• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan,

baik laut maupun perairan umum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang “

natural history

(parameter populasi, reproduksi, kebiasaan makan dan makanan), lingkungan sumberdaya ikan dan

biota perairan.

Terbit pertama kali tahun 2006 dengan frekuensi penerbitan

tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan:

APRIL, AGUSTUS, DESEMBER.

Ketua Redaksi:

Drs. Bambang Sumiono, M.Si (Biologi Perikanan-P4KSI)

Anggota:

Prof. Dr. Krismono, M.Si (Konservasi dan Lingkungan Sumberdaya Perairan-BP2KSI)

Dr. rer. nat. Mufti Petala Patria, M.Sc (Biologi Kelautan-Fakultas MIPA, Universitas Indonesia)

Dra. Sri Turni Hartati, M.Si (Lingkungan Sumberdaya Perairan-P4KSI)

Dr. Agus Djoko Utomo, M.Si (Biologi Perikanan-BRPPU)

Ir. Sulastri (Limnologi-LIPI)

Mitra Bestari untuk Nomor ini:

Prof. Dr. Ir. Endi Setiadi Kartamihardja, M. Sc. (Pengelolaan Perikanan PUD-Puslitbangkan)

Prof. Dr. Ir. Wudianto, M.Si. (Teknologi Penangkapan Ikan-Puslitbangkan)

Dr. Ir. Zairion, M. Sc. (Pengelolaan Sumber Daya Perikanan-IPB)

Dr. Ir. Syahroma Husni Nasution, M.Sc. (Biologi Perikanan-Limnologi LIPI)

Redaksi Pelaksana:

Dra. Endang Sriyati

Darwanto, S.Sos

Desain Grafis:

Amalia Setiasari, A.Md

BAWAL

WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

BAWAL-WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perikanan-Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan-Kementerian

Kelautan dan Perikanan.

p-ISSN 1907-8226

Volume 8 Nomor 1 April 2016

Nomor Akreditasi : 620/AU2/P2MI-LIPI/03/2015

(Periode: April 2015-April 2018)

Alamat Redaksi/Penerbit:

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan

Gedung Balitbang KP II, Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur Jakarta Utara 14430

Telp. (021) 64700928; Fax. (021) 64700929

e-mail: bawal.puslitbangkan@gmail.com.

Website: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/bawal

(3)

BEBESTARI PADA

BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

1. Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo (Iktiologi, Ekologi Ikan, Konservasi Sumber Daya Hayati Perairan-IPB) 2. Prof. Dr. Ali Suman (Biologi Perikanan Udang-BPPL)

3. Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M. Si. (Metode Penangkapan Ikan-IPB) 4. Prof. Dr. Ir. Wudianto, M.Si. (Teknologi Penangkapan Ikan-Puslitbangkan) 5. Prof. Dr. Ir. Husnah, M. Phil. (Toksikologi-Puslitbangkan-Puslitbangkan) 6. Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. (Hidro Akustik Perikanan-Institut Pertanian Bogor) 7. Prof. Dr. Ir. John Haluan, M. Sc. (Teknologi Penangkapan Ikan-IPB)

8. Dr. Ir. Purwito Martosubroto (Pengelolaan Perikanan) 9. Ir. Badrudin, M.Sc. (Biologi Perikanan Demersal) 10. Dr. I. Gede Sedana Merta, M.Sc. (Biologi Perikanan)

11. Ir. Duto Nugroho (Teknologi Penangkapan Ikan-Puslitbangkan) 12. Dr. Ir. Zainal Arifin, M.Sc. (Pencemaran Perairan-LIPI)

13. Dr. Achmad Sarnita (Pengelolaan Sumberdaya Perikanan) 14. Dr. Wijopriono, M.Sc. (Hidro Akustik-Puslitbangkan) 15. Lilis Sadiyah, Ph.D. (Permodelan Perikanan-Puslitbangkan) 16. Dr. Haryono (Limnologi-LIPI)

17. Dr. Lukman, M.Si. (Kimia Lingkungan-Limnologi LIPI)

18. Dr. Ir. Syahroma Husni Nasution, M.Sc. (Biologi Perikanan-Limnologi LIPI)

19. Dr. Estu Nugroho (Sumber Daya Genetik Ikan-Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan)

Lembar Bebestari

(4)

UCAPAN TERIMAKASIH

Redaksi BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap (BAWAL) mengucapkan terimakasih kepada para Bebestari yang telah berpartisipasi dalam menelaah naskah yang diterbitkan di jurnal ilmiah ini, sehingga jurnal ini dapat terbit tepat pada waktunya. mitra Bebestari yang berpartisipasi dalam terbitan Volume 8 Nomor 1 April 2016 adalah:

