe antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit kronis.

3. Terdapat perbedaan kadar TIBC antara anemia defisiensi Fe dengan anemia penyakit Kronis.

4. Terdapat kadar RET He dan Fe yang lebih rendah pada anemia

defisiensi Fe daripada anemia penyakit kronis.

Saran

1. Pemeriksaan RET He dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis

tahap-tahap defisiensi zat besi.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan data rekam medic yang lebih banyak dan hasil laboratorium yang lebih lengkap.

3. Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut kadar RET He untuk pemantauan

terapi defisiensi besi dan juga anemia penyakit kronis.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Anaemia. [Online] 2013. http://www.who.int/topics/anaemia/en/.

2. Jurnal Kesehatan masyrakat. Masrizal. 2007, Anemia defisiensi Fe.

3. Prevention and Controlling Iron Deficiency Anemia through Primary Health Care. De Maeyer, E M.

(21)

4. Riskesdas. Laporan Nasional 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia, 2008.

5. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and assessment of severity. WHO. Geneva : WHO, 2011, Vitamin and Mineral Nutrition Information System.

6. Hauss, Oliver. RET-He – A new parameter for the diagnosis of functional iron. SYSMEX LAB INFO. september 8, 2008.

7. Supandiman, Iman, Fadjari, Heri and Sukrisman, Lugyanti. Anemia Pada Penyakit Kronis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 5th edition. Jakarta : FKUI, 2006.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I. M. 2006. Anemia Defisiensi besi dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II 5th ed.. Jakarta: FKUI.

Bovy, C., Gothot, A., Delanaye, P., Warling, X., Krzesinski, J., & Beguin, Y. 2007. Mature erytrocyte parameters as new markers of functional iron deficiency in hemodialysis: sensitivity and spesificity. Nephrol Dial Transplant.

Brugnara, C., Schiller, B., & Moran, J. 2006. Reticulocyte hemoglobin equivalent (Ret He) and assessment of iron-deficient states. Clin. Lab. Haem, 303-308.

De Maeyer, E. M. 1989. Prevention and Controlling Iron Deficiency Anemia through Primary Health Care. WHO.

Fauci, A. S., Kasper, D. L., Longo, D. L., Braunwald, E., Hauser, S. L., Jameson, J. L., & Loscalzo, J. 2008. Iron Deficiency and Other Hypoproliferative Anemias In Harrison's Principles Of Internal Medicine. New York: The McGraw-Hill Companies.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2006. Textbook Of Medical Physiology. Philadelphia: Elsevier Saunders.

Hauss, O. 2008, september 8. RET-He – A new parameter for the diagnosis of functional iron. SYSMEX LAB INFO.

Mader, S. S. 2004. In Understanding Human Anatomy & Physiology (5th edition ed., pp. 207-212). New York: The McGraw-Hill.

Riskesdas. 2008. Laporan Nasional 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Sacher, R. A., & McPherson, R. A. 2000. Widmann's Clinical Interpretation of

Laboratory Tests. Philadelphia: F.A Davis Company.

Supandiman, I., Fadjari, H., & Sukrisman, L. 2006. Anemia Pada Penyakit Kronis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II 5th edition ed.. Jakarta: FKUI.

(23)

WHO. 2011. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and assessment of severity. Vitamin and Mineral Nutrition Information System.

Diunduh juli 2, 2013, from

http://www.who.int/vmnis/indicators/haemoglobin.

Gambar

Tabel 1 Karateristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur
Tabel 3 Perbandingan Kadar RET-He pada Anemia Defisiensi Fe dengan Anemia Penyakit Kronis
Tabel 4 Perbandingan Kadar Fe pada Anemia Defisiensi Fe dengan Anemia Penyakit Kronis

Referensi

Dokumen terkait

bahwa Pemerintah Daerah Kata Mojokerto telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pendirian Perseroan Terbatas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Hal ini memperkuat kesimpulan yang didapat dalam [9] bahwa frekuensi tertinggi yang bisa disintesis oleh program stimulator bagi SSVEP-BCI yang menggunakan layar monitor

Dan juga fakta yang tidak diketahui bahwa resiko penyakit batu empedu berhubungan dengan obesitas seperti peningkatan aktivitas reduktase HMG-CoA dapat

Berdasarkan rata–rata tanggapan mahasiswa yang diperoleh melalui angket disimpulkan bahwa mahasiswa memberikan tanggapan yang baik sebesar 77% setuju terhadap

Berdasarkan penelitian Ritter et al (2000) jika dibandingkan hidroponik, tanaman kentang dalam sistem aeroponik menunjukkan pertumbuhan vegetatif yang cepat, tetapi

Perlindungan hukum bagi pasien yang mengalami kerugian akibat pengobatan tradisional dilakukan dengan ketentuan pidana tentang setiap orang yang tanpa izin

Pilaantuneen koealueen ja vertailualueen haapojen juurien, lehtien ja varsien alumiini-, kadmium-, kromi- ja kupari- pitoisuudet vuosina 2004 ja 2005.. “Laatikot” kuvaavat ylä-

Nilai rata-rata tertinggi daya serap air papan lamina selama 24 jam terdapat pada papan lamina 7 Karakteristik Balok Laminasi Dari Batang Kelapa dan Kayu Kemiri... Gambar