• Tidak ada hasil yang ditemukan

ORGANISASI PROFESI DALAM DUNIA PERPUSTAKAAN Nurintan Cynthia Tyasmara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ORGANISASI PROFESI DALAM DUNIA PERPUSTAKAAN Nurintan Cynthia Tyasmara"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ORGANISASI PROFESI DALAM DUNIA PERPUSTAKAAN

Nurintan Cynthia Tyasmara

PENDAHULUAN

Profesi dapat diartikan sebagai kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan keterampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan rumit dari manusia, didalamnya diperlukan adanya cara yang benar yang hanya bisa dicapai dengan adanya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang sangat luas.

Ciri utama profesi adalah sebagai berikut:

1. Mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah profesi. Pelatihan ini diberikan setelah seseorang memperoleh gelar sarjana.

2. Pendidikan dan pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan.

3. Tenaga yang terlatih yang mampu memberikan jasa yang penting pada masyarakat.

Selain ciri utama, ada juga ciri tambahan yaitu:

1. Adanya proses lisensi atau sertifikat, misalnya seoran dokter yang mempunyai sertifikat berpraktik sebelum diijinkan berpraktik.

2. Adanya organisasi. Organisasi profesi memiliki tujuan memajukan profesi serta meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Contoh organisasi profesi perpustakaan seperti IPI (Ikatan Perpustakaan Indonesia) dan di tingkat internasioanl seperti IFLA, CONSAL, ALA, dll.

Orang yang melaksanakan profesinya disebut profesional, artinya melaksanakan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh sesuai keahlian yang dimilikinya. Pustakawan adalah tenaga profesional yang bertugas mengelola perpustakaan, mengorganisasi materi perpustakaan agar dapat digunakan oleh pemakai. Pustakawan merupakan sebuah profesi informasi. Profesi informasi merupakan semua profesi yang berkaitan dengan informasi terekam. Profesi informasi ini mencakup pustakawan, arsiparis, dokumentasi, manager arsip dinamis, serta kini muncul profesi informasi lainnya seperti pialang informasi, pustakawan cyber dan pustakawan web.

(2)

PEMBAHASAN

Berikut ini merupakan organisasi profesi dalam dunia perpustakaan, yaitu antara lain: 1. IFLA (International Federation of Library and Assosiation)

IFLA berdiri pada tahun 1927 dengan markas besarnya di Den Haag, Belanda. Angggota IFLA terbatas pada organisasi pustakawan dan perpustakaan tidak menerima anggota perorangan. Pada mulanya IFLA merupakan kepanjangan dari International Federationof Library Association lalu diubah menjadi International Federation of Library Association and Institution.

Di dalam IFLA terdapat komisi dan seksi seperti :

a. Library School, National and University Libraries, Public Libraries dan Special Libraries.

Sub seksi :

Ø University Libraries

Ø Library Work With Children Ø Libraries in Hospital

Ø Social Science Libraries

Ø INTAMEL (International Association of Metropolitan Cities Libraries). b. Komisi yang ada pada IFLA disibut committee

Ø Committee on Bibliography Ø Cataloguiong

Ø Echange of Publication Ø Library Building Ø Official Publication Ø Statistics and Standards.

Disamping itu masih ada kelompok kerja yang disebut Working Groups yang dibagai menjadi dua kelompok yaitu kelompok bahas Inggris dan kelompok bahasa Perancis. (contoh yang ada Working Groups on Developing Countries).

Keanggotaan IFLA terbatas pada organisasi pustakawan, perpustakaan, sekolah perpustakaan serta lembaga lain (dikelompokan sebagai Associate Member). Saat ini angggota IFLA sekitar 240 anggota penuh dan 1000 Associate Member. IFLA giat

(3)

dalam kegiatan kepustakawanan (misal dalam bidang pengkatalogan, standar perpustakaan, statistik serta topik lain yang berkaitan). Disamping itu IFLA juga menerbitkan IFLA Annual, IFLA Journal (terbit setahun empat kali).

2. ALA (American Library Association)

ALA didirikan pada tanggal 6 Oktober 1876 di Phildelpia AS, yang terbentuk setelah adanya konferensi pustakawan yang juga dihadiri oleh Melvil Dewey. Organisasi tersebut merupakan organisasi perpustakaan tertua dan terbesar di dunia yang beranggotakan sekitar 35.000 anggota yang terdiri dari 30.000 anggota dan 5.000 anggota badan korporasi. ALA berkantor di Chicago, Illinois dan mempunyai staf sebanyak 275 orang.

Pengurus besar ALA sebanyak 150 orang yang mengadakan rapat dua kali dalam setahun, serta ada pertemuan dewan eksekutif yang dilaksanakan 4 kali dalam setahun, kadang-kadang lebih.

Sumber keuangan ALA didapat dari iuran anggota, penjualan terbitan ALA serta sumbangan beberapa yayasan. ALA terbagai atas 56 cabang (chapters) serta 13 divisi sesuai dengan kebutuhan pustakawan dan jasa perpustakaan. Divisi yang ada ialah Children Service Division, Library Administration Division, Young Adult Service Division. Divisi dan komisi yang dibentuk bertugas melaksanakan lebih lanjut program ALA, seperti menyusun panduan pengkatalogan, jasa referensi, melakukan seminar dan pendidikan berkelanjutan bagi pustakawan.

Majalah resmi ALA berjudul American Libraries (tahun 1907-1969 berjudul ALA Bulettin) yang terbit 11 kali setahun dan dibagikan cuma-cuma untuk anggotanya, selain majalah ALA juga menerbitkan buku dan laporan yang penting bagi bagi pustakawan dan pimpinan perpustakaan.

Di AS ada beberapa organisasi pustakawan menurut negara bagian, seperti Ohio Library Association, organisasi pustakawan di negara bagian terpisah dari ALA dan setiap organisasi memiliki Ketua dan komisi masing-masing yang menyelenggarakan pertemuan tahunan dan pertemuan berkaitan dengan profesi, juga menerbitkan majalah. Disamping itu juga ada organisasi menurut pembagian wilayah AS, misalnya South East Regional Library Association dll. Disamping itu masih ada organisasi menurut minat dan kegiatan tertentu

(4)

3. LA (Library Association)

Library Association (LA) merupakan organisasi pustakawan Inggris, berdiri tahun 1877 bermarkas di London, selama berlangsungnya International Library Conference di London. Pada tahun 1898 LA memperoleh Royal Charter yang merupakan pengakuan pemerintah Inggris terhadap oraganisasi tersebut. Pada tahun-tahun pertama berdirinya LA menghadapi banyak kesulitan, hal yang sama terjadi pada tahun 1920an.

Tahun 1910 LA mendapat berbagai bantuan Carnegie United Kingdom Trust. Tahun 1931 Carnegie Trust menawarkan bantuan keuangan untuk mendirikan markas besar, kemudian pada tahun 1965 markas besar LA pindah ke bagian barat London (gedung lama diambil alih oleh University of London).

Pada awalnya hanya sedikit pustakawan yang mau menjadi anggota LA, hal tesebut karena minimnya bantuan pemerintah bagi perpustakaan. Tahun 1880 LA hanya mempunyai 240 anggota, tahun1930 menjadi 2.800 anggota terjadi peningkatan jumlah pada tahun 1948 menjadi 7.700 anggota, tahun 1954 naik menjadi 11.l800; tahun 1963 meningkat menjadi 15.000, tahun 1976 menjadi 23.000, kemudian pad tahun 1988 menjadi 35.000 anngota

LA Mula-mula menyelenggarakan pendidikan pustakawan dan lulusanya mendapat ijazah dari LA, dan pada tahun 1970an kegiatan tersebut dihentikan karena sudah ada berbagai sekolah perpustakaan yang menghasilkan lulusan sesuai dengan standar LA.

LA giat menyelenggarakan penataran, kursus penyegar, pendidikan berkesinambungan agar pustakawan praktisi tetap mampu mengikuti perkembangan dalam bidang masing-masing.

Fungsi LA lainnya membuat direktori pustakawan terdaftar yang disebut Chartered Librarian → pustakawan yang terdaftar pada LA, menyelenggarakan konres nasional tiap tahun, serta melaksanakan konferensi, lokakarya,seminar dan sejenisnya. Di Inggris seorang pustakawan harus terdaftar pada LA, hal tersebut diperlukan karena jika perpustakaan menerima calon pegawai mensyaratkan seseorang terdaftar pada LA → Jika seorang tidak terdaftar pada LA maka dia bukanlah seorang Chartered Librarian. Hal ini membuat sulit mencari pekerjaan, hal tersbut juga diberlakukan di Kenya. Di

(5)

Indonesia sekarang ini seorang pustakawan baru menyatakan dirinya sebagai tenaga fungsional atau bukan. LA juga memberikan berbagai hadiah dan piala seperti Kate Greenway Medal, Carnegie Medal, Bestermann Medal yang diberikan kepada bibliografi yang terbaiks setiap tahun.

ALA menerbitkan terbitan antara lain seperti Library Association Record, Journal of Librarianship, Library Association Year Book, British Technology Index, British Humanity Index, Radials Bulletin, Library and Information Abstract (LISA).

4. CONSAL Congress of Southeast Asian Librarians)

CONSAL (Congress of Southeast Asian Librarians) merupakan kongres pustakawan se-Asia Tenggara yang diadakan setiap 3 tahun sekali dan diselenggarakan secara bergilir di masing-masing negara anggota, khususnya negara- negara ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Kamboja, Vietnam, Laos, Myanmardan Brunei Darussalam. Dalam setiap kongres yang di adakan di masing-masing negara anggota, biasanya yang menjadi tuan rumah/panitia adalah Perpustakaan Nasional dan Ikatan/Asosiasi Profesi Pustakawan yang ada pada masing-masing negara anggota. Di Indonesia sendiri kegiatan ini ditangani oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia bersama-sama dengan Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI).

CONSAL sebagai ajang pertemuan para pustakawan di Asia Tenggara merupakan sarana yang tepat untuk mengadakan tukar pengalaman dan tukar pikiran dalam mengembangkan pengetahuan tentang perpustakaan dan profesi pustakawan serta mengantisipasi perkembangan dunia perpustakaan dan kepustakawanan di masa depan. Selain kegunaannya bagi perkembangan dunia perpustakaan dan profesi pustakawan, kongres ini juga dapat memberi sumbangan kepada bertambah eratnya saling pengertian dan persahabatan serta kerjasama saling bermanfaat antara bangsa-bangsa di kawasan Asian Tenggara.

Sejak di mulainya Kongres Pustakawan se-Asia Tenggara yang pertama di Singapura pada tanggal 14- 16Agustus 1970 sampai dengan yang terakhir Kongres ke 14 yang diadakan di Vietnam pada tanggal 19 - 22 April 2009, telah banyak masalah-masalah dan gagasan- gagasan yang dibicarakan yang berkaitan dengan kemajuan dunia perpustakaan dan profesi pustakawan di kawasan Asia Tenggara, khususnya negara-

(6)

negara anggota CONSAL. Tetapi mungkin kita perlu mengkaji apakah setelah 14 kali CONSAL melakukan kongres banyak manfaat yang telah didapat dari kegiatan kongres tersebut. Tentunya yang diharapkan oleh semua negara peserta CONSAL, setelah kongres ada perubahan- perubahan yang dilakukan dalam hal pengembangan dunia perpustakaan dan profesi kepustakawan di masing-masing negara peserta.

CONSAL1

Tema : Prospek Baru Untuk Kerjasama Asia Tenggara Lokasi: Singapura Tanggal: 14-16 Agustus 1970 CONSAL II

Tema: Pendidikan dan Pelatihan Perpustakaan

Lokasi: Manila, Filipina Tanggal: 1-14 Desember 1973 CONSAL III

Tema: Perpustakaan Terpadu dan Jasa Dokumentasi dalam Framework NATIS Lokasi: Jakarta, Indonesia Tanggal: 1-5 Desember 1975

CONSAL IV

Tema: Kerjasama Regional Untuk Pengembangan Layanan Informasi Nasional Lokasi: Bangkok, Thailand Tanggal: 5-9 Juni 1978

CONSAL V

Tema: Akses Informasi

Lokasi: Kuala Lumpur, Malaysia Tanggal: 25-29 Mei 1981 CONSAL VI

Tema: Perpustakaan dalam Revolusi Informasi Lokasi: Singapura Tanggal: 30 May-3 Juni 1983

CONSAL VII

Tema: Perpustakaan untuk Pembangunan Desa di Asia Tenggara Lokasi: Manila, Filipina Tanggal: 12-21 Februari 1987

CONSALVIII

Tema :Tantangan Baru Layanan Perpustakaan di Dunia Berkembang Lokasi: Jakarta, Indonesia Tanggal: 11-14 Juni 1990

(7)

Tema : Dimensi Masa Depan dan Pengembangan Perpustakaan Lokasi: Bangkok,Thailand Tanggal: 2-7 Mei 1993

CONSALX

Tema: Perpustakaan di Pengembangan Nasional

Lokasi: Kuala Lumpur, Malaysia Tanggal: 21-25 Mei 1996 CONSAL XI

Tema : Melangkah ke Dalam Milenium Baru :Tantangan Bagi Perpustakaan dan Profesional Informasi

Lokasi: Suntec City, Singapura Tanggal: 26-28 April 2000 CONSALXII

Tema: Pemberdayaan Informasi: Meningkatkan Pengetahuan

Lokasi: Utama Konferensi Hall, international Convention Centre, Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam Tanggal: 20-23 Oktober 2003

CONSALXIII

Tema: CONSALdi Persimpangan: Tantangan Bagi Kerjasama Regional Yang Lebih Besar Lokasi :The Edsa Shangri-La, Manila, Filipina Tanggal: 25-30 Maret 2006

CONSAL XIV

Tema: Menuju Perpustakaan Dinamis dan Layanan Informasidi Negara-negara Asia Tenggara

Lokasi: Hanoi, Vietnam Tanggal: 19-24 April 2009 CONSAL XV

Tema: National Heritage: Preservation and Dissemination Lokasi: Bali, Indonesia Tanggal : 28-31 Mei 2012

CONSAL XVI

Tema: Libraries for Sustainable Advancement

Lokasi: Bangkok, Thailand Tanggal : 11-13 Juni 2015

Bila dilihat dari tema-tema yang digaungkan pada setiap kongres sebenarnya telah banyak masalah-masalah dan gagasan- gagasan yang dibicarakan yang berkaitan dengan kemajuan dunia perpustakaan dan profesi pustakawan di kawasan Asia Tenggara, khususnya negara- negara anggota CONSAL. Tetapi apakah setiap tema dan bahasan materi kongres tersebut kemudian diimplementasikan oleh pustakawan di

(8)

setiap perpustakaan dari masing- masing negara anggota CONSAL, hal inilah yang masih harus diteliti lebih jauh lagi.

5. IPI ( IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA) a. Perhimpunan Memajukan Ilmu Perpustakaan

Pada awal Abad 20 permerintah Hindi Belanda aktif membuka sekolah untuk kaum bumiputera sesuai dengan kegiatan politik etis. Pada saat itu belum ada pendidikan gru khusus untuk sekolah tingkat menengah, maka didatangkan guru-guru dari negeri Belanda, ini membawa serta konsep perpustakaan sekolah. Beberapa guru yang mengajar sekolah menengah di jakarta mulai mengambil prakarsa untuk mendirikan organisasi pustakwan. Kemudian pada tahun 1916 di Batavia, berdirilah Vereeniging tot Boverdering van het Bibliothekwezen (Perhimpunan Memajukan Ilmu Perpustakaan). Perhimpunan tersebut mempunyai beberapa tujuan, yakni :

a. Memajukan berdinya perpustakaan baru dan perpustakaan rakyat/umum (Openbare bibliotheken) yang telah ada, baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat umum b. Memajukan usaha sentralisasi perpustakaan.

c. Mengusahakan pinjam antar perpustakaan di Hindia belanda.

d. Memajukan lalu lintas pertukaran dan peminjaman bahan perpustakaan di dunia internasional.

e. Mengumpulkan dan memajukan sumber referens serta tugas rujukan.

f. Mendirikan Biro penerangan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan dokumentasi. g. Mendirikan gedung untuk perpustakaan umum (Openbare bibliotheken).

h. Serta usaha sah lainya yang dapat membantu tercapainya usaha tersebut di atas. Gagasan untuk pinjam antar perpustakaan yang sudah diusahakan sejak masa Hindia Belanda, sampai kin hal tersbut belum dapat berjalan sepenuhnya. Pada awalnya roda organisasi berjalan dengan lancar, perhimpunan tersebut bahkan pernah merayakan ulang tahun ke lima pada 1921. Setelah itu tidak ada lagi kegiatan organisasi pustakawan. Pada masa penjajahan jepang praktis tidak ada lagi kegiatan kepustakawanan, karena orang-orang Belanda yang bekerja di perpustakaan dimasukkan ke tahanan. Pada masa itu kegaiatn yang ada pada perpustakaan Ika Daigaku (Sekolah kedokteran).

(9)

Setelah proklamasi kemerdekaan 1945, pada bulan 1948 beberapa pustakawan di Jakarta melakukan pertemuan secara informal dan terbentuklah Stoediegroep van Bibliotheekbelangen dengan tujuan mengembangkan ilmu perpustakaan, kerjasama perpustakaan serta menyusun berbagai pedoman kerja. Kelompok studi tersebut tidak dapat menampung lagi aspirasi pustakawan, maka pada tanggal 9 April 1949 berdiril organisasi pustakawan dengan nama Vereeneging van Bibliothecaresen van Indonesie. Salah seorang pengurusnya kemudian aktif di FID (Federation International de Documentation) di negeri Belanda. Kemudian organisasi tersebut sampai dengan tidak ada kabarnya, sehingga samapi dengan awal tahun 1950an tidak ada organisasi pustakawan.

Beberapa pustakawan yang mendapatkan beasiswa ke luar negeri, setelah pulang ke Indonesia membentuk organisasi pustakawan walaupun sifatnya masih lokal, diantaranya Asosiasi Perpustakaan Indonesia (API) berdiri di Jakarta pada tahun 1953; Perhimpunan Ahli Perpustakaan di Yogyakarta dan Bogor.

b. PAPSI (Perhimpunan Ahli Perpustakaan Seluruh Indonesia)

Berdiri pada tanggal 25 Maret 1954, pada saat penyelenggaraan Konferensi Perpustakaan Seluruh Indonesia, ditunjuk sebagai Ketua Rustam Sutan Palindih dan Ketua II Raden Patah dari Perpustakaan Negara Semarang. Tujuan didirikannya PAPSI, a.l. :

1. Mempertinggi pengetahuan Ilmu perpustakaan ≈ mempertinggi derjat anggotanya. 2. Menanam rasa cinta terhadap perpustakaan dan buku kepada umum.

c. PAPADI (Perhimpunan Ahli Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Indonesia) Kongres pertama PAPSI tanggal 5 s.d. 7 April 1956 memutuskan nama organisasi tersebut menjadi Perhimpunan Ahli Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Indonesia, susunan pengurusnya sama dengan PAPSI. PAPADI menyelenggarakan Kongres pertama di Jakarta pada tanggal 19 s.d. 22 Oktober 1957.

Pasal 2 Anggaran Dasar PAPADI menyatakan :

1. Mempertinggi pengetahuan tentang Ilmu Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi dan ilmu-ilmu lain yang bersangkutan;

2. Memperluas dan menanam pengertian terhadap perpustakaan, arsip dan dokumentasi. 3. Membela kepentingan dan mempertinggi derajat para anggota.

(10)

d. APADI

Anggota PAPADI yang tersebar di kota Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Medan serta berbagai kota di Indonesia Timur dan Sunda Kecil (sekarang Nusa Tenggara). Tanggal 12 Juli 1962 dilaksanakan pertemuan antar cabang di Jakarta, pada saat itu disepakai perubahan nama menjadi Asosiasi Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Indonesia (APADI).

Dalam Anggaran dasar APADI pasal 3, dinyatakan bahwa tujuan asosiasi sbb. : 1. Mengusahakan agar tercapai kesempurnaan sistem dan isi perpustakaan, arsip dan dokumentasi;

2. mempertinggi pengetahuan tentang ilmu perpustakaan, arsi dan dokumentasi dan ilmu-ilmu lain yang bersangkutan.

3. memperbanyak dan menanam pengertian terhadap perpustakaan, arsip dan dokumentasi.

4. mempertinggi derajat para anggota.

Cabang APADI : Jakarta, Bandung, Bogor, Surabaya, Yogyakarta, Makasar, Manado, Denpasar, Mataram dan Kupang.

e. HPCI

Karena kekosongan kegiatan APADI, dan tersedianya anggaran untuk perpustakaan menyebabkan beberapa pustakawan yang bekerja pada perpustakaan khusus mengambil inisiatif mendirikan organisasi pustakawan yang mampu menampung aspirasi pustakawan perpustakaan khusus. Pada tanggal 5 Desember 1969 di Jakarta beridiri Himpunan Pustakawan Chusus Indonesia. Tujuan HPCI dalam pasal 2 Anggaran Dasar :

1. Membina perkembangan perpustakaan khusus di Indonesia. 2. Memupuk hubungan antar anggota.

Kegiatan yang dilakukan mencakup diskusi ilmiah, ceramah serta menerbitkan Majalah Himpunan Pustakawan Khusus Indonesia.

Sampai dengan bulan Desember 1972 tercatat 102 anggota HPCI yang terdiri dari 72 anggota perorangan, 25 anggota badan/lembaga dalam negeri serta 16 anggota khusus dari luar negeri. Dengan membaiknya kondisi ekonomi pada masa orde baru, mulai tahun 1969 perpustakaan memperoleh anggaran, baik anggaran rutin maupun

(11)

anggaran pembangunan. Hal tersebut memacu kegiatan perpustakaan, kemudian berimbas munculnya berbagai kegiatan profesional di berbagai daerah. Pada masa tersebut timbul beberapa organisasi pustakawan, seperti Himpunan Pustakawan Chusus Indonesia, Himpunan Pustakwan Daerah Istimewa Yogyakarta, Ikatan Pustakawan Perguruan Tinggi se-Jawa Tengah, Ikatan Pustakawan Kelurahan DKI Jakarta, Ikatan Pustakawan Pesantren. Oraganisasi tersebut muncul karena banyak pustakwan yang belum merasakan kegiatan APADI.

f. IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia)

Adanya berbagai oraganisasi pustakawan tidak selalu berdampak baik bagi profesi pustakawan, maka beberapa pustakawan mulai mengadakan penjajagan pembentukan organisasi porofesi yang bertaraf nasional. Pada bulan Januari 1973 di adakan pertemuan penjajagan di Bandung, yang dihadiri oleh sisa Pengurus Besar APDI Pusat, APADI Cabang Jakarta, Bogor, Bandung, Himpunan Pustakawan Chusus Indonesia serta Himpunan Pustakawan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada pertemuan itu dihasilkan kesepakatan untuk melangsungkan Kongres Pustakwan se-Indonesia. Kongres tersebut dilaksanakan tanggal 5 s.d. 7 Juli 1973. Hasil Kongres ialah peleburan berbagai organisasi pustakawan menjadi satu wadah tunggal Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI). Dengan tujuan yang tertuang dalam pasal 5 Anggaran Dasar IPI, sbb. : 1. Menghimpun, menampung, serta menyalurkan aspirasi dan kreasi dari mereka yang berprofesi dalam ilmu perpustakaan dan ilmu pengetahuan lainnya yng berkaitan dan atau bekerja dalam bermacam-macam jenis perpustakaan atau badan-bdan lain yang ruang lingkungannya berkaitan dengan perpustakaan.

2. Mengusahakan mereka yang termasuk dalam pasal 5 ayat 1 Anggaran Dasar ini pada tempat yang semestinya di dalam masyarakat.

3. Meningkatkan, mengembangkan dan mengamalkan ilmu perpustakaan demi kemajuan pendidikan, ilmu pengetahuan serta kesejahteraan masyarakat.

4. Menempatkan ilmu perpustakaan dan ilmu pengetahuan lainnya yang berkaitan pada tempat yang semestinya di antara ilmu pengetahuan.

Dalam salah satu pertemuan diadakan diskusi panel tentang kepustakwanan dan pembahasan tentang keilmuan ilmu perpustakaan, hal tersebut mendapat perhatian besar dari kalangan pustakawan karena untuk pertama kalinya IPI membahas tentang Ilmu Perpustakaan.

(12)

Sebagai organisasi profesi pustakawan maka tentunya IPI diharapkan oleh para pustakawan di Indonesia dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kompetensi pustakawan yaitu kemampuan (pengetahuan, pengalaman, keterampilan) dalam mengelola dan mengembangkan pelaksanaan pekerjaan di bidang kepustakawanan serta kegiatan terkait lainnya. IPI juga harus dapat menunjukkan jalan bagi pengembangan karir pustakawan, baik di tingkat nasional, regional, maupun internasional. Organisasi pustakawan ini juga yang menetapkan kode etik profesi pustakawan dan melaksanakan sanksi atas pelanggaran etika pustakawan. Dalam perkembangannya organisasi ini belumlah tampil sebagai organisasi profesi yang berwibawa. IPI dirasakan oleh sebagian orang belum mandiri, keuangan IPI masih banyak tergantung pada subsidi dan bantuan instansi di bidang perpustakaan di Indonesia (Perpustakaan Nasional Rl) dan Badan-badan lain, baik pemerintah maupun swasta. Di samping itu, keterlibatan para anggota IPI belum dapat dilaksanakan secara optimal. Seharusnya pustakawan sebagai anggota IPI harus benar-benar diberdayakan. Adapun upaya- upaya pemberdayaan anggota yang perlu dilakukan adalah peningkatan kualitas anggota dengan jalan kaderisasi anggota, akreditasi menjadi anggota, pelatihan, dan pendidikan dalam arti yang luas.

KESIMPULAN

Adanya organisasi profesi dalam perpustakaan baik yang berskala nasional (IPI) maupun internasional (IFLA, ALA, LA, CONSAL) sangat diharapkan dapat membantu pustakawan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas pustakawan. Pustakawan juga dapat meningkatkan kompetensi dan keterampilannya agar dapat bersaing dengan pustakawan lain. Dengan berkembangnya organisasi profesi perpustakaan ditambah dengan pustakawan yang juga mau berkembang maka masa depan perpustakaan di negara ini akan cerah dan makin bermanfaat bagi pemustaka dan seluruh aspek masyarakat.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

http://dprasta.blogspot.com/2010/04/organisasi-profesi-pustakawan.html diakses pada 22 November 2014 pukul 10.00 WIB

http://imagisani.blogspot.com/2010/11/profesi-dalam-organisasi-perpustakaan.html diakses pada 22 November 2014 pukul 11.00 WIB

http://fib.undip.ac.id/digilib/index.php?mod=opaq.artikel.form&page=5&id_artikel=36 diakses pada 22 November 2014 pukul 12.00 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Pada fitur group user dan pengaturan penugasan, dari skala 1 – 5, point penilaian ini memiliki hasil penilaian rata-rata 3.8, hal ini berarti bahwa secara umum, dari 10

Memberi salam, panggil klien dengan menggunakan nama dengan menggunakan nama yang disenangi & memperkenalkan nama perawat yang disenangi & memperkenalkan nama

Dengan banyaknya tentara yang bertugas di Aceh, pasca tsunami boleh dikata pekerjaan land clearing sudah dilakukan oleh tentara – dengan dibayar dari uang rakyat

Di jalan kita harus saling menolong, bagaimana air minum harus berbagi, bagaimana yang lemah ditolong yang kuat, bagaimana yang lemah harus mau melakukan hal-hal yang kecil

6.5.9 Pada Pada akhir waktu akhir waktu penyerapan yang penyerapan yang ditentukan, letakkan lembar ditentukan, letakkan lembar kertas penyerap kertas penyerap

Namun sumbangsih psiko analisa adalah menceritakan proses-proses yang terjadi pada diri manusia di dalam tahapan perkembangan kehidupannya yang akan mempengaruhi cara ia

Dahuri (1998); Sriwidjoko (1998); Sugandhy (1998); Yudhohusodo (1998); Solomon dan Forbes (1999) menyatakan bahwa masalah-masalah yang ada pada pulau-pulau kecil sebagai akibat

119 12051423520018 MARIA ULFAH Akidah Akhlak MTsN Ngronggot NGANJUK LULUS... ROFIQ ROHMATULLAH AKIDAH