• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 METODE PENELITIAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan hipotesis. Penelitian dengan hipotesis merupakan suatu penelitian yang menjelaskan fenomena yang diamati dengan cara menguji hubungan antar variabel yang diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba serta pengaruh manajemen laba terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur di BEI.

4.2. Populasi dan Sampling Penelitian

Penelitian mengambil sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2002-2007. Data perusahaan manufaktur mengambil data laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan yang terdiri dari: kelompok industri dasar dan kimia, aneka industri dan industri barang konsumen. Perusahaan manufaktur dipilih mengingat perusahaan manufaktur menempati sekitar 30% dari total emiten di BEI dan tidak memiliki standar akuntansi yang rigid dan sistematis. Hal ini memberikan keleluasaan bagi manajemen untuk memilih dan mengimplementasikan kebijakan akuntansi yang mungkin saja berdampak pada terjadinya praktik manajemen laba. Tahun 2002 dipilih sebagai tahun awal untuk mengamati terdapatnya pengaruh praktik manajemen laba terhadap kualitas laba pasca pemberlakuan aturan rotasi auditor dan KAP oleh

(2)

BAPEPAM-LK (Kep-20/PM/2002 Peraturan No VIII.A.2) yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas audit dan laporan keuangan. Dalam menghitung manajemen laba dibutuhkan laporan keuangan satu periode sebelumnya, sehingga data laporan keuangan dimulai sejak tahun 2001, sedangkan sesuai dengan model yang dikembangkan oleh CKSS (1994) dalam menentukan kualitas laba dibutuhkan nilai laba per lembar saham (EPS) dan return saham sampai dengan tahun ke-3 (t+3) dari tahun pengamatan (2002 – 2007), sehingga penelitian ini juga memerlukan data laporan keuangan tahun 2008 – 2010.

Berdasarkan kodisi di atas, perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (purposive sampling) sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut selama periode pengamatan 2001 – 2010.

2. Data laporan keuangan dipublikasikan secara lengkap dengan periode pelaporan yang berakhir 31 Desember.

3. Laporan keuangan dalam mata uang Rupiah.

Dari proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria diatas diperoleh 87 perusahaan sampel dengan jumlah pengamatan sebanyak 522 data.

(3)

Tabel 4.1

Prosedur Pemilihan Sampel

No Keterangan Jumlah

Perusahaan

Perusahaan manufaktur di BEI 133

1 Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut selama periode pengamatan 2001 – 2010

(27)

2 Data laporan keuangan dipublikasikan tidak lengkap dengan

periode pelaporan yang berakhir 31 Desember (12) 3 Laporan keuangan dalam mata uang selain Rupiah (7)

Sampel penelitian 87

4.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 4.3.1.Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian meliputi variabel independen, variabel dependen dan variabel kendali. Variabel dependen adalah kualitas laba dan manajemen laba dalam laporan keuangan. Variabel independen adalah kualitas audit dan manajemen laba. Penelitian juga ini menggunakan variabel kendali: struktur modal, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan perusahaan.

4.3.2. Definisi Operasional Variabel 4.3.2.1. Kualitas Laba

Kualitas laba dapat didefinisikan sebagai kemampuan laba yang secara akurat dapat merefleksikan kinerja operasional perusahaan saat ini, menjadi tolok ukur yang baik bagi kinerja perusahaan di masa yang akan datang, dan

(4)

menjadi alat ukur yang berguna dalam menentukan nilai perusahaan secara intrisik (Dechow dan Schrand (2004:5).

Dalam penelitian ini kualitas laba akan diukur dengan perubahan harga (return) saham sebagai manifestasi ekspektasi harapan investor setelah memperoleh informasi tentang laba perusahaan. CKSS (1994) berpendapat bahwa penentuan harga saham tergantung pada kualitas informasi yang terkandung dalam laba per saham (EPS). Ekspektasi investor dibentuk oleh laba pada tahun ini (EPSt) dimana laba tersebut menjadi proksi untuk laba masa depan (EPSt+k), sedangkan laba masa lalu (EPSt-1) sebagai dasar membentuk laba tahun ini (EPSt). Investor yang memiliki persepsi bahwa informasi laba akuntansi yang diperolehnya memiliki kualitas akan berperilaku menaikkan (menurunkan) harga saham ketika laba tahun ini lebih tinggi (rendah) dibandingkan ekspektasinya, sesuai perubahan laba dari tahun t ke tahun t+k. CKSS (1994) juga berpendapat bahwa harapan investor terhadap laba masa mendatang turut membawa pengaruh terhadap return

saham masa mendatang (Rt+k), sehingga bila investor mempertimbangkan dengan baik informasi laba yang dimiliki saat ini, seharusnya return saham masa depan seharusnya tidak memiliki korelasi dengan perubahan harga saham saat ini

Penelitian ini mengukur kualitas laba dengan mengacu pada model CKSS (1994) yang digunakan Lundhlom dan Myers (2002) yaitu:

(5)

Dimana:

Rt : Return saham untuk tahun t EPSt-1 : Laba per saham untuk tahun t-1 EPSt : Laba per saham untuk tahun t

EPSt+3 : Jumlah laba per saham pada tahun t+1 sampai dengan t + 3 Rt+3 : Return saham agregat dari tahun t+1 sampai dengan t+3 dengan

tingkat majemuk

b1 : Koefisien laba tahun lalu

b2 : Earnings Response Coefficient (ERC)

b3 : Future Earnings Response Coefficient (FERC) b4 : Return masa depan

Rt adalah return yang diperoleh investor dengan membeli dan menyimpan saham dalam waktu 12 bulan terhitung sejak periode yang berakhir 3 bulan setelah tahun fiskal perusahaan. (Lundholm dan Myers, 2002). EPS dasar (diperoleh dari laporan keuangan) yang tidak memasukkan pos luar biasa, dan seluruh nilai EPS itu dibagi dengan harga saham pada awal tahun t (Tucker dan Zarowin 2006). Rt+3 merupakan return yang diperoleh investor dengan membeli dan menyimpan saham selama 3 tahun terhitung sejak periode yang berakhir 3 bulan setelah tahun fiskal perusahaan. Harga pasar saham yang digunakan adalah harga saham 3 bulan setelah tanggal laporan keuangan dengan pertimbangan masa 3 bulan tersebut adalah waktu yang digunakan perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangan (Lundholm dan Myers, 2002).

(6)

4.3.2.2.Kualitas Audit (KA)

Kualitas audit dapat didefinisikan sebagai penilaian oleh pasar (market-assessed) adanya kemungkinan laporan keuangan mengandung salah saji material dan auditor akan mendeteksi dan menemukan salah saji tersebut dalam laporan keuangan (DeAngelo, 1981). Karena kualitas audit bersifat

unobservable maka kualitas audit dalam penelitian ini diproksikan dengan

audit firm tenure (KAP Tenure). KAP tenure yaitu jumlah tahun perusahaan telah diaudit oleh suatu KAP. Pendekatan ini juga mencakup kondisi bila terjadi pergantian KAP dalam suatu tahun, maka jumlah tahun akan ditambahkan saat klien yang bersangkutan kembali diaudit oleh KAP tersebut (Myers dkk, 2003).

4.3.2.3.Manajemen Laba (DA)

Manajemen laba adalah pemilihan manajer terhadap kebijakan akuntansi untuk tidak melaporkan laba akuntansi yang sebenarnya dalam jangka pendek dan menciptakan insentif bagi para manajer untuk kepentingan mereka. Manajemen laba dilakukan melalui pemilihan metode akuntansi, aplikasi metode akuntansi, dan ketepatan waktu akuisisi aktiva dan disposisi, berdasarkan alternatif perlakukan akuntansi yang diperbolehkan dalam PABU.

Penelitian ini menggunakan Discretionary Accruals (DA) sebagai proksi dari adanya praktik manajemen laba. DA merupakan penyesuaian arus

(7)

kas oleh manajer dari serangkaian kesempatan prosedur akuntansi yang disusun oleh badan pembuat standar. Perhitungan discretionary accruals

dalam penelitian ini menggunakan pedekatan performance-adjusted discretionary accruals Jones model (1991) karena memiliki standard error

yang lebih rendah dibandingkan model lainnya (Dechow, Sloan dan Sweeney 1995). Penelitian ini mengikuti langkah perhitungan yang dikembangkan oleh DeFond dan Jimbalvo pada tahun 1994 dan Subramanyam pada tahun 1996 (dalam Chen dkk, 2008) dimana dalam memperoleh discretionary accruals

terlebih dahulu dilakukan perhitungan total accruals: TAt = NDAt+DAt …(2)

TAt = Earnings before extraordinary items – net cashflow from operation...(3)

Total Accruals kemudian diestimasi dengan persamaan berikut:

Sedangkan setelah memperoleh hasil dari persamaan diatas, dihitung

discretionary accruals melalui persamaan:

Baik dalam persamaan (6) maupun persamaan (7), dan , seluruhnya diskala dengan total (Chen dkk, 2008).

(8)

4.4.2.4. Variabel Kendali

Penelitian ini menggunakan tiga variabel kendali yaitu: struktur modal (SM), ukuran perusahaan (UP) dan pertumbuhan perusahaan (PP), dimana ketiga variabel ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya praktik manajemen laba dan reaksi perubahan harga saham terhadap komponen kejutan laba yang terdapat dalam laporan keuangan (Scott, 2009: 154 - 158) 1. Struktur Modal (SM)

Struktur modal adalah komposisi pendanaan perusahaan yang dapat bersumber dari ekuitas maupun utang (Subramanyam dan Wild 2009:547). Kontrak utang yang ketat akan mendorong manajemen memilih metode akuntansi yang dapat menghindarkan mereka dari pelanggaran terhadap kontrak tersebut. DeFond dan Jiambalvo (1994 dalam Scott, 2009; 412) menemukan bahwa perusahaan dalam kesulitan keuangan atau tekanan pembatasan hutang mungkin akan lebih termotivasi untuk melakukan manajemen laba.

Perusahaan dengan struktur utang yang besar (highly leveraged) akan mempengaruhi reaksi investor atas laba. Kondisi ini disebabkan bila terjadi peningkatan laba maka pemberi kredit akan memperoleh kepastian tentang kemampuan perusahaan dalam membayar kembali utangnya, dan tentu saja hal ini akan menyebabkan ditunda / menurunnya dividen yang menjadi hak investor. Pengaruh struktur modal akan diukur menggunakan tingkat leverage (Mulyani dkk, 2007).

(9)

Dimana:

TUi,t = Total Utang perusahaan i pada tahun t

TAi,t = Total Aset perusahaan i pada tahun t

2. Ukuran Perusahaan (UP)

Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan. Perusahaan yang berukuran lebih besar akan membukukan akrual yang lebih besar namun lebih stabil (Myers dkk, 2003). Hal ini akan meminimalisasi terjadinya manajemen laba untuk menghindari biaya politik yang lebih besar. Variabel ini juga digunakan dengan pemikiran bahwa keakuratan sistem pelaporan keuangan dan informasi yang diberikan kemungkinan berbeda pada ukuran perusahaan. Perusahaan yang lebih besar akan memiliki pengendalian internal yang lebih canggih dibandingkan perusahaan yang kecil. Pengendalian internal yang efektif akan memberikan kontribusi pada keandalan informasi keuangan yang diungkapkan ke publik. Ukuran perusahaan diukur menggunakan logaritma natural dari nilai buku aset (Collins dan Kothari; 1989)

UP = ln (Asett) Dimana:

UP = Ukuran Perusahaan

(10)

3. Pertumbuhan Perusahaan (PP)

Perusahaan yang tumbuh memiliki insentif untuk melakukan manajemen laba melalui discretionary accruals karena volatilitas laba akan meningkatkan persepsi risiko perusahaan. Jika laba tersebut bersifat persisten, maka laba masa depan akan meningkatkan nilai aset perusahaan, dan secara berkesinambungan akan terus menciptakan proyek-proyek sukses di masa depan. Perusahaan seperti ini akan mudah menarik modal dari pasar yang selanjutnya menjadi sumber pertumbuhan.

Perusahaan yang memiliki kesempatan tumbuh yang lebih besar akan memiliki koefisien respon terhadap laba yang lebih tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin besar peluang pertumbuhan maka semakin tinggi kesempatan perusahaan untuk menambah laba dimasa yang akan datang. Laba tersebut kemudian akan digunakan untuk menjadi lebih berkembang dan pada gilirannya laba dan aset perusahaan. Pertumbuhan perusahaan diukur dengan Market to Book Value (MBV) ratio (Mulyani dkk 2007)dengan rumus:

(11)

4.4. Teknik Pengumpulan data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data laporan keuangan dan data pasar modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2010. Dalam pengujian hipotesis data yang akan digunakan adalah data tahun 2001 sampai dengan tahun 2007. Data tahun 2001 digunakan untuk menghitung discretionary accruals

tahun 2002 yang membutuhkan data dari tahun sebelumnya (t-1). Sedangkan data tahun 2008 - 2010, yang merupakan data harga saham digunakan untuk menghitung FERC. Sesuai dengan model yang dikembangkan oleh CKSS (1994) dalam menghitung membutuhkan nilai laba per lembar saham (EPS) sampai dengan tahun ke-3 (t+3) dari tahun pengamatan (2002 – 2007).

Data tersebut diperoleh dari:

a) Database laporan keuangan yang dipublikasikan di website BEI, yaitu

www.idx.co.id.

b) Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2002-2010.

c) Harga dan return saham diperoleh dari Pusat Data dan Statistik Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

4.5.Teknik Analisis Data 4.5.1. Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata, minimun, maksimum dan standar deviasi dari variabel-variabel yang diteliti.

(12)

Analisis ini akan memberikan gambaran tentang kualitas audit, manajemen laba dan kualitas laba dari sampel yang terpilih pada perusahaan manufaktur di BEI.

4.5.2. Uji Regresi

Pengujian atas hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan regresi

pooled cross section dengan data time series menggunakan bantuan program Eviews versi 7.0. Data penelitian akan dianalisis dan diuji menggunakan uji regresi berganda dan dilengkapi dengan uji asumsi klasik. Pengujian hipotesis 1 dan 2 memiliki kriteria penerimaan hipotesa nol atau hipotesa alternatif jika H0:β1 ≤ 0; dan Ha:β1>0 dengan menggunakan α maksimum 5% (0.05).

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menganalisis data penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menguji pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba. Pengujian hipotesis pertama penelitian (H1) dimulai terlebih dahulu menghitung nilai discretionary accruals pada persamaan (2) sampai dengan (5). Selanjutnya H1 diuji menggunakan persamaan (6).

DA = b0 + b1KA + b2SM+ b3UP+ b4PP+ ε …(6) Dimana:

DA : Discretionary Accruals

KA : Kualitas Audit SM : Struktur Modal

(13)

UP : Ukuran Perusahaan PP : Pertumbuhan Perusahaan b0 : Intercept

bn : Koefisien ε : error

Hipotesa H1 diterima hasilnya bila memperoleh b1 bernilai negatif dan signifikan.

2. Menguji pengaruh manajemen laba terhadap kualitas laba. Hipotesa kedua (H2) pada penelitian ini diuji menggunakan persamaan (7):

Dimana:

Rt : Return saham untuk tahun t EPSt-1 : Laba per saham untuk tahun t-1 EPSt : Laba per saham untuk tahun t

EPSt+3 : Jumlah laba per saham pada tahun t+1 sampai dengan t + 3 Rt+3 : Return saham agregat dari tahun t+1 sampai dengan t+3 dengan

tingkat majemuk DA : Discretionary Accruals

(14)

UP : Ukuran Perusahaan PP : Pertumbuhan Perusahaan b0 : Intercept

bn : Koefisien laba ε : error

Dalam persamaan (7), digunakan EPS dasar (diperoleh dari laporan keuangan) yang tidak memasukkan pos luar biasa, dan seluruh nilai EPS itu dibagi dengan harga saham pada awal tahun t (Tucker dan Zarowin 2006). Pengukuran return saham baik untuk nilai Rt dan Rt+3 dihitung menggunakan harga pasar saham 3 bulan setelah tanggal laporan keuangan dengan pertimbangan masa 3 bulan tersebut adalah waktu yang digunakan perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangan (Lundholm dan Myers, 2002).

