• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 PERMASALAHAN, HIPOTESIS, DAN VARIABEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 PERMASALAHAN, HIPOTESIS, DAN VARIABEL"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

PERMASALAHAN, HIPOTESIS, DAN VARIABEL

Sebuah penelitian memerlukan permasalahan yang hendak dijawab untuk mengarahkan penelitian. Selain itu, variabel-variabel dan hipotesis juga diperlukan dalam penelitian untuk menjadi acuan. Dengan adanya ketiga hal tersebut, sebuah penelitian akan menjadi sistematis dan memiliki tujuan yang jelas. Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai permasalahan, variabel-variabel, dan hipotesis dalam penelitian ini.

3.1 Permasalahan Penelitian

Masalah penelitian merupakan kalimat pertanyaan yang menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel (Seniati, Yulianto & Setiadi, 2005). Inti dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Adversity Quotientdengan intensi berwirausaha pada karyawan. Tiga permasalahan utama yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat hubungan antara Adversity Quotient dengan intensi berwirausaha pada karyawan?

2. Bagaimanakah gambaranAdversity Quotientpada karyawan? 3. Bagaimanakah gambaran intensi berwirausaha pada karyawan?

3.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan mengenai dugaan hubungan antara dua atau lebih variabel (Kerlinger & Lee, dalam Seniati, Yulianto & Setiadi, 2005). Secara umum ada dua hipotesis dalam penelitian, yaitu hipotesis ilmiah dan hipotesis statistik. Pada penelitian ini, peneliti mengajukan hipotesis atas permasalahan yang dimiliki diantaranya yaitu :

3.2.1. Hipotesis Ilmiah

Hipotesis ilmiah memiliki dua bentuk, yaitu : a. Hipotesis Umum

Terdapat hubungan antara adversity quotient dengan intensi berwirausaha pada karyawan.

(2)

b. Hipotesis Eksplisit

Terdapat nilai korelasi antara adversity quotient dengan intensi berwirausaha pada karyawan.

3.2.2. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik merupakan pernyataan yang dapat diuji secara statistik mengenai hubungan antara dua atau lebih variabel penelitian (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2005). Hipotesis statistik memiliki dua bentuk, yaitu hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho).

a. Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat nilai koefisien korelasi yang signifikan antaraadversity quotient dengan intensi berwirausaha pada karyawan.

b. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak terdapat nilai koefisien korelasi yang signifikan antara adversity quotientdengan intensi berwirausaha pada karyawan.

3.3 Variabel 3.3.1 Variabel 1

Variabel pertama dari penelitian ini adalah intensi berwirausaha. Intensi berwirausaha didefinisikan sebagai posisi seseorang pada sebuah dimensi kemungkinan subjektif untuk berwirausaha (Linan & Chen, 2006). Nilai intensi berwirausaha diukur dengan menggunakanEntrepreneurial Intention Questionnaire (EIQ) dari Linan & Chen (2006), berdasarkan teori planned behavior dari Ajzen terhadap kewirausahaan, yang diadaptasi oleh peneliti berdasarkan definisi konstruk (Linan & Chen, 2006).

Dengan menggunakan skala multi-item, EIQ berusaha mengukur variabel-variabel utama dari intensi berwirausaha, yaitu daya tarik pribadi, norma-norma sosial, dan kontrol tingkah laku yang dipersepsikan. Selain itu, EIQ juga mengikutsertakan variabel penilaian lingkungan dari intensi berwirausaha, yang mencakup penilaian lingkungan secara umum (social valuation) serta penilaian lingkungan terdekat responden (closer valuation). Intensi berwirausaha dioperasionalisasikan dengan skor total yang didapat dari skala nilai EIQ. Skor total

(3)

tersebut didapat berdasarkan skor total dimensi-dimensi dari intensi berwirausaha. Semakin tinggi skor EIQ, maka semakin tinggi intensi berwirausaha subjek, dan sebaliknya bila semakin rendah skor EIQ, maka semakin rendah intensi berwirausaha subjek.

3.3.2 Variabel 2

Variabel kedua dari penelitian ini adalahAdversity Quotient(AQ).Adversity Quotient didefinisikan oleh Stoltz (1997) sebagai satu konsep tentang kapasitas manusia dalam bentuk pola-pola respon mereka ketika menghadapi kesulitan di berbagai aspek dalam hidupnya. Stoltz (1997) juga menyatakan bahwa pengertian AQ juga sebagai satu ukuran untuk mengetahui respon seseorang dalam menghadapi kesulitan. Bentuk pola-pola respon yang dimiliki seseorang dalam menghadapi kesulitan tercermin dalam mengendalikan dan mengarahkan situasi yang sulit, mengakui dan memperbaiki situasi yang sulit, mempersepsikan jangkauan situasi yang sulit, dan mempersepsikan jangka waktu terjadinya kesulitan di berbagai aspek hidupnya. Untuk mengukur pola-pola respon ini, Stoltz (1997) membuatAdversity Response Profile(ARP).

Di dalam ARP (Adversity Response Profile), AQ dioperasionalisasikan dalam bentuk skor total subjek yang merupakan hasil dari penjumlahan skor dimensi-dimensi yang menyusun konstruk AQ yaitu Control, Ownership, Reach dan Endurance. Alat ini (ARP) berbentuk kuesioner yang berisi 7 pernyataan yang masing-masing pernyataan menggambarkan situasi sulit yang berbeda. Pada setiap pertanyaan yang menggambarkan situasi sulit tertentu akan diikuti oleh empat pertanyaan yang mengukur dimensi-dimensiAdversity Quotient(AQ) yaituControl (C), diwakili oleh pertanyaan pertama, Ownership (O) diwakili oleh pertanyaan kedua, Reach(R) diwakili oleh pertanyaan ketiga danEndurance (E) diwakili oleh pertanyaan keempat.

(4)

BAB 4

METODE PENELITIAN

Pada bab metode penelitian ini, akan dibahas mengenai responden penelitian dan instrumen penelitian, tipe dan desain penelitian, alat ukur penelitian, cara pengolahan data, metode pengumpulan data, dan prosedur penelitian yang dimulai dari persiapan alat ukur hingga pelaksanaan penelitian.

4.1. Responden Penelitian 4.1.1. Karakteristik Responden

Berkaitan dengan karakteristik penelitian yang dilakukan secara sistematis dan terkontrol, peneliti menetapkan sejumlah ketentuan yang membatasi keragaman karakteristik partisipan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Memiliki masa kerja minimal dua tahun. Robbins & Judge (2003) menyatakan bahwa dalam dua tahun pertama bekerja, karyawan masih menyesuaikan diri dengan perusahaan. Sehingga dengan jangka waktu bekerja minimal dua tahun, peneliti berasumsi bahwa partisipan telah beradaptasi dengan lingkungan kerja.

2. Berusia 25 – 55 tahun. Pada rentang usia ini seorang individu telah masuk ke dalam tahap usia perkembangan karir menurut Hall (dalam Papalia, Olds & Feldman 2007) dan sedang berada dalam masa aktif bekerja (belum pensiun). Tahap perkembangan karir ini terdiri dari 5 tahap. Tahap pertama mencakup usia ≤ 25 tahun atau disebut sebagai tahap eksplorasi; tahap kedua, usia 26-35 tahun merupakan tahap pemantapan (establishment); tahap ketiga, usia 36-50 tahun merupakan tahap pertengahan karier ( mid-career); keempat, usia 51-60 tahun merupakan tahap akhir ataulate career; tahap terakhir mencakup usia 60-70 tahun yang merupakan tahap penurunan (decline).

3. Pendidikan minimal SMA. Partisipan memiliki pendidikan minimal SMA agar dapat memahami setiap pernyataan yang terdapat pada kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini.

(5)

4. Berada dalam tingkat jabatan yang sama dalam PT. X, yaitu berada dalam posisi staf. Peneliti memilih level jabatan atau posisi staf karena jenjang jabatan ini merupakan jumlah populasi terbesar dalam PT. X dan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan potensi AQ dan kemampuan berwirausaha. Sehingga penelitian ini dapat berguna bagi perusahaan untuk mengadakan pelatihan AQ karyawan dalam rangka peningkatan kinerja. Selain itu, dengan diketahuinya potensi-potensi jiwa wirausaha yang ada pada karyawan, perusahaan dapat menciptakan karyawan yang menerapkan jiwa entrepreneur di dalam bekerja. Hal ini dikenal dengan istilah “intrapreneur”, yaitu pegawai yang bermental entrepreneur. Tidak hanya itu, perusahaan juga dapat menerapkan retirement planning atau perencanaan masa pensiun bagi karyawannya, misalnya dengan mengadakan pelatihan kegiatan wirausaha bagi karyawan-karyawan yang akan memasuki masa pensiun.

4.1.2. Jumlah Sampel Penelitian

Berkaitan dengan jumlah sampel, Kumar (1999) menyatakan bahwa semakin besar sampel yang digunakan maka akan semakin akurat perkiraan terhadap rataan populasi yang sebenarnya. Dalam hal ini, penggunaan sampel yang besar dalam penelitian kuantitatif dianggap akan menghasilkan perhitungan statistik yang lebih akurat daripada sampel dalam jumlah kecil (Kumar, 1999). Sejalan dengan hal tersebut, Kerlinger & Lee (2000) menyarankan sebanyak 30 sampel sebagai jumlah minimal sampel dalam penelitian kuantitatif. Selain itu, Shiraev & Levy (2004) merekomendasikan jumlah 50 orang sebagai jumlah dan keterwakilan dari sampel yang digunakan. Maka berdasarkan hal tersebut peneliti memutuskan bahwa sampel yang diambil pada penelitian ini minimal 50 orang.

4.1.3. Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah non-probability sampling dimana tidak semua individu dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian (Kumar, 1999). Responden dipilih melalui teknik accidental sampling, yaitu dengan memberikan kuesioner

(6)

kepada responden yang dapat diakses peneliti berdasarkan kriteria yang telah peneliti tetapkan (Kumar, 1999). Teknik ini juga mempertimbangkan ketersediaan (availability) dan kesediaan (willingness) individu untuk berpartisipasi dalam penelitian (Shaughnessy & Zechmeister, 2000). Accidental sampling dilakukan dengan cara memberikan alat ukur berbentuk kuesioner kepada karyawan yang bekerja pada perusahaan X.

4.2. Tipe dan Desain Penelitian

Penelitian ini berusaha untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, yaitu Adversity Quotient dengan intensi berwirausaha dan perbedaan korelasional dari dua hubungan variabel tersebut. Mengacu pada desain penelitian dari Kumar (1999), penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif yang bersifat non-eksperimental. Keuntungan dari desain ini adalah mampu mengatasi keterbatasan fisik, serta lebih ekonomis dalam hal materi dan waktu. Sedangkan kelemahannya terletak pada rendahnya kontrol terhadap variabel-variabel lain yang mungkin mempengaruhi penelitian (Kerlinger & Lee, 2000). Bila mengacu pada tujuan dilakukannya penelitian, maka penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yaitu penelitian yang menekankan pada pembuktian hubungan antara dua aspek atau lebih dari suatu fenomena (Kumar, 1999).

Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui hubungan antara Adversity Quotient (variabel satu) dengan intensi berwirausaha (variabel dua). Respon/jawaban yang diberikan dari item-item kuesioner dapat mengindikasikan hubungan antara keduanya. Berdasarkan data yang didapat tersebut, kemudian dilakukan analisis statistik.

4.3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berbentuk kuesioner. Peneliti menggunakan dua kuesioner yang dapat menjawab permasalahan penelitian yang peneliti ajukan. Kedua kuesioner tersebut adalah kuesioner Adversity Quotientdan intensi berwirausaha. Pemilihan kuesioner dalam penelitian ini karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain rendahnya biaya yang digunakan, kemudahan dalam tenaga dan waktu, serta menyediakan anonimitas dari responden penelitian

(7)

(Kumar, 1999). Selain memiliki keuntungan, penggunaan kuesioner juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain aplikasi terbatas pada populasi yang dapat membaca dan menulis, rendahnya tingkat pengembalian, ketidakmungkinan untuk mengklarifikasi isu atau jawaban (Kerlinger & Lee, 2000).

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner intensi berwirausaha yang diadaptasi dari Entrepreneurial Intention Questionnaire (EIQ) dari Linan & Chen (2006), serta kuesioner Adversity Quotient yang diadaptasi dari Adversity Response Profile (ARP) dari Stoltz (2000). Kedua kuesioner tersebut diadaptasi sesuai dengan kondisi di Indonesia. Skala yang digunakan dalam kuesioner tersebut adalah summated rating scale, atau biasa dikenal dengan skala Likert. Skala Likert merupakan satu set item mengenai sikap, di mana partisipan berespon dengan derajat intensitas persetujuan atau ketidaksetujuan pada setiap item (Kerlinger & Lee, 2000).

4.3.1. Alat Ukur Intensi Berwirausaha

Alat ukur intensi berwirausaha dalam penelitian ini adalah alat ukur yang diadaptasi dariEntrepreneurial Intention Questionnaire(EIQ) yang diciptakan oleh Linan & Chen (2006). Linan & Chen (2006) menciptakan alat ukur intensi berwirausaha berdasarkan teori planned behavior dari Ajzen (1991). Alat ukur ini telah diujikan kepada 533 orang yang berasal dari dua negara, yaitu Spanyol dan Taiwan. Dengan menggunakan skala multi-item, EIQ berusaha mengukur variabel-variabel utama dari intensi berwirausaha, yaitu daya tarik pribadi (personal attraction), norma subjektif (subjective norms), kontrol tingkah laku yang dipersepsikan (perceived behavior control), Closer Valuation, Social Valuation dan Entrepreneurial skills.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan adaptasi alat ukur tersebut dengan menterjemahkan alat ukur ke dalam bahasa Indonesia, serta menyesuaikan item dengan sampel yang ingin diujikan serta mengujicobakan kembali kepada 12 orang responden. 12 orang tersebut terdiri dari 6 orang yang mewakili sampel subjek yang memiliki intensi berwirausaha rendah dan 6 orang yang mewakili sampel subjek yang memiliki intensi berwirausaha tinggi. Kriteria intensi berwirausaha tinggi dan rendah pada 25 orang subjek didapat dengan penilaian 360 derajat oleh subjek itu

(8)

sendiri, dan orang-orang terdekat subjek. Gable (1986) menyatakan bahwa permasalahan yang sebenarnya bukan terletak pada jumlah subjek, tetapi kepada variasi dan representatif dari pola respon. Dengan demikian, walaupun hanya menguji coba pada 12 orang, namun peneliti yakin bahwa subjek bersifat variatif dan representatif terhadap pola respon yang hendak diteliti.

Jenis pengukuran respon pada alat ukur intensi berwirausaha ini adalah dengan menggunakan skala. Jenis skala yang digunakan adalah skala Likert. Dengan menggunakan Skala Likert, setiap pernyataan dalam alat ukur ini direspon dengan mengekspresikan derajat persetujuan dan ketidaksetejuan, dan biasanya dalam bentuk ”tidak setuju” sampai dengan ”setuju”. Skala Likert yang digunakan pada alat ukur intensi berwirausaha ini bertingkat dari 1 sampai dengan 6. Pada beberapa item, pernyataan berbentuk negasi, yang kemudian diberi penilaian secara terbalik. Item-item ini disebut sebagai unfavorable item. Selanjutnya, skor total didapat dengan menjumlahkan skor pada setiap item.

Untuk melakukan uji validitas, peneliti melakukan uji validitas isi (Anastasi & Urbina, 2007), yaitu dengan cara expert judgment. Expert judgment dilakukan oleh kedua dosen pembimbing skripsi peneliti. Selain itu, peneliti juga melakukan uji validitas kriteria. Uji validitas kriteria dilakukan untuk membuktikan bahwa ada hubungan skor tes dengan kriteria performa subjek (Crocker & Algina, 1986). Uji validitas kriteria dilakukan dengan mengkorelasikan skor total tes dengan kriteria, yaitu kriteria intensi berwirausaha tinggi dan rendah. Hasil uji validitas alat ukur intensi berwirausaha adalah sebesar 0.762. Peneliti mempertahankan item-item dengan nilai validitas di atas 0.3. Hal ini cukup dikatakan valid sesuai dengan definisi dari Kaplan & Sacuzzo (1997) yang menyatakan mengenai batas validitas adalah sebesar 0.3.

Sementara itu, untuk menguji reliabilitas alat ukur intensi berwirausaha, peneliti menggunakan teknik statistik Alpha Cronbach Coefficient dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 13.0. Hasil uji coba alat ukur intensi berwirausaha menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0.891 pada 26 item. Hasil uji reliabilitas tersebut adalah setelah peneliti mengeliminasi sejumlah item, yaitu 10 item, yang menghasilkan nilai negatif atau lebih rendah dari 0,3. Koefisien ini diperoleh dengan menggunakan uji reliabilitas dengan menggunakan

(9)

perhitungan statistik Alpha Cronbach Coefficient, menggunakan program SPSS for Windows ver. 13.0. Berikut ini adalah contoh setiap item dari masing-masing dimensi intensi berwirausaha:

Tabel 4.1. Contoh item kuesioner Intensi Berwirausaha

Dimensi Pernyataan

Daya tarik pribadi (Personal Attraction)

Saya menyempatkan waktu untuk mencari penghasilan tambahan di luar kantor Norma Subjektif

(Subjective Norms)

Saya yakin teman-teman saya mau bergabung jika saya membuka usaha baru

Kontrol tingkah laku yang dipersepsikan (Perceived Behavioral

Control)

Saya tahu hal-hal yang dapat memberikan penghasilan tambahan pada waktu senggang

Intensi Berwirausaha (Entrepreneurial Intention)

Jika saya memiliki kesempatan dan sumber daya, dengan senang hati saya akan memulai sebuah usaha Penilaian Orang Terdekat

(Closer Valuation)

Keluarga saya lebih menghargai kegiatan kewirausahaan dibandingkan dengan kegiatan lain Penilaian Sosial

(Social Valuation)

Teman-teman saya sependapat dengan saya bahwa kegiatan wirausaha lebih banyak memberikan

keuntungan daripada kerugian Ketrampilan berwirausaha

(Entrepreneurial skills)

Saya sering diajak melakukan kegiatan bersama dengan teman-teman kerja dari divisi lain

4.3.2. Alat UkurAdversity Quotient

Alat ukur ini merupakan adaptasi dari Adversity Response Profile (ARP) yang disusun dan dikembangkan oleh Stoltz (2000). Alat ukur ini sesuai dengan karakteristik sampel penelitian, yakni berkaitan dengan masalah-masalah yang terjadi dalam dunia kerja. Alat ukur ini mengacu pada empat dimensi Adversity Quotient yang dikemukakan oleh Stoltz (2000), yaitu:Control (C),Ownership (O), Reach (R) danEndurance (E). Dalam alat ukur ini, peneliti melakukan modifikasi terhadap bentuk pertanyaan yang terdapat pada alat ukur (ARP) yang asli, yakni mengubah item menjadi ke dalam bentuk pernyataan. Hal ini dimaksudkan agar mempermudah responden untuk memahaminya.

(10)

Perbedaan alat ukur ARP asli dengan ARP dalam penelitian ini: Tabel 4.2. Contoh item ARP yang asli

1. Orang lain memberikan tanggapan yang tidak menyenangkan pada ide Anda Sejauh mana Anda dapat

mempengaruhi apa yang terjadi?

1

tidak sama sekali

2 3 4 5

sepenuhnya Seberapa mungkin Anda akan

berusaha untuk memperbaiki keadaan? 1 sangat tidak mungkin 2 3 4 5 sangat mungkin

Apakah akibat dari situasi ini? 1

semua hal akan terpengaruh secara buruk

2 3 4 5

tidak ada hal yang terpengaruh secara buruk Seberapa lama situasi ini akan

berpengaruh buruk terhadap Anda?

1 sangat lama

2 3 4 5

sangat singkat

Tabel 4.3. Contoh item ARP dalam penelitian ini

2. Pada sebuah rapat atau diskusi kerja, peserta rapat menolak pendapat atau ide yang Anda utarakan kepada mereka dan memberikan tanggapan yang tidak menyenangkan

kepada ide Anda.

Respon Anda 1 2 3 4 5 Respon Anda

Saya tetap memberikan masukan kepada pendapat yang

berbeda dengan pendapat saya

Saya tidak tahu harus mengeluarkan ide seperti apa lagi, karena ide saya tidak akan

diterima Pendapat saya tidak diterima

karena saya tidak mampu menjelaskan pendapat saya

Saya yakin kalau peserta rapat kerja tidak berupaya memahami pendapat saya Pendapat-pendapat saya yang

lain cenderung dibutuhkan dalam rapat

Pendapat-pendapat saya yang lain cenderung ditolak dalam

rapat Saya menanggapi setiap

pendapat yang muncul dalam rapat

Saya menanggapi hal-hal yang mendukung pendapat saya

(11)

Di dalam alat ukur ini terdapat 7 butir soal. Setiap butir soal mengandung satu buah permasalahan. Permasalahan tersebut merupakan suatu bentuk situasi yang menggambarkan kesulitan (adversity) yang terjadi dalam dunia kerja. Dari setiap peristiwa tersebut terdapat pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh subyek penelitian. Setiap permasalahan/situasi terdiri dari 4 pernyataan, masing-masing pernyataan mengukur dimensiControl, Ownership, Reach,danEndurance. Secara keseluruhan jumlah pernyataan yang terdapat dalam alat ukur ini sebanyak 28 butir di mana 7 butir mengukur dimensi control, 7 butir mengukur dimensi ownership, 7 butir mengukurreach, dan 7 butir mengukur dimensiendurance.

Pernyataan yang mengukur dimensi control terdapat pada nomor 1, 5, 10, 13, 18, 21 dan 25. Sedangkan, pernyataan yang mengukur dimensi ownership terdapat pada item dengan nomor 4, 6, 9, 14, 19, 22, dan 26. Sementara itu, nomor 2, 7, 11, 15, 17, 24 dan 27 mengukur dimensi reach. Di sisi lain, pernyataan yang mengukur dimensi enduranceterletak pada nomor 3, 8, 12, 16, 20, 23 dan 28. Di setiap pernyataan tersebut terdapat lima pilihan jawaban yang harus diisi oleh subyek dalam penelitian ini. Pilihan jawaban tersebut merupakan tingkat respon yang sesuai dengan keadaan subjek.

Tabel 4.4 Contoh item dari masing-masing dimensi AQ

Dimensi Item

Kontrol(Control) Saya bingung apa yang harus saya lakukan dalam menghadapi rapat tersebut. (no. 25) Kepemilikan(Ownership) Keputusan tidak dipromosi sesuai dengan

kinerja saya. (no. 14)

Jangkauan(Reach) Saya tidak banyak berharap kemampuan saya masih diperlukan oleh atasan. (no. 23) Ketahanan(Endurance) Saya yakin bahwa keadaan akan dapat

berubah. (no. 20)

Untuk melakukan uji validitas, peneliti melakukan uji validitas isi (Anastasi & Urbina, 2007), yaitu dengan cara expert judgment.Expert judgment dilakukan oleh kedua dosen pembimbing skripsi peneliti. Selain itu, peneliti juga melakukan uji

(12)

validitas kriteria. Uji validitas kriteria dilakukan untuk membuktikan bahwa ada hubungan skor tes dengan kriteria performa subjek (Crocker & Algina, 1986). Uji validitas kriteria dilakukan dengan mengkorelasikan skor total tes dengan kriteria, yaitu kriteria adversity quotient tinggi dan rendah. Hasil uji validitas alat ukur intensi berwirausaha adalah sebesar 0.759. Peneliti mempertahankan item-item dengan nilai validitas di atas 0.3. Hal ini cukup dikatakan valid sesuai dengan definisi dari Kaplan & Sacuzzo (1997) yang menyatakan mengenai batas validitas adalah sebesar 0.3.

Sementara itu, untuk menguji reliabilitas alat ukur AQ, peneliti menggunakan teknik statistik Alpha Cronbach Coefficient dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 13.0. Hasil uji coba alat ukur AQ menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0.902 pada 20 item. Hasil uji reliabilitas tersebut adalah setelah peneliti mengeliminasi sejumlah item, yaitu 8 item, yang menghasilkan nilai negatif atau rendah. Koefisien ini diperoleh dengan menggunakan uji reliabilitas dengan menggunakan perhitungan statistik Alpha Cronbach Coefficient, menggunakan programSPSS for Windowsver. 13.0.

4.4. Prosedur Penelitian

Secara umum, penelitian ini dibagi menjadi empat tahap besar, yaitu tahap persiapan, tahap uji coba alat ukur, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data. Masing-masing tahap terdiri dari tahap-tahap yang lebih kecil lainnya. Penjelasan masing-masing tahap dapat dilihat sebagai berikut.

4.4.1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan diawali dengan studi literatur dan mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan. Peneliti mencoba membaca dan memahami teori intensi berwirausaha danadversity quotientpada karyawan. Setelah menemukan teori-teori yang sesuai dengan variabel-variabel penelitian, peneliti mencari alat ukur yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian.

Pada alat ukur intensi berwirausaha, peneliti bekerja sama dengan peneliti lain yang juga berada dalam satu payung penelitian dengan peneliti dan mendapatkan alat ukur yang dikirimkan via media elektronik. Setelah mendapatkan alat ukur, peneliti menerjemahkan dan mengadaptasi sesuai dengan kondisi di

(13)

Indonesia. Peneliti melakukan sedikit perubahan kata-kata pada kedua alat ukur tersebut tanpa bermaksud mengubah makna yang terkandung. Perubahan kata-kata dilakukan untuk mengantisipasi ketidaknyamanan responden dalam membaca pernyataan-pernyataan yang ada.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang mengukur Adversity Quotient (AQ) dan intensi berwirausaha. Dalam hal ini, 28 item pada alat ukurAdversity Quotient merupakan adaptasi dari alat ukurAdversity Response Profile (ARP) milik Stoltz (2000) sedangkan 36 item pada alat ukur intensi berwirausaha merupakan pengembangan alat ukur EIQ dari Linan & Chen (2006) yang telah teruji pada penelitian payung sebelumnya oleh Mangundjaya & Nurdini pada tahun 2008.

Dalam mempersiapkan kedua alat ukur tersebut, peneliti melakukan expert judgement oleh Dra. Wustari Mangundjaya MOP, pakar Psikologi Industri dan Lingkungan kerja Fakultas Psikologi UI serta Drs. Gagan Hartana M.Psi selaku pakar Statistik dan Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi UI. Disamping itu, peneliti juga melakukan uji keterbacaan pada sejumlah karyawan. Dari hasilexpert judgement dan uji keterbacaan, peneliti melakukan beberapa revisi terhadap item-item yang sudah ada agar disesuaikan konteksnya pada konteks karyawan.

Setelah melakukan proses-proses tersebut maka peneliti membuat draft kuesioner, yaitu kalimat pembuka kuesioner, instruksi pengisian kuesioner, dan data diri partisipan yang dibutuhkan sebagai data kontrol. Seiring dengan pembuatan draft kuesioner, peneliti juga melakukan perizinan kepada pihak PT. X untuk melakukan penelitian (uji coba dan pengambilan data). Setelah peneliti mendapatkan izin untuk penelitian, peneliti melanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu tahap uji coba alat ukur.

4.4.2 Tahap Uji Coba Alat Ukur

Setelah seluruh bagian dalam sebuah kuesioner telah disusun lengkap dan mendapatkan izin penelitian dari PT. X, peneliti melakukan tahap uji coba alat ukur. Berikut penjelasan tahapan uji coba yang dilakukan pada masing-masing alat ukur.

(14)

4.4.2.1Expert Judgementdan Uji Keterbacaan

Dalam mempersiapkan kedua alat ukur tersebut, peneliti melakukan expert judgement oleh Dra. Wustari Mangundjaya MOP, pakar Psikologi Industri dan Lingkungan kerja Fakultas Psikologi UI serta Drs. Gagan Hartana M.Psi selaku pakar Statistik dan Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi UI. Peneliti menemui keduanya untuk meminta kritik dan saran atas alat ukur adversity quotient dan intensi berwirausaha yang telah peneliti adaptasi. Berdasarkan hasil dari expert judgement, bahasa yang digunakan dalam kedua alat ukur ini sudah cukup dimengerti dan jumlah item pun dirasakan tidak terlalu banyak.

Jumlah item menjadi hal yang penting dalam kuesioner ini mengingat partisipan penelitian adalah karyawan yang cukup sibuk, sehingga mereka hanya memiliki waktu yang sedikit untuk mengisi kuesioner. Kemudian peneliti dapat melanjutkan ke tahap lain, yaitu uji keterbacaan.

Pada tanggal 13 Mei 2009, peneliti melakukan uji keterbacaan kedua alat ukur kepada 10 orang yang memiliki karakteristik sesuai dengan karakteristik partisipan di PT. X. Pada tahap ini, peneliti menanyakan mengenai pemahaman keseluruhan isi kuesioner, kesulitan-kesulitan yang dirasakan, bahasa yang digunakan, skala, keterbacaan item, jumlah item, layout alat ukur, data diri, pengantar, dan instruksi.

Hasil dari uji keterbacaan, secara umum menunjukkan bahwa calon partisipan tidak memiliki kendala yang berarti dalam memahami kalimat pengantar, instruksi, dan data diri. Namun, menurut mereka ukuran huruf masih terlalu kecil untuk dibaca. Selain itu, jarak antar spasi dan ukuran tabel sangat sempit sehingga menyulitkan dalam pengisian kuesioner. Pada bagian data diri, para partisipan sempat kebingungan untuk mengisi jenjang jabatan dan divisi bekerja. Mereka merasa setiap orang dapat mengisi berbeda-beda karena tidak terdapatnya pilihan. Kata “data kontrol” juga menimbulkan kesan seolah-olah partisipan adalah obyek dan akan mendapatkan perlakuan tertentu (dikontrol).

(15)

Oleh karena itu, berdasarkan masukan dari para pastisipan peneliti melakukan perbaikan, yaitu:

1. Memperbesar ukuran huruf kuesioner, dari Times New Roman pt.11 menjadi Times New Roman pt.12. Selain itu, ukuran tabel dan jarak spasi pun diperbesar, sehingga mempermudah partisipan untuk mengisi kuesioner.

2. Mengubah kata “data kontrol” menjadi “data diri” agar pastisipan tidak merasa terintimidasi.

4.4.2.2. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Peneliti melakukan uji coba alat ukur intensi berwirausaha pada tanggal 4-6 Mei 2009 dengan menyebarkan 12 buah kuesioner. Pada tanggal 11-13 Mei 2009, peneliti melakukan uji coba alat ukur Adversity Quotient dengan menyebarkan kuesioner Adversity Quotient sebanyak 10 buah. Kedua kuesioner tersebut diujicobakan kepada karyawan, sesuai dengan karakteristik responden penelitian. Semua kuesioner yang disebarkan kembali kepada peneliti sehingga peneliti dapat mengolah semua sampel dengan menggunakan programSPSS for Windowsver13.0. Pada tahap pengolahan data hasil uji coba, peneliti melakukan uji reliabilitas dan uji validitas dari kedua alat ukur tersebut. Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1997). Metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas adalah metode single-trial dengan menggunakan Alpha Cronbach Coefficient. Alpha Cronbach Coefficient menggunakan administrasi tunggal yang didasarkan pada konsistensi respon terhadap semua butir soal dalam tes yang diberikan (Anastasi & Urbina, 1997). Selanjutnya, Anastasi dan Urbina (1997) menyatakan bahwa pada uji reliabilitas, nilai yang diinginkan biasanya berkisar antara 0,80-an atau 0,90-an. Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan, kedua alat ukur tergolong reliabel, seperti yang telah dipaparkan dalam tabel 4.1. dan tabel 4.3.

Selain uji reliabilitas, peneliti juga melakukan uji validitas pada kedua alat ukur yang diujicobakan. Validitas tes menyangkut apa yang diukur oleh tes dan seberapa baik tes itu bisa mengukur (Anastasi & Urbina, 1997). Metode yang

(16)

digunakan untuk uji validitas adalah criterion related validity, yaitu dengan cara mengkorelasikan skor tes yang didapat dengan kriteria yang ada.

Kriteria yang digunakan dalam penelitian adalah dengan metode kelompok-kelompok yang dikontraskan. Pada alat ukur intensi berwirausaha, peneliti membandingkan skor-skor yang diperoleh kelompok individu yang memiliki kriteria intensi berwirausaha tinggi dengan kelompok individu yang memiliki kriteria intensi berwirausaha rendah. Oleh karena itu, peneliti benar-benar mencari responden yang merepresentasikan karakteristik dua kelompok responden tersebut dengan melakukan wawancara terhadap orang disekitarnya dan melalui observasi.

Demikian pula dengan alat ukur adversity quotient, uji coba dilakukan kepada 10 orang responden yang merupakan kelompok ekstrim karyawan yang mempunyai adversity quotient rendah dan tinggi. Oleh karena itu, peneliti benar-benar mencari responden yang merepresentasikan karakteristik dua kelompok responden tersebut dengan melakukan wawancara terhadap orang disekitarnya dan melalui observasi.

Batasan validitas untuk uji coba alat ukur yang digunakan adalah sebesar 0,3. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kaplan & Sacuzzo (1997) bahwa nilai validitas yang dianggap memadai sehingga item dapat digunakan adalah lebih besar dari 0,3. Jadi, peneliti mempertahankan item-item yang memiliki nilai validitas di atas 0,3. Pada alat ukur intensi berwirausaha, peneliti mengeliminasi 10 item yang kurang baik atau yang memiliki validitas di bawah 0,3. Pada alat ukur adversity quotient, peneliti mengeliminasi delapan item yang kurang baik atau yang memiliki validitas di bawah 0,3.

4.4.3 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah selesai melakukan uji coba dan mendapatkan alat ukur yang reliabel dan valid, maka peneliti melanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama kurang lebih satu minggu, yaitu tanggal 18-25 Mei 2009. Pada tahap ini, peneliti menyebarkan 130 buah kuesioner kepada partisipan yang sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam proses penyebaran kuesioner, peneliti dibantu oleh Manajer Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia PT. X. Dari 130 kuesioner yang

(17)

disebarkan, hanya 118 kuesioner yang kembali, dan hanya 107 yang dapat diolah. Sebelas kuesioner yang tidak dapat diolah disebabkan oleh tidak lengkapnya jawaban yang diberikan partisipan—terdapat beberapa nomor atau halaman yang tidak terisi.

4.4.4 Tahap Pengolahan Data

Pada penelitian ini pengolahan data akan dilakukan secara kuantitatif. Setelah kuesioner satu per satu kembali, peneliti mulai melakukanentry data.Entry data berlangsung selama kurang lebih empat hari, yaitu tanggal 26-29 Mei 2009. Setelah seluruh data terkumpul, peneliti melakukan perhitungan statistik, dengan menggunakan program SPSS 13.0 for Windows guna mendapatkan jawaban atas masalah penelitian. Pengolahan data untuk mendapatkan gambaran demografis dari para pertisipan menggunakan analisis statistik deskriptif, yaitu mean dan standar deviasi. Data-data kontrol yang menyangkut usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama bekerja diolah dengan menggunakan analisis statistik frekuensi. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran penyebaran skor para responden penelitian, yang kemudian dapat memberikan gambaran umum para responden.

Pengolahan data yang menyangkut pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik statistik Multiple Correlation. Teknik statistik ini digunakan jika ingin mengetahui hubungan antara suatu variabel dengan beberapa variabel lainnya (misalnya antara variabel Y dengan variabel X1 dan X2), maka dari itu harus digunakan suatu koefisien korelasi yang disebut multiple correlation coefficient (R) (Supranto, 2000). Supranto (2000) juga menyatakan bahwa jika R dikuadratkan, maka akan diperoleh koefisien penentuan (R2), yaitu suatu nilai untuk mengukur besarnya asosiasi dari beberapa variabel terhadap suatu variabel. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan antara dimensiAdversity Quotient (AQ) dengan intensi berwirausaha dimana Adversity Quotient (AQ) mempunyai empat dimensi, yaitu kontrol (C), kepemilikan (O), jangkauan (R) dan ketahanan (E) (Stoltz, 2000).

Gambar

Tabel 4.1. Contoh item kuesioner Intensi Berwirausaha
Tabel 4.3. Contoh item ARP dalam penelitian ini

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan (1) mengembangkan alat ukur kesantuanan bahasa Indonesia dalam tuturan formal bersemuka; (2)Melakukan uji lapangan terbatas terhadap alat

Sedangkan untuk memperoleh dan menggali informasi yang berkaitan dengan strategi adaptasi Universitas Indonesia dan dampaknya, peneliti melakukan wawancara mendalam tidak

Untuk mengukur penerimaan kekerasan dalam pacaran, peneliti membuat Alat ukur Acceptance of Dating Violence terdiri dari 2 domain yaitu Acceptance of Physical

Validitas alat ukur adalah akurasialat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di mana-mana (Bungin, 2005).Untuk menjadikan alat ukur

Gelas ukur 10 mL digunakan untuk mengukur banyaknya katalis dalam proses pembuatan biodiesel maupun mengukur banyaknya sampel yang akan diujikan pada uji flash

Pada alat ukur ini juga terdapat item tentang waktu yang dibutuhkan partisipan untuk melakukan perilaku seksual yang dijawab “Ya”.

Teknik yang digunakan untuk menguji validitas alat ukur dalam penelitian ini adalah analisis product moment yakni dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada msing-masing

Dalam penelitian ini, setelah melakukan uji validitas alat ukur dan setelah mendapatkan item-item yang valid maka item-item yang valid itu akan dilakukan uji reliabilitasnya.Hasil