• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN WALI KALAYAN DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KEPRIBADIAN ANAK DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH NU BLOTONGAN SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERANAN WALI KALAYAN DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KEPRIBADIAN ANAK DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH NU BLOTONGAN SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN WALI KALAYAN

DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN

KEPRIBADIAN ANAK DI PANTI ASUHAN DARUL

HADLANAH NU BLOTONGAN SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

OLEH

KHUZAIMAH

NIM: 11111131

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

ِساَّنلِل ْمُهُعَفْنَأ ِساَّنلا ُشْيَخ

(7)

PERSEMBAHAN

Atas rahmat dan ridho Allah SWT, kupersembahkan sebuah karya

sederhana ini untuk orang yang penulis sayangi.

1. Bapakku Sudir dan Ibuku Salamah yang selalu memberikan do‟a, kasih sayang, semangat kepada penulis, hormat dan baktiku kan selalu

tertuju untukmu.

2. Adik-adikku, M. Nasikin dan Sabilir Rosad terimakasih atas do‟a kalian, rajinlah dalam belajar dan raihlah cita-citamu dengan semangat.

3. Seluruh keluargaku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi

untuk penulis.

4. Bapak dan mbah yai Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan yang selalu

membimbing serta memberikan ilmu dan nasihatnya sehingga mampu

memberikan keteduhan dan kedamaian ketika penulis belajar ngaji dan

hidup mandiri. Semoga Allah memanjangkan usia yang senantiasa

dalam kesehatan dan ketaqwaan.

5. Bapak M. Gufron, M. Ag selaku dosen pembimbing yang dengan

sabar dan teliti membimbing dan mengarahkan penulis, terimakasih

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga ilmu

yang Bapak berikan selalu bermanfaat.

6. Teman satu kamarku Ni‟mah Khoiriyah, Nidaul Khusna, dan Titik Isniatus Sholihah yang selalu memberikan arti sebuh senyuman,

(8)

7. Keluarga besar Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan terkhusus santri

putri, Rina, Nilta, Risa, Ijah, Isna, Isti, Retna, Erni, Nuril, Nela, Fatim,

Win, Roisa, Ema dan Ella, terimakasih untuk sepenggal cerita, tawa,

dan canda di pondok.

8. Adik-adik panti asuhan dan keluarga besar panti asuhan Darul

Hadlanah NU Blotongan yang telah membantu lancarnya penelitian.

9. Sahabat-sahabat ku keluarga besar PMII, HMJ Tarbiyah, DEMA

Institut yang telah memberikan wawasan dan belajar berorganisasi

dengan loyalitas.

10.Teman-teman angkatan 2011 terkhusus PAI D yang telah berjuang dan

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikna skripsi ini yang berjudul

Peranan Wali Kalayan dalam Menumbuhkan Perkembangan Kepribadian Anak di Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi dunia dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang dengan kesempurnaan agama islam.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan semua pihak yang terkait. Pada kesempatan ini, penulis mengucapka terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. yang telah memberikan ijin untuk melakukan

penelitian di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Rukhayati, M. Ag Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN

(10)

4. Bapak M. Gufron, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, memberikan nasihat, arahan, serta masukan-masukan yang sangat

membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.

5. Seluruh dosen dan petugas admin Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian

berlangsung.

6. Ibu Muizzatul Azizah pengasuh panti asuhan Darul Hadlanah yang telah memberikan izin penelitian dan memberikan informasi bagi penulis.

7. Bapak Sudir dan Ibu Salamah tercinta yang telah mencurahkan pengorbanan,

kasih sayang dan do‟a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.

8. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga

kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi para Pembaca dan dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Salatiga, 12 Agustus 2015

(11)

ABSTRAK

Khuzaimah, 2015. “ Peranan Wali Kalayan dalam Menumbuhkan Perkembangan

Kepribadian Anak di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: M. Gufron, M.Ag.

Kata Kunci: Peranan Wali Kalayan dan Perkembangan Kepribadian.

Panti asuhan adalah sebuah lembaga sosial yang mewadahi anak-anak yang terlantar, anak-anak yatim, anak-anak yatim piatu, dan anak-anak dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Dengan adanya panti asuhan

diharapkan anak-anak tetap mendapatkan perlindungan, penghidupan,

pengawasan, dan pendidikan. Di panti asuhan ada seorang pengasuh atau wali kalayan yang akan memenuhi semua kebutuhan anak asuhnya, mulai dari mendidik, membimbing, mengasuh dan membentuk kepribadian yang baik. Berdasarkan latar belakang di atas, kemudian peneliti merumuskan ke dalam dua pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana peranan wali kalayan dalam menumbuhkan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan?, 2. Bagaimana perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan?.

Sehubungan dengan pertanyaan di atas peniliti menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah observasi,wawancara dan dokumentasi. Wawancara peneliti lakukan kepada pengasuh sekaligus wali kalayan di panti asuhan Darul Hadlanah dan kepada anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN BERLOGO... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

HALAMAN DEKLARASI…….……….……….. v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... …….. vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... …….. ix

DAFTAR ISI ... ……... x

DAFTAR LAMPIRAN... …….. xi

DAFTAR GAMBAR………..……… ……… xi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... .….. . 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

(13)

2. Kehadiran Peneliti... 9

3. Lokasi Penelitian ……… 10

4. Sumber Data ... 10

5. Prosedur Pengumpulan data ... ………… 11

6. Analisis Data………. 12

7. Pengecekan Keaslian Data……… 13

8. Tahap-tahap Penelitian……….. 13

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Peranan Wali Kalayan ... 16

B. Perkembangan Kepribadian Anak 1. Pengertian Kepribadian………..……… 18

2. Pengertian Anak………..………... 33

C. Tahap Perkembangan Kepribadian anak…………...…... 35

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gmbaran Umum PA. Darul Hadlanah 1. Sejarah Berdiri ... .…………. 37

2. Letak Geografis ... 38

3. Maksud dan Tujuan PA……….. 38

4. Visi dan Misi PA. Darul Hadlanah ... 39

5. Struktur Pengurus PA. Darul Hadlanah ... 39

(14)

8. Jadwal Santri ... 45

9. Sarana Dan Prasarana ... 50

10. Tata Tertib……….. 51

11. Wali Kalayan PA. Darul Hadlanah……… 52

B. Temuan Penelitian ... 52

BAB IV PEMBAHASAN A. Peranan Wali Kalayan dalam Menumbuhkan Kepribadian Anak di Panti Asuhan Darul Hadlanah ... 59

B. Perkembangan Kepribadian anak di Panti Asuhan Darul Hadlanah …73 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP PENULIS

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pustaka

2. Riwayat hidup penulis

3. Nota pembimbing skripsi

4. Surat permohonan izin melakukan penelitian

5. Surat keterangan melakukan penelitian

6. Deskripsi wawancara

7. Lembar konsultasi

8. Surat izin Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah

9. Anggaran Dasar

10.Foto/ gambar panti asuhan

(16)

DAFTAR GAMBAR

1. Kegiatan Mengaji Al-Qur‟an

2. Mengaji Sore

3. Kamar Santri

4. Mushola

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah aset yang paling berharga bagi orang tua dan negara.

Bagi orang tua anak adalah mutiara yang akan memberikan cahaya dan

semangat untuk hidup. Dengan adanya anak, orang tua akan lebih giat

bekerja, lebih bahagia dan punya tujuan untuk hidup. Apapun akan

dilakukan oleh orang tua demi anaknya, orang tua tak ingin melihat

anaknya bersedih, orang tua rela menderita demi anaknya. Sedangkan bagi

negara, anak adalah generasi masa depan untuk kemajuan negaranya. Maju

atau tidaknya suatu negara tergantung generasi negara tersebut.

Baik atau tidaknya anak tergantung pendidikan dan pola asuhnya

orang tua. Bila orang tua memberikan pendidikan dan pola asuh yang baik

maka anak akan menjadi baik dan berkualitas. Pola asuh yang baik

meliputi: kasih sayang anak terpenuhi, perhatian orang tua selalu

dilimpahkan, selalu memberikan kata-kata motivasi, dan orang tua selalu

ada saat anak membutuhkan. Sedangkan pendidikan yang baik meliputi:

pendidikan yang berkualitas, sesuai dengan keinginan anak, dan mengikuti

perkembangan zaman. Jadi, anak dengan situasi seperti itu akan menjadi

anak yang baik dan berkualitas. Sebagaimana dalam hadits di bawah,

(18)

ْطِفْلا ىَلَع ُذَلْىُي َّلاِإ ٍدْىُلْىَم ْنِم اَم

َا ِوِناَدِّىَهُي ُهاَىَبَأَف ِةَش

و

ِوِناَسِّجَمُي ْوَأ ِوِنأَشِّصَنُي

)يساخبلا هاوس(

“Setiap bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau

Majusi” (H.R. Bukhari).

Dengan melihat hadits di atas, orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak dan penting untuk memberikan pendidikan yang baik ( kitab Muhtarul Ahadits Nabawiyah. Bab Mim. Hal: 134).

Di sisi lain, tidak jarang pula ditemukan anak yang bertingkah laku

salah dan melanggar aturan. Hal itu, disebabkan pula oleh pengasuhan

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah (fisik-material, dan mental-spiritual), yang mereka khawatirkan terhadap mereka. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah

mereka mengucapkan perkataan (didikan) yang benar” (membuka al

-Qur‟an). (QS. An-Nisa: 9).

Adanya anak terlantar karena adanya beberapa faktor, antara lain:

kelahiran karena hamil di luar nikah, faktor ekonomi, orang tua sibuk

(19)

menderita dan kurang kasih sayang. Kalau hal ini dibiarkan terus, maka

akibatnya adalah menurunnya kualitas generasi bangsa, yang akan

membawa pada kemunduran.

Melihat kondisi seperti di atas, maka muncullah lembaga-lembaga

yang menampung anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih

sayang orang tua. Lembaga tersebut seperti panti asuhan. Panti asuhan

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rumah tempat memelihara

dan merawat anak yatim atau yatim piatu, dan sebagainya. Yang dimaksud

“sebagainya” di sini adalah anak terlantar, anak dari orang tua broken

home, atau anak gelandangan. Adanya lembaga panti asuhan dan

semacamnya setidaknya dapat membantu anak untuk tetap mendapatkan

haknya sebagai anak yaitu mendapatkan kasih sayang, perhatian,

pendidikan dan motivasi, walaupun tidak dari orang tua kandung.

Begitu juga dengan panti asuhan Darul Hadlanah NU, panti asuhan

ini menjadi wadah untuk anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang

orang tua dan menjadi tempat mempengaruhi pada kepribadian anak-anak.

Di panti asuhan, anak-anak hidup bersama-sama dalam satu atap dengan

berbagai sifat dan karakter, tentunya itu akan melatih pembentukan

kepribadian anak. Misal dengan adanya jadwal piket, jadwal belajar/ ngaji,

peraturan-peraturan yang harus dipatuhi, itu akan menjadikan kepribadian

anak terbentuk dengan baik.

Di panti asuhan inilah anak akan menjalani kehidupan dengan

(20)

yang baru, dan kegiatan atau aktivitas yang baru yang beda dari kemarin.

Di panti asuhan anak akan belajar bagaimana menghadapi teman yang

berbeda prinsip, belajar menghadapi konflik dan lain-lain.

Di panti asuhan orang tua asuh atau wali kalayan akan berperan

penting untuk membentuk dan menumbuhkan kepribadian anak.

Menumbuhkan merupakan kata kerja dari pertumbuhan yang berarti

pemuasan secara progresif atas kebutuhan-kebutuhan psikologis yang

makin kuat (Goble, 1993: 103). Wali kalayan harus dapat memberikan

perhatian, kasih sayang, dan pendidikan dengan adil, tidak

membeda-bedakan antara anak asuh yang satu dengan anak asuh yang lainnya, harus

dianggap sama, seperti anaknya sendiri. Kepribadian anak ditentukan

bagaimana pola wali kalayan dalam mengasuh.

Kepribadian disebut dengan istilah personality yang berasal dari

kata latin “persona” yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang

sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang dimaksudkan untuk

menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang (Sukmono, 2013:

9). Kepribadian adalah segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat

diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan

menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya

itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu

(Sukmono, 2013: 8).

Wali kalayan mempunyai tugas untuk menumbuhkan

(21)

mempunyai arti sebagai mekarnya bakat-bakat, kapasitas-kapasitas,

kreativitas, kebijaksanaan dan karakter secara terus-menerus (Goble, 1993:

103). Wali kalayan mengemban amanah untuk menjadikan karakter anak

asuhnya menjadi baik secara terus-menerus. Perkembangan yang baik

akan berdampak baik pula, seperti rasa bahagia dan berfikir dewasa. Di

panti asuhan darul hadlanah NU yang ada banyak anak asuhnya, ternyata

dalam menumbuhkan kepribadian anak belum optimal.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis perlu mencari informasi

melalui penelitian dengan judul: PERANAN WALI KALAYAN

DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KEPRIBADIAN ANAK DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH NU BLOTONGAN.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana peranan wali kalayan dalam menumbuhkembangkankan

kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan?

2. Bagaimana perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul

Hadlanah NU Blotongan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana peranan wali kalayan dalam

menumbuhkan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU

(22)

2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kepribadian anak di panti

asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi penambah ilmu pengetahuan

terhadap perkembangan kepribadian pada anak, khususnya anak di

panti asuhan.

2. Secara praktis

a. Bagi peneliti

1). Memberikan pengetahuan tentang upaya pengembangan

kepribadian anak.

2). Dapat mengetahui upaya menumbuhkan kepribadian anak.

b. Bagi panti asuhan

1). Dapat meningkatkan cara atau upaya dalam menumbuhkan

kepribadian anak di panti asuhan.

2). Sebagai tambahan informasi untuk memperluas wawasan

tentang mengembangkan kepribadian anak di panti asuhan.

c. Bagi dunia akademik

1). Dapat menemukan cara menumbuhkan kepribadian anak/

mahasiswa yang tepat dan ideal.

2). Dapat berguna untuk menunjukkan bahwa panti asuhan sebagai

salah satu tempat untuk mendidik dan menumbuhkan

(23)

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah tafsir dalam pemahaman judul maka di

sini perlu dijelaskan istilah:

1. Peranan wali kalayan

Peranan dalam kamus besar bahasa indonesia berarti “tindakan yang

dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa”. Wali adalah “orang

yang menurut hukum (agama, adat) diserahi kewajiban mengurus anak

yatim serta hartanya, sebelum anak itu dewasa”. Sedangkan kalayan

adalah sebutan yang sering digunakan dalam panti asuhan, sebenarnya

kalayan asal kata dari klien yang artinya melayani. Di panti asuhan,

sebutan klien kurang familiar, sehingga menjadi kalayan. Jadi yang di

maksud dengan wali kalayan adalah seseorang yang menurut hukum

mempunyai kewajiban mengurus dan melayani anak yatim serta

hartanya sebelum anak itu dewasa dalam sebuah panti asuhan. Wali

kalayan sama halnya dengan pengasuh, hanya beda sebutan saja. Wali

kalayan mempunyai peranan yang besar dalam menumbuhkan

perkembangan kepribadian anak di panti asuhan. Karena wali kalayan

adalah pengganti orang tua kandung maka perannya sama dengan orang

tua kandung yaitu; memberikan lingkungan keluarga (panti asuhan)

yang bahagia dan sejahtera, memberikan sandang, pangan dan papan

yang memadai bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, memberikan

keteladanan atau contoh yang baik terhadap anak-anak, mengajarkan

(24)

santun, dan memberikan waktu bermaindan alat permainan yang

memadai (Mutiah, 2010: 90).

2. Perkembangan kepribadian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perkembangan berasal dari

kata berkembang yang berarti menjadi bertambah sempurna (tentang

pribadi, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya). Sedangkan,

Kepribadian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti sifat

hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang

membedakannya dari orang atau bangsa lain. Wali kalayan harus

memiliki karakteristik sikap demokratis agar perkembangan

kepribadian anak berkembang. Wali kalayan yang demokratis

memperlakukan anak sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak

dan memerhatikan serta mempertimbangkan keinginan-keinginan

anak. Anak dengan pola pengasuhan orang yang demokratis akan

menunjukkan sikap atau perilaku tanggung jawab yang besar, dapat

menerima perintah dan dapat diperintah, dapat menerima kritik secara

terbuka, memiliki keberanian untuk berinisiatif dan kreatif, memiliki

emosi yang stabil, mudah beradaptasi dan lebih toleran (Mutiah, 2010:

89).

3. Panti asuhan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, panti asuhan berarti rumah

tempat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu dan

(25)

yang tidak memiliki rumah, atau anak yang tidak mendapatkan

pengasuhan orang tua. Anak akan diasuh dan dididik layaknya anak

sendiri, sampai anak itu siap atau mampu hidup mandiri.

F. Metode Penelitan

Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena merupakan

cara yang teratur untuk mencapai suatu tujuan yang dimaksud, metode ini

diperlukan guna mencapai tujuan yang sempurna.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian jenis kualitatif deskriptif.

Penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).

Disebut penelitian kualitatif karena data yang terkumpul dan

analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2011: 8).

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan tentang peranan

wali kalayan dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak di

panti asuhan. Hasil pengamatan tersebut dijadikan pengumpulan data

dan peneliti melakukan penelitian di panti asuhan Darul Hadlanah NU

Blotongan. Penulis akan berusaha mengumpulkan data-data yang

diperlukan di lapangan, yang berhubungan dengan upaya

menumbuhkan perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul

Hadlanah NU Blotongan.

(26)

Lokasi penelitian bertempat di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan

NU.

4. Sumber Data

Sumber data yang terkumpul dalam penelitian adalah sumber data

yang sesuai dengan upaya menumbuhkan perkembangan kepribadian

anak. Sumber data dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara

langsung oleh peneliti dari orang pertama, di antaranya adalah:

1).Pengasuh panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan.

2). Wali kalayan panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan.

3). Beberapa anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah NU

Blotongan.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung dan

data yang diperoleh oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah

ada. Data sekunder bersumber dari dokumentasi. Data yang

dihasilkan dalam penelitian ini di antaranya data tentang upaya

menumbuhkan perkembangan kepribadian anak.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.

(27)

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan

sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan

sesaat ataupun mungkin dapat diulang (sukandarrumidi, 2004: 69).

Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu

memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan

dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh. Selain

itu, dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang

sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam

wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat

merugikan nama lembaga (Sugiyono, 2011: 228). Melalui

observasi ini peneliti akan mengamati beberapa tingkah laku atau

sikap yang menunjukkan kepribadian anak itu sendiri.

b. Wawancara mendalam

Wawancara atau dikenal pula dengan istilah interview adalah suatu

proses tanya jawab lesan, dalam mana 2 orang atau lebih

berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain

dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya

(sukandarrumidi, 2004: 88). Wawancara ini dilakukan kepada dua

obyek yaitu pengasuh, wali kalayan dan kepada anak asuhnya.

Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang

lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan

situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa

(28)

wawancara peneliti akan bertanya langsung mengenai

perkembangan kepribadian anak, perubahan kepribadian anak, dan

lain-lain.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dapat merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap

dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif (Sugiyono, 2011: 240).

6. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta

yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi

hipotesis atau teori (Sugiyono, 2011: 9). Analisis data adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat

mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang

lain (Sugiyono, 2011: 244).

7. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mengecek keabsahan data skripsi ini, maka digunakan metode

trianggulasi yaitu dengan menggunakan metode pengumpulan data dan

analisis data, termasuk menggunakan informan sebagai alat uji

(29)

triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan

dengan satu pendekatan (Sugiyono, 2011: 241).

8. Tahap-tahap Penelitian

a. Penelitian Pendahuluan

Penulis pertama melalui tahap pengamatan (observasi),

setelah itu sebagai pendukung penulis mengkaji buku dan

sumber-sumber dari internet dan buku-buku yang berhubungan dengan

pertumbuhan perkembangan kepribadian anak. Kemudian penulis

memperoleh gambaran tentang apa yang akan diteliti dan penulis

memulai melakukan penelitian.

b. Pengembangan Desain

Setelah penulis mengetahui cukup banyak hal tentang

upaya menumbuhkan perkembangan kepribadian anak, penulis

melakukan observasi ke panti asuhan Darul Hadlanah NU untuk

mengetahui peranan wali kalayan dalam menumbuhkan

perkembangan kepribadian anak.

c. Penelitian sebenarnya

Penulis melakukan penelitian di panti asuhan Darul

Hadlanah NU untuk melihat seperti apa peranan wali kalayan

dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak asuhnya.

Mencatat berbagai hal yang berhubungan dengan peranan wali

(30)

anak asuh dan juga mencatat tentang perkembangan kepribadian

anak asuh.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman dalam skripsi ini, maka akan

dikemukakan sistematika hasil yang secara garis besar dapat dilihat

sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Bagian awal meliputi: halaman sampul, pernyataan keaslian tulisan,

nota pembimbing, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan,

abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.

2. Bagian Inti

BAB I: PENDAHULUAN, meliputi: latar belakang masalah, fokus

masalah tujuan penelitian, penegasan istilah, kegunaan penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA, meliputi: peranan wali kalayan,

perkembangan kepribadian anak di panti asuhan.

BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN,

meliputi: merupakan hasil penelitian yang meliputi gambaran umum

lokasi dan subyek penelitian serta penyajian data hasil penelitian.

BAB IV: PEMBAHASAN, meliputi: analisis data yang diperoleh

mengenai: peranan wali kalayan dalam menumbuhkan perkembangan

kepribadian anak dan perkembangan kepribadian anak di panti asuhan.

