• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIKA BERNIAGA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ETIKA BERNIAGA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

98 Abstract: Commerce is a human activity to fulfill their needs. With the development of science and technology, commerce has progressed very rapidly according to the needs and demands of the times. Human commerce also varies, ranging from small industry to large industry, goods and service companies, agricultural businesses, and others. Humans are seen to be so in love with wealth, that problems, disputes and disputes often occur which give rise to fierce and unhealthy competition that harms each other. The Al-Qur`an and hadith as guidelines for Muslims have provided rules for how humans can acquire wealth, because in fact human activity in obtaining wealth is not only related to fellow human beings, but in essence is also related to Allah SWT.

Keywords: Business Ethics, Islamic Law

Abstrak: Perniagaan merupakan aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, perniagaan mengalami kemajuan yang sangat pesat sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Perniagaan yang dilakukan manusia pun bermacam- macam, mulai dari industri kecil sampai industri besar, perusahaan barang dan jasa, usaha pertanian, dan lain-lain. Manusia dipandang begitu cinta kepada harta, sehingga sering terjadi permasalahan, perselisihan, dan persengketaan yang menimbulkan persaingan sengit dan tidak sehat yang saling membahayakan. Al-Qur`an dan hadits sebagai pedoman umat Islam telah memberikan aturan bagaimana manusia dapat memperoleh harta, karena sesungguhnya aktivitas manusia dalam memperoleh harta tidak hanya berhubungan dengan sesama manusia, tetapi hakikatnya juga berhungan dengan Allah SWT.

Kata kunci : Etika Berniaga, Hukum Islam Pendahuluan

Islam menghalalkan usaha perdagangan, perniagaan dan atau jual beli.

Usaha perniagaan secara Islam diituntut menggunakan tata cara khusus, ada aturan yang mengatur bagaimana seharusnya seorang muslim berusaha di bidang perniagaan agar mendapatkan berkah dan ridha Allah SWT di dunia dan akhirat.

Aturan dibuat tentunya untuk menjadikan suatu ketentraman bagi semua umat manusia. Aturan ataupun etika diatur dalam agama Islam agar ketentraman dan kedamaian akan tercipta. Islam sebagai agama yang Rahmatan Lil ‘alamin (rahmat bagi seuruh alam semesta) tentunya memiliki aturan yang mendasar dan selalu sesuai dengan zamannya.

Aturan perniagaan islam, menjelaskan berbagai etika yang harus dilakukan oleh seorang muslim dalam melaksanakan perniagaan. Dengan menggunakan dan mematuhi etika perniagaan islam, suatu usaha perniagaan seorang muslim akan maju dan berkembang pesat lantaran selalu mendapat berkah Allah SWT di dunia dan di akhirat. Etika perniagaan islam menjamin baik pedagang maupun pembeli, masing-masing akan saling mendapat keuntungan. Keuntungan yang dimaksud adalah keberkahan atas kegiatan yang dijalankan agar senantiasa mendapatkan ridho atas apa yang diperbuat.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana etika berniaga dalam tinjauan hukum Islam?

2. Apa hadist atau ayat Al-Qur'an mengenai etika dalam berniaga?

ETIKA BERNIAGA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM Irsal

Fakultas Ushuludin, Adab Dan Dakwah UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu Email : irsal@iainbengkulu.ac.id

(2)

99 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui mengenai etika berniaga dalam tinjauan hukum Islam.

2. Mengetahui hadist atau ayat Al-Qur'an mengenai etika dalam berniaga.

Kajian yang relevan/kajian terdahulu

Peneliti mencari berbagai literature dari penelitian terdahulu yang masih relevan terhadap pembahasan mengenai etika berniaga dalam tinjauan hukum islam.

Penelitian ilmiah menolak plagiatisme atau mencontek secara utuh hasil karya tulisan orang lain. Oleh karena itu, untuk memenuhi kode etik dalam penelitian ilmiah maka sangat diperlukan eksplorasi terhadap penelitian- penelitian terdahulu yang relevan. Tujuannya adalah untuk menegaskan penelitian, posisi penelitian dan sebagai teori pendukung untuk menyusun konsep berpikir dalam penelitian.

Berdasarkan hasil eksplorasi terhadap penelitian-penelitian terdahulu, peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan terhadap pembahasan mengenai etika berniaga dalam tinjauan hukum meskipun terdapat keterkaitan pembahasan, penelitian ini masih sangat berbeda dengan penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut yaitu :

Penelitian terdahulu membahas mengenai etika bisnis dalam perspektif islam meliputi pengertian etika, pengertian bisnis, etika bisnis dalam ekonomi islam dan dasar hukum berupa Al-Qur'an dan hadits. Pada penelitian ini membahas mengenai etika berniaga dalam tinjauan hukum islam meliputi pengertian etika, pengertian berniaga, etika dalam berniaga, dan dasar hukum berupa Al-Qur'an dan hadits.

Metode Penelitian

Jenis dan sumber data berupa data sekunder yang diambil dari beberapa buku dan website yang berhubungan dengan etika berniaga dalam tinjauan hukum islam. Teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan dengan mengambil buku-buku referensi yang berkaitan dengan etika berniaga dalam tinjauan hukum islam. Metode Analisa Data dilakukan dengan deskriptif kualitatif, yaitu setelah semua data berhasil dikumpulkan, maka dijelaskan secara rinci dan sistematis sehingga dapat dipahami kesimpulan akhirnya. Metode penulisan yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan menggambarkan secara tepat mengenai etika berniaga dalam tinjauan hukum islam sesuai dengan yang diperoleh.

Pembahasan Pengertian Etika

Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti adat-istiadat (kebiasaan), perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan atau mengajarkan tentang keluhuran budi baik-buruk. Secara terminologi, etika adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang tabiat konsep nilai, baik buruk, benar salah dan lain sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita untuk mengaplikasikannya atas apa saja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan buruk, mengenai hak dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berhubungan dengan akhlak, dan nilai benar atau salah yang dianut dalam masyarakat. Beberapa pendapat para ahli mengenai etika, yaitu sebagai berikut :

Menurut K. Bertens, etika dirumuskan kedalam tiga pengertian; Pertama, etika digunakan dalam pengertian nilai-niai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Kedua, etika dalam pengertian kumpulan asas atau nilai-nilai moral atau kode etik.

(3)

100 Ketiga, etika sebagai ilmu tentang baik dan buruk.1

Menurut Ahmad Amin, etika adalah ilmu yang menjelaskan arti yang baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.2

Berbicara tentang manusia pasti tidak terlepas dari etika, kepribadian, dan kedudukan manusia itu sendiri. Dipandang dari etikanya manusia memiliki kedudukan yang khusus di alam dunia ini.3 Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.

Macam-macam Etika

Etika deskriptif merupakan usaha menilai tindakan atau prilaku berdasarkan pada ketentuan atau norma baik buruk yang tumbuh dalam kehidupan bersama di dalam masyarakat. Kerangka etika ini pada hakikatnya menempatkan kebiasaan yang sudah ada di dalam masyarakat sebagai acuan etis. Suatu tindakan seseorang disebut etis atau tidak, tergantung pada kesesuaiannya dengan yang dilakukan kebanyakan orang. Etika deskriptif berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis. Contohnya mengenai masyarakat Jawa yang mengajarkan tatakrama berhubungan dengan orang yang lebih tua dari pada kita.

Etika normatif tidak dapat sekedar melukiskan susunan-susunan formal kesusilaan. Ia menunjukkan prilaku manakah yang baik dan prilaku manakah yang buruk. Yang demikian ini kadang-kadang yang disebut ajaran kesusilaan, sedangkan etika deskriptif disebut juga ilmu kesusilaan. Yang pertama senantiasa merupakan etika material. Etika normatif memperhatikan kenyataan-kenyataan, yang tidak dapat di tangkap dan diverifikasi secara empirik.4

Etika yang berusaha menelaah dan memberikan penilaian suatu tindakan etis atau tidak, tergantung dengan kesesuaiannya terhadap norma-norma yang sudah dilakukan dalam suatu masyarakat. Norma rujukan yang digunakan untuk menilai tindakan wujudnya bisa berupa tata tertib, dan juga kode etik profesi.

Contohnya etika yang bersifat individual seperti kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab.

Etika Deontologi adalah suatu tindakan dinilai baik buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Dengan kata lain, suatu tindakan dianggap baik karena tindakan itu memang baik pada dirinya sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang harus dilakukan. Sebaliknya suatu tindakan dinilai buruk secara moral karena tindakan itu memang buruk secara moral sehingga tidak menjadi kewajiban untuk dilakukan. Bersikap adil adalah tindakan

1 K. Barten, Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 27

2 Ahmad Amin, Etika : Ilmu Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), h. 36

3 Mudhor Achman, Etika Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 2004), h. 41

4 H. De vos, Pengantar Etika, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1987), h. 12-13

(4)

101 yang baik dan sudah kewajiban untuk bertindak demikian. Etika deontologi sama sekali tidak mempersoalkan akibat dari tindakan tersebut baik atau buruk. Akibat dari suatu tindakan tidak pernah diperhitungkan untuk menentukan kualitas moral suatu tindakan. Atas dasar itu, etika deontologi sangat menekankan motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat untuk bertindak sesuai dengan kewajiban.

Etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik.5 Etika Teleologi menilai baik buruk suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat dari tindakan tersebut. Suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan baik dan mendatangkan akibat baik. Etika teleologi lebih bersifat situasional dan subyektif.

Bertindak berbeda dalam situasi yang lain tergantung dari penilaian tentang akibat dari tindakan tersebut. Suatu tindakan yang jelas-jelas bertentangan dengan norma dan nilai moral bisa di benarkan oleh teleologi hanya karena tindakan itu membawa akibat yang baik. Suatu tindakan dikatakan baik jika tujuannya baik dan membawa akibat yang baik dan berguna. Etika teleologi dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Teleologi Hedonisme (hedone = kenikmatan) yaitu tindakan yang bertujuan untuk mencari kenikmatan dan kesenangan.

2. Teleologi Eudamonisme (eudemonia = kebahagiaan) yaitu tindakan yang bertujuan mencari kebahagiaan yang hakiki.

Etika keutamaan tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan. Juga, tidak mendasarkan penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral universal.

Etika keutamaan lebih mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri setiap orang. Nilai moral ditemukan dan muncul dari pengalaman hidup dalam masyarakat, dari teladan dan contoh hidup yang diperlihatkan oleh tokoh-tokoh besar dalam suatu masyarakat dalam menghadapi dan menyikapi persoalan- persoalan hidup ini. Etika keutamaan sangat menghargai kebebasan dan rasionalitas manusia, karena pesan moral hanya di sampaikan melalui cerita dan teladan hidup para tokoh lalu membiarkan setiap orang untuk menangkap sendiri pesan moral itu. Setiap orang dibiarkan untuk menggunakan akal pikirannya untuk menafsirkan pesan moral itu, terbuka kemungkinan setiap orang mengambil pesan moral bagi dirinya dan melalui itu kehidupan moral menjadi sangat kaya oleh berbagai penafsiran.

Pengertian Berniaga

Berniaga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti berjual beli dan sebagainya untuk memperoleh keuntungan dengan cara berdagang. Perniagaan merupakan konsep umum dari semua aktivitas bisnis manusia. Dalam fiqih muamalah, prinsip utama jual beli adalah sikap saling merelakan, yang untuk melaksanakan prinsip tersebut lahir persyaratan yang harus di penuhi dalam transaksi jual beli, yaitu pelaksanaan rukun dan syarat dengan baik dan benar menurut syariat islam. Salah satu persyaratan jual beli yang harus di penuhi adalah berkaitan dengan objek jual beli yang tidak terlihat oleh kasat mata. Dalam melakukan transaksi jual beli, yang terpenting yang harus diperhatikan ialah mencari barang yang halal dan dengan jalan yang halal pula. Artinya carilah barang yang halal untuk diperjual belikan atau diperdagangkan dengan cara yang sejujur- jujurnya. Bersih dari segala sifat yang dapat merusakkan jual beli, seperti penipuan, pencurian, perampasan, riba, dan lain- sebagainya. Jika barang yang di perjual belikan tidak sesuai dan tidak mengindahkan peraturan-peraturan jual beli, perbuatan dan barang hasil jual beli yang dilakukannya haram hukumnya. Haram dipakai dan haram dimakan sebab tergolong perbuatan batil (tidak sah).6

