• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN CHECK DAM BATANG LAMPASI KABUPATEN 50 KOTA DI PAYAKUMBUH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN ULANG PERENCANAAN CHECK DAM BATANG LAMPASI KABUPATEN 50 KOTA DI PAYAKUMBUH"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN CHECK DAM BATANG

LAMPASI KABUPATEN 50 KOTA DI PAYAKUMBUH

Raflis Harfa, Mawardi Samah, Lusi Utama. Jurusan teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Padang.

Email :raflis_harfa@yahoo.com, mawardi_samah@yahoo.com,

lusi_utamaindo115@yahoo.co.id

ABSTRAK

Checkdam Batang Lampasi adalah merupakan bangunan melintang sungai yang dibuat untuk pengendali sedimen, karena adanya aliran air dengan konsentrasi sedimen yang cukup besar, dimana sedimen tersebut berasal dari erosi atau pengikisan pada bagian hulu sungai yang mengakibatkan aliran debris. Dari analisa hidrologi didapat hujan rencana dengan menggunakan metode Hasper dan metode Gumbel, stasiun curah hujan dari tahun 1998 sampai 2012 didapat curah hujan rencana (R25th) 113,745 mm, debit banjir menggunakan

metode Hasper dan metode Melchior didapat (Q25th) 475,238 m3/dtk, untuk sekali banjir

periode ulang Q25th dibutuhkan 3 buah bangunan pengendali sedimen. Bangunan checkdam

direncanakan tipe tertutup dengan lubang drainase (drain hole) dengan tinggi checkdam 8 m. Dari perhitungan kontruksi checkdam direncanakan 25,6 m, kemiringan tubuh dibagian hulu 0,57, tinggi sub dam 2,66 m, panjang apron 33,18 m, tabal lantai apron 1,79 m dam drain hole 8 buah dengan ukuran 1 m x 2,62 m. stabilitas konstruksi check dam diperhitungan terhadap guling, geser, eksentrisitas dan tegangan tanah, dari hasil perhitungan stabilitas bangunan check dam memenuhi persyaratan. Dalam perencanaan checkdam dalam penentuan lokasi harus dilakukan survey dan analisa sehingga tidank terjadi kesalahan, untuk mendimensi kontruksi checkdam harus memperhatikan kriteria dari perencanaan checkdam.

(2)

RE-OBSERVATION REVIEW CHECK DAM LAMPASI RODS

DISTRICT 50 KOTA IN PAYAKUMBUH

Raflis Harfa, Mawardi Samah, Lusi Utama.

Civil Engineering Department, Faculty of Civil Engineering and Planning, Bung Hatta University Padang

Email : raflis_harfa@yahoo.com, mawardi_samah@yahoo.com,

lusi_utamaindo115@yahoo.co.id

ABSTACT

Checkdams Lampasi Rods are trans aversely building stream created for sediment control, because of the flow of water with considerable sediment concentration, where sediments are derived from erosi on in the upperreaches of the river resulting debris flow. Of hydrological analysis obtained by using the method of rain plan Hasper and methods Gumbel, station rainfall from 1998 to 2012 obtained rainfall plan (R25years)113,745 mm, flood discharge method

and the method Melchior obtained Hasper (Q25years)475,238 m3/dtk, for the one time flood return

period icrequuired 3 piece Q25 the sediment control structures. Checkdam planned building

types covered with a drainage hole (drain hole) with a height of 8 m checkdam. From the calculation of the planned construction check dam spillway width 25,6 m, the slope of the upperbody 0,57 , high sub dam 2,66 m, apron length 33,18 m, thick apron floor drain holes 1,79 m and 8 pieces with a size of 1 m x 2,62 m. Stability checkdam reckoned to bolster construction, sliding, eccentricity and ground voltage, the stability of the calculation checkdam building requirements. In planning checkdam for determining the location of the survey and analysis should be carried out so a stoavoid mistakes, to dimension checkdam construction should pay attention to the criteria of design of checkdam.

(3)

PENDAHULUAN

Penulisan tugas akhir ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikan Strata-1 pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta. Mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar mendalami ilmu pengetahuan yang ada dibangku kuliah, tetapi lebih dari itu mahasiswa di tuntut harus bisa mengaplikasikannya dalam sebuah perencanaan konstuksi bangunan yang dapat berfungsi bagi masyarakat banyak. Dari data-data yang berhasil penulis kumpulkan adalah untuk sebuah perencanaan bangunan pengendali sendimen (Checkdam) di daerah Kabupaten 50 Kota , yang terletak pada Sungai Batang Lampasi di Payakumbuh.