1. Prof. Dr. Ir. Endi Setiadi Kartamihardja, M. Sc. (Pengelolaan Perikanan PUD-Puslitbangkan) 2. Prof. Dr. Ir. Wudianto, M.Si. (Teknologi Penangkapan Ikan-Puslitbangkan)

3. Dr. Ir. Zairion, M. Sc. (Pengelolaan Sumber Daya Perikanan-IPB)

4. Dr. Ir. Syahroma Husni Nasution, M.Sc. (Biologi Perikanan-Limnologi LIPI)

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap merupakan wadah untuk menyampaikan informasi hasil penelitian yang dilakukan para peneliti dari dalam maupun luar lingkup Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan di tahun 2016 memasuki Vol.8. Proses penerbitan jurnal ini dibiayai oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan tahun anggaran 2016. Semua naskah yang terbit di jurnal ini telah melalui proses evaluasi oleh tim penyunting (evaluator), reviewer oleh bebestari dan editing oleh redaksi pelaksana.

Pengelolaan BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap di tahun 2016 mulai mengacu pada Open Journal System (OJS). Dalam segi tampilan mengalami sedikit perubahan, yaitu:

1. Pencantuman p-ISSN dan e-ISSN di pojok kanan atas pada halaman kulit muka, halaman judul, dan halaman daftar isi terbitan, tanpa titik dua.

2. Pencantuman nomor daftar atau barcode ISSN di pojok kanan bawah pada halaman kulit belakang. 3. Lembar khusus bebestari.

4. Lembar ucapan terima kasih untuk bebestari yang terlubat dalam penelaahan pada tiap nomornya.

5. Setiap lembar judul ada tambahan informasi mengenai website, alamat email dan informasi mengenai BAWAL, serta logo dan cover pada sebelah kiri dan kanannya.

Informasi ini akan ditampilkan pada setiap kata pengantar selama 2 (dua) terbitan.

BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap pada terbitan nomor 1 tahun 2016 menampilkan 7 (tujuh) artikel hasil penelitian: Kondisi Lingkungan Perairan dan Keanekaragaman Sumberdaya Ikan di Danau Maninjau, Sumatera Barat,Beberapa Aspek Biologi Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Labuhan Maringgai, Lampung Timur, Aspek Biologi Ikan Kurisi (Nemipterus japonicus) di Perairan Teluk Banten, Struktur Komunitas Ikan dan Tingkat Trofik di Wilayah Genangan Waduk Jatigede Prainundasi, Kabupaten Sumedang-Jawa Barat, Kesehatan Terumbu Karang dan Struktur Komunitas Ikan di Perairan Pantai Pangandaran, Jawa Barat, Daerah Penangkapan, Laju Pancing dan Parameter Populasi Ikan Gindara (Lepidocybium flavobrunneum) di Samudera Hindia, Karakteristik Biologi Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis) yang Tertangkap Jaring Insang Hanyut di Laut Jawa.

Diharapkan terbitan BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap ini dapat memberikan kontribusi bagi para pengambil kebijakan dan pengelola sumberdaya perikanan di Indonesia. Redaksi mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktif para peneliti dari lingkup dan luar Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan yang telah mengirimkan artikel ke BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap.

(6)

i ii iii iv v-vi 1-12 13-20 21-28 29-36 37-48 49-56 57-63

BAWAL

Widya Riset Perikanan Tangkap

Volume 8 Nomor 1 April 2016

DAFTAR ISI

DAFTAR BEBESTARI... UCAPAN TERIMAKASIH... KATAPENGANTAR... DAFTAR ISI... ABSTRAK... Kondisi Lingkungan Perairan dan Keanekaragaman Sumberdaya Ikan di Danau Maninjau, Sumatera Barat

Oleh: Sulastri, Sulung Nomosatriyo dan Agus Hamdani...

Beberapa Aspek Biologi Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Labuhan Maringgai, Lampung Timur

Oleh: Adrian Damora dan Erfind Nurdin...

Aspek Biologi Ikan Kurisi (Nemipterus japonicus) di Perairan Teluk Banten

Oleh: Selvia Oktaviyani, Mennofatria Boer dan Yonvitner...

Struktur Komunitas Ikan dan Tingkat Trofik di Wilayah Genangan Waduk Jatigede Prainundasi, Kabupaten Sumedang-Jawa Barat

Oleh: Andri Warsa, Kadarwan Soewardi dan Sigid Hariyadi...

Kesehatan Terumbu Karang dan Struktur Komunitas Ikan di Perairan Pantai Pangandaran, Jawa Barat

Oleh: Sri Turni Hartati dan Arip Rahman...

