• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN OUTDOOR LEARNING.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN OUTDOOR LEARNING."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. ... Latar Belakang Masalah ... 1

B... Rumusan Masalah ... 11

C... Tujuan Penelitian ... 12

D. ... Manfaat penelitian ... 12

(2)

...

Pendidikan Anak Usia Dini ... 16

1. ... Ciri anak usia dini ... 16

2. ... Fungsi dan

tujuan pendidikan anak usia dini... 18

3. ... Pendekatan

dan arah dalam pendidikan anak usia dini ... 19

4. ... Prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini ... 20

5. ... Prinsip-prinsip belajar anak usia dini ... 21

6. ... Pendekatan dalam pendidikan anak usia dini ... 23

7. ... Tugas-tugas

perkembangan anak usia dini ... 24

8. ... Peran guru

dalam cara belajar anak usia dini ... 25

B. ... Konsep Multiple Intelligence ... 27

1. ... Bagian otak dan fungsinya ... 27

(3)

C. ... Konsep

Kecerdasan Interpersonal ... 34

1. ... Definisi kecerdasan interpersonal ... 34

2. ... Dimensi kecerdasan interpersonal ... 37

3. ... Karakteristik anak yang memiliki kecerdasan interpersonal ... 40

4. ... Ciri-ciri

orang yang memiliki kecerdasan interpersonal ... 41

5. ... Jenis-jenis

kegiatan pendukung kecerdasan interpersonal ... 42

D. ... Proses

Perkembangan Kecerdasan Interpersonal Anak ... 44

1. ... Bentuk umum perilaku sosial ... 44

2. ... Faktor yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan

interpersonal ... 46

3. ... Perkembanga

(4)

Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini ... 51

E.Konsep Kegiatan Outdoor Learning ... 52 1. ... Definisi

outdoor learning ... 52

2. ... Jenis-jenis kegiatan outdoor learning ... 55

3. ... Karakteristik kegiatan outdoor learning dalam meningkatkan

kecerdasan interpersonal ... 60

F. Kontribusi Kegiatan Outdoor Learning Dalam Meningkatkan

Kecerdasan Interperonal Anak Usia Dini ... 61

BAB III METODE PENELITIAN ... 63

A. ... Lokasi dan

Subyek Penelitian... 63

B. ... Desain

Penelitian... 63

C. ... Metode Penelitian... 64

D. ... Prosedur Penelitian... 65

(5)

H. ... Validasi

Instrumen ... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 80

A. ... Hasil

Penelitian... 80

1. ... Kondisi objektif kecerdasan interpersonal anak sebelum

diterapkan kegiatan outdoor learning di TK Assamica... 80

2. ... Pelaksanaan

Kegiatan Outdoor Learning Di Taman Kanak-

Kanak Assamica Dalam Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal

Anak Pada Kelompok B Tahun Ajaran 2012/2013 ... 86

B. ... Pembahasan ... 131

1.... Kondisi Objektif Kecerdasan Interpersonal anak kelompok sebelum

diterapkan kegiatan outdoor learning Di Taman Kanak-Kanak Assamica ... 131

2... Penerapan

(6)

...

Kecerdasan Interpersonal Anak Tk Assamica

Setelah Diterapkan Kegiatan Outdoor Learning ... 137

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 141

A. ... Kesimpulan ... 141

B. ... Saran ... 142

DAFTAR PUSTAKA ... 146

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki masa pendidikan lebih

lanjut (UU SPN No 20 Tahun 2003) dalam Masitoh (2011)

Dinyatakan dalam pasal 1 ayat 1 P.P. No.27 Tahun 1990 dalam Solehudin

(1997) bahwa Pendidikan Prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani anak didik di luar lingkungan

keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur

pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah.

Pendidikan Usia Dini merupakan fase yang sangat fundamental bagi

perkembangan individu, Fread (Santrock & Yussen, 1992) dalam Solehudin

(1997) , misalnya, memandang usia balita sebagai masa terbentuknya kepribadian

dasar individu. Selain itu Suntrock dan Yussen juga menganggap usia prasekolah

sebagai masa yang penuh dengan kejadian-kejadian penting dan unik yang

meletakan dasar bagi kehidupan seseorang dimasa dewasa.

Mendukung pandangan para ahli tersebut, temuan Sperry, Habel

danWiesel dalam(Witrdarmanu) dalam Solehudin, (1997) menjelaskan bahwa

perkembangan potensi untuk masing-masing aspek memiliki keterbatasan waktu

(8)

untuk perkembangan matematika adalah sampai empat tahun, untuk bahasa

sampai sepuluh tahun, dan untuk musik antara tiga sampai sepuluh tahun.

De Porter & Hernarcki dalam Priyatna (2004:6) mengatakan bahwa pada

usia empat tahun, struktur otak bagian bawah telah berkembang sebanyak 80 %

dan kecerdasan yang lebih tinggi mulai berkembang. Selain itu Diamond dalam

Rakhmat (2005) mengungkapkan:

Saya akan memberi tahu mereka tentang betapa dinamisnya otak mereka serta dapat berubah pada usia berapapun, sejak lahir sampai akhir kehidupan .otak dapat berubah secara positif jika dihadapkan pada lingkungan yang memberikan rangsangan.Sebaliknya, otak dapat menjadi negatif jika tidak diberi rangsangan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dan hasil penelitian tersebut

menggambarkan bahwa begitu pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini dan

memiliki kontribusi yang sangat tinggi untuk perkembangan anak selanjutnya,

selain itu jika otak anak mendapatkan rangsangan yang bagus dari lingkungannya

maka otak akan berkembang dengan positif dan sebaliknya.

Sebagai pendidik guru memiliki kewajiban untuk memfasilitasi semua

aspek perkembangan anak usia dini agar anak mencapai kematangan dengan baik

dan mampu menyeimbangkan antara stimulus terhadap otak kanan dan otak

kiri.Permasalahan di lapangan pada saat ini adalah sebagian guru dan orang tua

berpendapat bahwa anak yang cerdas akademik itulah anak yang cerdas dan anak

yang IQ nya tinggi saja yang diakui sebagai anak yang cerdas, Howard Gardner

dalam Rachmani (2003), mengungkapkan bahwa Gardner tidak memandang

kecerdasan manusia berdasarkan skor standar semata, melainkan dengan ukuran

(9)

masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia,(2)kemampuan untuk

menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan dan (3)kemampuan

untuk menciptakan sesuatu atau memberikan penghargaan dalam budaya

seseorang.

Pada kenyataannya tidak bisa dipungkiri bahwa anak cerdas secara

akademik dan menjadi juara kelas, belum tentu berhasil di masa depannya sebagai

contoh kasus dalam keluarga yang memiliki dua orang anak.Anak tertentu kurang

berprestasi dalam bidang akademik namun dapat mengembangkan bakat olah

raganya sehingga menjadi orang sukses.Anak yang lainnya memiliki kecerdasan

akademik yang tinggi, namun ia kurang mengembangkan potensi lain sehingga

kurang berhasil.

Dari kasus di atas dapat diketahui bahwa Intelligence Quotion bukanlah

satu-satunya kunci keberhasilan Rachmani (2003). Begitu juga dengan prestasi

akademik yang dimiliki anak belum tentu dapat menentukan kesuksesan anak di

masa depan. Dari permasalahan ini terbukti bahwa tidak seharusnya orang tua dan

guru hanya menekankan prestasi akademik saja, karena selain prestasi akademik

masih terdapat kecerdasan yang lain pada diri anak yang dapat menentukan

kesuksesan anak dikemudian hari Howard Gardner dalam Masitoh (2011) telah

menggagas 10 dimensi kecerdasan dasar pada manusia di antaranya: Kecerdasan

Linguistik, Kecerdasan Spasial, Kecerdasan Bodi Kinestetik , Kecerdasan

Logika-Matematika, Kecerdasan bermusik, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan

Interpersonal, Kecerdasan Naturalis, Kecerdasan Eksistensi dan Kecerdasan

(10)

Wijanarko (2012).menjelaskan bahwa salah satu kecerdasan yang penting

bagi anak usia dini adalah kecerdasan interpersonal, Agustin (2011) menjelaskan

yang dimaksud dengan kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan atau

kemampuan membedakan suasana, intensi, motivasi dan perasaan orang lain.

Kecerdasan ini tampak dalam mengekspresikan wajah, suara dan gerak,

pemahaman karakter orang dan mampu merespon secara efektif, Sujiono (2005)

menjelaskan kecerdasan interpersonal adalah berpikir lewat berkomunikasi

dengan orang lain. Ini mengacu pada keterampilan manusia dapat dengan mudah

membaca, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Vygotsky dalam

Solehudin(1997) menekankan pentingnya pengalaman interaksi sosial bagi

perkembangan proses berfikir anak. Ia meyakini bahwa aktivitas mental yang

tinggi pada anak terbentuk melalui dialog dengan orang lain.

Merujuk pada pendapat Anderson dalam Safaria (2005) bahwa terdapat

tiga dimensi kecerdasan interpersonal diantaranya:(1) Sosial sensitivity

(sensitivitas social) adalah Kemampuan untuk mampu merasakan dan mengamati

reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukannya baik secara verbal

maupun non verbal. (2) Social Insight adalah Kemampuan seseorang untuk

memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam satu interaksi

sosial, sehingga masalah-masalah tersebut tidak menghambat apalagi

menghancurkan relasi sosial yang telah di bangun. Di dalamnya juga terdapat

kemampuan dalam memahami situasi sosial dan etika sosial sehingga anak

mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi tersebut. (3) Social communication

(11)

individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun

hubungan interpersonal yang sehat. Dalam proses menciptakan, membangun dan

mempertahankan relasi sosial, maka seseorang membutuhkan sarananya.Tentu

saja sarana yang digunakan adalah melalui proses komunikasi, yang mencakup

baik komunikasi verbal, nonverbal maupun komunikasi melalui penampilan fisik.

Salah seorang psikolog dari Inggris NK Humprey dalam Rachmani

(2003), menyatakan bahwa Kecerdasan interpersonal yang merupakan bagian dari

kemampuan sosial ini, merupakan hal penting dari kecerdasan manusia.Sehingga

akan lebih baik jika dikembangkan sejak Usia Dini, selain itu sejak dilahirkan

setiap orang telah membutuhkan peranan orang lain. Semakin bertambah usia

seseorang semakin bertambah pula peranan orang lain dalam hidupnya, sehingga

dibutuhkan kecerdasan dalam bergaul. Selain itu Lwin et al dalam Safaria (2005)

menyebutkan bahwa kecerdasan interpersonal sangat penting bagi manusia.

Dengan kecerdasan interpersonal yang baik seseorang dapat menjadi orang

dewasa yang sadar secara sosial dan mudah menyesuaikan diri, menjadi berhasil

dalam pekerjaan dan mewujudkan kesejahteraan emosional dan fisik..Seperti

firman Allah SWT dalam Al-Qur’an membimbing kaum muslimin untuk

memperkuat tali persaudaraan, cinta, tolong-menolong dan persatuan di antara

mereka.Allah berfirman yang artinya:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian dari mereka

(12)

”Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah

antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat

rahmat.” (Qs Al-Hujurat [49]:10)”.

Setiap orang tua mempunyai harapan agar anaknya dapat meraih sukses di

masa yang akan datang,dan pada usia dini inilah saat yang tepat untuk membantu

anak belajar bersosialisasi dan menghadapi dunia nyata yang penuh dengan

tantangan.

Syamsu Yusuf (2002: 31) menjelaskan bahwa dalam kehidupan sehari-hari

anak tidak hanya berinteraksi dengan teman sebayanya, tetapi berinteraksi juga

dengan orang dewasa dan lingkungan sekitar. Lingkungan ini merupakan hal

terpenting di samping hereditas yang menentukan perkembangan

individu.Lingkungan tersebut meliputi lingkungan fisik, lingkungan psikis, sosial

dan religius yang dikelompokan ke dalam 3 lingkungan yaitu: lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar.

Solehudin (1997:50), menjelaskan bahwa secara umum pendidikan

prasekolah dimaksudkan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan

anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai

kehidupan yang dianut. Melalui pendidikan prasekolah, anak diharapkan dapat

mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya seperti agama, intelektual,

sosial, emosi dan fisik, memiliki dasar-dasar aqidah yang lurus sesuai dengan

ajaran agama yang dianutnya, memiliki kebiasaan-kebiasaan perilaku yang

diharapkan, menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai

(13)

Sementara yang terjadi di TK Assamica, pembelajaran terlalu terpaku pada

rutinitas akademik dan kurang mengarahkan pada kecerdasan interpersonal anak

(kecerdasan sosial), adapun kegiatan-kegiatan rutin yang biasa dilakukan

diantaranya: anak mengerjakan lembar kerja, baik yang difotocopy maupun dari

majalah yang sudah disediakan, menggambar bebas, menebalkan angka dan huruf,

semua kegiatan tersebut dilakukan secara individual dan kegiatan-kegiatan

lainnya yang hanya dilakukan di dalam kelas yang sebagian besar kurang

melibatkan kelompok sehingga anak-anak kelompok B sebagian besar masih

bersifat individual, kurang kerjasama, senang bermain sendiri, rendahnya

motivasi untuk membantu teman yang kesulitan, berbicara kurang santun dengan

tutur kata yang kasar, kurangnya menghargai hasil karya teman dengan cara

mengejek, anak masih kaku ketika diminta memberi dan meminta maaf, saling

menyerobot saat bermain di playground, tidak mendengarkan teman yang sedang

berbicara dan masih menyelesaikan masalah dengan kekerasan seperti memukul

dan mendorong teman. Hal ini menunjukan bahwa sensitivitas sosial, pemahaman

sosial seperti pemahaman etika dan situasi sosial serta komunikasi sosial kurang

berkembang pada diri anak.

Pada saat observasi di TK tersebut ada juga kegiatan kelompok seperti

menggunakan cat bersama-sama saat melukis, bermain balok bersama. Kegiatan

di luar kelas juga dilakukan pada saat jam istirahat dan pada saat bermain di luar

anak dibiarkan bermain begitu saja tanpa arahan dan perhatian dari guru hal ini

(14)

anak kurang memiliki kesadaran diri, kurang memahami situasi sosial dan etika

sosial serta anak kurang mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sosial.

Berdasarkan kondisi objektif di TK Assamica tersebut maka pembelajaran

dirasakan kurang efektif terutama dalam mendukung perkembangan kecerdasan

interpersonal anak usia dini, jika pembelajaran berlangsung terus-menerus seperti

itu sangat disayangkan potensi yang ada pada diri anak sebagian tidak

berkembang secara optimal, selain itu anak akan mengalami kejenuhan jika

pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas saja yang terhalang oleh dinding

sementara di luar banyak sekali ilmu yang dapat memperkaya pengetahuan anak

dan perkembangan sosial anak.

Banyak metode dan strategi yang dapat digunakan dalam membantu Anak

Usia Dini untuk meningkatkan kecerdasan interpersonalnya salah satunya yaitu

kegiatan outdoor learning.

Priyatna (2004) menjelaskan kegiatan outdoor learning adalah suatu

bentuk atau metode pelatihan di alam terbuka dengan penekanan pendekatan

melalui pengalaman (eksperiental learning).Menurut istilah out adalah di luar sedangkan learning adalah pembelajaran, jadi pendekatan outdoor learning

merupakan suatu metode atau cara belajar yang dilakukan di luar atau alam bebas.

Montesori dalam Priyatna (2004), mengungkapkan bahwa“alam

merupakan guru yang terbaik”.Lingkungan dan alam sekitar mengundang anak

untuk menyenangi pembelajarannya, sehingga alam/lingkungan terbuka dapat

dijadikan sebagai media pembelajaran bagi setiap orang baik sebagai sumber

(15)

Suyadi dalam Husamah (2011), Banyak manfaat yang dapat diambil

melalui pendekatan outdoor learning ini diantaranya: pikiran lebih jernih,

pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan, pembelajaran lebih variatif,

belajar lebih rekreatif, belajar lebih riil, anak lebih mengenal pada dunia nyata dan

luas, tertanam image bahwa dunia sebagai kelas, wahana belajar akan lebih luas

dan kerja otak lebih rileks. Selain itu Solehudin (1997) menjelaskan bahwa dunia

anak adalah dunia bermain, anak bisa belajar jika mereka merasa ada kesenangan

dan ketertarikan dalam kegiatan tersebut selain itu anak dapat belajar dengan

efektif jika seluruh indra pada anak terlibat secara langsung.

Dengan adanya pembelajaran di luar ini tugas-tugas perkembangan anak

terfasilitasi khususnya kecerdasan interpersonal, anak akan belajar lebih bermakna

jika mengalami secara langsung atau hand on experience. seperti yang

diungkapkan oleh para ahli bahwa Anak-anak belajar melalui berbagai

pengalaman dengan objek, orang, dan kegiatan yang berada di sekitar mereka .

(Mrphy & Leeper, 1970) dalam Masitoh (2011); Anak-anak belajar dengan

berbagai cara. Mereka menyerap informasi dengan cara pengalaman nyata

termasuk melalui alat indra penciuman, perasa, pendengaran, penglihatan, dan

peraba (Elkind, 1987) dalam Masitoh (2011).

Berdasarkan pendapat para Ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, anak

dapat belajar dengan bermakna jika seluruh indranya berfungsi dan dalam

keadaan yang menyenangkan.

Hernowo (2004) menjelaskan bahwa dunia anak adalah dunia bermain,

(16)

kegiatan tersebut selain itu anak dapat belajar dengan efektif jika seluruh indra

pada anak terlibat secara langsung.

(Piaget, 1926) dalam Masitoh (2011) menjelaskan bahwa bermain

memiliki fungsi yang penting dalam perkembangan intelektual anak serta proses

asimilasi dan akomodasi yang terkait di dalamnya.Asimilasi meliputi proses

abstraksi informasi dari dunia luar dan bagaimana mencocokan informasi tersebut

dengan skema yang sudah ada. Dalam akomodasi, anak melakukan modifikasi

terhadap apa yang sudah mereka ketahui sebelumnya.

Selain itu Bredekamp & Rosegrant dalam Solehudin (1997)

menyimpulkan bahwa anak akan belajar dengan baik dan bermakna bila: (1) anak

merasa aman secara psikologis serta kebutuhan-kebutuhan fisiknya terpenuhi;(2)

anak mengkonstuksi pengetahuan;(3) anak belajar melalui interaksi social dengan

orang dewasa dan anak-anak lainnya; (4) anak belajar melalui bermain; (5) minat

dan kebutuhan anak untuk mengetahui terpenuhi; dan (6) unsur variasi individual

anak diperhatikan.sebagai Contoh, ketika anak melakukan kegiatan di luar kelas

sungguh terlihat keriangan anak bermain dengan temannya tanpa terhalang oleh

pembatas tembok dalam ruangan anak lebih bebas bereksfresi dan bergaul dengan

temannya. Pada saat itu juga tergambar karakteristik anak yang suka memimpin,

bekerjasama dan bermain sendiri.

Priyatna T(2004) mengungkapkan beberapa kontribusi pendekatan

outdoor learning dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal diantaranya:1) Membantu dan memberi kemudahan kepada anak dalam melakukan interaksi

(17)

memungkinkan anak belajar lebih bermakna dalam bersosialisasi dengan beragam

karakter orang, 3) membantu anak untuk bebas berekpresi dalam menyesuaikan

dirinya terhadap lingkungan baru, 4) membantu anak dalam mengembangkan

kepribadian sosialnya, 5) memberikan bimbingan kepada untuk mampu

mengungkapkan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain, 6)

meningkatkan kerjasama, 7) dengan adanya praktik langsung dalam berinteraksi

maka akan lebih mudah diingat oleh anak, 8) memberikan kebebasan kepada

anak untuk aktif dalam kelompok misalnya menjadi pemimpin atau menjadi

anggota kelompok yang mampu bekerjasama dan berbagi dengan orang lain

dalam menyelesaikan masalah bersama.

Dengan melihat kontribusi pembelajaran outdoor tersebut alangkah lebih baik jika dimanfaatkan untuk memfasilitasi Anak Usia Dini dalam

mengembangkan kecerdasan interpersonalnya. Berdasarkan latar belakang

masalah tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

“Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini Melalui kegiatan

Outdoor learning Di Taman Kanak-Kanak Assamica”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini penulis uraikan sebagai berikut:

a. Bagaimana kondisi objektif Kecerdasan Interpersonal anak sebelum

(18)

b. Bagaimana penerapan kegiatan outdoor learning di Taman Kanak- kanak Assamica dalam Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak?

c. Apakah terdapat peningkatan kecerdasan interpersonal setelah di terapkannya

kegiatan outdoor learning di Taman Kanak-kanak Assamica?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini bertujuan untuk mempelajari

bagaimana Peningkatan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini Di Tk

Assamica Kelompok B melalui kegiatan outdoor learning.Tujuan umum tersebut

dapat dijabarkan menjadi tujuan khusus sebagai berikut:

1. Mengetahui kondisi objektif kecerdasan interpersonal sebelum diterapkan kegiatan outdoor learning anak di Taman Kanak-kanak Assamica

2. Mengetahui bagaimana penerapan kegiatan outdoor learning di Taman kanak-kanak Assamica dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal anak

3. Mengetahui peningkatan kecerdasan interpersonal anak setelah diterapkanya kegiatan outdoor learning di taman kanak-kanak Assamica

D. Manfaat Penelitian

Penelitan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik secara teoritis

maupun praktis terhadap kecerdasan interpersonal anak di TK Assamica melalui

(19)

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan atau literature ilmiah yang

dapat dijadikan bahan kajian bagi para insan akademik yang sedang mempelajari

ilmu Pendidikan Anak Usia Dini, khususnya mengenai peningkatan kecerdasan

interpersonal anak melalui pembelajaran outdoor di TK Assamica.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi Peneliti

1) Menambah wawasan mengenai konsep kecerdasan interpersonal

2) Mampu mengidentifikasi kondisi objektif kecerdasan interpersonal

anak di taman kanak-kanak Assamica

3) Menambah wawasan mengenai penerapan kegiatan outdoor learning

di taman kanak-kanak

b. Bagi Guru

1) Memberikan gambaran mengenai cara mengembangkan kecerdasan

interpersonal anak usia dini

2) Memberikan alternatif penerapan pendekatan pembelajaran yang

menyenangkan bagi anak usia dini dalam mengembangkan kecerdasan

(20)

c. Bagi siswa

1) Meningkatkan motivasi siswa dalam bersosialisasi dengan temannya

di Taman Kanak-kanak

2) Anak lebih percaya diri dan mampu mengendalikan diri dalam bergaul

dengan temannya

3) Anak mampu menerima kelebihan dan kekurangan temannya

4) Meningkatkan kecerdasan interpersonal anak sehingga lebih mudah

bersosialisasi dengan teman, guru dan lingkungan sekitar

E. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi skripsi dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut; lembar pengesahan, lembar pernyataan keaslian, kata pengantar,

abstrak, ucapan terimakasih, daftar isi, daftar bagan, daftar tabel, daftar grafik,

daftar gambar.

BAB I terdiri dari pendahuluan membahas mengenai latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur

organisasi skripsi.

BAB II kajian pustaka berisi referensi pendukung yang diambil dari

berbagi sumber berupa buku, artikel dan jurnal yang sesuai dengan judul

skripsi.

BAB III metode penelitian membahas mengenai subjek dan lokasi

Penelitian, desain penelitian, metode penelitian, prosedur penelitian, definisi

(21)

BAB IV berisi hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari pengolahan

atau analisis data dan pembahasan atau analisis temuan.

BAB V berisi kesimpulan dari hasil penelitian, saran yang

direkomendasikan untuk peneliti, guru, orang tua, dan peneliti berikutnya

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek penelitian

Penelitian dilakukan di Taman Kanak-kanak Assamica, Perkebunan Pasir

Malang Desa Margaluyu Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.Subjek

penelitian ini adalah seluruh anak didik kelompok B yang berjumlah 14 orang

terdiri dari 4 orang laki-laki 10 orang perempuan rata-rata usianya 5 tahun ½

sampai 6 tahun 1/2 dengan 1 orang guru. Penelitian ini dilakukan di TK tersebut

karena pembelajaran masih bersifat akademik serta kecerdasan interpersonal anak

kurang mendapatkan latihan dan bimbingan, selain itu jarang melakukan kegiatan

pembelajaran di luar yang menyenangkan.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu berbentuk siklus, Adapun

prosedur Penelitian Tindakan Kelas menurut Muslihuddin (2009) adalah sebagai

berikut:

Penelitian Tindakan Kelas secara berurutan dimulai dengan perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi. Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua

yang diawali dengan revisi rencana, tindakan, observasi, refleksi. Tahapan terus

berulang sampai interpensi yang dilakukan dianggap berhasil atau menunjukan

(23)

Alur pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada gambar risert model John

Elliot dalam Muslihuddin, (2009). Adalah sebagai berikut:

SIKLUS I

SIKLUS 2

Gambar 3.1

Riset Aksi Model John Eliot (Muslihudin, 2011:72) C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakanan adalah Penelitian Tindakan kelas.

Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara

sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang

sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian

terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan

(24)

untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan sementara itu.

Muslihuddin (2009).

Adapun selanjutnya Muslihuddin menjelaskan tujuan dari Penelitian Tindakan

Kelas diantaranya:

1. Untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam pendidikan dan

pengajaran yang dihadapi oleh guru dan tenaga kependidikan, terutama yang

berkenaan dengan masalah pembelajaran dan pengembangan materi

pengajarannya.

2. Untuk memberikan pedoman bagi guru/ kepala sekolah untuk memperbaiki

dan meningkatkan mutu kinerja atau mengubah sistem kerjanya agar menjadi

lebih baik.

3. Untuk memasukan unsure-unsur pembaharuan dalam system pengajaran yang

sedang berjalan dan sulit untuk ditembus oleh upaya pembaharuan pada

umumnya.

4. Untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara

paktisi (dalam hal ini guru) dengan para peneliti akademis.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas secara berurutan dimulai dengan perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi. Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua

yang diawali dengan revisi, rencana, tindakan, observasi, refleksi. Tahapan terus

berulang sampai intervensi yang dilakukan dianggap berhasil atau menunjukan

(25)

a. Tahapan Perencanaan

Kegiatan diawali dengan mengidentifikasi masalah melalui observasi

secara langsung di tempat penelitian, yaitu TK Assamica pada kelompok B.

Melalui observasi tersebut ditemukan adanya permasalahan terkait dengan

kecerdasan interpersonal anak, permasalahan tersebut kemudian dirumuskan

oleh peneliti menjadi bentuk pertanyaan penelitian dan kemudian

dikembangkan menjadi tujuan penelitian sesuai dengan permasalahan di TK.

Adapun tahapan perencanaan terdiri dari:

1) Permohonan ijin kepada kepala sekolah untuk melalukan penelitian

2) Merumuskan masalah

Berdasarkan hasil observasi maka penulis merinci permasalahan yang akan

dikemukakan diantarany:

a) Bagaimana kondisi objektif Kecerdasan Interpersonal anak di Taman

kanak-kanak Assamica?

b) Bagaimana penerapan pendekatan outdoor learning di Taman Kanak- kanak Assamica dalam meningkatkan kecerdasan interpersona anak?

c) Apakah terdapat peningkatan kecerdasan interpersonal setelah di

terapkannya pendekatan outdoor learning di Taman Kanak-kanak Assamica?

3) Menentukan lokasi dan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan

kegiatan outdoor learning

(26)

TABEL 3.1

KISI-KISI INSTRUMENT PENELITIAN

MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA DINI MELALUI

KEGIATAN OUTDOOR LEARNING PADA KELOMPOK B TK ASSAMICA

VARIABEL SUB

VARIABEL

INDIKATOR PERNYATAAN ALAT

(27)
(28)
(29)
(30)
(31)

kegiatan

 Rentan Skor 1-20: masuk predikat Kurang (K)

 Rentan Skor 1-35: masuk predikat Cukup (C)

 Rentan Skor lebih dari 35: masuk predikat Baik (B)

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan dari penelitian ini adalah terdiri dari dua siklus, masing-masing

siklus terdiri dari dua aktivitas outdoor learning yang dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal anak di TK Assamica pada kelompok B.

Adapun tahapan pelaksanaan siklus 1 diantaranya:

1) Pembukaan

a) Kegiatan pembukaan sebelum memulai kegiatan outdoor learning:  Berdoa sebelum kegiatan

(32)

 Bercakap-cakap tentang hari kemarin dan kegiatan yang akan

dilaksanakan yaitu outdoor learning

 Anak diajak ke luar kelas untuk melaksanakan kegiatan outdoor

learning

 Guru menjelaskan apa saja yang harus dilakukan anak-anak pada saat

kegiatan outdoor learning

b) Kegiatan inti

 Pada siklus I anak di bagi dalam 3 kelompok dalam tindakan I dan 4

kelompok dalam tindakan II

 Anak melakukan kegiatan outdoor learning tindakan I berkebun,

tindakan II permainan tradisional lomba bakiak

 Guru mengajak anak bercakap-cakap sambil duduk di halaman

sekolah agar setiap anak mengungkapkan perasaannya seperti bahagia

dan sedih.

 Guru melakukan evaluasi kegiatan outdoor learning. Setiap anak

menceritakan kegiatan outdoor learning yang sudah dilaksanakan c) Istirahat

 Berdoa, makan dan bermain di playground

 Guru mengobservasi pada saat anak bermain di playground dan

mengarahkan pada etika sosial pada setiap anak khususnya

kelompok B

d) Penutupan

(33)

 Berdoa sesudah kegiatan dan bernyanyi waktunya pulang

 Pulang sambil bersalaman membentuk lingkaran

2) Pelaksanaan siklus 2

Kegiatan siklus 2 merupakan lanjutan dari pada siklus 1 namun dengan

kegiatan outdoor learningnya berbeda yaitu eksplorasi binatang ke bukit dan permainan tradisional “oray-orayan”

c. Tahap Observasi

Untuk melakukan observasi, peneliti berkolaborasi dengan 1 orang guru

yang ada di Tk tersebut. Peneliti meminta bantuan kepada guru untuk mengisi

lembar observasi yang telah disediakan.setiap kendala yang terjadi di lapangan

dicatat serta dianalisis sekemampuan penulis.

d. Tahap Refleksi

Dalam tahap refleksi dilakukan setelah peneliti melaksanakan satu siklus

yang terfokuskan pada berbagai aspek, antara lain: kendala yang dihadapi oleh

anak dan guru selama kegiatan outdoor learning berlangsung dan merefleksi anak

yang mengalami peningkatan dalam kecerdasan interpersonal. Aktivitas anak

dalam kegiatan, evaluasi hasil belajar, serta catatan lapangan. Refleksi dilakukan

untuk menganalisa semua data yang terkumpul. Dari hasil analisa tersebut,

peneliti mengambil kesimpulan yang akan dijadikan dasar untuk membuat

(34)

E. Definisi Operasional

1. Kecerdasan interpersonal yaitu kecerdasan membedakan suasana, intensi,

motivasi dan perasaan orang lain. Kecerdasan ini tampak dalam

mengekspresikan wajah, suara, gerak, pemahaman karakter orang, dan

mampu merespon secara efektif. Agustin (2011).Kecerdasan interpersonal

adalah kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain atau

kemampuan seseorang untuk bergaul/sosialisai. untuk mengerti orang lain

(empati) dan memberikan respon (simpati) kepada orang lain.Wijarnarko

(2012). Adapun yang menjadi indikator dari penjelasan di atas menurut

Safaria (2005) diantaranya: memiliki sikap empati, sikap prososial,

kesadaran diri, pemahaman situasi sosial, pemahaman etika sosial,

komunikasi yang efektif dan mendengarkan efektif.

2. Pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan kecerdasan

interpersonal Anak Usia Dini ini adalah kegiatan Outdoor Learning yaitu suatu bentuk atau metode pelatihan di alam terbuka dengan penekanan

pendekatan melalui pengalaman (eksperiental learning). Pendekatan

pembelajaran di luar kelas (outdoor learning) adalah sebagai pendekatan pembelajaran yang menggunakan suasana di luar kelas sebagai situasi

pembelajaran berbagai permainan sebagai media transformasi

konsep-konsep yang disampaikan dalam pembelajaran. Irawan A, Dalam Ginting,

(35)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah

wawancara, observasi dan studi dokumentasi

1. Pengamatan (Observasi)

Observasi dilakukan untuk melihat sejauh mana proses pembelajaran

berlangsung dan melihat dampak atau kontribusi pendekatan outdoor learning

dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal anak di Taman Kanak-kanak

Assamica. Adapun format observasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu tekhnik pengumpulan data yang dapat dilakukan

guru untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan dan permasalahan

anak dengan cara melakukan percakapan langsung,baik dengan anak maupun

orang tua. Dengan wawancara guru dapat menggali lebih jauh kondisi objektif

anak. Wahyudin & Agustin (2011)

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu kepada guru kelas yang terkait

dengan permasalahan penelitian tindakan kelas, sehingga diperoleh data yang

berkenaan dengan kecerdasan interpersonal anak di Taman kanak-kanak

Assamica.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data

(36)

objektif serta data melengkapi data yang diperlukan. Dokumentasi yang

dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah berupa foto-foto terkait.

Pada tahap pengumpulan data peneliti mengumpulkan seluruh data

berdasarkan hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi dari mulai tahap

awal penelitian, proses dan sampai pada akhir penelitian yang kemudian dianalisis

sesuai dengan fokus masalah. Tekhnik atau pengolahan data yang digunakan

adalah analisis data kualitatif, yaitu data-data yang diperoleh dijelaskan dalam

bentuk deskriptif atau dalam bentuk narasi.

G. Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan sesuai dengan siklus pada prosedur

penelitian dari mulai perencanaan,pelaksanaan,pengamatan dan refleksi dan

dilakukan dalam dua siklus. Data-data yang sudah didapatkan berdasarkan

observasi dan wawancara dianalisis dan dilihat apakah terdapat peningkatan

setelah melalui dua siklus dalam prosedur penelitian atau tidak sama sekali.

Melalu uji dua variable yaitu kondisi objektif sebelum menggunakan kegiatan

oudoor learning dan setelah melalui pendekatan outdoor learning, apakah terbukti bahwa tindakan tersebut dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal anak di

(37)

I. Validasi Data

Untuk menguji derajat kepercayaan atau derajat kebenaran penelitian,

maka hasil dari analisis data penelitian divalidasi dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Member Chek yaitu memeriksa kembali kebenaran dan keterangan atau informasi data yang diperoleh dari peneliti selama observasi, wawancara dan

catatan lapangan berlangsung dari sumber data. Dalam kegiatan ini dilakukan

guna menguji seberapa besar kebenaan yang ada dalam data tersebut. Yang

dilakukan oleh peneliti di TK tersebut.

2. Triangulasi yaitu memeriksakembali kebenaran data dengan cara mengkonfirmasikan kepada guru pendamping dan memerikan pendapat pada

saat bimbingan berupa temuan-temuan yang baru, sebagaimana penelitian

penyusunan laporan

3. Audit Trial yaitu memeriksa kembali catatan yang ditulis oleh peneliti atau kesalahan dalam metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengambil

keputusan.

4. Expert Opinion yaitu pada tahap ini dilakukan konsultasi atau pengecekan dari hasil temuan penelitian kepada para ahli sebagai pembimbing dalam

meningkatkan kecerdasan interpersonal kemudian memperoleh arahan

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian dari siklus I sampai siklus II

dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal melalui kegiatan outdoor learning

pada kelompok B Taman kanak-kanak Assamica Perkebunan Pasir Malang

Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian, kondisi objektif di TK Assamica

menunjukan bahwa kecerdasan interpersonal anak masih rendah dimana

anak-anak kurang memiliki sikap empati seperti kurang menujukan keinginan

untuk membantu teman, kurang memiliki sikap prososial misalnya mau

menolong teman tanpa diminta, mengerjakan tugas kelompok, menjaga

kekompakan dalam kelompok, dan bekerjasama dengan teman, selain itu

anak-anak masih kesulitan dalam memecahkan masalah sederhana seperti

saat menghadapi konflik dengan teman masih menggunakan kekerasan.

Dengan melihat kondisi objektif kecerdasan interpersonal anak kelompok B

di TK Assamica tersebut maka diperlukan perbaikan dalam pembelajaran

khususnya yang mampu memfasilitasi kecerdasan interpersonal anak.

2. Implementasi kegiatan outdoor learning dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal dilakukan melalui dua siklus dan masing-masing siklus terdiri

dari dua tindakan. Pada setiap siklus mendapatkan respon yang baik dari

(39)

3. Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I sampai siklus II menunjukan bahwa kecerdasan interpersonal anak setelah diterapkan kegiatan outdoor learning

di Taman Kanak-kanak Assamica pada kelompok B mengalami peningkatan.

Pada siklus I skor anak yang masuk predikat kurang (K) semakin berkurang,

predikat cukup (C) meningkat. Pada siklus II tindakan I ke tindakan II

indikator kecerdasan interpersonal anak khususnya dalam komunikasi efektif

mengalami peningkatan cukup tinggi. Hal ini terlihat pada data skor setiap

anak yang masuk predikat baik (B) semakin bertambah menjadi tujuh orang.

Berdasarkan data tersebut terlihat peningkatan kecerdasan interpersonal dari

siklus ke siklus dimana predikat kurang semakin tidak ada, anak yang masuk

predikat cukup juga berkurang meningkat ke predikat baik.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis dapat mengemukakan

saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi guru/peneliti

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan kedua setelah keluarga

khususnya bagi Anak Usia Dini taman kanak-kanak merupakan peralihan dari

keluarga oleh karena itu dalam pendidikan anak usia dini suasana pembelajaran

dibuat seperti suasana keluarga yang penuh dengan kehangatan. Adapun yang

dapat dilakukan guru/peneliti dalam memfasilitasi anak untuk meningkatkan

(40)

a. Guru hendaknya menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan

yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini

b. Guru diharapkan dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber

belajar bagi anak

c. Guru dapat mencoba kegiatan outdoor learning dalam meningkatkan berbagai aspek perkembangan

d. Guru tidak usah memikirkan kegiatan outdoor yang membutuhkan

fasilitator khusus dan membutuhkan biaya yang banyak. Tetapi bisa

dengan biaya yang murah bahkan tanpa biaya guru dapat mengajak anak

melakukan kegiatan outdoor learning yang sederhana tetapi banyak manfaatnya.

e. Guru hendaknya memperhatikan anak didik khususnya saat anak berada

di sekolah baik di dalam kelas maupun di luar ruangan

f. Guru bisa mencoba kolaborasi kegiatan outdoor dan indoor learning

dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal

g. Guru melakukan kerjasama dengan orang tua dalam meningkatkan

kecerdasan interpersonal sehingga ada singkronisasi antara perlakuan di

sekolah dengan di rumah

h. Diadakannya tindak lanjut penelitian meningkatkan kecerdasan

(41)

2. Bagi Orang Tua

Keluarga merupakan pendidikan pertama bagi anak, khususnya dalam hal

ini orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, bagi orang tua

masa kini sebaiknya hindarkan dari memaksakan kehendak anak untuk pandai

membaca, menulis sebelum waktunya dan menekankan kepada anak untuk

mendapatkan prestasi akademik yang terbaik tanpa melihat kecerdasan dan

keterampilan lain yang dimiliki oleh anak. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan

orang tua dalam mendukung kecerdasan interpersonal anak diantaranya:

a. Berikan kasih sayang dengan setulus hati supaya anak belajar menyayangi

orang lain

b. Memberikan tanggung jawab terhadap anak dalam keluarga misalnya dengan

pembagian tugas di rumah

c. Berikan kesempatan kepada anak untuk mengeluarkan pendapat dan

berdiskusi dalam menyelsaikan permasalahan sederhana

d. Ajaklah anak untuk berkunjung ke tempat-tempat sosial dan ajaklah anak

untuk memberikan sumbangan pada korban bencana

e. Libatkan anak dalam kegiatan sosial di lingkungan terdekat misalnya bekerja

bakti dan ikut perayaan hari kemerdekaan

3. Bagi Lembaga TK

a.Bagi berbagai pendukung lembaga TK diharapkan dapat melengkapi

(42)

mendukung kegiatan yang dilakukan guru yang bersifat positif demi

terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan bagi anak didik.

b.Memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti workshop dan

pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas kinerja guru

4. Bagi peneliti berikutnya

a. Bagi teman-teman yang akan melakukan penelitian berikutnya diharapkan

dapat melakukan penelitian meningkatkan kecerdasan interpersonal

melalui kegiatan yang berbeda dan

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M.(2011). Permasalahan Belajar Dan Inovasi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama

Agustin, M & Wahyudin .(2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini .

Bandung: PT Refika Aditama

Alkinson, dkk.(1978). Pengantar Psikologi. Batan Centre: Inter Aksara

Armstrong, T.(2002). Setiap Anak Cerdas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Armstrong, T.(2003). Multiple Intelligence Di Dunia Pendidikan. Bandung: Mizan Pustaka

Campbel, L. Alih bahasa Nomi S.(2002). Multiple Intelligence Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Depok: Inspirasi Press

Hurlock, B E.(1978). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Gelora Pratama

Kurniati, E.(2010). Main Yuk! Bandung: PGPAUD FIP UPI

Meilia, A.(tanpa tahun). Mendidik Anak Cerdas Dan Berbakat. Http:

Www.Info.Balita Cerdas.Com [akses: 5 januari 2005]

Mumtaz, F & Thobroni M.(2011). Mendongkrak Kederdasan Anak Melalui Bermain Dan Permainan .Jogjakarta: Kata Hati

(44)

Rachmani, F I. Dkk.(2003). Multiple Intelligence, Mengenali Dan Merangsang Kecerdasan Anak. Jakarta: Aspirasi Pemuda

Safaria, T.(2005). Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan kecerdasan Interpersonal Anak:Yogyakarta: Amara Books

Solehudin.(1997). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Sujiono, B & Sujiono N Y.(2005). Pembelajaran Anak Usia Dini, Jakarta:

Yayasan Citra Pendidikan Indonesia

Warner, P.(2002). Melatih Kecerdasan Majemuk Anak. Bandung:kaifa

Wijarnyato, J.(2012). Multiple InteligenceAnak Cerdas. Banten: PT Happy Holi Kids

Widyasmoro, T T.(2003). “Kilasbalik Belajar Di Alam: http:www.jogjaadventure.com/default outbodnd. Asp -35k [akses: 5 januari 2005]

Gambar

Gambar 3.1 Riset Aksi Model John Eliot (Muslihudin, 2011:72)
TABEL 3.1 KISI-KISI INSTRUMENT PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mengikuti dan tidak mengikuti pembelajaran

Pada Tabel 9 juga diketahui bahwa nilai R 2 dari asam lemak C10:0 dan C15:0 lebih rendah dari 0.6, rendahnya nilai R 2 ini menyebabkan prilaku asam lemak

1. Tentukan populasi sasaran. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi sasaran adalah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Belitung.. Tentukan sebuah tempat tertentu sebagai

[r]

Kombinasi perlakuan terdiri dari Petak utama yaitu T1: tanah andisol, T2: tanah aluvial, anak petak yaitu V1: rumput Bracharia ruziziensis , V2: rumput Panicum maximum , dan

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan pada bengkel Toyota Auto 2000 Gatot Subroto Medan.. Sedangkan

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang pemenuhan keamanan lansia di rumah dengan desain deskriptif yang dilakukan kepada 51 responden