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air

yaitu dimana semua airnya mengalir kedalam suatu sungai. Pada waktu musim hujan, arus air sungai sering menimbulkan daya rusak yang dapat mengakibatkan kerusakan pada daerah kawasan sungai, bangunan yang ada pada sungai dan infrastruktur disekitarnnya. Tidak terkecuali bendung Batang Lampasi merupakan suatu bangunan irigasi yang sudah ada sejak tahun 1932 dibangun oleh pemerintah Belanda hingga sekarang masih berfungsi untuk mengairi daerah Lampasi dengan luas areal sekitar 2180 Ha, namun secara teknis keberadaan bendung tersebut saat ini cukup mengkhawatirkan dengan tingginya gerusan pada daerah hilir yang apabila tidak diantisipasi dapat mengakibatkan terganggunya stabilitas bangunan bendung.

Pada bahagian hulu bendung terlihat sedimentasi alur sungai yang mengidentifikasikan bahwasanya terjadi gerusan yang dapat disebabkan oleh tinggginya kecepatan aliran atau longgarnya

(4)

susunan tanah dasar dan tebing sungai pada daerah hulu alur sungai.

Sungai Batang Lampasi yang sekarang adalah akibat tidak berimbangnya antara sedimen yang masuk dan sedimen yang terbawa oleh aliran Batang Lampasi karena adanya penambangan pasir di daerah sekitar sungai Batang Lampasi yang mengakibat alur sungai di daerah kawasan Batang Lampasi banyak dipenuhi sedimen, sehingga terjadi endapan sedimen pada bendung yang terdapat di Batang Lampasi. METODELOGI

Penulisan melakukan studi literature dan pengumpilan data. Kegiatan yang akan dilakukan secara garis besar dibedakan atas :

a. Studi Literatur

Yaitu pengumpulan referensi dan panduan-panduan kerja untuk mendapatkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan ini.

b. Pengumpulan Data

data yang dibutuhksn adalah peta DAS, data curah hujan 15 tahun (tahun 1998 sampai tahun 2012) yang berasal dari 2 stasiun yaitu Stasiun Suliki dan Stasiun Tanjung Pati.

c. Analsa dan perhitungan 1) Curah hujsn maksimum

Pada analisa ini, data curah hujan yang akan digunakan adalah data curah hujan rara-rata maksimun yang diperoleh dengan menghitung data curah hujan 15 tahun dari 1 stasiun dengan menggunakan motede Aljabar.

2) Curah hujan rencana

Untuk menghitung curah hujan rencana penulis menggunakan 2 metode yaitu : metode Hasper dan Gambel.

3) Analisa debit banjir rencana Untuk perhitungan debit banjir rencana dilakukan dengan metode Hasper dan metode

(5)

Melchior. Data untuk metoda tersebut di ambil dari nilai curah hujan rencana.

4) Analisa dan perhitungan pada bangunan check dam dimana pada tahap ini diuraikan tentang perencanaan bangunan pengendali sedimen pada sungai Batang Lampasi Kota Payakumbuh.

ANALISA DAN PEMBAHASAN

1. Perhitungan Curah Hujan Rata-rata

Metode Aljabar

Untuk perhitungan curah hujan rata-rata menggunakan metode aljabar, pengambilan metode ini berdasarkan faktor luas DAS yang < 500 km2. Metode ini cocok

untuk kawasan topografi rata atau datar dan alat penakar tersebar hampir merata.

Tabel 1. Perhitungan curah hujan maksimum rata-rata Tahun

Stasiun Rata-Rata Suliki Tanjung Pati (mm)

(mm) (mm) 1998 53 95 74,5 1999 57 90 73,5 2000 68 90 79 2001 77 60 68,5 2002 66 97 81,5 2003 97 92 94,5 2004 52 101 76,5 2005 62 60 61 2006 74 86 80 2007 67 63 65 2008 107 75 91 2009 72 100 86 2010 65 145 105 2011 140 70 105 2012 68 125 96,5

(Sumber : Hasil Perhitungan)

2. Perhitungan Curah Hujan

Didalam perhitungan data curah hujan rencana dengan metoda ulang, metoda yang digunakan adalah :

