• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Agama Islam Pada Remaja Putus Sekolah di Dusun Ampelgading Desa Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pendidikan Agama Islam Pada Remaja Putus Sekolah di Dusun Ampelgading Desa Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang - Test Repository"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PADA REMAJA PUTUS SEKOLAH

DI DUSUN AMPELGADING DESA KENTENG

KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

WINDA RATNASARI NIM 11111067

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah

Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan

.

(QS. Al-Mujadalah : 11).

“Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini sayapersembahkan kepada:

1. kedua orang tuaku tercinta Bapak Sukeri dan Ibu Suratmi yang telah mencurahkan begitu banyak kasih sayang, selalu memberikan bimbingan dan dukungan.

2. Kakak-kakakku yang telah mendukungku dan memotivasi. 3. Temanku Atho Urrohman yang selalu memberiku semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M.Si. yang telah sabar dalam mengarahkan dan memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini.

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektorInstitut Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Bapak Suwardi M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam NegeriSalatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

4. Ibu Dr. Muna Erawati, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik. 5. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M.Si. yang telah membimbing dan memberi

pengarahan sampai selesai dalam penulisan skripsi ini.

(9)
(10)

ABSTRAK

Ratnasari, Winda. 2016. Pendidikan Agama Islam Pada Remaja Putus Sekolah di Dusun Ampelgading Desa Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

Kata Kunci : Pendidikan Agama Islam dan Remaja Putus Sekolah

Penelitian ini membahas pendidikan agama Islam pada remaja putus sekolah di Dusun Ampelgading Desa Kenteng Kec. Bandungan Kab. Semarang. Fokus penelitian yang dikaji dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana persepsi remaja tentang pendidikan agama Islam (2) Bagaimana cara mengajar dan pelaksanaan pendidikan agama Islam bagi remaja putus sekolah. Adapun tujuan penelitian adalah (1) Untuk mengetahui persepsi remaja tentang pendidikan agama Islam(2)Untuk mengetahui tentang cara mengajar dan pelaksanaan pendidikan agama Islam bagi remaja putus sekolah.

Jenis penelitian ini adalah kualitatifpendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan dokumentasi, sedangkan analisis data dilakukan dengan berupa klasifikasi dari hasil wawancara sebagai jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini.

(11)

DAFTAR ISI

1. Pendekatan dan Jenis Pendekatan... 9

2. Kehadiran Peneliti... 10

3. Lokasi Peneliti... 10

4. Sumber Data... 10

5. Tehnik Pengumpulan Data... 11

6. Analisi Data ... 12

7. Pengecekan Keabsahan Data... 13

8. Tahap-tahap penelitian... 14

(12)

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 21

4. Bekal dan kendali dalam kehidupan remaja...48

C. Putus Sekolah...51

D. Remaja Putus Sekolah... 52

1. Pengertian Remaja Putus Sekolah...52

2. Program Remaja putus sekolah...53

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN... 55

A.Gambaran Umum Dusun Ampelgading... 55

(13)

BAB IV PEMBAHASAN... 69

A.Persepsi pendidikan agama Islam menurut remaja putus sekolah.. 69

B. Cara mengajar dan Pelaksanaanpendidikan agama Islam ...71

BAB V PENUTUP... 78

A.Kesimpulan... 78

B.Saran... 80

DAFTAR PUSTAKA... 81

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam merupakan “usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan. Maka dari itu pendidikan agama Islam merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan agama Islam merupakan pendidikan tentang ajaran Islam dan pendidikan yang mengandung nilai yang dapat dijadikan sebagai pegangan hidup seluruh umat manusia. Dalam hal ini tidak terkecuali pendidikan agama Islam bagi remaja yang jiwanya masih labil dan mudah terpengaruh baik hal-hal yang positif maupun hal-hal yang negatif. Maka dari itu pendidikan agama Islam sangat diperlukan bagi seluruh umat manusia baik bagi kehidupan di dunia maupun setelah di akhirat.

(15)

itu, suatu faktor penting yang memegang peranan yang menentukan dalam kehidupan remaja adalah agama (Daradjat, 1976:86). Salah satu wujud kehidupan masyarakat yang berpegang pada moralitas hanya bisa melalui pendidikan, khususnya pendidikan agama. Karena pendidikan agama merupakan usaha memperkuat iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan. Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain nilai spiritual dan moral (Nasution, 1988:76).

(16)

banyak pelajaran lain. Maka harus dibantu dengan pendidikan luar sekolah. Apalagi bagi mereka yang terpaksa droup-out.

Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Pada jalur pendidikan luar sekolah itulah, masyarakat mendirikan lembaga pendidikan agama yang harus memberikan pengetahuan dan ketrampilan agama. Dulu lembaga demikian itu berupa pengajian di rumah-rumah, surau dan masjid (Depag RI, 1996/1997:20).

Putus sekolah merupakan jurang yang menghambat anak untuk mendapatkan haknya. Putus sekolah disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor ekonomi, psikologis, serta lingkungan sosial menjadi pemicu seorang anak tidak dapat melanjutkan pendidikannya. Mayoritas anak-anak yang mengalami putus sekolah disebabkan karena faktor ekonomi, namun tidak sedikit pula putus sekolah yang disebabkan karena faktor psikologis dan lingkungan sosial.

Masalah droup out merupakan hal yang paling gawat ditingkat SLTA. Seorang droup-out merupakan manusia setengah jadi, sebab para droup-out

pada umumnya tidak atau belum mempunyai knowledge (pengetahuan), andexperience (pengalaman). Sedang mereka itu menjadi droup out

(17)

yang drop out (DO) Atau putus sekolah. Keberadaan remaja putus sekolah ini menarik untuk dikaji terkait dengan beberapa alasan. Ada dua macam kegagalan : mungkin anak itu tidak dapat menyelesaikan suatu unit sekolah misalnya sekolah dasar, atau mungkin dia dapat menamatkan suatu unit sekolah tetapi tidak berhasil memperoleh tempat di sekolah formal yang lebih tinggi atau tidak berhasil memasuki lapangan pekerjaan.

Meneruskan sekolah atau meninggalkannya adalah masalah yang sangat penting bagi kehidupan individu dalam pendidikan atau pekerjaan. Dan berkaitan pula dengan tingkat ekonomi dan sosial keluarga anak, nilai yang dipatuhi keluarga, dan pada sementara keluarga tempat si anak hidup yang kurang memadai, masalah sekolah hanya penyempurna dan tidak ada nilainya. Sedangkan pada keluarga menengah dari segi tingkat sosial, mereka memandang pendidikan atau pengajaran sebagai jalan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, disamping sekolah memang suatu keharusan sosial. Sedangkan anak yang datang dari tingkat sosial yang rendah atau dibawah menengah, memilih pelajaran menengah yang terakhir setelah selesainya sekolah menengah seperti sekolah ekonomi, sekolah pertanian, tehnik menengah sebabnya adalah karena masalah biaya dan memperpendek masa sekolah ( Daradjat, 1970:268)

(18)

dari segi rupa (tampan/cantik) dan mereka kurang mengenal kelakuan sosial, juga mereka lebih menyendiri, pemalu dan lebih menderita dari pada yang lain. Ini berarti mereka kurang penyesuaian diri dari segi pribadi dan sosial dibandingkan teman yang meneruskan pelajarannya (Daradjat, 1970:269).

Pada dasarnya orang tua senantiasa memperhatikan pendidikan agama Islam anak terutama bagi anak yang berusia remaja yang jiwanya masih labil, mengalami masa transisi, maka pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang berhubungan dengan agama Islam dan merupakan pembelajaran nilai yang sangat dibutuhkan bagi anak melalui peranan orang tua, karena orang tua mempunyai peranan penting dan memperhatikan pendidikan Islam anaknya, Baik bagi anak yang putus sekolah maupun anak yang masih sekolah.

Dengan demikian, maka pendidikan agama Islam bagi remaja tersebut mutlak perlu diperhatikan baik oleh orang tua maupun masyarakat secara sungguh-sungguh. Karena besar pengaruhnya dan akan dirasakan banyak manfaatnya. Dengan bekal ilmu, taqwa dan ketrampilan diharapkan mereka mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian pada remaja putus sekolah dengan mengangkat tema. “ Pendidikan

(19)

B. Fokus Masalah

Agar pembahasan skripsi ini terfokus pada pokok permasalahan maka peneliti merumuskan beberapa perumusan masalah yang perlu pembahasan dan pemecahan dalam skripsi ini. Adapun perumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsiremaja tentang pendidikan agama Islam?

2. Bagaimana cara mengajar dan pelaksanaan pendidikan agama Islam bagi remaja putus sekolah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui persepsi remaja tentang pendidikan agama Islam 2. Untuk mengetahui tentang cara mengajar dan pelaksanaan pendidikan

agama Islam bagi remaja putus sekolah. D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Memberikan sumbangan informasi bagi masyarakat tentang bagaimana pendidikan agama islam pada remaja putus sekolah di dusun Ampelgading.

2. Kegunaan Praktis

a. Menambah pengetahuan tentang pendidikan agama islam pada remaja putus sekolah.

(20)

c. Memberikan pemahaman yang lebih, khususnya dalam pendidikan agama islam bagi remaja

d. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan masukan kepada orang tua terkait dengan bagaimana dalam memberikan pendidikan agama islam dan memperhatikan pendidikan agama islam bagi anaknya.

e. Bisa lebih memahami pentingnya pendidikan agama, Dengan penelitian ini diharapkan lebih mampu mengatur dan memanajemen perilaku kita dalam kehidupan sosial, sehingga tidak menimbulkan perilaku yang menyimpang.

E. Penegasan istilah

1. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan secara etimologi adalah paedagogie berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata “PAIS”, artinya anak, dan “AGAIN”

diterjemahkan membimbing, jadi paedagogie yaitu diberikan kepada anak. (Ahmadi, 2001:70).

(21)

Secara garis besar pendidikan agama Islam merupakan suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui proses dimana individu dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi sehingga ia mampu menunaikan tugasnya sebagai kholifah dimuka bumi, yang dalam rangka lebih lanjut mewujudkan kebahagiaan didunia dan di akhirat (Muhaimin, 2001:75). Jadi pendidikan agama Islam merupakan pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam, yaitu bisa berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak agar bisa memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.

2. Remaja Putus Sekolah

Menurut Dr. Zakiyah Daradjat. Remaja adalah masa peralihan dari “anak” menjelang “dewasa” (Daradjat, 1975:11 ). Maksudnya adalah masa

dimana manusia yang awalnya belum memiliki pola pikir dan cenderung meniru perilaku di lingkungan sekitarnya berusaha mencari jatidiri (mencari tahu siapa dirinya) demi memiliki filter dan prinsip hidup yang kuat (dewasa).

Remaja adalah mulai dewasa; sudah sampai umur untuk kawin (Depdiknas, 2007:944). Maksudnya yaitu masa manusia mencari jatidiri dan prinsip hidup serta cukup usia untuk membina hidup rumah tangga.

(22)

sekolah (Depdiknas, 2003:914). Maksudnya murid yang tidak dapat menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya selesai atau murid yang tidak tamat menyelesaikan program belajarnya dikarenakan ada faktor tertentu, Jadi remaja putus sekolah itu adalah remaja yang tidak dapat melanjutkan atau berhenti sekolah sebelum tamat pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Jadi yang dimaksud judul skripsi ini adalah pendidikan agama Islam pada remaja putus sekolah yaitu pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam yang dilakukan oleh remaja yang berhenti sekolah, agar dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam.

F. Metode penelitian

Berbagai hal yang berkaitan dengan metode penelitian yang digunakandalam penelitian ini dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dan diarahkan pada latar ilmiah dan individu tersebut secara holistic atau utuh (Moleong, 1989:3).

2. Kehadiran Peneliti

(23)

ditentukan. Peneliti menggunakan instrumen berupa wawancara yang hasilnya digunakan sebagai sumber data yang valid dalam penelitian ini. Peneliti terjun langsung ke area yang menjadi objek penelitian dimana sampel yang ditentukan mengetahui peneliti

3. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Dusun Ampelgading. Dusun ini merupakan salah satu bagian dari Desa Kenteng. Desa ini terdiri dari tujuh dusun. Dusun Ampelgading terdiri dari 5 RT dan 1 RW . 4. Sumber Data

Pada penelitian, ada beberapa sumber data yang diperoleh untuk memperkuat penelitian ini, Menurut Sugiyono (2001:225) bila dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan sumber sekunder yaitu sumber sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Adapun sumber data yang diambil yaitu:

a. Data Primer

(24)

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder disebut juga data tersedia atau tertulis. Data sekunder berasal dari sumber buku, majalah ilmiah, dokumen pribadi, dokumen resmi, arsip, skripsi terdahulu dan lain-lain. Data tersebut berguna untuk melengkapi data primer.

5. Tehnik Pengumpulan Data

Metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

a. Metode wawancara

(25)

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek wawancara adalah ustadz, remaja dan orang tua di Dusun Ampelgading. Dari pemaparan obyek wawancara tersebut peneliti ingin mengetahui pendidikan agama Islam pada remaja putus sekolah di Dusun Ampelgading.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup dan sketsa. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung dan film. Studi dokumen merupakan perlengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2011:240). Metode ini digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi dan keadaan obyek penelitian serta memberikan gambaran umum tentang objek penelitian. memperoleh data yang sudah tertulis dan terwujud dokumentasi. Seperti halnya foto-foto kegiatan, materi dan profil maupun tujuan yang sudah tertulis. 6. Analisis Data

(26)

sistematis transkip-transkip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar dapat menyajikan hasil penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan peneliti yaitu teknik analisis berupa klasifikasi dari hasil wawancara sebagai jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data dilakukan atas kriteria-kriteria tertentu. Kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan (credibility), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Moeloeng, 2009: 324).

a. Derajat kepercayaan (credibility)

Kriteria kredibilitas ini berfungsi untuk melaksanakan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Adapun teknik dalam menentukan kredibilitas ini dapat dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan peneliti di lapangan, triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi.

b. Kebergantungan (dependability)

Konsep ini merupakan konsep pengganti dari konsep

(27)

kualitatif adalah pengumpulandata sebanyak mungkin selama penelitian. Teknik yang digunakanuntuk mengukur kebergantungan adalah auditing, yaitu pemeriksaan data yang sudah dipolakan. c. Kepastian (confirmability)

Konsep ini merupakan konsep pengganti dari konsep “objektivitas” pada penelitian kuantitatif, objektivitas itu diukur

melalui orangnya atau penelitiannya. Diakui bahwa peneliti memiliki pengalaman subjektif. Namun apabila pengamatan tersebut dapat disepakati oleh beberapa orang, maka pengalaman peneliti itu bisa dipandang objektif. Jadi persoalan objektivitas dan subjektivitas dalam penelitian kualitatif sangat ditentukan oleh seseorang.

8. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan proses pelaksanaan penelitian. Sebagaimana yang dikutip Moeloeng (2009: 127), penelitian kualitatif dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu: tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.

a. Tahap Pra-Lapangan

(28)

penelitian lapangan. Kegiatan tersebut antara lain: pertama, menyusun rancangan penelitian, kedua, memilih lapangan penelitian, ketiga, mengurus perizinan, keempat, menjajaki dan menilai lapangan, kelima, memilih dan memanfaatkan informan,

keenam, menyiapkan perlengkapan penelitian.

Tahapan ini digunakan sebelum peneliti melakukan penelitian yang sebenarnya. Setelah peneliti membuat rancangan penelitian, peneliti memilih salah satu lokasi untuk dijadikan objek penelitian.

c. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini merupakan tahap penelitian yang sebenarnya. Tahap ini dibagi atas tiga bagian, yaitu: pertama, memahami latar penelitian dan persiapan diri, kedua, memasuki lapangan, ketiga, berperanserta sambil mengumpulkan data. Dalam tahapan ini peneliti terjun langsung di lokasi dan mengikuti beberapa kegiatan keagamaan yang termasuk dalam fokus penelitian. Peneliti mencari tahu informasi tentang kegiatan-kegiatan tersebut dengan menggunakan metode wawancara terhadap informan informan yang ada sehingga pada akhirnya peneliti bisa mengumpulkandata-data yang sesuai fokus penenlitian.

(29)

Analisis data adalah tahap kegiatan sesudah kembali dari lapangan. Pada tahap ini analisis data yang sudah tersedia dari sumber yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi dan sebagainya. Setelah data dapat dikumpulkan oleh peneliti, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data yang sudah ada dengan dukungan teori-teori yang sudah ada, sehingga dapat disimpulkan beberapa hasil penelitian.

Dalam analisis data terdapat beberapa alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu:

1) Pengumpulan Data

Adalah kegiatan analisis yang mengantisipasi kegiatan atau dilakukan sebelum penelitian lapangan, ketika penelitian dirancang sehingga nantinya dimudahkan disaat menganalisis dan sebagai bukti pada penelitian.

2) Reduksi Data

Adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi data merupakan bagian dari analisis.

3) Penyajian Data

(30)

tindakan. Dengan melihat data kita akan memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan untuk lebih jauh menganalisis atau mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian tersebut.

4) Kesimpulan atau Verifikasi Data

Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan atau verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mencari makna, penjelasan, dan sebab akibat.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertahapan dalam penelitian ini adalah bentuk urutan atau berjenjang yakni dimulai dari tahap pra-penelitian, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap pasca penelitian. Namun walau depmikian, sifat dari kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahap tersebut tidaklah bersifat ketat, melainkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Fokus Masalah

(31)

F. Metode Penelitian

9. Pendekatan dan Jenis Pendekatan 10.Kehadiran Peneliti

11.Lokasi Penelitian 12.Sumber Data

13.Tehnik Pengumpulan Data 14.Analisi Data

15.Pengecekan Keabsahan Data 16.Tahap-tahap penelitian G. Sistematika Penulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Agama Islam 8. Pengertian

9. Dasar 10.Tujuan

11.Ruang Lingkup

12.Ayat tentang pendidikan

13.Lembaga Pendidikan Non Formal

14.Pentingnya pendidikan agama bagi kehidupan B. Remaja

5. Pengertian 6. Ciri-ciri Remaja

(32)

8. Bekal Dan Kendali Dalam Kehidupan Remaja C. Putus Sekolah

D. Remaja Putus Sekolah

1. Pengertian Remaja Putus Sekolah 2. Program Remaja Putus Sekolah

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

C. Gambaran Umum Dusun Ampelgading 8. Letak Geografis

9. Data Penduduk

10.Data remaja dusun ampelgading 11.Kondisi keagamaan

12.Sosial budaya 13.Struktur organisasi D. Temuan Penelitian

3. Profil Informan 4. Hasil Wawancana

BAB IV PEMBAHASAN

C. Persepsi pendidikan agama islam menurut remaja putus sekolah.

(33)
(34)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian

Pendidikan agama merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata “pendidikan” dan “agama”. Dalam kamus umum bahasa

indonesia, pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti “proses pengubahan sikap dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan (Yadianto, 1996:88).

Pendidikan secara etimologi adalah paedagogie berasal dari ;bahasa Yunani, terdiri dari kata “PAIS”, artinya anak, dan “AGAIN” diterjemahkan membimbing , jadi paedagogie yaitu diberikan kepada anak (Ahmadi, 2001:70).

(35)

Di dalam al-Qur’an dan hadits sebagai sumber utama ajaran Islam dapat ditemukan kata-kata atau istilah-istilah yang pengertiannya terkait dengan pendidikan yaitu, rabba, „allama dan addaba. Dalam bahasa Arab, kata-kata rabba, „allama dan addaba tersebut mengandung pengertian sebagai berikut:

a. Kata kerja Rabba yang masdarnya tarbiyyatan memiliki beberapa arti antara lain mengasuh, mendidik dan memelihara. Di samping kata rabba ada kata-kata yang serumpun dengannya yaitu rabba yang berarti memiliki, memimpin, memperbaiki, menambah. Rabba juga berarti tumbuh atau berkembang.

b. Kata kerja a’llama yang masdarnya ta’liman berarti mengajar yang lebih bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan keterampilan (Achmadi, 2005:25).

Sementari itu, menurut M.A Tihami pengertian agama yaitu : a. Al-din (Agama) menurut bahasa terdapat banyak makna, antara

lain al-tha’at (ketaatan), al-ibadat (ibadah), al-jaza (pembalasan), al-hisab (perhitungan).

(36)

juga dinamakan syara’ (Syari’ah) karena Alloh menetapkan atau

menentukan cara hidup kepada kita (manusia) melalui lisan Nabi Saw.

c. Ketetapan tuhan yang menyeru kepada makhluk yang berakal untuk menerima segala sesuatu yang dibawa oleh Rasul.

d. Sesuatu yang menuntut makhluk berakal untuk menerima segala yang dibawa oleh Rasulullah Saw (Syafaat, 2008:13).

Pendidikan agama Islam adalah usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat.

(37)

yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Dasar

Dasar dalam bahasa Arab adalah “asas” sedangkan dalam bahasa inggris adalahfoundation, sedangkan dalam bahasa latin adalah

foundamentum. Secara bahasa berarti alas, fundamen, pokok, atau pangkal segala sesuatu (pendapat, ajaran, aturan) (Depdikbud, 1994: 187).

Dasar pendidikan adalah pandangan yang mendasari seluruh aktivitas pendidikan, baik dalam rangka penyusunan teori, perencanaan, maupun pelaksanaan pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital dalam kehidupan, bahkan secara kodrati manusia adalah makhluk paedagogik, maka yang dimaksud dasar pendidikan tidak lain adalah nilai-nilai tertinggi yang dijadikan pegangan hidup suatu bangsa atau masyarakat dimana pendidikan itu berlaku (Ahmadi, 2001:19)

(38)

diletakkannya bagian-bagianbangunan yang lain sehingga kuat dan kokohnya suatu bangunandipengaruhi oleh kuatnya pondasi tersebut. Kalau pendidikan diibaratkanbangunan, maka al-Qur’an dan hadits merupakan fundamennya (Marimba, 1989:41)

Dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam harus merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan pada aktifitas-aktifitas yang di cita-citakan. Nilai yang terkandung harus mencerminkan nilai universal yang dapat di konsumsikan untuk keseluruhan kehidupan manusia, serta merupakan standar nilai yang dapat mengevaluasi aktifitas pendidikan. Dasar merupakan masalah yang urgen dalam melakukan sesuatu kegiatan dan dapat menukarkan contoh dan isi pelaksanaan kegiatan secara menyeluruh. Dasar yang penulis maksud adalah yang mengatur secara langsung tentang perlunya pendidikan agama bagi manusia.

Bagi umat Islam agama adalah dasar (pondasi) utama dari keharusan berlangsungnya pendidikan karena ajaran-ajaran Islam yang bersifat universal mengandung aturan-aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik yang bersifat ubudiyyah (mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya), maupun yang bersifat

muamalah (mengatur hubungan manusia dengan sesamanya) (Zuhairini, 1993:153). Adapun dasar-dasar dari pendidikan Islam adalah:

(39)

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Sebagai pedoman hidup manusia, bagi yang membacanya merupakan suatu ibadah dan mendapat pahala.

Dalam Islam, pendidikan merupakan suatu perintah dari Allah Swt, dan sekaligus merupakan sarana untuk beribadah kepada-Nya. Ayat al-Qur’an yang pertama kali turun berkenaan dengan pendidikan, yang artinya: “Bacalah dengan (menyebut)

Nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. al-Alaq: 1-5) (Depag, 2006:960)

b. Sunnah

Setelah al-Qur’an maka dasar dalam pendidikan Islam adalah as-Sunnah, as-Sunnah merupakan perkataan, perbuatan apapun pengakuan Rasulullah SAW, yang dimaksud dengan pengakuan itu adalah perbuatan orang lain yang diketahui oleh Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua setelah al-Qur’an, Sunnah juga berisi tentang akidah, syari’ah, dan berisi tentang

(40)

c. Ijtihad

Salah satu sumber hukum Islam yang valid (Muktamad) adalah ijtihad. Ijtihad ini dilakukan untuk menetapkan hukum atau tuntunan suatu perkara yang adakalanya tidak terdapat didalam Al-Qur’an maupun Sunnah. Ijtihad ini dilakukan untuk menjelaskan suatu perkara dan ditetapkan hukumnya bila tidak terdapat keterangan dari Al-Qur’an maupun Sunnah.

Ijtihad adalah pengerahan segala kesanggupan seseorang faqih (pakar fikih Islam) untuk memperoleh pengetahuan tentang hukum melalui dalil syara’ (agama).

Dalam istilah inilah, ijtihad lebih banyak dikenal dan digunakan, bahkan banyak para fuqaha (pakar hukum Islam) yang menegaskan bahwa ijtihad itu bisa dilakukan di bidang fikih (Syafaat, 2008:29).

3. Tujuan

(41)

negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Suparyo, 2005:9) Sedangkan tujuan pendidikan Islam adalah menciptakan pemimpin-pemimpin yang selalu amar ma’ruf nahi munkar (Toha, 1996:102).

Tujuan bisa dilihat dari berbagai segi. Pertama, tertinggi dan terakhir. Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan karena sesuai konsep Illahy, yang mengandung kebenaran mutlak dan universal, tujuan ini pada dasarnya sesuai dengan tujuan hidup manusia dan peranannya sebagai hamba Allah, yaitu: (Achmadi, 2005:95-98)

a. Menjadi hamba Allah yang bertakwa.

b. Mengantarkan subjek didik menjadi khalifatullah fil ard (wakil Tuhan diatas bumi) yang mampu memakmurkannya (membudayakan alam sekitarnya).

c. Memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat.

Ketiga tujuan tertinggi tersebut diatas berdasarkan pengalaman sejarah hidup manusia dan dalam pengalaman aktivitas dari masa ke masa, belum pernah tercapai sepenuhnya baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial. Menurut D. Marimba mengemukakan bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim (Marimba, 1989:46).

(42)

umum lebih bersifat empirik dan realistik (Achmadi, 2005:198). Tujuan umum merupakan tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan umum ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi aspek, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan subjek didik (Daradjat, 1978:30). Sehingga mampu menghadirkan dirinya sebagai sebuah pribadi yang utuh.

Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum ini tidak dapat dicapai kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan pengalaman akan kebenarannya. Tahapan-tahapan dalam mencapai tujuan itu ada pada pendidikan formal (sekolah, madrasah) dirumuskan dalam bentuk tujuan kurikulum yang selanjutnya dikembangkan dalam tujuan instruksional (Uhbiyati, 1997:42).

(43)

tertinggi, terakhir dan umum itu. Pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada:

1) Kultur dan cita-cita suatu bangsa dimana pendidikan itudiselenggarakan.

2) Minat, bakat, dan subjek didik.

3) Tuntunan situasi, kondisi, pada kurun waktu.

Sebagian ulama’ yang merumuskan tujuan pendidikan

Islam yang didasarkan pada asas cita-cita hidup umat Islam secara teoritis dibagi atas dua macam yaitu: Tujuan Keagamaan ( al-ghadud dienya) dan Tujuan Keduniaan (al-Ghudud Dunyawi). 4. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

menurut Hasbi Ash-Shidiqi, ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi :

a. Tarbiyah jismiyyah, yaitu segala rupa pendidikan yang wujudnya menyuburkan dan menyehatkan tubuh serta menegakkannya, supaya dapat merintangi kesukaran yang dihadapi dalam pengalamannya.

b. Tarbiyah aqliyah, yaitu sebagaimana rupa pendidikan dan pelajaran yang hasilnya dapat mencerdaskan akal menajamkan otak semisal ilmu berhitung.

(44)

Islam merupakam salah satu ajaran pokok yang mesti diajarkan agar umatnya memiliki dan melaksanakan akhlak yang mulia sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Dengan melihat arti pendidikan Islam dan ruang lingkupnya diatas, jelaslah bahwa dengan pendidikan Islam kita berusaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian kuat dan baik (akhlakul karimah) berdasarkan pada ajaran agama Islam. Oleh karena itulah, pendidikan Islam sangat penting sebab dengan pendidikan Islam, orang tua atau guru sebisa mungkin mengarahkan anak untuk membentuk kepribadian yang sesuai dengan ajaran islam.

5. Ayat-ayat Tentang Pendidikan a. Q.S Al Mujadillah ayat 11



















































(45)

b. Q.S At Tahrim ayat 6 adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

6.Lembaga Pendidikan Non Formal

(46)

a. Majlis taklim

Majlis taklim merupakan salah satu bentuk pendidikan agama nonformal yang diselenggarakan oleh masyarakat yang tidak terikat waktu, usia dan kurikulum sebagaimana pendidikan yang diselenggarakan pada sekolah formal. Sebagaimana diketahui bahwa masih banyak remaja usia sekolah yang belum menikmati atau mengenyam masa pendidikan formal di sekolah, mungkin ia berhenti ditengah jalan/droup out karena soal biaya atau karena kesempatan tidak ada. Sehubungan hal tersebut maka tokoh masyarakat merasakan akan pendidikan tambahan baik yang bersifat keagamaan maupun sosial. Dan majlis taklim ini merupakan salah satu pendidikan agama yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam upaya untuk memberikan berbagai pengetahuan khususnya pengetahuan agama Islam. Majlis taklim yang baik tidak sekedar membuat para peserta lebih luas pandangan, lebih banyak pengetahuan tentang agamanya dan tidak hanya mengajarkan teori saja tentang agama, tetapi lebih penting adalah dapat memberikan dorongan untuk menggerakkan umat mau beramal dan berbuat yang kreatif untuk kemanfaatan, kemajuan serta kemakmuran bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. b. Pesantren kilat

(47)

pendidikan agama Islam terpadu sebagai berikut: ”Pesantren

kilat/pesantren liburan adalah suatu pendidikan agama luar sekolah

yang diselenggarakan dengan gaya pesantren. Waktu-waktunya

tertentu, misalnya, seminggu/dua minggu. Biasanya diselenggrakan

pada waktu liburan sekolah atau liburan puasa (Sarijo, 1996:26). Dalam menyelenggarakan pesantren kilat ini berbeda-beda, ada yang mengasramakan para santri/siswa dan ada pula yang dipersilahkan pulang ke rumah masing-masing. Selama menjadi santri para siswa tidak hanya di didik dengan ilmu-ilmu agama saja melainkan juga diberi berbagai keterampilan, termasuk didalam hal ini adalah cara hidup bermasyarakat yang baik, mengatur diri dan lainlain. Adapun manfaat yang dapat diambil dalam kegiatan pesantren kilat ini adalah menambah pengetahuan keagamaan kepada siswa, melatih siswa untuk hidup mandiri, mencetak generasi muda yang berakhlakul karimah, karena kegiatan ini anak didik dilatih untuk membiasakan diri untuk hidup secara agama sehingga manjadi unsur yang sangat penting bagi diri anak dan remaja yang ikut di dalamnya menuju ke arah perkembangan pribadinya.

c. Taman pendidikan al-Qur’an (TPQ)

(48)

pengajiannya bisa diselenggarakan menurut dengan kebutuhan, dalam arti apa yang harus dimiliki oleh anak didik pada usia atau sekolah tertentu (Sarijo, 1996:27)

15. Pentingnya Pendidikan Agama Bagi Kehidupan

Agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Demikian pentingnya agama dalam kehidupan manusia, sehingga diakui atau tidak sesungguhnya manusia sangatlah membutuhkan agama dan sangat dibutuhkanya agama oleh manusia. Tidak saja di masa premitif dulu sewaktu ilmu pengetahuan belum berkembang tetapi juga di zaman modern sekarang sewaktu ilmu dan teknologi telah demikian maju.

Berikut ini sebagian dari bukti-bukti mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia.

a. Agama merupakan sumber moral

Manusia sangatlah memerlukan akhlaq atau moral, karena moral sangatlah penting dalam kehidupan. Moral adalah mustika hidup yang membedakan manusia dari hewan. Manusia tanpa moral pada hakekatnya adalah binatang dan manusia yang membinatang ini sangatlah berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang buas sendiri.

(49)

dipedulikan orang. Dan kalau halal haram tidak lagi dihiraukan. Ini namanya sudah maehiavellisme. Machiavellisme adalah doktrin machiavelli “tujuan menghalalkan cara kalau betul ini yang terjadi,

biasa saja kemudian bangsa dan negara hancur binasa.

Ahmad Syauqi, 1868 – 1932 seorang penyair Arab mengatakan “bahwa keberadaan suatu bangsa ditentukan oleh

akhlak, jika akhlak telah lenyap, akan lenyap pulalah bangsa itu”.

Dalam kehidupan seringkali moral melebihi peranan ilmu, sebab ilmu adakalanya merugikan. “kemajuan ilmu dan teknologi mendorong manusia kepada kebiadapan” .

Demikian dikatakan oleh Prof. Dr. Alexis Carrel seorang sarjana Amerika penerima hadiah nobel 1948 “moral dapat digali

dan diperoleh dalam agama, karena agama adalah sumber moral paling teguh. Nabi Muhammad Saw di utus tidak lain juga untuk membawa misi moral, yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

(50)

b. Agama sebagai petunjuk kebenaran

Salah satu hal yang ingin diketahui oleh manusia ialah apa yang bernama kebenaran. Masalah ini masalah besar, dan menjadi tanda tanya besar bagi manusia sejak zaman dahulu kala. Apa kebenaran itu, dan dimana dapat diperoleh manusia dengan akal, dengan ilmu dan dengan filsafatnya ingin mengetahui dan mencapainya dan yang menjadi tujuan ilmu dan filsafat tidak lain juga untuk mencari jawaban atas tanda tanya besar itu, yaitu masalah kebenaran.

Tetapi dapat disayangkan, sebagaimana telah disebutkan dalam uraian terdahulu, sebegitu jauh usaha ilmu dan filsafat untuk mencapai kemampuan ilmu dan filsafat hanyalah sampai kepada kebenaran relatif atau nisbi, padahal kebenaran relatif atau nisbi bukanlah kebenaran yang sesungguhnya. Kebenaran yang sesungguhnya ialah kebenaran mutlak dan universal, yaitu kebenaran yang sungguh-sungguh benar, absolut dan berlaku untuk semua orang.

Tampakya sampai kapanpun masalah kebenaran akan tetap merupakan misteri bagi manusia, kalau saja manusia hanya mengandalkan alat yang bernama akal, atau ilmu atau juga filsafat.

(51)

ke-5 menegaskan pula”. Kebenaran yang sebenar-benarnya tidak

tercapai oleh manusia.

Kemudian Bertrand Rossel seorang Failosuf Inggris termasyur juga berkata “apa yang tidak sanggup dikerjakan oleh

ahli ilmu pengetahuan, ialah menentukan kebajikan (haq dan bathil). Segala sesuatu yang berkenaan dengan nilai-nilai adalah di luar bidang ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang artinya “Sesungguhnya telah kami turunkan al-Kitab

kepadamu dengan membawa kebenaran agar kamu memberi kepastian hukum di antara manusia dengan apa yang telah ditunjukkan oleh Allah kepadamu” (an-Nisa’, 105).

c. Agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika Prof Arnoid Toynbee memperkuat pernyataan yang demikian ini. Menurut ahli sejarah Inggris kenamaan ini tabir rahasia alam semesta juga ingin di singkap oleh manusia. Dalam bukunya “An Historian’s Aproach to religion” dia menulis, “ Tidak ada satu jiwapun akan melalui hidup ini tanpa mendapat tantangan rangsangan untuk memikirkan rahasia alam semesta”.

(52)

lingkungan akal, adalah sebagai mencoba mempergunakan timbangan tukang emas untuk menimbang gunung, ini tidak berarti bahwa timbangannya itu sendiri yang kurang tepat. Soalnya ialah karena akal mempunyai batas-batas yang membatasinya.

Berhubungan dengan itu persoalan yang menyangkut metafisika masih gelap bagi manusia dan belum mendapat penyelesaian semua tanda tanya tentang itu tidak terjawab oleh akal.

d. Agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik dikala suka maupun di kala duka

Hidup manusia di dunia yang pana ini kadang-kadang suka tapi kadang-kadang juga duka. Maklumlah dunia bukanlah surga, tetapi juga bukan neraka. Jika dunia itu surga, tentulah hanya kegembiraan yang ada, dan jika dunia itu neraka tentulah hanya penderitaan yang terjadi. Kenyataan yang menunjukan bahwa kehidupan dunia adalah rangkaian dari suka dan duka yang silih berganti.

Firman Allah Swt yang artinya : “Setiap jiwa pasti akan

merasakan kematian, dan engkau kami coba dengan yang buruk dan dengan yang baik sebagai ujian” (al-Ambiya, 35).

(53)

karunia Tuhan yang ada padanya tidak mengantarkan dia kepada kebaikan tetapi malah membuat manusia jahat. (Shaleh, 2005: 45)

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa sikap yang salah juga sering dilakukan orang sewaktu di rundung duka. Misalnya orang hanyut dalam himpitan kesedihan yang berkepanjangan. Dari sikap yang keliru seperti itu dapat timbul gangguan kejiwaan seperti lesu, murung, malas, kurang gairah hidup, putus asa dan merasa tidak berguna bagi orang lain (http://www.sarjanaku.com/2011/09/pendidikan-agama-islam-pengertian.html?m=1 ,04-03-2016)

B. Remaja

1. Pengertian tentang remaja

Remaja berasal dari kata latin Adolecere (kata bendanya

Adolescentia) yang berarti remaja, yaitu “Tumbuh atau tumbuh dewasa” dan bukan kanak-kanak lagi (Depdiknas, 2001:244).

Tidak mudah menyatukan pendapat orang dari berbagai lingkungan keahlian dan profesi, mengenai pengertian remaja. Namun yang jelas, hampir semua lingkungan bicara tentang remaja. Berikut pengertian remaja menurut beberapa pendapat berikut ini:

a. Remaja dalam pengertian psikologi dan pendidikan

(54)

dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan, kesehatan serta kepribadian remaja.

b. Remaja dalam pengertian masyarakat

Penentuan seseorang telah remaja atau belum. Tergantung kepada penerimaan mayaraat terhdap remaja tersebut. Masyarakat yang paling sederhana yang hidup secara alamiah, bertani, menangkap ikan, berburu dan sebagainya, tida mengenal masa remaja. Tuntutan hidup mereka tidak banyak, dan keperluan untuk mempertahankan hidup juga sederhana, lebih banyak tergantung kepada tenaga dan fisik dan ketrampilan yang tidak sukar memperolehnya. Cukup dengan pembiasaan dan latihan langsung dari orang tuanya atau orang dewasa disekitarnya. Barangkali masa remaja itu tidak ada atau tidak mereka kenal. Sebab anak-anak belajar dan berlatih melakukan pekerjaan yang dilakukan olh orang tuanya atauorang sekampungnya. Tidak ada batas umur yang jelas antara anak dan dewasa.

(55)

(skitar umur 13 tahun atau baligh/puber), sampai pertumuha fisk mencapai kematangan, skitar mur 16-17 tahun.

c. Remaja dalam pandangan hukum dan perundang-undangan Apabila kita ingat pemilihan umum, tampak bahwa seorang baru dianggap sah sebagai calon pemilih bila mereka telah berumur 17 tahun. Untuk memperoleh surat ijin mengemudi seseorang harus berumur paling sedikit 18 tahun. Dan apabila seseorang melakukan tindak pidana melanggar hukum, seperti mencuri, merampok, berbuat zina dan sebagainya, sedang usianya masih di bawah 18 tahun, maka bila dijatuhi hukuman, tidak dikurung atau dipenjara, akan tetapi dititipkan ditempat yang disediakan untuk menampung mereka selama menjalani hukuman, dan mereka tetap diberi kesempatan untuk pergi sekolah. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa umur remaja dalam segi hukum adalah 13-17/18.

d. Remaja Dari Segi Ajaran Islam

Istiah remaja atau kata yang berarti remaja tidak ada dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an ada kata alfityatu yang artinya orang muda. Firman Allah dalam surat Al Kahfi ayat 10:

ًةَمْحَر َكْنُدَل ْنِم اَنِتآ اَنَّبَر اىُلاَقَف ِفْهَكْلا ًَلِإ ُةَيْتِفْلا يَوَأ ْذِإ

اًدَشَر اَنِرْمَأ ْنِم اَنَل ْئِّيَهَو

(56)

Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini)."

Terdapat pula kata baligh yang menunjukkan seseorang tidak kanak-kanak lagi, misalnya dalam surat An Nuur ayat 59 :





















Artinya : dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, Maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Pada ayat tersebut terdapat istilah kata baligh. Kata baligh dalam istilah hukum Islam digunakan untuk penentuan umur awal kewajiban melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Atau dengan kata lain terhadap mereka yang telah baligh dan berakal, berlakulah seluruh ketentuan hukum Islam (Daradjat, 1995:7-11).

2. Ciri-ciri remaja

(57)

sosial, moral dan religius. Tubuh remaja kelihatan lebih dewasa, akan tetapi diperlakukan seperti orang dewasa, ia gagal menunjukkan kedewasaannya. Pengalamannya mengenai alam dewasa masih belum banyak karena semuanya tersebut di atas pemikiran dan sikapnya yang belum matang kemudian dalam mempertanggungjawabkan semua yang dilakukan nampak tidak mau ambil resiko. Untuk itu sering terlihat adanya kegelisahan, pertentangan, keinginan coba-coba, daya khayal dan fantasi serta aktifitas berkelompok.

Masa remaja merupakan masa yang paling sensitif dalam perjalanan hidup manusia. Sebab perubahan yang dialami seseorang pada masa ini hampir menyeluruh, baik jasmani maupun rohani, karena anak mulai memikul tanggung jawab sosial dan berusaha meraih berbagai tujuan hidup sedang mereka masih lemah. Dalam proses perkembangannya, masa remaja adalah masa yang paling banyak mengalami perubahan atau pertumbuhan. Dari segi jasmani, badannya tumbuh dan berkembang secara cepat sehingga menyerupai fisikorang dewasa. Dia mulai menyadari fungsi dan status sosialnya, dimana dia mempunyai hak dan kewajiban serta tanggung jawab. Sementara pikiran dan kesadarannya mulai berkembang, kenyataannya bahwa dirinya belum mempunyai kemampuan untuk berdiri sendiri sebagaimana orang dewasa sering muncul mengganggu.

(58)

bagi orang tuanya dan masyarakat. Hal ini disebabkan masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Masa transisi ini seringkali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi yang membingungkan. Di satu pihak ia masih kanak-kanak, tetapi di lain pihak ia sudah harus bertingkahlaku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik seperti ini, seringkali menyebabkan tingkah laku-tingkah laku yang aneh, canggung dan kalau tidak bisa dikontrol bisa menjadi kenakalan. Dalam usahanya untuk mencari jati dirinya sendiri, seorang remaja sering mambantah orang tuanya karena ia mulai punya pendapat-pendapat sendiri, cita-cita serta nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya (Sarwono, 1976:31).

3. Perkembangan Jiwa Remaja

(59)

Masa remaja adalah suatu stadium dalam siklus perkembangan anak. Rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan masa remaja akhir, masa remaja awal berada dalam usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun, dan masa remaja akhir dalam rentangan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun. Sedangkan periode sebelum masa remaja ini disebut sebagai “ambang pintu masa

remaja” atau sering disebut sebagai “periode pubertas”, pubertas jelas

berbeda dengan masa remaja meskipun bertumpang tindih dengan masa remaja awal.

Namun remaja dikenal sebagai masa pencarian dan penjelajahan identitas diri. Kekaburan identitas diri menyebabkan remaja berada dipersimpangan jalan; tak tahu kemana dan jalan mana yang harus diambil untuk sampai pada jati diri yang sesungguhnya. Itulah sebabnya, anak remaja tidak bisa lagi dimasukkan kedalam golongan anak dan ia tidak dapat pula dimasukkan ke dalam golongan orang dewasa atau golongan tua. Jadi remaja ada di antara anak dan orang dewasa.

(60)

berbagi suka dan duka, dan sebagainya. Meski akhirnya tanpa disadari temannya itu menggiringnya pada perilaku-perilaku tertentu. Kalau perilaku mereka itu positif tidak jadi soal, tetapi perilaku mereka yang negatif seperti menggangu ketenteraman masyarakat, berkelahi, minum-minuman keras, terlibat narkoba, dan sebagainya. Itulah yang sangat tidak disenangi semua pihak, guru, orang tua, dan masyarakat.

Kehidupan modern dengan segala kemajuannya memberikan kemudahan dan peluang kepada siapapun juga untuk berbuat dengan perilaku yang positif dan negatif. Dengan dalih “menyambung

kehidupan” orang yang tidak segan-segan menjerumuskan orang lain

tanpa kasihan. Berapa banyak remaja yang sudah terjerumus dan dijerumuskan ke dalam dunia hitam. Tidak sedikit remaja yang hamil di luar nikah. Remaja yang diinterogasi oleh aparat keamanan akibat terlibat narkoba bukanlah hal yang baru. Banyak berita di berbagai media masa tentang tawuran antar pelajar remaja sebuah tren dari perkembangan masa remaja yang menyedihkan lagi mengecewakan semua pihak.

(61)

Dari segi perkembangan kemampuan pikir remaja terdapat bukti-bukti hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa pola dan cara berpikir remaja cenderung mengikuti pola dan cara berpikir orang dewasa. Ini mengisyaratkan untuk membicarakan suatu masalah pribadi maupun masalah sosial kemasyarakatan. Pendidikan remaja dapat didekati dengan pendekatan rasional. Tidak seperti anak-anak, remaja dapat memecahkan masalah yang kompleks secara rasional (syafaat, 2008: 140-143).

4. Bekal dan Kendali dalam Kehidupan Remaja

Dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja ini, maka pendidikan harus diberikan pada remaja agar dapat menjadi bekal dan kendali dalam kehidupan, yaitu tentang:

a. Masalah Keimanan

Keimanan adalah salah satu masalah pokok dalam penggerak tingkah laku seseorang, tanpa keimanan dalam kehidupan tidak mengenal batas yang tercermin dalam penyimpangan ajaran agama. Oleh karena itu, keimanan yang dimaksud disini sebagaimana sabda Rasulullah Saw. Yang artinya “Iman itu ialah engkau iman percaya dengan yakin

kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada

kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan-Nya,kepada hari akhir (akan

(62)

Allah), taqdir yang baik maupun yang jahat.” (HR Muslim dari Umar).

Bila anak telah memperoleh masalah keimanan dan jika telah tertanam rasa keimanan itu secara mendalam,maka tindakannya selalu terkontrol dan tidak terjerumus kepada perbuatan yang negatif (Syafaat , 2008:96-97).

b. Masalah Ibadah

Ibadah merupakan manifestasi iman. Kedua hal ini merupakan faktor penting dan tidak dapat dipisahkan. Tentunya bila seseorang hanya melakukan salah satunmya, berarti hidupnya tidak sempurna.Ibadah dimaksudkan disini adalah sebagaimana dalam rukun islam yaitu:

1) Mengucapkan dua kalimah syahadat; 2) Shalat;

3) Puasa dalam bulan Ramadhan; 4) Membayar zakat;

5) Mengerjakan haji bagi yang mampu (Syafaat, 2008:98-99). Sehubungan dengan itu,ibadah merupakan tujuan hidup manusia sebagaimana firman Allah dalam surat AL-Dzariyat ayat 56 yang artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi

(63)

Dengan berlandaskan pada ayat tersebut, jelas bahwa manusia diciptakan Allah untuk menyembah dengan sepenuh hati. Pengabdian dapat dilakukan dalam segala aspek kehidupan, baik yang berupa ketentuan pokok dan berupa ketentuan anjuran. Ibadah yang paling pokok adalah shalat (Syafaat, 2008:99).

c. Masalah tingkah laku

Tingkah laku atau akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, tentang perkataan manusia lahir dan batin (Syaafaat, 2008:100).

Ciri khas para remaja selalu mengidolakan tokoh idamannya. Umtuk itu peran orang tua, guru, masyarakat harus bisa membumikan tentang sosok Nabi Muhammad Saw. Sebagai tokoh idola bagi kaum remaja, baik dari segi akhlak, kecerdasan, penyampaian dakwahnya, kerja samanya, dan lain sebagainya (Syafaat, 2008:100-101).

C. putus sekolah

(64)

yang tidak dapat menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya selesai atau murid yang tidak tamat menyelesaikan program belajarnya dikarenakan ada faktor tertentu, Jadi remaja putus sekolah itu adalah remaja yang tidak dapat melanjutkan atau berhenti sekolah sebelum tamat pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

D. Remaja putus sekolah

1. Pengertian Remaja Putus Sekolah

Remaja putus sekolah dapat diartikan tahap umur atau usia yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir yang ditandai pertumbuhan fisik secara cepat dan meninggalkan sekolahnya sebelum tamat atau tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Dalam penelitian ini yang penulis maksud dengan remaja putus sekolah adalah mereka yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan belum menikah. Sample yang penulis ambil adalah remaja yang hanya bersekolah sampai ke tingkat dasar yaitu hanya sampai tingkat SLTP saja.

(65)

memang jawaban yang paling mudah yang bisa diberikan kepada seorang asing yang mencari penjelasan. Sebab umum kedua terjadinya putus sekolah adalah terbatasnya kesadaran orang tua terhadap pendidikan. Perbandingan status sosial ekonomi para lulusan dan yang putus sekolah memperkuat hasil-hasil wawancara dan questionnaire. Makin rendah tingkat pendidikan dan jabatan si ayah makin kecil kesempatan seorang murid menyelesaikan pendidikannya. Alasan lain adalah faktor kebosanan. Rata-rata sekolah di Indonesia tidak di tata untukmemberikan perhatian secara individual terhadap murid, sehingga setelah sekali dua menghadapi pengalaman yang tidak menggairahkan yang mungkin karena tidak punya selera lagi untuk belajar, anak lalu meninggalkan sekolah untuk selama-lamanya. Faktor kebosanan, tidak ada kemajuan dan jeleknya cara mengajar merupakan penyebab utama putus sekolah, hanya sebagian kecil orang tua murid yang menjadikan hal tersebut sebagai alasan, tapi “tidak ada biaya” merupakan jawaban yang lebih netral bagi orang tua dari

pada “tidak ada kemajuan” (beeby, 1987:176).

2. Program-program Remaja putus sekolah

(66)

a. Memberikan program untuk memajukan kehidupan para remaja putus sekolah dengan :

1) Kecakapan hidup bagi remaja dengan melibatkan remaja dalam proses disain maupun pengembangan program (seperti mengadakan pelatihan budidaya ikan lele, perkebunan dan sebagainya).

2) Menggali ide-ide memfasilitasi sumber daya sehingga dapat mengimplementasi kegiatan-kegiatan yang mengembangkan kecakapan hidup remaja usia 12- 18 dengan program pelayanan bimbingan (seperti ikut pendidikan non formal kursus menjahit, komputer, perbengkelan dan sebagainya).

b. Meningkatkan program Kesetaraan

Cara meningkatkan program kesetaraan yaitu dengan Melatih dan mendukung pengelola lembaga pendidikan non formal sehingga pelajar-pelajar remaja di lembaga tersebut mengembangkan kecakapan hidup inti (personal, sosial, akademik, dan vokasional) melalui program kecakapan hidup remaja terpadu

(67)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Dusun Ampelgading 1. Letak Geografis

Dusun Ampelgading merupakan dusun yang terletak di Desa Kenteng Kecamatan Bandungan. Dusun Ampelgading terdiri dari 5 RT, 1 RW, dan 10 dasa wisma. Secara geografis, Dusun Ampelgading terletak di kaki gunung ungaran. Dusun ini berbatasan dengan beberapa dusun.

Batas wilayah dengan dusun Ampelgading

- Sebelah barat berbatasan dengan dusun Talun dan Tarukan, - Sebelah timur berbatasan dengan dusun Golak,

- Sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan dusun Celowok.

2. Data Kependudukan

(68)

3. Data Remaja Dusun Ampelgading

Berikut data-data remaja di Dusun Ampelgading: TABEL I

(69)
(70)
(71)

4. Data Remaja Putus Sekolah Dusun Ampelgading

Data Remaja Putus Sekolah Dusun Ampelgading yaitu sebagai berikut : TABEL II

DATA REMAJA PUTUS SEKOLAH DI DUSUN AMPELGADING

(72)

TABEL III

KONDISI KEAGAMAAN DUSUN AMPELGADING

NO AGAMA JUMLAH

1 Islam 766 orang

2 Kristen 92 orang

3 Katholik 7 orang

4 Hindu -

5 Budha -

Jumlah 865 orang

6. Sosial Budaya

Secarageografis, Dusun Ampelgading sangat menguntungkan bila

dilihat dari sudut sosial budaya. Bangunan tempat tinggal hampir

seluruhnya sudah permanen.

Hal yang menjadi ukuran tingkat kebudayaan masyarakat Dusun

Ampelgading adalah cukupnya sarana sosial budaya, sarana

ibadahseperti: masjid, mushalla, madrasah, sekolah maupun sarana

lainnya yang mencerminkan tingkat pendidikan dan sumber daya manusia

(73)

TABEL IV

SARANA PERIBADATAN DUSUN AMPELGADING

NO SARANA

IBADAH

JUMLAH

1 Masjid 1 buah

2 Mushola 2 buah

3 Gereja 1 buah

JUMLAH 4 buah

TABELV

SARANA PENDIDIKAN DUSUN AMPELGADING

NO JENIS JUMLAH

1 Roudhotul Atfal 1 buah 2 Madrasah Ibtidaiyah 1 buah

3 SD -

4 SLTP -

5 MTs -

6 SMK -

7 MA -

8 Kursus Pelatihan -

9 Pondok Pesantren -

10 Madrasah Diniyah 1 Buah

7. Struktur Organisasi Dusun Ampelgading Desa Kenteng Kecamatan Bandungan

(74)

TABEL VI

Struktur Organisasi Dusun Ampelgading Desa Kenteng Kecamatan Bandungan

A. B.

C. D.

KEPALA DUSUN SUKERI

KETUA RW RUSMANTO

MODIN ISTIYONO

RT 05

ANDI K

RT 04 JUPRIYANTO

RT 01 HERU SUSILO

RT 02 EGOH BUDIONO

RT 03 ERI SETIONO

(75)

B. Temuan Penelitian 1. Profil informan

a. NR merupakan warga asli Ampelgading, NR mempunyai 4 anak, anak pertama laki-laki , dan 3 anak perempuan. NR merupakan salah satu pemuka agama memiliki peran dalam kegiatan-kegiatan agama di Dusun Ampelgading, beliau adalah seorang ustad, guru ngaji, guru TPA di Dusun Ampelgading. Beliau sering mengisi pengajian-pengajian di Dusun Ampelgading.

b. SR adalah warga asli Dusun Ampelgading. seorang ustadzah, guru ngaji, dan memiliki peran dalam kegiatan-kegiatan agama di Dusun Ampelgading sekaligus sebagai orang tua dari 4 bersaudara, 2 diantaranya masih dalam usia remaja.

c. SN adalah salah satu orang tua yang memiliki peran dalam kegiatan agama, sekaligus sebagai orang tua dari 3 bersaudara. Kesehariannya yaitu tani. Disisi lain ia juga mengajar TPA dan mengikuti jamaah al barjanji di Dusun Ampelgading.

Gambar

TABEL I
TABEL II DATA  REMAJA  PUTUS SEKOLAH
TABEL III
TABEL IV
+2

Referensi

Dokumen terkait