• Tidak ada hasil yang ditemukan

Debby Farihun Najib Program Studi Akuntansi Universitas Brawijaya Jalan Veteran 15 Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Debby Farihun Najib Program Studi Akuntansi Universitas Brawijaya Jalan Veteran 15 Malang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MEMBAYAR PAJAK PENGASILAN Analysis Of Factors Affecting Compliance In Individual Taxpayers Pay Income Tax

(Study of KPP Pratama Malang Utara’s Individual Tax Payers) Debby Farihun Najib

Program Studi Akuntansi Universitas Brawijaya

Jalan Veteran 15 Malang

Dosen Pembimbing:

M. Khoiru Rusydi, M.Ak., Ak., BKP. Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, pemahaman terhadap

self assessment, pelayanan informasi perpajakan dan pelaksanaan sanksi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam membayar pajak penghasilan. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, pemahaman terhadap self assessment, pelayanan informasi perpajakan dan pelaksanaan sanksi perpajakan sedangkan variabel dependen adalah kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Data penelitian ini diambil dari data primer melalui kuesioner. Kuesioner yang disebar sebanyak 100 buah kepada Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara dan kuisioner yang diolah sebanyak 89 buah. Sampel dalam penelitian diambil secara convenience sampling. Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik dalam menganalisis variabel-variabelnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman self assessment dan pelayanan informasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi, sedangkan tingkat pendidikan dan pelaksanaan sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

Kata Kunci: Tingkat Pendidikan, Pemahaman terhadap Self Assessment, Pelayanan Informasi Perpajakan, Pelaksanaan Sanksi Perpajakan, Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Abstract

This study aimed to determine the effect of educational level, the understanding of the self-assessment, taxation of information services and the implementation of tax penalties on the level of individual taxpayer compliance in paying income tax. Independent variables in this study is the level of education, understanding of self-assessment, taxation of information services and the implementation of tax penalties while the dependent variable is the individual taxpayer compliance. The data of this study were taken from primary data through questionnaires. Questionnaires distributed to as many as 100 pieces of individual taxpayer in the Tax Office Primary North Malang and questionnaires were processed as many as 89 pieces. The samples were taken by convenience sampling. This study used logistic regression analysis to analyze the variables. The results showed that the understanding of self-assessment and taxation of information services do not affect the individual taxpayer compliance, while the level of education and the implementation of tax penalties affect the individual taxpayer compliance.

Keywords: education level, understanding the self assessment, tax information services, implementation of sanctions taxation, individual taxpayer compliance

(2)

PENDAHULUAN

Pembiayaan belanja negara yang semakin lama semakin bertambah besar memerlukan penerimaan negara yang berasal dari dalam negeri tanpa harus bergantung pada bantuan dan pinjaman dari luar negeri. Hal ini berarti bahwa semua pembelanjaan negara harus dibiayai dari pendapatan negara, yaitu penerimaan dari pajak dan penerimaan bukan pajak (Said dikutip Santi, 2011).

Penerimaan bukan pajak merupakan penerimaan yang berasal dari pemanfaatan sumber daya alam (migas), pelayanan oleh pemerintah, pengelolaan kekayaan negara dan lain-lain, yang sifatnya tidak stabil. Oleh karena itu, saat ini negara banyak menggantungkan sumber pembiayaan belanja yang berasal dari pajak (Muliari dan Setiawan, 2009). Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang pasti dan mencerminkan kegotongroyongan masyarakat dalam membiayai negara.

Menurut Departemen Keuangan (www.fiskal.depkeu.go.id), besarnya peran pajak dalam membiayai pembangunan juga tercermin dari sumber penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013 yang 77,9% dari total penerimaan negara bersumber dari penerimaan pajak. Mengingat pentingnya peranan pajak, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan penerimaan pajak. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui reformasi peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dengan diberlakukannya self assessment system dalam pemungutan pajak sejak tahun fiskal 1984.

Pada awal tahun 1984, sejak dimulainya tax reform sistem perpajakan di Indonesia berubah dari official assessment system menjadi self assessment system. Dalam official assessment system tanggung jawab pemungutan terletak sepenuhnya pada penguasa pemerintah, sedangkan dalam self assessment system wajib pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, membayar/menyetor dan melaporkan besarnya pajak terutang, sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam

peraturan perundang-undangan perpajakan. Nampak jelas disini bahwa dalam self assessment system wajib pajak lebih dipandang sebagai subjek bukan sebagai objek pajak. Asri dan Vinola (2009) mengemukakan sebagai konsekuensi dari tax reform Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berkewajiban untuk melakukan pelayanan, pengawasan, pembinaan, dan penerapan sanksi pajak.

Salah satu alasan diberlakukannya reformasi sistem self assessment adalah meningkatnya kepatuhan membayar pajak (Tarjo dan Kusumawati, 2006). Hal tersebut dikarenakan sistem assessment menuntut adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Namun, pada kenyataan-nya belum semua potensi pajak yang ada dapat terpenuhi. Sebab masih banyak yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya pemenuhan kewajiban per-pajakan baik bagi negara maupun bagi mereka sendiri sebagai warga negara yang baik. Berdasarkan data Ditjen Pajak, rasio kepatuhan wajib pajak dalam penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) hingga Juni 2012 hanya mencapai 45,5 persen atau 10 juta. Jumlah SPT diterima mencapai 10.016.082 dari total wajib pajak terdaftar yang wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh sebesar 22 juta. Sedangkan pada tahun 2011 rasio kepatuhan wajib pajak sebesar 9.332.626 atau sebesar 52,74 persen dengan jumlah wajib pajak terdaftar 17.694.317 (Harian Bisnis Indonesia, 30 Juli 2012).

Salah satu jenis pajak yang berpengaruh besar dalam meningkatkan ekonomi nasional adalah pajak penghasilan. Pajak penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban pajaknya melekat pada subjek pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban pajak tersebut tidak dapat dilimpahkan kepada subjek lain. Maka dari itu kesadaran dan kepatuhan subjek pajak sangat diperlukan. Pajak penghasilan dikenakan pada subjek pajak yang berkaitan dengan penghasilan yang diterimanya atau diperolehnya dalam satu tahun pajak.

Menurut Supriyati dan Hidayati (2008) penerapan self assessment system tidak terlepas dari karakteristik wajib pajak, adapun karakteristik wajib pajak terkait dengan penerapan self

(3)

assessment system dapat dilihat dari tingkat pendidikan, jenis penghasilan, tingkat penghasilan dan alam/masa kerja. Dilihat dari tingkat pendidikan rendah cenderung akan mempunyai sifat dalam bentuk perlawanan pasif karena wajib pajak tidak tahu tentang untuk apa, bagaimana, kapan, dan kepada siapa pajak harus dibayarkan. Sebaliknya, wajib pajak yang mempunyai pendidikan cukup tinggi cenderung mempunyai sikap dalam bentuk perlawanan aktif.

Dalam mendukung pelaksanaan self assessment system, pelayanan informasi perpajakan diharapkan dapat mempermudah wajib pajak dalam memperoleh kejelasan informasi perpajakan, sanksi perpajakan pada dasarnya dimaksudkan agar masyarakat patuh dan mau melunasi kewajibannya untuk melunasi utang pajaknya dengan baik dan benar. Usaha untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak mempunyai banyak kendala antara lain tingkat kesadaran wajib pajak yang masih rendah sehingga wajib pajak telah berusaha untuk memperkecil kewajiban perpajakannya dari yang semestinya.

Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat secara umum juga dapat mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat semakin mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku. Tingkat pendidikan yang rendah juga akan tercermin dari masih banyaknya Wajib Pajak terutama orang pribadi yang mempunyai pekerjaan bebas yang tidak melakukan pembukuan atau yang masih melakukan pembukuan ganda untuk kepentingan pajak. Tingkat pendidikan yang rendah juga akan berpeluang Wajib Pajak enggan melaksanakan kewajiban perpajakannya karena kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang diterapkan.