 Perhitungan dengan Metode Hasper Table 2. Perhitungan Curah Hujan

Metode Hasper T Rrata-rata S Rt (Th) (mm) (mm) 2 82,5 34,54 74,901 5 82,5 34,54 104,606 10 82,5 34,54 126,020 20 82,5 34,54 147,781 25 82,5 34,54 155,034

(6)

 Perhitungan dengan Metode Gambel Tabel 3. Curah Hujan Metode Gumbe

N R rata-rata Sx Yn Sn Yt Rn (th) (mm) (mm) 2 82,50 15,404 0,512 1,0206 0,3665 80,304 5 82,50 15,404 0,512 1,0206 1,4999 97,410 10 82,50 15,404 0,512 1,0206 2,2502 108,735 20 82,50 15,404 0,512 1,0206 2,9702 119,602 25 82,50 15,404 0,512 1,0206 3,1985 123,048

(Sumber : Hasil Perhitungan)

Tabel 4. Resume Curah Hujan

No Rn

Metode

Hasper Gumbel rata-rata

(mm) (mm) 1 R2 74,901 80,304 77,603 2 R5 104,606 97,410 101,008 3 R10 126,020 108,735 117,378 4 R20 147,781 119,602 133,692 5 R25 155,034 123,048 139,041 Rata-rata 113,745

(Sumber : Hasil Perhitungan)

3. Perhitungan Debit Banjir Rencana Table 5. Resume Debit Banji

Metode Q2 Q5 Q10 Q20 Q25 Debit (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) Banjir Hasper 223,788 291,304 338,515 385,562 400,969 Melchior 265,245 345,243 401,193 456,955 475,238 Jumlah = 876,207 438,104 Rata-rata =

Dari kedua metode tersebut diambil Q25 yang mendekati Q25 rata-rata yaitu hasil

perhitungan Metode Melchior. Jadi besarnya debit rencana (design flood) diambil harga Q25 hasil perhitungan :

(Q25) = 475,238m3/dt 4. Analisa Sedimen

1) Menghitung Besar Konsentrasi Sedimen (Cc) ) tan Ø )(tan ( tan         w s w Cc Dimana: s = Densitas Sedimen = 1,65t/m3 w = Densitas air = 1 t/m3

Ø = Sudut geser dalam tanah =200 θ = kemiringan sungai = 0,0109 ) tan Ø )(tan ( tan         w s w Cc

(7)

) 0109 , 0 20 )(tan 1 65 , 1 ( 0109 , 0 tan 1    x Cc

2) Estimasi Volume Aliran Sedimen xfr Cc x n Cc A Vs ) 1 ( ) 1 ( 10 . . R24. 3    Dengan:

Vs = Volume sedimen sekali banjir (m3)

A = Cathment Area Potensi sedimen yang ditinjau

R24 = Curah hujan Maksimum

pada periode ulang 25 tahun = 113,745 mm n = Porositas = 0,4

Cc = Konsentrasi sedimen/debris = 0,012

Fr = Koefisien run off = 0,1 Maka:

60.759,171

Vs

m3/sekali banjir

3) Perhitungan Kapasitas Chekdam 4) Tinggi chekdam dari dasar sungai

direncanakan setinggi 8 m dari dasar sungai dengan lebar rata-rata sungai adalah 32 m.

Sumber : Analisa Data

Gambar 3.2.Perbandingan Death Storage(A1) dengan Control Storage

(A2) tan = 0,0109 n = 1/tan  n =1/tan =9.18 L = 2.n.H L = 2 x 9,18x 8 = 146,88 m L’ = 4.n.H L’ = 4 x 9,18 x 8 = 293,76 m 012 , 0  Cc 1 , 0 ) 012 , 0 1 ( ) 4 , 0 1 ( 012 , 0 10 88 , 263 113,745 3 x x x x x Vs   

(8)

A1(death storage) = ½ x 8 x146,88 m

= 587,52 m2

A2(Control storage) =

=

= 293,76 Luas tampungan total :

Vtampung = (A1+A2)x B

Vtampung = (587,52+293,76) x 32m = 28.200,96m3

Maka jumlah Bangunan Pengendali Sedimen yang di butuhkan untuk Pengendalian Sedimen di batang Lampasiberdasarkan kapasitas tampung: BPS 1 tampung Kapasitas an dikendalik yang sedimen Jumlah  n 28.200,96 60.759,171  n

54

,

2

n

3Buah

Jadi untuk satu kali banjir periode 25th, dibutuhkan 3 (tiga)

buahBangunan Pengendali Sedimen (Checkdam).

ANALISA PERENCANAAN CHECK DAM

Adapun gaya-gaya yang bekerja pada tubuh Check dam yang perlu diperhitungkan adalah :

1. Berat sendiri Check dam (self weight of weir)

2. Tekanan air hidrostatis 3. Gaya gempa (seismic force) 4. Tekanan lumpur dan sedimen

(sedimen pressure)

Untuk desain Check Dam Batang Lampasi ini di buat tinggi rencana Check dam H= 10 m Asumsi-Asumsi Perencanaan Check dam Batang Lampasi : Tinggi Rencana (H) = 8 m Tinggi Pondasi = 2 m Hujan Rencana = 113,745 mm Debit Rencana (Q25) = 475,238 m3/dtk ( Debit Rata-rata ) Luas CA = 263,88 km2 Kemiringan Sungai = 0.0109

(9)

B1 B2 h3 w m 1

Faktor Keamanan Guling = 1,2 Faktor Keamanan Geser = 1,2 Faktor Keamanan Eksentrisitas = 1,7 Berat Jenis Batu Kali (γ) = 2,20 T/m3

Berat Jenis Sedimen (γs) = 2,65 T/m3

Berat Jenis Air (γw) = 1,00 T/m3

Koefisien Gempa = 0.25

PERENCANAAN PELUAP

Debit rencana harus ditentukan dengan mempertimbangkan konsentrasi sedimen. Rumus yang digunakan untuk menghitung Debit yang melewati peluap adalah.

Qd = (1 +  ). Qw Dengan :

 = Cc = Konsentrasi aliran sedimen = 0,012

Qw = Debit puncak untuk periode 25 tahun = 475,238 m3/dt

Qd = (1 + 0,012) . 475,238 Qd = 476,25 m3/dt

Maka Debit yang melewati peluap dengan debit puncak 25 tahun adalah 476,25 m3/dt. Checkdam direncanakan tipe tertutup

dengan memakai “drain hole” karena itu debit yang mengalir diatas pelimpah Qd =Q

Gambar 4.1. Penampang Peluap

Persamaan Perencanaan Peluap: Q = 2/15 x C x (2.g) x (3.B1 +

2B2) x h31/3

Dengan :

Q = Debit diatas pelimpah = 476,25 m3/dt

C = Koefisien Debit (0,6~ 0,66) = 0,6

g = Percepatan grafitasi = 9,8 m/dt2

B1 = Lebar peluap bagian bawah

B2 = Lebar peluap bagian atas

h3 = Tinggi air diatas pelimpah

w = Jagaan

m = Kemiringan tepi peluap = 0,5

(10)

Untuk m = 0,5 dan C = 0,6 , maka rumus diatas menjadi: Q 0.6

2 9.8

 

3. 1 2. 2

31/3 15 2 h B B        Q= (0,71 x h3 + 1,77 x B1) x h33/2 Direncanakan :

B1 = 80 % x lebar sungai pada lokasi BPS

Dimana Lebar sungai Lb = 32 m B1 = 80 % x 32 m = 25,6 m Maka : B2 = B1+ h3 = 25,6 + h3 Q = (0,71 h3 + 1,77 x B1)h33/2 476,25 = (0,71 h35/2 + 1,77 x 25,6)h33/2 476,25 = (0,71 h35/2 + 45,312 )h33/2

Trial dan error

Didapat h3 = 4,703 m  4,703 m

476,25 = 476,25 ………..sama Perencanaan Subdam Dan Apron

 Perencanaan Subdam

H2 = Tinggi Sub Dam (m)

H2 = (1/3  1/4)H1

= (2,66 m 2m)

Direncanakan = 2,66 m Tebal Lantai Lindung / Apron

1) ) (3h ) 0,1((0,6H t 1  3  Dengan :

h1 = Tinggi dari permukaan lantai

sampai mercu Main Dam (m) = 8 m h3 = Tinggi air diatas mercu peluap

(m)