(31)

3. Bagian Akhir

Bagian akhir meliputi: daftar pustaka, daftar riwayat hidup penulis,

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peranan Wali Kalayan/ Wali Asuh

Orang tua adalah guru pertama yang dikenal oleh anak. Orang tua

mempunyai tugas yang sangat penting untuk membentuk kepribadian anak

sejak dini. Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk

mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak. Sebagaimana

tercantum dalam Undang-undang Perlindungan Anak pasal 26 ayat 1 yang

berbunyi:

Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:

1. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak

2. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan

minatnya

3. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

Apabila orang tua tidak bisa melaksanakan kewajiban di atas maka

anak boleh diambil alih pengasuhannya oleh orang lain atau lembaga

secara sah. Dengan ketentuan orang tua asuh harus dapat mengambil alih

tugas dan kewajiban seperti tugas dan kewajiban orang tua yang

sesungguhnya. Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam

Undang-undang Perlindungan Anak Bab VIII tentang Pengasuhan dan

(33)

1. Pengasuhan anak ditujukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat

menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik fisik, mental,

spiritual, maupun sosial.

2. Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh

lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu.

3. Dalam hal lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berlandaskan

agama, anak yang diasuh harus yang seagama dengan agama yang

menjadi landasan lembaga yang bersangkutan.

4. Dalam hal pengasuhan anak dilakukan oleh lembaga yang tidak

berlandaskan agama, maka pelaksanaan pengasuhan anak harus

memperhatikan agama yang dianut anak yang bersangkutan.

5. Pengasuhan anak oleh lembaga dapat dilakukan di dalam atau di luar

panti sosial.

6. Perseorangan yang ingin berpartisipasi dapat melalui lembaga-lembaga

sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), ayat (4), dan ayat (5).

Pasal 38

1. Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 37, dilaksanakan

tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik,

budaya, dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan

kondisi fisik dan/atau mental.

2. Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

diselenggarakan melalui kegiatan bimbingan, pemeliharaan,

(34)

memberikan bantuan biaya dan/atau fasilitas lain, untuk menjamin

tumbuh kembang anak secara optimal, baik fisik, mental, spiritual

maupun sosial, tanpa memengaruhi agama yang dianut anak.

Orang tua asuh sebagaimana terdapat dalam undang-undang di atas

harus menjamin tumbuh kembang anak secara optimal baik fisik, mental,

spiritual maupun sosial. Orang tua asuh juga tidak boleh

membeda-bedakan ras, suku bangsa, etnik, dan juga agama.

B. Perkembangan Kepribadian Anak

1. Kepribadian

Setiap manusia yang terlahir di dunia ini pasti membawa

kepribadiannya masing-masing, tapi dengan berjalannya waktu

kepribadian itu bisa berubah karena berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian atau temuan-temuan

(hasil praktik penanganan kasus) para ahli. Objek kajian kepribadian

adalah “human behavior”, perilaku manusia, yang pembahasannya terkait

dengan apa, mengapa, dan bagaimana perilaku tersebut (Yusuf dan

Nurihsan, 2007:1). Pengertian kepribadian menurut psikologi adalah suatu

organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan

(35)

Selain, pengertian di atas para ahli juga mendefinisikan tentang

kepribadian:

a. Woodworh, seperti yang dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan

mengemukakan bahwa kepribadian merupakan “kualitas tingkah laku

total individu”.

b. Dashiell mengartikannya sebagai “gambaran total tentang tingkah laku

individu yang terorganisasi”.

c. Allport, seperti yang dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan mengemukakan

lima pengertian kepribadian :

1). Dynamic, merujuk kepada perubahan kualitas perilaku (karakteristik) individu, dari waktu ke waktu, atau dari situasi ke

situasi.

2). Organization, yang menekankan permulaan bagian-bagian struktur kepribadian yang independen (berdiri sendiri), yang

masing-masing bagian tersebut mempunyai hubungan khusus satu sama

lainnya. Ini menunjukkan bahwa kepribadian itu bukan kumpulan

sifat-sifat, dalam arti satu sifat ditambah dengan yang lainnya,

melainkan keterkaitan antara sifat-sifat tersebut, yang satu sama

lainnya saling berhubungan atau berinterelasi.

3). Psychohysical systems, yang terdiri atas kebiasaan, sikap, emosi, sentimen, motif, keyakinan yang kesemuanya merupakan aspek

psikis, juga mempunyai dasar fisik dalam diri individu, seperti:

(36)

psikofisik ini meskipun mempunyai dasar/fondasi pembawaan,

namun dalam perkembangannya lebih dipengaruhi oleh hasil

belajar, atau diperoleh melalui pengalaman.

4). Determine, yang menunjukkan peranan motivasional sistem psikofisik. Dalam diri individu, sistem ini mendasari

kegiatan-kegiatan yang khas, dan mempengaruhi bentuk-bentuknya. Sikap,

keyakinan, kebiasaan, atau elemen-elemen sistem psikofisik

lainnya muncul melalui stimulus, baik dari lingkungan, maupun

dari dalam individu sendiri.

5). Unique, yang merujuk kepada keunikan atau keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi dari pola sistem psikofisiknya.

Dalam proses penyesuaian diri meskipun terhadap lingkungan,

tidak ada reaksi/respon yang sama dari dua orang sekalipun

kembar identik (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 3-5).

Berdasarkan pengertian teori dan kepribadian di atas, maka istilah

teori kepribadian dapat diartikan sebagai “seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia beserta definisi empirisnya”.

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kepribadian manusia itu

berubah-ubah, perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh faktor gangguan

(37)

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian

di antaranya sebagai berikut:

a. Faktor fisik, seperti: gangguan otak, kurang gizi (malnutrisi), mengkonsumsi obat-obat terlarang (napza atau narkoba), minuman

keras, dan gangguan organik (sakit atau kecelakaan).

b. Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: krisis politik, ekonomi,

dan keamanan yang menyebabkan terjadinya masalah pribadi

(stress, depresi) dan masalah sosial (pengangguran, premanisme,

dan kriminalitas).

c. Faktor diri sendiri, seperti: tekanan emosional (frustasi yang

berkepanjangan), dan identifikasi atau imitasi terhadap orang lain

yang berkepribadian menyimpang (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 11).

Pada dasarnya kepribadian manusia itu baik, karena ada yang

mempengaruhinya maka kadang kepribadian itu menjadi kurang baik.

Salah satu kata kunci dari definisi kepribadian adalah “penyesuaian

(adjustment)”. Menurut Alexander A. Schneiders (1964), seperti yang

dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan, penyesuaian itu dapat diartikan

sebagai:

Suatu respon individu, baik yang bersifat behavioral maupun mental

dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan

emosional, frustasi dan konflik; dan memelihara keharmonisan antara

(38)

Dalam upaya memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah

yang dihadapi, ternyata tidak semua individu mampu menampilkannya

secara wajar, normal atau sehat (well adjustment); di antara mereka banyak juga yang mengalaminya secara tidak sehat (maladjustment).

E.B. Hurlock (1986), seperti yang dikutip oleh Yusuf dan

Nurihsan, mengemukakan bahwa karakteristik penyesuaian yang sehat

atau kepribadian yang sehat (healthy personality) ditandai dengan: a. Mampu menilai diri secara realistik. Individu yang kepribadiannya

sehat mampu menilai diri apa adanya, baik kelebihan maupu

kelemahannya, menyangkut fisik (postur tubuh, wajah, keutuhan,

dan kesehatan) dan kemampuan (kecerdasan dan keterampilan).

b. Mampu menilai situasi secara relistik. Individu dapat menghadapi

situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan

mau menerimanya secara wajar. Dia tidak mengharapkan kondisi

kehidupan itu sebagai suatu yang harus sempurna.

c. Menerima tanggung jawab. Individu yang sehat adalah individu

yang bertanggung jawab. Dia mempunyai keyakinan terhadap

kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang

dihadapinya.

(39)

mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri

dengan norma yang berlaku di linkungannya.

e. Dapat mengontrol emosi. Individu merasa nyaman dengan

emosinya. Dia dapat mengatasi situasi frustasi, depresi atau stress

secara positif atau konstruktif, tidak destruktif (merusak).

f. Berbahagia. Individu yang sehat, situasi kehidupannya diwarnai

kebahagiaan. Kebahagiaan ini didukung oleh faktor-faktor

achievement (pencapaian prestasi), acceptance (penerimaan dari orang lain), dan affection (perasaan dicintai atau disayangi orang lain).

Adapun kepribadian yang tidak sehat ditandai dengan karakteristik

seperti berikut:

a. Mudah marah (tersinggunng).

b.Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan.

c. Sering merasa tertekan (stress atau depresi).

d. Mempunyai kebiasaan berbohong.

e. Hiperaktif.

f. Sulit tidur.

g. Kurang memiliki rasa tanggung jawab.

h. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama

i. Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan.

j. Kurang bergairah dalam menjalani kehidupan (Yusuf dan Nurihsan,

(40)

Adapun teori-teori tentang kepribadian ada tiga, yaitu sebagai

berikut:

a. Kepribadian dalam Teori Psikoanalisa

Dalam teori psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai suatu

struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem, yakni id, ego,

dan superego. Meskipun ketiga sistem tersebut memiliki

fungsi, kelengkapan, prinsip-pinsip operasi, dinamisme, dan

mekanismenya masing-masing, ketiga sistem kepribadian ini

satu sama lain saling berkaitan serta menbentuk suatu totalitas.

1). Id

Id (istilah Freud: das es) adalah sistem kepribadian

yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat

naluri-naluri bawaan. Id juga merupakan komponen kepribadian

yang primitif, insktinktif (yang berusaha untuk memenuhi

kepuasan instink). Id berorientasi pada prinsip kesenangan

(pleasure principle) atau prinsip reduksi ketegangan (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 36). Untuk dua sistem yang lainnya, id

adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau

penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem

tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang

dilakukannya. Dalam soal energi ini, id tidak bisa

mentoleransi penumpukan energi yang bisa menyebabkan

(41)

keseluruhan. Dan bagaimanapun, bagi individu

meningginya tegangan itu akan merupakan suatu keadaan

yang tidak menyenangkan. Karena itu, apabila tegangan

pada organisme meningkat, baik karena adanya stimulasi

dari luar (suhu, cahaya, dan bunyi yang intensitasnya

tinggi) maupun karena adanya stimulasi dari dalam (lapar,

haus, kekurangan oksigen), maka id akan berusaha

meredakan atau mengurangi tegangan yang meninggi itu

serta mengembalikannya kepada taraf semula. Dari sini bisa

diperoleh gambaran bahwa id, dalam menjalankan fungsi

dan operasinya, dilandasi oleh maksud mempertahankan

konstansi (the principle of constancy) yang ditujukan untuk menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai

keadaan yang menyenangkan (the pleasure principle).

Untuk keperluan mencapai maksud dan tujuannya

itu, id memiliki perlengkapan berupa dua macam proses.

Prosesyang pertama adalah tindakan-tindakan reflex, yakni

suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme

kerjanya otomatis dan segera, serta adanya pada individu

merupakan bawaan. Contohnya reflex mengisap, batuk,

mengedipkan mata, dan bersin. Proses yang kedua adalah

proses primer, yakni suatu proses yang melibatkan

(42)

primer ini dimaksudkan bahwa id (dan organisme secara

keseluruhan) berusaha mengurangi tegangan. Proses primer

pada orang yang sedang lapar, sebagai contoh, adalah

membayangkan (mengkhayalkan) makanan.

2). Ego

Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai

pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan

menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (the reality principle). Ego juga merupakan eksekutif atau manajer dari kepribadian yang membuat keputusan (decision maker)

tentang instink-instink mana yang akan dipuaskan dan

bagaimana caranya; atau sebagai sistem kepribadian yang

terorganisasi, rasional, dan berorientasi kepada prinsip realitas

(reality principle) (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 36).

Menurut Freud, ego terbentuk pada struktur kepribadian

individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun

proses yang dimilki dan dijalankan ego sehubungan dengan

upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan oleh

individu adalah proses sekunder (secondary process). Dengan proses sekundernya ini, ego memformulasikan rencana bagi

pemuasan kebutuhan dan menguji apakah rencana tersebut bisa

dilaksanakan atau tidak.

(43)

Superego (istilah Freud: das Ueberich) adalah sistem

kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang

sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Menurut Freud,

superego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau

aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan,

berpengaruh, atau berarti bagi individu tersebut seperti orang

tua dan guru. Super ego berkembang pada usia sekitar 3 atau 5

tahun. Pada usia ini anak belajar untuk memperoleh hadiah

(rewards) dn menghindari hukuman (punishment) dengan cara mengarahkan tingkah lakunya yang sesuai dengan ketentuan

atau keinginan orang tuanya (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 44).

Adapun fungsi utama dari superego: (a) sebagai pengendali

dorongan-dorongan atau impuls naluri id agar

impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat

diterima oleh masyarakat; (b) mengarahkan ego pada

tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan;

dan (c) mendorong individu kepada kesempurnaan (Koswara,

1986: 32-35).

b. Kepribadian dalam Teori Behavorisme

Behaviorisme merupakan orientasi teoritis yang didasarkan

pada premis bahwa psikologi ilmiah harus berdasarkan studi

(44)

kepribadian internal, seperti id, ego, dan super egonya Freud,

karena struktur seperti ini tidak dapat diobservasi. Mereka lebih

memperhatikan kecenderungan-kecenderungan respon yang

dapat diamati. Mereka memandang kepribadian individu

sebagai “ koleksi kecenderungan respon yang terkait dengan

berbagai situasi rangsangan yang beragam” (Yusuf dan

Nurihsan, 2007: 123).

Dari perspektif behaviorisme Skinner, studi tentang

kepribadian melibatkan pengujian yang sistematis dan pasti

atas sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar belakang

genetik atau faktor bawaan yang khas dari individu. Menurut

Skinner, individu adalah organisme yang memperolah

perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah

agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau

suatu point di mana faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang

khas secara bersama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang

khas pula pada individu tersebut.

Selanjutnya bagi Skinner studi tentang kepribadian itu

ditujukan kepada pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku

organisme dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya.

Dalam memformulasikan sistem tingkah laku, Skinner

membedakan dua tipe respons tingkah laku, yakni responden

(45)

responden adalah suatu respons yang spesifik yang ditimbulkan

oleh stimulus yang dikenal, dan stimulus itu selalu mendahului

respons. Contoh tingkah laku responden itu antara lain

menyempitkan pupil mata untuk mengurangi stimulasi cahaya,

menggigil karena kedinginan, dan keluarnya air liur karena

melihat makanan. Orang yang pertama menemukan bahwa

tingkah laku responden itu bisa dikondisikan adalah Ivan

Pavlov, dengan percobaannya yang benama pengondisian

klasik (classical conditioning), dengan menggunakan seekor anjing sebagai subjeknya (Koswara, 1986: 77-78).