5 Keraf. A. Sonny, Etika Lingkungan, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002), h. 8-9

6 Ibnu Mas’ud, Zainal Abidin S, Fiqh Madzhab Syafi’i, jilid 2, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 24

(5)

102 Untuk melengkapi keabsahan jual beli, barang atau harga harus memenuhi lima syarat, yaitu sebagai berikut :

1. Barang harus suci 2. Bermanfaat

3. Pihak yang berakad memiliki wilayah (kekuasaan) atas barang tersebut 4. Mampu untuk menyerahkannya

5. Diketahui oleh kedua belah pihak yang berakad baik benda, jumlah atau sifatnya.7 Salah satu jual beli yang dilarang adalah, yaitu jual beli yang samar sehingga ada kemungkinan terjadi penipuan, seperti penjualan ikan yang masih di kolam atau menjual kacang tanah yang atasnya kelihatan bagus tetapi dibawahnya jelek hingga menjual buah yang masih dipohon.8

Hadist Tentang Etika Dalam Berniaga Artinya:

"Dari Anas bin Malik r.a ia berkata: Rasulullah saw melarang jual beli muhaqalah (jual beli buah yang masih di atas pohonnya), muhadharah (jual beli buah yang belum matang dan belum jelas kualitasnya), jual beli raba (jual beli dengan tidak mengetahui ukuran, jenis dan kualitas barang), jual beli lempar dan jual beli muzabanah." (HR. Al-Bukhari).

Artinya :

“Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata: Nabi saw datang ke Madinah, sementara mereka sudah biasa melaksanakan akad salam terhadap buah-buahan untuk waktu satu tahun dan dua tahun. Beliau bersabda: Barangsiapa melakukan akad salam, hendaklah dilakukan dengan takaran tertentu, timbangan tertentu dalam jangka waktu tertentu”. (HR. Muslim).

Ayat Al-Qur'an Tentang Etika Dalam Berniaga Artinya :

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu." (QS. An- Nisa'/4: 29).9

Artinya :

"Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berzikirlah kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk kepadamu, sekalipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang yang tidak tahu." (QS. Al-Baqarah/2: 198)

Pengertian Hukum Islam

Hukum Islam merupakan suatu hukum yang memiliki sifat statis dan sekaligus dinamis. Statis berarti suatu hal yang tetap bersumberkan pada Al- Qur'an dan hadits dalam setiap aspek kehidupan. Dinamis berarti mampu menjawab segala permasalahan dan sesuai dengan perkembangan zaman, tempat dan keadaan, serta cocok ditempatkan dalam segala macam bentuk struktur sosial kehidupan, baik secara individu maupun secara kolektif bermasyarakat. Beberapa pendapat para ahli mengenai hukum Islam, antara lain :

7 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi Dalam Fiqh Islam, ed. 1, cet. 1, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 47

8 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Bogor: Prenada Media, 2003), h. 198

9 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemah, (Surabaya: Duta Ilmu, 2002), h. 108

(6)

103 Menurut Abdul Ghani Abdullah, hukum islam sebagai hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama islam yang ditetapkan oleh Allah SWT.

Hukum islam tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya saja, tetapi juga mengatur hubungan antara manusia dengan manusia serta mengatur hubungan antara manusia dengan alam semesta. Menurut Amir Syarifuddin, hukum islam sebagai perangkat peraturan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukalaf yang diakui dan diyakini.

Menurut Eva Iryani, hukum islam adalah syariat islam yang berisi sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rosul mengenai tingkah laku orang yang sudah dapat dibebani kewajiban, yang diakui dan diyakini, yang mengikat semua pemeluknya. Tingkah laku yang dimaksud adalah mengacu pada segala perilaku dan sikap Rasulullah. Syariat diambil berdasarkan pada istilah yang merunut pada hukum-hukum yang diperintahkan Allah Swt untuk umat-Nya dengan amaliyah.

Hukum Islam diturunkan oleh Allah Swt bertujuan untuk mencegah kerusakan pada manusia dan mendatangkan kemaslahatan bagi mereka, mengarahkan kepada kebenaran, keadilan dan kebijakan serta menerangkan jalan yang harus dilaluinya. Dalam hal ini bertumpu pada lima prioritas utama yang disebut sebagai maqâsid asy-syarî’ah yakni memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta benda dengan berlandaskan Al-Qur'an yang bersifat universal dan dinamis.10 Dengan kata lain tujuan disyariatkannya Islam adalah untuk kemaslahatan hidup manusia baik rohani maupun jasmani, individual maupun kelompok.

Kesimpulan

Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan buruk, mengenai hak dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berhubungan dengan akhlak, dan nilai benar atau salah yang dianut dalam masyarakat. Macam-macam etika yaitu etika deskriptif, etika normatif, etika deontologi, etika teleologi, dan etika keutamaan. Perniagaan merupakan konsep umum dari semua aktivitas bisnis manusia.

Dalam fiqih muamalah, prinsip utama jual beli adalah sikap saling merelakan, yang untuk melaksanakan prinsip tersebut lahir persyaratan yang harus di penuhi dalam transaksi jual beli, yaitu pelaksanaan rukun dan syarat dengan baik dan benar menurut syariat Islam. Hukum Islam merupakan suatu hukum yang memiliki sifat statis dan sekaligus dinamis. Statis berarti suatu hal yang tetap bersumberkan pada Al- Qur'an dan hadits dalam setiap aspek kehidupan. Dinamis berarti mampu menjawab segala permasalahan dan sesuai dengan perkembangan zaman, tempat dan keadaan, serta cocok ditempatkan dalam segala macam bentuk struktur sosial kehidupan, baik secara individu maupun secara kolektif bermasyarakat.

Daftar Pustaka

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, Bogor: Prenada Media, 2003.

Ahmad Amin, Etika : Ilmu Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang, 1995.

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi Dalam Fiqh Islam, ed. 1, cet. 1, Jakarta: Amzah, 2010.

A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, Jakarta: Kencana Premada Media Group, 2007.

H. De vos, Pengantar Etika, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1987.

Ibnu Mas’ud, Zainal Abidin S, Fiqh Madzhab Syafi’i, jilid 2, Bandung: Pustaka Setia, 2007.

K. Barten, Etika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.

Keraf. A. Sonny, Etika Lingkungan, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002.

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemah, Surabaya: Duta Ilmu, 2002.

Mudhor Achman, Etika Islam, Surabaya: Al-ikhlas, 2004.

10 A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, (Jakarta: Kencana Premada Media Group, 2007), h. 27.

Referensi

Dokumen terkait

“Etika pers adalah ilsafat di bidang moral pers, yaitu bidang yang mengenai kewajiban- kewajiban pers dan tentang apa yang merupakan pers yang baik dan pers yang

etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik atau yang buruk arti ini sama dengan

Teori etika human-centered mendukung kewajiban moral manusia untuk menghargai alam karena didasarkan atas kewajiban untuk menghargai sesama sebagai manusia.Sedangkan

Sebagaimana dikungkapkan oleh Ahmad Amin, bahwa etika atau akhlak dalam khazanah Islam dipahami sebagai ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang

Kedua, etika berarti kumpulan asas atau nilai moral (kode etik). Misalnya kode etik kedokteran, kode etik peneliti, dan lain- lain. Ketiga, etika berarti ilmu tentang yang

etika sering disamakan dengan moral .karena etika dan moral sama-sama berdaulat dalam lingkup yang sama , yaitu mengenai apa yang disebut baik ,benar dan apa yang disebut buruk

Kedudukan Etika Profesi dan Kode Etik dalam Hukum………. Ruang Lingkup Hak dan Kewajiban

 Memberi arah bagi perilaku mns tentang apa yg baik atau buruk, apa yg benar atau salah, hak & kewajiban moral (akhlak), apa yg boleh atau tidak boleh dilakukan4.