= 4,703 m

Jadi tebal lantai apron =

1) m) 4,703 x (3 8m) x 0,1((0,6 t   t = 1,79 m

Direncanakan tebal lantai lindung/ apron (t) = 1,79 m

Pemeriksaan Stabilitas Checkdam Pemeriksaan stabilitas checkdam ditinjau terhadap guling, geser, eksentrisitas, tegangan tanah dan patah pada potongan yang berbahaya yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang bekerja pada checkdam dalam pembebanan luar biasa. Pemeriksaan checkdam ini dilakukan atau ditinjau dalam 2 (dua) keadaan, yaitu :

(11)

1) Keadaan banjir (flood water condition)

2) Keadaan Normal (normal water condition)

Adapun pemeriksaan stabilitas checkdam adalah sebagai berikut :  Terhadap Guling (overtuning)

a) Keadaan Air Normal/Normal Water Condition (Tanpa beban gempa) Mt = Mr = 1186,165 TM MG = Mo = 151,563 TM Safety Factor > 1,2 Syarat :

!

!

!

...

2

,

1

82

,

7

563

,

151

1186,165

OKE

fg

Jadi, konstruksi checkdam cukup kuat menahan guling, …….aman!

b) Keadaan Air Normal/Normal Water Condition (Dengan beban gempa) Mt = Mr = 1186,165 TM MG = Mo = 360,868 TM Safety Factor > 1,2 Syarat :

!

!

!

...

2

,

1

29

,

3

868

,

360

1186,165

OKE

fg

Jadi, konstruksi checkdam kuat menahan guling, ….aman!

c) Keadaan Air Banjir/Flood Water Condition(Tanpa beban gempa) Mt = Mr = 160,502 T.M MG = Mo = 321,579 T.M Safety Factor > 1,20 Syarat :

!

!

!

...

20

,

1

25

,

5

579

,

321

502

,

1690

OKE

fg

Jadi, konstruksi checkdam kuat menahan guling, ……….aman

Terhadap Geser (Sliding)

Syarat :  1,2

H Vxf fs

a. Keadaan Air Normal/Normal Water Condition (Without Earthquake) Σ V = 221,374 T

Σ H = 73,57 T f = 0,75

(12)

!

..!

.

...

2

,

1

26

,

2

57

,

73

75

,

0

374

,

221

OKe

x

fs

Jadi konstruksi aman terhadap bahaya geser…!

b. Keadaan Air Normal/Normal Water Condition (With Earthquake)

Σ V = 221,374 T Σ H = 122,97 T f = 0,75

!

..!

.

...

2

,

1

35

,

1

97

,

122

75

,

0

374

,

221

OKe

x

fs

Jadi konstruksi aman terhadap bahaya geser…Aman!

c.Keadaan Air Banjir/Flood Water Condition (Without Earthquake) Σ V = 295,057 T Σ H = 200,694 T f = 0,75

!

..!

...

...

20

,

1

10

,

1

694

,

200

75

,

0

057

,

295

OKe

x

fs

Jadi konstruksi aman terhadap bahaya geser…Aman!

Terhadap Eksentrisitas ( Tegangan Tarik ) Syarat : 6 2 B B V M e  

Dimana : B = Panjang tubuh checkdam dari hulu ke hilir (11,00 m)

e = Posisi resultan gaya tegangan tarik (m) Mo = Momen guling (t.m)

Mr = Momen penahan guling (t.m) Σ V = Resultan gaya vertikal (ton)

a) Pada Saat Air Normal/Normal Water Condition (Without Earthquake) Mt = Mr = 1186,165 T.M MG = Mo = 151,563 T.M Σ V = 221,347 T 6 00 , 11 2 00 , 11 221,347 563 , 151 165 , 1186  e ! ! ... 83 , 1 82 , 0 OK e 

Jadi resultan gaya berada dalam daerah kern (inti), maka pasangan batu tidak mendapat tegangan tarik.

a. Pada Saat Air Normal/Normal Water Condition (With Earthquake)

Mt = Mr = 1186,165 T,M MG = Mo = 306,868 T.M

(13)

Σ V = 221,374 T 6 00 , 11 2 00 , 11 221,347 868 , 306 165 , 1186  e ! ! ... 83 , 1 52 , 1 OK e 

Jadi resultan gaya berada dalam daerah kern (inti), maka pasangan batu tidak mendapat tegangan tarik.

b. Pada Saat Air Banjir/Flood Water Condition (Without Earthquake) Mt = Mr = 1690,502 T.M MG = Mo = 321,579 T.M Σ V = 221,374 T 6 00 , 11 2 00 , 11 221,374 579 , 321 502 , 1690  e ! ! ... 83 , 1 68 , 0 OK e 

Jadi resultan gaya berada dalam daerah kern (inti), maka pasangan batu tidak mendapat tegangan tarik.

Terhadap Overstressing (Tegangan Tanah)

Syarat:

q1 = (Σ V / B) * (1-(6 * e/B)) < σ ɡ

Dimana :

q1 = Daya Dukung tanah terhadap gaya

vertikal (t/m²)

Σ V = Resultan gaya vertikal (ton) B = Panjang konstruksi Sabodam (11 m) e = Posisi resultan tegangan tarik (m) σ ɡ = Tegangan izin tanah batuan (32,10 t/m²)

a. Kondisi Air Normal/Normal Water Condition (Without Earthquake) Mt = Mr = 1186,165 T.M MG = Mo = 151,563 T.M Σ V = 221,347 T B = 11,00 meter q1 = (Σ V / B) * (1-(6 * e/B)) = (221,347 /11,00)*(1-(6*(-0,82/11,00)) = 29,12 T/M2 < 32,10 T/M2….OK!! q2 = (Σ V / B) * (1+(6 * e/B)) = (221,347/11,00)*(1-(6*(-0,82/11,00)) = 11,22 T/M2 < 32,10 T/M2…..OK!! b. Kondisi Air Normal/Normal Water

Condition (With Earthquake) Mt = Mr = 1690,502 T.M

(14)

MG = Mo = 321,579 T.M Σ V = 295,057 T B = 11,00 meter q1 = (Σ V / B) * (1-(6 * e/B)) = (295,057/11,00)*(1-(6*(-1,52/11,00)) = 31,06 T/M2 < 32,10 T/M2…..OK q2 = (Σ V / B) * (1+(6 * e/B)) = (295,057/11,00)*(1(6*(1,52/11,00)) = 14,63 T/M2 < 32,10 T/M2…..OK c. Kondisi Banjir/Flood Water

Condition (Without Earthquake) Mt = Mr = 1186,165 T.M MG = Mo = 306,868 T.M Σ V = 221,374 T B = 11,00 meter q1 = (Σ V / B) * (1-(6 * e/B)) =(221,374/11,00)*(1(6*(0,68/ 11,00)) = 12,66 T/M2< 32,10 T/M2…..OK!! q2 = (Σ V / B) * (1+(6 * e/B)) = (221,374 /11,00)*(1(6*(0,68/11,00)) = 27,59 T/M2< 32,10 T/M2…..OK!! KESIMPULAN

Dari hasil perencanaan yang penulis lakukan pada tugas akhir ini, dengan didukung oleh data-data pendukung seperti : peta topografi, data hidrologi dan survey lapangan, maka penulis dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :

1. Melihat permasalahan yang terjadi di Batang Lampasi yaitu permasalahan sedimentasi yang cukup serius, maka pada Batang Lampasi yang merupakan penghasil sedimen perlu dibangun checkdam, untuk tinggi 8 meter minimal dibutuhkan 3 buah checkdam untuk menampung sekali banjir.

2. Untuk penempatan lokasi checkdam harus diperhatikan :

a. Lokasi checkdam diusahakan pada bagian hilir daerah sumber sedimen yang labil.

(15)

b. Lokasi dapat dibuat pada alur sungai yang dalam, agar dasar sungai naik dengan adanya checkdam tersebut, apabila ruas sungai tersebut cukup panjang maka diperlukan beberapa buah checkdam yang dibangun secara berurutan membentuk trap-trap.

c. Untuk memperoleh kapasitas tampungan yang besar, maka tempat kedudukan lokasi checkdam di usahakan berada pada sebelah hilir dari ruas sungai tersebut.

3. Dari hasil perhitungan hidrologi didapatkan :

a. Untuk curah hujan periode ulang dengan metode Hasper dan Gumbel. Dari kedua metode tersebut maka didapatkan nilai rata-rata hasil perhitungan R= 113,745 mm/hari

b. Analisis debit banjir rencana menggunakan metode Hasper dan Melchior. Dari kedua metode tersebut diambil Q25 yang

mendekati Q25 rata-rata yaitu

hasil perhitungan sebesar Q =

475,238 m3/dt

4. Tipe struktur checkdam pada Batang Lampasi digunakan tipe grafitasi menggunakan bahan batu kali, sedangkan tipe pelimpah menggunakan tipe tertutup dengan memakai lubang drainase (drain hole).

5. Hasil perencanaan konstruksi checkdam didapatkan dimensi peluap, kemiringan main dam, dimensi sub dam, dimensi apron dan volume tampungan checkdam.

6. Stabilitas bangunan checkdam ditinjau terhadap gaya guling (overtuning), gaya geser (sliding),

(16)

terhadap eksentrisitas dan tegangan tanah (overstressing), dari semua peninjauan tersebut didapatkan hasil yang memenuhi syarat keamanan yang telah ditentukan.

SARAN

1. Dalam pembangunan konstruksi checkdam, dalam penentuan lokasi sebaiknya dilakukan analisa dan survey sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam penempatan lokasi.

2. Dalam perencanaan desain konstruksi checkdam harus memperhatikan standar kriteria dari perencanaan bangunan tersebut sehingga tidak terjadinya salah perencanaan nantinya.

3. Untuk pengendalian sedimentasi pada suatu Sungai harus dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh, mencakup upaya konservasi sumber daya lingkungan

geofisik, biologi dan sosial ekonomi, dengan memperhatikan keseimbangan proporsional kawasan hulu, tengah dan hilir sungai.

4. Harus dilakukan perawatan secara berkala, untuk menghindari rusaknya setiap bagian bangunan checkdam dalam waktu yang relatif singkat. Sehingga bangunan chekdam dapat berfungsi sesuai dengan umur rencana.

Dihimbua pada pemerintah kota Payakumbuh, kiranya mengatur dan mengendalikan penambangan galian C / penambang pasir di Batang Lampasi, agar tidak terjadi lagi gerusan yang berlebihan pada dasar sungai Batang Lampasi.

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Pekerja Umum. 2012. Desain Bangunan Pengendali Sedimen.

(17)

Yogyakarta : Departemen Pemungkiman dan Prasarana Wilayah, Kementrian Pekerja Umum.

Kementrian Pekerjaan Umum. 2012. Implementasi Sabo. Yogyakarta: Depertemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Kementrian Pekerjaan Umum.

Patana Rantetoding. 2002. Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Bagian 8 :Bendung, Bendungan, Sungai, Irigasi, pantai Edisi Pertama. Jakarta: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.

Ir. Mawadi Samah, Dipl. HE. Bahan Kuliah Irigasi dan Bangunan Air.

Ir. Lusi Utama, MT. Bahan Kuliah Hidrologi.

Gambar

Tabel 1. Perhitungan curah hujan  maksimum rata-rata  Tahun
Tabel 4. Resume Curah Hujan
Gambar 3.2.Perbandingan Death  Storage(A1) dengan Control Storage
Gambar 4.1. Penampang Peluap

Referensi

Dokumen terkait

Debit banjir rencana menggunakan metode Melchior periode 100 tahun adalah sebesar 323,29 m 3 /s, Hasil estimasi erosi yang terjadi pada DAS Batang Suliti adalah sebesar

Sesuai dengan pembahasan pada sub bab 4.3.1, maka untuk uji kesesuaian, data curah hujan rencana yang akan digunakan adalah hasil dari metode distribusi normal dan distribusi

Analisis hidrologi bertujuan untuk menganalisis curah hujan rencana, perhitungan intensitas curah hujan, analisis debit banjir rencana, analisis debit andalan dan kebutuhan

Tujuan dari kajian tuga akhir ini adalah untuk menghitung curah hujan rencana, debit banjir rencana, menghitung besarnya sedimentasi yang terjadi, kemudian hasil

Data Hidrologi, yaitu data curah hujan di daerah aliran sungai atau anak sungai yang masuk ke check dam Batang Suliti, data ini mencakup beberapa stasiun yang ada

Pada perencanaan bendung Batang Sinamar tersebut dilakukan perhitungan seperti analisa hidrologi menggunakan metode aritmatik, perhitungan debit banjir rencana dengan

Analisis hidrologi distribusi normal banyak digunakan untuk menganalisis frekuensi curah hujan, analisis statistik dari distribusi curah hujan tahunan, debit

Analisi Debit banjir rencana Q, untuk menghitung hidrograf banjir rencana berdasarkan curah hujan rencana setiap periode ulang, dalam perhitungan debit banjir rencana Kali Benowo