Sedangkan, respons dalam conditioning operan adalah

sesuatu tindakan yang terjadi tanpa didahului stimulus,

melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer.

Reinforcer adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, akan tetapi tidak sengaja

diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam

classical respondent conditioning (Sobur, 2003:227-228). Dalam pandangan Skinner, hukum-hukum fungsional dari

tingkah laku paling baik dikembangkan dengan memusatkan

pada faktor-faktor yang meningkatkan dan atau mengurangi

probabilitas kemunculan respons di lain waktu daripada

menciptakan stimulus spesifik yang memacu respons. Dalam

(46)

dan dicatat begitu tingkah laku itu muncul. Dalam percobaan

tikus menekan pengungkit, contohnya, setiap kali tikus

menekan pengungkit, pena digerakkan oleh pencatat elektris

membuat tanda pada kertas atau pita pencatat yang bergerak

secara konstan. Alat pencatat otomatis ini, disebut pencatat

kumulatif (Koswara, 1986: 82).

c. Kepribadian dalam Teori Humanistic

Maslow berpendapat bahwa motivasi manusia diorganisasikan

ke dalam sebuah hirarki kebutuhan yaitu suatu susunan

kebutuhan yang sistematis, suatu kebutuhan dasar harus

dipenuhi sebelum kebutuhan dasar lainnya muncul (Yusuf dan

Nurihsan, 2007: 156). Maslow memaparkan teori tentang

needs, yang mengatakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan. Kebutuhan tersebut dibedakan menjadi

dua yaitu basic needs dan meta needs. Basic needs atau kebutuhan dasar meliputi makan minum, kasih sayang, rasa

aman, harga diri. Sementara kebutuhan meta needs meliputi keadilan, kesatuan, kebaikan, keteraturan, keindahan. Lima

jenis kebutuhan dari Maslow adalah sebagai berikut:

1). Physiological need (kebutuhan fisiologis)

(47)

kelangsungan hidup. Kebutuhan ini berupa makan, minum,

oksigen, istirahat, dan keseimbangan temperature.

2). Safety Need (kebutuhan akan rasa aman)

Safety need yaitu kebutuhan akan rasa aman. Merupakan kebutuhan psikologis yang fundamental dan perlu dipenuhi.

Apabila pemenuhan kebutuhan akan rasa aman terhambat

pemenuhannya, akan menimbulkan gangguan kepribadian

yang serius. kebutuhan akan rasa aman terlihat dari orang

yang mendambakan suasana tenang, aman jauh dari

gangguan dan kekacauan, nyaman dan bebas dari tekanan

atau ancaman.

Kebutuhan rasa aman dibedakan menjadi dua yaitu aman

secara fisik dan secara psikologis. Aman secara fisik

ditandai dengan keadaan bebas rasa sakit, bebas dari

gangguan dan kekacauan sedangkan aman secara psikis

terlihat dari tiadanya rasa takut, cemas ada perlindungan.

3). Love and Belongness (kasih sayang dan kebersamaan) Kebutuhan kasih sayang dan kebersamaan merupakan

kebutuhan yang mendorong seseorang berinteraksi secara

afektif dan emosional dengan orang lain. Kebutuhan ini

tumbuh di lingkungan keluarga, berkembang ke lingkungan

(48)

sosial yang lebih luas. Kurangnya kasih sayang

menyebabkan perkembangan seseorang terhambat.

4). Self Esteem (harga diri)

Self esteem mengandung dua konsep yaitu rasa harga diri oleh diri sendiri serta penghargaan yang diberikan orang

lain terhadap diri seseorang. Harga diri meliputi kebutuhan

akan kepercayaan diri, kompetisi, pengusaaan, prestasi,

kebebasan dan ketidaktergantungan atau independent.

Sementara kebutuhan penghargaan dari orang lain meliputi

prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan,

nama baik dan penghargaan.

Terpenuhinya self esteem pada diri seseorang akan merangsang timbulnya sikap percaya diri, rasa kuat, rasa

mampu, rasa berguna, sementara self esteem rendah

menghasilkan sikap rendah diri, rasa tak pantas, rasa lemah,

rasa tak mampu, rasa tak berguna menyebabkan yang

bersangkutan dihantui kehampaan, keraguan dan

keputusasaan menghadapi hidup.

5). Self-Actualization (pengekspresian diri)

Need for self actualization merupakan kebutuhan tertinggi dari semua kebutuhan yang dikemukakan Maslow.

(49)

merupakan kebutuhan yang ada dalam diri manusia untuk

mengekspresikan, mengembangkan segala kemampuan dan

potensi yang dimiliki (Sriyanti, 2011: 83-85).

2. Anak

Menurut Undang-Undang RI nomor 4 tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak, menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum

berusia 21 tahun dan belum menikah. Jadi dapat dilihat bahwa rentang usia

anak terletak pada skala 0 sampai dengan 21 tahun. Penjelasan mengenai

batas usia 21 tahun ditetapkan berdasarkan pertimbangan kepentingan

usaha kesejahteraan social serta pertimbangan kematangan sosial,

kematangan pribadi dan kematangan mental seseorang yang umumnya

dicapai setelah seseorang melampaui usia 21 (Huraerah, 2005: 19-20).

Anak-anak yang terlahir di dunia harus mendapatkan hak dan

kebutuhannya dari orang tua, masyarakat, atau yang mengasuhnya.

Mengenai hak anak secara universal telah ditetapkan melalui Sidang

Umum PBB tanggal 20 Nopember 1959, dengan memproklamasikan

Deklarasi Hak-Hak Anak (Huraerah, 2005: 20). Di samping itu, dalam

pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak, disebutkan bahwa:

a. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan

bimbingan berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarganya

maupun dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang

(50)

b. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan

kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan

kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga

Negara yang baik dan berguna.

c. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa

kandungan maupun sesudah dilahirkan.

d. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup

yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan

perkembangan dengan wajar.

Dalam pasal 4 ayat 1 disebutkan bahwa anak yang tidak

mempunyai oangtua berhak memperoleh asuhan oleh Negara

atau orang atau badan. Kemudian, pasal 5 ayat 1 menyebutkan

bahwa anak yang tidak mampu berhak memperoleh bantuan

agar dalam lingkungan keluarganya dapat tumbuh dan

berkembang secara wajar (Huraerah, 2005: 20-21).

3. Tahap Perkembangan kepribadian anak

Banyak orang beranggapan, tidak masuk akal kepribadian anak

dibentuk sejak dia berusia tiga atau empat tahun, tapi kenyataannya

memang kepribadian anak terbentuk sejak dini . Jika kita perhatikan,

memang benarlah anak-anak sejak muda sekali sudah mulai terbentuk

kepribadiannya. Bermacam-macam model kepribadian sudah jelas

(51)

lagi. Seorang anak pendiam dan penurut. Dia mungkin masih bersifat

demikian bertahun-tahun kemudian. Anak lain sangat aktif dan

berdikari. Yang lain lagi penuh rasa ingin tahu. Dia selalu mempelajari

hal-hal baru dengan teliti. Hal demikian, bisa dimulai pada anak usia

tiga tahun, mungkin bahkan masih demikian pada usia lima atau

sepuluh tahun.

Para psikiater ataupun psikolog menandaskan bahwa

pembawaan-pembawaan berupa tingkah laku social khusus, seperti, kejujuran atau

keculasan, kepatuhan atau kurang tanggung jawab, bukan diperoleh

dari warisan, melainkan dari pengalaman hidup. Meski pada usia tiga

tahun karakter sudah mempunyai bentuknya, bukan berarti tidak

mungkin berubah dikemudian hari. Nyatanya orang dewasa sekalipun

tidak tetap sama pada tahun ini dengan tahun depan misalnya.

Lebih jelas lagi perkembangan kepribadian itu pada masa

kanak-kanak. Tingkat perkembangan yang berbeda-beda terus

mengemudikan dia dari dalam dan mengatur arah karakter yang

kelihatan dari luar. Setiap aspek karakternya mengalami

perkembangan yang berbeda-beda. Sifat suka membantah atau penurut

yang diperlihatkan anak usia satu sampai tiga tahun adalah termasuk

usahanya untuk bisa berdiri sendiri. Menginjak usia tiga tahun

keinginan untuk menjiplak ayah pada anak laki-laki dan ibu pada

anak-anak perempuan sangat kuat. Mereka mulai menolak contoh-contoh

(52)

berusaha berbuat segala sesuatu yang dikerjakan kawan-kawan itu. Hal

itu sangat member pengaruh kepada kepribadiannya dan karirnya di

kemudian hari. Kadang-kadang, anak yang sangat pemalu pada usia

tujuh tahun, jika mendapat kawan yang sesuai, menjadi pandai bergaul

(53)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan 1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlanah NU

Blotongan

Panti asuhan ini merupakan salah satu kegiatan bidang mabarat

(sosial) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama‟ (PCNU) Kota Salatiga dan

panti asuhan ini juga satu-satunya panti asuhan di Salatiga yang langsung

di bawah PCNU. Panti asuhan Darul Hadlanah berdiri pada tahun 2008

tepatnya pada tanggal 8 Januari, panti asuhan ini berdiri melihat keadaan

bahwa masih banyak kondisi orang NU yang kurang mampu, anak yatim,

dan anak yatim piatu. Format pada asuhan anak di panti asuhan NU

dirancang dengan model integrasi pesantren dan panti asuhan. Manajemen

pesantrennya seperti; pengajian kitab kuning, khitobah, berjanji, qiro‟ah,

dan lain-lain. Sedangkan, manajemen pengasuhannya seperti memberikan

pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anaknya, memberikan

perawatan, bimbingan dan pengawasan kepada anak. Arah yang

dikembangkan adalah membekali anak asuh dengan ajaran-ajaran agama

Islam yang mengedepankan nilai-nilai kesalehan individual dan sekaligus

kesalehan sosial. Diharapkan anak asuh dapat tumbuh menjadi pribadi

yang memiliki kecerdasan intelektual, spiritual maupun sosial yang tinggi.

(54)

Letak panti asuhan Darul Hadlanah berada di tepi jalan raya

Semarang-Solo. Tepatnya di Dusun Modangan Rt 02/ Rw 08, JL.

Fatmawati Blotongan Km. 5, kecamatan Sidorejo, Salatiga dan

bersebelahan dengan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

3. Maksud dan Tujuan Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan Didirikanya panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama‟ kota Salatiga ini pasti memiliki maksud dan tujuan. Maksud dan tujuan

didirikanya panti asuhan ini adalah:

a. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan anak asuh (santri) kepada Allah SWT

b. .Mengajarkan pada anak asuh (santri) agar senantiasa berpegang pada nilai-nilai Islam Ahlu sunnah wal jama’ah.

c. Mendidik anak asuh (santri) agar menjadi santri yang berakhlakul karimah, cerdas dan mandiri. Meningkatkan kualitas sumber daya

anak asuh (santri)

d. Membangun kesadaran anak asuh (santri) untuk berprestasi sesuai dengan kemampuan dan kompetensinya masing-masing.

f. Memperbaiki faham-faham keislaman sesuai dengan ajaran

Al-Qur‟an dan hadits dalam rangka pembinaan dan pembentukan

pribadi muslim yang diridhoi Allah SWT (SK.MENKUMHAM

(55)

4. Visi dan Misi Panti Asuahan Darul Hadlanah

a. VISI

Menjadi pusat pengembangan pribadi bagi para anak yatim, piatu dan

dhuafa‟ yang berakhlakul karimah, agamis, dan cerdas secara

intelektual.

b. Misi

1). Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan santri asuh kepada Allah

SWT.

2). Mengajarkan santri asuh agar tetap berpegang pada nilai-nilai Islam

ahlusunnah wal jamaah.

3). Mendidik santri asuh agar menjadi santri yang berakhlakul karimah

cerdas dan mandiri.

4). Meningkatkan sumber daya santri.

5). Membangun kesadaran santri asuh untuk berprestasi sesuai dengan

kompetensinya masing-masing.

5. Struktur Pengurus

Pembina: KH. Sonwasi Ridwan, BA

Drs. H. Zaenuri, M.Pd.

Pengawas: H. Haryono, SH

Pengurus:

Ketua: Dr. H. Miftahuddin, M.Ag

Sekretaris: Joko Anis, M.pd

(56)

2. Drs. Ja‟far

Pengasuh: 1. M. Gufron, M.Ag

2. Muizzatul Azizah, S. Thi

6. Sumber Dana Panti Asuhan

Secara keseluruhan biaya anak asuh ditanggung oleh panti, mulai

dari biaya pendidikan, makan, pakaian, uang jajan dan uang sekolah.

Adapun dana yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan panti

asuhan berasal dari berbagai sumber. Sumber dana panti asuhan

adalah sebagai berikut:

a. Sumbangan atau bantuan yang bersifat tidak mengikat, termasuk

sumbangan baik dari pemerintah, badan atau perorangan baik

berupa uang, barang-barang, perlengkapan-perlengkapan.

b. Bantuan dari donator tetap dari pengurus cabang NU dan warga

NU.

c. Penerimaan harta wakaf, hibah, sodaqoh, wasiat.

d. Penerimaan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar

panti asuhan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Data Santri

(57)
(58)

Tuta 2

15 Septa Aryowibowo L Salatiga 28/09/200

(59)
(60)

8

Triani

Permitasari P Semarang 27/01/2003 SLTP

9

Ayunda

Rizki

Kemaladewi P Boyolali 29/01/2001 SLTP

(61)

Awwaliyah

JADWAL KESEHARIAN ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

DARUL HADLANAH NU BLOTONGAN

Tabel III

NO WAKTU KEGIATAN

1 04.00-04.30 SHOLAT SUBUH

2 04.30-06.00 MENGAJI AL-QUR‟AN

3 06.00-15.00 SEKOLAH

(62)

5 15.15-16.00 NGAJI (HAFALAN)

6 16.00-16.20 SHOLAT ASHAR

7 16.20-17.30 NGAJI

8 18.00-18.30 SHOLAT MAGHRIB

9 18.30-20.00 BELAJAR

10 20.00-20.15 SHOLAT ISYA‟

11 20.15-21.00 MASAK DAN MAKAN

12 22.00-04.30 TIDUR

Tabel IV

Jadwal Kegiatan Harian Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan Salatiga

Kegiatan Waktu Petugas

Jama‟ah

Shalat

subuh dan

Wiridan

04.30-05.00 WIB Bapak

Mengaji

Al-Qur‟an

(63)

(setoran

Mengaji 18.30-19.30 Bapak/Ibu

Jama‟ah Shalat

Takror/ belajar 20.30-selesai Pembina

(64)

Jadwal Kegiatan Mingguan Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan Salatiga

Kegiatan Waktu Petugas

(65)

Ahad jam

Jadwal Mengaji Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan Salatiga

Hari Ba’da Asar Ba’da Magrib Ustadz

(66)

Tabel VII

(67)

6 KAMAR MANDI PUTRI 2

7 KAMAR MANDI PENGASUH 1

8 KAMAR TIDUR PUTRA 3

9 KAMAR TIDUR PUTRI 4

10 RUANG PENGASUH 2

10. Tata Tertib

Agar anak-anak di panti menjadi disiplin dan rajin, perlu adanya

tata tertib yang harus dipatuhi oleh semua anak panti asuhan, tata tertib

tersebut sebagai berikut:

Kewajiban

a. Santri wajib menjunjung tinggi dan menjaga nama baik panti

asuhan Darul Hadlanah NU.

b. Bersikap sopan santun dalam berhubungan dengan pengasuh dan

sesama.

c. Wajib mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan oleh

pengasuh.

d. Wajib mengikuti sholat berjama‟ah.

e. Mohon ijin kepada pengasuh apabila akan meninggalkan panti.

f. Menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan panti.

(68)

h. Mentatati tata tertib

Larangan-larangan

a. Dilarang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syara‟. b. Dilarang bergurau di malam hari.

c. Dilarang membawa ponsel.

d. Dilarang keluar malam.

11.Pengasuh atau wali kalayan

Adapun wali kalayan dalam panti asuhan Darul Hadlanah NU adalah

berikut ini:

a. M.Gufron,M.Ag

b. Muizzatul Azizah,S.Th I

B. Temuan Penelitian

Pada saat penggalian data, penulis melakukan wawancara dengan

pengasuh sekaligus wali kalayan di panti asuhan Darul Hadlanah NU dan

memperoleh data sebagai berikut:

1. Peranan wali kalayan dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian

anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU

Berkaitan dengan masalah di atas, penulis ajukan beberapa

pertanyaan kepada pengasuh sekaligus wali asuh di panti asuhan yaitu

Ibu Muizzatul Azizah (MA):

(69)

Untuk mengetahui adanya perkembangan atau tidak,

penulis perlu mengetahui keadaan saat pertama masuk panti dan

hal itu langsung penulis tanyakan kepada pengasuh.

“pertama anak datang di antar wali bisa saudara, pakde,

nenek, bisa tetangga atau Rt/Rw setempat. Kalau yang masih ada orang tuanya ya sama orang tuanya. Minta keterangan tidak mampu, KK, KTP. Setelah itu, survey ke alamatnya, apakah anak benar-benar membutuhkan,

khawatirnya salah sasaran” seutuhnya. Secara kepribadian berbeda dari anak-anak dari keluarga yang normal maksudnya utuh, kadang ada yang nakal, ada yang ngelamun dan ada yang sak karepe dewe”.

b. Perkembangan anak setelah masuk panti asuhan

Setelah mengetahui keadaan sebelum masuk di panti asuhan,

penulis langsung tanyakan bagaimana perkembangan setelah masuk

panti asuhan,

“ banyak, Alhamdulillah banyak, kalau anak itu kan mudah, apalagi anak SD kan masih mudah. Ketika berada di lingkungan yang baik meski ia akan terpengaruhnya cepat. Akhir-akhir kelihatan aslinya. Karena anak baru masih takut, ya ngikuti alur, sholat ya salat, ngaji ya ngaji, belajar ya belajar, makan ya makan. Biasanya kenakalan-kenakalan muncul kalau dah lama, terasa sudah seperti keluarga, jadi sudah berani nglanggar, susah di bangunin, waktu jamaah masih bobok. Biasanya kenakalan muncul setelah nyaman, sudah kenal, kalau awal-awal justru rajin, karena

pekewuh dan belum kenal kan.

c. Metode yang digunakan untuk menumbuhkan perkembangan

(70)

Dalam upaya menumbuhkembangkan kepribadian yang

tepat sasaran di panti asuhan, seorang wali asuh harus

menggunakan sebuah metode, seperti paparan di bawah ini:

“Ajak bicara ke anaknya, kalau di rumah ngapain, biasanya

apa, jam segini ngapain, kalau sekolah sarapan ngak ya gitulah yang ringan-ringan. Biasanya saya tanyakan bapak ibu mu kemana, kalau yang masih ada orang tuanya, kalau yang sudah tidak ada ya ngak saya tanyakan. Yang paling sering saya tanyakan yang ringan-ringan, seperti saya tanyakan kepada anak pada umumnya. Terutama aktivitas kebiasaan di rumah apa, setelah saya dengar saya sosialisasikan programnya. Kalau disini sarapan jam sekian, kegiatan ya ini-ini, anak bisa adaptasi, harus ngaji sholat, harus manut. Main ya ada waktunya, kalau di rumah main kan jor-jorankalau disini ada waktunya”.

d. Perkembangan anak di panti asuhan dari hari demi hari

Ternyata anak-anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah NU

mengalami perkembangan, apa saja perkembangannya, berikut

paparan dari MA:

“Perkembangan secara umum meningkat, awalnya tidak bisa ngaji

bisa ngaji, tidak salat jamaah jadi salat jamaah, mandi jadi teratur, sarapan teratur, ini dari segi kebiasaan sehari-hari. Kalau dari segi pendidikan, ya jelas jauhlah, terutama dari segi agama, karena ini adalah panti asuhan plus kan, plus pesantren anak sebisa mungkin harus tahu konsekuen, tahu kewajiban, seperti sholat lima waktu, sholat sunnah, yang biasanya ngak pernah puasa bahkan romadhan tidak puasa disini saya ajarkan puasa sunnah. Ya itu perkembangan, sedikit-sedikit, anak-anak belajar dari lingkungan. Ngak harus ngomong karena sudah ada program, anak sudah

terbiasa”.

e. Kesulitan wali asuh dalam menumbuhkan perkembangan

kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam proses mengembangkan

Gambar

Tabel  II
Tabel III
Tabel IV
Tabel V
+3

Referensi

Dokumen terkait

terlahir dari orang tua yang memiliki jiwa wirausaha, maka tidak dapat dipungkiri. bahwa anak tersebut akan mengikuti jejak orang

1) Ketentuan untuk merencanakan sistem pelat yang ditulangi terhadap lentur dalam arah lebih dari satu dengan atau tanpa balok diantara tumpuan. 2) Sistem pelat

dilakukan penelitian yang berjudul: “Hubungan Kemampuan Mencatat Dengan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Materi Sistem. Peredaran Darah Pada

Literasi media dalam kajian ini didefinisikan sebagai satu set perspektif merangkumi pengetahuan, emosi dan kemahiran yang digunakan secara aktif oleh pengguna

Ini Bukti dari sejumlah negara dalam berbagai periode waktu yang berbeda menunjukkan bagaimana koperasi bisa menjadi sumber penting penciptaan lapangan kerja dan pencegahan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong petani mengkonversikan lahan pertanian, dampak dari konversi lahan pertanian, pengendalian

Khususnya, kajian ini dijalankan untuk mengkaji hubungan sumbangan kewangan, dorongan motivasi dan sumbangan kepakaran sukarelawan alumni aktif di dua buah sekolah berasrama penuh

Pengolahan secara batch (penumpukan lebih dahulu) merupakan sistem pengolahan data transaksi dengan cara mengumpulkan terlebih dahulu data transaksi yang terjadi, kemudian pada