LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... v
UCAPAN TERIMAKASIH ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR BAGAN ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GRAFIK ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. ... Latar Belakang Masalah ... 1
B... Rumusan Masalah ... 11
C... Tujuan Penelitian ... 12
D. ... Manfaat penelitian ... 12
...
Pendidikan Anak Usia Dini ... 16
1. ... Ciri anak usia dini ... 16
2. ... Fungsi dan
tujuan pendidikan anak usia dini... 18
3. ... Pendekatan
dan arah dalam pendidikan anak usia dini ... 19
4. ... Prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini ... 20
5. ... Prinsip-prinsip belajar anak usia dini ... 21
6. ... Pendekatan dalam pendidikan anak usia dini ... 23
7. ... Tugas-tugas
perkembangan anak usia dini ... 24
8. ... Peran guru
dalam cara belajar anak usia dini ... 25
B. ... Konsep Multiple Intelligence ... 27
1. ... Bagian otak dan fungsinya ... 27
C. ... Konsep
Kecerdasan Interpersonal ... 34
1. ... Definisi kecerdasan interpersonal ... 34
2. ... Dimensi kecerdasan interpersonal ... 37
3. ... Karakteristik anak yang memiliki kecerdasan interpersonal ... 40
4. ... Ciri-ciri
orang yang memiliki kecerdasan interpersonal ... 41
5. ... Jenis-jenis
kegiatan pendukung kecerdasan interpersonal ... 42
D. ... Proses
Perkembangan Kecerdasan Interpersonal Anak ... 44
1. ... Bentuk umum perilaku sosial ... 44
2. ... Faktor yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan
interpersonal ... 46
3. ... Perkembanga
Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini ... 51
E.Konsep Kegiatan Outdoor Learning ... 52 1. ... Definisi
outdoor learning ... 52
2. ... Jenis-jenis kegiatan outdoor learning ... 55
3. ... Karakteristik kegiatan outdoor learning dalam meningkatkan
kecerdasan interpersonal ... 60
F. Kontribusi Kegiatan Outdoor Learning Dalam Meningkatkan
Kecerdasan Interperonal Anak Usia Dini ... 61
BAB III METODE PENELITIAN ... 63
A. ... Lokasi dan
Subyek Penelitian... 63
B. ... Desain
Penelitian... 63
C. ... Metode Penelitian... 64
D. ... Prosedur Penelitian... 65
H. ... Validasi
Instrumen ... 79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 80
A. ... Hasil
Penelitian... 80
1. ... Kondisi objektif kecerdasan interpersonal anak sebelum
diterapkan kegiatan outdoor learning di TK Assamica... 80
2. ... Pelaksanaan
Kegiatan Outdoor Learning Di Taman Kanak-
Kanak Assamica Dalam Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal
Anak Pada Kelompok B Tahun Ajaran 2012/2013 ... 86
B. ... Pembahasan ... 131
1.... Kondisi Objektif Kecerdasan Interpersonal anak kelompok sebelum
diterapkan kegiatan outdoor learning Di Taman Kanak-Kanak Assamica ... 131
2... Penerapan
...
Kecerdasan Interpersonal Anak Tk Assamica
Setelah Diterapkan Kegiatan Outdoor Learning ... 137
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 141
A. ... Kesimpulan ... 141
B. ... Saran ... 142
DAFTAR PUSTAKA ... 146
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki masa pendidikan lebih
lanjut (UU SPN No 20 Tahun 2003) dalam Masitoh (2011)
Dinyatakan dalam pasal 1 ayat 1 P.P. No.27 Tahun 1990 dalam Solehudin
(1997) bahwa Pendidikan Prasekolah adalah pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani anak didik di luar lingkungan
keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur
pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah.
Pendidikan Usia Dini merupakan fase yang sangat fundamental bagi
perkembangan individu, Fread (Santrock & Yussen, 1992) dalam Solehudin
(1997) , misalnya, memandang usia balita sebagai masa terbentuknya kepribadian
dasar individu. Selain itu Suntrock dan Yussen juga menganggap usia prasekolah
sebagai masa yang penuh dengan kejadian-kejadian penting dan unik yang
meletakan dasar bagi kehidupan seseorang dimasa dewasa.
Mendukung pandangan para ahli tersebut, temuan Sperry, Habel
danWiesel dalam(Witrdarmanu) dalam Solehudin, (1997) menjelaskan bahwa
perkembangan potensi untuk masing-masing aspek memiliki keterbatasan waktu
untuk perkembangan matematika adalah sampai empat tahun, untuk bahasa
sampai sepuluh tahun, dan untuk musik antara tiga sampai sepuluh tahun.
De Porter & Hernarcki dalam Priyatna (2004:6) mengatakan bahwa pada
usia empat tahun, struktur otak bagian bawah telah berkembang sebanyak 80 %
dan kecerdasan yang lebih tinggi mulai berkembang. Selain itu Diamond dalam
Rakhmat (2005) mengungkapkan:
Saya akan memberi tahu mereka tentang betapa dinamisnya otak mereka serta dapat berubah pada usia berapapun, sejak lahir sampai akhir kehidupan .otak dapat berubah secara positif jika dihadapkan pada lingkungan yang memberikan rangsangan.Sebaliknya, otak dapat menjadi negatif jika tidak diberi rangsangan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dan hasil penelitian tersebut
menggambarkan bahwa begitu pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini dan
memiliki kontribusi yang sangat tinggi untuk perkembangan anak selanjutnya,
selain itu jika otak anak mendapatkan rangsangan yang bagus dari lingkungannya
maka otak akan berkembang dengan positif dan sebaliknya.
Sebagai pendidik guru memiliki kewajiban untuk memfasilitasi semua
aspek perkembangan anak usia dini agar anak mencapai kematangan dengan baik
dan mampu menyeimbangkan antara stimulus terhadap otak kanan dan otak
kiri.Permasalahan di lapangan pada saat ini adalah sebagian guru dan orang tua
berpendapat bahwa anak yang cerdas akademik itulah anak yang cerdas dan anak
yang IQ nya tinggi saja yang diakui sebagai anak yang cerdas, Howard Gardner
dalam Rachmani (2003), mengungkapkan bahwa Gardner tidak memandang
kecerdasan manusia berdasarkan skor standar semata, melainkan dengan ukuran
masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia,(2)kemampuan untuk
menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan dan (3)kemampuan
untuk menciptakan sesuatu atau memberikan penghargaan dalam budaya
seseorang.
Pada kenyataannya tidak bisa dipungkiri bahwa anak cerdas secara
akademik dan menjadi juara kelas, belum tentu berhasil di masa depannya sebagai
contoh kasus dalam keluarga yang memiliki dua orang anak.Anak tertentu kurang
berprestasi dalam bidang akademik namun dapat mengembangkan bakat olah
raganya sehingga menjadi orang sukses.Anak yang lainnya memiliki kecerdasan
akademik yang tinggi, namun ia kurang mengembangkan potensi lain sehingga
kurang berhasil.
Dari kasus di atas dapat diketahui bahwa Intelligence Quotion bukanlah
satu-satunya kunci keberhasilan Rachmani (2003). Begitu juga dengan prestasi
akademik yang dimiliki anak belum tentu dapat menentukan kesuksesan anak di
masa depan. Dari permasalahan ini terbukti bahwa tidak seharusnya orang tua dan
guru hanya menekankan prestasi akademik saja, karena selain prestasi akademik
masih terdapat kecerdasan yang lain pada diri anak yang dapat menentukan
kesuksesan anak dikemudian hari Howard Gardner dalam Masitoh (2011) telah
menggagas 10 dimensi kecerdasan dasar pada manusia di antaranya: Kecerdasan
Linguistik, Kecerdasan Spasial, Kecerdasan Bodi Kinestetik , Kecerdasan
Logika-Matematika, Kecerdasan bermusik, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan
Interpersonal, Kecerdasan Naturalis, Kecerdasan Eksistensi dan Kecerdasan
Wijanarko (2012).menjelaskan bahwa salah satu kecerdasan yang penting
bagi anak usia dini adalah kecerdasan interpersonal, Agustin (2011) menjelaskan
yang dimaksud dengan kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan atau
kemampuan membedakan suasana, intensi, motivasi dan perasaan orang lain.
Kecerdasan ini tampak dalam mengekspresikan wajah, suara dan gerak,
pemahaman karakter orang dan mampu merespon secara efektif, Sujiono (2005)
menjelaskan kecerdasan interpersonal adalah berpikir lewat berkomunikasi
dengan orang lain. Ini mengacu pada keterampilan manusia dapat dengan mudah
membaca, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Vygotsky dalam
Solehudin(1997) menekankan pentingnya pengalaman interaksi sosial bagi
perkembangan proses berfikir anak. Ia meyakini bahwa aktivitas mental yang
tinggi pada anak terbentuk melalui dialog dengan orang lain.
Merujuk pada pendapat Anderson dalam Safaria (2005) bahwa terdapat
tiga dimensi kecerdasan interpersonal diantaranya:(1) Sosial sensitivity
(sensitivitas social) adalah Kemampuan untuk mampu merasakan dan mengamati
reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukannya baik secara verbal
maupun non verbal. (2) Social Insight adalah Kemampuan seseorang untuk
memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam satu interaksi
sosial, sehingga masalah-masalah tersebut tidak menghambat apalagi
menghancurkan relasi sosial yang telah di bangun. Di dalamnya juga terdapat
kemampuan dalam memahami situasi sosial dan etika sosial sehingga anak
mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi tersebut. (3) Social communication
individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun
hubungan interpersonal yang sehat. Dalam proses menciptakan, membangun dan
mempertahankan relasi sosial, maka seseorang membutuhkan sarananya.Tentu
saja sarana yang digunakan adalah melalui proses komunikasi, yang mencakup
baik komunikasi verbal, nonverbal maupun komunikasi melalui penampilan fisik.
Salah seorang psikolog dari Inggris NK Humprey dalam Rachmani
(2003), menyatakan bahwa Kecerdasan interpersonal yang merupakan bagian dari
kemampuan sosial ini, merupakan hal penting dari kecerdasan manusia.Sehingga
akan lebih baik jika dikembangkan sejak Usia Dini, selain itu sejak dilahirkan
setiap orang telah membutuhkan peranan orang lain. Semakin bertambah usia
seseorang semakin bertambah pula peranan orang lain dalam hidupnya, sehingga
dibutuhkan kecerdasan dalam bergaul. Selain itu Lwin et al dalam Safaria (2005)
menyebutkan bahwa kecerdasan interpersonal sangat penting bagi manusia.
Dengan kecerdasan interpersonal yang baik seseorang dapat menjadi orang
dewasa yang sadar secara sosial dan mudah menyesuaikan diri, menjadi berhasil
dalam pekerjaan dan mewujudkan kesejahteraan emosional dan fisik..Seperti
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an membimbing kaum muslimin untuk
memperkuat tali persaudaraan, cinta, tolong-menolong dan persatuan di antara
mereka.Allah berfirman yang artinya:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian dari mereka
”Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat.” (Qs Al-Hujurat [49]:10)”.
Setiap orang tua mempunyai harapan agar anaknya dapat meraih sukses di
masa yang akan datang,dan pada usia dini inilah saat yang tepat untuk membantu
anak belajar bersosialisasi dan menghadapi dunia nyata yang penuh dengan
tantangan.
Syamsu Yusuf (2002: 31) menjelaskan bahwa dalam kehidupan sehari-hari
anak tidak hanya berinteraksi dengan teman sebayanya, tetapi berinteraksi juga
dengan orang dewasa dan lingkungan sekitar. Lingkungan ini merupakan hal
terpenting di samping hereditas yang menentukan perkembangan
individu.Lingkungan tersebut meliputi lingkungan fisik, lingkungan psikis, sosial
dan religius yang dikelompokan ke dalam 3 lingkungan yaitu: lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar.
Solehudin (1997:50), menjelaskan bahwa secara umum pendidikan
prasekolah dimaksudkan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan
anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai
kehidupan yang dianut. Melalui pendidikan prasekolah, anak diharapkan dapat
mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya seperti agama, intelektual,
sosial, emosi dan fisik, memiliki dasar-dasar aqidah yang lurus sesuai dengan
ajaran agama yang dianutnya, memiliki kebiasaan-kebiasaan perilaku yang
diharapkan, menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai
Sementara yang terjadi di TK Assamica, pembelajaran terlalu terpaku pada
rutinitas akademik dan kurang mengarahkan pada kecerdasan interpersonal anak
(kecerdasan sosial), adapun kegiatan-kegiatan rutin yang biasa dilakukan
diantaranya: anak mengerjakan lembar kerja, baik yang difotocopy maupun dari
majalah yang sudah disediakan, menggambar bebas, menebalkan angka dan huruf,
semua kegiatan tersebut dilakukan secara individual dan kegiatan-kegiatan
lainnya yang hanya dilakukan di dalam kelas yang sebagian besar kurang
melibatkan kelompok sehingga anak-anak kelompok B sebagian besar masih
bersifat individual, kurang kerjasama, senang bermain sendiri, rendahnya
motivasi untuk membantu teman yang kesulitan, berbicara kurang santun dengan
tutur kata yang kasar, kurangnya menghargai hasil karya teman dengan cara
mengejek, anak masih kaku ketika diminta memberi dan meminta maaf, saling
menyerobot saat bermain di playground, tidak mendengarkan teman yang sedang
berbicara dan masih menyelesaikan masalah dengan kekerasan seperti memukul
dan mendorong teman. Hal ini menunjukan bahwa sensitivitas sosial, pemahaman
sosial seperti pemahaman etika dan situasi sosial serta komunikasi sosial kurang
berkembang pada diri anak.
Pada saat observasi di TK tersebut ada juga kegiatan kelompok seperti
menggunakan cat bersama-sama saat melukis, bermain balok bersama. Kegiatan
di luar kelas juga dilakukan pada saat jam istirahat dan pada saat bermain di luar
anak dibiarkan bermain begitu saja tanpa arahan dan perhatian dari guru hal ini
anak kurang memiliki kesadaran diri, kurang memahami situasi sosial dan etika
sosial serta anak kurang mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sosial.
Berdasarkan kondisi objektif di TK Assamica tersebut maka pembelajaran
dirasakan kurang efektif terutama dalam mendukung perkembangan kecerdasan
interpersonal anak usia dini, jika pembelajaran berlangsung terus-menerus seperti
itu sangat disayangkan potensi yang ada pada diri anak sebagian tidak
berkembang secara optimal, selain itu anak akan mengalami kejenuhan jika
pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas saja yang terhalang oleh dinding
sementara di luar banyak sekali ilmu yang dapat memperkaya pengetahuan anak
dan perkembangan sosial anak.
Banyak metode dan strategi yang dapat digunakan dalam membantu Anak
Usia Dini untuk meningkatkan kecerdasan interpersonalnya salah satunya yaitu
kegiatan outdoor learning.
Priyatna (2004) menjelaskan kegiatan outdoor learning adalah suatu
bentuk atau metode pelatihan di alam terbuka dengan penekanan pendekatan
melalui pengalaman (eksperiental learning).Menurut istilah out adalah di luar sedangkan learning adalah pembelajaran, jadi pendekatan outdoor learning
merupakan suatu metode atau cara belajar yang dilakukan di luar atau alam bebas.
Montesori dalam Priyatna (2004), mengungkapkan bahwa“alam
merupakan guru yang terbaik”.Lingkungan dan alam sekitar mengundang anak
untuk menyenangi pembelajarannya, sehingga alam/lingkungan terbuka dapat
dijadikan sebagai media pembelajaran bagi setiap orang baik sebagai sumber
Suyadi dalam Husamah (2011), Banyak manfaat yang dapat diambil
melalui pendekatan outdoor learning ini diantaranya: pikiran lebih jernih,
pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan, pembelajaran lebih variatif,
belajar lebih rekreatif, belajar lebih riil, anak lebih mengenal pada dunia nyata dan
luas, tertanam image bahwa dunia sebagai kelas, wahana belajar akan lebih luas
dan kerja otak lebih rileks. Selain itu Solehudin (1997) menjelaskan bahwa dunia
anak adalah dunia bermain, anak bisa belajar jika mereka merasa ada kesenangan
dan ketertarikan dalam kegiatan tersebut selain itu anak dapat belajar dengan
efektif jika seluruh indra pada anak terlibat secara langsung.
Dengan adanya pembelajaran di luar ini tugas-tugas perkembangan anak
terfasilitasi khususnya kecerdasan interpersonal, anak akan belajar lebih bermakna
jika mengalami secara langsung atau hand on experience. seperti yang
diungkapkan oleh para ahli bahwa Anak-anak belajar melalui berbagai
pengalaman dengan objek, orang, dan kegiatan yang berada di sekitar mereka .
(Mrphy & Leeper, 1970) dalam Masitoh (2011); Anak-anak belajar dengan
berbagai cara. Mereka menyerap informasi dengan cara pengalaman nyata
termasuk melalui alat indra penciuman, perasa, pendengaran, penglihatan, dan
peraba (Elkind, 1987) dalam Masitoh (2011).
Berdasarkan pendapat para Ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, anak
dapat belajar dengan bermakna jika seluruh indranya berfungsi dan dalam
keadaan yang menyenangkan.
Hernowo (2004) menjelaskan bahwa dunia anak adalah dunia bermain,
kegiatan tersebut selain itu anak dapat belajar dengan efektif jika seluruh indra
pada anak terlibat secara langsung.
(Piaget, 1926) dalam Masitoh (2011) menjelaskan bahwa bermain
memiliki fungsi yang penting dalam perkembangan intelektual anak serta proses
asimilasi dan akomodasi yang terkait di dalamnya.Asimilasi meliputi proses
abstraksi informasi dari dunia luar dan bagaimana mencocokan informasi tersebut
dengan skema yang sudah ada. Dalam akomodasi, anak melakukan modifikasi
terhadap apa yang sudah mereka ketahui sebelumnya.
Selain itu Bredekamp & Rosegrant dalam Solehudin (1997)
menyimpulkan bahwa anak akan belajar dengan baik dan bermakna bila: (1) anak
merasa aman secara psikologis serta kebutuhan-kebutuhan fisiknya terpenuhi;(2)
anak mengkonstuksi pengetahuan;(3) anak belajar melalui interaksi social dengan
orang dewasa dan anak-anak lainnya; (4) anak belajar melalui bermain; (5) minat
dan kebutuhan anak untuk mengetahui terpenuhi; dan (6) unsur variasi individual
anak diperhatikan.sebagai Contoh, ketika anak melakukan kegiatan di luar kelas
sungguh terlihat keriangan anak bermain dengan temannya tanpa terhalang oleh
pembatas tembok dalam ruangan anak lebih bebas bereksfresi dan bergaul dengan
temannya. Pada saat itu juga tergambar karakteristik anak yang suka memimpin,
bekerjasama dan bermain sendiri.
Priyatna T(2004) mengungkapkan beberapa kontribusi pendekatan
outdoor learning dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal diantaranya:1) Membantu dan memberi kemudahan kepada anak dalam melakukan interaksi
memungkinkan anak belajar lebih bermakna dalam bersosialisasi dengan beragam
karakter orang, 3) membantu anak untuk bebas berekpresi dalam menyesuaikan
dirinya terhadap lingkungan baru, 4) membantu anak dalam mengembangkan
kepribadian sosialnya, 5) memberikan bimbingan kepada untuk mampu
mengungkapkan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain, 6)
meningkatkan kerjasama, 7) dengan adanya praktik langsung dalam berinteraksi
maka akan lebih mudah diingat oleh anak, 8) memberikan kebebasan kepada
anak untuk aktif dalam kelompok misalnya menjadi pemimpin atau menjadi
anggota kelompok yang mampu bekerjasama dan berbagi dengan orang lain
dalam menyelesaikan masalah bersama.
Dengan melihat kontribusi pembelajaran outdoor tersebut alangkah lebih baik jika dimanfaatkan untuk memfasilitasi Anak Usia Dini dalam
mengembangkan kecerdasan interpersonalnya. Berdasarkan latar belakang
masalah tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini Melalui kegiatan
Outdoor learning Di Taman Kanak-Kanak Assamica”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini penulis uraikan sebagai berikut:
a. Bagaimana kondisi objektif Kecerdasan Interpersonal anak sebelum
b. Bagaimana penerapan kegiatan outdoor learning di Taman Kanak- kanak Assamica dalam Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak?
c. Apakah terdapat peningkatan kecerdasan interpersonal setelah di terapkannya
kegiatan outdoor learning di Taman Kanak-kanak Assamica?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
bagaimana Peningkatan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini Di Tk
Assamica Kelompok B melalui kegiatan outdoor learning.Tujuan umum tersebut
dapat dijabarkan menjadi tujuan khusus sebagai berikut:
1. Mengetahui kondisi objektif kecerdasan interpersonal sebelum diterapkan kegiatan outdoor learning anak di Taman Kanak-kanak Assamica
2. Mengetahui bagaimana penerapan kegiatan outdoor learning di Taman kanak-kanak Assamica dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal anak
3. Mengetahui peningkatan kecerdasan interpersonal anak setelah diterapkanya kegiatan outdoor learning di taman kanak-kanak Assamica
D. Manfaat Penelitian
Penelitan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik secara teoritis
maupun praktis terhadap kecerdasan interpersonal anak di TK Assamica melalui
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan atau literature ilmiah yang
dapat dijadikan bahan kajian bagi para insan akademik yang sedang mempelajari
ilmu Pendidikan Anak Usia Dini, khususnya mengenai peningkatan kecerdasan
interpersonal anak melalui pembelajaran outdoor di TK Assamica.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti
1) Menambah wawasan mengenai konsep kecerdasan interpersonal
2) Mampu mengidentifikasi kondisi objektif kecerdasan interpersonal
anak di taman kanak-kanak Assamica
3) Menambah wawasan mengenai penerapan kegiatan outdoor learning
di taman kanak-kanak
b. Bagi Guru
1) Memberikan gambaran mengenai cara mengembangkan kecerdasan
interpersonal anak usia dini
2) Memberikan alternatif penerapan pendekatan pembelajaran yang
menyenangkan bagi anak usia dini dalam mengembangkan kecerdasan
c. Bagi siswa
1) Meningkatkan motivasi siswa dalam bersosialisasi dengan temannya
di Taman Kanak-kanak
2) Anak lebih percaya diri dan mampu mengendalikan diri dalam bergaul
dengan temannya
3) Anak mampu menerima kelebihan dan kekurangan temannya
4) Meningkatkan kecerdasan interpersonal anak sehingga lebih mudah
bersosialisasi dengan teman, guru dan lingkungan sekitar
E. Struktur Organisasi Skripsi
Adapun struktur organisasi skripsi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut; lembar pengesahan, lembar pernyataan keaslian, kata pengantar,
abstrak, ucapan terimakasih, daftar isi, daftar bagan, daftar tabel, daftar grafik,
daftar gambar.
BAB I terdiri dari pendahuluan membahas mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur
organisasi skripsi.
BAB II kajian pustaka berisi referensi pendukung yang diambil dari
berbagi sumber berupa buku, artikel dan jurnal yang sesuai dengan judul
skripsi.
BAB III metode penelitian membahas mengenai subjek dan lokasi
Penelitian, desain penelitian, metode penelitian, prosedur penelitian, definisi
BAB IV berisi hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari pengolahan
atau analisis data dan pembahasan atau analisis temuan.
BAB V berisi kesimpulan dari hasil penelitian, saran yang
direkomendasikan untuk peneliti, guru, orang tua, dan peneliti berikutnya
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek penelitian
Penelitian dilakukan di Taman Kanak-kanak Assamica, Perkebunan Pasir
Malang Desa Margaluyu Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.Subjek
penelitian ini adalah seluruh anak didik kelompok B yang berjumlah 14 orang
terdiri dari 4 orang laki-laki 10 orang perempuan rata-rata usianya 5 tahun ½
sampai 6 tahun 1/2 dengan 1 orang guru. Penelitian ini dilakukan di TK tersebut
karena pembelajaran masih bersifat akademik serta kecerdasan interpersonal anak
kurang mendapatkan latihan dan bimbingan, selain itu jarang melakukan kegiatan
pembelajaran di luar yang menyenangkan.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan yaitu berbentuk siklus, Adapun
prosedur Penelitian Tindakan Kelas menurut Muslihuddin (2009) adalah sebagai
berikut:
Penelitian Tindakan Kelas secara berurutan dimulai dengan perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua
yang diawali dengan revisi rencana, tindakan, observasi, refleksi. Tahapan terus
berulang sampai interpensi yang dilakukan dianggap berhasil atau menunjukan
Alur pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada gambar risert model John
Elliot dalam Muslihuddin, (2009). Adalah sebagai berikut:
SIKLUS I
SIKLUS 2
Gambar 3.1
Riset Aksi Model John Eliot (Muslihudin, 2011:72) C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakanan adalah Penelitian Tindakan kelas.
Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara
sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang
sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian
terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, Pelaksanaan
Perencanaan Pengamatan
Refleksi
Pelaksanaan
Perencanaan Pengamatan
untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan sementara itu.
Muslihuddin (2009).
Adapun selanjutnya Muslihuddin menjelaskan tujuan dari Penelitian Tindakan
Kelas diantaranya:
1. Untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam pendidikan dan
pengajaran yang dihadapi oleh guru dan tenaga kependidikan, terutama yang
berkenaan dengan masalah pembelajaran dan pengembangan materi
pengajarannya.
2. Untuk memberikan pedoman bagi guru/ kepala sekolah untuk memperbaiki
dan meningkatkan mutu kinerja atau mengubah sistem kerjanya agar menjadi
lebih baik.
3. Untuk memasukan unsure-unsur pembaharuan dalam system pengajaran yang
sedang berjalan dan sulit untuk ditembus oleh upaya pembaharuan pada
umumnya.
4. Untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara
paktisi (dalam hal ini guru) dengan para peneliti akademis.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas secara berurutan dimulai dengan perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua
yang diawali dengan revisi, rencana, tindakan, observasi, refleksi. Tahapan terus
berulang sampai intervensi yang dilakukan dianggap berhasil atau menunjukan
a. Tahapan Perencanaan
Kegiatan diawali dengan mengidentifikasi masalah melalui observasi
secara langsung di tempat penelitian, yaitu TK Assamica pada kelompok B.
Melalui observasi tersebut ditemukan adanya permasalahan terkait dengan
kecerdasan interpersonal anak, permasalahan tersebut kemudian dirumuskan
oleh peneliti menjadi bentuk pertanyaan penelitian dan kemudian
dikembangkan menjadi tujuan penelitian sesuai dengan permasalahan di TK.
Adapun tahapan perencanaan terdiri dari:
1) Permohonan ijin kepada kepala sekolah untuk melalukan penelitian
2) Merumuskan masalah
Berdasarkan hasil observasi maka penulis merinci permasalahan yang akan
dikemukakan diantarany:
a) Bagaimana kondisi objektif Kecerdasan Interpersonal anak di Taman
kanak-kanak Assamica?
b) Bagaimana penerapan pendekatan outdoor learning di Taman Kanak- kanak Assamica dalam meningkatkan kecerdasan interpersona anak?
c) Apakah terdapat peningkatan kecerdasan interpersonal setelah di
terapkannya pendekatan outdoor learning di Taman Kanak-kanak Assamica?
3) Menentukan lokasi dan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan
kegiatan outdoor learning
TABEL 3.1
KISI-KISI INSTRUMENT PENELITIAN
MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA DINI MELALUI
KEGIATAN OUTDOOR LEARNING PADA KELOMPOK B TK ASSAMICA
VARIABEL SUB
VARIABEL
INDIKATOR PERNYATAAN ALAT
kegiatan
Rentan Skor 1-20: masuk predikat Kurang (K)
Rentan Skor 1-35: masuk predikat Cukup (C)
Rentan Skor lebih dari 35: masuk predikat Baik (B)
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan dari penelitian ini adalah terdiri dari dua siklus, masing-masing
siklus terdiri dari dua aktivitas outdoor learning yang dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal anak di TK Assamica pada kelompok B.
Adapun tahapan pelaksanaan siklus 1 diantaranya:
1) Pembukaan
a) Kegiatan pembukaan sebelum memulai kegiatan outdoor learning: Berdoa sebelum kegiatan
Bercakap-cakap tentang hari kemarin dan kegiatan yang akan
dilaksanakan yaitu outdoor learning
Anak diajak ke luar kelas untuk melaksanakan kegiatan outdoor
learning
Guru menjelaskan apa saja yang harus dilakukan anak-anak pada saat
kegiatan outdoor learning
b) Kegiatan inti
Pada siklus I anak di bagi dalam 3 kelompok dalam tindakan I dan 4
kelompok dalam tindakan II
Anak melakukan kegiatan outdoor learning tindakan I berkebun,
tindakan II permainan tradisional lomba bakiak
Guru mengajak anak bercakap-cakap sambil duduk di halaman
sekolah agar setiap anak mengungkapkan perasaannya seperti bahagia
dan sedih.
Guru melakukan evaluasi kegiatan outdoor learning. Setiap anak
menceritakan kegiatan outdoor learning yang sudah dilaksanakan c) Istirahat
Berdoa, makan dan bermain di playground
Guru mengobservasi pada saat anak bermain di playground dan
mengarahkan pada etika sosial pada setiap anak khususnya
kelompok B
d) Penutupan
Berdoa sesudah kegiatan dan bernyanyi waktunya pulang
Pulang sambil bersalaman membentuk lingkaran
2) Pelaksanaan siklus 2
Kegiatan siklus 2 merupakan lanjutan dari pada siklus 1 namun dengan
kegiatan outdoor learningnya berbeda yaitu eksplorasi binatang ke bukit dan permainan tradisional “oray-orayan”
c. Tahap Observasi
Untuk melakukan observasi, peneliti berkolaborasi dengan 1 orang guru
yang ada di Tk tersebut. Peneliti meminta bantuan kepada guru untuk mengisi
lembar observasi yang telah disediakan.setiap kendala yang terjadi di lapangan
dicatat serta dianalisis sekemampuan penulis.
d. Tahap Refleksi
Dalam tahap refleksi dilakukan setelah peneliti melaksanakan satu siklus
yang terfokuskan pada berbagai aspek, antara lain: kendala yang dihadapi oleh
anak dan guru selama kegiatan outdoor learning berlangsung dan merefleksi anak
yang mengalami peningkatan dalam kecerdasan interpersonal. Aktivitas anak
dalam kegiatan, evaluasi hasil belajar, serta catatan lapangan. Refleksi dilakukan
untuk menganalisa semua data yang terkumpul. Dari hasil analisa tersebut,
peneliti mengambil kesimpulan yang akan dijadikan dasar untuk membuat
E. Definisi Operasional
1. Kecerdasan interpersonal yaitu kecerdasan membedakan suasana, intensi,
motivasi dan perasaan orang lain. Kecerdasan ini tampak dalam
mengekspresikan wajah, suara, gerak, pemahaman karakter orang, dan
mampu merespon secara efektif. Agustin (2011).Kecerdasan interpersonal
adalah kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain atau
kemampuan seseorang untuk bergaul/sosialisai. untuk mengerti orang lain
(empati) dan memberikan respon (simpati) kepada orang lain.Wijarnarko
(2012). Adapun yang menjadi indikator dari penjelasan di atas menurut
Safaria (2005) diantaranya: memiliki sikap empati, sikap prososial,
kesadaran diri, pemahaman situasi sosial, pemahaman etika sosial,
komunikasi yang efektif dan mendengarkan efektif.
2. Pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan kecerdasan
interpersonal Anak Usia Dini ini adalah kegiatan Outdoor Learning yaitu suatu bentuk atau metode pelatihan di alam terbuka dengan penekanan
pendekatan melalui pengalaman (eksperiental learning). Pendekatan
pembelajaran di luar kelas (outdoor learning) adalah sebagai pendekatan pembelajaran yang menggunakan suasana di luar kelas sebagai situasi
pembelajaran berbagai permainan sebagai media transformasi
konsep-konsep yang disampaikan dalam pembelajaran. Irawan A, Dalam Ginting,
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah
wawancara, observasi dan studi dokumentasi
1. Pengamatan (Observasi)
Observasi dilakukan untuk melihat sejauh mana proses pembelajaran
berlangsung dan melihat dampak atau kontribusi pendekatan outdoor learning
dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal anak di Taman Kanak-kanak
Assamica. Adapun format observasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu tekhnik pengumpulan data yang dapat dilakukan
guru untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan dan permasalahan
anak dengan cara melakukan percakapan langsung,baik dengan anak maupun
orang tua. Dengan wawancara guru dapat menggali lebih jauh kondisi objektif
anak. Wahyudin & Agustin (2011)
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu kepada guru kelas yang terkait
dengan permasalahan penelitian tindakan kelas, sehingga diperoleh data yang
berkenaan dengan kecerdasan interpersonal anak di Taman kanak-kanak
Assamica.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data
objektif serta data melengkapi data yang diperlukan. Dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah berupa foto-foto terkait.
Pada tahap pengumpulan data peneliti mengumpulkan seluruh data
berdasarkan hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi dari mulai tahap
awal penelitian, proses dan sampai pada akhir penelitian yang kemudian dianalisis
sesuai dengan fokus masalah. Tekhnik atau pengolahan data yang digunakan
adalah analisis data kualitatif, yaitu data-data yang diperoleh dijelaskan dalam
bentuk deskriptif atau dalam bentuk narasi.
G. Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan sesuai dengan siklus pada prosedur
penelitian dari mulai perencanaan,pelaksanaan,pengamatan dan refleksi dan
dilakukan dalam dua siklus. Data-data yang sudah didapatkan berdasarkan
observasi dan wawancara dianalisis dan dilihat apakah terdapat peningkatan
setelah melalui dua siklus dalam prosedur penelitian atau tidak sama sekali.
Melalu uji dua variable yaitu kondisi objektif sebelum menggunakan kegiatan
oudoor learning dan setelah melalui pendekatan outdoor learning, apakah terbukti bahwa tindakan tersebut dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal anak di
I. Validasi Data
Untuk menguji derajat kepercayaan atau derajat kebenaran penelitian,
maka hasil dari analisis data penelitian divalidasi dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Member Chek yaitu memeriksa kembali kebenaran dan keterangan atau informasi data yang diperoleh dari peneliti selama observasi, wawancara dan
catatan lapangan berlangsung dari sumber data. Dalam kegiatan ini dilakukan
guna menguji seberapa besar kebenaan yang ada dalam data tersebut. Yang
dilakukan oleh peneliti di TK tersebut.
2. Triangulasi yaitu memeriksakembali kebenaran data dengan cara mengkonfirmasikan kepada guru pendamping dan memerikan pendapat pada
saat bimbingan berupa temuan-temuan yang baru, sebagaimana penelitian
penyusunan laporan
3. Audit Trial yaitu memeriksa kembali catatan yang ditulis oleh peneliti atau kesalahan dalam metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengambil
keputusan.
4. Expert Opinion yaitu pada tahap ini dilakukan konsultasi atau pengecekan dari hasil temuan penelitian kepada para ahli sebagai pembimbing dalam
meningkatkan kecerdasan interpersonal kemudian memperoleh arahan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian dari siklus I sampai siklus II
dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal melalui kegiatan outdoor learning
pada kelompok B Taman kanak-kanak Assamica Perkebunan Pasir Malang
Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian, kondisi objektif di TK Assamica
menunjukan bahwa kecerdasan interpersonal anak masih rendah dimana
anak-anak kurang memiliki sikap empati seperti kurang menujukan keinginan
untuk membantu teman, kurang memiliki sikap prososial misalnya mau
menolong teman tanpa diminta, mengerjakan tugas kelompok, menjaga
kekompakan dalam kelompok, dan bekerjasama dengan teman, selain itu
anak-anak masih kesulitan dalam memecahkan masalah sederhana seperti
saat menghadapi konflik dengan teman masih menggunakan kekerasan.
Dengan melihat kondisi objektif kecerdasan interpersonal anak kelompok B
di TK Assamica tersebut maka diperlukan perbaikan dalam pembelajaran
khususnya yang mampu memfasilitasi kecerdasan interpersonal anak.
2. Implementasi kegiatan outdoor learning dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal dilakukan melalui dua siklus dan masing-masing siklus terdiri
dari dua tindakan. Pada setiap siklus mendapatkan respon yang baik dari
3. Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I sampai siklus II menunjukan bahwa kecerdasan interpersonal anak setelah diterapkan kegiatan outdoor learning
di Taman Kanak-kanak Assamica pada kelompok B mengalami peningkatan.
Pada siklus I skor anak yang masuk predikat kurang (K) semakin berkurang,
predikat cukup (C) meningkat. Pada siklus II tindakan I ke tindakan II
indikator kecerdasan interpersonal anak khususnya dalam komunikasi efektif
mengalami peningkatan cukup tinggi. Hal ini terlihat pada data skor setiap
anak yang masuk predikat baik (B) semakin bertambah menjadi tujuh orang.
Berdasarkan data tersebut terlihat peningkatan kecerdasan interpersonal dari
siklus ke siklus dimana predikat kurang semakin tidak ada, anak yang masuk
predikat cukup juga berkurang meningkat ke predikat baik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis dapat mengemukakan
saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi guru/peneliti
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan kedua setelah keluarga
khususnya bagi Anak Usia Dini taman kanak-kanak merupakan peralihan dari
keluarga oleh karena itu dalam pendidikan anak usia dini suasana pembelajaran
dibuat seperti suasana keluarga yang penuh dengan kehangatan. Adapun yang
dapat dilakukan guru/peneliti dalam memfasilitasi anak untuk meningkatkan
a. Guru hendaknya menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini
b. Guru diharapkan dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar bagi anak
c. Guru dapat mencoba kegiatan outdoor learning dalam meningkatkan berbagai aspek perkembangan
d. Guru tidak usah memikirkan kegiatan outdoor yang membutuhkan
fasilitator khusus dan membutuhkan biaya yang banyak. Tetapi bisa
dengan biaya yang murah bahkan tanpa biaya guru dapat mengajak anak
melakukan kegiatan outdoor learning yang sederhana tetapi banyak manfaatnya.
e. Guru hendaknya memperhatikan anak didik khususnya saat anak berada
di sekolah baik di dalam kelas maupun di luar ruangan
f. Guru bisa mencoba kolaborasi kegiatan outdoor dan indoor learning
dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal
g. Guru melakukan kerjasama dengan orang tua dalam meningkatkan
kecerdasan interpersonal sehingga ada singkronisasi antara perlakuan di
sekolah dengan di rumah
h. Diadakannya tindak lanjut penelitian meningkatkan kecerdasan
2. Bagi Orang Tua
Keluarga merupakan pendidikan pertama bagi anak, khususnya dalam hal
ini orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, bagi orang tua
masa kini sebaiknya hindarkan dari memaksakan kehendak anak untuk pandai
membaca, menulis sebelum waktunya dan menekankan kepada anak untuk
mendapatkan prestasi akademik yang terbaik tanpa melihat kecerdasan dan
keterampilan lain yang dimiliki oleh anak. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan
orang tua dalam mendukung kecerdasan interpersonal anak diantaranya:
a. Berikan kasih sayang dengan setulus hati supaya anak belajar menyayangi
orang lain
b. Memberikan tanggung jawab terhadap anak dalam keluarga misalnya dengan
pembagian tugas di rumah
c. Berikan kesempatan kepada anak untuk mengeluarkan pendapat dan
berdiskusi dalam menyelsaikan permasalahan sederhana
d. Ajaklah anak untuk berkunjung ke tempat-tempat sosial dan ajaklah anak
untuk memberikan sumbangan pada korban bencana
e. Libatkan anak dalam kegiatan sosial di lingkungan terdekat misalnya bekerja
bakti dan ikut perayaan hari kemerdekaan
3. Bagi Lembaga TK
a.Bagi berbagai pendukung lembaga TK diharapkan dapat melengkapi
mendukung kegiatan yang dilakukan guru yang bersifat positif demi
terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan bagi anak didik.
b.Memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti workshop dan
pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas kinerja guru
4. Bagi peneliti berikutnya
a. Bagi teman-teman yang akan melakukan penelitian berikutnya diharapkan
dapat melakukan penelitian meningkatkan kecerdasan interpersonal
melalui kegiatan yang berbeda dan
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, M.(2011). Permasalahan Belajar Dan Inovasi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama
Agustin, M & Wahyudin .(2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini .
Bandung: PT Refika Aditama
Alkinson, dkk.(1978). Pengantar Psikologi. Batan Centre: Inter Aksara
Armstrong, T.(2002). Setiap Anak Cerdas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Armstrong, T.(2003). Multiple Intelligence Di Dunia Pendidikan. Bandung: Mizan Pustaka
Campbel, L. Alih bahasa Nomi S.(2002). Multiple Intelligence Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Depok: Inspirasi Press
Hurlock, B E.(1978). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Gelora Pratama
Kurniati, E.(2010). Main Yuk! Bandung: PGPAUD FIP UPI
Meilia, A.(tanpa tahun). Mendidik Anak Cerdas Dan Berbakat. Http:
Www.Info.Balita Cerdas.Com [akses: 5 januari 2005]
Mumtaz, F & Thobroni M.(2011). Mendongkrak Kederdasan Anak Melalui Bermain Dan Permainan .Jogjakarta: Kata Hati
Rachmani, F I. Dkk.(2003). Multiple Intelligence, Mengenali Dan Merangsang Kecerdasan Anak. Jakarta: Aspirasi Pemuda
Safaria, T.(2005). Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan kecerdasan Interpersonal Anak:Yogyakarta: Amara Books
Solehudin.(1997). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sujiono, B & Sujiono N Y.(2005). Pembelajaran Anak Usia Dini, Jakarta:
Yayasan Citra Pendidikan Indonesia
Warner, P.(2002). Melatih Kecerdasan Majemuk Anak. Bandung:kaifa
Wijarnyato, J.(2012). Multiple InteligenceAnak Cerdas. Banten: PT Happy Holi Kids
Widyasmoro, T T.(2003). “Kilasbalik Belajar Di Alam: http:www.jogjaadventure.com/default outbodnd. Asp -35k [akses: 5 januari 2005]