• Tidak ada hasil yang ditemukan

N IM 11106141 JU R U SA N T A R B IY A H P R O G R A M ST U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISL A M SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N E G E R I SA L A T IG A 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "N IM 11106141 JU R U SA N T A R B IY A H P R O G R A M ST U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISL A M SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N E G E R I SA L A T IG A 2010"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SKI

MELALUI METODE

INDEX CARD MA TCH

PADA

SISWA KELAS VII MTs NURUL HUDA

BANYUPUTIH KAB. BATANG TAHUN 2010

SKRIPSI

D iajukan untuk M em peroleh G elar

Sarjana P endidikan Islam

N IM 11106141

JU R U SA N T A R B IY A H

P R O G R A M ST U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISL A M

SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N E G E R I

(2)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SKI

MELALUI METODE

INDEX CARD MA TCH

PADA

SISWA KELAS VII MTs NURUL HUDA

BANYUPUTIH KAB, BATANG TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

TINTISNAWATI

NIM 11106141

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAM A ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAM A ISLAM NEGERI

SALATIGA

2010

(3)

P E R SE T U JU A N P E M B IM B IN G

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:

Nama : TINTISNAWATI

NIM : 11106141

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SKI MELALUI METODE IN D E X C ARD M A TC H

PADA SISWA KELAS VII MTs NURUL HUDA BANYUPUTIH KAB. BATANG TAHUN 2010. telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 06 Agustus 2010 Pembimbing

Dra. Siti Farikhah, M.Pd. NIP. 19610623 198803 2 001

(4)

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax. (0298) 323433 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

P E N G E SA H A N K E L U L U SA N

Skripsi Saudara TINTISNAWATI dengan Nomor Induk Mahasiswa 11106141 yang berjudul : “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SKI MELALUI METODE IND EX

CARD MATCH PADA SISWA KELAS VII MTs NURUL HUDA BANYUPUTIH KAB.

BATANG TAHUN 2010“ telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Selasa, 31 Agustus dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.).

21 Ramadhan 1431 H Salatiga,---31 Agustus 2010 M.

Panitia Ujian

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

20 199903 1 002

embimbing

Dra. Siti Farikhah. M.Pd

NIP. 19610623 198803 2 001

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : TINTISNAWATI

NIM : 11106141

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skipsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 04 Agustus 2010 Yang menyatakan,

(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Sebaik-baik manusia adalah yang dapat mengambil hikmah di balik

segala peristiwa” (penulis)

PERSEMBAHAN

skripsi ini penulis persembahkan untuk:

> Almarhum bapakku, Bapak Taman dan Ibu Kusniyah.

> Mba Ela, mba Tijah, mba Wati, mas Mamo, mas Agus,

dan mas Fajar.

> Ketiga keponakanku yang lucu-lucu: Mila, Dhita, dan si

kecil Adhit.

> Sahabat-sahabat karibku Rhina, Rofik, Rika, Titis, Hanik,

Esti, mba Natiq dan keluarga besar PAI D serta LPM

DinamikA.

> Adik-adik penghuni kost Azzahro ( Wida, Ina, Wuri,

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillahi robil’alamin, segala puji hanya bagi Allah Sang Penguasa Alam, sumber dari segala ilmu. Sholawat salam semoga senantiasa tercurah pada nabi Muhammad SAW yang mengajarkan kita untuk memerangi kebodohan dan menuntun kita dengan risalah yang dibawanya.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar SKI Melalui Metode Index C ard M atch pada Siswa Kelas VII MTs Nurul Huda Banyuputih Kab. Batang Tahun 2010”

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik meskipun telah melalui berbagai macam rintangan seperti hilangnya laptop milik penulis yang berisikan file Bab I sampai Bab IV. Beruntung sekali penulis masih memiliki

hardcopy Bab I dan Bab II,sehingga penulis hanya mengulang dari Bab III sampai Bab VI.

Butuh waktu sebulan lebih bagi penulis untuk bangkit dari musibah hilangnya laptop tersebut. Karena musibah ini sempat membuat penulis patah semangat dan berhenti melanjutkan penulisan skripsi ini. Namun, pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini harus tetap berlanjut tanpa ataupun dengan laptop tersebut.

(8)

Penulis juga menyadari bahwa tanpa bantuan orang lain pembuatan skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bpk. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Kaprogdi PAI.

3. Ibu Dra. Siti Farikhah, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing skripsi. 4. Semua bapak dan ibu dosen pengampu dari fakultas Tarbiyah.

5. Ibu Kusniyah yang selalu mendo’akan kesuksesan buat anak-anaknya.

6. Kepala Sekolah, guru, dan siswa kelas VII MTs Nurul Huda Banyuputih Kab. Batang.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Salatiga, 4 Agustus 2010

NIM. 111106141

(9)

ABSTRAK

TINTISNAWATI. 2010. “Peningkatan Prestasi Belajar SKI Melalui Metode Index Card Match pada Siswa Kelas VII MTs Nurul Huda Bnyuputih Kb.

Batang Tahun 2010”. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Farikhah, M.Pd.

Kata Kunci: Peningkatan prestasi belajar SKI dan metode index card match.

Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan prestasi belajar SKI melalui metode index card match pada siswa kelas VII MTs Nurul Huda Banyuputih Kab. Batang tahun 2010. Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) apakah metode index card match dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran SKI?, (2) apakah menerapkan metode

index card match dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran SKI?, dan (3) apakah menggunakan metode index card match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul

”Peningkatan Prestasi Belajar SK I Melalui Metode Index Card Match pada Siswa

Kelas VIIMTs Nurul Huda Bnyuputih Kb. Batang Tahun 2010”.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi dan tes tertulis. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII B dengan jumlah siswa sebanyak 46 orang.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa dengan menerapkan metode index card match dalam pembelajaran SKI dapat meningkatkan perhatian, motivasi dan prestasi belajar siswa. Hal ini ditandai oleh meningkatnya ketiga aspek tersebut tiap siklusnya. Untuk ketuntasan belajar siswa pada siklus II telah mencapai lebih dari 75%.

(10)

Mengacu pada hasil penelitian tersebut, maka peneliti merekomendasikan kepada semua guru MTs Nurul Huda Banyuputih agar menjadikan metode index card match sebagai metode alternatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN...iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN KATA PENGANTAR... vi

HALAMAN ABSTRAK... viii

HALAMAN DAFTAR IS I... x

HALAMAN DAFTAR TABEL... xiv

HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan... 6

E. Manfaat Penelitian... 7

F. Definisi Operasional... 8

G. Metode Penelitian... 11

1. Rancangan Penelitian... 11

2. Subjek Penelitian... 12

(12)

3. Langkah-langkah... 13

4. Instrumen Penelitian... 20

5. Teknik Pengumpulan Data... 21

6. Analisis Data... 22

H. Sistematika Penulisan... 24

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Belajar dan Pembelajaran... 27

1. Pengertian Belajar... 27

2. Beberapa Teori Tentang Belajar... 28

3. Jenis-jenis Belajar...— ... 35

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar... 39

5. Pengertian Pembelajaran... 44

6. Langkah-langkah dalam Pembelajaran... 45

B. Kajian Tentang Sejarah Kebudayaan Islam... 46

L Pemahaman Tentang Sejarah Kebudayaan Islam... 46

2. Objek Sejarah Kebudayaan Islam... 49

3. Tujuan dan Manfaat Mempelajari SKI... 50

C. Metode Index Card M atch... 52

L Metode Pembelajaran... 52

2. Pengertian Metode Index Card M atch... 54

3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Index Card M atch.... 56

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Nurul Huda Banyuputih... 58

(13)

1. Tinjauan Historis... 58

2. Identitas Madrasah... 59

3. Data Fisik (Sarana-Prasarana)... 60

4. Data Siswa, Guru, dan Karyawan... 62

5. Visi, Misi dan Tujuan... 65

B. Subjek Penelitian... 66

1. Lokasi Penelitian... 66

2. Jadwal Penelitian... 66

3. Karakteristik Sisw a... 66

C. Deskripsi Per Siklus... 67

1. Deskripsi Pra Siklus... 67

2. Deskripsi Siklus 1... 68

3. Deskripsi Siklus II... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus... 77

1. Pra Siklus... 77

2. Siklus 1... 83

3. Siklus II... 90

B. Pembahasan Hasil Penelitian... 97

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 104

B. Saran... 106

DAFTAR PUSTAKA... 108

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Ruang Mts Nurul Huda Banyuputih... 61

Tabel 3.2 Jumlah Siswa Mts Nurul Huda 3 Tahun Terakhir... 61

Tabel 3.3 Data Guru Mts Nurul Huda Tahun 2010... 62

Tabel 3.4 Data Karyawan Mts Nurul Huda Banyuputih Tahun 2010... 64

Tabel 4.1 Nilai Siswa Pra Siklus... 77

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Bertanya Siswa Pra 79 Siklus... Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Siswa Menjawab 79 Pertanyaan Pra Siklus... Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Siswa Mengerjakan 80 Tugas Pra Siklus... Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Terhadap Perhatian Siswa Pra Siklus... 81

Tabel 4.6 Daftar Nama Siswa Kelas VII B ... 82

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Bertanya Siswa Siklus 83 I ... Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Menjawab Siswa Siklus 84 I ... Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Mengeijakan Tugas 85 Siklus I... Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Terhadap Perhatian Siswa Siklus 1... 85

Tabel 4.11 Hasil Nilai Siswa Siklus 1... 87

Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Terhadap Guru Praktik Siklus 1... 89 Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Bertanya Siswa Siklus 91 II ...

Tabel 4.14 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Menjawab Siswa Siklus 92 II...

(16)
(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa dari Pra Siklus-Siklus 98 II... Gambar 4.2 Diagram keaktifan Bertanya Siswa dari Pra Siklus-Siklus 99 II... Gambar 4.3 Diagram Keaktifan Siswa Menjawab Pertanyaan dari Pra 100 Siklus-Siklus II...

Gambar 4.4 Diagram keaktifan Siswa Mengerjakan Tugas dari Pra Siklus- 101 Siklus II...

Gambar 4.5 Diagram Perhatian Siswa Terhadap Pembelajaran dari Pra 102 Siklus I-Siklus II...

(18)

BA BI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah merupakan catatan peristiwa yang teijadi di masa lampau. Dengan belajar sejarah, dalam hal ini sejarah kebudayaan dan peradaban Islam berarti mengenal kembali segala peristiwa yang teijadi dan dialami umat Islam baik berupa perkembangan, kemajuan maupun kemundurannya (Mansur, 2004:1). Dari berbagai peristiwa yang mengiringi perjalanan Islam tersebut, umat Islam dapat mengambil pelajaran. Sehingga tertanam semangat di dalam hati setiap umat Islam untuk mengukir kesuksesan dan kejayaan kebudayaan serta peradaban baru sebagaimana yang telah dilakukan oleh rasullulah SAW beserta para sahabatnya.

Semangat suci tersebut perlu ditanamkam sejak dini kepada generasi muda muslim. Sebab merekalah yang akan melanjutkan peijuangan dalam menegakkan panji-panji Islam di mata dunia. Oleh karena itu mereka perlu memiliki pengetahuan dan wawasan tentang sejarah dan kebudayaan Islam.

Pengetahuan dan wawasan tentang Sejarah Kebudayaan Islam dapat mereka peroleh melalui lembaga pendidikan, khususnya madrasah. Di madrasah mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan dan dipelajari oleh peserta didik. Melalui

(19)

2

pelajaran SKI, peserta didik diharapkan dapat mengetahui serta mendalami hal-hal yang berkaitan dengan sejarah perkembangan Islam.

Akan tetapi temuan di lapangan menunjukkan bahwa peserta didik kurang termotivasi untuk mempelajari pelajaran SKI. Berbeda dengan mata pelajaran lainnya, mata pelajaran SKI kurang diminati oleh peserta didik. Banyak peserta didik yang beranggapan bahwa pelajaran tarikh/Sejarah Kebudayaan Islam bukanlah pelajaran yang begitu penting untuk dipelajari. Selain itu pembelajaran yang selama ini dilakukan sangat membosankan dan kurang menarik bagi peserta didik. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah metode yang digunakan cenderung masih bersifat tradisional, misalnya ceramah. Metode ceramah sering digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi SKI. Meskipun materi SKI adalah sekumpulan fakta-fakta dari peristiwa di masa lalu, penyajiannya tidak harus selalu dengan metode ceramah. Akan tetapi perlu adanya metode yang lebih bervariasi dalam penyampaian materi SKI. Agar lebih menarik dan siswa termotivasi untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar.

(20)

3

disebut proses belajar, sehingga tercapai tujuan pelajaran yang telah ditentukan. Oleh karena itu, apabila guru bidang studi SKI dalam proses mengajar tersebut tidak dapat menciptakan suatu kondisi yang mendukung proses belajar siswa, maka tujuan pelajaran yang telah ditentukan sulit tercapai.

Permasalahan seperti ini juga dialami oleh siswa kelas VII MTs Nurul Huda Banyuputih Kab. Batang tahun 2010. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis, pembelajaran SKI di kelas tersebut bersifat monoton. Sehingga banyak dari siswa kelas VII MTs Nurul Huda Banyuputih ini yang kurang memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru selama pembelajaran berlangsung. Hal tersebut juga mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk aktif di dalam kegiatan pembelajaran serta materi yang telah disampaikan kurang melekat dalam pikiran para siswa.

(21)

4

siswa untuk berpasangan dan memberi pertanyaan kuis kepada temannya (Silberman, 2004:269).

Upaya tersebut dilakukan penulis dalam bentuk penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar SKI Melalui Metode In d ex Card M atch pada Siswa Kelas VII MTs Nurul Huda Banyuputih

Kab. Batang Tahun 2010”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas adalah beberapa pertanyaan yang akan terjawab setelah tindakan selesai dilakukan. Rumusan masalah harus dirinci sehingga tidak terlalu umum(Arikunto, dkk., 2008:36).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah metode index ca rd m atch dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran SKI pada kelas VII MTs Nurul Huda Banyuputih Kab. Batang tahun 2010?

(22)

5

3. Apakah menggunakan metode index ca rd m atch dapat meningkatkan prestasi belajar SKI pada siswa kelas VII MTs Nurul Huda Banyuputih Kab. Batang tahun 2010?

C. Tujuan Penelitian

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah metode index ca rd m atch dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran SKI pada kelas VII MTs Nurul Huda Banyuputih Kab. Batang tahun 2010.

2. Untuk mengetahui apakah penerapkan metode index ca rd m atch dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran SKI pada siswa kelas VII MTs Nurul Huda Banyuputih Kab. Batang tahun 2010.

3. Untuk mengetahui apakah penggunaan metode index ca rd m atch dapat meningkatkan prestasi belajar SKI pada siswa kelas VII MTs Nurul Huda Banyuputih kab. Batang tahun 2010.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

(23)

Dari arti katanya hipotesis berasal dari kata “H ypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran” (Arikunto, 1998:68). Adapun hipotesis tindakan adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang dihadapi (Hadeli, 2006:47).

Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

a. Balajar SKI dengan metode index ca rd m atch dapat meningkatkan perhatian belajar siswa.

b. Belajar SKI dengan metode index ca rd m atch dapat meningkatkan motivasi siswa.

c. Belajar SKI dengan metode index ca rd m atch dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Ada perubahan hasil belajar (p o st test) secara berkelanjutan dari siklus pertama ke siklus selanjutnya.

b. Bila sekurang-kurangnya sebanyak 75% (34) dari 46 siswa telah mendapatkan nilai sama dengan atau lebih dari kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan (6,00).

(24)

7

E. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyempurnaan proses pembelajaran menuju terciptanya suasana belajar-mengajar yang lebih inovatif, kreatif dan menyenangkan. Sehingga dapat meningkatkan minat belajar dan prestasi belajarpun meningkat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

1) Meningkatkan minat belajar dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran SKI.

2) Siswa dapat belajar sambil bermain melalui metode index ca rd match.

3) Siswa dapat memahami dan menyerap materi SKI dengan lebih mudah.

(25)

8

b. Bagi guru

1) Membantu guru bidang studi SKI dalam mengatasi kesulitan belajar siswa.

2) Meningkatkan profesioalisme guru bidang studi SKI dalam mengelola proses pembelajaran.

3) Mengembangkan keterampilan guru bidang studi SKI dalam proses pembelajaran demi meningkat prestasi belajar peserta didik.

c. Bagi sekolah

1) Sebagai Iandasan bagi sekolah dalam menentukan kebijakan untuk meningkan mutu pendidikan.

2) Memberi kontribusi bagi sekolah dalam pelaksanaan dan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

F. Definisi Operasional

Agar tidak teijadi kesalahan dalam penafsiran penggunaan kata pada judul penelitian di atas, maka perlu adanya penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian, sehingga tidak terjadi pembiasan dan permasalahan.

(26)

9

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata peningkatan berasal dari kata “tingkat” yang mendapat awalan pe- dan akhiran-an yang berarti proses, cara, perbuatan, dan meningkatkan (Poerwadarminta, 2006:1281). Adapun arti kata meningkatkan adalah beralih pada keadaan (Poerwadarminta, 2006:910). Maksudnya adalah beralihnya dari suatu keadaan yang semula belum diterapkan metode index ca rd m atch ke keadaan sesudah diterapkannya metode index ca rd m atch.

2. Prestasi belajar

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu pekeijaan/aktivitas tertentu. Adapun arti belajar adalah sebuah tindakan dan perilaku siswa yang kompleks (Dimyati & Mudjiono, 2006:7). Sedangkan menurut Pidarta belajar merupakan sebuah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan biasa melaksanakan pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikan sikapnya kepada orang lain (Warsito, 2000:197).

Dengan kata lain yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar.

3. Sejarah dan kebudayaan Islam

(27)

10

politik, pemerintah, ekonomi, seni budaya maupun agama (Mansur, 2004:1)

Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat (Yatim, 1997:1). Adapun kebudayaan Islam adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh kekuatan akal manusia muslim (Sunanto, 2003:3). Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sejarah kebudayaan Islam adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan hasil karya akal manusia/masyarakat muslim di masa lalu.

4. Metode Index card m atch

Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh para guru dalam proses belajar-mengajar, salah satunya adalah metode index ca rd m acth.

Dalam teijemahan buku active learning, yang dimaksud dengan metode

(28)

11

masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan (Zaini, dkk., 2007:32).

5. Siswa

Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah (Dimyati & Mudjiono, 2006:22). Mereka yang nantinya akan menerima berbagai pengalaman dan pengetahuan yang mereka peroleh melalui proses pembelajaran.

G. Metode Penelitian

Penelitian dapat diartikan sebagai suatu usaha atau proses yang sistematis dalam mengumpulkan dan mengelola data untuk maksud-maksud tertentu seperti untuk memecahkan permasalahan (Hadeli, 2006:2). Dan metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain maksud dari metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh dan mengelola data melalui prosedur yang sistematis dalam rangka untuk memecahkan permasalahan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri d a ri:

(29)

12

Menurut Hadeli (2006:59), rancangan penelitian adalah terjemahan

research design, artinya rencana atau prosedur yang akan dilalui dalam mengumpulkan informasi untuk menjawab permasalahan penelitian. Dalam penelitan ini penulis akan menggunakan jenis penelitian tindakan kelas.

Penelitian tindakan kelas atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Classroom Action Research (CAR) adalah sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas (Arikunto, dkk., 2008:2). Alasan dipilihnya penelitian jenis ini, karena penelitian tindakan kelas sangat bermanfaat sebagai upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas.

Secara terperinci tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan {planning), penerapan tindakan

{action), mengobservasi dan mengevaluasi proses serta hasil tindakan

{observation and evaluation), dan melakukan refleksi {reflection), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (Arikunto, dkk., 2008 :104).

2. Subjek Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Subjek Penelitian

(30)

13

1) Siswa kelas VII MTs Nurul Huda Banyuputih Kab. Batang pada semester II tahun 2010. Penelitian ini dilakukan pada kelas VII B yang terdiri dari 16 laki-laki dan 30 perempuan. Peneliti melakukan penelitian tindakan kelas ini hanya pada satu kelas, dikarenakan agar lebih fokus.

2) Peneliti, dalam penelitian ini digunakan sistem kolaborasi antara guru bidang studi SKI dengan peneliti. Sehingga peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua orang peneliti sekaligus. Dimana peneliti berperan dalam mengaplikasikan metode index ca rd m atch dalam pembelajaran SKI. Sedangkan guru bidang studi SKI mengamati dan membantu jalannya proses pembelajaran SKI dengan menerapkan metode index ca rd m atch.

b. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian dilakukan di MTs Nurul Huda Banyuputih Kab. Batang. Waktu pelaksanaannya adalah pada semester II tahun 2010 selama kurang lebih tiga bulan, yaitu mulai bulan Maret sampai bulan Mei 2010.

3. Langkah-langkah/Siklus Penelitian

(31)

14

a. Siklus Pertama

1) Tahap Perencanaan {planning)

(a) Pembuatan skenario pembelajaran.

(b) Pembuatan media pembelajaran dalam rangka implementasi PTK.

(c) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana situasi pembelajaran berlangsung.

(d) Membuat alat evaluasi untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan (a ctin g )

(a) Kegiatan awal (+ 5 menit)

(1) Melakukan doa bersama untuk mengawali pembelajaran.

(2) Guru memperkenalkan diri.

(3) Presensi untuk mengetahui kehadiran peserta didik.

(4) Appersepsi, misalnya menyebutkan nam a-nam a pendiri dinasti umayyah.

(b) Kegiatan inti (± 50 menit)

(32)

15

(2) Guru menjelaskan pokok bahasan tentang perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah.

(3) Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa, berdasarkan nomor urut presensi peserta didik.

(4) Guru memberi rew ard bagi siswa yang berani bertanya dengan dibantu oleh guru.

(5) Guru meminta siswa untuk memberi kesimpulan terhadap materi SKI yang baru disampaikan, ditulis di buku tugas dan dikumpulkan.

(c) Kegiatan akhir (+ 25 menit)

(1) Pemantapan/penguatan materi dengan membagikan kartu indeks yang berisi pertanyaan kepada sebagian siswa dan kartu indeks yang berisi tentang jawaban kepada sebagian siswa yang lain.

(2) Guru meminta setiap siswa untuk mencari pasangan yang cocok dengan pertanyaan maupun jawaban yang tertera di kartu indeks tersebut.

(33)

16

tersebut dijawab oleh pasangannya dan guru memberikan kesimpulan.

(4) Guru mengadakan p o s t test untuk mengukur tingkat pemahaman siswa.

(5) Guru memotivasi siswa untuk belajar.

(6) Menutup kegiatan pembelajaran dengan mambaca doa kafarotul majlis.

3) Tahap Observasi dan mengevaluasi proses serta hasil tindakan {observing a n d evaluating)

(a) Mengamati kegiatan guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan instrumen pengamatan pembelajaran guru dan siswa.

(b) Guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran dalam rangka mengukur keberhasilan siswa dengan menggunakan instrumen

p o st test.

4) Tahap Refleksi {reflecting)

(34)

17

Jadi, pada tahapan ini penulis akan mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan pada tahap perencanaan, penerapan tindakan, observasi dan evaluasi proses serta hasil tindakan berdasarkan data-data yang telah terkumpul kemudian akan mencari titik kelemahan dan kelebihan sebagai renungan guna menyempurnakan tindakan pada siklus selanjutnya.

b. Siklus Berikutnya

Siklus ini dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus I, dan siklus III dilaksanakan karena siklus II belum mampu mengatasi masalah (Aqib, 2007:33). Siklus II ini dirancang dalam 4 tahap, dengan rincian sebagai berikut:

1) Tahap Perencanaan {planning)

Pada tahap ini dilakukan tes diagnostik yang berfungsi sebagai evaluasi awal untuk menspesifikasi masalah yang sesuai hasil analisa data pada siklus I, pembuatan skenario pembelajaran disesuaikan dengan kekurangan dan kelemahan yang teijadi pada siklus I, menyiapkan media pembelajaran, yaitu media kartu kata.

2) Tahap Penerapan Tindakan {acting)

(35)

18

(a) Kegiatan awal (+ 15 menit)

(1) Melakukan doa bersama untuk mengawali pembelajaran.

(2) Presensi untuk mengetahui kehadiran peserta didik.

(3) Appersepsi, untuk menguji kesiapan belajar siswa, guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang akan diajarkan dengan cara membagikan kartu indeks yang berisi pertanyaan kepada sebagian siswa dan kartu indeks yang berisi tentang jawaban kepada sebagian siswa yang lain, kemudian guru meminta setiap siswa untuk mencari pasangan yang cocok dengan pertanyaan maupun jawaban yang tertera di kartu indeks tersebut. Setelah semua siswa mendapatkan pasangannya dan duduk berdekatan, guru meminta setiap pasangan secara bergantian membacakan soal yang diperoleh dengan suara keras kepada tem an- teman lainnya. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya.

(b) Kegiatan inti (± 5 0 menit)

(36)

19

(2) Guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari kepada siswa.

(3) Guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi jawaban dari temannya.

(c) Kegiatan akhir (+ 15 menit)

(1) Guru memyampaikan kesimpulan dari pokok bahasan yang telah disampaikan.

(2) Guru mengadakan p o s t test untuk mengukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang telah diberikan.

(3) Memotivasi siswa untuk giat belajar.

(4) Penugasan, siswa diminta untuk membuat kartu kata yang berisi soal dan kartu kata yang berisi jawabannya.

(5) Menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca doa kafarotul majlis.

3) Tahap Observasi dan evaluasi proses serta hasil tindakan {observing a n d evaluating)

(37)

20

(b) Mengevaluasi kegiatan pembelajaran melalui instrumen p o st test untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa.

4) Tahap Reflektif (reflecting)

Pada tahap ini seluruh tindakan yang dilakukan di dalam siklus II, dianalisa dibuat penafsiran hasil observasi. Dari hasil analisa data tersebut, guru merefleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi atau data yang akan dibutuhkan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan antara lain sebagai berikut:

a. RPP

b. Bahan materi SKI

c. Kartu kata sebagai alat peraga pembantu

d. Lembar evaluasi p re test dan p o st test

(38)

21

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat dokumenter, yaitu tentang keadaan guru dan siswa, dan sarana prasarana pendidikan yang dimiliki.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data melalui kegiatan mengamati yang dilakukan oleh evaluator terhadap kegiatan pembelajaran (Dimyati & Mudjiono, 2006:229).

Metode ini digunakan untuk mengamati secara langsung proses pembelajaran SKI yang sedang berlangsung.

c. Tes

(39)

22

6. Analisis Data

Data yang diperoleh melalui kegiatan pengumpulan data pada dasarnya adalah untuk menguji hipotesis atau sekurang-kurangnya menjawab pertanyaan penelitian (Hadeli, 2006:89). Untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis, data yang terkumpul perlu dianalisis.

Menurut Aqib, dkk. (2009:39-40), untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran, analisis yang digunakan adalah analisis deskripsi kualitatif,yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa juga untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta

aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Untuk analisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan belajar siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung pada tiap siklusnya, dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir siklus. Analisis ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Aqib,dkk., 2009:40-41):

a. Penilaian tugas dan tes

(40)

23

X =

---IN

Keterangan:

X : nilai rata-rata

XX : jumlah semua nilai siswa

XN : jumlah siswa

b. Penilaian untuk ketuntasan belajar

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar, digunakan rumus sebagai berikut:

Xsiswa yang tuntas belajar

P = ---x 100%

Xsiswa

Kriteria tingkat keberhasilan siswa dalam % adalah sebagai berikut:

I X

Tingkat keberhasilan (%)

Arti

>80% Sangat tinggi

60-79% Tinggi

40-59% Sedang

20-39% Rendah

(41)

24

Sedangkan perhatian dan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran SKI dianalisis dengan diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan laporan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

BAB I berisi tentang :

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

E. Manfaat Penelitian

F. Definisi Operasional

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

2. Subjek Penelitian

(42)

4. Instrumen Penelitian

5. Teknik Pengumpulan Data

6. Analisis Data

H. Sistematika Penulisan

BAB II berisikan Kajian Pustaka tentang :

A. Kajian Tentang Belajar dan Pembelajaran

B. Kajian tentang Sejarah Kebudayaan Islam

C. Metode Index C ard M atch

BAB III Pelaksanaan Penelitian

A. Gambaran Umum MTs Nurul Huda Banyuputih

B. Subjek Penelitian

C. Deskripsi Per Siklus

BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus

B. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V Penutup

(43)

B. Saran

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

(44)

BAB n

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.

Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya (Usman & Setiawati, 1993:4). Pendapat hampir serupa juga dikemukakan oleh Sardinian (2009:9), menurutnya belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Sementara itu menurut Dimyati & Mudjiono (2006:17), belajar merupakan hal yang kompleks. Mereka menjelaskan bahwa kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subyek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa

(45)

28

mengalami proses mental mengahadapi bahan ajar berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Adapun dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal. Dan setelah belajar seseorang akan memiliki kapabilitas, baik berupa pengetahuan, sikap, dan nilai.

Dari beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa dalam proses belajar seorang individu akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun dalam sikapnya. Dari aspek pengetahuannya, seorang individu akan mengalami perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu; dari yang tidak mengerti menjadi mengerti; dari yang bodoh menjadi pintar. Dari aspek keterampilan, seorang individu akan mengalami perubahan dari yang tidak bisa menjadi bisa; dari yang tidak termpil menjadi terampil. Sedangkan dari aspek sikap, seoamg individu akan mengalami perubahan dari tidak patuh menjadi patuh pada orang tua dan guru; dari yang kurang ajar menjadi orang yang punya tata krama; dari yang kekanak-kanakan menjadi lebih dewasa dalam bersikap.

2. Beberapa Teori Tentang Belajar

(46)

29

beranggapan bahwa hasil percobaannya akan dapat diterapkan pada proses belajar-mengajar untuk manusia (Sardinian, 2009:29).

Pada tingkat perkembangan berikutnya, baru para ahli mencurahkan perhatiannya pada proses belajar-mengajar untuk manusia di sekolah. Dari hasil penelitiannya tersebut diperoleh berbagai teori tentang belajar. Menurut Ahmadi (1991:15-16), ada tiga teori tentang belajar:

a. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya seperti berpikir, mengenal, mengingat, dan lain-lain. Daya-daya ini dapat berkembang dan berfungsi dengan baik apabila dilatih dengan bahan- bahan dan cara-cara tertentu. Berdasarkan pandangan ini, maka yang dimaksud dengan belajar ialah usaha melatih daya-daya itu agar berkembang, sehingga kita dapat berpikir, mengingat, dan sebagainya.

b. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi

Menurut Imu Jiwa Asosiasi, jiwa manusia terdiri dari himpunan dari berbagai respon yang masuk ke dalam jiwa kita. Berdasarkan teori ini, maka yang dimaksud dengan belajar adalah usaha membentuk hubungan-hubungan stimulus respon dan melatih hubungan itu agar bertalian erat.

(47)

30

Menurut teori Ilmu Jiwa Gestalt, jiwa manusia merupakan satu keseluruhan yang utuh, bukan elemen-elemen yang terpisah-pisah. Jiwa manusia bersifat hidup dan aktif, berinteraksi dengan lingkungan. Jadi, belajar menurut pandangan ini adalah mengalami, bereaksi, berbuat, berfikir secara kritis.

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya, maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Ada beberapa prinsip belajar menurut aliran Ilmu Jiwa Gestalt (Soetomo, 1993:126), yaitu:

a. Bahwa belajar harus bertujuan dan terarah.

b. Dalam belajar itu manusia akan bereaksi secara keseluruhan pribadinya dan selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

c. Belajar tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya kemauan untuk belajar dan motivasi.

(48)

31

a. Belajar memerlukan bimbingan, baik dari guru atau buku pelajaran itu sendiri.

b. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari, sehingga tidak terjadi verbalisme.

c. Belajar membutuhkan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat dikuasai.

d. Belajar dapat dikatakan berhasil apabila telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun menurut Mulyati (2005:12-14), teori-teori belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua:

a. Teori Belajar Sebelum Abad ke-20

1) Teori Disiplin Mental

Menurut teori ini, belajar bisa diartikan sebagai usaha untuk mendisiplinkan mental. Misalnya, dalam kegiatan membaca, teori disiplin mental mengartikan bahwa anak melatih “otot-otot” mentalnya mulai dari menghafal huruf-huruf, kata- kata, kalimat, dan seterusnya.

2) Teori Perkembangan Alamiah

(49)

32

itu, ia akan melakukannya dengan penuh kegembiraaan sehingga pengalaman akan melekat sebagai kecakapan atau keterampilan. Misalnya, ia akan belajar membaca karena membutuhkan untuk mengetahui isi “pengetahuan” dalam tulisan dan belajar berhitung karena ingin tahu cara memecahkan suatu masalah secara aritmastis.

Dengan kata lain, menurut teori ini seseorang akan belajar bukan karena paksaan maupun tuntutan orang lain. Melainkan atas kemauannya sendiri dan kebutuhannya.

3) Teori Apersepsi

Menurut teori ini, yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan-gagasan lama, yang sudah terbentuk di alam pikiran. Misalnya, anak akan mempelajari kata ”kuda”, ia diperlihatkan gambar kuda di atas tulisan “kuda”. Kemudian, ia menganalisis huruf per huruf. Demikian sebaliknya, ia dapat menggabungkan huruf-huruf yang dikenal ke dalam kata-kata baru, kalimat, dan seterusnya.

b. Teori Belajar Abad ke-20

1) Teori Behavioristik

(50)

33

Prinsip pertama teori koneksionisme bahwa belajar adalah suatu kegiatan membentuk asosiasi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung untuk mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi yang memuaskan.

Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar menurut teori ini tidak akan terjadi tanpa adanya ketertarikan seseorang terhadap sesuatu dan keinginanya untuk mengerjakan hal tersebut.

(b) Teori C lasiccal Conditioning (Pavlov)

Menurut Pavlov, tingkah laku tertentu dapat dibentuk dengan cara diulang-ulang, yaitu, “dipancing” dengan sesuatu yang memang dapat menimbulkan tingkah laku tersebut. Jadi, menurut teori ini bahwa belajar adalah munculnya tingkah laku yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Teori ini selanjutnya dikembangkan oleh Watson.

(c) Teori Operant Conditioning (Skinner)

(51)

34

(misalnya, air liur timbul karena melihat makanan) dan

operant respondent, respon yang menimbulkan stimulus baru sehingga memperkuat respon yang telah dilakukan.

Skinner berpendapat bahwa dalam proses belajar dibutuhkan usaha untuk menimbulkan dan mengembangkan respon sebagai usaha memperoleh ’’penguatan”. Sehingga pengalaman yang telah diperoleh dalam proses belajar akan lebih melekat di dalam individu sebagai sebuah kacakapan atau keterampilan.

2) Teori Kognitif

(a) Teori Gestalt

Prinsip penting dari teori ini adalah bahwa inti dalam belajar terletak pada insight (pengertian, pemahaman), belajar dapat dikatakan berhasil bila seseorang telah benar-benar memahami apa yang ia pelajari, bukan hanya sekedar mengerti.

(b) Teori Medan

(52)

35

> Belajar adalah pengubahan struktur kognitif. Maksudnya, pemecahan masalah hanya akan terjadi bila struktur kognitifnya diubah.

> Hadiah dan hukuman merupakan dua sarana motivasi belajar yang memerlukan pengawasan agar digunakan secara wajar dan tepat.

> Faktor motivasi belajar lain adalah masalah sukses dan gagal. Kesuksesan akan menjadi factor pendorong seseorang untuk belajar lebih giat, sedangkan kegagalan akan menyebabkan kemunduran dalam belajar.

Dari uraian para pakar tersebut, kesimpulan yang dapat diperoleh adalah bahwa sejak zaman kuno, orang-orang telah memikirkan tentang bagaimana seseorang dapat memperoleh pengetahuan yang kemudian disebut belajar. Seiring dengan perkembangan zaman, maka pemikiran-pemikiran para ahli tersebut juga ikut mengalami perkembangan disesuaikan dengan kondisi zaman.

3. Jenis-jenis Belajar

Menurut Slameto (1991:5-8), jenis-jenis belajar antara lain sebagai berikut:

(53)

36

Umumnya belajar bagian dilakukan oleh individu bila ia dihadapkan pada materi pelajaran yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajari sajak atau gerakan-gerakan motoris seperti bermain piano. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lainnya berdiri sendiri. Lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan.

b. Belajar dengan Wawasan

Konsep ini diperkenalkan oleh W. Kohler, salah seorang tokoh psikolog Gestalt pada permulaan tahun 1917. Menurut Gestalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesainnya suatu persoalan.

c. Belajar Diskriminatif

Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi stimulasi dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Dengan pengertian ini maka dalam eksperimen, subjek diminta untuk merespon secara berbeda-beda terhadap stimulasi yang berlainan.

d. Belajar Keseluruhan

(54)

37

Lawan dari metode keseluruhan adalah belajar secara bagian. Metode belajar ini sering juga disebut metode Gestalt.

e. Belajar Insidental

Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu mempunyai arah dan tujuan. Dalam belajar insidental, jumlah frekuensi materi belajar diperlihatkan tidak memegang peranan penting, prestasi individu menurun dengan meningkatnya motivasi.

f. Belajar Instrumental

Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi individu yang diperlihaatkan akan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah individu tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh karena itu, cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat di atur dengan jalan memberikan penguat atas dasar tingkat-tingkat kebutuhan. Dalam hal ini, maka salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah “pembentukan tingkah laku”.

g. Belajar Intensional

(55)

38

h. Belajar Laten

Dalam belajar secara laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi seketika. Akan tetapi, perubahan-perubahan tersebut terjadi secara perlahan-lahan melalui berbagai proses.

i. Belajar Mental

Perubahan tingkah laku yang terjadi tidak terlihat secara nyata, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif dari bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar mental ini sangat jelas terlihat pada tugsa-tugas yang sifatnya motoris. Ada juga yang mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain, dan sebagainya.

j. Belajar Produktif

Belajar produktif menurut R. Bergius adalah sebagai kegiatan belajar dengan transfer yang maksimum. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi yang lain.

k. Belajar Verbal

(56)

39

belajar asosiatif mengenai hubungan dua kata yang tidak bermakna sampai belajar dengan wawasan mengenai penyelesaian persoalan yang kompleks harus diungkapkan secara verbal.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru dalam upayanya meningkatkan prestasi belajar siswa untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Menurut Usman & Setiawati (1993:10), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi hal-hal sebagai berikut ini:

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri sendiri, diantaranya adalah:

1) Faktor fisik (jasmani), seperti:

(a) Kesehatan

(57)

40

(b)Cacat fisik

Menurut Ahmadi (1991:94), cacat fisik dapat juga menghambat proses belajar siswa. Siswa yang cacat seringkali mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa normal lainnya. Sehingga mereka membutuhkan penanganan tersendiri.

b. Faktor psikis (rohani)

Menurut Ahmadi (1991:94), yang termasuk dalam faktor ini ialah:

(a) Intellegensi (IQ)

Anak yang intellegensinya rendah, maka anak tersebut akan sukar mencapai hasil belajar yang baik. Karena anak tersebut sulit mengerti apa yang dipelajarinya.

(b) Perhatian

(58)

41

(c) Motivasi

Motivasi seringkali timbul bila ada perhatian. Setelah siswa tertarik untuk memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru, maka timbulah motivasi dalam dirinya untuk mempelajarinya dengan sungguh-sungguh.

(d) Minat dan Bakat

Siswa lebih senang mempelajari segala sesuatu yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Oleh sebab itu, sebaiknya bahan pelajaran yang disampaikan disesuaikan dengan bakat siswa. Sehingga siswa akan lebih berminat untuk belajar dan mendapatkan hasil belajar yang baik.

(e) Emosi

Keadaan emosi siswa yang tidak stabil dapat menghambat proses belajar. Biasanya dalam keadaan seperti ini, siswa sukar untuk menerima pelajaran. Maka dari itu, siswa tersebut membutuhkan situasi yang cukup tenang dan penuh pengertian agar belajarnya dapat berjalan lancar.

c. Faktor Eksternal

(59)

42

1) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan belajar anak. Pendidikan orang tua, status ekonomi keluarga, hubungan dengan orang tua dan saudara, bimbingan dan dukungan orang tua sangat mempengaruhi prestasi belajar anak. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut ini:

^ ♦ j l 4

J

j

L

klJ/CW

i&ri

J

-®J

iiij

/A

^ f \

i

J 3^=^ O*

^ (J

pij Jlp

Artinya :Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, d i waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Dan kam i perintahkan kepada m anusia (berbuat baik)

kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya Telah

mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.(Q.S. Luqman:13-14)

(60)

anak-43

anaknya. Oleh karena itu, merekalah yang mula-mula menerima kewajiban dan tanggung jawab atas pemeliharaan dan pendidikan bagi putra-putrinya. Berhasil tidaknya, baik buruknya sifat anak sangat bergantung pada orang tua dalam mendidik dan mengarahkan mereka. Hal ini juga dijelaskan dalam hadist Nabi Muhammad saw berikut ini:

“Setiap anak tidaklah dilahirkan melainkan dalam

keadaan fitrah, (maka) kedua orang tuanyalah yang

menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi.'’'’ (H.R. Bukhori)

2) Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah seperti lokasi sekolah, kualitas guru, metode pembelajaran, kurikulum sekolah, perangkat kelas, hubungan dengan teman dan para guru juga ikut mempengaruhi prestasi belajar siswa. Lingkungan sekolah yang baik dapat mendukung proses belajar siswa.

3) Lingkungan Masyarakat

(61)

44

Demikianlah beberapa pendapat para ahli tentang faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa baik secara langsung maupun tidak langsung.

5. Pengertian Pembelajaran

Dalam buku yang ditulis oleh Jogiyanto (2007:12), pembelajaran menurut Hilgard dan Bower dapat didefinisikan sebagai suatu proses kegiatan yang di dalamnya terjadi suatu perubahan lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dan karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan berdasarkan kecenderungan- kecenderungan reaksi asli, kematangan, atau perubahan-perubahan sementara dari organisme.

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran terjadi karena adanya interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang menimbulkan perubahan pada diri peserta didik. Dan perubahan tersebut bukan terjadi karena perubahan secara alami atau karena menjadi dewasa yang dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan lebih karena reaksi dari situasi yang dihadapinya.

Menurut Jogiyanto (2007:20), pembelajaran yang baik mempunyai sasaran-sasaran yang seharusnya berfokus pada hal-hal sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas berpikir, yaitu berpikir dengan efisien, konstruktif, mampu melakukan penilaian dan kearifan.

a. Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur.

b. Guru dan siswa membuat kontrak belajar.

c. Guru menggunakan metode inkuiri, atau belajar menemukan.

d. Guru menggunakan metode simulasi.

e. Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain.

(62)

47

Darsono & Ibrahim berpendapat bahwa kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat (2008:3). Dengan demikian Sejarah Kebudayaan Islam adalah serangkaian peristiwa tentang hasil karya cipta manusia muslim.

Mengenai Sejarah Kebudayaan Islam, para ahli membagi menjadi beberapa periode (Sunanto, 2003:4), yakni antara lain sebagai berikut:

a. Zaman ideal, yang meletakkan dasar-dasar pertama Kebudayaan Islam, berjalan selama 40 tahun terdiri dari:

1) Masa Nabi Muhammad saw, semenjak hijrah ke Madinah samapai wafatnya, selama 10 tahun.

2) Masa Khulafau ar-Rasyidin dari Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, selama 30 tahun.

b. Zaman perkembangan, yaitu masa berkembangya kebudayaan islam, meliputi tiga benua Asia, Afrika, dan Eropa. Ini terjadi pada masa Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus selama 90 tahun.

c. Zaman keemasan Islam, yaitu zaman kebudayaan Islam mencapai puncaknya, baik di bidang ekonomi, kekuasaan, ilmu pengetahuan

(63)

48

1) Masa Abbasiyah I yang berpusat di Baghdad, berjalan selama 100 tahun dengan para khalifahnya yang mempunyai kekuasaan penuh, berpikir maju dan pecinta ilmu.

2) Masa Abbasiyah II, di mana politik pusat Abbasiyah berangsur- angsur melemah, tetapi dalam bidang kebudayaan , terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, ibukota-ibukota provinsi berlomba menyaingi Baghdad dalam hal kemajuan.

d. Zaman penyerbuan, yaitu zaman ketika umat Islam mengalami penyerbuan dari segala penjuru.

e. Zaman kemunduran, yang dimulai oleh zaman gemilang dalam bidang politik di zaman Ustmaniyah, Shafawi, dan Mughal, diakhiri dengan penjajahan hampir seluruh Dunia Islam oleh Eropa Barat.

Perkembangan Kebudayaan Islam memang tidak lepas dari politik dan kekuasaan. Sebagaimana diketahui bahwa Sejarah Kebudayaan Islam di Jazirah Arab mulai muncul setelah Nabi Muhammad saw diangkat menjadi rasul. Sebelum Islam lahir, masyarakat Arab sudah memiliki kebudayaan. Contohnya adalah kebudayaan nomaden atau hidup secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

(64)

49

Arab berubah menjadi penakluk di seluruh Jazirah Arab (Darsono & Ibrahim, 2008:3).

2. Objek Sejarah Kebudayaan Islam

Menurut Sunanto (2003:4), objek/bentuk kebudayaan Islam adalah soal-soal muamalah. Muamalah adalah hubungan antara sesama manusia, dan ini selalu berubah sesuai dengan perkembangan manusia. Dengan demikian kebudayaan Islam meliputi segala aspek kehidupan manusia. Secara rinci unsur-unsur yang menjadi bentuk kebudayaan adalah (Darsono & Ibrahim, 2008:7-9) :

a. Sistem Politik

Bentuk kebudayaan dapat dilihat melalui sistem politik yang berlaku di dalam Kebudayaan Islam, seperti: hukum Islam sangat menghargai hak-hak asasi manusia, tidak ada perbedaan status di dalamnya; berkembangnya sistem khalifah setelah wafatnya Rasullulah saw; pembentukan lembaga Administrasi dan Kementrian pada masa khalifah Umar bin Khattab yang mengurusi administrasi negara.

b. Sistem Kemasyarakatan/sosial

(65)

50

c. Ilmu Pengetahuan

Kebudayaan Islam mencapai puncak kejayaannya pada masa Dinasti Abbasiyah, terutama di bidang ilmu pengetahuan. Pada masa ini, banyak karya/buku dari berbagai disiplin ilmu diterjemahkan dalam bahasa Arab. Selain itu, pemerintahan Dinasti Umayyah mengirim beberapa pemuda Islam untuk menuntut ilmu di negara Barat. Pada masa selanjutnya kota-kota seperti Baghdad dan Iskandariah menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia.

3. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam

Pada dasarnya, mempelajari sejarah kebudayaan dalam hal ini kebudayaan Islam adalah bertujuan untuk mempelajari berbagai masalah kehidupan umat Islam yang telah terjadi di masa lalu (Darsono & Ibrahim, 2008:5). Kebudayaan Islam mencapai puncak perkembangannya pada suatu masa dan sekaligus mulai memasuki masa kemunduran. Artinya, masa-masa keemasan bagi kebudayaan Islam tidak akan berlangsung selamanya, melainkan juga akan mengalami kemunduran yang disebabkan oleh berberapa faktor. Faktor-faktor tersebut menurut Darsono & Ibrahim (2008:5-6), adalah sebagai berikut:

a. Faktor politik

(66)

51

beragama Kristen mulai menguat kedudukannya hingga akhirnya terjadi perang salib yang mengakibatkan kekalahan di pihak Islam.

b. Faktor ekonomi

Kemunculan kota-kota dagang di Eropa menimbulkan persaingan ekonomi antara Islam dan Eropa. Dalam persaingan ini, bangsa Eropalah yang memenangkan persaingan ekonomi tersebut. Hal ini diperparah lagi dengan adanya kemerosotan perekonomian di dalam pemerintahan Islam itu sendiri yang disebabkan oleh gaya hidup mewah para anggota kerajaan.

c. Serbuan Orang dari Luar Islam

Serbuan dari luar Islam yang menghancurkan kebudayaan Islam antara lain datang dari bangsa Mongol dan lahirnya kekuasaan Turki. Meskipun mereka pada akhirnya memeluk agama Islam, akan tetapi bangsa Turki lebih dekat dengan kebudayaan Romawi. Akibatnya, kebudayaan Romawi lebih berpengaruh bagi rakyat Turki daripada kebudayaan Islam.

(67)

52

Artinya;

1. Bermegah-megahan telah m elalaikan kamu,

2. Sampai kamu masuk ke dalam kubur.

3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). (Q.S.at-Takaatsur:l-3)

Adapun manfaat dengan mempelajari sejarah tentang maju mundurnya suatu kebudayaan Islam, yakni memberikan pelajaran kepada umat Islam bahwa kebaikan dan kejahatan merupakan bagian dari kehidupan. Kebaikan membawa ke arah kemajuan kebudayaan Islam, sedangkan kejahatan membawa ke arah kemunduran kebudayaan Islam.

Dengan demikian, mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam dapat memberikan semangat baru bagi umat Islam untuk menata kehidupan yang lebih maju di masa yang akan datang.

C. Metode In d ex Card M atch

(68)

53

Pembelajaran tidak hanya menekankan pada apa yang akan diajarkan, tetapi juga bagaimana mengajarkannya. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, maka metode pembelajaran perlu dipilih dengan tepat. Tidak semua metode pembelajaran tepat digunakan untuk semua waktu, kondisi, dan bidang mata pelajaran.

Secara umum, metode pembelajaran dapat dibagi menjadi metode pasif dan metode aktif. Metode pasif adalah metode pembelajaran satu arah dari guru ke siswa. Sedangkan metode aktif adalah metode pembelajaran dua arah antara guru dan siswa (Jogiyanto, 2007:22).

Dalam metode pasif, pembelajaran lebih berpusat pada guru sebagai sumber belajar, sehingga siswa bersifat pasif. Berbeda halnya dengan metode aktif, pembelajaran dengan metode ini lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dirinya sendiri dengan aktif berinteraksi di dalam kelas tidak hanya sebagai pendengara saja. Siswa lebih terdorong untuk aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan metode ini, guru berperan sebagi organisator dan motivator.

Seiring dengan berjalannya waktu, metode pembelajaran aktif makin banyak jenisnya. Salah satu diantaranya adalah metode index card match. Melalui metode ini, siswa dapat belajar secara menyenangkan.

(69)

54

dalam bidang menghafal. Sehingga mereka kurang menguasia materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Melalui metode index card match, siswa tidak perlu bersusah payah menghafal materi pelajaran SKI. Sambil bermain kartu kata, siswa dpaat dengan mudah menguasai materi SKI yang disampaikan oleh guru.

2. Pengertian Metode Index Card Match

Dalam interaksi belajar-mengajar, metode mengajar dipandang sebagai salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (Soetomo, 1993:144). Semakin baik dan tepat metode yang digunakan, maka semakin berhasil pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Ada beberapa metode/strategi pembelajaran yang dapat dipakai oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Salah satu diantaranya yaitu metode index card match.

Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Adapun yang dimaksud dengan metode index card match

(70)

55

dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan (2007:69).

Metode index card match dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Zaini, dkk., 2007:69-90):

a. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada di dalam kelas,

b. Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian sama,

c. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan,

d. Pada separoh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan- pertanyaan yang tadi dibuat,

e. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban,

f. Beri setiap siswa satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separoh siswa akan mendapatkan soal dan separoh yang lain akan mendapatkan jawaban,

(71)

56

Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain,

h. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-teman yang lain, selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain,

i. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

Bentuk instrumen index card match dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Bagaimanakah pendapat golongan khawarij ten kekhalifahan?

Mereka berpendapat bahwa yang pantas mendi jabatan sebagai khalifah adalah tiap-tiap muslim

memenuhi syarat kecakapan dan keagamaan.

3, Kelebihan dan kekurangan Metode Index Card Math

(72)

57

kelebihan, metode ini juga memiliki kelemahan. Di antara kelebihan dan kelemahan metode index card match antara lain:

a. Kelebihan

1) Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

2) Siswa dapat belajar secara menyenangkan.

3) Siswa lebih termotivasi dalam belajar.

4) Materi pelajaran yang telah disampaikan akan lebih merekat dalam pikiran siswa.

5) Meningkatkan kerjasama siswa dalam belajar.

6) Siswa dapat belajar sambil bermain.

7) Materi pelajaran dapat dengan mudah dikuasai siswa tanpa harus dihafal.

b. Kelemahan

1) Butuh waktu lama bila diterapkan dalam kelas yang jumlah muridnya banyak.

2) Suasana kelas dapat menjadi ramai.

3) Membutuhkan persiapan yang matang untuk membuat soal dan jawaban dalam potongan-potongan kertas.

Gambar

Tabel 4.15 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Siswa Mengerjakan
Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa dari Pra Siklus-Siklus
gambar kuda di atas tulisan “kuda”. Kemudian, ia menganalisis
Tabel.3.1 Data Ruang MTs Nurul Huda Banyuputih
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di tengah arus globalisasi yang terjadi saat ini, manusia menjadi kurang menghargai lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Manusia secara serakah berlomba-lomba menguras

Judul dari proyek akhir ini Perancangan Buku Saku Panduan Menanam Tanaman Obat Keluarga di Kota Semarang, dengan pemilihan judul dan tema ini diharapkan

Standar Tarif Kapitasi di Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp.3.000,00 (tiga ribu rupiah) sampai dengan Rp.6.000,00 (enam ribu rupiah) dan

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunianya jugalah sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

Menurut Richard Paul (Kowiyah, 2012:176) memberikan definisi bahwa: berpikir kritis adalah model berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja, dimana si

tangan secara berlahan agar tidak membangunkannya. 6) Buatlah tempat yang tenang untuk tidur pada umumnya, bayi.. dapat membiasakan diri untuk tidak terjaga dengan

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: “ PENGARUH MANAJEMEN KELAS TERHADAP MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP NEGERI 2 KALIBAGOR KELAS VIII C

increase learners' success. This paper hence aims to review whether video project could be supportive to facilitate the teaching of linguistic and non-linguistic skills, to