i
SEKOLAH DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA
DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA
–
SISWI
KELAS XI SMK NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Chatarina Novi Sulistya Nugraheny
NIM : 131334024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Tuhan Yang Maha Esa
Ibu saya Irene Sutarti
Ayah saya Aloysius Suparman
Kakak – kakak saya, mas Nanang, mbak Dewi , mas Dwi, mbak Anna,
mbak Lia dan mas Candra
Adik saya, Andre
Ponakan saya, Ian, Ori, Fina, Risto dan Kevin
v
Berjuanglah, maka Tuhan akan menyertai-Mu
(Chatarina Novi S. N.)
Hidup adalah soal keberanian menghadapi yang tanda tanya, tanpa kita
mengerti, tanpa kita bisa menawar terimalah dan hadapilah
(soe hoek gie)
Hidup itu butuh perjuangan, tapi Perjuangkanlah apa yang layak kamu
perjuangkan
(Chatarina Novi S. N.)
Jadilah dirimu sendiri, pribadi orang sudah ada yang memiliki
(oscar wilde)
Jadilah orang yang pandai bersyukur, dan jadilah orang yang tidak lupa
untuk bersyukur
viii
HUBUNGAN PARTISIPASI SISWA DI KOPERASI
SEKOLAH DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA
DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA -
SISWI KELAS XI SMK NEGERI DI KABUPATEN
SLEMAN YOGYAKARTA
Chatarina Novi Sulistya Nugraheny Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan partisipasi siswa di koperasi sekolah dan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan.
Penelitian ini adalah penelitian studi empiris yang dilaksanakan pada bulan Februari - April 2017. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Negeri di-Sleman Yogyakarta dengan jumlah 8.555 siswa. Sampel sebanyak 368 siswa dari SMK N 1 Godean, SMK N 2 Godean dan SMK N 1 Depok diambil dengan teknik Purpose Sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan teknik Chi-Square.
ix
COOPERATIVE SCHOOL AND LEVEL OF EDUCATION OF PARENTS WITH THE SOUL OF ENTREPRENEURSHIP IN STUDENTS-STUDENTS OF CLASS XI STATE SMK IN SLEMAN
REGENCY, YOGYAKARTA
Chatarina Novi Sulistya Nugraheny Universitas Sanata Dharma
2017
This research aims to find out whether there is a relationship of participation of students in the school's cooperative and educational level of parents with the soul of entrepreneurship.
This research is an empirical research studies carried out from February-April 2017. The population of this research is the entire class XI student SMK Negeri in Sleman of Yogyakarta-with the number of 8,555 students. Sample as many as 368 students from SMK N 1 Godean, SMK N 2 Godean and SMK N 1 Depok taken with the technique of Sampling Purpose. Data were collected using a questionnaire and analyzed using Chi Square technique.
x
Puji Syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria, karena berkat dan kasih-Nya yang luar biasa sehingga skripsi ini yang berjudul Hubungan Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah Dan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa-Siswi Kelas XI SMK Negeri Di Kabupaten Sleman Yogyakarta dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skrisi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Pendidikan Akunatnsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
4. Bapak Drs. Bambang Purnomo S.E., M. Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, sabar dalam mengarahkan, mengoreksi, dan memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
xi
Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan berbagai pengetahuan dan pengalamannya selama proses perkuliahan;
7. Ibu Theresia Aris Sudarsilah selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah membantu dalam kelancaran proses belajar dan administrasi kemahasiswaan;
8. Bapak dan Ibu tercinta Aloysius Suparman dan Irene Sutarti, yang tiada lelah memberikan semangat, kasih sayang, doa, nasihat, perhatian yang luar biasa dan dukungan secara moral maupun materil;
9. Kakak, adik, ponakan dan keluarga besar yang tiada telah memberikan semangat, kasih sayang, doa, nasihat, perhatian yang luar biasa dan dukungan secara moral maupun materil;
10.Arif Priyantama yang setia mendampingi, mendengar keluh kesahku, memberikan doa, dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini;
11.Teman-teman Pendidikan Akuntasi 2013 atas kebersamaanya yang telah dilalui bersama semasa kuliah;
12.Teman - teman satu dosen bimbingan; Bagas, Cicil, Widya, Yeni,
14.Teman – teman sepermainan; Rara, Dita, Agnes, Gretha, Adit, Sisco, Adi, Aji, Dhisga, Kukuh, Mas Hendri, Ari, Jessica, Yessy, Julia, Gera, Teti, Nyoti, Febri, Michelle, Mandala, Ayu, Angling, Mas Hari dan seluruh teman – teman PAK 2013;
xiii
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
MOTTO ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii
ABSTRAK ... ix
B. Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 11
1. Pengertian Koperasi Sekolah ... 11
xiv
4. Modal Koperasi Sekolah ... 16
5. Partisipasi Siswa dalam Mengembangkan Kegiatan Koperasi Sekolah ... 17
C. Jiwa Kewirausahaan ... 21
1. Pengertian Jiwa Kewirausahaan ... 21
2. Pengembangan Jiwa Kewirausahaan ... 22
D. Kerangka Berfikir ... 31
1. Hubungan motivasi belajar kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan ... 31
2. Hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa Kewirausahaan ... 32
E. Paradigma Penelitian ... 34
F. Hipotesis ... 35
1. Populasi Penelitian ... 37
2. Sampel Penelitian ... 38
3. Teknik Pengambilan Sampel ... 40
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 40
1. Variabel Penelitian ... 40
xv
1. Kuesioner ... 44
2. Penyusunan Kuesioner ... 45
G.Teknik Pengujian Instrumen ... 46
1. Uji Validitas Instrumen ... 46
2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 50
H.Teknik Analisis Data ... 53
1. Teknik Deskripsi Data ... 53
2. Pengujian Hipotesis ... 56
3. Penarikan Kesimpulan ... 58
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 60
1. Deskripsi Responden Penelitian ... 64
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 65
a. Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 65
b. Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 67
c. Jiwa Kewirausahaan ... 68
B. Analisis Data ... 70
Pengujian Hipotesis ... 70
a. Pengujian Hubungan Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah dengan Jiwa Kewirausahaan ... 70
b. Pengujian Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Jiwa Kewirausahaan ... 72
C. Pembahasan ... 76
xvi
dengan Jiwa Kewirausahaan ... 77
BAB VI PENUTUP ... 80
A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 81
C. Keterbatasan ... 85
xvii
Halaman
Tabel 3.1 Data Populasi Siswa SMK Negeri di Kabupaten Sleman .... 38
Tabel 3.2 Data SMK Negeri sebagai Sampel Penelitian ... 39
Tabel 3.3 Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 42
Tabel 3.4 Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 43
Tabel 3.5 Jiwa Kewirausahaan ... 43
Tabel 3.6 Operasional Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 45
Tabel 3.7 Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 46
Tabel 3.8 Jiwa Kewirausahaan ... 46
Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Variabel Partisipasi Siswa Di Koperasi Sekolah ... 48
Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 49
Tabel 3.11 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi ... 51
Tabel 3.12 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 52
Tabel 3.13 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 52
Tabel 3.14 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Jiwa Kewirausahaan ... 53
Tabel 3.15 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 54
Tabel 3.16 Interprestasi Koefisien Korelasi ... 56
Tabel 5.1 Data Responden Berdasarkan Asal Sekolah ... 64
Tabel 5.2 Deskripsi Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 65
Tabel 5.3 Nilai-nilai Statistik Variabel Partisipasi Siswa Di Koperasi Sekolah ... 66
xviii
Tabel 5.6 Nilai-nilai Statistik Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 69 Tabel 5.7 Tabel Korelasi Spearman Hubungan Partisipasi Siswa
Di Koperasi Sekolah Dengan Jiwa Kewirausahaan ... 71 Tabel 5.8 Tabel Korelasi Spearman Tingkat Pendidikan Orang Tua
(Ayah) Dengan Jiwa Kewirausahaan ... 73 Tabel 5.9 Tabel Korelasi Spearman Tingkat Pendidikan Orang Tua
xix
LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN ... 90
LAMPIRAN 2 DATA INDUK PENELITIAN ... 102
LAMPIRAN 3 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 138
LAMPIRAN 4 HASIL UJI HIPOTESIS ... 146
LAMPIRAN 5 PENILAIAN ACUAN PATOKAN TIPE II ... 149
LAMPIRAN 6 DAFTAR TABEL STATISTIK DAN PERHITUNGAN r TABEL ... 153
LAMPIRAN 7 SURAT IJIN PENELITIAN ... 157
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, pengangguran merupakan salah satu masalah yang
semakin memerlukan perhatian. Setiap tahun bahkan dalam hitungan hari,
lulusan pendidikan dasar sampai tingkat pendidikan tinggi meluluskan
generasi siap kerja, namun pada kenyataannya lulusan tersebut banyak yang
tidak bekerja disebabkan minimnya lapangan pekerjaan di Indonesia. Perlu
kita ketahui bahwa SDA di Indonesia sangat melimpah dan memiliki
potensi untuk diciptakannya lapangan pekerjaan guna mengolah SDA yang
ada di Indonesia. Dilain sisi ada negara yang hanya memiliki potensi SDA
terbatas namun, negara tersebut bisa mengembangkan atau menciptakan
lapangan pekerjaan dengan sendirinya. Lapangan pekerjaan yang ada di
negara tersebut, tercipta dikarenakan masyarakat di negara itu memiliki jiwa
kewirausahaan yang tinggi sehingga masyarakat bisa membuka lapangan
pekerjaan secara mandiri.
Di Indonesia angka pengangguran terbanyak justru diciptakan oleh
kelompok terdidik. Pada Agustus 2015, tingkat pengangguran terbuka
menurut pendidikan didominasi oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
12,65 persen, disusul Sekolah Menengah Atas sebesar 10,32 persen,
Diploma 7,54 persen, Sarjana 6,40 persen, Sekolah Menengah Pertama 6,22
persen, dan Sekolah Dasar ke bawah 2,74 persen. Pengangguran terjadi
karena perbandingan antara jumlah penawaran kesempatan kerja tidak
sebanding dengan jumlah lulusan atau penawaran tenaga kerja baru disegala
level pendidikan (Saiman, 2009: 22). Data statistik pada bulan Februari
2016 yaitu sebanyak 7,02 juta orang dengan tingkat pengangguran terbuka
sebesar 5,5% yang dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya mencapai
7,45 juta orang (5,81%) sehingga mengalami penurunan (Badan Pusat
Statistik RI, 2016). Namun, jumlah pengangguran sebenarnya dapat
diperkecil dengan keberanian membuka usaha - usaha baru atau
berwirausaha. Berbagai upaya dilakukan untuk menumbuhkan jiwa
kewirausahaan terutama merubah mindset para pemuda yang selama ini
hanya berminat sebagai pencari kerja (job seeker) apabila kelak
menyelesaikan sekolah atau kuliah mereka. Hal ini merupakan tantangan
bagi pihak sekolah dan perguruan tinggi sebagai lembaga penghasil lulusan
terdidik siap kerja.
Minat berwirausaha di Indonesia masih sangat rendah. Jumlah pelaku
wirausaha di Indonesia hingga kini masih belum mencapai angka ideal
yakni dua persen dari jumlah penduduk Indonesia. Data terkini dari Global
Entrepreneurship Monitor (GEM) menunjukkan bahwa Indonesia baru
mempunyai sekitar 1,65 persen pelaku wirausaha dari total jumlah
penduduk 250 juta jiwa (kompas.com: Rabu, 30 Maret 2016 | 19:28 WIB).
Indonesia sebagai julukan negara dengan kekayaan alam yang sangat
melimpah, namun sangat disayangkan masyarakat tidak dapat menikmati
terdidik namun menganggur karena tidak memiliki skill dalam
mengembangkan SDA yang dimiliki. Oleh karena itu, SDM yang terdidik di
Indonesia semakin melimpah dengan lapangan pekerjaan yang terbatas.
Keterbatasan tersebut yang harusnya menimbulkan pemikiran yang baru
untuk membuka lapangan pekerjaan seperti berwirausaha. Niat dan
kemauan itu harus dibangun sejak dini dan pendidikan dari dini. Misalnya,
dibangun dengan adanya niat untuk membangun koperasi sekolah dan melibatkan siswa - siswi didalamnya secara bersama – sama sehingga secara
tidak langsung jiwa kewirausahaan tersebut dapat muncul dalam diri anak –
anak.
Kewirausahaan bisa ditempuh melalui lembaga pendidikan salah
satunya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mempunyai
peluang cukup besar untuk ikut serta dalam membangun sistem
perekonomian dengan memanfaatkan tahap perkembangan remaja,
mendidik siswa agar berminat menjadi wirausaha. Tahap perkembangan
remaja akhir ditandai dengan adanya minat yang semakin mantap terhadap
fungsi-fungsi intelek (Sarwono, 2011:30). Proses kewirausahaan menuntut
kemauan untuk mengambil resiko dengan penuh perhitungan sehingga dapat
mengatasi rintangan untuk mencapai kesuksesan yang diharapkan. Pada
umumnya, wirausahawan menggunakan kecerdikannya untuk
memanfaatkan sumber daya yang terbatas. Kewirausahaan dapat diajarkan
melalui pendidikan dan pelatihan. Pembekalan pengetahuan kewirausahaan
pengetahuan kewirausahaan siswa SMK akan semakin terbuka wawasannya
tentang kewirausahaan.
Selain dunia pendidikan dalam hal ini motivasi belajar, status sosial
ekonomi orang tua juga sangat penting dalam menumbuhkan jiwa
berwirausaha bagi para siswa. Dalam hal ini peneliti memfokuskan pada
status sosial ekonomi yang mencakup tingkat pendidikan orang tua, tingkat
pendapatan orang tua dan jenis pekerjaan orang tua. Pendidikan orang tua
yang tinggi akan memberikan perhatian yang lebih mendalam kepada
pendidikan anaknya. Hal ini akan membuat kesempatan anak untuk
berwirausaha menjadi lebih tinggi, karena orang tua akan cenderung
mendorong anak untuk berprestasi lebih banyak hal. Semangat untuk
berprestasi inilah yang akan mendukung jiwa kewirausahaan. Sebaliknya,
pada siswa dimana orang tuanya yang berpendidikan rendah ada
kecenderungan siswa kurang termotivasi untuk berprestasi yang selanjutnya
hal tersebut akan berdampak ada jiwa kewirausahaan siswa yang rendah.
Pada orang tua siswa yang bependapatannya tinggi maka akan
menumbuhkan jiwa kewirausahaan dibandingkan orang tuanya yang
berpendapatan rendah. Hal ini disebabkan siswa akan mendapatkan
kesempatan untuk mengembangkan kecakapan berwirausaha karena
ketersediaan sarana dan prasarana. Sebaliknya, siswa dimana orang tuanya
yang berpendapatan rendah siswa akan mengalami keterbatasan saranan dan
prasarana. Pada orang tua siswa yang memiliki pekerjaan wirausaha akan
bekerja bukan sebagai wirausaha. Dalam hal ini siswa yang orang tuanya
berwirausaha akan memberikan inspirasi kepada anaknya untuk menjadi
wirausahawan karena wirausahawan telah mendarah daging pada anak
sejak dini. Siswa akan terinsiprasi untuk berwirausaha karena melihat
kesungguhan dan kerja keras orang tuanya. Siswa juga terinspirasi karena
memang dilatih sejak kecil, diminta membantu mulai dari pekerjaan yang
ringan atau mudah sampai yang rumit dan komplek. Sebaliknya orang tua
siswa yang bukan wirausaha kurang memberikan pengetahuan mengenai
wirausahaan dan orang tua cenderung mempunyai pola pikir agar anaknya
menjadi PNS atau karyawan lebih aman daripada menjadi wirausahawan.
Jiwa kewirausahaan dapat ditanamkan dalam pribadi siswa tidak
hanya ditinjau dari motivasi belajar dan status sosial ekonomi orang tua,
namun salah satu tempat bagi seorang siswa untuk belajar menjadi seorang
wirausahawan dapat juga ditempuh dengan cara ikut ambil bagian dalam
kepengurusan koperasi di sekolah. Seperti yang kita ketahui bahwa sekolah
merupakan salah satu penyelenggaraan pendidikan yang memiliki
tanggungjawab terhadap perkembangan karakter seorang anak. Peran serta
atau partisipasi siswa di koperasi sekolah sangatlah penting. Dengan adanya
koperasi sekolah tersebut maka diharapkan siswa dapat berperan aktif dan
ikut berpartisipasi dalam kelompok sekolah baik partisipasi dalam bidang
usaha, partisipasi dalam bidang organisasi maupun partisipasi dalam
permodalan koperasi sekolah. Siswa memegang peranan penting dalam
siswa untuk berpastisipasi aktif dalam koperasi sekolah. Melalui koperasi
sekolah siswa-siswi belajar bagaimana membangun sikap tanggung jawab,
kejujuran, dan integritas yang membuat mereka dipercaya oleh banyak
orang, sikap – sikap tersebut merupakan cerminan dari jiwa kewirausahaan.
Untuk mengetahui hubungan jenis pendidikan orang tua dan
partisipasi siswa di koperasi sekolah dalam menumbuhkan jiwa
kewirausahaan pada siswa SMK, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN
ORANG TUA DAN PARTISIPASI SISWA DI KOPERASI SEKOLAH DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA – SISWI KELAS XI SMK
NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN”.
B. Batasan Masalah
Peneliti ini memfokuskan perhatian pada faktor yang mempengaruhi
jiwa berwirausaha pada siswa. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi
tinggi rendahnya jiwa kewirausahaan pada siswa, namun dalam penelitian
ini hanya akan meneliti tentang partisipasi siswa dikoperasi sekolah dan
tingkat pendidikan orang tua.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah peneliti
1. Apakah ada hubungan antara partisipasi koperasi disekolah dengan jiwa
kewirausahaan siswa?
2. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa
kewirausahaan siswa?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara partisipasi koperasi
disekolah dengan jiwa kewirausahaan siswa.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan orang
tua dengan jiwa kewirausahaan siswa.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap lembaga
pendidikan terutama Sekolah Menengah Kejurusan (SMK) agar dapat
semaksimal mungkin membekali siswa dengan ketrampilan dan kesiapan
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
A. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Dalam Ensiklopedi Pendidikan (Soegarda Purbakawatja dan
Harahan, 1997:257), pendidikan adalah suatu perbuatan dan usaha dari
generasi tua untuk mengalihkan pengetahuanya, pengalamanya,
kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda sebagai
usaha menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik
jasmaniah maupun rohaniah. Dapat pula dikatakan bahwa pendidikan
adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan
pengaruhnya meningkatkan si anak kedala kedewasaan yang selalu
diartikan memikul tanggung jawab moril dari segala perbuatanya.
a. Jenis Pendidikan
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah. Untuk itulah terdapat
bermacam-macam bentuk pendidian dengan sifat yang berbeda
pula. Dalam reader Wens Tanlain (2004:31-32), pendidikan
dapat diklasifikasikan dalam:
1) Pendidikan formal
Karakerristik pendidikan formal adalah
a) Peristiwa pendidikan direncanakan dan diatur secara
khusus dan berjenjang;
b) Adanya persyaratan yang cukup ketat mengenai waktu
pendidikan, isi pendidikan;
c) Penggunaan metode formal dan ada penilaian formal
terhadap hasil.
2) Pendidikan informal
Karakteristik pendidikan informal adalah:
a) Peristiwa pendidikan tidak direncanakan dan diatur secara
khusus;
b) Peristiwa pendidikan terpadu seiring dengan kehidupan sehari – hari;
c) Tidak menentukan waktu khusus untuk itu;
d) Tidak menggunakan metde formal dan tidak ada penilaian
formal.
Menurut Philip H. Coombs (dalam Muri Yusuf 1983:61-63),
pendidikan formal adalah pendidikan yang berstruktur,
mempunyai jenjang atau tingkat, dalam periode waktu-waktu
tertentu, berlangsung dari sekolah dasar sampai universitas dan
tercakup disamping studi akademis umum, juga berbagai
program khusus dan lembaga untuk latihan teknik profesional.
Pendidikan informal adalah suatu proses yang sesungguhnya
terjadi seumur hidup yang karenanya setiap individu
pengalaman sehari - hari dari pengaruh lingkunganya.
Sedangkan nonformal adalah pendidikan (pada umumnya)
diluar sekolah yang secara potensial dapat membantu dan
menggantikan pendidikan formal dalam aspek-aspek tertentu.
b. Tingkat pendidikan orang tua
Menurut Philip H. Coombs (dalam Muri Yusuf 1983:62)
yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah pendidikan
yang berstruktur, mempunyai jenjang atau tingkat dalam periode
waktu - waktu tertentu, berlangsung dari sekolah dasar sampai
universitas dan tercakup disamping studi akademis umum, juga
berbagai program khusus dan lembaga untuk teknis dan
profesional.
Tingkat pendidikan formal yang telah dicapai akan membawa
pengaruh yang luas pada kehidupan seseorang, yaitu bukan
hanya berpengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan, tetapi
juga berpengaruh pada jenjang pekerjaan, penghasilan,
kekayaan, dan status dalam masyarakat.
Dari pendapat diatas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa
tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan terakhir
B. Partisipasi siswa di koperasi sekolah
1. Pengertian Koperasi Sekolah
Koperasi sekolah adalah koperasi yang anggotanya para siswa atau
murid - murid dari suatu sekolah yang fungsinya sebagai wadah untuk
mendidik tumbuhnya kesadaran berkoperasi di kalangan anggota.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koperasi sekolah yakni
suatu perserikatan yang ada di sekolah dengan menjual kebutuhan
ataupun keperluan belajar mengajar dengan harga relatif murah dan
dikelola oleh semua warga sekolah tersebut. Jadi, pengelolaan koperasi
sekolah merupakan kegiatan penataan koperasi sekolah antara lain
proses merencana, mengatur, menilai segala sumber daya yang tersedia
dalam suatu organisasi dengan memanfaatkan fasilitas yang ada untuk
tujuan yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Koperasi Sekolah
Tujuan pendirian koperasi sekolah adalah terwujudnya
kesejahteraan anggota yang meliputi:
a) Mendidik menanamkan dan memelihara suatu kesadaran hidup
gotong royong dan setia kawan serta jiwa demokrasi diantara
para siswa;
b) Memupuk dan mendorong tumbuhnya kesadaran serta
semangat berkoperasi serta wirausaha siswa;
berguna bagi para siswa untuk bekal terjun ke masyarakat;
d) Menunjang program pembangunan pemerintah di sektor
perkoperasian melalui program pendidikan sekolah;
e) Membantu dan melayani pemenuhan kebutuhan ekonomi para
siswa melalui pengembangan berbagai kegiatan usaha.
Sedangkan tujuan koperasi sekolah berdasarkan penanaman
karakter yaitu:
a) Mendidik, menanamkan dan memelihara suatu kesadaran hidup
bergotong royong dan setia kawan diantara murid;
b) Menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa;
c) Memelihara dan meningkatkan mutu pengetahuan dan
keterampilan di bidang perkoperasian;
d) Menanamkan dan memupuk rasa tanggung jawab dan disiplin
dalam hidup bergotong royong di dalam masyarakat;
e) Memelihara hubugan baik dan saling pengertian yang
mendalam diantara sesama anggota koperasi sekolah;
f) Menanamkan rasa harga diri, kesamaan derajat dan
menumbuhkan jiwa demokrasi serta membangkitkan sikap
berani mengemukakan pendapat;
g) Sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan alat - alat sekolah;
h) Sebagai sarana untuk belajar menerapkan prinsip ekonomi
3. Prinsip-prinsip Koperasi Sekolah
Prinsip-prinsip koperasi (cooperative principles) adalah
ketentuan-ketentuan pokok yang berlaku dalam koperasi dan dijadikan sebagai
pedoman kerja koperasi. Prinsip koperasi sekolah sendiri mengikuti
prinsip koperasi pada umumnya. Berikut prinsip koperasi yang
merupakan ciri khas dari koperasi yang terdapat dalam UU No. 25
tahun 1995:7 ;
a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
Terdapat 2 makna “sifat sukarela” dalam keanggotaan
koperasi yaitu: pertama, keanggotaan koperasi tidak boleh
dipaksakan oleh siapapun, dan kedua, seorang anggota dapat
mengundurkan diri dari koperasinya sesuai dengan syarat yang
ditentukan dalam AD/ART koperasi.
b) Pengelolaan dilakukan secara demokratis
Prinsip pengelolaan secara demokratis didasarkan pada
kesamaan hak suara bagi setiap anggota dalam pengelolaan
koperasi. Dengan demikian demokrasi koperasi merupakan:
pertama, pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan
keputusan para anggota, dan kedua, anggota adalah pemegang
dan pelaksana kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
c) Pembagian SHU
Pembagian ini dilakukan secara adil sebanding dengan
mengandung makna bahwa: Pertama, Koperasi bukanlah badan
usaha yang berwatak kapitalis sehingga SHU yang dibagi
kepada anggota tidak berdasarkan modal yang dimiliki anggota
dalam koperasinya, tetapi berdasarkan kontribusi jasa usaha
yang diberikan anggota kepada koperasinya. Kedua, koperasi
Indonesia tetap konsisten untuk mewujudkan nilai-nilai
keadilan dalam kehidupan masyarakat.
d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
Jasa atau bunga yang terbatas mengandung makna:
Pertama, fungsi modal dalam koperasi bukan sekedar untuk
mencari keuntungan (profit motive), akan tetapi dipergunakan
untuk kemanfaatan anggota (benefit motive). Kedua, jasa yang
terbatas berarti bahwa suku bunga atas modal dalam koperasi
tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar.
e) Kemandirian
Kemandirian pada koperasi dimaksudkan bahwa koperasi
harus mampu berdiri sendiri dalam hal pengambilan keputusan
usaha dan organisasi. Dalam kemandirian terkandung pula
pengertian kebebasan yang bertanggungjawab, otonomi,
swadaya, dan keberanian mempertanggungjawabkan segala
tindakan / perbuatan sendiri dalam pengelolaan usaha dan
organisasi. Dalam Undang- undang nomor 12 tahun 1967,
Swasembada” dan merupakan prinsip yang menggambarkan
adanya percaya pada diri sendiri. Swadaya berarti kekuatan
atau usaha sendiri, swakerta mengandung arti mengerjakan atau
membuat sendiri, dan swasembada bermakna mencukupi
dengan kemampuan sendiri.
f) Pendidikan perkoperasian
Keberhasilan koperasi sangat erat hubungannya dengan
partisipasi aktif setiap anggotanya. Agar anggota koperasi
berkualitas baik, berkemampuan tinggi, dan berwawasan luas,
maka pendidikan adalah mutlak. Pendidikan perkoperasian
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam mewujudkan
kehidupan berkoperasi, agar sesuai dengan jati dirinya. Melalui
pendidikan, anggota dipersiapkan dan dibentuk untuk menjadi
anggota yang memahami serta menghayati nilai - nilai dan
prinsip - prinsip serta praktik - praktik koperasi.
g) Kerjasama antarkoperasi
Kerjasama antarkoperasi dimaksudkan untuk saling
memanfaatkan kelebihan dan menghilangkan kelemahan
masing - masing, sehingga hasil akhir dapat dicapai secara
optimal. Kerjasama tersebut diharapkan akan saling menunjang
pendayagunaan sumberdaya sehingga diperoleh hasil yang
4. Modal Koperasi Sekolah
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal
pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari sumber-sumber berikut:
a) Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya
yang wajib dibayarkan oleh anggota koperasi pada saat masuk
menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali
selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
b) Simpanan Wajib
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak
harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi
dalam waktu dan kesempatan tertentu, simpanan wajib tidak dapat
diambil kembali selama yang bersangkutan menjadi anggota.
c) Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari
penyisihan sisa hasil usaha (SHU) yang dimaksudkan untuk
memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila
diperlukan.
d) Hibah
Hibah adalah sejumlah uang yang diperoleh koperasi yang
berasal dari pemberian sukarela perorangan, kolektif atau
e) Modal pinjaman dapat berasal dari:
1) Anggota
2) Koperasi lainnya dan atau anggota
3) Bank dan lembaga lainnya
5. Partisipasi Siswa dalam Mengembangkan Kegiatan Koperasi Sekolah
a) Partisipasi
Partisipasi dapat di artikan sebagai suatu proses di mana
sekelompok orang (anggota) menemukan dan
mengimplementasikan ide - ide atau gagasan koperasi. Menurut K.
Davis dalam buku kapan dan bilamana berkoperasi, partisipasi
adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam kelompok
yang mendorong dia untuk memberikan kontribusi dan ikut
bertanggungjawab atas pencapaian tujuan - tujuan kelompok.
Partisipasi adalah perencanaan dan pelaksanaan dari segala sesuatu
yang terpusat pada kepentingan dan juga ikut memikul
tanggungjawab sesuai dengan tingkat kemampuan dan
kewajibannya.
Menurut Kartasapoetra (2003 : 27) berpendapat bahwa
partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi yang
mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok
dalam usaha mencapai tujuan. Istilah partisipasi dikembangkan
seseorang atau sekelompok orang dalam aktivitas tertentu.
Menurut Widiyanti (2002:199) partisipasi anggota dapat
diukur dari kesediaan anggota untuk memikul kewajiban dan
menjalankan hak keanggotaanya secara bertanggung jawab, maka
partisipasi anggota dapat dikatakan baik. Akan tetapi, jika ternyata
sedikit anggota yang menunaikan kewajiban dan melaksanakan
haknya secara bertanggung jawab, maka partisipasi anggota dapat
dikatakan buruk atau rendah.
Menurut Nirbito dalam Wijayanti (2009 : 49-50) partisipasi
anggota dalam koperasi sangat luas yang meliputi partisipasi
bidang organisasi, permodalan dan dalam bidang usaha, yakni
sebagai berikut:
1) Partisipasi Anggota Dalam Bidang Organisasi
Partisipasi bidang organisasi ini menuntut anggota untuk
ikut berperan aktif dalam kegiatan organisasi koperasi,
misalnya:
Menghadiri rapat anggota;
Memajukan saran didalam atau diluar anggota kepada pengurus dan badan pemeriksa;
Memilih atau dipilih menjadi anggota pengurus dan badan pemeriksa;
2) Partisipasi Anggota di Bidang Permodalan
Dalam hal ini berarti anggota dituntut untuk terlibat secara
aktif dalam memenuhi kewajiban dan ikut serta melaksanakan
kegiatan dibidang permodalan. Kewajiban ini bisa meliputi
pembayaran simpanan anggota di koperasi seperti simpanan
pokok dan simpanan wajib sedangkan kegiatan permodalan
yang bukan merupakan keharusan anggota adalah simpanan
sukarela.
3) Partisipasi Anggota dalam Bidang Usaha
Partisipasi ini menuntut keterlibatan aktif anggota dalam
kegiatan yang bersangkut paut dengan aktifitas usaha koperasi.
Misalnya:
Meminjam atau menyimpan, untuk koperasi yang mempunyai unit usaha simpan pinjam;
Membeli barang-barang di koperasi, untuk koperasi yang mempunyai unit usaha pertokoan;
Menjual hasil pertaniannya, untuk koperasi yang bergerak dibidang pemasaran hasil produksi
anggotanya.
Menurut Widiyanti (2002:200) beberapa indikasi yang
muncul sebagai ciri - ciri anggota yang berpatisipasi baik
adalah:
tertib dan teratur;
Membantu modal koperasi disamping simpanan pokok dan wajib sesuai dengan kemampuan masing-masing;
Menjadi langganan koperasi yang setia;
Menghadiri rapat dan pertemuan secara teratur;
Menggunakan hak untuk mengawasi jalanya usaha koperasi menurut anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga peraturan-peraturan lainya.
Menurut Kartasapoetra (2003:13) partisipasi aktif anggota
dapat diwujudkan dalam:
Anggota berpartisipasi dalam memberikan konstribusi atau memberikan sumber-sumber dayanya;
Anggota berpartisipasi dalam mengambil keputusan;
Anggota berpartisipasi dalam berbagai keuntungan. Jadi partisipasi siswa dalam berkoperasi adalah
keikutsertaan siswa sebagai anggota dalam rangka kegiatan
koperasi sekolah baik dalam bidang organisasi maupun bidang
permodalan dan dalam bidang usaha koperasi. Berdasarkan
penjelasan di atas jelas bahwa dengan adanya partisipasi siswa
di koperasi sekolah diharapkan dapat memberikan sumbangan
yang potensial terhadap koperasi sekolah agar dapat
memainkan peranan untuk memenuhi kebutuhan siswa sebagai
mensejahterakan anggotanya.
C. Jiwa kewirausahaan
1. Pengertian kewirausahaan
Istilah kewirausahaan merupakan padanan kata dari
entrepreneurship dalah bahasa Inggris. Kata entrepreneurship sendiri
sebenarnya berawal dari bahasa Prancis yaitu ‘entreprende’ yang
berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Istilah ini
diperkenalkan pertama kali oleh Richard Cantillon (1755). Istilah ini
makin populer setelah digunakan oleh pakar ekonomi J.B Say (1803)
untuk menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan
sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat
yang lebih tinggi serta menghasilkan lebih banyak lagi (Rambat
Lupiyoadi, 2004;1).
Coulter (2000;3) mengemukakan bahwa kewirausahaan sering
dikaitkan dengan proses, pembentukan atau pertumbuhan suatu bisnis
baru yang berorientasi pada perolehan keuntungan, penciptaan nilai,
dan pembentuka produk atau jasa baru yang unik dan inovatif.
Suryana (2003; 1) mengungkapkan bahwa dasar, kiat, dan sumber daya
untuk mencari peluang menuju sukses. Adapun inti dari kewirausahaan
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
(create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak
Menurut Hisrich-Peters (1998; 10) kewirausahaan diartikan sebagai berikut “entrepreneurship is the process of creating something
different with value by develoting the necessary time and effort,
assuming the accompanying financial, phychic, and social risk, and
receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfication and independence”. Kewirausahaan adalah proses menciptakan
sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai
modal dan risiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta
kebebasan pribadi.
2. Pengembangan Jiwa kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan seseorang disebut kuat bila memiliki: percaya
diri (PD), inisiatif, disiplin dan kreatifitas yang kuat pula. PD tetap
kuat bahkan berkembang bila aktifitas sesorang jarang gagal, bila
pernah gagal maka kegagalan itu dipandang sebagai guru yang terbaik.
Inisiatif diperkuat dengan memingat pepatah yang ada dimasyarakat
yang bersifat mendorong bersikap kreatif, meniru teladan dan
berdisiplin untuk berinisiatif. Kedisiplinan dapat terbentuk tanpa
merasa terpaksa.
Karakter yang harus di miliki seorang wirausaha yang memiliki
jiwa kepemimpinan wirausaha yaitu:
Keberanian adalah modal hakiki manusia. Seseorang yang
mempunyai kemauan yang dapat dilakukan karena ia juga
mempunyai kemampuan mewujudkan kemauan itu ialah benar
adanya. Kalau mereka benar harus berani melakukannya walaupun
hal ini berarti ia menembus ketidakpastian yang mengandung
resiko. Dan berani mencoba karena mau dan mampu atau mampu
dan mau adalah sebuah motivasi yang kuat dalam mewujudkan
hakikat wirausaha yang merupakan modal utama dan hakikat yaitu
keberanian untuk memulai untuk berwirausaha. Keberanian
berwirausaha seseorang adalah untuk:
1) Menembus ketidakpastian;
2) Menanggapi peluang usaha;
3) Siap menghadapi resiko setelah melakukan perhitungan;
4) Mengambil keputusan yang cepat dan tepat.
b) Membangun tim yang baik (Good Team Leader)
Target penjualan dan biaya operasi merupakan komitmen
pemimpin dan karyawan perusahaan yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk itu. Dukungan aspek administratif usaha
melekat pada komitmen atas target yang akan dicapai oleh
persahaan pada periode tertentu. Untuk mewujudkan komitmen
perusahaan, mutlak diperlukan kebersamaan langkah semua
karyawan yang dikendalikan oleh pemimpin perusahaan.
keterlibatan dan kontribusi tenaga dan pikiran seluruh karyawan
dalam mewujudkan target perusahaan. Hubungan antara karyawan
dan karyawan lainnya, maupun hubungan pemimpin perusahaan
bersifat saling memberi dan menerima yang berorientasi pada
target perusahaan yang telah dijabarkan pada rencana operasional
jangka pendek. Kualitas kebersamaan karyawan dalam perusahaan,
indikatornya adalah:
1) Terealisasinya rencanapenjualan dan keuangan;
2) Masalah yang timbul yang mengakibatkan rencana tidak dapat
direalisasikan merupakan tanggung jawab bersama dalam
ditindaklanjuti dengan komitmen solusi pencerahan sealigus
merupakan kebijakan usaha perusahaan.
c) Berpikir dan berjiwa besar
Kebanyakan evaluasi diri terdiri atas perbuatan daftar metal
yang panjang dari kesalahan seseorang, kekurangannya dan
ketidakmampuan dirinya. Memang baik jika kita mengenali
ketidakmampuan diri kita, karena hal ini memperlihatkan kepada kita, bidang – bidang yang masih dapat diperbaiki, akan tetapi jika
kita hanya mengenal dari segi negatif diri kita, maka nilai dari diri
kita akan semakin kecil. Pemikiran besar adalah ahli dalam
menciptakan gambar yang positif, memandang ke depan,
berpikir besar kita harus menggunakan bahasa atau yang
menghasilkan citra atau gambar mental positif dan besar
d) Berani mengambil resiko
Resiko yang dihadapi oleh business firm dan rsiko yang
dihadapi oleh keluarga yaitu:
Objective Risk
Ialah resiko yang terjadi secara alami yang sama bagi
setiap orang dan cara mengatasinyapun sama.
Subjective Risk
Adalah resiko yang diperkirakan akan terjadi oleh
setiap orang sebagai akibat dari Objective Risk.
Uncertainty
Adalah kesadaran orang akan adanya resiko dalam
situasi tertentu, tetapi sulit untuk memperkirakan mana dari
sekian akibat atau hasil yang terjadi. Tidak seperti halnya
kemungkinan, ketidakpastian ini tidak dapat diukur dengan
alat apapun yang dapat diterima.
Reaksi terhadap resiko
Adalah reaksi seseorang atau tindakan seseorang dalam
situasi yang tidak pasti. Reaksi orang terhadap resiko tidak
sama, tergantung pada hal berikut:
- Jenis kelamin;
- Umur;
- Intilegensi;
- Kondisi ekonomi.
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko
menempatkan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan.
Wirausaha yang tidak mau megambil resiko akan sukar
memulai atau berinisiatif. Wirausaha akan lebih menyukai
resiko yang seimbang (moderat). Sehingga keberanian
untuk menanggung resiko yang menjadi nilai
kewirausahaan adalah pengambilan resiko yang penuh
dengan perhitungan dan realistik. Kepuasan yang besar
diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas –
tugasnya secara realistik. Situasi resiko kecil dan tinggi
dihidari karena sumber kepuasan tidak mungkn didapat dari
masing – masing situasi. Artinya, wirausaha menyukai
tantangan yang sukar namun dapat dicapai (Geoffrey G
Meredith, 1996:37). Kemampuan untuk mengambil resiko
ditentukan oleh:
- Keyakinan pada diri sendiri;
- Kesediaana untuk menggunakan kemampuan dalam
mencari peluang dan kemungkinan untuk memperoleh
- Kemampuan untuk menilai situasi resiko secara
realistik.
Having Mentor
Seorang mentor dapat mendorong aktivitas
entrepreneurial adalah semangat dan kebebasan untuk
mandiri dalam mendirikan usaha baru sehingga dimensi
otonomi ini merupakan bagian yang sangat penting dari
entrepreneurial.
Pikiran yang terbuka (Open Mindel)
Orang yang terbuka terhadap pengalaman baru akan
lebih siap untuk merespon segala peluang dan tanggap
terhadap tantangan dan perubahan sosial. Orang yang terbuka terhadap ide – ide baru merupakan wirausaha yang
invatif dan kreatif yang ditemukan dalam jiwa
kewirausahaan. Dalam menggapai keberhasilan usaha
pikiran kita harus terbuka untuk memperoleh masukan dan
kritikan dari berbagai pihak. Masukan dan kritikan ini
sebagai bahan koreksi, evaluasi, dan perbaikan atas langkah
yang harus diambil dan sebagai bahan untuk mengambil
keputusan
Adanya kepercayaan (Trusted)
Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan
pekerjaan (Soesarsono Wijandi, 1993:33). Dalam
praktiknya sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan
keyakinan untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan
suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Kepercayaan diri
memiliki nilai keyakinan, optimis, individualis, dan
ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan
diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya
untuk mencapai suatu keberhasilan (Zimmerer 1996:7).
Kepercayaan diri bersifat internal pribadi seseorang yang
sangat realitf dan dinamis. Karakteristik kematangan
seseorang adalah ia tidak tergantung pada orang lain, dia
memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi, objektif dan
kritis. Dia tidak begitu saja menyerap pendapat atau opini
orang lain, tetapi dia mempertimbangkan secara kritis.
Emosionalnya boleh dikatakan stabil, tidak gampang
tersinggung dan naik pitam serta tingkat sosialnya tinggi
dan mau menolong orang lain.
Kreatif
Kreativitas merupakan sekumpulan ide baik berupa
pengetahuan maupun pengalaman yang berada dalam
pikiran manusia yang kemudian digabungkan menjadi
sesuatu hal yang sifatnya kreatif yang berguna baik pada
atau kondisi yang tidak menentu. Oleh karena itu Hubeis
(2005,13) menyatakan bahwa kreativitas adalah suatu
pertimbangan subjektif dan berkonteks khusus mengenai
segala sesuatu yang baru serta merupakan hasil dari
perilaku secara individu maupun kolektif.
Ciri dari berpikir kreatif dan individu yang dikatakan
kreatif diantaranya:
- Mencoba mengemukakan ide atau gagasan asli dengan
membuat keterkaitan baru di antara hal-hal yang telah
diketahui;
- Memerhatikan hal-hal yang tidak terduga;
- Mempertimbangkan karakteristik pribadi seperti
fleksibilitas dan spontanitas dalam pemikiran;
- Kerja keras untuk membentuk gagasan sehingga orang
lain dapat melihat nilai dalam dirinya;
- Tidak berpuas hati dengan hanya menghasilkan ide
kreatif.
Terdapat pula ciri orang kreatif yang didasarkan pada
pengembangan sejumlah kualitas pribadi seperti :
- Nilai intelektual dan artistik
Contoh nilai intelektual dan artistic seperti
membaca buku bermutu;
Hal ini ditunjukkan dari ketertarikan pada usaha
menjelajahi masalah sulit dan rumit untuk mendapatkan
solusi dan memahami masalah tersebut;
- Kepedulian pada pekerjaan dan pencapaian
Dalam hal ini ditunjukan oleh disiplin diri yang
berkaitan dengan perkejaan, motivasi yang tinggi, serta
peduli terhadap usaha mencapai keunggulan;
- Ketekunan
Orang yang kreatif biasanya mempunyai tekad keras
untuk mencapai tujuan dan mengklasifikasikan serta
memecahkan masalah di tempat kerja, mempunyai
keyakinan kuat akan kekuatan dan ketrampilan yang
mendukung tekadnya;
- Pemikiran mandiri
Orang yang kreatif dan inovatif menunjukkan
kemandirian dalam membuat keputusan meski
diantaranya ada kecenderungan menyesuaikan diri
dengan pandangan mayoritas atau yang mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi;
- Toleransi terhadap keraguan
Orang kreatif merespon secara positif terhadap
- Otonomi
Cenderung mengandalkan diri sendiri dan kurang
bergantung kepada orang lain, termasuk membutuhkan
kebebasan;
- Kepercayaan diri
Biasanya yakin akan kemampuan yang dimiliki;
- Kesiapan mengambil resiko
Biasanya lebih cenderung siap mengambil resiko
dengan ide-ide baru serta mencoba cara baru meski
kondisi lingkungan atau orang yang berada di sekitarnya
kurang mendukung.
D. Kerangka Berfikir
a. Hubungan partisipasi siswa di koperasi sekolah dengan jiwa
kewirausahaan.
Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam
kelompok yang mendorong dia untuk memberikan kontribusi dan ikut
bertanggungjawab atas pencapaian tujuan - tujuan kelompok. Partisipasi
adalah perencaanaan dan pelaksanaan dari segala sesuatu yang terpusat
pada kepentingan dan juga ikut memikul tanggungjawab sesuai dengan
tingkat kemampuan dan kewajibannya.
Partisipasi siswa dikoperasi sekolah dapat terlihat dalam
keterlibatannya dalam menghadiri rapat anggota, keterlibatannya dalam
pengambilan keputusan, keterlibatannya dalam mengawasi jalannya
organisasi dan usaha koperasi, kontribusinya dalam menjual ataupun
membeli barang di koperasi sekolah, kontribusinya dalam menghitung
keuntungan yang diperoleh selama penjualan, dan lain sebagainya.
Partisipasi siswa dalam koperasi sekolah yang telah disebutkan di
atas tanpa disadari akan membentuk kebiasaan diri yang positif dalam
menumbuhkan jiwa kewirausahaannya, karena siswa sudah mulai dilatih
dalam mengembangkan dirinya dalam mengelola suatu usaha yang
berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
Hal tersebut dapat terlihat dari bagaimana si anak itu berani
bertindak dalam keikutsertaannya dalam koperasi sekolah baik secara
individu maupun secara tim, keberaniannya untuk mengambil suatu
resiko yang akan dihadapi dengan pemikiran dan wawasan yang terbuka,
memiliki kepercayaaan diri yang tinggi untuk dirinya dan memiliki ide
kreatif dan inovatif untuk mengembangkan kewirausahaan yang lebih
baik dan maju.
Dari peneliti terdapat indikasi adanya hubungan antara partisipasi
siswa di koperasi sekolah dengan jiwa kewirausahaan.
b. Hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan. Soekanto (2003) “Pendidikan merupakan suatu alat yang akan
maupun logis, dapat meningkatkan kesadaran untuk menggunakan
waktu sebaik-baiknya (seefektif dan seefisien mungkin) dengan
menyerap banyak pengalaman mengenai keahlian dan ketrampilan
sehingga menjadi cepat tanggap terhadap gejala - gejala sosial yang terjadi”.
Setiap orang memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda, ada
yang memiliki pendidikan tingkat SD, SMP, SMA / SMK, S1, S2, dan
S3. Tingkat pendidikan seseorang menentukan seberapa besar ilmu dan
keahlian seseorang yang telah didapatkan selama menjalani
pendidikannya dibangku sekolah maupun dibangku kuliah. Seseorang
yang hanya memiliki pendidikan sebatas pada tingkat SMP akan
berbeda dengan mereka yang pendidikannya pada tingkat SMA / SMK,
seseorang yang pendidikannya sebatas pada tingkat SMA / SMK akan
berbeda dengan mereka yang pendidikannya pada tingkat S1, begitupun
seterusnya. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi
biasanya memiliki pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
mereka yang berpendidikan rendah. Begitupun pengetahuan mengenai
kewirausahaan, karena biasanya pengetahuan mengenai kewirausahaan
diajarkan pada saat memasuki pendidikan tingkat SMA / SMK maupun
di bangku perkuliahan.
Seorang anak yang memiliki orang tua dengan pendidikan yang
tinggi, pastinya akan dibimbing dan dibina oleh orangtuanya dalam
keluarga / orang tua yang tidak memiliki pendidikan yang tinggi
pastinya juga akan dibimbing dalam menata masa depannya walaupun
dengan cara dan perlakukan yang berbeda dibandingkan dengan orang
tua yang memiliki pendidikan yang tinggi. Dalam hal ini, akan terlihat
bahwa tingkat pendidikan orangtua akan memiliki hubungan terhadap
perkembangan seorang anak, dalam penelitian ini difokuskan pada
hubungan tingkat pendidikan orang tua dalam menumbuhkan jiwa
kewirausahaan pada seorang anak.
E. Paradigma Penelitian
Berdasarkan pada deskripsi dan kerangka berpikir di atas, maka dibuat
paradigma penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1
Paradigma Penelitian
Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah
(X1)
Tingkat Pendidikan Orang Tua
(X2)
Jiwa Keiwirausahaan
Melalui diagram 2.1, maka dapat diketahui bahwa ada hubungan
antara partisipasi siswa di koperasi sekolah (X1) dan tingkat pendidikan
orang tua (X2) dengan jiwa kewirausahaan (Y).
F. Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara yang belum final dan
masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam pengertian ini
merupakan perumusan jawaban atas dugaan sementara terhadap
pernyataan yang diajukan dalam rumusan masalah, sehingga hipotesis ini
harus di uji atau dibuktikan kebenarannya berdasarkan kerangka berpikir
diatas melalui pengumpulan data dan analisa data. Berdasarkan
permasalahan dan kerangka teoritik yang disajikan dalam penelitian, maka
perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis I
tidak ada hubungan antara partisipasi siswa di koperasi sekolah
dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan.
ada hubungan partisipasi siswa di koperasi sekolah dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan.
b. Hipotesis II
tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan
menumbuhkan jiwa kewirausahaan.
ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian
korelasional. Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian
untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau
lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga
tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328).
Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan
mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat
mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini
biasanya melibatkan ukuran statistik / tingkat hubungan yang disebut
dengan korelasi (Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan
Vismaia, 2009:25).
Penelitian ini menjelaskan tentang “Hubungan Partisipasi Siswa di
Koperasi Sekolah Dan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa – Siswi Kelas XI SMK Negeri di Kabupaten Sleman
Yogyakarta”.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Lokasi penelitian adalah di seluruh SMK Neger 1 Depok, SMK Negeri
1 Godean dan SMK Negeri 2 Godean di Kabupaten Sleman.
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai April 2017.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Negeri.
2. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah
partisipasi siswa di koperasi sekolah dan tingkat pendidikan orang tua
dengan jiwa kewirausahaan.
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi penelitian
Menurut Sangadji, Etta Mamang (2010:185), populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas: subyek atau obyek dengan
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi bukan
hanya orang, tetapi juga obyek dan benda - benda alam lain. Dalam
SMK Negeri se - kabupaten Sleman. jumlah populasi penelitian ini
adalah 8555 siswa. Berikut merupakan rincian dari data sekolah –
sekolah adalah:
Tabel 3.1
Data Populasi Siswa SMK Negeri di Kabupaten Sleman
No Nama Sekolah Status Jumlah Siswa
1 SMK N 1 Cangkringan Negeri 923
2 SMK N 1 Depok Negeri 848
3 SMK N 2 Depok Negeri 2073
4 SMK N 1 Godean Negeri 947
5 SMK N 2 Godean Negeri 624
6 SMK N 1 Kalasan Negeri 1073
7 SMK N 1 Sayegan Negeri 1216
8 SMK N 1 Tempel Negeri 851
Total 8.555
2. Sampel
Menurut Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah (2010:186), sampel
adalah bagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah
siswa-siswi kelas XI SMK Negeri 1 Depok, SMK Negeri 1 Godean dan
SMK Negeri 2 Godean jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
368. Menurut Sukardi (2016:55) untuk menentukan jumlah sampel
ditentukan berdasarkan rumus formula empiris yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
S = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
= nilai tabel chisquare untuk satu derajad kebebasan reltif
level konfiden yang diinginkan = 3,841 tingkat
kepercayaan 0,95.
P = Proporsi populasi sebagai dasar asumsi pembuatan tabel.
Harga ini diambil P = 0,50.
d = derajat ketepatan yang direfleksikan oleh kesalahan yang
dapat ditoleransi dalam fluktuasi proporsi sampel P, d
umumnya diambil 0,05.
Berikut merupakan perhitungan sampel sebagai berikut:
= 367,6369139
= 368 Pembulatan
Tabel 3.2
Data SMK Negeri sebagai Sampel Penelitian
No Nama Sekolah Status Jumlah Siswa
2 SMK N 1 Depok Negeri 117
4 SMK N 1 Godean Negeri 101
5 SMK N 2 Godean Negeri 150
3. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah dengan
menggunakan teknik purporsive sampling, yaitu anggota yang diambil sudah ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian dan
mengabaikan peluang anggota lain dari anggota populasi yang tidak
dipilih (Suharsimi Arikuntoro, 2002:117). Sampel yang diambil
adalah seluruh siswa-siswi kelas XI jurusan pemasaran, akuntansi,
busana dan boga di SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean dan SMK N 2
Godean.
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel Penelitian
Menurut Muhadi (2011:21), variabel adalah konsep yang diberi
lebih dari satu nilai. Setelah mengemukakan beberapa proporsi
berdasarkan konsep dan teori tertentu, peneliti perlu menentukan
variabel-variabel penelitian dan selanjutnya merumuskan hipotesis
berdasarkan hubungan antar variabel. Disamping berfungsi sebagai
pembeda, variabel-variabel juga berkaitan dan saling mempengaruhi
satu sama lain. dalam penelitian ini terdapat dua variabel pokok yaitu
Variabel bebas (Independent variable) dan variabel terikat (Dependent
a. Variabel bebas (Independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen
(Muhadi, 2011:22). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
partisipasi siswa dikoperasi sekolah (X1) dan tingkat pendidikan
orang tua (X2)
b. Variabel terikat (Dependent variable)
Variabel terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Muhadi,
2011:22). Variable terikat dari penelitian ini adalah jiwa
kewirausahaan Y.
2. Pengukuran Variabel
Variabel partisipasi siswa di koperasi sekolah (X1), tingkat
pendidikan orang tua (X2 ) dan jiwa kewirausahaan (Y) merupakan
variabel interval dan diukur dengan menggunakan skala Likert.
Menurut Sugiyono (2014: 168) skala likert adalah skala yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang/kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,
fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert,
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item - item instrumen yang dapat berupa pernyataan
atau pertanyaan. Skala Likert yang digunakan telah dimodifikasi yaitu
disediakan dalam empat opsi jawaban yang bervariasi untuk setiap
pertanyaan. Berikut penskoran setiap variabel:
a. Variabel partisipasi siswa di koperasi sekolah yang terdiri dari
partisipasi dalam keanggotaan koperasi dan partisipasi dalam
keterlibatan aktif siswa di koperasi sekolah. Adapun penentuan
skor dalam opsi jawaban sebagai berikut:
Tabel 3.3
Partisipasi siswa di Koperasi Sekolah
Partisipasi dalam keanggotaan koperasi
Kriteria Jawaban Skor
a. 4
b. 3
c. 2
d. 1
Partisipasi dalam keanggotaan koperasi
Kriteria Jawaban Skor
a. 4
b. 3
c. 2
b. Variabel jenis pendidikan orang tua dapat diukur menggunakan
kuesioner. Adapun penentuan skor dalam opsi jawaban sebagai
berikut:
Tabel 3.4
Jenis Pendidikan Orang Tua
Jenis pendidikan orang tua Skor
a. Tamatan Sarjana / akademik 4
b. Tamatan SMA / SMK 3
c. Tamatan SMP 2
d. Tamatan SD 1
c. Variabel jiwa kewirausahaan yang terdiri dari percaya diri,
berorientasi pada tugas dan hasil, pengambilan resiko,
kepemimpinan, kerja keras, dan kreatif dan inovatif,. Adapun
penentuan skor dalam opsi jawaban sebagai berikut:
Tabel 3.5 Jiwa Kewirausahaan
Percaya Diri
Kriteria Jawaban Skor
a. 4
b. 3
c. 2
d. 1
Pengambilan resiko
Kriteria Jawaban Skor
a. 4
b. 3
c. 2
Kepemimpinan
Kriteria Jawaban Skor
a. 4
b. 3
c. 2
d. 1
Kerja Keras
Kriteria Jawaban Skor
a. 4
b. 3
c. 2
d. 1
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Menurut Muhadi (2011: 40) kuesioner adalah suatu daftar yang
berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang
yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2008:142) kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Arikunto, Suharsimi (2013:151) angket
atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Dipandang dari cara
menjawabnya angket dibedakan menjadi dua yaitu angket bentuk
terbuka dan angket bentuk tertutup. Dipandang dari jawaban yang
diberikan dibagi menjadi dua, yaitu angket yang bersifat langsung dan
pengumpulan data menggunakan bentuk tertutup dan bersifat
langsung karena responden tinggal memilih jawaban yang dianggap
sesuai dengan pendapatnya. Dalam penelitian ini, kuisoner dilakukan
untuk pengumpulan data tentang partisipasi siswa di koperasi dan
tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausaan. Kuesioner
diberikan kepada responden berupa daftar pertanyaan yang sudah
dipersiapkan sebelumnya dan responden memberikan jawaban pada
kolom yang telah disediakan dengan memberi tanda (X) pada jawaban
yang sesuai.
2. Penyusunan Kuesioner
Agar kuesioner yang dibagikan kepada responden dapat
memberikan gambaran mengenai jiwa kewirausahaan di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri (SMK) se - Sleman, maka terlebih dahulu
dibuat kisi - kisi penyusunan kuesioner. Penyusunan kisi - kisi
dilakukan untuk memperoleh kuesioner yang memiliki validitas
kountruk dan validitas isi, adapun kisi - kisi kuesioner sebagai berikut:
Tabel 3.6
Operasional Variabel Partisipasi Siswa dikoperasi Pernyataan masuk di lampiran
VARIABEL INDIKATOR Item
Positif Negatif aktif siswa di koperasi sekolah
Tabel 3.7
Jenis Pendidikan Orang Tua
VARIABEL INDIKATOR Item
Positif Negatif
Jenis Pendidikan Orang tua
Jenis pendidikan orang tua 1,2
Tabel 3.8
Operasional Variabel Jiwa Kewirausahaan
VARIABEL INDIKATOR Item
Positif Negatif
Jiwa Kewirausahaan Percaya diri 1,2 3
Berorientasi pada tugas dan hasil
4 5
Pengambilan resiko 6 7
Kepemimpinan 8,9,10 11
Kerja keras 12,13
Kreatif dan inovatif 14,15,16,17,
18
c. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas tes adalah tingkat sesuatu tes mampu mengukur apa
yang hendak diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau
valid tidaknya suatu kuesioner. Jadi validitas adalah suatu ukuran