SALINAN
*.
" u JrTot t, "?otf; * . r, oPERATUMN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
73
TAHUN
2017TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 90 TAHUN 2012
TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: bahwa dalam rangkameningkatkan
deteksidini
danperingatan
dini
terhadap
berbagaibentuk dan
sifat
ancaman
siber
serta optimalisasi
tugas dan
fungsi
Badan Intelijen
Negara
perlu
dilakukan
penyempumaan
dan
revitalisasi organisasi
BadanIntelijen
Negara;bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimanadimaksud
dalam
huruf
a,
perlu
menetapkanPeraturan
Presiden
tentang
perubahan
atasPeraturan
PresidenNomor
90 Tahun
2Ol2
tentang
BadanIntelijen
Negara;Pasal
4
ayat
(f)
Undang-Undang
Dasar
NegaraRepublik Indonesia
Tahun
1945;Undang-Undang
Nomor
17
Tahun 2011
tentangIntelljen
Negara
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
20ll
Nomor
1OS,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5249);Peraturan
PresidenNomor
9OTahun
2Ol2
terrtang
Badan
Intelijen
Negara (Lembaran NegaraRepublik
Indonesia Tahun2Ol2
Nomor 220);b. Mengingat 2. 1. 3. MEMUTUSKAN
m
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURANPRESIDEN
NOMOR
90
TAHUN
2OL2 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA.Pasal I
Beberapa
ketentuan dalam Peraturan
Presiden
Nomor90
Tahun
2Ol2
tentang
Badan Inteliien
Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun
2012 Nomor 220)diubah
sebagaiberikut:
1.
Ketentuan Pasal 5diubah
sehinggaberbunyi
sebagaiberikut:
Pasal 5
BIN
terdiri
atas:a.
Kepala BIN;b.
Wakil Kepala BIN;c.
Sekretariat Utama;d.
Deputi BidangIntelijen Luar
Negeri;e.
Deputi
BidangIntelijen
Dalam Negeri;f.
Deputi Bidang KontraIntelijen;
C.
Deputi BidangIntelljen
Ekonomi;h.
Deputi BidangIntelijen
Teknologi;i.
Deputi BidangIntelljen
Siber;j.
Deputi Bidang Komunikasi danInformasi;
k.
Deputi Bidang Anatisisdan produksi Intelijen;
l.
Inspelrtorat Utama;m.
StafAhli
Bidang Ideologidan
politik;
n.
StafAhli
Bidang Sosial Budaya;o.
StafAhli
BidangHukum dan
Hak Asasi Manusia;p.
StafAhli
Bidang pertahanan dan Keamanan;q.
Staf
Ahli
Bidang
Sumber
Daya
Alam
dan Lingkungan Hidup;PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-r.
Pusat;
dans.
BadanIntelijen
Negaradi
Daerah.2.
Di
antara
Bagan
Kesembilandan
Bagian Kesepuluhdisisipkan
I
(satu)bagarr,
yakni
Bagian KesembilanA, dan disisipkan
3
(tiga)pasal
di
antara
Pasal
25dan
Pasal 26yakni
Pasal 25A, Pasal25B, dan
Pasal 25C sehinggaberbunyi
sebagaiberikut:
Bagian Kesembilan A
Deputi Bidang
Intelijen
SiberPasal 25A
(1)
Deputi
Bidang Intel[ien
Siber,
selanjutnya
disebut Deputi
VI,
adalah
unsur
pelaksanasebagian tugas dan
fungsi
BINdi
bidangintelijen
siber, yang
berada
di
bawah
dan
bertanggungjawab
kepada Kepala BIN.(2)
Deputi VIdipimpin
oleh Deputi.Pasal 25B
Deputi
VI
mempunyai
tugas
melaksanat<ariperumusan kebijakan
dan
pelaksanaan
kegiatandan/atau
operasiintelijen
siber.Pasal 25C
Datam melaksanakan
tugas
sebagaimanadimaksud
dalam
Pasal
25B,
Deputi
VI
menyelenggarakanfungsi:
a.
pen5rusunanrencana kegiatan
dan/atau
operasiintelijen
siber;b,
pelaksanaan kegiatandan/atau
operasiintelijen
siber;
c.
pengoordinasian
kegiatan
dan/atau
operasiinteliien
siber;d.
pengendalian kegiatandan/atau
operasiintelijen
siber; dan
e.
pen]rusunan laporanintelijen
siber.3.
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-4-Ketentuan
Pasal
26
diubah,
sehingga
berbunyi
sebagaiberikut:
Pasal 26
(1)
Deputi Bidang
Komunikasi
dan
Informasi,
selanjutnya disebut Deputi
MI,
adalah unsur
pelaksana sebosan
tugas
dan
fungsi
BIN
di
bidang
komunikasi dan informasi, yang
beradadi
bawahdan bertanggungjawab
kepada Kepala BIN.(2)
Deputi VIIdipimpin
oleh Deputi.Ketentuan
Pasal
27
diubah,
sehingga
berbunyi
sebagaiberikut:
Pasal 27
Deputi
VII
mempunyai
tugas
melaksanakanperumusan keb[iakan
dan
pelaksanaan
kegiatandan/atau
operasi Intel[jen
di
bidang
komunikasi
massa,komunikasi
sosial, daninformasi,
Ketentuan Pasal
28
diubah,
sehingga
berbunyi
ssfagai berikut:
Pasal 28
Dalam
melaksanakantugas
sebagaimanadimaksud
dalam
Pasal
27,
Deputi
VII
menyelenggarakanfungsi:
a.
pen5rusunan rencana kegiatandan/atau
operasiIntelijen
di
bidang
komunikasi
massa,komunikasi
sosial, daninformasi;
b.
pelaksanaan kegiatandan/atau
operasiIntelijen
di
bidangkomunikasi
massa,komunikasi
sosial,dan informasi;
c.
pengoordinasian
kegiatan
dan/atau
operasiIntelljen
di
bidang
komunikasi
massa,komunikasi
sosial, daninformasi;
4.
5.
6.
m
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-d.
pengendalian kegiatandan/atau
operasiInteliien
di
bidangkomunikasi
massa,komunikasi
sosial, dan informasi;e.
penyelenggaraanhubungan
masyarakat; danf.
penyusunan
laporan
Intelijen
komunikasi
massa,
komunikasi
sosial, daninformasi.
Ketentuan
Pasal
29
diubah,
sehingga
berbunyi
sebagaiberikut:
Pasal 29
(l)
Deputi Bidang Analisis
dan
produksi
Intelijen,
selanjutnya disebut Deputi
VIII,
adalah unsur
pelaksana
sebagian
tugas
dan fungsi BIN
di
bidang analisis
dan
produksi Intelijen,
yang beradadi
bawahdan
bertanggungjawab
kepada Kepala BIN.(2)
DeputiVIII dipimpin
oleh Deputi.Ketentuan
Pasal
3O diubah,
sehingga
berbunyi
sebagaiberikut:
pasal 30
Deputi
VIII
mempunyai
tugas
melaksanakanperumusan
kebdat<andan pelalsanaan kebiiakan di
bidang analisis dan
produksi Intelljen.
8.
Ketentuan
Pasal
3l
diubah,
sehingga
berbunyi
seb"gai
berikut:
7.Pasal 31
Dalam
melaksanakantugas
sebqgeimanadimaksud
dalam
Pasal
30,
Deputi
VIII
menyelenggarakanfungsi:
a.
pen5rusunan
rencana
analisis
dan
produksi
Intellien;
PRESIDEI,]
REPUBLIK ll.lDoNEStA
-6-b.
penyeleksian,pengintegrasian,
dan
penginterpretasianinfornasi
yang diperolehdari
kegiatan
dan/atau
operasiIntelijen;
pelaksanaan analisis dan
produksi Intelijen;
pengkajian masalah strategis dengaa
lembagaIntelijen
dalam negeri danluar
negeri; danpenyampaian
produk Intelijen
kepada
Kepala BIN sesuaikebutuhan
danpetunjuk
Kepala BIN.9.
Ketentuan Pasal
39
diubah,
sehingga
berbunyi
sebagaiberikut:
Pasal 39
(1)
Di
lingkungan
BIN
dibentuk Badan
Intelljen
Negaradi
Daerah, selanjutnya disebut Binda.(2)
Binda
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)dipimpin oleh
Kepala Binda,
yang
berada
di
bawah dan
bertanggungjawab kepada
Kepala BINmelalui
Deputi IL(3)
Binda
terdiri
atas
I
(satu) Bagiandan
Kelompok Jabatan Fungsional Agen.(4)
Bagian
sebagaimanadimaksud pada
ayat
(3)terdiri
atas paling banyak
3
(tiga)
Subbagiandan/
atau
KelompokJabatan
Fungsional.(5) Untuk
mendukung pelaksanakan
tugas
danfungsi
Binda, dapat dibentuk
Koordinator
Wilayah.
(6)
Penentuan
jumlah
Koordinator
Wilayahsebagaimana
dimaksud
pada ayat
(S)didasarkan pada analisis organisasi
dan
bebankerja.
c. d.
PRESIDEI.I
REPUBLIK INDONESIA
-7
-10.Di
antara
Pasal39
dan
Pasal40 disisipkan
1
(satu)pasal
yakni
Pasal
39A
sehingga
berbunyi
sebagaiberikut:
Pasal 39A
Pembentukan
dan
penentuan
jumlah
Koordinator
Wilayah sebagaimana
dimaksud
dalam pasal 39 ayat(5)
dan
ayat
(6)ditetapkan oleh
KepalaBIN
setelahmendapat persetqjuan
tertulis
dari
menteri
yang menyelenggarakanurusan
pemerintahan
di
bidangaparatur
negara.l
l.Di
antara
Bagan
Kelimabelas
dan
BagranKeenambelas
disisipkan
I
(satu)
bagian, ya}ni
Bagan
KelimabelasA, dan
di
antara
pasal
4O dan Pasal41
disisipkan
2
(dua) pasal
yakni
pasal
40A dan 4OB sehinggaberbunyi
sebagaiberikut:
Bagan
Kelimabelas AUnit
Pelaksana TeknisPasal 4OA
(1)
Untuk
melaksanakan
tugas teknis
operasionaldan/atau
tugasteknis
penunjang,di lingkungan
BIN dapatdibentuk
Unit
Pelaksana Teknis.(2) Unit
Pelaksana
Teknis
dipimpin
oleh
KepalaUnit
Pelaksana Teknis.Pasal
408
Pembentukan
Unit
PelaksanaTeknis
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal40A, ditetapkan
oleh
KepalaBIN
setelah mendapat persetqiuan
tertulis
dari
menteri yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan
di
bidangaparatur
negara.PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA
-8-12.Di antara
Pasal60
dan
Pasal61
disisipkan
1
(satu)pasal
yakni
Pasal
60A
sehingga
berbunyi
sebagaiberikut:
Pasal 60A
Pada
saat
Peraturan
Presiden
ini
mulai
berlaku,
Sekolah
Tinggi Intelijen
Negara
yang
ditetapkan
berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 14
Tahun
2OO9
tentang
Sekolah
Tinggi
Intel{jen
Negara,menjadi
Unit
Pelaksana Teknis dilingkungan
BIN.13.Di antara
Pasal61 dan
Pasal62 disisipkan
2
(dua)pasal
yakni
Pasal
614 dan
Pasal
618
sehinggaberbunyi
sebagaiberikut:
Pasal 61A
Pada
saat
Peraturan
Presiden
ini
mulai
berlaku,
peraturan
pelaksanaan
Peraturan
Presiden
Nomor14
Tahun 2009
tentang Sekolah Tinggi
Intelljen
Negara
dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjangtidak
bertentangan dengan
Peraturan
Presiden
ini
atau belum diganti.
Pasal
618
Pada saat Peraturan
Presiden
ini
mulai
berlaku,
Peraturan
PresidenNomor
14Tahun 2009
tentang
Sekolah
Tingg
Intelijen
Negara,
dicabut
dandinyatakan tidak
berlaku.Pasal
II
Peraturan Presiden
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal diundangkan.PRESIDEN
REPUELIK
INDONESIA-9-Agar
setiap orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Peraturan Presiden
ini
denganpenempatannya
dalam
Lembaran Negara
Republik
Indonesia.Ditetapkan di
Jakarta
pada tanggal 21. Julu2OLT
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan
diJakarta
pada tanggal
24
Jttlr2017
MENTERI HUKUM DAN HAKASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
YASONNA H, LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 168
Salinan
ses:rai dengan aslinyaKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA