• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan partisipasi siswa di koperasi sekolah dan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa siswi kelas XI SMK Negeri di Kabupaten Sleman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan partisipasi siswa di koperasi sekolah dan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa siswi kelas XI SMK Negeri di Kabupaten Sleman"

Copied!
201
0
0

Teks penuh

(1)

i

SEKOLAH DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA

DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA

SISWI

KELAS XI SMK NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Chatarina Novi Sulistya Nugraheny

NIM : 131334024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Tuhan Yang Maha Esa

Ibu saya Irene Sutarti

Ayah saya Aloysius Suparman

Kakak – kakak saya, mas Nanang, mbak Dewi , mas Dwi, mbak Anna,

mbak Lia dan mas Candra

Adik saya, Andre

Ponakan saya, Ian, Ori, Fina, Risto dan Kevin

(5)

v

Berjuanglah, maka Tuhan akan menyertai-Mu

(Chatarina Novi S. N.)

Hidup adalah soal keberanian menghadapi yang tanda tanya, tanpa kita

mengerti, tanpa kita bisa menawar terimalah dan hadapilah

(soe hoek gie)

Hidup itu butuh perjuangan, tapi Perjuangkanlah apa yang layak kamu

perjuangkan

(Chatarina Novi S. N.)

Jadilah dirimu sendiri, pribadi orang sudah ada yang memiliki

(oscar wilde)

Jadilah orang yang pandai bersyukur, dan jadilah orang yang tidak lupa

untuk bersyukur

(6)
(7)
(8)

viii

HUBUNGAN PARTISIPASI SISWA DI KOPERASI

SEKOLAH DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA

DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA -

SISWI KELAS XI SMK NEGERI DI KABUPATEN

SLEMAN YOGYAKARTA

Chatarina Novi Sulistya Nugraheny Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan partisipasi siswa di koperasi sekolah dan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan.

Penelitian ini adalah penelitian studi empiris yang dilaksanakan pada bulan Februari - April 2017. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Negeri di-Sleman Yogyakarta dengan jumlah 8.555 siswa. Sampel sebanyak 368 siswa dari SMK N 1 Godean, SMK N 2 Godean dan SMK N 1 Depok diambil dengan teknik Purpose Sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan teknik Chi-Square.

(9)

ix

COOPERATIVE SCHOOL AND LEVEL OF EDUCATION OF PARENTS WITH THE SOUL OF ENTREPRENEURSHIP IN STUDENTS-STUDENTS OF CLASS XI STATE SMK IN SLEMAN

REGENCY, YOGYAKARTA

Chatarina Novi Sulistya Nugraheny Universitas Sanata Dharma

2017

This research aims to find out whether there is a relationship of participation of students in the school's cooperative and educational level of parents with the soul of entrepreneurship.

This research is an empirical research studies carried out from February-April 2017. The population of this research is the entire class XI student SMK Negeri in Sleman of Yogyakarta-with the number of 8,555 students. Sample as many as 368 students from SMK N 1 Godean, SMK N 2 Godean and SMK N 1 Depok taken with the technique of Sampling Purpose. Data were collected using a questionnaire and analyzed using Chi Square technique.

(10)

x

Puji Syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria, karena berkat dan kasih-Nya yang luar biasa sehingga skripsi ini yang berjudul Hubungan Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah Dan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa-Siswi Kelas XI SMK Negeri Di Kabupaten Sleman Yogyakarta dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skrisi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Pendidikan Akunatnsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

4. Bapak Drs. Bambang Purnomo S.E., M. Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, sabar dalam mengarahkan, mengoreksi, dan memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

(11)

xi

Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan berbagai pengetahuan dan pengalamannya selama proses perkuliahan;

7. Ibu Theresia Aris Sudarsilah selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah membantu dalam kelancaran proses belajar dan administrasi kemahasiswaan;

8. Bapak dan Ibu tercinta Aloysius Suparman dan Irene Sutarti, yang tiada lelah memberikan semangat, kasih sayang, doa, nasihat, perhatian yang luar biasa dan dukungan secara moral maupun materil;

9. Kakak, adik, ponakan dan keluarga besar yang tiada telah memberikan semangat, kasih sayang, doa, nasihat, perhatian yang luar biasa dan dukungan secara moral maupun materil;

10.Arif Priyantama yang setia mendampingi, mendengar keluh kesahku, memberikan doa, dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini;

11.Teman-teman Pendidikan Akuntasi 2013 atas kebersamaanya yang telah dilalui bersama semasa kuliah;

12.Teman - teman satu dosen bimbingan; Bagas, Cicil, Widya, Yeni,

14.Teman – teman sepermainan; Rara, Dita, Agnes, Gretha, Adit, Sisco, Adi, Aji, Dhisga, Kukuh, Mas Hendri, Ari, Jessica, Yessy, Julia, Gera, Teti, Nyoti, Febri, Michelle, Mandala, Ayu, Angling, Mas Hari dan seluruh teman – teman PAK 2013;

(12)
(13)

xiii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

B. Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 11

1. Pengertian Koperasi Sekolah ... 11

(14)

xiv

4. Modal Koperasi Sekolah ... 16

5. Partisipasi Siswa dalam Mengembangkan Kegiatan Koperasi Sekolah ... 17

C. Jiwa Kewirausahaan ... 21

1. Pengertian Jiwa Kewirausahaan ... 21

2. Pengembangan Jiwa Kewirausahaan ... 22

D. Kerangka Berfikir ... 31

1. Hubungan motivasi belajar kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan ... 31

2. Hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa Kewirausahaan ... 32

E. Paradigma Penelitian ... 34

F. Hipotesis ... 35

1. Populasi Penelitian ... 37

2. Sampel Penelitian ... 38

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 40

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 40

1. Variabel Penelitian ... 40

(15)

xv

1. Kuesioner ... 44

2. Penyusunan Kuesioner ... 45

G.Teknik Pengujian Instrumen ... 46

1. Uji Validitas Instrumen ... 46

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 50

H.Teknik Analisis Data ... 53

1. Teknik Deskripsi Data ... 53

2. Pengujian Hipotesis ... 56

3. Penarikan Kesimpulan ... 58

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 60

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 64

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 65

a. Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 65

b. Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 67

c. Jiwa Kewirausahaan ... 68

B. Analisis Data ... 70

Pengujian Hipotesis ... 70

a. Pengujian Hubungan Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah dengan Jiwa Kewirausahaan ... 70

b. Pengujian Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Jiwa Kewirausahaan ... 72

C. Pembahasan ... 76

(16)

xvi

dengan Jiwa Kewirausahaan ... 77

BAB VI PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

C. Keterbatasan ... 85

(17)

xvii

Halaman

Tabel 3.1 Data Populasi Siswa SMK Negeri di Kabupaten Sleman .... 38

Tabel 3.2 Data SMK Negeri sebagai Sampel Penelitian ... 39

Tabel 3.3 Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 42

Tabel 3.4 Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 43

Tabel 3.5 Jiwa Kewirausahaan ... 43

Tabel 3.6 Operasional Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 45

Tabel 3.7 Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 46

Tabel 3.8 Jiwa Kewirausahaan ... 46

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Variabel Partisipasi Siswa Di Koperasi Sekolah ... 48

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 49

Tabel 3.11 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi ... 51

Tabel 3.12 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 52

Tabel 3.13 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 52

Tabel 3.14 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Jiwa Kewirausahaan ... 53

Tabel 3.15 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 54

Tabel 3.16 Interprestasi Koefisien Korelasi ... 56

Tabel 5.1 Data Responden Berdasarkan Asal Sekolah ... 64

Tabel 5.2 Deskripsi Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 65

Tabel 5.3 Nilai-nilai Statistik Variabel Partisipasi Siswa Di Koperasi Sekolah ... 66

(18)

xviii

Tabel 5.6 Nilai-nilai Statistik Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 69 Tabel 5.7 Tabel Korelasi Spearman Hubungan Partisipasi Siswa

Di Koperasi Sekolah Dengan Jiwa Kewirausahaan ... 71 Tabel 5.8 Tabel Korelasi Spearman Tingkat Pendidikan Orang Tua

(Ayah) Dengan Jiwa Kewirausahaan ... 73 Tabel 5.9 Tabel Korelasi Spearman Tingkat Pendidikan Orang Tua

(19)

xix

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN ... 90

LAMPIRAN 2 DATA INDUK PENELITIAN ... 102

LAMPIRAN 3 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 138

LAMPIRAN 4 HASIL UJI HIPOTESIS ... 146

LAMPIRAN 5 PENILAIAN ACUAN PATOKAN TIPE II ... 149

LAMPIRAN 6 DAFTAR TABEL STATISTIK DAN PERHITUNGAN r TABEL ... 153

LAMPIRAN 7 SURAT IJIN PENELITIAN ... 157

(20)

xx

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, pengangguran merupakan salah satu masalah yang

semakin memerlukan perhatian. Setiap tahun bahkan dalam hitungan hari,

lulusan pendidikan dasar sampai tingkat pendidikan tinggi meluluskan

generasi siap kerja, namun pada kenyataannya lulusan tersebut banyak yang

tidak bekerja disebabkan minimnya lapangan pekerjaan di Indonesia. Perlu

kita ketahui bahwa SDA di Indonesia sangat melimpah dan memiliki

potensi untuk diciptakannya lapangan pekerjaan guna mengolah SDA yang

ada di Indonesia. Dilain sisi ada negara yang hanya memiliki potensi SDA

terbatas namun, negara tersebut bisa mengembangkan atau menciptakan

lapangan pekerjaan dengan sendirinya. Lapangan pekerjaan yang ada di

negara tersebut, tercipta dikarenakan masyarakat di negara itu memiliki jiwa

kewirausahaan yang tinggi sehingga masyarakat bisa membuka lapangan

pekerjaan secara mandiri.

Di Indonesia angka pengangguran terbanyak justru diciptakan oleh

kelompok terdidik. Pada Agustus 2015, tingkat pengangguran terbuka

menurut pendidikan didominasi oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12,65 persen, disusul Sekolah Menengah Atas sebesar 10,32 persen,

Diploma 7,54 persen, Sarjana 6,40 persen, Sekolah Menengah Pertama 6,22

persen, dan Sekolah Dasar ke bawah 2,74 persen. Pengangguran terjadi

(22)

karena perbandingan antara jumlah penawaran kesempatan kerja tidak

sebanding dengan jumlah lulusan atau penawaran tenaga kerja baru disegala

level pendidikan (Saiman, 2009: 22). Data statistik pada bulan Februari

2016 yaitu sebanyak 7,02 juta orang dengan tingkat pengangguran terbuka

sebesar 5,5% yang dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya mencapai

7,45 juta orang (5,81%) sehingga mengalami penurunan (Badan Pusat

Statistik RI, 2016). Namun, jumlah pengangguran sebenarnya dapat

diperkecil dengan keberanian membuka usaha - usaha baru atau

berwirausaha. Berbagai upaya dilakukan untuk menumbuhkan jiwa

kewirausahaan terutama merubah mindset para pemuda yang selama ini

hanya berminat sebagai pencari kerja (job seeker) apabila kelak

menyelesaikan sekolah atau kuliah mereka. Hal ini merupakan tantangan

bagi pihak sekolah dan perguruan tinggi sebagai lembaga penghasil lulusan

terdidik siap kerja.

Minat berwirausaha di Indonesia masih sangat rendah. Jumlah pelaku

wirausaha di Indonesia hingga kini masih belum mencapai angka ideal

yakni dua persen dari jumlah penduduk Indonesia. Data terkini dari Global

Entrepreneurship Monitor (GEM) menunjukkan bahwa Indonesia baru

mempunyai sekitar 1,65 persen pelaku wirausaha dari total jumlah

penduduk 250 juta jiwa (kompas.com: Rabu, 30 Maret 2016 | 19:28 WIB).

Indonesia sebagai julukan negara dengan kekayaan alam yang sangat

melimpah, namun sangat disayangkan masyarakat tidak dapat menikmati

(23)

terdidik namun menganggur karena tidak memiliki skill dalam

mengembangkan SDA yang dimiliki. Oleh karena itu, SDM yang terdidik di

Indonesia semakin melimpah dengan lapangan pekerjaan yang terbatas.

Keterbatasan tersebut yang harusnya menimbulkan pemikiran yang baru

untuk membuka lapangan pekerjaan seperti berwirausaha. Niat dan

kemauan itu harus dibangun sejak dini dan pendidikan dari dini. Misalnya,

dibangun dengan adanya niat untuk membangun koperasi sekolah dan melibatkan siswa - siswi didalamnya secara bersama – sama sehingga secara

tidak langsung jiwa kewirausahaan tersebut dapat muncul dalam diri anak –

anak.

Kewirausahaan bisa ditempuh melalui lembaga pendidikan salah

satunya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mempunyai

peluang cukup besar untuk ikut serta dalam membangun sistem

perekonomian dengan memanfaatkan tahap perkembangan remaja,

mendidik siswa agar berminat menjadi wirausaha. Tahap perkembangan

remaja akhir ditandai dengan adanya minat yang semakin mantap terhadap

fungsi-fungsi intelek (Sarwono, 2011:30). Proses kewirausahaan menuntut

kemauan untuk mengambil resiko dengan penuh perhitungan sehingga dapat

mengatasi rintangan untuk mencapai kesuksesan yang diharapkan. Pada

umumnya, wirausahawan menggunakan kecerdikannya untuk

memanfaatkan sumber daya yang terbatas. Kewirausahaan dapat diajarkan

melalui pendidikan dan pelatihan. Pembekalan pengetahuan kewirausahaan

(24)

pengetahuan kewirausahaan siswa SMK akan semakin terbuka wawasannya

tentang kewirausahaan.

Selain dunia pendidikan dalam hal ini motivasi belajar, status sosial

ekonomi orang tua juga sangat penting dalam menumbuhkan jiwa

berwirausaha bagi para siswa. Dalam hal ini peneliti memfokuskan pada

status sosial ekonomi yang mencakup tingkat pendidikan orang tua, tingkat

pendapatan orang tua dan jenis pekerjaan orang tua. Pendidikan orang tua

yang tinggi akan memberikan perhatian yang lebih mendalam kepada

pendidikan anaknya. Hal ini akan membuat kesempatan anak untuk

berwirausaha menjadi lebih tinggi, karena orang tua akan cenderung

mendorong anak untuk berprestasi lebih banyak hal. Semangat untuk

berprestasi inilah yang akan mendukung jiwa kewirausahaan. Sebaliknya,

pada siswa dimana orang tuanya yang berpendidikan rendah ada

kecenderungan siswa kurang termotivasi untuk berprestasi yang selanjutnya

hal tersebut akan berdampak ada jiwa kewirausahaan siswa yang rendah.

Pada orang tua siswa yang bependapatannya tinggi maka akan

menumbuhkan jiwa kewirausahaan dibandingkan orang tuanya yang

berpendapatan rendah. Hal ini disebabkan siswa akan mendapatkan

kesempatan untuk mengembangkan kecakapan berwirausaha karena

ketersediaan sarana dan prasarana. Sebaliknya, siswa dimana orang tuanya

yang berpendapatan rendah siswa akan mengalami keterbatasan saranan dan

prasarana. Pada orang tua siswa yang memiliki pekerjaan wirausaha akan

(25)

bekerja bukan sebagai wirausaha. Dalam hal ini siswa yang orang tuanya

berwirausaha akan memberikan inspirasi kepada anaknya untuk menjadi

wirausahawan karena wirausahawan telah mendarah daging pada anak

sejak dini. Siswa akan terinsiprasi untuk berwirausaha karena melihat

kesungguhan dan kerja keras orang tuanya. Siswa juga terinspirasi karena

memang dilatih sejak kecil, diminta membantu mulai dari pekerjaan yang

ringan atau mudah sampai yang rumit dan komplek. Sebaliknya orang tua

siswa yang bukan wirausaha kurang memberikan pengetahuan mengenai

wirausahaan dan orang tua cenderung mempunyai pola pikir agar anaknya

menjadi PNS atau karyawan lebih aman daripada menjadi wirausahawan.

Jiwa kewirausahaan dapat ditanamkan dalam pribadi siswa tidak

hanya ditinjau dari motivasi belajar dan status sosial ekonomi orang tua,

namun salah satu tempat bagi seorang siswa untuk belajar menjadi seorang

wirausahawan dapat juga ditempuh dengan cara ikut ambil bagian dalam

kepengurusan koperasi di sekolah. Seperti yang kita ketahui bahwa sekolah

merupakan salah satu penyelenggaraan pendidikan yang memiliki

tanggungjawab terhadap perkembangan karakter seorang anak. Peran serta

atau partisipasi siswa di koperasi sekolah sangatlah penting. Dengan adanya

koperasi sekolah tersebut maka diharapkan siswa dapat berperan aktif dan

ikut berpartisipasi dalam kelompok sekolah baik partisipasi dalam bidang

usaha, partisipasi dalam bidang organisasi maupun partisipasi dalam

permodalan koperasi sekolah. Siswa memegang peranan penting dalam

(26)

siswa untuk berpastisipasi aktif dalam koperasi sekolah. Melalui koperasi

sekolah siswa-siswi belajar bagaimana membangun sikap tanggung jawab,

kejujuran, dan integritas yang membuat mereka dipercaya oleh banyak

orang, sikap – sikap tersebut merupakan cerminan dari jiwa kewirausahaan.

Untuk mengetahui hubungan jenis pendidikan orang tua dan

partisipasi siswa di koperasi sekolah dalam menumbuhkan jiwa

kewirausahaan pada siswa SMK, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN

ORANG TUA DAN PARTISIPASI SISWA DI KOPERASI SEKOLAH DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA – SISWI KELAS XI SMK

NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN”.

B. Batasan Masalah

Peneliti ini memfokuskan perhatian pada faktor yang mempengaruhi

jiwa berwirausaha pada siswa. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi

tinggi rendahnya jiwa kewirausahaan pada siswa, namun dalam penelitian

ini hanya akan meneliti tentang partisipasi siswa dikoperasi sekolah dan

tingkat pendidikan orang tua.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah peneliti

(27)

1. Apakah ada hubungan antara partisipasi koperasi disekolah dengan jiwa

kewirausahaan siswa?

2. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa

kewirausahaan siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara partisipasi koperasi

disekolah dengan jiwa kewirausahaan siswa.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan orang

tua dengan jiwa kewirausahaan siswa.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap lembaga

pendidikan terutama Sekolah Menengah Kejurusan (SMK) agar dapat

semaksimal mungkin membekali siswa dengan ketrampilan dan kesiapan

(28)

BAB II

TINJAUAN TEORITIK

A. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Dalam Ensiklopedi Pendidikan (Soegarda Purbakawatja dan

Harahan, 1997:257), pendidikan adalah suatu perbuatan dan usaha dari

generasi tua untuk mengalihkan pengetahuanya, pengalamanya,

kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda sebagai

usaha menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik

jasmaniah maupun rohaniah. Dapat pula dikatakan bahwa pendidikan

adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan

pengaruhnya meningkatkan si anak kedala kedewasaan yang selalu

diartikan memikul tanggung jawab moril dari segala perbuatanya.

a. Jenis Pendidikan

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara

keluarga, masyarakat dan pemerintah. Untuk itulah terdapat

bermacam-macam bentuk pendidian dengan sifat yang berbeda

pula. Dalam reader Wens Tanlain (2004:31-32), pendidikan

dapat diklasifikasikan dalam:

1) Pendidikan formal

Karakerristik pendidikan formal adalah

a) Peristiwa pendidikan direncanakan dan diatur secara

khusus dan berjenjang;

(29)

b) Adanya persyaratan yang cukup ketat mengenai waktu

pendidikan, isi pendidikan;

c) Penggunaan metode formal dan ada penilaian formal

terhadap hasil.

2) Pendidikan informal

Karakteristik pendidikan informal adalah:

a) Peristiwa pendidikan tidak direncanakan dan diatur secara

khusus;

b) Peristiwa pendidikan terpadu seiring dengan kehidupan sehari – hari;

c) Tidak menentukan waktu khusus untuk itu;

d) Tidak menggunakan metde formal dan tidak ada penilaian

formal.

Menurut Philip H. Coombs (dalam Muri Yusuf 1983:61-63),

pendidikan formal adalah pendidikan yang berstruktur,

mempunyai jenjang atau tingkat, dalam periode waktu-waktu

tertentu, berlangsung dari sekolah dasar sampai universitas dan

tercakup disamping studi akademis umum, juga berbagai

program khusus dan lembaga untuk latihan teknik profesional.

Pendidikan informal adalah suatu proses yang sesungguhnya

terjadi seumur hidup yang karenanya setiap individu

(30)

pengalaman sehari - hari dari pengaruh lingkunganya.

Sedangkan nonformal adalah pendidikan (pada umumnya)

diluar sekolah yang secara potensial dapat membantu dan

menggantikan pendidikan formal dalam aspek-aspek tertentu.

b. Tingkat pendidikan orang tua

Menurut Philip H. Coombs (dalam Muri Yusuf 1983:62)

yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah pendidikan

yang berstruktur, mempunyai jenjang atau tingkat dalam periode

waktu - waktu tertentu, berlangsung dari sekolah dasar sampai

universitas dan tercakup disamping studi akademis umum, juga

berbagai program khusus dan lembaga untuk teknis dan

profesional.

Tingkat pendidikan formal yang telah dicapai akan membawa

pengaruh yang luas pada kehidupan seseorang, yaitu bukan

hanya berpengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan, tetapi

juga berpengaruh pada jenjang pekerjaan, penghasilan,

kekayaan, dan status dalam masyarakat.

Dari pendapat diatas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa

tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan terakhir

(31)

B. Partisipasi siswa di koperasi sekolah

1. Pengertian Koperasi Sekolah

Koperasi sekolah adalah koperasi yang anggotanya para siswa atau

murid - murid dari suatu sekolah yang fungsinya sebagai wadah untuk

mendidik tumbuhnya kesadaran berkoperasi di kalangan anggota.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koperasi sekolah yakni

suatu perserikatan yang ada di sekolah dengan menjual kebutuhan

ataupun keperluan belajar mengajar dengan harga relatif murah dan

dikelola oleh semua warga sekolah tersebut. Jadi, pengelolaan koperasi

sekolah merupakan kegiatan penataan koperasi sekolah antara lain

proses merencana, mengatur, menilai segala sumber daya yang tersedia

dalam suatu organisasi dengan memanfaatkan fasilitas yang ada untuk

tujuan yang telah ditetapkan.

2. Tujuan Koperasi Sekolah

Tujuan pendirian koperasi sekolah adalah terwujudnya

kesejahteraan anggota yang meliputi:

a) Mendidik menanamkan dan memelihara suatu kesadaran hidup

gotong royong dan setia kawan serta jiwa demokrasi diantara

para siswa;

b) Memupuk dan mendorong tumbuhnya kesadaran serta

semangat berkoperasi serta wirausaha siswa;

(32)

berguna bagi para siswa untuk bekal terjun ke masyarakat;

d) Menunjang program pembangunan pemerintah di sektor

perkoperasian melalui program pendidikan sekolah;

e) Membantu dan melayani pemenuhan kebutuhan ekonomi para

siswa melalui pengembangan berbagai kegiatan usaha.

Sedangkan tujuan koperasi sekolah berdasarkan penanaman

karakter yaitu:

a) Mendidik, menanamkan dan memelihara suatu kesadaran hidup

bergotong royong dan setia kawan diantara murid;

b) Menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa;

c) Memelihara dan meningkatkan mutu pengetahuan dan

keterampilan di bidang perkoperasian;

d) Menanamkan dan memupuk rasa tanggung jawab dan disiplin

dalam hidup bergotong royong di dalam masyarakat;

e) Memelihara hubugan baik dan saling pengertian yang

mendalam diantara sesama anggota koperasi sekolah;

f) Menanamkan rasa harga diri, kesamaan derajat dan

menumbuhkan jiwa demokrasi serta membangkitkan sikap

berani mengemukakan pendapat;

g) Sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan alat - alat sekolah;

h) Sebagai sarana untuk belajar menerapkan prinsip ekonomi

(33)

3. Prinsip-prinsip Koperasi Sekolah

Prinsip-prinsip koperasi (cooperative principles) adalah

ketentuan-ketentuan pokok yang berlaku dalam koperasi dan dijadikan sebagai

pedoman kerja koperasi. Prinsip koperasi sekolah sendiri mengikuti

prinsip koperasi pada umumnya. Berikut prinsip koperasi yang

merupakan ciri khas dari koperasi yang terdapat dalam UU No. 25

tahun 1995:7 ;

a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

Terdapat 2 makna “sifat sukarela” dalam keanggotaan

koperasi yaitu: pertama, keanggotaan koperasi tidak boleh

dipaksakan oleh siapapun, dan kedua, seorang anggota dapat

mengundurkan diri dari koperasinya sesuai dengan syarat yang

ditentukan dalam AD/ART koperasi.

b) Pengelolaan dilakukan secara demokratis

Prinsip pengelolaan secara demokratis didasarkan pada

kesamaan hak suara bagi setiap anggota dalam pengelolaan

koperasi. Dengan demikian demokrasi koperasi merupakan:

pertama, pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan

keputusan para anggota, dan kedua, anggota adalah pemegang

dan pelaksana kekuasaan tertinggi dalam koperasi.

c) Pembagian SHU

Pembagian ini dilakukan secara adil sebanding dengan

(34)

mengandung makna bahwa: Pertama, Koperasi bukanlah badan

usaha yang berwatak kapitalis sehingga SHU yang dibagi

kepada anggota tidak berdasarkan modal yang dimiliki anggota

dalam koperasinya, tetapi berdasarkan kontribusi jasa usaha

yang diberikan anggota kepada koperasinya. Kedua, koperasi

Indonesia tetap konsisten untuk mewujudkan nilai-nilai

keadilan dalam kehidupan masyarakat.

d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

Jasa atau bunga yang terbatas mengandung makna:

Pertama, fungsi modal dalam koperasi bukan sekedar untuk

mencari keuntungan (profit motive), akan tetapi dipergunakan

untuk kemanfaatan anggota (benefit motive). Kedua, jasa yang

terbatas berarti bahwa suku bunga atas modal dalam koperasi

tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar.

e) Kemandirian

Kemandirian pada koperasi dimaksudkan bahwa koperasi

harus mampu berdiri sendiri dalam hal pengambilan keputusan

usaha dan organisasi. Dalam kemandirian terkandung pula

pengertian kebebasan yang bertanggungjawab, otonomi,

swadaya, dan keberanian mempertanggungjawabkan segala

tindakan / perbuatan sendiri dalam pengelolaan usaha dan

organisasi. Dalam Undang- undang nomor 12 tahun 1967,

(35)

Swasembada” dan merupakan prinsip yang menggambarkan

adanya percaya pada diri sendiri. Swadaya berarti kekuatan

atau usaha sendiri, swakerta mengandung arti mengerjakan atau

membuat sendiri, dan swasembada bermakna mencukupi

dengan kemampuan sendiri.

f) Pendidikan perkoperasian

Keberhasilan koperasi sangat erat hubungannya dengan

partisipasi aktif setiap anggotanya. Agar anggota koperasi

berkualitas baik, berkemampuan tinggi, dan berwawasan luas,

maka pendidikan adalah mutlak. Pendidikan perkoperasian

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam mewujudkan

kehidupan berkoperasi, agar sesuai dengan jati dirinya. Melalui

pendidikan, anggota dipersiapkan dan dibentuk untuk menjadi

anggota yang memahami serta menghayati nilai - nilai dan

prinsip - prinsip serta praktik - praktik koperasi.

g) Kerjasama antarkoperasi

Kerjasama antarkoperasi dimaksudkan untuk saling

memanfaatkan kelebihan dan menghilangkan kelemahan

masing - masing, sehingga hasil akhir dapat dicapai secara

optimal. Kerjasama tersebut diharapkan akan saling menunjang

pendayagunaan sumberdaya sehingga diperoleh hasil yang

(36)

4. Modal Koperasi Sekolah

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal

pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari sumber-sumber berikut:

a) Simpanan Pokok

Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya

yang wajib dibayarkan oleh anggota koperasi pada saat masuk

menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali

selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

b) Simpanan Wajib

Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak

harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi

dalam waktu dan kesempatan tertentu, simpanan wajib tidak dapat

diambil kembali selama yang bersangkutan menjadi anggota.

c) Dana Cadangan

Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari

penyisihan sisa hasil usaha (SHU) yang dimaksudkan untuk

memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila

diperlukan.

d) Hibah

Hibah adalah sejumlah uang yang diperoleh koperasi yang

berasal dari pemberian sukarela perorangan, kolektif atau

(37)

e) Modal pinjaman dapat berasal dari:

1) Anggota

2) Koperasi lainnya dan atau anggota

3) Bank dan lembaga lainnya

5. Partisipasi Siswa dalam Mengembangkan Kegiatan Koperasi Sekolah

a) Partisipasi

Partisipasi dapat di artikan sebagai suatu proses di mana

sekelompok orang (anggota) menemukan dan

mengimplementasikan ide - ide atau gagasan koperasi. Menurut K.

Davis dalam buku kapan dan bilamana berkoperasi, partisipasi

adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam kelompok

yang mendorong dia untuk memberikan kontribusi dan ikut

bertanggungjawab atas pencapaian tujuan - tujuan kelompok.

Partisipasi adalah perencanaan dan pelaksanaan dari segala sesuatu

yang terpusat pada kepentingan dan juga ikut memikul

tanggungjawab sesuai dengan tingkat kemampuan dan

kewajibannya.

Menurut Kartasapoetra (2003 : 27) berpendapat bahwa

partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi yang

mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok

dalam usaha mencapai tujuan. Istilah partisipasi dikembangkan

(38)

seseorang atau sekelompok orang dalam aktivitas tertentu.

Menurut Widiyanti (2002:199) partisipasi anggota dapat

diukur dari kesediaan anggota untuk memikul kewajiban dan

menjalankan hak keanggotaanya secara bertanggung jawab, maka

partisipasi anggota dapat dikatakan baik. Akan tetapi, jika ternyata

sedikit anggota yang menunaikan kewajiban dan melaksanakan

haknya secara bertanggung jawab, maka partisipasi anggota dapat

dikatakan buruk atau rendah.

Menurut Nirbito dalam Wijayanti (2009 : 49-50) partisipasi

anggota dalam koperasi sangat luas yang meliputi partisipasi

bidang organisasi, permodalan dan dalam bidang usaha, yakni

sebagai berikut:

1) Partisipasi Anggota Dalam Bidang Organisasi

Partisipasi bidang organisasi ini menuntut anggota untuk

ikut berperan aktif dalam kegiatan organisasi koperasi,

misalnya:

 Menghadiri rapat anggota;

 Memajukan saran didalam atau diluar anggota kepada pengurus dan badan pemeriksa;

 Memilih atau dipilih menjadi anggota pengurus dan badan pemeriksa;

(39)

2) Partisipasi Anggota di Bidang Permodalan

Dalam hal ini berarti anggota dituntut untuk terlibat secara

aktif dalam memenuhi kewajiban dan ikut serta melaksanakan

kegiatan dibidang permodalan. Kewajiban ini bisa meliputi

pembayaran simpanan anggota di koperasi seperti simpanan

pokok dan simpanan wajib sedangkan kegiatan permodalan

yang bukan merupakan keharusan anggota adalah simpanan

sukarela.

3) Partisipasi Anggota dalam Bidang Usaha

Partisipasi ini menuntut keterlibatan aktif anggota dalam

kegiatan yang bersangkut paut dengan aktifitas usaha koperasi.

Misalnya:

 Meminjam atau menyimpan, untuk koperasi yang mempunyai unit usaha simpan pinjam;

 Membeli barang-barang di koperasi, untuk koperasi yang mempunyai unit usaha pertokoan;

 Menjual hasil pertaniannya, untuk koperasi yang bergerak dibidang pemasaran hasil produksi

anggotanya.

Menurut Widiyanti (2002:200) beberapa indikasi yang

muncul sebagai ciri - ciri anggota yang berpatisipasi baik

adalah:

(40)

tertib dan teratur;

 Membantu modal koperasi disamping simpanan pokok dan wajib sesuai dengan kemampuan masing-masing;

 Menjadi langganan koperasi yang setia;

 Menghadiri rapat dan pertemuan secara teratur;

 Menggunakan hak untuk mengawasi jalanya usaha koperasi menurut anggaran dasar dan anggaran rumah

tangga peraturan-peraturan lainya.

Menurut Kartasapoetra (2003:13) partisipasi aktif anggota

dapat diwujudkan dalam:

 Anggota berpartisipasi dalam memberikan konstribusi atau memberikan sumber-sumber dayanya;

 Anggota berpartisipasi dalam mengambil keputusan;

 Anggota berpartisipasi dalam berbagai keuntungan. Jadi partisipasi siswa dalam berkoperasi adalah

keikutsertaan siswa sebagai anggota dalam rangka kegiatan

koperasi sekolah baik dalam bidang organisasi maupun bidang

permodalan dan dalam bidang usaha koperasi. Berdasarkan

penjelasan di atas jelas bahwa dengan adanya partisipasi siswa

di koperasi sekolah diharapkan dapat memberikan sumbangan

yang potensial terhadap koperasi sekolah agar dapat

memainkan peranan untuk memenuhi kebutuhan siswa sebagai

(41)

mensejahterakan anggotanya.

C. Jiwa kewirausahaan

1. Pengertian kewirausahaan

Istilah kewirausahaan merupakan padanan kata dari

entrepreneurship dalah bahasa Inggris. Kata entrepreneurship sendiri

sebenarnya berawal dari bahasa Prancis yaitu ‘entreprende’ yang

berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Istilah ini

diperkenalkan pertama kali oleh Richard Cantillon (1755). Istilah ini

makin populer setelah digunakan oleh pakar ekonomi J.B Say (1803)

untuk menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan

sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat

yang lebih tinggi serta menghasilkan lebih banyak lagi (Rambat

Lupiyoadi, 2004;1).

Coulter (2000;3) mengemukakan bahwa kewirausahaan sering

dikaitkan dengan proses, pembentukan atau pertumbuhan suatu bisnis

baru yang berorientasi pada perolehan keuntungan, penciptaan nilai,

dan pembentuka produk atau jasa baru yang unik dan inovatif.

Suryana (2003; 1) mengungkapkan bahwa dasar, kiat, dan sumber daya

untuk mencari peluang menuju sukses. Adapun inti dari kewirausahaan

adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda

(create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak

(42)

Menurut Hisrich-Peters (1998; 10) kewirausahaan diartikan sebagai berikut “entrepreneurship is the process of creating something

different with value by develoting the necessary time and effort,

assuming the accompanying financial, phychic, and social risk, and

receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfication and independence”. Kewirausahaan adalah proses menciptakan

sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai

modal dan risiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta

kebebasan pribadi.

2. Pengembangan Jiwa kewirausahaan

Jiwa kewirausahaan seseorang disebut kuat bila memiliki: percaya

diri (PD), inisiatif, disiplin dan kreatifitas yang kuat pula. PD tetap

kuat bahkan berkembang bila aktifitas sesorang jarang gagal, bila

pernah gagal maka kegagalan itu dipandang sebagai guru yang terbaik.

Inisiatif diperkuat dengan memingat pepatah yang ada dimasyarakat

yang bersifat mendorong bersikap kreatif, meniru teladan dan

berdisiplin untuk berinisiatif. Kedisiplinan dapat terbentuk tanpa

merasa terpaksa.

Karakter yang harus di miliki seorang wirausaha yang memiliki

jiwa kepemimpinan wirausaha yaitu:

(43)

Keberanian adalah modal hakiki manusia. Seseorang yang

mempunyai kemauan yang dapat dilakukan karena ia juga

mempunyai kemampuan mewujudkan kemauan itu ialah benar

adanya. Kalau mereka benar harus berani melakukannya walaupun

hal ini berarti ia menembus ketidakpastian yang mengandung

resiko. Dan berani mencoba karena mau dan mampu atau mampu

dan mau adalah sebuah motivasi yang kuat dalam mewujudkan

hakikat wirausaha yang merupakan modal utama dan hakikat yaitu

keberanian untuk memulai untuk berwirausaha. Keberanian

berwirausaha seseorang adalah untuk:

1) Menembus ketidakpastian;

2) Menanggapi peluang usaha;

3) Siap menghadapi resiko setelah melakukan perhitungan;

4) Mengambil keputusan yang cepat dan tepat.

b) Membangun tim yang baik (Good Team Leader)

Target penjualan dan biaya operasi merupakan komitmen

pemimpin dan karyawan perusahaan yang mempunyai tugas dan

tanggung jawab untuk itu. Dukungan aspek administratif usaha

melekat pada komitmen atas target yang akan dicapai oleh

persahaan pada periode tertentu. Untuk mewujudkan komitmen

perusahaan, mutlak diperlukan kebersamaan langkah semua

karyawan yang dikendalikan oleh pemimpin perusahaan.

(44)

keterlibatan dan kontribusi tenaga dan pikiran seluruh karyawan

dalam mewujudkan target perusahaan. Hubungan antara karyawan

dan karyawan lainnya, maupun hubungan pemimpin perusahaan

bersifat saling memberi dan menerima yang berorientasi pada

target perusahaan yang telah dijabarkan pada rencana operasional

jangka pendek. Kualitas kebersamaan karyawan dalam perusahaan,

indikatornya adalah:

1) Terealisasinya rencanapenjualan dan keuangan;

2) Masalah yang timbul yang mengakibatkan rencana tidak dapat

direalisasikan merupakan tanggung jawab bersama dalam

ditindaklanjuti dengan komitmen solusi pencerahan sealigus

merupakan kebijakan usaha perusahaan.

c) Berpikir dan berjiwa besar

Kebanyakan evaluasi diri terdiri atas perbuatan daftar metal

yang panjang dari kesalahan seseorang, kekurangannya dan

ketidakmampuan dirinya. Memang baik jika kita mengenali

ketidakmampuan diri kita, karena hal ini memperlihatkan kepada kita, bidang – bidang yang masih dapat diperbaiki, akan tetapi jika

kita hanya mengenal dari segi negatif diri kita, maka nilai dari diri

kita akan semakin kecil. Pemikiran besar adalah ahli dalam

menciptakan gambar yang positif, memandang ke depan,

(45)

berpikir besar kita harus menggunakan bahasa atau yang

menghasilkan citra atau gambar mental positif dan besar

d) Berani mengambil resiko

Resiko yang dihadapi oleh business firm dan rsiko yang

dihadapi oleh keluarga yaitu:

Objective Risk

Ialah resiko yang terjadi secara alami yang sama bagi

setiap orang dan cara mengatasinyapun sama.

Subjective Risk

Adalah resiko yang diperkirakan akan terjadi oleh

setiap orang sebagai akibat dari Objective Risk.

Uncertainty

Adalah kesadaran orang akan adanya resiko dalam

situasi tertentu, tetapi sulit untuk memperkirakan mana dari

sekian akibat atau hasil yang terjadi. Tidak seperti halnya

kemungkinan, ketidakpastian ini tidak dapat diukur dengan

alat apapun yang dapat diterima.

 Reaksi terhadap resiko

Adalah reaksi seseorang atau tindakan seseorang dalam

situasi yang tidak pasti. Reaksi orang terhadap resiko tidak

sama, tergantung pada hal berikut:

- Jenis kelamin;

(46)

- Umur;

- Intilegensi;

- Kondisi ekonomi.

Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko

menempatkan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan.

Wirausaha yang tidak mau megambil resiko akan sukar

memulai atau berinisiatif. Wirausaha akan lebih menyukai

resiko yang seimbang (moderat). Sehingga keberanian

untuk menanggung resiko yang menjadi nilai

kewirausahaan adalah pengambilan resiko yang penuh

dengan perhitungan dan realistik. Kepuasan yang besar

diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas –

tugasnya secara realistik. Situasi resiko kecil dan tinggi

dihidari karena sumber kepuasan tidak mungkn didapat dari

masing – masing situasi. Artinya, wirausaha menyukai

tantangan yang sukar namun dapat dicapai (Geoffrey G

Meredith, 1996:37). Kemampuan untuk mengambil resiko

ditentukan oleh:

- Keyakinan pada diri sendiri;

- Kesediaana untuk menggunakan kemampuan dalam

mencari peluang dan kemungkinan untuk memperoleh

(47)

- Kemampuan untuk menilai situasi resiko secara

realistik.

Having Mentor

Seorang mentor dapat mendorong aktivitas

entrepreneurial adalah semangat dan kebebasan untuk

mandiri dalam mendirikan usaha baru sehingga dimensi

otonomi ini merupakan bagian yang sangat penting dari

entrepreneurial.

 Pikiran yang terbuka (Open Mindel)

Orang yang terbuka terhadap pengalaman baru akan

lebih siap untuk merespon segala peluang dan tanggap

terhadap tantangan dan perubahan sosial. Orang yang terbuka terhadap ide – ide baru merupakan wirausaha yang

invatif dan kreatif yang ditemukan dalam jiwa

kewirausahaan. Dalam menggapai keberhasilan usaha

pikiran kita harus terbuka untuk memperoleh masukan dan

kritikan dari berbagai pihak. Masukan dan kritikan ini

sebagai bahan koreksi, evaluasi, dan perbaikan atas langkah

yang harus diambil dan sebagai bahan untuk mengambil

keputusan

 Adanya kepercayaan (Trusted)

Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan

(48)

pekerjaan (Soesarsono Wijandi, 1993:33). Dalam

praktiknya sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan

keyakinan untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan

suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Kepercayaan diri

memiliki nilai keyakinan, optimis, individualis, dan

ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan

diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya

untuk mencapai suatu keberhasilan (Zimmerer 1996:7).

Kepercayaan diri bersifat internal pribadi seseorang yang

sangat realitf dan dinamis. Karakteristik kematangan

seseorang adalah ia tidak tergantung pada orang lain, dia

memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi, objektif dan

kritis. Dia tidak begitu saja menyerap pendapat atau opini

orang lain, tetapi dia mempertimbangkan secara kritis.

Emosionalnya boleh dikatakan stabil, tidak gampang

tersinggung dan naik pitam serta tingkat sosialnya tinggi

dan mau menolong orang lain.

 Kreatif

Kreativitas merupakan sekumpulan ide baik berupa

pengetahuan maupun pengalaman yang berada dalam

pikiran manusia yang kemudian digabungkan menjadi

sesuatu hal yang sifatnya kreatif yang berguna baik pada

(49)

atau kondisi yang tidak menentu. Oleh karena itu Hubeis

(2005,13) menyatakan bahwa kreativitas adalah suatu

pertimbangan subjektif dan berkonteks khusus mengenai

segala sesuatu yang baru serta merupakan hasil dari

perilaku secara individu maupun kolektif.

Ciri dari berpikir kreatif dan individu yang dikatakan

kreatif diantaranya:

- Mencoba mengemukakan ide atau gagasan asli dengan

membuat keterkaitan baru di antara hal-hal yang telah

diketahui;

- Memerhatikan hal-hal yang tidak terduga;

- Mempertimbangkan karakteristik pribadi seperti

fleksibilitas dan spontanitas dalam pemikiran;

- Kerja keras untuk membentuk gagasan sehingga orang

lain dapat melihat nilai dalam dirinya;

- Tidak berpuas hati dengan hanya menghasilkan ide

kreatif.

Terdapat pula ciri orang kreatif yang didasarkan pada

pengembangan sejumlah kualitas pribadi seperti :

- Nilai intelektual dan artistik

Contoh nilai intelektual dan artistic seperti

membaca buku bermutu;

(50)

Hal ini ditunjukkan dari ketertarikan pada usaha

menjelajahi masalah sulit dan rumit untuk mendapatkan

solusi dan memahami masalah tersebut;

- Kepedulian pada pekerjaan dan pencapaian

Dalam hal ini ditunjukan oleh disiplin diri yang

berkaitan dengan perkejaan, motivasi yang tinggi, serta

peduli terhadap usaha mencapai keunggulan;

- Ketekunan

Orang yang kreatif biasanya mempunyai tekad keras

untuk mencapai tujuan dan mengklasifikasikan serta

memecahkan masalah di tempat kerja, mempunyai

keyakinan kuat akan kekuatan dan ketrampilan yang

mendukung tekadnya;

- Pemikiran mandiri

Orang yang kreatif dan inovatif menunjukkan

kemandirian dalam membuat keputusan meski

diantaranya ada kecenderungan menyesuaikan diri

dengan pandangan mayoritas atau yang mempunyai

kedudukan yang lebih tinggi;

- Toleransi terhadap keraguan

Orang kreatif merespon secara positif terhadap

(51)

- Otonomi

Cenderung mengandalkan diri sendiri dan kurang

bergantung kepada orang lain, termasuk membutuhkan

kebebasan;

- Kepercayaan diri

Biasanya yakin akan kemampuan yang dimiliki;

- Kesiapan mengambil resiko

Biasanya lebih cenderung siap mengambil resiko

dengan ide-ide baru serta mencoba cara baru meski

kondisi lingkungan atau orang yang berada di sekitarnya

kurang mendukung.

D. Kerangka Berfikir

a. Hubungan partisipasi siswa di koperasi sekolah dengan jiwa

kewirausahaan.

Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam

kelompok yang mendorong dia untuk memberikan kontribusi dan ikut

bertanggungjawab atas pencapaian tujuan - tujuan kelompok. Partisipasi

adalah perencaanaan dan pelaksanaan dari segala sesuatu yang terpusat

pada kepentingan dan juga ikut memikul tanggungjawab sesuai dengan

tingkat kemampuan dan kewajibannya.

Partisipasi siswa dikoperasi sekolah dapat terlihat dalam

(52)

keterlibatannya dalam menghadiri rapat anggota, keterlibatannya dalam

pengambilan keputusan, keterlibatannya dalam mengawasi jalannya

organisasi dan usaha koperasi, kontribusinya dalam menjual ataupun

membeli barang di koperasi sekolah, kontribusinya dalam menghitung

keuntungan yang diperoleh selama penjualan, dan lain sebagainya.

Partisipasi siswa dalam koperasi sekolah yang telah disebutkan di

atas tanpa disadari akan membentuk kebiasaan diri yang positif dalam

menumbuhkan jiwa kewirausahaannya, karena siswa sudah mulai dilatih

dalam mengembangkan dirinya dalam mengelola suatu usaha yang

berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

Hal tersebut dapat terlihat dari bagaimana si anak itu berani

bertindak dalam keikutsertaannya dalam koperasi sekolah baik secara

individu maupun secara tim, keberaniannya untuk mengambil suatu

resiko yang akan dihadapi dengan pemikiran dan wawasan yang terbuka,

memiliki kepercayaaan diri yang tinggi untuk dirinya dan memiliki ide

kreatif dan inovatif untuk mengembangkan kewirausahaan yang lebih

baik dan maju.

Dari peneliti terdapat indikasi adanya hubungan antara partisipasi

siswa di koperasi sekolah dengan jiwa kewirausahaan.

b. Hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan. Soekanto (2003) “Pendidikan merupakan suatu alat yang akan

(53)

maupun logis, dapat meningkatkan kesadaran untuk menggunakan

waktu sebaik-baiknya (seefektif dan seefisien mungkin) dengan

menyerap banyak pengalaman mengenai keahlian dan ketrampilan

sehingga menjadi cepat tanggap terhadap gejala - gejala sosial yang terjadi”.

Setiap orang memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda, ada

yang memiliki pendidikan tingkat SD, SMP, SMA / SMK, S1, S2, dan

S3. Tingkat pendidikan seseorang menentukan seberapa besar ilmu dan

keahlian seseorang yang telah didapatkan selama menjalani

pendidikannya dibangku sekolah maupun dibangku kuliah. Seseorang

yang hanya memiliki pendidikan sebatas pada tingkat SMP akan

berbeda dengan mereka yang pendidikannya pada tingkat SMA / SMK,

seseorang yang pendidikannya sebatas pada tingkat SMA / SMK akan

berbeda dengan mereka yang pendidikannya pada tingkat S1, begitupun

seterusnya. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi

biasanya memiliki pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan

mereka yang berpendidikan rendah. Begitupun pengetahuan mengenai

kewirausahaan, karena biasanya pengetahuan mengenai kewirausahaan

diajarkan pada saat memasuki pendidikan tingkat SMA / SMK maupun

di bangku perkuliahan.

Seorang anak yang memiliki orang tua dengan pendidikan yang

tinggi, pastinya akan dibimbing dan dibina oleh orangtuanya dalam

(54)

keluarga / orang tua yang tidak memiliki pendidikan yang tinggi

pastinya juga akan dibimbing dalam menata masa depannya walaupun

dengan cara dan perlakukan yang berbeda dibandingkan dengan orang

tua yang memiliki pendidikan yang tinggi. Dalam hal ini, akan terlihat

bahwa tingkat pendidikan orangtua akan memiliki hubungan terhadap

perkembangan seorang anak, dalam penelitian ini difokuskan pada

hubungan tingkat pendidikan orang tua dalam menumbuhkan jiwa

kewirausahaan pada seorang anak.

E. Paradigma Penelitian

Berdasarkan pada deskripsi dan kerangka berpikir di atas, maka dibuat

paradigma penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1

Paradigma Penelitian

Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah

(X1)

Tingkat Pendidikan Orang Tua

(X2)

Jiwa Keiwirausahaan

(55)

Melalui diagram 2.1, maka dapat diketahui bahwa ada hubungan

antara partisipasi siswa di koperasi sekolah (X1) dan tingkat pendidikan

orang tua (X2) dengan jiwa kewirausahaan (Y).

F. Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara yang belum final dan

masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam pengertian ini

merupakan perumusan jawaban atas dugaan sementara terhadap

pernyataan yang diajukan dalam rumusan masalah, sehingga hipotesis ini

harus di uji atau dibuktikan kebenarannya berdasarkan kerangka berpikir

diatas melalui pengumpulan data dan analisa data. Berdasarkan

permasalahan dan kerangka teoritik yang disajikan dalam penelitian, maka

perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis I

tidak ada hubungan antara partisipasi siswa di koperasi sekolah

dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan.

ada hubungan partisipasi siswa di koperasi sekolah dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan.

b. Hipotesis II

tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan

menumbuhkan jiwa kewirausahaan.

ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan

(56)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian

korelasional. Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian

untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau

lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga

tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328).

Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan

mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat

mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini

biasanya melibatkan ukuran statistik / tingkat hubungan yang disebut

dengan korelasi (Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan

Vismaia, 2009:25).

Penelitian ini menjelaskan tentang Hubungan Partisipasi Siswa di

Koperasi Sekolah Dan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa – Siswi Kelas XI SMK Negeri di Kabupaten Sleman

Yogyakarta.

(57)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Lokasi penelitian adalah di seluruh SMK Neger 1 Depok, SMK Negeri

1 Godean dan SMK Negeri 2 Godean di Kabupaten Sleman.

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai April 2017.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Negeri.

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah

partisipasi siswa di koperasi sekolah dan tingkat pendidikan orang tua

dengan jiwa kewirausahaan.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi penelitian

Menurut Sangadji, Etta Mamang (2010:185), populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas: subyek atau obyek dengan

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi bukan

hanya orang, tetapi juga obyek dan benda - benda alam lain. Dalam

(58)

SMK Negeri se - kabupaten Sleman. jumlah populasi penelitian ini

adalah 8555 siswa. Berikut merupakan rincian dari data sekolah –

sekolah adalah:

Tabel 3.1

Data Populasi Siswa SMK Negeri di Kabupaten Sleman

No Nama Sekolah Status Jumlah Siswa

1 SMK N 1 Cangkringan Negeri 923

2 SMK N 1 Depok Negeri 848

3 SMK N 2 Depok Negeri 2073

4 SMK N 1 Godean Negeri 947

5 SMK N 2 Godean Negeri 624

6 SMK N 1 Kalasan Negeri 1073

7 SMK N 1 Sayegan Negeri 1216

8 SMK N 1 Tempel Negeri 851

Total 8.555

2. Sampel

Menurut Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah (2010:186), sampel

adalah bagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah

siswa-siswi kelas XI SMK Negeri 1 Depok, SMK Negeri 1 Godean dan

SMK Negeri 2 Godean jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

368. Menurut Sukardi (2016:55) untuk menentukan jumlah sampel

ditentukan berdasarkan rumus formula empiris yaitu sebagai berikut:

(59)

Keterangan:

S = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

= nilai tabel chisquare untuk satu derajad kebebasan reltif

level konfiden yang diinginkan = 3,841 tingkat

kepercayaan 0,95.

P = Proporsi populasi sebagai dasar asumsi pembuatan tabel.

Harga ini diambil P = 0,50.

d = derajat ketepatan yang direfleksikan oleh kesalahan yang

dapat ditoleransi dalam fluktuasi proporsi sampel P, d

umumnya diambil 0,05.

Berikut merupakan perhitungan sampel sebagai berikut:

= 367,6369139

= 368 Pembulatan

Tabel 3.2

Data SMK Negeri sebagai Sampel Penelitian

No Nama Sekolah Status Jumlah Siswa

2 SMK N 1 Depok Negeri 117

4 SMK N 1 Godean Negeri 101

5 SMK N 2 Godean Negeri 150

(60)

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah dengan

menggunakan teknik purporsive sampling, yaitu anggota yang diambil sudah ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian dan

mengabaikan peluang anggota lain dari anggota populasi yang tidak

dipilih (Suharsimi Arikuntoro, 2002:117). Sampel yang diambil

adalah seluruh siswa-siswi kelas XI jurusan pemasaran, akuntansi,

busana dan boga di SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean dan SMK N 2

Godean.

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Penelitian

Menurut Muhadi (2011:21), variabel adalah konsep yang diberi

lebih dari satu nilai. Setelah mengemukakan beberapa proporsi

berdasarkan konsep dan teori tertentu, peneliti perlu menentukan

variabel-variabel penelitian dan selanjutnya merumuskan hipotesis

berdasarkan hubungan antar variabel. Disamping berfungsi sebagai

pembeda, variabel-variabel juga berkaitan dan saling mempengaruhi

satu sama lain. dalam penelitian ini terdapat dua variabel pokok yaitu

Variabel bebas (Independent variable) dan variabel terikat (Dependent

(61)

a. Variabel bebas (Independent variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen

(Muhadi, 2011:22). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

partisipasi siswa dikoperasi sekolah (X1) dan tingkat pendidikan

orang tua (X2)

b. Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Muhadi,

2011:22). Variable terikat dari penelitian ini adalah jiwa

kewirausahaan Y.

2. Pengukuran Variabel

Variabel partisipasi siswa di koperasi sekolah (X1), tingkat

pendidikan orang tua (X2 ) dan jiwa kewirausahaan (Y) merupakan

variabel interval dan diukur dengan menggunakan skala Likert.

Menurut Sugiyono (2014: 168) skala likert adalah skala yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang/kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,

fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang

selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert,

(62)

variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak

untuk menyusun item - item instrumen yang dapat berupa pernyataan

atau pertanyaan. Skala Likert yang digunakan telah dimodifikasi yaitu

disediakan dalam empat opsi jawaban yang bervariasi untuk setiap

pertanyaan. Berikut penskoran setiap variabel:

a. Variabel partisipasi siswa di koperasi sekolah yang terdiri dari

partisipasi dalam keanggotaan koperasi dan partisipasi dalam

keterlibatan aktif siswa di koperasi sekolah. Adapun penentuan

skor dalam opsi jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.3

Partisipasi siswa di Koperasi Sekolah

Partisipasi dalam keanggotaan koperasi

Kriteria Jawaban Skor

a. 4

b. 3

c. 2

d. 1

Partisipasi dalam keanggotaan koperasi

Kriteria Jawaban Skor

a. 4

b. 3

c. 2

(63)

b. Variabel jenis pendidikan orang tua dapat diukur menggunakan

kuesioner. Adapun penentuan skor dalam opsi jawaban sebagai

berikut:

Tabel 3.4

Jenis Pendidikan Orang Tua

Jenis pendidikan orang tua Skor

a. Tamatan Sarjana / akademik 4

b. Tamatan SMA / SMK 3

c. Tamatan SMP 2

d. Tamatan SD 1

c. Variabel jiwa kewirausahaan yang terdiri dari percaya diri,

berorientasi pada tugas dan hasil, pengambilan resiko,

kepemimpinan, kerja keras, dan kreatif dan inovatif,. Adapun

penentuan skor dalam opsi jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.5 Jiwa Kewirausahaan

Percaya Diri

Kriteria Jawaban Skor

a. 4

b. 3

c. 2

d. 1

Pengambilan resiko

Kriteria Jawaban Skor

a. 4

b. 3

c. 2

(64)

Kepemimpinan

Kriteria Jawaban Skor

a. 4

b. 3

c. 2

d. 1

Kerja Keras

Kriteria Jawaban Skor

a. 4

b. 3

c. 2

d. 1

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Menurut Muhadi (2011: 40) kuesioner adalah suatu daftar yang

berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang

yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2008:142) kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya. Arikunto, Suharsimi (2013:151) angket

atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Dipandang dari cara

menjawabnya angket dibedakan menjadi dua yaitu angket bentuk

terbuka dan angket bentuk tertutup. Dipandang dari jawaban yang

diberikan dibagi menjadi dua, yaitu angket yang bersifat langsung dan

(65)

pengumpulan data menggunakan bentuk tertutup dan bersifat

langsung karena responden tinggal memilih jawaban yang dianggap

sesuai dengan pendapatnya. Dalam penelitian ini, kuisoner dilakukan

untuk pengumpulan data tentang partisipasi siswa di koperasi dan

tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausaan. Kuesioner

diberikan kepada responden berupa daftar pertanyaan yang sudah

dipersiapkan sebelumnya dan responden memberikan jawaban pada

kolom yang telah disediakan dengan memberi tanda (X) pada jawaban

yang sesuai.

2. Penyusunan Kuesioner

Agar kuesioner yang dibagikan kepada responden dapat

memberikan gambaran mengenai jiwa kewirausahaan di Sekolah

Menengah Kejuruan Negeri (SMK) se - Sleman, maka terlebih dahulu

dibuat kisi - kisi penyusunan kuesioner. Penyusunan kisi - kisi

dilakukan untuk memperoleh kuesioner yang memiliki validitas

kountruk dan validitas isi, adapun kisi - kisi kuesioner sebagai berikut:

Tabel 3.6

Operasional Variabel Partisipasi Siswa dikoperasi Pernyataan masuk di lampiran

VARIABEL INDIKATOR Item

Positif Negatif aktif siswa di koperasi sekolah

(66)

Tabel 3.7

Jenis Pendidikan Orang Tua

VARIABEL INDIKATOR Item

Positif Negatif

Jenis Pendidikan Orang tua

Jenis pendidikan orang tua 1,2

Tabel 3.8

Operasional Variabel Jiwa Kewirausahaan

VARIABEL INDIKATOR Item

Positif Negatif

Jiwa Kewirausahaan Percaya diri 1,2 3

Berorientasi pada tugas dan hasil

4 5

Pengambilan resiko 6 7

Kepemimpinan 8,9,10 11

Kerja keras 12,13

Kreatif dan inovatif 14,15,16,17,

18

c. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas tes adalah tingkat sesuatu tes mampu mengukur apa

yang hendak diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau

valid tidaknya suatu kuesioner. Jadi validitas adalah suatu ukuran

Gambar

Tabel 5.9 Tabel Korelasi Spearman Tingkat Pendidikan Orang Tua
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian  .......................................................
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Data Populasi Siswa SMK Negeri di Kabupaten Sleman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah kualitas layanan yang diberikan oleh Rumah Sakit X masih dirasa kurang memuaskan bagi

Penelitian ini memperoleh hasil bahwa orientasi pasar memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap internasionalisasi, hal tersebut berarti bahwa UKM mebel di

Penjelasan Pasal 48 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 mengungkapkan bahwa yang dimaksudkan dengan upaya administratif adalah suatu prosedur yang dapat

Akan tetapi seperti pada analisa pipa diatas persamaan kesetimbangan energi diatas hanya berlaku untuk aliran pada single phase sedangkan untuk sedangkan

Dengan dibuatnya Tugas Akhir ini maka akan dapat diprediksi dengan lebih akurat tentang serangan yang mungkin terjadi pada suatu jaringan komputer secara real-time

[r]

Berbeza pula dengan kajian yang dijalankan oleh Brzeski & Newkirk (1997) yang mendapati bahawa keseimbangan oksigen antara rumpai laut dan ikan adalah pada nisbah 1:1..

Lihat pengantar penyunting, Imelda Bahtiar, “Dari Pertemuan 13 tahun yang Lalu” dalam Saparinah Sadli, Berbeda tetapi Setara Pemikiran tentang Kajian