Penelitian mengenai kepatuhan pajak sudah sering dilakukan. Penelitian Ikhsan (2007) tentang kajian faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak menyimpulkan bahwa secara simultan faktor kejelasan Undang-Undang dan peraturan perpajakan, filsafat negara dan tingkat pendidikan wajib pajak secara statistik

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Santi (2011) melakukan penelitian dengan kepatuhan WPOP sebagai variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan adalah kesadaran perpajakan, sikap rasional, lingkungan, sanksi denda dan sikap fiskus. Hasil dari penelitian tersebut adalah ada pengaruh signifikan dari kesadaran perpajakan, sikap rasional, lingkungan, sanksi denda dan sikap fiskus terhadap kepatuhan WPOP baik secara parsial maupun simultan.

Arum (2012) juga melakukan penelitian yang hampir sama dengan penelitian Santi. Yang membedakannya adalah Santi melakukan penelitian terhadap kepatuhan WPOP yang melakukan usaha dan pekerjaan bebas. Variabel bebas yang digunakan adalah kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus dan sanksi pajak. Hasil dari penelitian tersebut adalah ada pengaruh signifikan dari kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus dan sanksi pajak terhadap kepatuhan WPOP yang melakukan usaha dan pekerjaan bebas.

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi, yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya. Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela (voluntary of complience) merupakan tulangpunggung dari self assesment system, dimana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan kemudian secara akurat dan tepat waktu dalam membayardan melaporkan pajaknya. Menurut Safri Nurmantu yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:138), kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.

(4)

Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Membayar Pajak Penghasilan

Menurut Fallan (1999:141) dalam Siti Kurnia Rahayu (2010), pentingnya aspek pengetahuan perpajakan bagi wajib pajak sangat mempengaruhi sikap wajib Pajak terhadap system perpajakan yang adil. Dengan kualitas pengetahuan yang semakin baik akan memberikan sikap memenuhi kewajiban dengan benar melalui adanya system perpajakan suatu Negara yang dianggap adil. Dengan meningkatnya pengetahuan perpajakan masyarakat melalui pendidikan perpajakan baik formal maupun nonformal akan berdampak positif terhadap pemahaman dan kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak.

Ikhsan Budi R (2007) menyatakan bahwa secara umum semakin tinggi tingkat pendidikan wajib pajak, maka semakin mudah pula bagi mereka untuk memahami peraturan perpajakan. Wajib pajak yang sudah memahami peraturan perpajakan, termasuk memahami sanksi administrasi dan pidana fiskal, diharapkan dapat memenuhi kewajiban pajaknya. Apabila wajib pajak mampu untuk memahami peraturan perpajakan dengan baik, maka mereka akan memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak secara teratur.

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

H0.1: Tingkat pendidikan Wajib Pajak berpengaruh

positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam membayar pajak penghasilan

Pengaruh Pemahaman Terhadap Self Assessment pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Membayar Pajak Penghasilan

Self assessment system merupakan suatu pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang. Wajib Pajak diberi tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan. Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Fungsi penghitungan

memberi hak kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan peraturan perpajakan dan atas dasar fungsi penghitungan Wajib Pajak berkewajiban untuk membayar pajak sebesar pajak yang terutang ke Bank Persepsi atau Kantor Pos. Fungsi terakhir dari wajib pajak adalah melaporkan pembayaran dan berapa besar pajak yang telah dibayar ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

H0.2: Pemahaman terhadap self assessment

berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam membayar pajak penghasilan

Pengaruh Pelayanan Informasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Membayar Pajak Penghasilan

Pelayanan pajak (tax service) bertujuan untuk memberikan kenyamanan, keamanan, dan kepastian bagi Wajib Pajak didalam pemenuhan kewajiban dan haknya di dalam bidang perpajakan. Strategi pelayanan di terapkan untuk membentuk persepsi masyarakat yang positif tentang pajak dalam sistem self assesment yang berorientasi kepada kepuasan Wajib Pajak (taxpayer’s satisfaction). Melalui kepuasan Wajib Pajak atas pelayanan yang diperolehnya dapat mendorongnya untuk membayar pajak sesuai ketentuan sehingga menurunkan tingkat penghindaran pajak (Zain, 2004). Dari kondisi tersebut dimungkinkan adanya timbal balik dai Wajib Pajak berupa kepatuhan dalam membayar pajak penghasilan yang dimilikinya