Investor yang memiliki persepsi bahwa laba akuntansi memiliki bersifat informatif dan berkualitas akan berperilaku menaikkan (menurunkan) harga saham ketika laba tahun ini lebih tinggi (rendah) dibandingkan ekspektasinya, sesuai perubahan laba dari tahun t ke tahun t+k. Dalam model penelitian hal ini akan ditunjukkan dengan koefisien b5 dan koefisien b8 bernilai positif dan signifikan. Namun terjadinya praktik manajemen laba dapat mengaburkan informasi yang sebenarnya, sehingga bila investor memahami bahwa laba akuntansi mengalami distorsi akibat manajemen laba maka investor akan berperilaku sebaliknya terhadap penentuan harga saham. Kondisi ini akan tampak pada pengujian atas persamaan (7) dimana akan

(15)

diperoleh koefisien b5 dan koefisien b8 bernilai negatif dan signifikan. Sesuai dengan H2 yang akan diuji dalam penelitian ini, hipotesis tersebut akan diterima jika koefisien b5 dan koefisien b8 menunjukkan nilai negatif dan signifikan. Hal ini diinterpretasikan bahwa akibat praktik manajemen laba informasi yang diterima investor bersifat menyesatkan.

4.5.3. Uji Asumsi Klasik

Dengan digunakannya metode kuadrat terkecil (least-square method) disyaratkan untuk melakukan uji asumsi klasik yang meliputi: uji normalitas, uji autokorelasi, dan uji heterokesdasitas (Ghozali, 2006).

1. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah adanya korelasi antar error terutama pada data

time series. Implikasi dari adanya gangguan autokorelasi pada hasil estimasi adalah parameter hasil estimasi tidak lagi memiliki standar error yang minimum sehingga pengujian hipotesis dengan menggunakan standar error

tersebut dapat memberikan hasil yang menyesatkan. Pengujian ada tidaknya gangguan autokorelasi pada model regresi dapat dilakukan dengan menghitung nilai Durbin-Watson (DW) statistik. Korelasi serial dalam residual tidak terjadi jika nilai DW berada antara nilai batas du dan 6du. 2. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan variabel pengganggu dari satu observasi terhadap observasi yang lain. Jika

(16)

varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, jika varians berbeda maka disebut heterokedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam model ini dilakukan dengan uji White. Kriteria yang bebas dari masalah heterokedastisitas adalah jika probabilitas Obs*R-squared > α.

3. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Normalitas dapat dilakukan dengan Jarque-Bera test. Apabila p-value lebih besar daripada tingkat signifikansi yang ditentukan yaitu α < 0.05 (asym > alpha) maka data terdistribusi normal. Hipotesis akan diterima bilamana probabilitas koefisien regresinya bernilai positif signifikan pada α maksimum 0.05.

Referensi

Dokumen terkait

Operasi hitung pada volume kubus dan balok yaitu dengan mengalikan, maka ketika dibalikan pun antara panjang (p). Selain itu, terdapat soal yang akan menguji kemampuan

Orang Kelantan, walau pun yang berkelulusan PhD dari universiti di Eropah (dengan biasiswa Kerajaan Persekutuan) dan menjawat jawatan tinggi di Kementerian atau di Institusi

kesesuaian tindakan aktor yang terlibat. • Yang menunjukkan bahwa lebih berpengaruh dibandingkan variabel lainnya, yang mana menunjukkan besarnya kekuatan masyarakat dalam

Hasil dari pengujian dibuktikan bahwa rekomendasi yang dihasilkan dari algoritma FMADM memiliki persentase 80% dalam memperhatikan slot tersisa tempat parkir, 93,33%

Dari hasil data pengujian sistem pendeteksi barang dan sistem pendeteksi ketinggian benda dengan menggunakan aplikasi sensor cahaya, maka dapat disimpulkan kerja

Kepala Bidang Pembudayaan Olahraga, Kasi Pembinaan Sentra, PPLP dan PPLM PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017. DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN

Untuk mengevaluasi kinerja dosen dalam pembelajaran pada setiap mata kuliah, maka dilakukan penyebaran kuesioner yang harus diisi mahasiswa serta pemberian kritik dan saran

Contoh penerapan c – chart adalah jumlah ketidaksesuaian permukaaan yang diamati dalam lembaran yang dilapisi seng atau yang dicat pada daerah tertentu,