PERANAN WALI KALAYAN
DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN
KEPRIBADIAN ANAK DI PANTI ASUHAN DARUL
HADLANAH NU BLOTONGAN SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
OLEH
KHUZAIMAH
NIM: 11111131
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)
MOTTO
ِساَّنلِل ْمُهُعَفْنَأ ِساَّنلا ُشْيَخ
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT, kupersembahkan sebuah karya
sederhana ini untuk orang yang penulis sayangi.
1. Bapakku Sudir dan Ibuku Salamah yang selalu memberikan do‟a, kasih sayang, semangat kepada penulis, hormat dan baktiku kan selalu
tertuju untukmu.
2. Adik-adikku, M. Nasikin dan Sabilir Rosad terimakasih atas do‟a kalian, rajinlah dalam belajar dan raihlah cita-citamu dengan semangat.
3. Seluruh keluargaku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
untuk penulis.
4. Bapak dan mbah yai Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan yang selalu
membimbing serta memberikan ilmu dan nasihatnya sehingga mampu
memberikan keteduhan dan kedamaian ketika penulis belajar ngaji dan
hidup mandiri. Semoga Allah memanjangkan usia yang senantiasa
dalam kesehatan dan ketaqwaan.
5. Bapak M. Gufron, M. Ag selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar dan teliti membimbing dan mengarahkan penulis, terimakasih
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga ilmu
yang Bapak berikan selalu bermanfaat.
6. Teman satu kamarku Ni‟mah Khoiriyah, Nidaul Khusna, dan Titik Isniatus Sholihah yang selalu memberikan arti sebuh senyuman,
7. Keluarga besar Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan terkhusus santri
putri, Rina, Nilta, Risa, Ijah, Isna, Isti, Retna, Erni, Nuril, Nela, Fatim,
Win, Roisa, Ema dan Ella, terimakasih untuk sepenggal cerita, tawa,
dan canda di pondok.
8. Adik-adik panti asuhan dan keluarga besar panti asuhan Darul
Hadlanah NU Blotongan yang telah membantu lancarnya penelitian.
9. Sahabat-sahabat ku keluarga besar PMII, HMJ Tarbiyah, DEMA
Institut yang telah memberikan wawasan dan belajar berorganisasi
dengan loyalitas.
10.Teman-teman angkatan 2011 terkhusus PAI D yang telah berjuang dan
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikna skripsi ini yang berjudul
Peranan Wali Kalayan dalam Menumbuhkan Perkembangan Kepribadian Anak di Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi dunia dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang dengan kesempurnaan agama islam.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan semua pihak yang terkait. Pada kesempatan ini, penulis mengucapka terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Rukhayati, M. Ag Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN
4. Bapak M. Gufron, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, memberikan nasihat, arahan, serta masukan-masukan yang sangat
membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.
5. Seluruh dosen dan petugas admin Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian
berlangsung.
6. Ibu Muizzatul Azizah pengasuh panti asuhan Darul Hadlanah yang telah memberikan izin penelitian dan memberikan informasi bagi penulis.
7. Bapak Sudir dan Ibu Salamah tercinta yang telah mencurahkan pengorbanan,
kasih sayang dan do‟a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.
8. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi para Pembaca dan dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Salatiga, 12 Agustus 2015
ABSTRAK
Khuzaimah, 2015. “ Peranan Wali Kalayan dalam Menumbuhkan Perkembangan
Kepribadian Anak di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: M. Gufron, M.Ag.
Kata Kunci: Peranan Wali Kalayan dan Perkembangan Kepribadian.
Panti asuhan adalah sebuah lembaga sosial yang mewadahi anak-anak yang terlantar, anak-anak yatim, anak-anak yatim piatu, dan anak-anak dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Dengan adanya panti asuhan
diharapkan anak-anak tetap mendapatkan perlindungan, penghidupan,
pengawasan, dan pendidikan. Di panti asuhan ada seorang pengasuh atau wali kalayan yang akan memenuhi semua kebutuhan anak asuhnya, mulai dari mendidik, membimbing, mengasuh dan membentuk kepribadian yang baik. Berdasarkan latar belakang di atas, kemudian peneliti merumuskan ke dalam dua pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana peranan wali kalayan dalam menumbuhkan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan?, 2. Bagaimana perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan?.
Sehubungan dengan pertanyaan di atas peniliti menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah observasi,wawancara dan dokumentasi. Wawancara peneliti lakukan kepada pengasuh sekaligus wali kalayan di panti asuhan Darul Hadlanah dan kepada anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN BERLOGO... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…... iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
HALAMAN DEKLARASI…….……….……….. v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... …….. vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... …….. ix
DAFTAR ISI ... ……... x
DAFTAR LAMPIRAN... …….. xi
DAFTAR GAMBAR………..……… ……… xi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... .….. . 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 6
E. Penegasan Istilah ... 7
2. Kehadiran Peneliti... 9
3. Lokasi Penelitian ……… 10
4. Sumber Data ... 10
5. Prosedur Pengumpulan data ... ………… 11
6. Analisis Data………. 12
7. Pengecekan Keaslian Data……… 13
8. Tahap-tahap Penelitian……….. 13
G. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II LANDASAN TEORI A. Peranan Wali Kalayan ... 16
B. Perkembangan Kepribadian Anak 1. Pengertian Kepribadian………..……… 18
2. Pengertian Anak………..………... 33
C. Tahap Perkembangan Kepribadian anak…………...…... 35
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gmbaran Umum PA. Darul Hadlanah 1. Sejarah Berdiri ... .…………. 37
2. Letak Geografis ... 38
3. Maksud dan Tujuan PA……….. 38
4. Visi dan Misi PA. Darul Hadlanah ... 39
5. Struktur Pengurus PA. Darul Hadlanah ... 39
8. Jadwal Santri ... 45
9. Sarana Dan Prasarana ... 50
10. Tata Tertib……….. 51
11. Wali Kalayan PA. Darul Hadlanah……… 52
B. Temuan Penelitian ... 52
BAB IV PEMBAHASAN A. Peranan Wali Kalayan dalam Menumbuhkan Kepribadian Anak di Panti Asuhan Darul Hadlanah ... 59
B. Perkembangan Kepribadian anak di Panti Asuhan Darul Hadlanah …73 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pustaka
2. Riwayat hidup penulis
3. Nota pembimbing skripsi
4. Surat permohonan izin melakukan penelitian
5. Surat keterangan melakukan penelitian
6. Deskripsi wawancara
7. Lembar konsultasi
8. Surat izin Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah
9. Anggaran Dasar
10.Foto/ gambar panti asuhan
DAFTAR GAMBAR
1. Kegiatan Mengaji Al-Qur‟an
2. Mengaji Sore
3. Kamar Santri
4. Mushola
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah aset yang paling berharga bagi orang tua dan negara.
Bagi orang tua anak adalah mutiara yang akan memberikan cahaya dan
semangat untuk hidup. Dengan adanya anak, orang tua akan lebih giat
bekerja, lebih bahagia dan punya tujuan untuk hidup. Apapun akan
dilakukan oleh orang tua demi anaknya, orang tua tak ingin melihat
anaknya bersedih, orang tua rela menderita demi anaknya. Sedangkan bagi
negara, anak adalah generasi masa depan untuk kemajuan negaranya. Maju
atau tidaknya suatu negara tergantung generasi negara tersebut.
Baik atau tidaknya anak tergantung pendidikan dan pola asuhnya
orang tua. Bila orang tua memberikan pendidikan dan pola asuh yang baik
maka anak akan menjadi baik dan berkualitas. Pola asuh yang baik
meliputi: kasih sayang anak terpenuhi, perhatian orang tua selalu
dilimpahkan, selalu memberikan kata-kata motivasi, dan orang tua selalu
ada saat anak membutuhkan. Sedangkan pendidikan yang baik meliputi:
pendidikan yang berkualitas, sesuai dengan keinginan anak, dan mengikuti
perkembangan zaman. Jadi, anak dengan situasi seperti itu akan menjadi
anak yang baik dan berkualitas. Sebagaimana dalam hadits di bawah,
ْطِفْلا ىَلَع ُذَلْىُي َّلاِإ ٍدْىُلْىَم ْنِم اَم
َا ِوِناَدِّىَهُي ُهاَىَبَأَف ِةَش
و
ِوِناَسِّجَمُي ْوَأ ِوِنأَشِّصَنُي
)يساخبلا هاوس(
“Setiap bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau
Majusi” (H.R. Bukhari).
Dengan melihat hadits di atas, orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak dan penting untuk memberikan pendidikan yang baik ( kitab Muhtarul Ahadits Nabawiyah. Bab Mim. Hal: 134).
Di sisi lain, tidak jarang pula ditemukan anak yang bertingkah laku
salah dan melanggar aturan. Hal itu, disebabkan pula oleh pengasuhan
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah (fisik-material, dan mental-spiritual), yang mereka khawatirkan terhadap mereka. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah
mereka mengucapkan perkataan (didikan) yang benar” (membuka al
-Qur‟an). (QS. An-Nisa: 9).
Adanya anak terlantar karena adanya beberapa faktor, antara lain:
kelahiran karena hamil di luar nikah, faktor ekonomi, orang tua sibuk
menderita dan kurang kasih sayang. Kalau hal ini dibiarkan terus, maka
akibatnya adalah menurunnya kualitas generasi bangsa, yang akan
membawa pada kemunduran.
Melihat kondisi seperti di atas, maka muncullah lembaga-lembaga
yang menampung anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih
sayang orang tua. Lembaga tersebut seperti panti asuhan. Panti asuhan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rumah tempat memelihara
dan merawat anak yatim atau yatim piatu, dan sebagainya. Yang dimaksud
“sebagainya” di sini adalah anak terlantar, anak dari orang tua broken
home, atau anak gelandangan. Adanya lembaga panti asuhan dan
semacamnya setidaknya dapat membantu anak untuk tetap mendapatkan
haknya sebagai anak yaitu mendapatkan kasih sayang, perhatian,
pendidikan dan motivasi, walaupun tidak dari orang tua kandung.
Begitu juga dengan panti asuhan Darul Hadlanah NU, panti asuhan
ini menjadi wadah untuk anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang
orang tua dan menjadi tempat mempengaruhi pada kepribadian anak-anak.
Di panti asuhan, anak-anak hidup bersama-sama dalam satu atap dengan
berbagai sifat dan karakter, tentunya itu akan melatih pembentukan
kepribadian anak. Misal dengan adanya jadwal piket, jadwal belajar/ ngaji,
peraturan-peraturan yang harus dipatuhi, itu akan menjadikan kepribadian
anak terbentuk dengan baik.
Di panti asuhan inilah anak akan menjalani kehidupan dengan
yang baru, dan kegiatan atau aktivitas yang baru yang beda dari kemarin.
Di panti asuhan anak akan belajar bagaimana menghadapi teman yang
berbeda prinsip, belajar menghadapi konflik dan lain-lain.
Di panti asuhan orang tua asuh atau wali kalayan akan berperan
penting untuk membentuk dan menumbuhkan kepribadian anak.
Menumbuhkan merupakan kata kerja dari pertumbuhan yang berarti
pemuasan secara progresif atas kebutuhan-kebutuhan psikologis yang
makin kuat (Goble, 1993: 103). Wali kalayan harus dapat memberikan
perhatian, kasih sayang, dan pendidikan dengan adil, tidak
membeda-bedakan antara anak asuh yang satu dengan anak asuh yang lainnya, harus
dianggap sama, seperti anaknya sendiri. Kepribadian anak ditentukan
bagaimana pola wali kalayan dalam mengasuh.
Kepribadian disebut dengan istilah personality yang berasal dari
kata latin “persona” yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang
sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang dimaksudkan untuk
menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang (Sukmono, 2013:
9). Kepribadian adalah segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat
diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan
menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya
itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu
(Sukmono, 2013: 8).
Wali kalayan mempunyai tugas untuk menumbuhkan
mempunyai arti sebagai mekarnya bakat-bakat, kapasitas-kapasitas,
kreativitas, kebijaksanaan dan karakter secara terus-menerus (Goble, 1993:
103). Wali kalayan mengemban amanah untuk menjadikan karakter anak
asuhnya menjadi baik secara terus-menerus. Perkembangan yang baik
akan berdampak baik pula, seperti rasa bahagia dan berfikir dewasa. Di
panti asuhan darul hadlanah NU yang ada banyak anak asuhnya, ternyata
dalam menumbuhkan kepribadian anak belum optimal.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis perlu mencari informasi
melalui penelitian dengan judul: PERANAN WALI KALAYAN
DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KEPRIBADIAN ANAK DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH NU BLOTONGAN.
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana peranan wali kalayan dalam menumbuhkembangkankan
kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan?
2. Bagaimana perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul
Hadlanah NU Blotongan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana peranan wali kalayan dalam
menumbuhkan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kepribadian anak di panti
asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi penambah ilmu pengetahuan
terhadap perkembangan kepribadian pada anak, khususnya anak di
panti asuhan.
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti
1). Memberikan pengetahuan tentang upaya pengembangan
kepribadian anak.
2). Dapat mengetahui upaya menumbuhkan kepribadian anak.
b. Bagi panti asuhan
1). Dapat meningkatkan cara atau upaya dalam menumbuhkan
kepribadian anak di panti asuhan.
2). Sebagai tambahan informasi untuk memperluas wawasan
tentang mengembangkan kepribadian anak di panti asuhan.
c. Bagi dunia akademik
1). Dapat menemukan cara menumbuhkan kepribadian anak/
mahasiswa yang tepat dan ideal.