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

H0.3: Pelayanan informasi perpajakan

berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam membayar pajak penghasilan

Pengaruh Pelaksanaan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Membayar Pajak Penghasilan

Sistem pemungutan pajak yang berdasarkan atas self assessment system, Wajib Pajak diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung menyetor

(5)

dan melapor sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Akan tetapi walaupun telah diberikan kepercayaan, ternyata masih ada Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Atas kepercayaan yang diberikan kepada Wajib Pajak, maka diperlukan tindakan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Tindakan tersebut salah satunya adalah melalui pemberian sanksi kepada wajib pajak yang tidak patuh. Sehingga Wajib Pajak yang tidak patuh dan yang kepatuhannya tergolong rendah, diharapkan dengan diberikannya sanksi, tingkat kepatuhannya akan menjadi lebih baik. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan sanksi perpajakan diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Fraternesi (2001) dalam Agus (2006) menyatakan bahwa WP akan mematuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi denda akan lebih banyak merugikannya. Semakin banyak sisa tunggakan pajak yang harus dibayar WP, maka akan semakin berat bagi WP untuk melunasinya. Walaupun WP tidak mendapatkan penghargaan atas kepatuhannya dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, WP akan dikenakan banyak hukuman apabila alfa atau sengaja tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

H0.4 : Pelaksanaan sanksi perpajakan berpengaruh

positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam membayar pajak penghasilan

METODE PENELITIAN Variabel Penelitian

Variabel independen mengenai pemahaman terhadap self assessment, pelayanan informasi perpajakan, dan pelaksanaan sanksi perpajakan diukur dengan menggunakan skala Likert. Dalam penelitian ini instrumen diukur dengan skala 5 point di setiap pertanyaannya untuk penentuan sikap responden, yaitu:

Angka 5 : Jika Sangat Setuju (SS) Angka 4 : Jika Setuju (S)

Angka 3 : Jika Ragu-Ragu / Netral (N) Angka 2 : Jika Tidak Setuju (TS)

Angka 1 : Jika Sangat Tidak Setuju (STS)

Sedangkan pengukuran variabel dependen mengenai kepatuhan wajib pajak dalam penelitian ini menggunakan metode dummy, yaitu menggunakan kriteria sebagai berikut:

a) Jika KWP (Kepatuhan Wajib Pajak) < 3, maka diberi skor = 0

b) Jika KWP (Kepatuhan Wajib Pajak) = 3, maka diberi skor = 1

c) Jika KWP (Kepatuhan Wajib Pajak) > 3, maka diberi skor = 1

Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi efektif yang terdaftar di KPP Pratama Malang Utara per Maret 2013. Dari data KPP Pratama Malang Utara, tercatat 61.644 Wajib Pajak Orang Pribadi efektif. Penentuan ukuran sampel dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2005 dalam Singgih dan Bawono, 2010) sebagai berikut:

Keterangan:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = error atau tingkat kesalahan yang ditetapkan, namun masih dapat ditolerir. Tingkat kesalahan yang ditetapkan sebesar 10%. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan convenience sampling yang artinya pengambilan sampling secara bebas tanpa menentukan status, atau keadaan dari responden sehingga menjadikan peneliti nyaman dan mudah dalam mengambil sampel (Sekaran, 2009:136).

n = 99,84

61.644 1 + 61.644(0,10)² n =

(6)

Metode Analisis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi logistik sebagai berikut:

Ln (P/1 – P) = b0 + b1PSA + b2PIP + b3PSP +

b4TP

Keterangan:

Ln = Log natural

P = probabilitas kepatuhan wajib pajak PSA = pemahaman terhadap self assessment

PIP = pelayanan informasi perpajakan PSP = pelaksanaan sanksi perpajakan TP = tingkat pendidikan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Slovin (Umar, 2005 dalam Singgih dan Bawono, 2010), diperoleh ukuran sampel sebanyak 100 kuesioner. Jumlah kuisioner yang disebarkan kepada responden sebanyak 100 kuisioner dan yang kembali sebanyak 100 kuisioner. Maka dari itu, didapatkan nilai tingkat pengembalian kuisioner (respon rate) dalam penelitian ini adalah 100%. Akan tetapi, setelah dilakukan pemeriksaan ternyata terdapat 11 kuisioner yang tidak dapat digunakan karena responden tidak memiliki NPWP sehingga didapatkan sejumlah kuisioner yang dapat diolah sebagai sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 89 kuisioner. Dengan demikian, didapatkan nilai tingkat pengembalian yang digunakan (usable respon rate) sebesar 89%. Jumlah sampel dan tingkat pengembalian kuisioner dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1

Deskripsi Objek Penelitian Kuesioner yang disebar 100 Kuesioner yang kembali 100 Dikurangi:

Kuesioner yang digugurkan (11) Sampel akhir pengamatan 89

Sumber: Data primer, diolah

Deskripsi Variabel

Tabel 2 Statistik Deskriptif

N Min Max Sum Mean Std. Deviation

Total_PSA 89 15 53 3732 41.93 4.882 Total_PIP 89 13 45 3065 34.44 5.125 Total_PSP 89 13 33 2211 24.84 3.411 TP 89 1 5 325 3.65 .862 Total_KWP 89 2 5 421 4.73 .649 Valid N (listwise) 89

Dari tabel 2 diatas diketahui bahwa untuk variabel pemahaman terhadap self assessment

diperoleh skor jawaban rata-rata (mean) sebesar 41,93 yang apabila dibagi dengan 11 butir pertanyaan yang ada pada kuisioner, diperoleh tingkat rata-rata jawaban responden pada skala 3 (dalam jawaban kuisioner berarti netral). Hasil analisis deskriptif tentang variabel pelayanan informasi perpajakan diperoleh skor jawaban rata-rata (mean) sebesar 34,44 yang apabila dibagi dengan 9 butir pertanyaan yang ada pada kuisioner, diperoleh tingkat rata-rata jawaban responden pada skala 3 (dalam jawaban kuisioner berarti netral). Hasil analisis deskriptif tentang variabel pelaksanaan sanksi perpajakan diperoleh skor jawaban rata-rata (mean) sebesar 24,84 yang apabila dibagi dengan 7 butir pertanyaan yang ada pada kuisioner, diperoleh tingkat rata-rata jawaban responden pada skala 3 (dalam jawaban kuisioner berarti netral).

Data tingkat pendidikan diperoleh berdasarkan tingkat pendidikan dari wajib pajak di KPP Malang Utara. Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif diperoleh skor jawaban dengan rata-rata sebesar 3,57, dalam penelitian dapat dikategorikan bahwa rata-rata jawaban responden berada pada skala 4 (dalam jawaban kuisioner tingkat pendidikan berarti sarjana).

Hasil dari statistik deskriptif tentang kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan diperoleh nilai rata-rata adalah 4,73 apabila dibagi dengan 5 butir pertanyaan pada kuisioner, maka diperoleh nilai 0,946 yang artinya responden penelitian

(7)

mempunyai tingkat kepatuhan wajib pajak yang baik.

Pengujian Hipotesis

Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis model fit adalah:

H0 = Model yang dihipotesiskan fit dengan data.

Ha = Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan

data.

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2LL pada akhir (Block Number = 1). Adanya penurunan nilai -2LL awal (initial -22 funcion) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit

dengan data. Hasil dari pengujian overall model fit

ini ditunjukkan pada analisis tabel dibawah ini. Tabel 3

Menilai Keseluruhan Model No -2 Log Likelihood Nilai

1 Awal (Block Number = 0) 26.238 2 Akhir (Block Number = 1) 14.322

Sumber: Data primer yang diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 3 di atas, nilai -2LL awal adalah sebesar 26.238. Setelah dimasukkan keempat variabel independen maka nilai -2LL akhir mengalami penurunan menjadi 14.322, penurunan likelihood (-2LL) ini menunjukkan bahwa H0 tidak dapat ditolak yang berarti bahwa

model regresi telah memiliki kesesuaian dengan data.

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemesshow’s

Goodness of Fit Test. Model ini digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan model dengan data sehingga dapat dikatakan fit) (Ghozali, 2009:268). Jika nilai Hosmer and Lemesshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness Fit Model tidak baik karena tidak memprediksi nilai observasinya. Jika nilai Hosmer and Lemesshow’s

Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05 maka

hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.

Tabel 4

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 .889 8 .999

Sumber: Data primer yang diolah, 2013

Berdasarkan tabel 4 diatas hasil pengujian dengan menggunakan analisis Hosmer and Lemesshow’s Goodness of Fit Test, pengujian atas kelayakan model regresi menunjukkan nilai Chi-square sebesar 0.889 dengan signifikansi (ρ) sebesar 0.999. Berdasarkan hasil analisis SPSS tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Hal ini dikarenakan nilai signifikansi (p) lebih besar (>) dari 0,05.

Besarnya koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diiterpretasikan seperti nilai R square pada regresi berganda (Ghozali, 2009:219). Tabel 5 Koefisien Determinasi Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 14.322a .125 .491

Sumber: Data primer yang diolah, 2013

Hasil output pengolahan data dari SPSS 17.0 yang dapat dilihat pada tabel 4.9, menunjukkan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,491. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan dalam penelitian ini adalah sebesar 49% sedangkan 51% lainnya dijelaskan oleh variabel-variabel di luar model penelitian.

Model regresi logistik yang dibentuk dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan tingkat signifikansi 0,05 disajikan pada tabel berikut ini:

(8)

Tabel 6

Hasil Uji Regresi Logistik

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Total_X1 1.910 .954 4.005 1 .045 6.751

Total_X2 .029 .183 .025 1 .875 1.029

Total_X3 -.354 .237 2.234 1 .135 .702

Total_X4 .419 .204 4.212 1 .040 1.520

Constant -.677 7.292 .009 1 .926 .508

Pembahasan Hasil Penelitian Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian analisis regresi logistik yang menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan memiliki nilai koefisien positif sebesar 1,910 dan nilai ρ-value sebesar 4,5% yang lebih kecil dari nilai α = 5%. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan wajib pajak maka semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dalam hal ini adalah pajak penghasilan. Dengan semakin tinggi tingkat pendidikan Wajib Pajak maka diharapkan pemahaman Wajib Pajak atas undang-undang perpajakan yang berlaku juga semakin baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cholifah (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan. Menurut Ikhsan Budi R (2007), tingkat pendidikan wajib pajak merupakan faktor yang berpengaruh

terhadap kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan Wajib Pajak, makin mudah pula bagi mereka dalam memahami peraturan perpajakan. Hal ini dibuktikan dengan adanya pengaruh signifikan dan positif tingkat pendidikan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Menurut Fikriningrum (2012), adanya pemahaman tentang perpajakan diharapkan dapat mendorong kesadaran wajib pajak untuk mau membayar pajak terutangnya. Semakin tinggi Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan maka semakin tinggi pula kemauan wajib pajak dalam membayar pajak.

Pemahaman Self Assessment

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa variabel pemahaman self assessment tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cholifah (2012) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara pemahaman self assessment dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan. Dari hasil pengujian regresi logistik

(9)

menunjukkan bahwa variabel pemahaman

self assessment memiliki nilai koefisien positif yaitu sebesar 0,029 dan nilai

ρ-value sebesar 87,5% yang lebih besar dari nilai α : 5%. Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman wajib pajak atas self assessment masih belum terlaksana dengan baik.

Dari hasil pengamatan peneliti masih banyak wajib pajak yang belum mampu untuk mengisi SPTnya sendiri sehingga petugas pajak berusaha keras membantu wajib pajak dalam mengisi SPT tersebut. Namun kesadaran wajib pajak dalam melaporkan SPTnya sebelum masa jatuh tempo sudah cukup baik karena wajib pajak sebagian besar melaporkan SPTnya tepat waktu dan yang mendapat surat teguran dari petugas pajak sangat sedikit. Selain itu dengan adanya Tax Center yang ada di kota Malang, para wajib orang pribadi yang karena kesibukan pekerjaannya lebih memilih menyerahkan urusan perpajakannya kepada Tax Center dalam hal menghitung, mengisi SPT serta melaporkan SPTnya ke KPP. Harapan yang perlu dilakukan fiskus pajak adalah perlu meningkatkan intensitas dalam mengadakan sosialisasi/penyuluhan dan pelatihan terpadu yang lebih luas mengenai pelaksanaan self assessment system agar masyarakat menjadi lebih sadar dan patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Pelayanan Informasi Perpajakan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa variabel pelayanan informasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cholifah (2012) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara pelayanan informasi perpajakan dengan

kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan.

Menurut penelitian Muhammad Syafiqurrahman dan Sri Suranta (2006), tentang faktor-faktor yang mempengaruhi wajib pajak terhadap kepatuhan pembayaran pajak restoran di Surakarta menunjukkan bahwa variabel pelayanan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dikarenakan kurangnya penyuluhan yang dilakukan. Sri Rustiyaningsih (2011) menyatakan bahwa kualitas pelayanan yang baik kepada wajib pajak akan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, dan begitu juga sebaliknya. Untuk itu dalam hal peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Media pelayanan informasi perpajakan DJP melalui website sudah cukup baik dengan menampilkan berbagai informasi dan peraturan perpajakan yang berlaku yang ditujukan kepada wajib pajak secara luas. Akan tetapi media tersebut masih belum sepenuhnya efektif untuk wajib pajak orang pribadi karena adanya keterbatasan SDM dan fasilitas yang dimiliki oleh wajib pajak orang pribadi untuk mengakses informasi-informasi tersebut. Petugas pajak perlu melakukan strategi khusus untuk mengatasi permasalahan tersebut yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi dengan mengetahui informasi-informasi perpajakan yang berlaku saat ini.

Pelaksanaan Sanksi Perpajakan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa variabel pelaksanaan sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

(10)

sebelumnya yang dilakukan oleh Cholifah (2012) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara pelaksanaan sanksi perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan.

Fraternesi (2001) dalam Agus (2006) menyatakan bahwa WP akan mematuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi denda akan lebih banyak merugikannya. Semakin banyak sisa tunggakan pajak yang harus dibayar WP, maka akan semakin berat bagi WP untuk melunasinya. Walaupun WP tidak mendapatkan penghargaan atas kepatuhannya dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, WP akan dikenakan banyak hukuman apabila alfa atau sengaja tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan apabila di dalam penelitian ini ditemukan semakin positif tingkat pelaksanaan sanksi perpajakan maka semakin meningkat pula kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Temuan ini mendukung hasil penelitian Agus (2006), Santi (2012), dan Arum (2012) menunjukkan bahwa pelaksanaan sanksi perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

PENUTUP Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan dan pelaksanaan sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan Wajib Pajak Orang Pribadi dan pelaksanaan sanksi perpajakan, maka semakin tinggi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi untuk membayar pajak penghasilan. Dengan semakin tinggi tingkat pendidikan Wajib Pajak, maka semakin mudah Wajib

Pajak memahami peraturan perpajakan yang dapat mendorong kemauan Wajib Pajak untuk membayar pajak. Selain itu sanksi denda yang dipandang akan lebih merugikan, Wajib Pajak Orang Pribadi akan lebih patuh membayar kewajiban perpajakannya

Sedangkan variabel pemahaman self assessment dan pelayanan informasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam membayar pajak penghasilan. Hal ini dikarenakan kurangnya penyuluhan/sosialisasi secara luas mengenai self assessment system dan kesibukan Wajib Pajak yang mendorong Wajib Pajak untuk menyerahkan urusan perpajakannya kepada tax center yang ada serta belum efektifnya pelayanan informasi perpajakan melaui media

website oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang menyebabkan Wajib Pajak Orang Pribadi tidak mengetahui peraturan perpajakan terbaru yang berlaku.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian dari penelitian ini, maka beberapa saran yang dapat disampaikan adalah:

1. Bagi Aparatur Pajak (fiskus)

Aparatur pajak diharapkan menerapkan strategi khusus untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dalam hal penyuluhan/sosialisasi mengenai self assessment system dan informasi perpajakan dengan melakukan pelatihan terpadu secara rutin dengan wilayah yang lebih luas. Serta melakukan pengawasan yang lebih terhadap peraturan perpajakan terkait sanksi denda yang berlaku. Dengan mempertimbangkan jumlah sanksi yang diberlakukan untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

(11)

2. Bagi Wajib Pajak

Wajib pajak diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuannya mengenai perpajakan baik dalam hal self assessment system, informasi perpajakan dan sanksi denda yang berlaku. Dengan meningkatnya pemahaman dan pengetahuan mengenai perpajakan, maka dapat mempermudah Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sehingga akan dapat meningkatkan penerimaan pajak.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan metode wawancara untuk mengurangi respon bias dari jawaban responden dan melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan populasi yang lebih luas dalam meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Selain itu, diharapkan pula menggunakan variabel-variabel pendukung lainnya yang dapat memungkinan untuk berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

DAFTAR PUSTAKA

, 2012. Tingkat Kepatuhan Wajib

Pajak Rendah.

http://www.ortax.org/ortax/?mod= berita&page=show&id=12450&q

=&hlm=6. diakses pada tanggal 11

September 2012.

Agusti, Asri Fika dan Vinola Herawaty. 2009. Pengaruh Tingkat Kepatu- han Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Yang Dimoderasi Oleh Pemerik- saan Pajak Pada KPP Pratama.

Makalah Simposium Nasional Akuntansi 12, Palembang.

Anonim,

http://www.fiskal.depkeu.go.id/20 10/ diakses pada 31 Mei 2013. Cholifah, Muftiana. 2012. Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempenga- ruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar Di KPP Pratama Surakarta). Jurnal Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Fikriningrum, Winda Kurnia. 2012.

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Jatmiko, Agus Nugroho. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksa- naan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus, dan Kesadaran Perpajak- an Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Tesis. Semarang: Program Studi Magister Akuntansi Universitas Diponegoro.

Kusumawati, Tarjo dan Indra. 2006.

Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Pelaksa- naan Self Assessment System: Suatu Studi Di Bangkalan. JAAI Vol. 10 No. 1, Juni: 2006.

Rustiyaningsih, Sri. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. Widya Warta No.02 Tahun XXXV / Juli 2011, ISSN 0854-1981.

Santi, Anisa Nirmala. 2011. Analisis Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Sikap Rasional, Lingkungan, Sanksi Denda dan Sikap Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Skripsi. Semarang: Fakultas

(12)

Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Inde-pendensi, Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabili- tas terhadap Kualitas Audit (Studi pada Auditor di KAP “Big Four” di Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.

Supriyati, & Hidayati, Nur. 2008.

Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Keptuhan Wajib Pajak. Surabaya: STIE Perbanas.

Syafiqurrahman, Muhammad dan Sri Suranta. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Mem-

bayar Pajak Restoran di

Surakarta.

http://sirine.uns.ac.id/penelitian.ph p?act=detail&idp=178

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Pemahaman Peraturan Perpajakan serta Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Membayar Pajak Tahun 2014

Pengaruh Sanksi Perpajakan, Pelayanan Fiskus, dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada Wajib Pajak.. 68

Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Pemahaman Peraturan Perpajakan Serta Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Tahun

“Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris

Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Pemahaman Peraturan Perpajakan Serta Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Tahun

PEMAHAMAN PERPAJAKAN, PERSEPSI SANKSI PAJAK, DAN KUALITAS PELAYANAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM” 1.2 Perumusan

W.K Sarunan (2015) “Pengaruh Modernisasi Sistem Administratif Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Manado”

Dalam rangka penelitian untuk skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Sosialisasi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi