Martana adalah taf Pengajar fakultas Teknik Universitas Merdeka Madfiun 9
KAJIAN PENGARUH HUJAN DAN DEBIT AIR TERHADAP
OPERASI BANGUNAN PENGAMBILAN (
INTAKE
)
DI BENDUNG SEWU MADIUN
Study On Factors Affecting Operation Of Water Intake
(Case Study At Sewu Irrigation System Madiun)
Martana
Abstract:
Operation of water intake is part of irrigation system management
as water form this plant is distributed into the successive channels according
to irrigation water requirement of each channel. The gate operator has an
important role in distribution of water accurate time and amount. In line with
this it is considered necessary to cunduct a study to determine dominant
factors influencing the gate operation of water intake at the plant.In this
research factors affecting the operation of water intake will be analyzed by “
The Hayashi Quantification Method ” This analysis will be apllied on the
primary chanel of the Sewu Irrigation system, Madiun. The important point is
this research is the determinations of the affecting factors, referred to as item
. From each item, saverel catagories are made, each category of which has
the dummy variables of 0 and 1.The results show that the operation of water
intake on the previus day with a partial correlationcoefficient of 0,493. Other
factors are of less attention to the gate operator. In General, this
quantification analysis method showed fairly good performance with a
multiple correlation coefficient of 0,645
Kata kunci :
Rain, Water debit, the gate operation of water intake,
Quantification Method
Air merupakan sumber daya alam yang memiliki peranan penting dalam kehidupan
manusia. Air yang tersedia terbatas jumlahnya, sedangkan jumlah penduduk dan kebutuhan
air perkapita semakin bertambah, sehingga jumlah kebutuhan air makin meningkat, salah
satu diantaranya adalah untuk kebutuhan irigasi.
Seiring dengan bertambahnya penduduk, jumlah kebutuhan pangan meningkat pula,
sehingga diperlukan peningkatan produksi pangan. Kebutuhan pangan di Indonesia
umumnya adalah beras, yang berasal dari tanaman padi. Padi tidak akan berkembang dengan
baik tanpa didukung oleh sarana produksi yang memadai, diantaranya ketersediaan air yang
cukup sesuai dengan periode pertumbuhan tanaman padi. Sarana dan prasarana perlu
ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan air yang optimal serta dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan. Berbagai upaya masih perlu ditunjang oleh suatu pengelolaan yang baik agar
pemanfaatan air yang tersedia dapat efektif dan efisien.
Air yang tersedia pada suatu daerah irigasi, baik yang berasal dari air hujan, air
permukaan atau sumber-sumber air lain, seperti bendung, waduk dan lain-lain dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk keperluan irigasi. Air irigasi tidak begitu saja dapat
dialirkan ke petak-petak sawah, melainkan harus melalui suatu system jaringan irigasi yang
terdiri dari saluran dan bangunan air irigasi tersebut adalah bangunan pengambilan (
intake
)
di bendung. Untuk mengkaji lebih lanjut permasalahan ini, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana pengaruh hujan dan debit air terhadap pengoperasian pintu air di
bangunan pengambilan (
intake
)?
2.
Seberapa besar pengaruh faktor hujan dan debit tersebut terhadap pola
pengoperasian pintu air di bangunan pengambilan (
intake
)?
Penelitian ini bertujuan membuat suatu analisis sebagai berikut:
Mengkaji pengaruh hujan dan debit air terhadap pengoperasian pintu air di bangunan
pengambilan (
intake
), dan menghitung besar pengaruh faktor hujan dan debit tersebut
terhadap pola pengoperasian pintu air di bangunan pengambilan (
intake
). Adapun manfaat
dari penelitian ini, diantaranya adalah untuk memberikan masukan kepada pihak tertentu,
khususnya juru pintu air tentang faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap
optimalisasi pengoperasian pintu air dibangunan pengambilan (intake) di Bendung Sewu
Madiun. Dengan demikian juru pintu air diharapkan akan dapat melayani pembagian air
secara cepat dan tepat serta adil dan merata.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,
maka permasalahan yang dihadapi
dan untuk diteliti adalah:
1.
Manajemen air irigasi
2.
Ketersediaan air irigasi
3.
Kebutuhan air irigasi, jenis pekerjaan di lahan dan periode pertumbuhan
tanaman
Air yang akan dialirkan ke petak-petak sawah sebagai areal usaha pertanaman
melalui saluran irigasi dapat diketahui dengan terlebih dahulu memahami proses yang terjadi
di lahan yang akan diairi. Menurut Sudjarwadi, 1987 proses tersebut merupakan konsep
imbangan air di suatu petak sawah. Kebutuhan air di sawah untuk padi, berdasarkan criteria
perencanaan irigasi di Indonesia ditentukan oleh beberapa factor, yaitu penyiapan lahan,
penggunaan konsumtif tanaman, infiltrasi dan perkolasi, pergantian lapisan air dan hujan
efektif. Demikian pula, kebutuhan air di sawah untuk palawija, berdasarkan criteria
perencanaan irigasi di Indonesia ditentukan oleh beberapa factor yaitu penggunaan
konsumtif tanaman, dan hujan efektif (Anonymous, 1986).
Menurut Cho, dkk., 1984 (Nurrochmad, 1995), kebutuhan air untuk pengelolaan di
lahan dan jaringan irigasi sangat dipengaruhi oleh aktivitas petani. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan air untuk pengelolaan di lahan dan jaringan lebih mudah
dinyatakan dalam besaran yang bersifat kualitatif. Berdasarkan perencanaan criteria
perencanaan jaringan irigasi di Indonesia, kebutuhan air irigasi di sawah untuk tanaman padi
dan palawija dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Anonimous, 1986).
Menurut Akuto, 1980 (Nurrochmad, 1995), bahwa analisis kuantitatifikasi terdapat dua
pandangan, yaitu: a). adanya variable tujuan (outside variables), yang disebut Teori
kuantifikasi I dan H. b). tidak adanya atau tidak tersedianya variabel tujuan (outside variable)
yang disebut Teori Kuantifikasi III s.d VIII.
Metode kwantitatif I yang diperkenalkan oleh Hayashi, 1968 (Nurrochmad, 1995) akan
diterapkan dalam kajian ini untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan air irigasi yang
dipengaruhi oleh factor-faktor dominant jika dikaitkan dengan operasi pintu air pada suatu
bangunan pengambilan untuk mendistribusikan air pada suatu bangunan pengambilan untuk
mendistribusikan air ke saluran-saluran.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan di bendung Sewu Kabupaten Madiun, dengan
langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut :
Martana: Kajian pengaruh hujandan debit air…11
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari hasil survey secara lannsung di lapangan dan wawancara dengan
pengelola jaringan irigasi termasuk operator pintu dan petani yang memiliki areal sawah di
Sewu Kabupaten Madiun. Data sekunder didapatkan dari Kantor Dinas Pengairan Madiun.
Sebagian data seperti hujan, debit aliran merupakan data harian, sedangkan data
evapotranspirasi berupa data bulanan. Beberapa data tersebut dapat diuraikan berikut.
(1). Data Hujan: Data hujan yang digunakan adalah hujan harian dari stasiun pengukur
hujan, selama satu tahun musim tanam.
(2). Data debit pengoperasian pintu air
Data debit yang digunakan adalah debit harian pengoperasian pintu air dari saluran
primer yang dilayani oleh bangunan pengambilan di Sewu, selama satu tahun
musim tanam (tiga musim tanam) dalam setahun.
(3). Data Evapotranspirasi potensial
Data evapotranspirasi potensial yang digunakan adalah evaporasi harian rata-rata
tiap bulan selama satu tahun di sekitar wilayah di Sewu sebagaimana dalam table
berikut.
Tabel 1. Evapotranspirasi Potensial Harian Rata-rata tiap bulan (mm/hari)
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Evapotranspirasi
3,5 3,8
3,9
3,9
3,9
3,9
3,9 4,0
4,0
4,0
3,9
3,6
Sumber: Kantor Pengamat Pengairan Madiun, 1998
(4). Data Luas Lahan
Data luas lahan yang dimaksud adalah luas lahan yang dilayani oleh saluran primer
di bangunan pengambilan Bendung Sewu, seperti pada tabel berikut.
Tabel 2. Jaringan Irigasi yang dilayani
No.
Daerah yang dilayani
Luas Areal (ha)
1.
2.
3.
4.
B. Sadap SW1.Ki
B. Sadap SW2.Ki
B. Sadap SW3 Sekunder Werik
B. Sadap SW3 Sekunder Brumbun
3
4
452
921
J u m l a h
1380
(1)
Data Jadual dan Pola tanam
Data jadual dan pola tanam yang dimanfaatkan adalah jadual dan pola tanam
realisasi di Sewu. Uraian singkat tentang jadual tanam dan kebutuhan air irigasi pada
daerah layanan bangunan pengambilan Bendung Sewu, sebagaimana
langkah-langkah perhitungan berikut.
Prediksi jadual dan pola tanam pada daerah irigasi tersebut adalah:
MUSIM TANAM I
MUSIM TANAM II
MUSIM TANAM III
Padi 1
Padi 2
Palawija
Kedelai
Musim tanam I (padi) diperkirakan masa tanam selama 4 bulan, pada bulan
Oktober-Nopember-Desember-Januari. Musim tanam II (padi I) diperkirakan
masa tanam selama 4 bulan Pebruari-Maret-April-Mei. Musim tanam III
(palawija/ kedelai) juga diperkirakan masa tanam selama 3 bulan, pada bulan
Juni-Juli-Agustus.
(b)
Menghitung kebutuhan air irigasi tanaman padi
i.
Menghitung kebutuhan bersih air di sawah untuk tanaman
padi
ii.
Menghitung kebutuhan air irigasi tanaman padi (di pintu
pengambilan/ intake)
(c)
Menghitung kebutuhan air irigasi tanaman palawija
i.
Menghitung kebutuhan bersih air di sawah untuk tanaman
palawija
ii.
Menghitung kebutuhan bersih air irigasi tanaman palawija
(d)
Menghitung kebutuhan air irigasiuntuk pengolahan lahan
(2)
Data periode pertumbuhan tanaman
Periode pertumbuhan tanaman yang dimaksud adalah periode pertumbuhan tanaman
padi dan palawija di areal yang dilayani oleh bangunan pengambilan Bendung Sewu,
sepanjang periode pertumbuhan tanaman selama satu tahun musim tanam.
HASIL PENELITIAN
Kajian yang dilakukan di bangunan pengambilan (intake) bendung Sewu Madiun
selama satu tahun musim tanam, mengambil ketentuan bahwa semua item yang digunakan
untuk model analisis kuantifikasi diklasifikasikan sebagai factor-faktor independent yang
berpengaruh terhadap pengoperasian pintu air. Uraian hasil sebagai berikut :
Bobot Kategori (caregory weight),
nilai bobot kategori (koefisien regresi parsial) yang
didapat dari hasil analisis regresi multiple dengan metode kuantifikasi terhadap debit terukur
yang dioperasikan oleh juru pintu kesaluran primer sebagaimana hasil running program
analisis factor pengaruh. Nilai tersebut secara singkat dapat disajikan pada tabel 3.
Tabel 3.Nilai Bobot Katagori Saluran Primer bendung sewu
Item Kategori Bobot
Kategori
Item Kategori Bobot
Kategori Item1 K11 K12 K13 K14 -3,264 -0,499 -0,046 1,971 Item5 K51 K52 K53 K54 K55 K56 K57 -0,674 -0,051 0,302 0,418 0,099 0,826 -1,355 Item2 K21 K22 -0,145 0,159
Martana: Kajian pengaruh hujandan debit air…13 K23 K24 Item6 K61 K62 K63 K64 K65 K66 K67 K68 0,315 -0,073 -1,381 0,319 0,415 -2,618 0,091 -0,029 Item3 K31 K32 K33 K34 -0,190 0,880 0,050 0,543 Item4 K41 K42 K43 K44 5,391 0,505 -0,018 -0359 K = kategori ke-n
Persamaan Analisis Kuantifikasi Debit Simulasi (prediksi)
Berdasarkan nilai-nilai bobot kategori (koefisien regresi parsial) tesebut, selanjutnya
dapat dirumuskan suatu persamaan analisis kuantifikasi untuk memprediksi nilai debit dari
saluran primer di bangunan pengambilan Bendung Sewu, sebagaimana uraian berikut. Hasil
dari persamaan analisis kuantifikasi pada kajian ini merupakan debit prediksi (mm/hari) dari
operasi pintu air harian di bangunan pengambilan di Sewu selama satu tahun musim tanam
pada 1997. Debit prediksi (simulasi) hasil analisis tersebut selanjutnya dibandingkan dengan
debit air dari pengoperasian pintu air terukur yang dilakukan oleh juru pintu pada waktu
yang sama.
Kofisien Korelasi Total dan Koefisien korelasi parsial
Nilai koefisien korelasi total pada kajian ini menunjukkan besarnya hubungan secara
menyeluruh antara debit terukur dan debit prediksi. Nilai koefisien korelasi parsial pada
kajian ini merupakan besarnya pengaruh item-item tersebut terhadap besarnya debit yang
disalurkan melalui pintu air di bangunan pengambilan di Bendung Sewu selama satu tahun
musim tanam pada tahun 1997.
PEMBAHASAN
Pengaruh Faktor Pembobot pada setiap Item
Operasi pintu air harian yang dilakukan oleh juru pintu pada hari kemarin (sehari
sebelumnya) berpengaruh terhadap operasi pintu air pada hari ini, namun operasi pintu pada
tiga hari yang lalu kurang mendapat perhatian dari juru pintu dalam menyalurkan air
kesaluran primer. Hal ini terlihat dari nilai koefisien korelasi parsial ( ρ ) operasi pintu tiga
hari lalu, sebesar 0,366 lebih kecil dari nilai korelasi parsial operasi pintu kemarin, sebesar
0,493. Kejadian ini dapat dipahami bahwa seorang juru pintu akan senantiasa lebih
berorientasi pada operasi pintu air hari kemarin dan mendatang yang merupakan kunci
keberhasilan pemberian air daerah layanannya.
Hujan yang terjadi pada hari kemarin sama sekali kurang mendapat perhatian dari
juru pintu. Kenyataan ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi parsial (ρ ) sebesar
0,0061. Halini dapat dipahami bahwa juru pintu biasanya akan bekerja pada waktu tertentu
saja, sehingga hujan yang jatuh pada kemarin belum dapat diantisipasi secara baik, karena
waktu dan jumlah hujan yang jatuh belum diperoleh juru pintu. Sementara itu banyaknya
hujan yang terjadi selama tiga hari lalu berturut-turut cukup berpengaruh terhadap operasi
pintu air yang dilakukan oleh juru pintu, dengan koefisien korelasi parsial (ρ ) sebesat 0,174.
Pertimbangan dalam tujuan konservasi air di suatu sistem jaringan irigasi, karena hujan
merupakan salah satu sumber air air irigasi.
Debit Prediksi Hasil Analisis Kuantifikasi
Debit prediksi yang dihasilkan dari analisis faktor yang berpengaruh terhadap
operasi pintu air di daerah kajian selama satu tahun musim tanam. Nilai debit terukur didapat
berkisar antara 0 mm/hari s.d 13,9 mm/hari, sedang nilai debit prediksi berkisar antara 0,2
mm/hari s.d 11,5 mm/hari. Nilai-nilai tersebut dapat dipahami bahwa rentang selisih debit
prediksi lebih kecil daripada debit terukur, karena faktor pembatas yang digunakan pada item
yang diajukan pada kajian ini. Rangkaian nilai-nilai dari debit terukur dan debit prediksi
mempunyai kemiripan yang cukup baik atau berimpit dengan cukup baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian debit air yang berpengaruh terhadap operasi pintu air di
bangunan pengambilan di Sewu Madiun, Jawa Timur selama satu tahun musim tanam pada
tahun 1997, maka dapat diambil kesimpulan berikut:
1.
Operasi pintu air harian p[ada saluran primer Bendung Sewu dipengaruhi oleh
operasi pintu air hari kemarin dengan ρ (koefisien korelasi parsial) = 0,493, namun
kurang dipengaruhi oleh operasi pintu air selama tiga hari berturut-turut sebelumnya
dengan
ρ = 0,366, sehingga dapat dipahami bahwa seorang juru pintu senantiasa
lebih berorientasi pada operasi pintu air hari kemarin dan mendatang yang
merupakan kunci keberhasilan pemberian air terhadap daerah layanannya.
2.
Besar hujan hari kemarin secara umum kurang berpengaruh terhadap operasi pintu
air dengan ρ = 0,061, namun banyaknya hujan pada tiga hari lalu yang berturut-turut
cukup mempunyai pengaruh terhadap operasi pintu air dengan
ρ = 0,174, maka
dapat dinyatakan bahwa juru pintu biasanya akan bekerja pada waktu tertentu saja,
sehingga hujan yang jatuh kemarin belum dapat diantisipasi secara baik, karena
waktu dan jumlah hujan yang jatuh belum didapat oleh juru pintu.
Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan tersebut terdapat beberapa saran yang dapat
disampaikan pada uraian berikut:
1.
Nilai korelasi parsial dari beberapa item masih rendah dan korelasi total cukup
baik. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu
kemampuan operator pintu kurang memadai, pencatatan data kurang akurat,
penetapan model kurang sesuai.
2. Model analisis ini masih terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian
secara seksama, seperti penetapan model, penentuan faktor pengaruh dan
kategori, dan penggunaan data terukur.
Daftar Rujukan
Anonymous, 1986.
Standart Perencanaan Irigasi (KP 01)
, Direktorat Jenderal
Pengairan DPU CV. Galang Persada , Bandung
__________, 1986.
Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi (Bagian Penunjang)
, Direktorat
Jenderal Pengairan DPU CV. Galang Persada , Bandung
__________, 1986.
Metodologi Penelitian Analisis Kuantitatif
, Lembaga Pendidikan
Doktor Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Buur; Irving W., 1974.
Applied Statistical Methods
, Academic Press-Inc. 111Fifth
Avenue, New York.
Martana: Kajian pengaruh hujandan debit air…15