• Tidak ada hasil yang ditemukan

OVERRULED. Serial The Legal Briefs

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OVERRULED. Serial The Legal Briefs"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

OVERRULED

Serial The Legal Briefs

(3)

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(4)

OVERRULED

EMMA CHASE

Penerbit PT Elex Media Komputindo

(5)

Overruled by Emma Chase

Published in 2015 by Gallery Books

All rights reserved including the right of reproduction in whole or in part in any form.

This edition is made possible under a licence arrangement originating with Amazon Publishing

Copyright © 2015 by Emma Chase All rights reserved

Overruled

Alih bahasa: Airien Kusumawardani Hak Cipta Terjemahan Indonesia Penerbit PT Elex Media Komputindo Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Diterbitkan pertama kali pada 2017 oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta

717030870

ISBN: 978-602-04-2146-9

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan

(6)

OVERRULED

(7)

Untuk Ibu dan Ayahku, karena telah memperlihatkan padaku

(8)

1

Tahun senior SMA, Oktober Sunshine, Mississippi

Sebagian besar cerita dimulai dari awal. Tapi tidak dengan cerita ini. Cerita yang ini dimulai dari akhir. Atau, se­ tidaknya, apa yang kukira adalah akhir—dari hidup ku, mimpiku, masa depanku. Kukira semua sudah ber akhir karena dua kata.

“Hasilnya positif.”

Dua kata. Dua garis biru kecil.

Perutku serasa terjun bebas dan lututku kehilangan kekuatannya. Seragam football Sunshine High School yang kupakai melekat di tubuhku, dihiasi noda­noda ke ringat berwarna gelap di bawah ketiak—dan itu tidak ada hubungannya dengan matahari Mississippi. Ku ambil batang itu dari tangan Jenny dan kuguncang­guncang­ kan, berharap satu garis birunya akan menghilang.

Ternyata tidak. “Keparat.”

Tapi, bahkan di usia tujuh belas tahun, kemampuan berdebatku sudah tajam. Aku menawarkan argumen ba­ las an sebuah penjelasan. Keraguan yang beralasan.

(9)

“Mungkin kau salah melakukannya? Atau benda ini tidak berfungsi? Kita harus ambil satu lagi.”

Jenny mendengus ketika tangis menggenang di mata biru terangnya. “Stanton, aku sudah mual­mual se tiap pagi selama seminggu ini. Sudah dua bulan aku tidak datang bulan. Hasilnya positif.” Jenny mengusap pipi­ nya lalu mendongakkan dagunya. “Aku tidak mau men­ curi satu lagi alat tes dari toko Mr. Hawkin hanya untuk memberi tahu kita apa yang sudah kita ketahui.”

Jika kau tinggal di sebuah kota kecil—terutama se­ buah kota kecil di wilayah selatan—semua orang saling mengenal. Mereka mengenal kakekmu, ibumu, kakak laki­lakimu yang liar, dan adik perempuanmu yang manis; mereka mengetahui segala hal tentang pamanmu yang dikurung di penjara federal dan sepupumu yang tidak pernah benar­benar waras sejak kecelakaan traktor yang malang. Kota kecil membuatmu merasa terlalu cang gung untuk membeli kondom, terlalu sulit untuk me minum pil kontrasepsi, dan mustahil untuk membeli alat tes kehamilan.

Kecuali kau ingin orangtuamu mendengar semua tentang perbuatanmu bahkan sebelum pacarmu sempat mengencingi batang itu.

Jenny bersedekap dengan tangan gemetar. Meski aku sangat ketakutan, aku tahu perasaanku tidak ada apa­apa­ nya dibandingkan dengan apa yang Jenny rasakan. Dan itu semua salahku. Aku yang melakukan ini—ke inginan dan hasratku yang kuat. Dasar kebodohan keparat.

Orang­orang boleh mengatakan apa yang mereka inginkan tentang feminisme dan kesetaraan, dan itu semua bagus dan baik. Tapi aku dibesarkan dengan

(10)

3

pe mikiran bahwa pria adalah pelindung. Pihak yang meng ambil keputusan. Pihak yang memegang tanggung jawab. Jadi kenyataan bahwa pacarku sedang “dalam masalah” adalah sepenuhnya kesalahanku, bukan salah orang lain.

“Hei, kemarilah.” Kudekap tubuh mungil Jenny di dadaku, kupeluk erat. “Tidak apa­apa. Semua akan baik­ baik saja.”

Bahu Jenny bergetar selagi dia menangis. “Aku benar­ benar minta maaf, Stanton.”

Aku bertemu Jenny Monroe di kelas satu. Aku me­ letakkan seekor katak di ransel Jenny karena kakakku menantangku untuk melakukannya. Selama dua bulan Jenny melemparkan gumpalan kertas basah ke belakang kepalaku untuk membalasnya. Saat kelas tiga kupikir aku jatuh cinta padanya—dan ketika kami kelas enam aku yakin akan perasaanku. Jenny cantik, lucu, dan dia bisa melempar bola football lebih baik dari anak pe rem­ puan mana pun—dan dari separuh anak laki­laki—yang aku tahu. Kami putus di kelas delapan, ketika Tara­Mae Forrester menawarkan untuk mengizinkanku me nyen­ tuh payudaranya.

Dan aku melakukannya.

Kami bersama lagi musim panas berikutnya, ketika aku memenangkan sebuah boneka beruang untuk Jenny di pekan raya.

Jenny lebih dari sekadar ciuman pertamaku—dia adalah semua yang pertama bagiku. Jenny adalah sa ha­ bat ku. Dan aku adalah sahabatnya.

Aku mundur sedikit agar bisa menatap mata Jenny. Kusentuh wajahnya dan kubelai rambut pirangnya yang

(11)

halus. “Kau tidak perlu minta maaf. Kau tidak melaku­ kan ini sendirian.” Kugoyang­goyangkan alisku lalu ter­ senyum lebar. “Aku juga berada di sana, ingat?”

Tingkahku membuat Jenny tertawa. Dia mengusap­ kan satu jari di bawah kedua matanya. “Ya, itu malam yang menyenangkan.”

Kutangkup pipinya. “Tentu saja.”

Saat itu bukan kali pertama—atau kali kesepuluh— tapi itu adalah salah satu yang terbaik. Malam yang tidak pernah bisa kulupakan—bulan purnama dan selimut flanel. Hanya beberapa meter dari tempat kami saat ini— di samping sungai dengan enam kaleng bir ditendang dan musik mengalun dari jendela terbuka mobil pikap milik ku. Malam itu penuh dengan ciuman­ciuman lembut, bisikan­bisikan nakal, tubuh berkeringat, dan tangan saling berpegangan. Kami menyatu begitu dalam sampai­sampai aku tidak tahu di mana ujungku dan di mana awal Jenny. Kepuasannya begitu kuat sehingga aku ingin kepuasan itu bertahan selamanya—dan berharap keras­keras bahwa itu akan terwujud.

Bertahun­tahun dari sekarang kami pasti akan me­ mikir kannya—berusaha mengingatnya kembali—kalaupun kami tidak memiliki seorang anak untuk me nge nangnya.

Seorang anak.

Astaga. Ketika kenyataan benar­benar mulai kucerna,

perutku serasa melesat hingga ke Tiongkok.

Bak seorang pembaca pikiran, Jenny bertanya, “Apa yang akan kita lakukan?”

Ayahku selalu memberitahuku bahwa merasa takut bukanlah sesuatu yang memalukan. Yang terpenting ada lah bagaimana kau bereaksi terhadap ketakutan itu.

(12)

5

Para pengecut akan lari. Pria sejati akan bertanggung jawab.

Dan aku bukan seorang pengecut.

Aku menelan dengan susah payah, dan seluruh aspi­ rasi ku, harapanku, dan rencanaku untuk meninggal­ kan kota ini juga ikut tertelan. Aku memandang ke arah sungai, mengamati sinar matahari berkilauan di per muka­ an air, dan mengambil satu­satunya keputusan yang bisa kuambil.

“Kita akan menikah. Awalnya kita akan tinggal di rumah orangtuaku. Aku akan bekerja di peternakan, pergi sekolah malam—kita akan menabung. Kau akan me nunda sekolah perawat untuk sementara waktu. Pada akhirnya kita akan memiliki rumah sendiri. Aku akan menjagamu.” Kuletakkan tanganku di perut Jenny yang masih rata. “Aku akan menjaga kalian berdua.”

Reaksi Jenny tidak seperti yang kubayangkan. Jenny mundur dari pelukanku, matanya membelalak dan kepalanya menggeleng. “Apa? Tidak! Tidak, kau seharusnya pergi ke New York tepat setelah kelulusan.”

“Aku tahu.”

“Kau merelakan beasiswa football Ole Miss untuk kuliah di Columbia. Itu universitas Ivy League1.”

Aku menggeleng. Lalu berbohong. “Jenn, sekarang semua itu tidak penting.”

Tidak ada satu pun pemuda di kota ini yang tidak ber­ sedia merelakan sesuatu yang sangat berharga bagi mereka demi bisa bermain di Ole Miss ... tapi aku berbeda. Aku

1 Ivy League: sebutan untuk kelompok delapan universitas elite di

wilayah timur Laut Amerika.

Referensi

Dokumen terkait

Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan

Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan

Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan

1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan

Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan

Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana

Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan

Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan