• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. METODE PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada unit usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mitra dengan Lembaga Pertanian Sehat (LPS) di bawah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Dompet Dhuafa Republika di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa unit usaha KKT Lisung Kiwari merupakan satu-satunya usaha pengomposan di Desa Ciburuy yang memiliki potensi untuk pengembangan usaha dan juga sebagai salah satu desa yang berkomitmen mendukung program pemerintah Go Organic 2010 melalui program P3S Bogor yang dipopulerkan LPS-DD (Lembaga Pertanian Sehat-Dompet Dhuafa). Selain itu, pelaksanaan pengusahaan pupuk kompos ini belum pernah melakukan studi kelayakan terhadap usahanya. Pengambilan data ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2010.

4.2 Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait dan observasi langsung di lapangan. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani anggota unit usaha koperasi mengenai aspek produksi, ketua KKT Lisung Kiwari mengenai perkembangan unit usaha dan aspek kelayakan, LPS-DD mengenai kemitraan yang dijalin serta wawancara dengan staf Pemerintah Desa untuk mengetahui kondisi pengusahaan pupuk kompos dan bentuk dukungan pemerintah daerah terhadap usaha pengomposan di Kabupaten Bogor. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil laporan perusahaan, studi literatur berbagai buku dan skripsi, internet, serta data dari instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Pemerintah Daerah. Alat pengumpul data atau instrumentasi yang digunakan adalah alat pencatat, alat perekam, dan alat penyimpan elektronik.

(2)

4.3 Metode Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan di beberapa lokasi pada bulan Februari-April 2010. Pengumpulan data primer diperoleh pada saat turun lapang ke lokasi penelitian yaitu Desa Ciburuy yang meliputi usaha pengomposan dan Desa Harjasari yang meliputi sistem kemitraan LPS. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data primer adalah wawancara langsung dan mendalam serta observasi lapang. Sedangkan lokasi pengumpulan data sekunder meliputi Pemerintah Daerah, perpustakaan IPB, Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur dan browsing internet.

4.4 Metode dan Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif meliputi tahap pengolahan data dan interpretasi data secara deskriptif. Data kuantitatif yang diperoleh selama penelitian diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 yang relatif mudah untuk dioperasikan. Sedangkan data kualitatif diolah dan disajikan secara deskriptif.

Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai pengusahaan pupuk kompos sebagai bentuk pengolahan limbah organik dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengkaji kelayakan usaha pupuk kompos dilihat dari aspek finansial. Analisis finansial mengolah data berdasarkan kriteria kelayakan finansial yaitu Net Present value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Selain itu, analisis sensitivitas juga perlu dilakukan apabila terjadi perubahan pada faktor yang dapat mempengaruhi usaha dengan menggunakan metode switching value.

4.5 Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan yang dilakukan terhadap berbagai aspek dalam studi kelayakan usaha yaitu: analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan

(3)

hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan serta aspek finansial. Analisis aspek-aspek tersebut adalah:

1. Analisis Aspek Pasar

Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yeng berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli. Aspek pasar mengkaji permintaan, penawaran, harga jual produk, program pemasaran, serta perkiraan penjualan. Suatu perusahaan dapat dikatakan layak secara aspek pasar, apabila usaha tersebut memiliki peluang dan potensi pasar untuk memasarkan produk yang dihasilkannya serta dapat menghasilkan jumlah hasil penjualan yang memadai dan menguntungkan.

2. Analisis Aspek Teknis

Pada aspek teknis, variabel-variabel yang dianalisis meliputi lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan jenis teknologi. Dalam suatu bisnis, beberapa variabel yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi bisnis diantaranya ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi (Nurmalina et al. 2009). Pemilihan lokasi yang tepat dapat mengurangi sebanyak mungkin seluruh dampak negatif dan mendapatkan lokasi dengan paling banyak faktor-faktor produksi (Umar 2005). Parameter kelayakan suatu usaha berdasarkan aspek teknisnya, yaitu apakah usaha tersebut menjalankan usahanya sesuai dengan standard operation procedure (SOP). Jika perusahaan telah menjalankan usaha sesuai SOP (baik dalam proses produksi maupun ketepatan penggunaan peralatan dan teknologi), maka usaha tersebut layak secara aspek teknis, dan sebaliknya.

3. Analisis Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen membicarakan mengenai bagaimana perencanaan pengelolaan proyek tersebut dalam pengoperasian. Analisis ini dilakukan secara kualitatif untuk melihat bagaimana penerapan fungsi dari manajemen pada kegiatan. Aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal perusahaan. Adapun hal-hal yang dibahas pada aspek ini meliputi manajemen sumber daya manusia, bentuk organisasi, dan struktur organisasi. Sedangkan aspek hukum

(4)

mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Ditinjau dari aspek manajemen dan hukumnya, suatu usaha dapat dikatakan layak apabila usaha tersebut telah menjalankan fungsi manajemen yang menjadikan usaha berjalan efektif dan efisien serta memiliki kekuatan hukum yang dapat memperlancar kegiatan bisnis.

4. Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Aspek sosial mengkaji penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran dan pengaruh usaha terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Dari segi ekonomi suatu usaha dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Perubahan dalam teknologi atau peralatan mekanis dalam bisnis dapat secara budaya mengubah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat (Nurmalina et al. 2009). Suatu usaha dapat dikatakan layak ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, dan budaya, apabila usaha tersebut secara sosial budaya diterima dan secara ekonomi memberikan kesejahteraan ataupun manfaat kepada negara umumnya dan masyarakat sekitar proyek khususnya, dan sebaliknya.

5. Analisis Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan mengkaji mengenai dampak positif maupun negatif terhadap lingkungan sekitar dari suatu usaha. Pelaku proyek perlu mempertimbangkan pola dan kebiasaan-kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh proyek. Pelaku proyek juga perlu meneliti secara cermat mengenai masalah dampak lingkungan yang merugikan dari investasi yang diusulkan.

6. Analisis Aspek Finansial

Analisis aspek finansial menggunakan alat ukur kelayakan melalui pendekatan kriteria investasi sehingga dapat diketahui tingkat kelayakan pengusahaan pupuk kompos. Kriteria kelayakan investasi yang akan digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return (IRR), dan Payback Period (PP).

(5)

Net Present value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara nilai benefit sekarang dan nilai biaya sekarang pada tingkat suku bunga tertentu selama umur proyek. Kriteria kelayakan investasi ini menjelaskan bahwa suatu bisnis dapat dinyatakan layak apabila jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. NPV dirumuskan sebagai berikut:

NPV =

=

+

n t t t t

i

C

B

1

(

1

)

  Sumber  : Nurmalina et al. (2009) 

Keterangan:

NPV : Jumlah nilai bersih sekarang (Rupiah)

Bt : Manfaat yang diperoleh pada tahun ke-t (Rupiah) Ct : Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rupiah) t : Periode waktu (t = 1,2,3,….,n tahun)

n : Umur Proyek (Tahun)

i : Tingkat suku bunga/diskonto (%)

Kriteria kelayakan investasi berdasarkan NPV mencakup tiga kriteria, yaitu: (1) nilai NPV > 0, artinya bisnis layak untuk dijalankan, (2) nilai NPV = 0, artinya usaha tersebut mengembalikan sama besarnya dengan nilai uang yang ditanamkan untuk mencapai hasilnya dan usaha tetap layak dijalankan, (3) nilai NPV < 0, artinya usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan.

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Secara matematis Net B/C dapat dirumuskan sebagai berikut: Net B/C =

= =

+

+

n t t t t n t t t t

i

C

B

i

C

B

1 1

)

1

(

)

1

(

Dimana

)

0

(

)

0

(

<

>

t t t t

C

B

C

B

(6)

Keterangan:

Bt : Manfaat yang diperoleh pada tahun ke-t (Rupiah) Ct : Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rupiah) t : Periode waktu (t = 1,2,3,….,n tahun)

n : Umur Proyek (Tahun)

i : Tingkat suku bunga/diskonto (%)

Kriteria kelayakan investasi berdasarkan Net B/C mencakup tiga kriteria, yaitu: (1) Net B/C > 1, artinya bisnis layak untuk dijalankan dan dapat menghasilkan keuntungan, (2) Net B/C = 1, artinya bisnis layak untuk dijalankan tetapi tidak mendapatkan keuntungan ataupun kerugian, (3) Net B/C < 1, artinya bisnis tidak layak dijalankan karena menimbulkan kerugian.

Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan kriteria investasi yang digunakan untuk mengukur seberapa besar pengembalian proyek atau usaha terhadap investasi yang ditanamkan. IRR merupakan nilai discount rate yang membuat NPV dari usaha sama dengan nol. IRR dirumuskan sebagai berikut:

IRR = ( ' ) ' i i NPV NPV NPV i − − +

  Sumber  : Nurmalina et al. (2009) 

Keterangan :

i : tingkat discount rate yang menghasilkan NPV positif (%) i’ : tingkat discount rate yang menghasilkan NPV negatif (%) NPV : NPV yang bernilai positif (Rupiah)

NPV’ : NPV yang bernilai negative (Rupiah)

Kriteria kelayakan investasi berdasarkan IRR mencakup dua kriteria, yaitu: (1) nilai IRR lebih besar atau sama dengan tingkat discount rate yang berlaku, artinya usaha layak untuk dijalankan karena pada kondisi tersebut nilai NPV lebih besar atau sama dengan nol, (2) nilai IRR lebih kecil dari tingkat

discount rate yang berlaku, artinya usaha tidak layak dijalankan karena ada alternatif penggunaan lain yang lebih menguntungkan.

(7)

Payback Period (PP)

Payback Period atau masa pengembalian investasi merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Semakin cepat pengembalian biaya investasi suatu usaha, semakin baik usaha tersebut karena semakin lancar perputaran modal dan semakin kecil risiko yang dihadapi investor. Payback period dapat dirumuskan sebagai berikut:

Payback period =

b

A

I

  Sumber  : Nurmalina et al. (2009)  Keterangan :

I : Jumlah modal investasi yang dibutuhkan (Rupiah)

Ab : Keuntungan bersih yang diperoleh pada setiap tahunnya(Rupiah/tahun) Nilai payback period berbanding terbalik dengan nilai NPV, semakin tinggi nilai NPV maka nilai payback period yang dihasilkan semakin kecil. Semakin kecil nilai payback period yang didapat maka manfaat yang diperoleh semakin besar karena investasi yang ditanamankan cepat dikembalikan.

4.6 Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)

Dalam analisis studi kelayakan bisnis, adanya kemungkinan terjadinya perubahan pada variabel-variabel yang dapat mempengaruhi keberlangsungan suatu usaha menjadikan analisis sensitivitas penting untuk dilakukan. Pada penelitian ini, analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan metode nilai pengganti (switching value) untuk melihat batas tingkat kelayakan dari usaha ini jika terjadi perubahan-perubahan pada variabel-variabel yang mempengaruhi usaha.

Analisis nilai pengganti ini merupakan cara perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari peningkatan harga input atau perubahan maksimum dari penurunan harga output dan jumlah produksi yang masih dapat ditoleransi agar pengusahaan pupuk kompos ini masih tetap layak untuk dijalankan. Perhitungan mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai

(8)

menghasilkan nilai NPV sama dengan nol, nilai Net B/C sama dengan satu, dan nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku.

Switching value dilakukan terhadap variabel-variabel yang paling mempengaruhi kelayakan usaha pupuk kompos baik dari sisi penerimaan maupun dari sisi pengeluaran. Penentuan variabel tersebut didasarkan pada pengalaman usaha selama ini. Dari sisi pengeluaran, analisis switching value dilakukan pada variabel harga bahan baku kotoran sapi karena pengaruh faktor cuaca. Dari sisi penerimaan, analisis switching value dilakukan pada variabel jumlah produksi dan harga jual karena adanya kemungkinan pasokan bahan baku yang berkurang dan penurunan kualitas pupuk kandang.

4.7 Asumsi Dasar yang Digunakan

Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Umur unit usaha pupuk kompos KKT Lisung Kiwari ditetapkan selama 10 tahun berdasarkan umur ekonomis lantai pengomposan yang dimilikinya, dimana variabel tersebut merupakan pengeluaran investasi terbesar pada bangunan produksi dengan umur ekonomis terlama yang berpengaruh dalam kondisi pengusahaan.

2. Output yang dihasilkan oleh unit usaha hanya berupa pupuk kompos tanpa kemasan. Hak cipta teknologi produksi dan merk dagang OFER (Organic Fertilizer) adalah milik LPS.

3. Bahan baku untuk menghasilkan pupuk kompos adalah jerami giling, arang sekam, dedak halus, kotoran sapi, dolomit, molase, bioaktivator EM4 (effective microorganisme), dan air.

4. Penentuan harga yang digunakan dalam perhitungan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian dilakukan tahun 2010 dan diasumsikan konstan hingga umur usaha berakhir.

5. Pengemasan pupuk kompos dilakukan oleh unit usaha namun karung kemasan berasal dari LPS. Hal ini berimplikasi pada harga beli rata-rata yang diterima unit usaha hanya sebesar harga curah yaitu Rp 450,- per kg. LPS sendiri hanya membayarkan upah pengemasan sebesar Rp 30.000,- per HOK.

(9)

6. Lantai petakan pengomposan yang digunakan seluas 50 m2 untuk 4 petak. Satu petakan pengomposan seluas 12,5 m2 dengan kapasitas 1 ton per 10 hari. Kapasitas total empat petakan pengomposan sebesar 4 ton per 10 hari atau 12 ton per bulan setara 144 ton per tahun.

7. Modal yang digunakan dalam usaha ini berasal dari modal sendiri.

8. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama usaha yaitu tahun 2010 karena pembangunan rumah produksi hanya membutuhkan waktu dua bulan dan diasumsikan awal investasi berada pada bulan pertama di tahun pertama. 9. Biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang telah habis umur

ekonomisnya.

10. Alat pencacah jerami atau chopper diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor sehingga dalam analisis digunakan pendekatan opportunity cost sebesar Rp 3.750.000,- per unit.

11. Biaya sertifikasi produk dan uji kandungan hara tidak termasuk bagian dari biaya unit usaha karena proses penjaminan produk sepenuhnya dilakukan oleh LPS sebagai mitra petani.

12. Biaya pemeliharaan bangunan sepuluh persen dari biaya investasi bangunan dan diasumsikan konstan selama umur usaha.

13. Upah tenaga kerja per HOK sebesar Rp 30.000,- per orang.

14. Penyusutan barang investasi menggunakan metode garis lurus. Perhitungan beban penyusutan dilakukan untuk perhitungan laba-rugi yang akan menghasilkan besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar oleh pengelola koperasi setiap tahunnya.

15. Tingkat diskonto yang digunakan untuk kelayakan pengusahaan pupuk kompos diasumsikan tetap hingga akhir umur usaha, yaitu tingkat suku bunga deposito Bank Indonesia sebesar 6,5 persen. Penentuan didasarkan pada social opportunity cost of capital dari dana yang dimiliki unit usaha.

16. Pada analisis finansial skenario I didasarkan pada kondisi usaha saat ini dengan jumlah produksi pupuk kompos rata-rata sebesar 12 ton per bulan. Pada analisis finansial skenario II didasarkan pada kondisi pengembangan usaha dengan peningkatan jumlah produksi menjadi 21 ton per bulan melalui perluasan bangunan pengomposan.

(10)

17. Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a dan 31 E, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu :

• Pasal 17 ayat 1 b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen).

• Pasal 17 ayat 2 a.Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.

• Pasal 31 E Bagi WP UMKM yang berbentuk badan diberikan insentif pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif normal yang berlaku terhadap bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8 miliar. Pemberian insentif tersebut dimaksudkan untuk mendorong berkembangnya UMKM yang pada kenyataannya memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian di Indonesia. Pemberian insentif juga diharapkan dapat mendorong kepatuhan WP yang bergerak di UMKM.

Referensi

Dokumen terkait

Persada Indah Elektrindo menjadi lebih tersisih, disebabkan industri besar (dari luar negeri) yang memiliki banyak modal akan lebih sulit disaingi baik dari segi sumber

Minat adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan menfokuskan diri pada sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas (Hilgar&amp;Slameto ; 1988

terjadi di lingkungan sekitar, antara lain: (a) pungutan liar tindak pidana, yaitu korupsi uang negara, menghindari pajak bea cukai; (b) pungutan liar jenis tindak

penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi bagi guru perlu di evaluasi secara komprehensif agar dapat mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi penyebab manajemen

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) hubungan pengetahuan mahasiswa terhadap perilaku menghadapi virus corona 2) hubungan sikap mahasiswa terhadap

 – Fovea costalis superior &amp; inferior  – Pediculus arcus vertebra.  – Incisura vertebralis superior

Banjir bulan ini, Denny mengung- kapkan daerah yang terdampak paling parah ada di tiga wilayah, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara.. “Sampai tujuh hari ke depan

Komposisi yang dianggap baik dalam pembuatan Gorong-gorong pada umumnya adalah 1 bagian semen dicampur dengan 4 bahan pembuat (1:4:1) sehingga dalam aktifitas ini saya coba