• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unjuk kerja pompa air energi termal menggunakan fluida kerja petroleum eter dengan laju massa fluida kerja 4,3 liter menit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Unjuk kerja pompa air energi termal menggunakan fluida kerja petroleum eter dengan laju massa fluida kerja 4,3 liter menit"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

i

UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL

MENGGUNAKAN FLUIDA KERJA PETROLEUM ETER

DENGAN LAJU MASSA FLUIDA KERJA 4,3 LITER/MENIT

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Sarjana S-1

Program Studi Teknik Mesin

Oleh :

PERMANA PANJI

NIM : 105214081

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

PERFORMANCE OF THERMAL ENERGY WATER PUMP

WHICH USED PETROLEUM ETHER AS WORKING FLUIDS

WITH MASS FLOW RATE FLUIDS IS 4,3 LITER/MINUTE

FINAL PROJECT

Presented as partitial fulfilment of the requirement to obtain the Sarjana Teknik degree

in Mechanical Engineering

Presebted by

PERMANA PANJI

Student Number : 105214081

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

DEPARTMENT OF MECHANICAL ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

INTISARI

Masyarakat membutuhkan air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selama ini masyarakat menggunakan pompa air dengan energi listrik atau bahan bakar fosil untuk mengalirkan air dari sumbernya. Tidak semua daerah terjangkau aliran listrik atau distribusi bahan bakar minyak. Penggunaan tenaga manual sebagai solusi tidak efisien dalam segi waktu. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pompa air tenaga termal. Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah membuat model pompa air tenaga termal dengan pemanas berupa pipa tembaga dan pemisah uap, menyelidiki debit, daya pemompaan, efisiensi pompa, dan efisiensi termal maksimum yang dapat dihasilkan pompa. Fluida kerja yang digunakan adalah petroleum eter. Evaporator terdiri dari delapan pipa tembaga yang dipanasi dengan uap minyak sayur panas yang tersusun pararel dengan posisi horisontal. Kondensor berupa pipa spiral dari stainlees steel. Variabel yang divariasikan, jumlah tabung udara tekan, volume awal udara tekan (12 liter dan 9,5 liter), jumlah volume awal fluida kerja (2,51 liter dan 1,26 liter), dan tinggi head pemompaan (2,35 m dan 1,35 m). Variabel yang diukur temperatur minyak pemanas bagian bawah, temperatur minyak pemanas bagian atas, temperatur fluida kerja cair masuk evaporator, temperatur fluida kerja cair keluar evaporator, tekanan pada fluida kerja cair yang masuk ke pemanas, tekanan pada bagian tabung air tekan, tekanan pada bagian tabung udara tekan, kenaikan air pada tabung udara tekan, volume pemompaan, waktu pemompaan, waktu pemanasan, dan waktu pendinginan. Dari penelitian didapat hasil debit pemompaan maksimum tiap siklus sebesar 0,77 liter/menit, daya pemompaan maksimum sebesar 0,46 watt, efisiensi pemompaan maksimum sebesar 0,031% didapat pada variasi volume fluida kerja cair mula-mula sebesar 2,51 liter, menggunakan dua tabung udara tekan, volume udara tekan 12 liter dan ketinggian head pemompaan 2,5 m. Efisiensi termal maksimum sebesar 87,51 % didapat pada variasi volume fluida kerja cair mula-mula 2,51 liter, menggunakan satu tabung udara tekan, volume udara tekan 5,9 liter, dan ketinggian head pemompaan 2,35 m.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat yang diberikan dalam penyusunan Tugas Akhir ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

Tugas Akhir ini merupakan sebagai salah satu syarat yang wajib untuk setiap mahasiswa Jurusan Teknik Mesin. Tugas Akhir ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Berkat bimbingan, dukungan dan nasihat dari berbagai pihak, akhirnya Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si, M.Sc. Selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ir. PK. Purwadi, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. I Gusti Ketut Puja, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Akademik dan dosen pembimbing 1 tugas akhir.

4. A. Prasetyadi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing 2 Tugas Akhir.

5. Ir. Franciscus Asisi Rusdi Sambada, M.T. selaku Dosen Pendamping yang telah membantu dalam menyelesaikan alat penelitian.

6. Narima dan Suyatmi selaku Bapak dan Ibu saya yang telah memberi dukungan baik material maupun spiritual hingga saat ini.

(9)
(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ... i

TITLE PAGE. ... ii

HALAMAN PENGESAHAN. ... iii

DAFTAR DEWAN PENGUJI. ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR. ... v

LEMBAR PUBLIKASI. ... vi

INTISARI. ... vii

KATA PENGANTAR. ... viii

DAFTAR ISI. ... x

DAFTAR GAMBAR. ... xii

DAFTAR TABEL. ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

l.1 Latar Belakang. ... 1

1.2 Perumusan Masalah. ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian. ... 5

1.5 Batasan Masalah, ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ... 7

2.1 Dasar Teori. ... 7

2.2 Persamaan Yang Digunakan. ... 9

2.3 Penelitian Terdahulu. ... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……...………….………….. ... 14

(11)

xi

3.2 Variabel Yang Divariasikan ... 18

3.3 Variabel Yang Diukur……… ... 22

3.4 Langkah Penelitian... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 25

4.1 Hasil Penelitian… ... 25

4.2 Pembahasan ... 34

BAB V PENUTUP ... 44

5.1 Kesimpulan ... 44

5.2 Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Skema Alat Penelitian ... 14

Gambar 3.2 Skema Pemisah Uap ...16

Gambar 3.3 Debit Aliran Fluida Kerja Cair ... 19

Gambar 3.4 Variasi volume fluida kerja cair mula-mula ... 20

Gambar 3.6 Variasi jumlah tabung udara tekan ... 21

Gambar 3.7 Posisi termokopel dan manometer... 23

Gambar 4.1 Grafik perbandingan debit air pemompaan pada variasi jumlah tabung udara tekan ... 35

Gambar 4.2 Grafik perbandingan daya pemompaan pada variasi jumlah tabung udara tekan ... 35

Gambar 4.3 Grafik perbandingan efisiensi pompa pada variasi jumlah tabung udara tekan ... 36

Gambar 4.4 Grafik perbandingan debit air pemompaan pada variasi volume fluida kerja cair mula mula...38

Gambar 4.5 Grafik perbandingan daya pemompaan pada variasi volume fluida kerja cair mula-mula ... 38

Gambar 4.6 Grafik perbandingan efisiensi pompa pada variasi volume fluida kerja cair mula-mula ... 39

Gambar 4.7 Grafik perbandingan debit air pemompaan pada variasi ketinggia head pemompaan ... 40

Gambar 4.8 Grafik perbandingan daya pemompaan pada variasi ketinggian head pemompaan ... 41

Gambar 4.9 Grafik perbandingan efisiensi pompa pada variasi ketinggian head pemompaan ... 41

Gambar L.1 Alat penelitian pompa air termal. ... 46

(13)

xiii

Gambar L.2 Pemanas fluida kerja cair ... 46

Gambar L.3 Tabung pemisah uap. ... 46

Gambar L.4 Kondensor... 47

Gambar L.5 Penampung fluida kerja. ... 47

Gambar L.6 Tabung air tekan. ... 47

Gambar L.7 Tabung udara tekan. ... 47

Gambar L.8 Manometer udara. ... 48

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data penelitian pada variasi jumlah tabung udara mengunakan dua tabung udara tekan dan satu tabung udara tekan ... 26 Tabel 4.2 Data penelitian pada variasi jumlah massa fluida mula – mula pada pemanas dan kondensor ... 27 Tabel 4.3 Data penelitian pada variasi ketinggian head pemompaan

2,35 m dan 1,35 m ... 27 Tabel 4.4 Data perhitungan pada variasi jumlah tabung udara mengunakan

dua tabung udara tekan dan satu tabung udara tekan ... 33 Tabel 4.5 Data perhitungan pada variasi jumlah massa fluida mula–mula

pada pemanas dan kondensor ... 33 Tabel 4.6 Data perhitungan pada variasi ketinggian head pemompaan

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia harus memenuhi kebutuhannya untuk

dapat bertahan hidup. Pangan adalah salah satu kebutuhan pokok bagi manusia.

Kebutuhan akan pangan diwujudkan dalam kebutuhan akan makanan dan

minuman. Air adalah salah satu bahan yang selalu ada pada makanan dan minuman.

Kebutuhan akan air menjadi kebutuhan pokok untuk menjamin kelangsungan

kehidupan manusia. Pada kenyataannya ketersediaan air yang memenuhi syarat

untuk memenuhi kebutuhan manusia di atas sering menjadi masalah, sumber air

tidak selalu berada sesuai dengan tempat air tersebut diperlukan. Alat bantu yang

dipakai untuk mengalirkan air dari sumber air ke tempat yang diperlukan adalah

pompa air.

Pompa air pada umumnya digerakkan dengan energi listrik atau dengan

bahan bakar fosil. Penggunaan pompa air sangat membantu ketersediaan air pada

daerah yang memiliki jaringan listrik dan bahan bakar yang baik. Beberapa daerah,

terutama di Indonesia masih belum terjangkau aliran listrik dan sarana transportasi

yang memadai. Di daerah tertinggal seperti ini, pemanfaatan pompa dengan bahar

bakar fosil akan menyebabkan mahalnya harga penyediaan air. Hal ini akan

mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan yang lain.

(16)

sumber air dengan cara manual yaitu dengan menggunakan tenaga manusia.

Penggunaan tenaga manusia ini merupakan tindakan yang tidak efektif. Masyarakat

harus kehilangan waktu untuk melakukan kegiatan yang lebih produktif. Waktu dan

tenaga yang digunakan untuk mengambil air bisa digunakan untuk hal lain yang

lebih produktif.

Setiap daerah memiliki karakteristik alam yang berbeda antara satu dengan

lainnya. Pemanfaatan energi alam bisa menjadi salah satu alternatif solusi sumber

energi pompa air. Energi surya merupakan salah satu energi bebas yang terdapat di

alam dan sebagai Negara tropis Indonesia mempunyai banyak daerah dengan

potensi energi surya yang dihasilkan dari panas matahari yang cukup besar.

Pemanfaatan energi surya pada umunya berupa sel surya dan kolektor surya. Sel

surya masih tergolong teknologi tinggi dan mahal sehingga jarang digunakan di

daerah pada negara berkembang. Kolektor surya merupakan teknologi yang

sederhana dan murah. Pemanfaatan kolektor surya memiliki peluang untuk dapat

digunakan untuk memompa air pada daerah tertinggal.

1.2 Perumusan Masalah

Kerja pemompaan dihasilkan oleh proses penguapan dan pengembunan

fluida kerja. Saat terjadi proses penguapan, tekanan fluida kerja akan naik, kenaikan

tekanan ini digunakan untuk mengalirkan air dari pompa ke empat air tersebut

diperlukan. Saat terjadi proses pengembunan tekanan fluida kerja akan turun,

(17)

pompa air. Proses penguapan fluida kerja memerlukan energi panas dan proses

pengembunan memerlukan pendinginan. Energi panas diperoleh dari energi surya

dan pendinginan dilakukan oleh fluida pendingin seperti udara atau air. Unjuk kerja

pompa air ditentukan oleh kecepatan penguapan dan pengembunan fluida kerja.

Kecepatan penguapan dan pengembunan fluida kerja ditentukan oleh sifat-sifat dan

jumlah massa fluida kerja yang digunakan serta beban ( head ) pemompaan.

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Fluida kerja yang digunakan harus mempunyai sifat mudah menguap

(mempunyai kapasitas panas dan titik didih yang tidak terlalu tinggi) tetapi juga

mudah untuk diembunkan kembali. Fluida yang mempunyai sifat seperti ini

diantaranya adalah dietil eter dan petroleum eter. Dietil eter dan petroleum eter

yang dijual dipasaran umumnya tidak memiliki spesifikasi yang jelas dan tidak

sama antara satu toko dan toko lainnya. Penelitian ini akan menjajagi

kemungkinan apakah petroleum eter yang ada di pasaran ( khususnya di

Yogyakarta ) dapat digunakan sebagai fluida kerja pada pemanfaatan Pompa

energi termal. Penggunaan fluida kerja dalam penelitian ini yaitu petroleum eter

yang mempunyai titik didih sebesar 40 - 60°C dengan berat jenis 0,6 gr/cm²,

atau tergantung pada komposisinya.

2. Jumlah massa fluida kerja yang lebih banyak dapat menghasilkan kenaikan

tekanan yang lebih besar tetapi dengan kecepatan penguapan yang lebih rendah

dibandingkan jumlah massa fluida kerja yang lebih sedikit. Demikian juga pada

proses pengembunan, jumlah massa fluida kerja yang lebih banyak dapat

(18)

pengembunan yang lebih lambat. Penelitian ini akan meneliti bagaimana

pengaruh jumlah massa fluida kerja yang digunakan ( petroleum eter ) terhadap

unjuk kerja pompa air energi termal dengan sistem termodinamik.

3. Beban ( head pemompaan ) juga akan berpengaruh terhadap kecepatan

penguapan dan pengembunan fluida kerja sehingga akan mempengaruhi unjuk

kerja pompa air yang dihasilkan. Penelitian ini akan meneliti bagaimana

pengaruh beban pemompaan terhadap unjuk kerja pompa air dengan sistem

termodinamik.

4. Volume udara tekan juga akan berpengaruh terhadap tekanan yang dihasilkan

oleh udara yang terkompresi dalam tabung udara tekan sehingga akan

mempengaruhi juga terhadap unjuk kerja pompa air energi termal dengan

sistem termodinamik.

5. Volume fluida kerja cair ( petroleum eter ) pada pemanas dan kondensor saat

pemanasan juga mempengaruhi terhadap unjuk kerja pompa air energi termal

dengan sistem termodinamik.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini :

1. Membuat model pompa air tenaga termal dengan pemanas berupa pipa tembaga

yang disusun secara parallel dan dilengkapi dengan pemisah uap.

2. Meneliti debit maksimum pemompaan.

3. Meneliti daya maksimum pemompaan.

(19)

5. Meneliti efisiensi termal pada pemanas.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Menambah kepustakaan tentang teknologi pompa air energi termal.

2. Mendapatkan data konfigurasi sistem pemompaan air dengan tenaga termal

yang bisa menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya dalam pengembangan

sistem pompa air tenaga termal.

3. Hasil-hasil penelitian diharapkan dapat dikembangkan untuk membuat

prototipe dan produk teknologi pompa air energi termal yang efektif dan efisien

sehingga dapat diterima masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan.

4. Mengurangi ketergantungan penggunaan minyak bumi dan energi listrik untuk

penggerak pompa air.

1.5 Batasan Masalah

Batasan dari penelitian yang dilakukan adalah :

1. Pada penelitian ini dibuat model pompa air energi termal dengan pemanas

berupa pipa-pipa tembaga yang disusun secara parallel dan menggunakan

pemisah uap; dimana fluida yang dipanasi berupa fluida eter (petroleum eter).

2. Pada penelitian ini, pemanfaatan panas dari surya di dekati dengan

menggunakan kompor pemanas sebagai sumber panas, yang selanjutnya

digunakan untuk memanasi pipa-pipa yang dialiri fluida kerja. Kompor

(20)

disebut juga daya pemanas (input). Daya pemanas (input) ini digunakan dalam

perhitungan mencari efisiensi termal pompa.

3. Pada penelitian ini, daya pemanas (output) yaitu daya yang dihasilkan dari

proses pemanasan dan digunakan dalam proses pemompaan, didekati dengan

menghitung perpindahan panas yang terjadi pada pipa pemanas yang dialiri

fluida kerja secara konveksi dan dipanasi dalam wadah berisi minyak sebagai

penghantar panas dari kompor pemanas.

4. Berat jenis eter pada kondisi cair 0,6 gr/cm³. Berat jenis eter digunakan dalam

perhitungan untuk mencari massa eter. Massa eter digunakan untuk perhitungan

daya pemanas.

5. Kalor laten penguapan petroleum eter 390 kJ/kg. Kalor laten penguapan eter

digunakan dalam perhitungan daya pemanas.

6. Tekanan udara tergantung pada ketinggian suatu tempat dari permukaan laut.

Dalam penelitian yang dilakukan tekanan udara sekitar dibutuhkan untuk

perhitungan kompresi udara. Tekanan udara sekitar diasumsikan 1 bar.

7. Debit aliran fluida kerja cair yang mengalir ke pemanas pada saat pemanasan

sebesar 4,3 liter/menit. Debit akan divariasikan dengan variasi jumlah massa

fluida kerja mula-mula, variasi jumlah tabung udara tekan, dan variasi head

(21)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Dasar Teori

Pompa air termal dapat memakai energi surya sebagai sumber panas.

Pemanfaatan energi surya untuk menghasilkan energi mekanik penggerak pompa

air dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu metode termodinamik dan metode

konversi langsung. Pada metode termodinamik, energi termal surya dikumpulkan

dengan menggunakan kolektor termal baik jenis pelat datar maupun fokus. Energi

termal ini berfungsi untuk menaikkan temperatur dan tekanan fluida kerja. Fluida

kerja dengan temperatur dan tekanan tinggi ini dimanfaatkan secara langsung

maupun secara tidak langsung (dengan fluida kerja kedua) untuk menghasikan

energi mekanik. Energi mekanik yang dihasilkan digunakan untuk menggerakan

pompa air, baik dengan menggunakan pompa air konvesional (dengan siklus

rankine, brayton atau stirling) maupun pompa air dengan desain khusus. Pompa air

dengan desain khusus dapat dikelompokkan berdasarkan media pendingin uap

fluida kerjanya yaitu berpendingin udara atau air. Pada metode konversi langsung

energi surya dikonversikan menjadi energi listrik (dengan photovoltaic),

thrmolektrik atau thermionik), energi listrik yang dihasilkan digunakan motor

listrik untuk menggerakkan pompa air.

Pompa air energi termal pada umumnya memiliki beberapa komponen

utama yaitu penggerak pompa air, kondensor, dan pompa air. Pompa air yang

(22)

bawah permukaan air. Kondensor digunakan untuk mengefektifkan pendinginan,

agar pengembunan berjalan dengan baik. Pendinginan dilakukan dengan

menggunakan fluida air. Pada penelitian ini kondensor yang digunakan berbentuk

spiral (melingkar seperti pegas) yang terbuat dari stainlees steel. Dalam penggerak

pompa air terdapat penampung fluida kerja cair dan pemanas fluida kerja. Pemanas

fluida kerja memanfaatkan panas dari uap air panas. Pemanasan fluida kerja dapat

dilakukan dengan memanfaatkan sumber panas yang lain seperti energi surya

termal atau penggunaan minyak panas. Fluida kerja yang digunakan dalam

penelitian ini adalah fluida eter (petroleum eter).

Prinsip kerja pompa air ini adalah memanfaatkan panas yang didapat dari

panas uap air. Pada saat bagian pemanas fluida kerja telah terpanasi, katup

penampung fluida kerja cair dibuka. Fluida kerja masuk ke bagian pemanas dan

terpanasi kemudian menguap. Uap yang terbentuk mendorong air di tabung tekan

air yang terhubung ke tabung udara tekan. Terjadi proses kompresi di tabung udara

tekan selama uap fluida kerja terus terbentuk. Air dari pompa benam akan terpompa

selama ada kenaikan tekanan di tabung udara tekan. Pada saat fluida kerja yang

dipanasi telah habis, tekanan udara di tabung tekan turun. Katup penampung fluida

kerja cair ditutup agar fluida cair yang terbentuk tidak langsung masuk ke bagian

pemanas. Kondensor didinginkan dengan fluida pendingin air sehingga uap fluida

kerja mengembun. Pengembunan fluida kerja menyebabkan tekanan di bagian

penggerak pompa turun sehingga air dari tabung udara tekan masuk ke tabung tekan

air. Air di tabung udara tekan akan kembali ke posisi awal saat volume fluida kerja

(23)

tabung udara tekan menyebabkan air masuk ke pompa benam. Siklus dapat

dilakukan kembali selama ada sumber panas yang cukup untuk menguapkan fluida

kerja. Setiap satu langkah penguapan fluida kerja dan satu langkah pengembunan

fluida kerja disebut sebagai satu siklus pemompaan. Langkah penguapan fluida

kerja disebut juga langkah tekan pompa. Langkah pengembunan fluida kerja

disebut juga langkah hisap. Pompa benam dilengkapi dengan dua katup searah.

Katup searah terletak di sisi hisap dan sisi tekan. Fungsi katup adalah untuk

mengatur agar pada saat langkah tekan, air mengalir hanya melewati sisi tekan dan

pada saat langkah hisap, air yang terhisap hanya dari sisi hisap.

2.2Persamaan yang Digunakan

Untuk mengetahui unjuk kerja pompa air energi termal maka diperlukan

persamaan yang dapat membantu untuk menganalisa dan mengetahui unjuk kerja

system. Unjuk kerja poma air energi termal dinyatakan dengan daya pompa dan

efisiensi pompa. Efisiensi pompa merupakan perbandingan antara daya pompa

dengan daya pemanas tiap satuan waktu.

Daya pemompaan dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut :

H

Q

g

ρ

P

pompa

(1) dengan ρ adalah massa jenis air, g adalah percepatan gravitasi, Q adalah

(24)

Dalam perhitungan daya pemanas dilakukan menggunakan pendekatan

perpindahan kalor yang terjadi pada kompor pemanas menuju pipapipa pemanas

yang dialiri fluida kerja cair. Diasumsikan bahwa perpindahan kalor yang terjadi

yaitu secara konveksi, dari minyak pemanas menuju permukaan luar pipa

pemanas.Sedangkan perpindahan kalor secara konduksi diabaikan, karena kecil

pengaruhnya terhadap daya pemanas. Dalam perhitungan daya pemanas perlu

terlebih dahulu menentukan koefisien rata-rata perpindahan panas pada

permukaan pipa (h), melalui penentuan sifat-sifat fluida dan perhitungan nilai

bilangan Rayleigh (Ra) dan bilangan Nusselt (Nu). Persamaan yang digunakan

untuk mencari nilai bilangan Rayleigh pada perpidahan kalor secara konveksi

adalah sebagai berikut :

Pr

Dengan g adalah kecepatan gravitasi, β adalah koefisien volume exspansi, TS adalah

temperature permukaan pipa, T∞ adalah temperature fluida, Pr adalah bilangan

prandtl, v adalah viskositas kinematic.

Persamaan yang digunakan untuk mencari nilai bilangan Nusselt pada

perpindahan kalor secara konveksi di luar pipa atau permukaan pipa yang tercelup

fluida adalah sebagai berikut :

(25)

Persamaan yang digunakan untuk mencari nilai koefisien rata-rata

perpindahan panas pada permukaan pipa (h) adalah sebagai berikut :

Νu

h (4)

Dengan

κ

adalahn konduktivitas termal, δ adalah diameter pipa.

Daya pemanas merupakan energi yang diperlukan untuk menguapkan fluida

kerja tiap satuan waktu (Arismunandar, 1995). Persamaan yang digunakan adalah

sebagai berikut :

ΡpemanashΑΔΤ (5)

dengan h adalah koefisien rata-rata perpindahan panas pada permukaan pipa, A

adalah luas permukaan, ΔT adalah selisih temperatur.

Efisiensi pompa merupakan perbandingan antara daya pompa dengan daya

pemnanas (Arismunandar, 1995). Efisiensi pompa dapat duhitung dengan

persamaan sebagai berikut :

% 100 pemanas Daya

pompa Daya

 

pompa

(6)

Kompresi udara tekan merpakan besarnya tekanan yang terjadi akibat

perubahan volume udara pada massa udara tetap dalam tabung udara tekan (Cengel,

(26)

dengann P₁ adalah tekanan udara awal, P₂ adalah kompresi udara tekan V₁ adalah

Volume udara awal, V₂ adalah volume udara akhir.

Efisiensi termal merupakan perbandingan antara daya pemanas output

dengan daya pemanas input. Efisiensi thermal dapat duhitung dengan persamaan

sebagai berikut :

dengan daya pemanas output adalah energi yang diperlukan untuk menguapkan

fluida kerja tiap satuan waktu, daya pemanas input adalah energi yang

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian pompa air energi surya termal menunjukkan bahwa waktu yang

diperlukan untuk pengembunan uap fluida kerja dipengaruhi oleh debit dan

temperatur air pendingin yang masuk ke kondensor (Sumathy et. al., 1995).

Prototipe pompa air energi surya termal yang bekerja dengan siklus rankine diuji

dengan menggunakan fluida kerja Refrijeran 113 untuk mengetahui unjuk kerjanya

(Spindler et. al., 1996). Penelitian unjuk kerja pompa air energi surya termal dengan

menggunakan kolektor pelat datar seluas 1 m², pada variasi head 6, 8, dan 10 m

menunjukkan bahwa ukuran vesel uap fluida kerja berpengaruh pada unjuk kerja

pompa (Sumathy, 1999). Penelitian secara teoritis pompa air energi surya termal

(27)

bahwa efisiensi pompa dengan fluida kerja ethyl eter lebih tinggi 17% dibanding

n-pentane pada head 6 m (Wong, 2000).

Analisa termodinamika untuk mengetahui unjuk kerja pompa air energi

surya termal pada beberapa ketinggian head menunjukkan bahwa jumlah siklus tiap

satu hari tergantung waktu yang diperlukan untuk pemanasan fluida kerja dan

waktu yang diperlukan untuk pengembunan uap. Waktu pemanasan tergantung

pada jumlah fluida awal dalam sistem. Waktu pendinginan tergantung pada luasan

optimum koil pendingin (Wong, 2001a). Penelitian pompa air energi surya dengan

menggunakan kolektor pelat datar sederhana seluas 1 m² dengan fluida kerja ethyl

ether menghasilkan kapasitas pemompaan 700-1400 liter/hari tergantung

ketinggian head (6-10 m). Efisiensi sistem mencapai 0,34-0,42% (Wong, 2001b).

Penelitian pompa air energi surya termal dengan menggunakan metode matematis

menunjukkan unjuk kerja pompa ditentukan oleh fraksi uap dari siklus yang terjadi.

Naiknya temperatur maksimum pemanasan meningkatkan daya pemompaan,

sementara penurunan efisiensi disebabkan oleh kerugian panas karena proses

(28)

14

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

2.1Skema Alat

Pada penelitian ini pompa air energi termal memanfaatkan panas uap air

dimana panas inilah yang menjadi sumber panas. Fluida yang digunakan dalam

penelitian ini adalah eter (petroleum eter). Skema alat yang digunakan dalam

pelaksanaan penelitian ditunjukkan oleh gambar 3.1 dan foto alat penelitian

ditunjukkan pada lampiran gambar L1.

(29)

Bagian- bagian utama alat pada gambar 3.1 :

1. Pemanas yang terbuat dari pipa tembaga diameter ½ inci yang tersusun

horisontal dengan kemiringan tertentu, panjang 60 cm dan lebar 25 cm. Foto

pemanas ditunjukkan pada bagian lampiran gambar L.2.

2. Tabung pemisah uap dan cairan yang terbuat dari stainles steel dengan ukuran

tinggi 25 cm dan diameter 5 cm. Foto tabung pemisah uap ditunjukkan pada

bagian lampiran gambar L.3.

3. Kondensor yang terbuat dari pipa stainles steel yang dibentuk spiral dengan

ukuran panjang keseluruhan 7 cm dan diameter ¾ inci. Foto kondensor

ditunjukkan pada bagian lampiran gambar L.4.

4. Tabung penampung eter yang terbuat dari stailees steel dengan ukuran tinggi

20 cm dan diameter 15 cm. Foto tabung penampung eter ditunjukkan pada

bagian lampiran gambar L.5.

5. Tabung air tekan yang terbuat dari stainlees steel dengan ukuran tinggi 100 cm

dan diameter 40 cm. Foto tabung air tekan ditunjukkan pada bagian lampiran

gambar L.6.

6. Tabung udara tekan yang terbuat dari pipa PVC dengan ukuran tinggi 2 m dan

diameter 4 inci. Foto tabung udara tekan ditunjukkan pada bagian lampiran

gambar L.7.

7. Sumur yang berfungsi untuk penyuplai air terbuat dari pipa PVC dengan ukuran

tinggi 1 m dan diameter 4 inci.

8. Pompa benam yang terbuat dari pipa PVC dengan ukuran tinggi 2 m dan

(30)

9. Kran.

10.Katub searah pada sisi hisap.

11.Katub searah pada sisi tekan.

12.Manometer tekanan, Foto manometer tekanan ditunjukkan pada bagian

lampiran gambar L.8.

Pada penelitian ini digunakan tabung pemisah uap yang bertujuan untuk

memisahkan uap fluida kerja dengan fluida kerja cair yang terbawa bersama aliran

uap fluida kerja dengan skema sesuai dengan gambar 3.2.

Gambar 3.2 Skema pemisah uap Uap fluida kerja yang menuju kondensor.

Campuran uap fluida kerja dan fluida kerja cair dari pemanas.

(31)

Proses kerja alat penelitian dimualai dengan memanasi pemanas dengan

menggunakan panas uap minyak panas, posisi pemanas terendam oleh minyak.

Katub penghubung kondensor dan tabung air tekan dalam kondisi terbuka. Katup

penghubung penampung fluida kerja cair dan pemanas dibuka. Fluida kerja akan

memasuki pemanas dan terpanasi. Fluida kerja yang terpanasi akan menguap dan

uap fluida kerja akan mengalir ke pemisah uap. Uap fluida kerja yang menguap dan

mengalir ke pemisah uap tidak murni hanya uap saja tetapi ada fluida kerja cair

yang ikut terbawa aliran uap fluida kerja. Dalam pemisah uap, fluida kerja cair

terpisah dari uap fluida kerja. Fluida kerja cair kembali ke pemanas sedangkan uap

fluida kerja mengalir ke kondensor kemudian menuju tabung tabung air tekan. Air

dalam tabung air tekan terdorong oleh uap fluida kerja sehingga air keluar dari

tabung air tekan menuju ke tabung udara tekan dan menyebabkan tinggi air di

tabung udara tekan naik. Naiknya ketinggian air di tabung udara tekan

menyebabkan udara terkompresi. Udara yang terkompresi mendorong air di pompa

benam menyebabkan katup sisi tekan terbuka dan katup sisi hisap tertutup sehingga

air di pompa benam keluar melewati pipa buang. Pada saat fluida kerja cair yang

dipanasi sudah habis maka tidak ada lagi uap fluida kerja. Katup penghubung

pemanas dan penampung fluida cair ditutup. Proses pendinginan dilakukan dengan

menyiram kondensor dengan air. Uap fluida kerja yang ada dalam kondensor akan

mengembun. Pengembunan uap fluida kerja menyebabkan air dalam tabung air

tekan naik dan air di tabung udara tekan turun. Penurunan air di tabung udara tekan

menyebabkan udara tidak lagi terkompresi. Penurunan tekanan di tabung udara

(32)

pompa benam menyebabkan kevakuman sehingga katup sisi tekan tertutup dan

katup sisi hisap terbuka. Terbukanya katup sisi hisap menyebabkan air masuk ke

pompa benam. Pada saat volume fluida cair sudah kembali ke posisi yang

diinginkan, siklus bisa dimulai lagi dari awal.

2.2 Variabel yang divariasikan

Variasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Digunakan debit aliran fluida kerja cair yang mengalir ke pemanas pada saat

pemanasan sebesar 4,3 liter/menit. Kondisi ini ditunjukkan oleh Gambar 3.3.

2. Pengkondisian jumlah massa fluida kerja cair mula-mula pada pemanas dan

kondensor divariasikan sebanyak 3 variasi yaitu kondisi awal pemanas terisi

udara dengan tekanan 1 atm dan kondensor terisi penuh oleh fluida kerja cair

dengan jumlah massa fluida kerja cair 1,26 liter, kondisi awal pemanas dan

kondensor terisi penuh oleh fluida kerja cair dengan jumlah massa fluida kerja

cair 2,51 liter, dan kondisi awal pemanas dan kondensor terisi oleh udara

dengan tekanan 1 atm. Kondisi ini ditunjukkan oleh Gambar 3.4.

3. Variasi head pemompaan divariasikan sebanyak 2 variasi ketinggian yaitu 2,35

m dan 1,35 m. Kondisi ini ditunjukkan oleh Gambar 3.5.

4. Variasi jumlah tabung udara tekan divariasikan sebanyak 2 variasi yaitu dengan

menggunakan 2 tabung udara tekan dengan volume udara tekan 12 liter dan 1

tabung udara tekan dengan volume udara tekan 5,9 liter. Kondisi ini ditunjukkan

(33)

Gambar 3.3 debit aliran fluida kerja cair

Debit aliran fluida kerja cair dilakukan dengan mengatur pembukaan besar-

kecilnya kran atau katub pada tabung penampung air. Awalnya untuk

mengetahuinya digunakan gelas ukur untuk menghitung berapa debit yang mengalir

per satuan waktu. Pada saat proses kerja alat berlangsung debit aliran fluida kerja

cair dilakukan pada saat posisi fluida kerja cair di kondensor dan pemanas habis

dan temperatur pada pipa masuk dan keluar fluida kerja cair ke pemanas (T3 dan

T4) pada posisi temperatur 60º C, pada saat inilah katub penghubung antara tabung

penampung fluida kerja cair dan pipa masuk fluida kerja cair ke pemanas dibuka

(34)

Gambar 3.4 Variasi volume fluida kerja cair mula-mula

Detil (a) adalah kondisi awal pemanas dan kondensor terisi udara dengan

tekanan 1 atm. Detil (b) adalah pemanas terisi udara dengan tekanan 1 atm dan

kondensor terisi penuh dengan fluida kerja cair dengan jumlah massa fluida 1,26

liter. Detil (c) adalah pemanas dan kondensor terisi penuh fluida kerja cair dengan

jumlah massa fluida kerja cair 2,51 liter.

(35)

Variasi head pemompaan dilakukan dengan mengatur ketinggian pipa

buang dari permukaan air sumur, dengan variasi ketinggian 2,35 m dan 1,35 m.

(36)

Variasi jumlah tabung udara dilakukan dengan mengatur kran atau katub

penghubung pada tabung udatra tekan pada bagian atas dan bawah. Jika yang akan

divariasikan hanya satu tabung maka katub penghubung salah satu tabung udara

tekan ditutup.

3.3Variabel yang diukur

Variabel yang diukur dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Temperatur minyak pemanas pada bagian bawah (T1).

2. Temperatur minyak pemanas pada bagian atas (T2).

3. Temperatur fluida kerja cair yang masuk ke pemanas (T3).

4. Temperatur uap fluida kerja yang keluar dari pemanas (T4).

5. Tekanan fluida kerja cair yang mengalir ke pemanas (P1).

6. Tekanan pada bagian tabung air tekan (P2).

7. Tekanan pada bagian tabung udara tekan (P3).

8. Kenaikan air pada tabung udara tekan (h).

9. Volume pemompaan (V).

10.Waktu pemompaan (t ).

11.Waktu pemanasan (t ).

12.Waktu pendinginan (t ).

Pengukuran temperatur menggunakan termokopel dan untuk pengukuran

waktu menggunakan stopwatch. Pengukuran volume menggunakan gelas ukur dan

(37)

bagian lampiran gambar L.8 dan foto termologger pada bagian lampiran gambar

L.9.

(38)

3.4Langkah penelitian

Penelitian dilakukan dengan prosedur yang sama pada tiap variasinya

sehingga dapat diperoleh hasil yang dapat dibandingkan antar variasi. Berikut

adalah langkah-langkah dilakukan untuk pengambilan data penelitian :

1. Penelitian diawali dengan pembuatan dan penyiapan alat seperti pada Gambar

3.1.

2. Pengambilan data dilakukan dengan mevariasikan debit aliran fluida kerja cair

yang mengalir ke pemanas.

3. Pada debit aliran fluida kerja cair dilakukan variasi jumlah fluida kerja

mula-mula atau pengkondisian awal pada kondensor dan pemanas.

4. Dilakukan juga variasi head pemompaan dan variasi jumlah tabung udara tekan.

5. Data yang dicatat adalah temperatur minyak pemanas pada bagian bawah (T1),

temperatur minyak pada bagian atas (T2), temperatur fluida kerja cair yang

masuk ke pemanas (T3), temperatur uap fluida kerja yang keluar dari pemanas

(T4), tekanan fluida kerja cair yang mengalir ke pemanas (P1), tekanan pada

bagian tabung air tekan (P2), tekanan pada bagian tabung udara tekan (P3),

kenaikan air pada tabung udara tekan (h), waktu pemompaan (t ), waktu

pemanasan (t ), waktu pendinginan (t ).

6. Langkah 3 dan 4 diulangi dengan variasi debit aliran fluida kerja cair yang

mengalir ke pemanas dengan memperkecil debit aliran fluida kerja cair yang

mengalir ke pemanas.

7. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan persamaan (1) sampai

(39)

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut adalah data hasil penelitian yang didapat dengan memvariasikan

volume fluida kerja mula-mula, debit aliran fluida kerja, head pemompaan, dan

jumlah tabung udara tekan yang digunakan. Adapun penjelasan mengenai

penamaan kolom dan baris adalah sebagai berikut :

Baris

Awal : Kondisi dimana proses pendinginan selesai dan fluida kerja belum masuk

ke pemanas. Dapat juga dikatakan awal siklus tekan atau akhir siklus hisap.

Akhir : Kondisi dimana proses pemompaan selesai. Ditandai dengan turunnya

ketinggian air di tabung udara tekan. Dapat dikatakan sebagai sebagai akhir siklus

tekan.

ΔVsumur : Jumlah volume yang masuk atau dihisap oleh pompa benam dari sumur

saat terjadinya proses pengembunan, ditandai dengan turunnya air di tabung air

pada sumur. Atau bisa disebut juga jumlah volume air yang dipompa keluar oleh

pompa pada saat proses pemompaan.

Kolom

T1 : Temperatur minyak pemanas pada bagian bawah.

T2 : Temperatur minyak pemanas pada bagian atas.

T3 : Temperatur fluida kerja cair yang masuk ke pemanas.

(40)

T4 : Temperatur uap fluida kerja yang keluar dari pemanas.

Vudara : Volume udara pad tabung udara tekan.

P1 : Tekanan fluida kerja cair padayang mengalir ke pemanas.

P2 : Tekanan pada bagian tabung air tekan.

P3 : Tekanan pada bagian tabung udara tekan.

tpanas : Lama waktu pemanasan fluida kerja cair. Dimulai dari awal siklus tekan

hingga akhir siklus tekan.

tpompa : Lama waktu pemompaan. Diukur ketika air mulai keluar dari ujung

tertinggi pipa buang hingga air berhenti mengalir.

tdingin : Lama waktu pendinginan. Dimulai dari akhir siklus tekan hingga volume

fluida cair kembali ke volume awal.

Vsumur : Volume air pada sumur dengan dua tabung

Tabel 4.1 Data penelitian pada variasi jumlah tabung udara mengunakan dua tabung udara tekan dan satu tabung udara tekan

2 Tabung Udara Tekan , volume udara tekan sebesar 12 liter

(41)

Catatan * Debit aliran fluida kerja 4,3 liter / menit, kondisi awal pemanas dan

Catatan * debit aliran fluida kerja 4,3 liter / menit , kondisi awal pemanas terisi udara dengan tekanan 1 atm dan kondensor terisi penuh fluida kerja cair

Pemanas dan kondensor terisi penuh fluida kerja cair, jumlah massa fluida mula-mula 2,51 liter

Kondisi T1

Pemanas terisi udara dan kondensor terisi penuh fluida kerja cair jumlah massa fluida mula-mula 1,26 liter

head pemompaan 2,35 m

Kondisi T1

head pemompaan 1,35 m

(42)

dengan jumlah massa fluida mula-mula 1,26liter, satu tabung udara tekan volume udara tekan 5,9 liter.

Dari data yang telah didapat, maka dapat dilakukan perhitungan untuk

mengaetahui unjuk kerja pompa air energi termal sesuai dengan variasi yang telah

dilakukan. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan data pertama pada

variasi debit aliran fluida kerja 4,3 liter/menit, kondisi awal pemanas dan kondensor

terisi penuh fluida kerja cair dengan jumlah massa fluida mula-mula 2,51 liter, dua

tabung udara tekan, volume udara tekan 12 liter, dan head pemompaan 3,65 m

(Tabel 4.1).

Perhitungan yang pertama kali dilakukan adalah menghitung daya pompa.

Persamaan yang digunakan adalah persamaan (1). Variabel yang diketahui adalah:

Head = 3,65 m

Vsumur/air = 0,8 liter

ρ

air = 1000 kg/m³

t

pompa = 62 detik

g = 9,81 m/det²

Perhitungan daya pemompaan adalah

Η Q g ρ

Ppompa    

pompa

P = 1000 kg/m³. 9,81 m/det² . , . ¯³ m³/det . 3,65 m

pompa

(43)

Perhitungan daya pemanas dilakukan setelah menentukan sifat-sifat fluida

yang digunakan dalam pehitungan mencari nilai bilangan Rayleigh (Ra), Nusselt

(Nu) dan koefisien perpindahan kalor (h). Persamaan yang digunakan adalah

persamaan (2) untuk mencari nilai Ra, persamaan (3) untuk mencari nilai Nu pada

konveksi luar pipa pemanas atau permukaan pipa, persamaan (4) untuk mencari

nilai koefisien rata-rata perpindahan kalor konveksi (h). Dengan variabel yang

diketahui adalah :

Untuk menghitung koefisien volume ekspansi ( ) maka perlu menghitung

dahulu temperatur permukaan pipa (Ts) dan temperatur film (Τf ), dilakukan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

(44)

027

Dengan variabel yang sudah diketahui, sehingga dapat menentukan sifat –

sifat fluida perpindahan kalor konveksi di luar pipa atau permukaan pipa

menggunakan tabel sifat fluida (Cengel, 2008) ditunjukkan pada bagian lampiran

tabel L.1 dan tabel L.2, maka sifat-sifat fluida yang didapat adalah adalah sebagai

berikut :

V = 3,48 x 10-06 m2/s

Pr = 52,27

κ

= 0,13 W/m.oC

Perhitungan nilai Rayleigh (Ra) dilakukan dengan menggunakan persamaan

(2) sebagai berikut :

(45)

Perhitungan nilai Nusselt (Nu) dilakukan dengan menggunakan persamaan

Perhitungan koefisien rata-rata perpindahan panas secara konveksi (h)

dilakukan dengan menggunakan persamaan (4) sebagai berikut :

Perhitungan daya pemanas dilakukan dengan menggunakan persamaan (5).

Variabel yang diketahui adalah sebagai berikut :

h permukaan pipa = 323,17 W/m². °C

A permukaan pipa = 0,19 m²

T minyak = 114 °C

(46)

Perhitungan daya pemanas adalah :

Perhitungan efisiensi pompa dilakukan dengan menggunakan persamaan

(6) sebagai berikut :

%

Perhitungan kompresi udara dalam tabung udara tekan dilakukan dengan

menggunakan persamaan (7) sebagai berikut :

2

Perhitungan efisiensi termal dilakukan dengan menggunakan persamaan (8)

(47)

termal

= 81,81 %

Dengan cara yang sama seluruh data penelitian tiap variasi dihitung dengan

persamaan (1) sampai persamaan (8). Berikut adalah hasil perhitungan dari seluruh

data penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 4.4 Data perhitungan pada variasi jumlah tabung udara mengunakan dua tabung udara tekan dan satu tabung udara tekan

(48)

Tabel 4.6 Data perhitungan pada variasi ketinggian head pemompaan 2,35 m dan 1,35 m.

Catatan * debit aliran fluida kerja 4,3 liter / menit , kondisi awal pemanas terisi udara dengan tekanan 1 atm dan kondensor terisi penuh fluida kerja cair dengan jumlah massa fluida mula-mula 1,26 liter, satu tabung udara tekan volume udara tekan 5,9 liter.

Pembahasan disini dilakukan dengan melakukan perbandingan data-data

yang sudah diperoleh dari penelitan dan perhitungan yang sudah dilakukan.

Perbandingan data dilakukan dengan membandingkan antar variasi yaitu variasi

jumlah tabung udara tekan, volume fluida kerja cair mula-mula, dan variasi

ketinggian head pemompaan untuk mengaetahui debit, daya, efisiensi yang terbaik

diantara variasi-variasi yang dilakukan.

Pembahasan untuk variasi jumlah tabung udara tekan antara 2 tabung udara

tekan dengan volume udara tekan 12liter dan 1 tabung udara tekan dengan volume

(49)

Gambar 4.1 Grafik perbandingan debit air pemompaan pada variasi jumlah tabung udara tekan.

(50)

Gambar 4.3 Grafik perbandingan efisiensi pompa pada variasi jumlah tabung udara tekan

Pada grafik variasi jumlah tabung udara tekan terlihat bahwa pemompaan

menggunakan dua tabung udara tekan diperoleh debit, daya, dan efisiensi

pemompaan yang lebih baik daripada menggunakan satu tabung udara tekan, yaitu

dengan debit sebesar 0,77 liter /menit, daya pemompaan sebesar 0,46 watt, efisiensi

pompa sebesar 0,031 %. Pada pemompaan menggunakan dua tabung udara tekan,

beban yang dikompresikan besar karena volume udara yang dikompresikan dua

kalinya volume udara pada satu tabung udara tekan, sehingga uap yang dibutuhkan

untuk megkompresikan udara pada tabung udara tekan juga besar. Maka uap dari

hasil penguapan fluida kerja cair akan terus berkumpul semakin banyak hingga

mampu mendorong air dan mengkompresikan udara pada tabung udara tekan. Saat

pengkompresian dan pompa melakukan pemompaan karena tenaga dari uap yang

dihasilkan besar maka debit yang dihasilkan untuk satu kali pemompaan pada

2 Tabung udara 1 Tabung udara

(51)

pompa yang menggunakan dua tabung udara tekan sebesar dua kalinya debit yang

dihasilkan oleh pemompaan yang menggunakan satu tabung udara tekan. Karena

semakin besar tenaga yang dihasilkan semakin besar juga daya yang diperlukan

karena daya dipengaruhi oleh debit air pemompaan, semakin besar debit air yang

dipompa maka semakin besar juga daya yang dibutuhkan untuk pemompaan.

Pemompaan dengan menggunakan satu tabung udara tekan memang tenaga

uap yang dibutuhkan lebih kecil untuk mendorong air untuk mengkompresikan

udara pada tabung udara tekan karena beban yang dikompresikan kecil, tetapi saat

pemompaan tidak efektif karena waktu yang dibutuhkan untuk menguapkan fluida

kerja cair cukup lama karena menggunakan debit aliran fluida kerja cair yang besar.

Setelah memompa pada pemompaan menggunakan satu tabung udara tekan akan

menunggu hingga uap berkumpul lagi dan melakukan pemompaan lagi tetapi

selang waktu untuk menunggu uap berkumpul lagi cukup lama, oleh karena itu

pemompaan menggunakan satu tabung udara tekan tidak efektif.

Pembahasan untuk variasi jumlah massa fluida kerja cair mula-mula pada

pemanas dan kondensor antara kondisi awal pemanas dan kondensor terisi penuh

fluida kerja cair dengan jumlah massa fluida mula-mula 2,51 liter dan kondisi awal

pemanas terisi udara dengan tekanan 1 atm dan kondensor terisi penuh fluida kerja

cair dengan jumlah massa fluida mula-mula 1,26 liter, dan keduanya sama-sama

pada kondisi debit aliran fluida kerja 4,3 liter/menit, menggunakan satu tabung

(52)

Gambar 4.4 Grafik perbandingan debit air pemompaan pada variasi volume fluida kerja cair mula-mula.

Gambar 4.5 Grafik perbandingan daya pemompaan pada variasi volume fluida kerja cair mula-mula.

kondisi aw al pemanas dan kondensor terisi penuh

fluida kerja_1 Tabung

kondisi aw al pemanas terisi udara dan kondensor terisi

volume fluida kerja cair mula-mula

0,13

kondisi aw al pemanas dan kondensor terisi penuh

(53)

Gambar 4.6 Grafik perbandingan efisiensi pompa pada variasi volume fluida kerja cair mula-mula.

Pada grafik variasi volume fluida kerja mula-mula terlihat bahwa pada

kondisi awal pemanas dan kondensor terisi penuh oleh fluida kerja cair diperoleh

debit, daya dan efisiensi pemompaan yang lebih baik daripada saat kondisi hanya

kondensor saja yang terisi oleh fluida kerja cair dan pemanas terisi udara. Hasil

yang paling baik yaitu dengan debit pemompaan sebesar 0,22 liter/menit, daya

pemompaan sebesar 0,13 watt, dan efisiensi pompa sebesar 0,008 %. Volume fluida

kerja cair yang semakin besar dengan pemanasan yang optimal maka akan

menghasilkan uap yang semakin besar juga untuk mendorong air yang akan

mengkompresi udara pada tabung udara tekan, sehingga debit yang dihasilkan juga

lebih besar dan daya pemompaan juga lebih besar. Pada volume fluida kerja cair

yang sedikit akan menghasilkan uap yang sedikit juga sehingga akan diperlukan

waktu yang lama untuk mengumpulkan uap yang mampu mendorong air untuk

(54)

mengkompresikan udara pada tabung udara tekan makan debit pemompaan yang

dihasilkan dan daya pemompaannya jelek.

Di sini udara juga sangat berpengaruh dalam proses pemompaan. Udara

mengganggu sirkulasi atau jalannya uap ke tabung udara tekan ,sehingga uap belum

sampai ditujuannya sudah mengembun karena terhambat oleh udara. Di sini udara

menambah beban uap dalam melakukan proses penekanan. Proses pemanasan

sangat berpengaruh, pemanasan fluida kerja cair yang jelek atau tidak optimal akan

memperlambat proses penguapan fluida kerja cair. Volume fluida kerja cair

semakin besar menggunakan pemanasan yang jelek atau tdak optimal menyebabkan

debit yang dihasilkan kecil dengan waktu pemanasan yang lama sehingga efisiensi

yang dihasilkan juga kecil.

Pembahasan untuk variasi ketinggian head pemompaan antara ketinggian

head pada 2,35 m dari permukaan air sumur dan ketinggian head pada 1,35 m dari

permukaan air sumur, dan keduanya sama-sama pada kondisi debit aliran fluida

kerja 4,284 liter/menit, menggunakan satu tabung udara tekan, volume udara tekan

5,9 liter, volume fluida kerja cair mula-mula 1,26 liter.

Gambar 4.7 Grafik perbandingan debit air pemompaan pada variasi ketinggian head pemompaan

Tinggi head 2,35 m Tinngi head 1,35 m

(55)

Gambar 4.8 Grafik perbandingan daya pemompaan pada variasi ketinggian head pemompaan.

Gambar 4.9 Grafik perbandingan efisiensi pompa pada variasi ketinggian head pemompaan.

Pada grafik variasi ketinggian head pemompaan terlihat bahwa pemompaan

menggunakan ketinggian head pompa 2,35 m diperoleh debit, daya, dan efisiensi

pemompaan yang lebih baik dari pemompaan yang menggunakan ketinggian head

pompa 1,35 m. Hasil yang paling baik yaitu dengan debit pemompaan sebesar 0,17

liter/menit, daya pemompaan sebesar 0,1 watt, dan efisiensi pompa sebesar

0,10

Tinggi head 2,35 m Tinngi head 1,35 m

D

Tinggi head 2,35 m Tinggi head 1,35 m

(56)

0,0074%. Semakin tinggi head semakin besar juga beban yang diterima oleh

pompa. Beban ini sangat berpengaruh pada buka tutup katub searah pada sisi tekan,

semakin besar beban maka katub akan menutup semakin kuat sehingga saat

pemompaan diperlukan juga tenaga uap yang besar sehingga kuat untuk membuka

katub searah pada sisi tekan. Disini jika uap belum kuat untuk membuka katub

searah pada sisi tekan,uap ini akan menunggu uap selanjutnya dan berkumpul

semakin banyak sehingga tenaga yang dihasilkan dari uap semakin besar dan

mampu membuka katub searah pada sisi tekan lalu memopa air keluar. Karena

tenaga yang besar yang dihasilkan oleh uap tadi, maka pompa memompa air dengan

tenaga yang kuat sehingga debit yang dihasilkan oleh pompa bagus.

Berbeda dengan tinggi head yang semakin rendah maka beban yang

diterima oleh pompa khususnya pada katub searah sisi tekan juga semakin ringan.

Tenaga uap yang diperlukan untuk membuka katub searah pada sisi tekanpun lebih

kecil dalam proses pemompaannya, tetapi karena debit aliran fluida kerja yang

dugunakan besar maka proses penguapan fluida kerja cair juga memerlukan waktu

yang cukup lama. Oleh karena itu debit yang dihasilkan pompa dengan

menggunakan ketinggian head yang semakin rendah dan menjadi tidak efektif serta

efisiensi pompa juga tidak bagus. Disamping itu rugi-rugi daya yang ditimbulkan

juga cukup besar karena pemompaan menggunakan head yang rendah akan

melakukan pemompaan lebih cepat dibanding menggunakan head yang lebih tinggi

karena tenaga uap yang diperlukan untuk memompa kecil tetapi rugi-rugi daya

karena gesekan dan sebagainya besar maka debit yang dihasilkan lebih sedikit dan

(57)

43

BAB V

PENUTUP

5.1Kesimpulan

1. Telah dibuat pompa air tenaga termal dengan pemanas berupa pipa tembaga

yang disusun secara parallel dan dilengkapi dengan pemisah uap.

2. Debit pemompaan maksimum sebesar 0,77 liter/menit tiap siklus pada variasi

debit aliran fluida kerja 4,3 liter/menit, kondisi awal pemanas dan kondensor

terisi penuh fluida kerja cair dengan jumlah massa fluida mula-mula 2,51 liter,

dua tabung udara tekan, volume udara tekan 12 liter dan head pemompaan 2,35

m.

3. Daya pemompaan maksimum sebesar 0,46 watt pada variasi variasi debit aliran

fluida kerja 4,3 liter/menit, kondisi awal pemanas dan kondensor terisi penuh

fluida kerja cair dengan jumlah massa fluida mula-mula 2,51 liter, dua tabung

udara tekan, volume udara tekan 12 liter dan head pemompaan 2,35 m.

4. Efisiensi pemompaan maksimum sebesar 0,031 % pada variasi variasi debit

aliran fluida kerja 4,3 liter /menit, kondisi awal pemanas dan kondensor terisi

penuh fluida kerja cair dengan jumlah massa fluida mula-mula 2,51 liter, dua

tabung udara tekan, volume udara tekan 12 liter dan head pemompaan 2,35 m.

5. Efisiensi termal maksimum sebesar 87,51 % pada variasi debit aliran fluida kerja

4,3 liter /menit, kondisi awal pemanas dan kondensor terisi penuh fluida kerja

cair dengan jumlah massa fluida mula-mula 2,51 liter, satu tabung udara tekan,

(58)

5.2 Saran

1. Diusulkan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan penambahan panjang

pada pipa pemanas untuk meningkatkan dan memaksimalkan penguapan fluida

kerja cair.

2. Diusulkan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan penggantian fluida

kerja cair yang digunakan dalam proses pemompaan dengan titik didit yang

lebih rendah dari petroleum eter, untuk meminimalkan waktu penguapan dan

memaksimalkan pemompaan sehingga debit, daya, dan efisiensi yang lebih

bagus.

3. Diusulkan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan penggantian kontruksi

dan bahan pipa kondensor menjadi lebih pendek dan mempunyai sifat

penghantar uap yang bagus agar dapat menjaga hasil uap fluida kerja cair

sampai pada tabung udara tekan serta bagus dalam proses pendinginan.

4. Diusulkan untuk penelitian selanjutnya pada proses pemompaan usahakan

untuk meminimalisir adanya udara dalam sistem karena setelah penelitian udara

(59)

45

DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, Wiranto, 1995. Teknologi Rekayasa Surya. Jakarta : Pradnya Paramita.

Cengel, Y.A.; Bobs, M.A., 2008. Thermodynamics, An Engineering Approach, Sixth Edition, Mc Graw Hill.

Mahkamov, K.; Orda, E.P., 2005. Solar Thermal Water Pumps: A Preliminary.

Spindler, K.; Chandwalker, K.; Hahne, E., 1996. Small solar (thermal)

waterpumping system, Solar Energy, Volume 57, Issue 1, July 1996,

Pages 69-76

Sumathy, K.; Venkatesh, A.; Sriramulu, V., 1995. The importance of the

condenser in a solar water pump, Energy Conversion and Management, Volume 36, Issue 12, December 1995, Pages 1167-1173

Sumathy, K., 1999. Experimental studies on a solar thermal water pump,

Applied Thermal Engineering, Volume 19, Issue 5, May 1999, Pages

449-459

Wong, Y.W.; Sumathy, K., 2000. Performance of a solar water pump with

npentane and ethyl ether as working fluids, Energy Conversion and Management, Volume 41, Issue 9, 1 June 2000, Pages 915-927

Wong, Y.W.; Sumathy, K., 2001a. Performance of a solar water pump with

ethyl ether as working fluid, Renewable Energy, Volume 22, Issues

1-3, January-March 2001, Pages 389-394

Wong, Y.W.; Sumathy, K., 2001b. Thermodynamic analysis and optimization

of a solar thermal water pump, Applied Thermal Engineering, Volume

(60)

46

LAMPIRAN

Gambar L.1 Alat penelitian pompa air termal

(61)

Gambar L.4 Kondensor Gambar L.5 Penampung fluida kerja

(62)

` Gambar L.8 Manometer udara

(63)

Tabel L.1 Tabel sifat fluida minyak pemanas (Cengel, 2008)

Gambar

Gambar L.2     Pemanas fluida kerja cair ..............................................................
Tabel 4.2 Data  penelitian   pada  variasi  jumlah  massa  fluida  mula – mula
Gambar   3.1 Skema alat penelitian
gambar L.6.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari strategi-strategi promosi yang telah dilakukan, kunjungan ke institusi pendidikan, institusi pemerintahan, lembaga masyarakat, dan meminta referall nasabah

Hasil dari pengisian kuesioner ini harus dicetak dan diserahkan kepada asesor untuk digunakan sebagai data yang akan dipergunakan dalam melakukan penilaian terhadap Sub Kriteria

Akan tetapi nomor anak pada anak-bab ditulis dengan satu angka Romawi dan dua angka Arab yang masing- masing dipisahkan oleh sebuah titik, angka Romawi menunjukkan nomor bab,

(1) Setiap pimpinan atau penanggung jawab tempat proses belajar mengajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) wajib melarang setiap peserta didik, pendidik, tenaga

Pengeluaran terbesar adalah pada kelompok biaya tenaga yang mencapai 73,97 persen dari total biaya usahatani sedangkan kelompok biaya sarana produksi sebesar 18,07

Pelatihan Orientasi Umum dalam pelaksanaan kerangka Safeguarding termasuk pemeriksaan penyaringan, evaluasi Lingkungan Hidup dan prosedur monitoring akan diberikan kepada

Pada kolom pembetulan penulis diisi dengan pembetulan konsep yang benar sesuai dengan buku sumber yang digunakan yang dilakukan oleh penulis.. Pada kolom pembetulan panulis

DEGRADASI SENYAWA TURUNAN KLOROFIL CAIR MENGGUNAKAN PERLAKUAN PLASMA.. Seminar Nasional Kimia XVIII tsssN Nu. 1410€313 DAFTAR ISI. Yogyakarta, 10_4li