2). Dapat berguna untuk menunjukkan bahwa panti asuhan sebagai
salah satu tempat untuk mendidik dan menumbuhkan
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah tafsir dalam pemahaman judul maka di
sini perlu dijelaskan istilah:
1. Peranan wali kalayan
Peranan dalam kamus besar bahasa indonesia berarti “tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa”. Wali adalah “orang
yang menurut hukum (agama, adat) diserahi kewajiban mengurus anak
yatim serta hartanya, sebelum anak itu dewasa”. Sedangkan kalayan
adalah sebutan yang sering digunakan dalam panti asuhan, sebenarnya
kalayan asal kata dari klien yang artinya melayani. Di panti asuhan,
sebutan klien kurang familiar, sehingga menjadi kalayan. Jadi yang di
maksud dengan wali kalayan adalah seseorang yang menurut hukum
mempunyai kewajiban mengurus dan melayani anak yatim serta
hartanya sebelum anak itu dewasa dalam sebuah panti asuhan. Wali
kalayan sama halnya dengan pengasuh, hanya beda sebutan saja. Wali
kalayan mempunyai peranan yang besar dalam menumbuhkan
perkembangan kepribadian anak di panti asuhan. Karena wali kalayan
adalah pengganti orang tua kandung maka perannya sama dengan orang
tua kandung yaitu; memberikan lingkungan keluarga (panti asuhan)
yang bahagia dan sejahtera, memberikan sandang, pangan dan papan
yang memadai bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, memberikan
keteladanan atau contoh yang baik terhadap anak-anak, mengajarkan
santun, dan memberikan waktu bermaindan alat permainan yang
memadai (Mutiah, 2010: 90).
2. Perkembangan kepribadian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perkembangan berasal dari
kata berkembang yang berarti menjadi bertambah sempurna (tentang
pribadi, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya). Sedangkan,
Kepribadian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti sifat
hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang
membedakannya dari orang atau bangsa lain. Wali kalayan harus
memiliki karakteristik sikap demokratis agar perkembangan
kepribadian anak berkembang. Wali kalayan yang demokratis
memperlakukan anak sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak
dan memerhatikan serta mempertimbangkan keinginan-keinginan
anak. Anak dengan pola pengasuhan orang yang demokratis akan
menunjukkan sikap atau perilaku tanggung jawab yang besar, dapat
menerima perintah dan dapat diperintah, dapat menerima kritik secara
terbuka, memiliki keberanian untuk berinisiatif dan kreatif, memiliki
emosi yang stabil, mudah beradaptasi dan lebih toleran (Mutiah, 2010:
89).
3. Panti asuhan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, panti asuhan berarti rumah
tempat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu dan
yang tidak memiliki rumah, atau anak yang tidak mendapatkan
pengasuhan orang tua. Anak akan diasuh dan dididik layaknya anak
sendiri, sampai anak itu siap atau mampu hidup mandiri.
F. Metode Penelitan
Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena merupakan
cara yang teratur untuk mencapai suatu tujuan yang dimaksud, metode ini
diperlukan guna mencapai tujuan yang sempurna.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian jenis kualitatif deskriptif.
Penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).
Disebut penelitian kualitatif karena data yang terkumpul dan
analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2011: 8).
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan tentang peranan
wali kalayan dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak di
panti asuhan. Hasil pengamatan tersebut dijadikan pengumpulan data
dan peneliti melakukan penelitian di panti asuhan Darul Hadlanah NU
Blotongan. Penulis akan berusaha mengumpulkan data-data yang
diperlukan di lapangan, yang berhubungan dengan upaya
menumbuhkan perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul
Hadlanah NU Blotongan.
Lokasi penelitian bertempat di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan
NU.
4. Sumber Data
Sumber data yang terkumpul dalam penelitian adalah sumber data
yang sesuai dengan upaya menumbuhkan perkembangan kepribadian
anak. Sumber data dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara
langsung oleh peneliti dari orang pertama, di antaranya adalah:
1).Pengasuh panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan.
2). Wali kalayan panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan.
3). Beberapa anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah NU
Blotongan.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung dan
data yang diperoleh oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah
ada. Data sekunder bersumber dari dokumentasi. Data yang
dihasilkan dalam penelitian ini di antaranya data tentang upaya
menumbuhkan perkembangan kepribadian anak.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan
sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan
sesaat ataupun mungkin dapat diulang (sukandarrumidi, 2004: 69).
Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu
memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan
dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh. Selain
itu, dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang
sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam
wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat
merugikan nama lembaga (Sugiyono, 2011: 228). Melalui
observasi ini peneliti akan mengamati beberapa tingkah laku atau
sikap yang menunjukkan kepribadian anak itu sendiri.
b. Wawancara mendalam
Wawancara atau dikenal pula dengan istilah interview adalah suatu
proses tanya jawab lesan, dalam mana 2 orang atau lebih
berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain
dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya
(sukandarrumidi, 2004: 88). Wawancara ini dilakukan kepada dua
obyek yaitu pengasuh, wali kalayan dan kepada anak asuhnya.
Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang
lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan
situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa
wawancara peneliti akan bertanya langsung mengenai
perkembangan kepribadian anak, perubahan kepribadian anak, dan
lain-lain.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dapat merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif (Sugiyono, 2011: 240).
6. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta
yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi
hipotesis atau teori (Sugiyono, 2011: 9). Analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain (Sugiyono, 2011: 244).
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk mengecek keabsahan data skripsi ini, maka digunakan metode
trianggulasi yaitu dengan menggunakan metode pengumpulan data dan
analisis data, termasuk menggunakan informan sebagai alat uji
triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan
dengan satu pendekatan (Sugiyono, 2011: 241).
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Penelitian Pendahuluan
Penulis pertama melalui tahap pengamatan (observasi),
setelah itu sebagai pendukung penulis mengkaji buku dan
sumber-sumber dari internet dan buku-buku yang berhubungan dengan
pertumbuhan perkembangan kepribadian anak. Kemudian penulis
memperoleh gambaran tentang apa yang akan diteliti dan penulis
memulai melakukan penelitian.
b. Pengembangan Desain
Setelah penulis mengetahui cukup banyak hal tentang
upaya menumbuhkan perkembangan kepribadian anak, penulis
melakukan observasi ke panti asuhan Darul Hadlanah NU untuk
mengetahui peranan wali kalayan dalam menumbuhkan
perkembangan kepribadian anak.
c. Penelitian sebenarnya
Penulis melakukan penelitian di panti asuhan Darul
Hadlanah NU untuk melihat seperti apa peranan wali kalayan
dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak asuhnya.
Mencatat berbagai hal yang berhubungan dengan peranan wali
anak asuh dan juga mencatat tentang perkembangan kepribadian
anak asuh.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman dalam skripsi ini, maka akan
dikemukakan sistematika hasil yang secara garis besar dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal meliputi: halaman sampul, pernyataan keaslian tulisan,
nota pembimbing, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan,
abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.
2. Bagian Inti
BAB I: PENDAHULUAN, meliputi: latar belakang masalah, fokus
masalah tujuan penelitian, penegasan istilah, kegunaan penelitian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA, meliputi: peranan wali kalayan,
perkembangan kepribadian anak di panti asuhan.
BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN,
meliputi: merupakan hasil penelitian yang meliputi gambaran umum
lokasi dan subyek penelitian serta penyajian data hasil penelitian.
BAB IV: PEMBAHASAN, meliputi: analisis data yang diperoleh
mengenai: peranan wali kalayan dalam menumbuhkan perkembangan
kepribadian anak dan perkembangan kepribadian anak di panti asuhan.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir meliputi: daftar pustaka, daftar riwayat hidup penulis,
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peranan Wali Kalayan/ Wali Asuh
Orang tua adalah guru pertama yang dikenal oleh anak. Orang tua
mempunyai tugas yang sangat penting untuk membentuk kepribadian anak
sejak dini. Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak. Sebagaimana
tercantum dalam Undang-undang Perlindungan Anak pasal 26 ayat 1 yang
berbunyi:
Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
1. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak
2. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
minatnya
3. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.
Apabila orang tua tidak bisa melaksanakan kewajiban di atas maka
anak boleh diambil alih pengasuhannya oleh orang lain atau lembaga
secara sah. Dengan ketentuan orang tua asuh harus dapat mengambil alih
tugas dan kewajiban seperti tugas dan kewajiban orang tua yang
sesungguhnya. Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam
Undang-undang Perlindungan Anak Bab VIII tentang Pengasuhan dan
1. Pengasuhan anak ditujukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat
menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik fisik, mental,
spiritual, maupun sosial.
2. Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh
lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu.
3. Dalam hal lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berlandaskan
agama, anak yang diasuh harus yang seagama dengan agama yang
menjadi landasan lembaga yang bersangkutan.
4. Dalam hal pengasuhan anak dilakukan oleh lembaga yang tidak
berlandaskan agama, maka pelaksanaan pengasuhan anak harus
memperhatikan agama yang dianut anak yang bersangkutan.
5. Pengasuhan anak oleh lembaga dapat dilakukan di dalam atau di luar
panti sosial.
6. Perseorangan yang ingin berpartisipasi dapat melalui lembaga-lembaga
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), ayat (4), dan ayat (5).
Pasal 38
1. Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 37, dilaksanakan
tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik,
budaya, dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan
kondisi fisik dan/atau mental.
2. Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
diselenggarakan melalui kegiatan bimbingan, pemeliharaan,
memberikan bantuan biaya dan/atau fasilitas lain, untuk menjamin
tumbuh kembang anak secara optimal, baik fisik, mental, spiritual
maupun sosial, tanpa memengaruhi agama yang dianut anak.
Orang tua asuh sebagaimana terdapat dalam undang-undang di atas
harus menjamin tumbuh kembang anak secara optimal baik fisik, mental,
spiritual maupun sosial. Orang tua asuh juga tidak boleh
membeda-bedakan ras, suku bangsa, etnik, dan juga agama.
B. Perkembangan Kepribadian Anak
1. Kepribadian
Setiap manusia yang terlahir di dunia ini pasti membawa
kepribadiannya masing-masing, tapi dengan berjalannya waktu
kepribadian itu bisa berubah karena berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian atau temuan-temuan
(hasil praktik penanganan kasus) para ahli. Objek kajian kepribadian
adalah “human behavior”, perilaku manusia, yang pembahasannya terkait
dengan apa, mengapa, dan bagaimana perilaku tersebut (Yusuf dan
Nurihsan, 2007:1). Pengertian kepribadian menurut psikologi adalah suatu
organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan
Selain, pengertian di atas para ahli juga mendefinisikan tentang
kepribadian:
a. Woodworh, seperti yang dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan
mengemukakan bahwa kepribadian merupakan “kualitas tingkah laku
total individu”.
b. Dashiell mengartikannya sebagai “gambaran total tentang tingkah laku
individu yang terorganisasi”.
c. Allport, seperti yang dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan mengemukakan
lima pengertian kepribadian :
1). Dynamic, merujuk kepada perubahan kualitas perilaku (karakteristik) individu, dari waktu ke waktu, atau dari situasi ke
situasi.
2). Organization, yang menekankan permulaan bagian-bagian struktur kepribadian yang independen (berdiri sendiri), yang
masing-masing bagian tersebut mempunyai hubungan khusus satu sama
lainnya. Ini menunjukkan bahwa kepribadian itu bukan kumpulan
sifat-sifat, dalam arti satu sifat ditambah dengan yang lainnya,
melainkan keterkaitan antara sifat-sifat tersebut, yang satu sama
lainnya saling berhubungan atau berinterelasi.
3). Psychohysical systems, yang terdiri atas kebiasaan, sikap, emosi, sentimen, motif, keyakinan yang kesemuanya merupakan aspek
psikis, juga mempunyai dasar fisik dalam diri individu, seperti:
psikofisik ini meskipun mempunyai dasar/fondasi pembawaan,
namun dalam perkembangannya lebih dipengaruhi oleh hasil
belajar, atau diperoleh melalui pengalaman.
4). Determine, yang menunjukkan peranan motivasional sistem psikofisik. Dalam diri individu, sistem ini mendasari
kegiatan-kegiatan yang khas, dan mempengaruhi bentuk-bentuknya. Sikap,
keyakinan, kebiasaan, atau elemen-elemen sistem psikofisik
lainnya muncul melalui stimulus, baik dari lingkungan, maupun
dari dalam individu sendiri.
5). Unique, yang merujuk kepada keunikan atau keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi dari pola sistem psikofisiknya.
Dalam proses penyesuaian diri meskipun terhadap lingkungan,
tidak ada reaksi/respon yang sama dari dua orang sekalipun
kembar identik (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 3-5).
Berdasarkan pengertian teori dan kepribadian di atas, maka istilah
teori kepribadian dapat diartikan sebagai “seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia beserta definisi empirisnya”.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kepribadian manusia itu
berubah-ubah, perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh faktor gangguan
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian
di antaranya sebagai berikut:
a. Faktor fisik, seperti: gangguan otak, kurang gizi (malnutrisi), mengkonsumsi obat-obat terlarang (napza atau narkoba), minuman
keras, dan gangguan organik (sakit atau kecelakaan).
b. Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: krisis politik, ekonomi,
dan keamanan yang menyebabkan terjadinya masalah pribadi
(stress, depresi) dan masalah sosial (pengangguran, premanisme,
dan kriminalitas).
c. Faktor diri sendiri, seperti: tekanan emosional (frustasi yang
berkepanjangan), dan identifikasi atau imitasi terhadap orang lain
yang berkepribadian menyimpang (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 11).
Pada dasarnya kepribadian manusia itu baik, karena ada yang
mempengaruhinya maka kadang kepribadian itu menjadi kurang baik.
Salah satu kata kunci dari definisi kepribadian adalah “penyesuaian
(adjustment)”. Menurut Alexander A. Schneiders (1964), seperti yang
dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan, penyesuaian itu dapat diartikan
sebagai:
Suatu respon individu, baik yang bersifat behavioral maupun mental
dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan
emosional, frustasi dan konflik; dan memelihara keharmonisan antara
Dalam upaya memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah
yang dihadapi, ternyata tidak semua individu mampu menampilkannya
secara wajar, normal atau sehat (well adjustment); di antara mereka banyak juga yang mengalaminya secara tidak sehat (maladjustment).
E.B. Hurlock (1986), seperti yang dikutip oleh Yusuf dan
Nurihsan, mengemukakan bahwa karakteristik penyesuaian yang sehat
atau kepribadian yang sehat (healthy personality) ditandai dengan: a. Mampu menilai diri secara realistik. Individu yang kepribadiannya
sehat mampu menilai diri apa adanya, baik kelebihan maupu
kelemahannya, menyangkut fisik (postur tubuh, wajah, keutuhan,
dan kesehatan) dan kemampuan (kecerdasan dan keterampilan).
b. Mampu menilai situasi secara relistik. Individu dapat menghadapi
situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan
mau menerimanya secara wajar. Dia tidak mengharapkan kondisi
kehidupan itu sebagai suatu yang harus sempurna.
c. Menerima tanggung jawab. Individu yang sehat adalah individu
yang bertanggung jawab. Dia mempunyai keyakinan terhadap
kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang
dihadapinya.
mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri
dengan norma yang berlaku di linkungannya.
e. Dapat mengontrol emosi. Individu merasa nyaman dengan
emosinya. Dia dapat mengatasi situasi frustasi, depresi atau stress
secara positif atau konstruktif, tidak destruktif (merusak).
f. Berbahagia. Individu yang sehat, situasi kehidupannya diwarnai
kebahagiaan. Kebahagiaan ini didukung oleh faktor-faktor
achievement (pencapaian prestasi), acceptance (penerimaan dari orang lain), dan affection (perasaan dicintai atau disayangi orang lain).
Adapun kepribadian yang tidak sehat ditandai dengan karakteristik
seperti berikut:
a. Mudah marah (tersinggunng).
b.Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan.
c. Sering merasa tertekan (stress atau depresi).
d. Mempunyai kebiasaan berbohong.
e. Hiperaktif.
f. Sulit tidur.
g. Kurang memiliki rasa tanggung jawab.
h. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
i. Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan.
j. Kurang bergairah dalam menjalani kehidupan (Yusuf dan Nurihsan,
Adapun teori-teori tentang kepribadian ada tiga, yaitu sebagai
berikut:
a. Kepribadian dalam Teori Psikoanalisa
Dalam teori psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai suatu
struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem, yakni id, ego,
dan superego. Meskipun ketiga sistem tersebut memiliki
fungsi, kelengkapan, prinsip-pinsip operasi, dinamisme, dan
mekanismenya masing-masing, ketiga sistem kepribadian ini
satu sama lain saling berkaitan serta menbentuk suatu totalitas.
1). Id
Id (istilah Freud: das es) adalah sistem kepribadian
yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat
naluri-naluri bawaan. Id juga merupakan komponen kepribadian
yang primitif, insktinktif (yang berusaha untuk memenuhi
kepuasan instink). Id berorientasi pada prinsip kesenangan
(pleasure principle) atau prinsip reduksi ketegangan (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 36). Untuk dua sistem yang lainnya, id
adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau
penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem
tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang
dilakukannya. Dalam soal energi ini, id tidak bisa
mentoleransi penumpukan energi yang bisa menyebabkan
keseluruhan. Dan bagaimanapun, bagi individu
meningginya tegangan itu akan merupakan suatu keadaan
yang tidak menyenangkan. Karena itu, apabila tegangan
pada organisme meningkat, baik karena adanya stimulasi
dari luar (suhu, cahaya, dan bunyi yang intensitasnya
tinggi) maupun karena adanya stimulasi dari dalam (lapar,
haus, kekurangan oksigen), maka id akan berusaha
meredakan atau mengurangi tegangan yang meninggi itu
serta mengembalikannya kepada taraf semula. Dari sini bisa
diperoleh gambaran bahwa id, dalam menjalankan fungsi
dan operasinya, dilandasi oleh maksud mempertahankan
konstansi (the principle of constancy) yang ditujukan untuk menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai
keadaan yang menyenangkan (the pleasure principle).
Untuk keperluan mencapai maksud dan tujuannya
itu, id memiliki perlengkapan berupa dua macam proses.
Prosesyang pertama adalah tindakan-tindakan reflex, yakni
suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme
kerjanya otomatis dan segera, serta adanya pada individu
merupakan bawaan. Contohnya reflex mengisap, batuk,
mengedipkan mata, dan bersin. Proses yang kedua adalah
proses primer, yakni suatu proses yang melibatkan
primer ini dimaksudkan bahwa id (dan organisme secara
keseluruhan) berusaha mengurangi tegangan. Proses primer
pada orang yang sedang lapar, sebagai contoh, adalah
membayangkan (mengkhayalkan) makanan.
2). Ego
Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai
pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan
menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (the reality principle). Ego juga merupakan eksekutif atau manajer dari kepribadian yang membuat keputusan (decision maker)
tentang instink-instink mana yang akan dipuaskan dan
bagaimana caranya; atau sebagai sistem kepribadian yang
terorganisasi, rasional, dan berorientasi kepada prinsip realitas
(reality principle) (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 36).
Menurut Freud, ego terbentuk pada struktur kepribadian
individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun
proses yang dimilki dan dijalankan ego sehubungan dengan
upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan oleh
individu adalah proses sekunder (secondary process). Dengan proses sekundernya ini, ego memformulasikan rencana bagi
pemuasan kebutuhan dan menguji apakah rencana tersebut bisa
dilaksanakan atau tidak.
Superego (istilah Freud: das Ueberich) adalah sistem
kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang
sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Menurut Freud,
superego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau
aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan,
berpengaruh, atau berarti bagi individu tersebut seperti orang
tua dan guru. Super ego berkembang pada usia sekitar 3 atau 5
tahun. Pada usia ini anak belajar untuk memperoleh hadiah
(rewards) dn menghindari hukuman (punishment) dengan cara mengarahkan tingkah lakunya yang sesuai dengan ketentuan
atau keinginan orang tuanya (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 44).
Adapun fungsi utama dari superego: (a) sebagai pengendali
dorongan-dorongan atau impuls naluri id agar
impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat
diterima oleh masyarakat; (b) mengarahkan ego pada
tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan;
dan (c) mendorong individu kepada kesempurnaan (Koswara,
1986: 32-35).
b. Kepribadian dalam Teori Behavorisme
Behaviorisme merupakan orientasi teoritis yang didasarkan
pada premis bahwa psikologi ilmiah harus berdasarkan studi
kepribadian internal, seperti id, ego, dan super egonya Freud,
karena struktur seperti ini tidak dapat diobservasi. Mereka lebih
memperhatikan kecenderungan-kecenderungan respon yang
dapat diamati. Mereka memandang kepribadian individu
sebagai “ koleksi kecenderungan respon yang terkait dengan
berbagai situasi rangsangan yang beragam” (Yusuf dan
Nurihsan, 2007: 123).
Dari perspektif behaviorisme Skinner, studi tentang
kepribadian melibatkan pengujian yang sistematis dan pasti
atas sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar belakang
genetik atau faktor bawaan yang khas dari individu. Menurut
Skinner, individu adalah organisme yang memperolah
perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah
agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau
suatu point di mana faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang
khas secara bersama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang
khas pula pada individu tersebut.
Selanjutnya bagi Skinner studi tentang kepribadian itu
ditujukan kepada pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku
organisme dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya.
Dalam memformulasikan sistem tingkah laku, Skinner
membedakan dua tipe respons tingkah laku, yakni responden
responden adalah suatu respons yang spesifik yang ditimbulkan
oleh stimulus yang dikenal, dan stimulus itu selalu mendahului
respons. Contoh tingkah laku responden itu antara lain
menyempitkan pupil mata untuk mengurangi stimulasi cahaya,
menggigil karena kedinginan, dan keluarnya air liur karena
melihat makanan. Orang yang pertama menemukan bahwa
tingkah laku responden itu bisa dikondisikan adalah Ivan
Pavlov, dengan percobaannya yang benama pengondisian
klasik (classical conditioning), dengan menggunakan seekor anjing sebagai subjeknya (Koswara, 1986: 77-78).
Sedangkan, respons dalam conditioning operan adalah
sesuatu tindakan yang terjadi tanpa didahului stimulus,
melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer.
Reinforcer adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, akan tetapi tidak sengaja
diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam
classical respondent conditioning (Sobur, 2003:227-228). Dalam pandangan Skinner, hukum-hukum fungsional dari
tingkah laku paling baik dikembangkan dengan memusatkan
pada faktor-faktor yang meningkatkan dan atau mengurangi
probabilitas kemunculan respons di lain waktu daripada
menciptakan stimulus spesifik yang memacu respons. Dalam
dan dicatat begitu tingkah laku itu muncul. Dalam percobaan
tikus menekan pengungkit, contohnya, setiap kali tikus
menekan pengungkit, pena digerakkan oleh pencatat elektris
membuat tanda pada kertas atau pita pencatat yang bergerak
secara konstan. Alat pencatat otomatis ini, disebut pencatat
kumulatif (Koswara, 1986: 82).
c. Kepribadian dalam Teori Humanistic
Maslow berpendapat bahwa motivasi manusia diorganisasikan
ke dalam sebuah hirarki kebutuhan yaitu suatu susunan
kebutuhan yang sistematis, suatu kebutuhan dasar harus
dipenuhi sebelum kebutuhan dasar lainnya muncul (Yusuf dan
Nurihsan, 2007: 156). Maslow memaparkan teori tentang
needs, yang mengatakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan. Kebutuhan tersebut dibedakan menjadi
dua yaitu basic needs dan meta needs. Basic needs atau kebutuhan dasar meliputi makan minum, kasih sayang, rasa
aman, harga diri. Sementara kebutuhan meta needs meliputi keadilan, kesatuan, kebaikan, keteraturan, keindahan. Lima
jenis kebutuhan dari Maslow adalah sebagai berikut:
1). Physiological need (kebutuhan fisiologis)
kelangsungan hidup. Kebutuhan ini berupa makan, minum,
oksigen, istirahat, dan keseimbangan temperature.
2). Safety Need (kebutuhan akan rasa aman)
Safety need yaitu kebutuhan akan rasa aman. Merupakan kebutuhan psikologis yang fundamental dan perlu dipenuhi.
Apabila pemenuhan kebutuhan akan rasa aman terhambat
pemenuhannya, akan menimbulkan gangguan kepribadian
yang serius. kebutuhan akan rasa aman terlihat dari orang
yang mendambakan suasana tenang, aman jauh dari
gangguan dan kekacauan, nyaman dan bebas dari tekanan
atau ancaman.
Kebutuhan rasa aman dibedakan menjadi dua yaitu aman
secara fisik dan secara psikologis. Aman secara fisik
ditandai dengan keadaan bebas rasa sakit, bebas dari
gangguan dan kekacauan sedangkan aman secara psikis
terlihat dari tiadanya rasa takut, cemas ada perlindungan.
3). Love and Belongness (kasih sayang dan kebersamaan) Kebutuhan kasih sayang dan kebersamaan merupakan
kebutuhan yang mendorong seseorang berinteraksi secara
afektif dan emosional dengan orang lain. Kebutuhan ini
tumbuh di lingkungan keluarga, berkembang ke lingkungan
sosial yang lebih luas. Kurangnya kasih sayang
menyebabkan perkembangan seseorang terhambat.
4). Self Esteem (harga diri)
Self esteem mengandung dua konsep yaitu rasa harga diri oleh diri sendiri serta penghargaan yang diberikan orang
lain terhadap diri seseorang. Harga diri meliputi kebutuhan
akan kepercayaan diri, kompetisi, pengusaaan, prestasi,
kebebasan dan ketidaktergantungan atau independent.
Sementara kebutuhan penghargaan dari orang lain meliputi
prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan,
nama baik dan penghargaan.
Terpenuhinya self esteem pada diri seseorang akan merangsang timbulnya sikap percaya diri, rasa kuat, rasa
mampu, rasa berguna, sementara self esteem rendah
menghasilkan sikap rendah diri, rasa tak pantas, rasa lemah,
rasa tak mampu, rasa tak berguna menyebabkan yang
bersangkutan dihantui kehampaan, keraguan dan
keputusasaan menghadapi hidup.
5). Self-Actualization (pengekspresian diri)
Need for self actualization merupakan kebutuhan tertinggi dari semua kebutuhan yang dikemukakan Maslow.
merupakan kebutuhan yang ada dalam diri manusia untuk
mengekspresikan, mengembangkan segala kemampuan dan
potensi yang dimiliki (Sriyanti, 2011: 83-85).
2. Anak
Menurut Undang-Undang RI nomor 4 tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak, menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum
berusia 21 tahun dan belum menikah. Jadi dapat dilihat bahwa rentang usia
anak terletak pada skala 0 sampai dengan 21 tahun. Penjelasan mengenai
batas usia 21 tahun ditetapkan berdasarkan pertimbangan kepentingan
usaha kesejahteraan social serta pertimbangan kematangan sosial,
kematangan pribadi dan kematangan mental seseorang yang umumnya
dicapai setelah seseorang melampaui usia 21 (Huraerah, 2005: 19-20).
Anak-anak yang terlahir di dunia harus mendapatkan hak dan
kebutuhannya dari orang tua, masyarakat, atau yang mengasuhnya.
Mengenai hak anak secara universal telah ditetapkan melalui Sidang
Umum PBB tanggal 20 Nopember 1959, dengan memproklamasikan
Deklarasi Hak-Hak Anak (Huraerah, 2005: 20). Di samping itu, dalam
pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak, disebutkan bahwa:
a. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan
bimbingan berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarganya
maupun dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang
b. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan
kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan
kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga
Negara yang baik dan berguna.
c. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa
kandungan maupun sesudah dilahirkan.
d. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup
yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan
perkembangan dengan wajar.
Dalam pasal 4 ayat 1 disebutkan bahwa anak yang tidak
mempunyai oangtua berhak memperoleh asuhan oleh Negara
atau orang atau badan. Kemudian, pasal 5 ayat 1 menyebutkan
bahwa anak yang tidak mampu berhak memperoleh bantuan
agar dalam lingkungan keluarganya dapat tumbuh dan
berkembang secara wajar (Huraerah, 2005: 20-21).
3. Tahap Perkembangan kepribadian anak
Banyak orang beranggapan, tidak masuk akal kepribadian anak
dibentuk sejak dia berusia tiga atau empat tahun, tapi kenyataannya
memang kepribadian anak terbentuk sejak dini . Jika kita perhatikan,
memang benarlah anak-anak sejak muda sekali sudah mulai terbentuk
kepribadiannya. Bermacam-macam model kepribadian sudah jelas
lagi. Seorang anak pendiam dan penurut. Dia mungkin masih bersifat
demikian bertahun-tahun kemudian. Anak lain sangat aktif dan
berdikari. Yang lain lagi penuh rasa ingin tahu. Dia selalu mempelajari
hal-hal baru dengan teliti. Hal demikian, bisa dimulai pada anak usia
tiga tahun, mungkin bahkan masih demikian pada usia lima atau
sepuluh tahun.
Para psikiater ataupun psikolog menandaskan bahwa
pembawaan-pembawaan berupa tingkah laku social khusus, seperti, kejujuran atau
keculasan, kepatuhan atau kurang tanggung jawab, bukan diperoleh
dari warisan, melainkan dari pengalaman hidup. Meski pada usia tiga
tahun karakter sudah mempunyai bentuknya, bukan berarti tidak
mungkin berubah dikemudian hari. Nyatanya orang dewasa sekalipun
tidak tetap sama pada tahun ini dengan tahun depan misalnya.
Lebih jelas lagi perkembangan kepribadian itu pada masa
kanak-kanak. Tingkat perkembangan yang berbeda-beda terus
mengemudikan dia dari dalam dan mengatur arah karakter yang
kelihatan dari luar. Setiap aspek karakternya mengalami
perkembangan yang berbeda-beda. Sifat suka membantah atau penurut
yang diperlihatkan anak usia satu sampai tiga tahun adalah termasuk
usahanya untuk bisa berdiri sendiri. Menginjak usia tiga tahun
keinginan untuk menjiplak ayah pada anak laki-laki dan ibu pada
anak-anak perempuan sangat kuat. Mereka mulai menolak contoh-contoh
berusaha berbuat segala sesuatu yang dikerjakan kawan-kawan itu. Hal
itu sangat member pengaruh kepada kepribadiannya dan karirnya di
kemudian hari. Kadang-kadang, anak yang sangat pemalu pada usia
tujuh tahun, jika mendapat kawan yang sesuai, menjadi pandai bergaul
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan 1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlanah NU
Blotongan
Panti asuhan ini merupakan salah satu kegiatan bidang mabarat
(sosial) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama‟ (PCNU) Kota Salatiga dan
panti asuhan ini juga satu-satunya panti asuhan di Salatiga yang langsung
di bawah PCNU. Panti asuhan Darul Hadlanah berdiri pada tahun 2008
tepatnya pada tanggal 8 Januari, panti asuhan ini berdiri melihat keadaan
bahwa masih banyak kondisi orang NU yang kurang mampu, anak yatim,
dan anak yatim piatu. Format pada asuhan anak di panti asuhan NU
dirancang dengan model integrasi pesantren dan panti asuhan. Manajemen
pesantrennya seperti; pengajian kitab kuning, khitobah, berjanji, qiro‟ah,
dan lain-lain. Sedangkan, manajemen pengasuhannya seperti memberikan
pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anaknya, memberikan
perawatan, bimbingan dan pengawasan kepada anak. Arah yang
dikembangkan adalah membekali anak asuh dengan ajaran-ajaran agama
Islam yang mengedepankan nilai-nilai kesalehan individual dan sekaligus
kesalehan sosial. Diharapkan anak asuh dapat tumbuh menjadi pribadi
yang memiliki kecerdasan intelektual, spiritual maupun sosial yang tinggi.
Letak panti asuhan Darul Hadlanah berada di tepi jalan raya
Semarang-Solo. Tepatnya di Dusun Modangan Rt 02/ Rw 08, JL.
Fatmawati Blotongan Km. 5, kecamatan Sidorejo, Salatiga dan
bersebelahan dengan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
3. Maksud dan Tujuan Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan Didirikanya panti asuhan Darul Hadlanah Nahdlatul Ulama‟ kota Salatiga ini pasti memiliki maksud dan tujuan. Maksud dan tujuan
didirikanya panti asuhan ini adalah:
a. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan anak asuh (santri) kepada Allah SWT
b. .Mengajarkan pada anak asuh (santri) agar senantiasa berpegang pada nilai-nilai Islam Ahlu sunnah wal jama’ah.
c. Mendidik anak asuh (santri) agar menjadi santri yang berakhlakul karimah, cerdas dan mandiri. Meningkatkan kualitas sumber daya
anak asuh (santri)
d. Membangun kesadaran anak asuh (santri) untuk berprestasi sesuai dengan kemampuan dan kompetensinya masing-masing.
f. Memperbaiki faham-faham keislaman sesuai dengan ajaran
Al-Qur‟an dan hadits dalam rangka pembinaan dan pembentukan
pribadi muslim yang diridhoi Allah SWT (SK.MENKUMHAM
4. Visi dan Misi Panti Asuahan Darul Hadlanah
a. VISI
Menjadi pusat pengembangan pribadi bagi para anak yatim, piatu dan
dhuafa‟ yang berakhlakul karimah, agamis, dan cerdas secara
intelektual.
b. Misi
1). Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan santri asuh kepada Allah
SWT.
2). Mengajarkan santri asuh agar tetap berpegang pada nilai-nilai Islam
ahlusunnah wal jamaah.
3). Mendidik santri asuh agar menjadi santri yang berakhlakul karimah
cerdas dan mandiri.
4). Meningkatkan sumber daya santri.
5). Membangun kesadaran santri asuh untuk berprestasi sesuai dengan
kompetensinya masing-masing.
5. Struktur Pengurus
Pembina: KH. Sonwasi Ridwan, BA
Drs. H. Zaenuri, M.Pd.
Pengawas: H. Haryono, SH
Pengurus:
Ketua: Dr. H. Miftahuddin, M.Ag
Sekretaris: Joko Anis, M.pd
2. Drs. Ja‟far
Pengasuh: 1. M. Gufron, M.Ag
2. Muizzatul Azizah, S. Thi
6. Sumber Dana Panti Asuhan
Secara keseluruhan biaya anak asuh ditanggung oleh panti, mulai
dari biaya pendidikan, makan, pakaian, uang jajan dan uang sekolah.
Adapun dana yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan panti
asuhan berasal dari berbagai sumber. Sumber dana panti asuhan
adalah sebagai berikut:
a. Sumbangan atau bantuan yang bersifat tidak mengikat, termasuk
sumbangan baik dari pemerintah, badan atau perorangan baik
berupa uang, barang-barang, perlengkapan-perlengkapan.
b. Bantuan dari donator tetap dari pengurus cabang NU dan warga
NU.
c. Penerimaan harta wakaf, hibah, sodaqoh, wasiat.
d. Penerimaan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar
panti asuhan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Data Santri
Tuta 2
15 Septa Aryowibowo L Salatiga 28/09/200
8
Triani
Permitasari P Semarang 27/01/2003 SLTP
9
Ayunda
Rizki
Kemaladewi P Boyolali 29/01/2001 SLTP
Awwaliyah
JADWAL KESEHARIAN ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN
DARUL HADLANAH NU BLOTONGAN
Tabel III
NO WAKTU KEGIATAN
1 04.00-04.30 SHOLAT SUBUH
2 04.30-06.00 MENGAJI AL-QUR‟AN
3 06.00-15.00 SEKOLAH
5 15.15-16.00 NGAJI (HAFALAN)
6 16.00-16.20 SHOLAT ASHAR
7 16.20-17.30 NGAJI
8 18.00-18.30 SHOLAT MAGHRIB
9 18.30-20.00 BELAJAR
10 20.00-20.15 SHOLAT ISYA‟
11 20.15-21.00 MASAK DAN MAKAN
12 22.00-04.30 TIDUR
Tabel IV
Jadwal Kegiatan Harian Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan Salatiga
Kegiatan Waktu Petugas
Jama‟ah
Shalat
subuh dan
Wiridan
04.30-05.00 WIB Bapak
Mengaji
Al-Qur‟an
(setoran
Mengaji 18.30-19.30 Bapak/Ibu
Jama‟ah Shalat
Takror/ belajar 20.30-selesai Pembina
Jadwal Kegiatan Mingguan Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan Salatiga
Kegiatan Waktu Petugas
Ahad jam
Jadwal Mengaji Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan Salatiga
Hari Ba’da Asar Ba’da Magrib Ustadz
Tabel VII
6 KAMAR MANDI PUTRI 2
7 KAMAR MANDI PENGASUH 1
8 KAMAR TIDUR PUTRA 3
9 KAMAR TIDUR PUTRI 4
10 RUANG PENGASUH 2
10. Tata Tertib
Agar anak-anak di panti menjadi disiplin dan rajin, perlu adanya
tata tertib yang harus dipatuhi oleh semua anak panti asuhan, tata tertib
tersebut sebagai berikut:
Kewajiban
a. Santri wajib menjunjung tinggi dan menjaga nama baik panti
asuhan Darul Hadlanah NU.
b. Bersikap sopan santun dalam berhubungan dengan pengasuh dan
sesama.
c. Wajib mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan oleh
pengasuh.
d. Wajib mengikuti sholat berjama‟ah.
e. Mohon ijin kepada pengasuh apabila akan meninggalkan panti.
f. Menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan panti.
h. Mentatati tata tertib
Larangan-larangan
a. Dilarang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syara‟. b. Dilarang bergurau di malam hari.
c. Dilarang membawa ponsel.
d. Dilarang keluar malam.
11.Pengasuh atau wali kalayan
Adapun wali kalayan dalam panti asuhan Darul Hadlanah NU adalah
berikut ini:
a. M.Gufron,M.Ag
b. Muizzatul Azizah,S.Th I
B. Temuan Penelitian
Pada saat penggalian data, penulis melakukan wawancara dengan
pengasuh sekaligus wali kalayan di panti asuhan Darul Hadlanah NU dan
memperoleh data sebagai berikut:
1. Peranan wali kalayan dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian
anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU
Berkaitan dengan masalah di atas, penulis ajukan beberapa
pertanyaan kepada pengasuh sekaligus wali asuh di panti asuhan yaitu
Ibu Muizzatul Azizah (MA):
Untuk mengetahui adanya perkembangan atau tidak,
penulis perlu mengetahui keadaan saat pertama masuk panti dan
hal itu langsung penulis tanyakan kepada pengasuh.
“pertama anak datang di antar wali bisa saudara, pakde,
nenek, bisa tetangga atau Rt/Rw setempat. Kalau yang masih ada orang tuanya ya sama orang tuanya. Minta keterangan tidak mampu, KK, KTP. Setelah itu, survey ke alamatnya, apakah anak benar-benar membutuhkan,
khawatirnya salah sasaran” seutuhnya. Secara kepribadian berbeda dari anak-anak dari keluarga yang normal maksudnya utuh, kadang ada yang nakal, ada yang ngelamun dan ada yang sak karepe dewe”.
b. Perkembangan anak setelah masuk panti asuhan
Setelah mengetahui keadaan sebelum masuk di panti asuhan,
penulis langsung tanyakan bagaimana perkembangan setelah masuk
panti asuhan,
“ banyak, Alhamdulillah banyak, kalau anak itu kan mudah, apalagi anak SD kan masih mudah. Ketika berada di lingkungan yang baik meski ia akan terpengaruhnya cepat. Akhir-akhir kelihatan aslinya. Karena anak baru masih takut, ya ngikuti alur, sholat ya salat, ngaji ya ngaji, belajar ya belajar, makan ya makan. Biasanya kenakalan-kenakalan muncul kalau dah lama, terasa sudah seperti keluarga, jadi sudah berani nglanggar, susah di bangunin, waktu jamaah masih bobok. Biasanya kenakalan muncul setelah nyaman, sudah kenal, kalau awal-awal justru rajin, karena
pekewuh dan belum kenal kan.
c. Metode yang digunakan untuk menumbuhkan perkembangan
Dalam upaya menumbuhkembangkan kepribadian yang
tepat sasaran di panti asuhan, seorang wali asuh harus
menggunakan sebuah metode, seperti paparan di bawah ini:
“Ajak bicara ke anaknya, kalau di rumah ngapain, biasanya
apa, jam segini ngapain, kalau sekolah sarapan ngak ya gitulah yang ringan-ringan. Biasanya saya tanyakan bapak ibu mu kemana, kalau yang masih ada orang tuanya, kalau yang sudah tidak ada ya ngak saya tanyakan. Yang paling sering saya tanyakan yang ringan-ringan, seperti saya tanyakan kepada anak pada umumnya. Terutama aktivitas kebiasaan di rumah apa, setelah saya dengar saya sosialisasikan programnya. Kalau disini sarapan jam sekian, kegiatan ya ini-ini, anak bisa adaptasi, harus ngaji sholat, harus manut. Main ya ada waktunya, kalau di rumah main kan jor-jorankalau disini ada waktunya”.
d. Perkembangan anak di panti asuhan dari hari demi hari
Ternyata anak-anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah NU
mengalami perkembangan, apa saja perkembangannya, berikut
paparan dari MA:
“Perkembangan secara umum meningkat, awalnya tidak bisa ngaji
bisa ngaji, tidak salat jamaah jadi salat jamaah, mandi jadi teratur, sarapan teratur, ini dari segi kebiasaan sehari-hari. Kalau dari segi pendidikan, ya jelas jauhlah, terutama dari segi agama, karena ini adalah panti asuhan plus kan, plus pesantren anak sebisa mungkin harus tahu konsekuen, tahu kewajiban, seperti sholat lima waktu, sholat sunnah, yang biasanya ngak pernah puasa bahkan romadhan tidak puasa disini saya ajarkan puasa sunnah. Ya itu perkembangan, sedikit-sedikit, anak-anak belajar dari lingkungan. Ngak harus ngomong karena sudah ada program, anak sudah
terbiasa”.
e. Kesulitan wali asuh dalam menumbuhkan perkembangan
kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam proses mengembangkan