Daerah Penangkapan, Laju Pancing dan Parameter Populasi Ikan Gindara (Lepidocybium flavobrunneum) di Samudera Hindia

Oleh: Andi Bahtiar, Abram Barata dan Dian Novianto...

Karakteristik Biologi Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis) yang Tertangkap Jaring Insang Hanyut di Laut Jawa

Oleh: Rudy Masuswo dan Agustinus Anung Widodo...

p-ISBN 1907-8226

e-ISBN 2502-6410

(7)

BAWAL

WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

Volume 8 Nomor 1 April 2016

KUMPULAN ABSTRAK

v

KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN DAN KEANEKARAGAMAN SUMBERDAYA IKAN DI DANAU MANINJAU, SUMATERA BARAT

Sulastri

BAWAL, Vol.8 No.1, Hal: 1-12

ABSTRAK

Danau Maninjau merupakan perairan eutrofik yang telah mengalami degradasi kualitas air serta sering terjadi kematian ikan secara masal. Degradasi kualitas air dikhawatirkan mempengaruhi perkembangan populasi dan keanekaragaman sumberdaya ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas air terkini dan perkembangan keanekaragaman sumberdaya ikan di Danau Maninjau. Pengamatan kualitas air dilakukan pada tahun 2014 di 8 stasiun, mencakup parameter suhu, pH, DO, konduktivitas, potensi oksidasi reduksi, kecerahan perairan yang diukur secarain situ. Parameter amonia, nitrit, total nitrogen, fosfat, total fosfor, total bahan organik, klorofil-a dianalisis di laboratorium menggunakan metoda standard, dan fitoplankton menggunakan metodaLacey Drop Microtransect.Informasi keanekaragaman sumber daya ikan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan, pedagang ikan dan hasil pengamatan terdahulu. Kecerahan perairan menunjukkan nilai yang rendah (1,75-2,15 m). Suhu menunjukkan kondisi umum di perairan tropis 27,5-30,33oC, sedangkan nilai pH yang tinggi

(pH>9) atau diatas baku mutu untuk perikanan dijumpai di dua stasiun. Konsentrasi DO yang rendah (<2 mg/L) dan kondisi anoksik (0 mg/L) ditemukan pada kedalaman 9 – 15 m. Kolom anoksik terus naik ke kolom bagian atas perairan, mengindikasikan kondisi kualitas air Danau Maninjau terus mengalami degradasi. Konsentrasi amonia umumnya diatas 0,02 mg/L atau kurang mendukung kehidupan ikan. D. Maninjau diindikasikan kaya unsur hara fosfor dan fitoplankton didominasi oleh jenis alga biru hijau (Planktolyngbia sp). Terdapat peningkatan sumber daya ikan eksotik dan beberapa diketahui merupakan species asing invasif yang mampu adaptasi pada kondisi kualitas air yang rendah. Disisi lain beberapa jenis sumberdaya ikan asli danau jarang dan tidak dijumpai pada pengamatan ini.

Kata Kunci: Kualitas air; eutrofik; degradasi sumber daya ikan; Danau; Maninjau

BEBERAPAASPEK BIOLOGI RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PERAIRAN LABUHAN MARINGGAI, LAMPUNGTIMUR

Adrian Damora

BAWAL, Vol.8 No.1, Hal: 13-20

ABSTRAK

Pengusahaan rajungan (Portunus pelagicus) di Labuhan Maringgai, Lampung Timur telah dilakukan secara intensif sehingga perlu upaya pengelolaan yang didasari dari kajian tentang aspek biologinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisa aspek biologi rajungan, meliputi hubungan panjang-bobot, faktor kondisi, nisbah kelamin, kematangan kelamin, serta penentuan ukuran minimum yang boleh ditangkap dari sumber daya rajungan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari– Desember 2012. Metode yang digunakan adalah metode survei pada lokasi-lokasi konsentrasi nelayan/pengumpul dan daerah– daerah yang memiliki aktivitas perikanan rajungan yang paling dominan. Sebanyak 3508 ekor contoh rajungan yang diambil secara acak untuk dianalisis beberapa aspek biologinya. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan rajungan jantan bersifat isometrik dan rajungan betina bersifat allometrik positif. Nilai faktor kondisi terbesar pada rajungan jantan terdapat pada bulan Januari, sedangkan pada rajungan betina terdapat pada bulan April. Nilai faktor kondisi terkecil pada rajungan jantan maupun betina terdapat pada bulan Juli. Nisbah kelamin rajungan berada dalam kondisi tidak seimbang. Nilai Lcrajungan betina matang kelamin sebesar 109,72 mmCW dan Lmsebesar 113,50 mmCW. Ukuran minimum rajungan yang boleh ditangkap (minimum legal size) untuk dapat menunjang kelestariannya sebesar 110 mmCW

Kata Kunci: Biologi; rajungan; Labuhan Maringgai

ASPEK BIOLOGI IKAN KURISI (Nemipterus japonicus) DIPERAIRANTELUK BANTEN

Selvia Oktaviyani

BAWAL, Vol.8 No.1, Hal: 21-28

ABSTRAK

Ikan kurisi (Nemipterus japonicus) merupakan salah satu sumber daya ikan ekonomis penting di Perairan Teluk Banten dan banyak didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Banten. Intensitas penangkapan yang tinggi akan menyebabkan tangkap lebih (overfishing), sehingga mengancam kelestarian ikan kurisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek biologi ikan kurisi di Perairan Teluk Banten, seperti struktur ukuran panjang, rasio kelamin, hubungan panjang berat, tingkat kematangan gonad, ukuran panjang rata-rata tertangkap (Lc) dan ukuran pertama kali matang gonad (Lm). Informasi yang diperoleh dapat menjadi bahan pertimbangan dalam kegiatan pengelolaan perikanan. Lokasi pengambilan contoh dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Banten dari bulan Mei hingga Agustus 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran panjang total ikan kurisi berkisar antara 98 dan 211 mm. Perbandingan kelamin jantan dan betina dalam keadaan seimbang dan memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif yang menunjukkan pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan beratnya. Lebih dari 50% ikan-ikan yang diamati baik jantan maupun betina selama bulan pengamatan belum matang gonad (immature). Ukuran pertama kali matang gonad adalah 196 mm sedangkan ukuran panjang rata-rata tertangkap adalah 146 mm. Banyaknya ikan yang tertangkap dalam ukuran kecil (kurang dari panjang pertama kali matang gonad) akan mengganggu kelestarian ikan kurisi.

Kata Kunci: Aspek biologi; ikan kurisi; Teluk Banten Lembar Abstrak

(8)

STRUKTUR KOMUNITAS IKAN DAN TINGKAT TROFIKDIWILAYAHGENANGANWADUKJATIGEDE PRAINUNDASI, KABUPATEN SUMEDANG-JAWA BARAT

Andri Warsa

BAWAL, Vol.8 No.1, Hal: 29-36

ABSTRAK

Waduk Jatigede dibangun dengan membendung Sungai Cimanuk dan memiliki luas 4.122 ha serta merupakan waduk multifungsi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas ikan dan pemanfaatan sumber daya makanan oleh beberapa jenis ikan yang terdapat di DAS Cimanuk wilayah genangan Waduk Jatigede pra inundasi. Penelitian dilakukan setiap bulan pada Februari-Mei 2015 setiap bulan pada minggu pertama. Sampel ikan diperoleh dengan menggunakan jaring insang, jala, dan pancing. Percobaan penangkapan dilakukan di Sungai Cialing (inlet), Genteng, Cimanuk dan Cinambo (outlet). Ikan yang tertangkap dipisahkan berdasarkan jenisnya dan diukur panjang total serta ditimbang bobotnya. Untuk analisis kebiasaan makan kebiasaan makan, saluran pencernaan diambil dan diawetkan dengan formalin 4%. Untuk identifikasi contoh ikan diawetkan dengan formalin 10%. Ikan yang tertangkap selama penelitian sebanyak 11 jenis. Ikan yang dominan adalah lalawak dan genggehek.Rasio biomassa-kelimpahan ikan menujukkan bahwa komunitas ikan di Waduk Jatigede sebelum penggenangan dalam kondisi terganggu. Jenis makanan alami yang dimanfaatkan oleh komunitas ikan di Sungai Cimanuk wilayah genangan Waduk Jatigede adalah detritus, krustase, annelida, insekta, moluska, tumbuhan dan fitoplankton.

Kata Kunci: Jenis ikan; makanan alami; Sungai Cimanuk; Jatigede; prainudasi

KESEHATAN TERUMBU KARANGDAN STRUKTUR KOM UNITAS IKAN DI PERAIRAN PANTAI PANGANDARAN, JAWABARAT

Sri Turni Hartati

BAWAL, Vol.8 No.1, Hal: 37-48

ABSTRAK

Keanekaragaman jenis ikan karang merupakan suatu indikator penting yang dapat menggambarkan perubahan lingkungan perairan karang. Perubahan habitat karang adalah resiko yang mungkin dihadapi sebagai akibat pembangunan. Penelitian dilakukan di perairan pantai Pangandaran dengan tujuan mengkaji kesehatan terumbu karang dan indeks ekologis komunitas ikan karang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahline intercept transectuntuk menentukan persen tutupan karang dan metode sensus visual untuk menentukan keanekaragaman ikan karang pada area seluas 250m2. Hasil penelitian menunjukkan

kesehatan terumbu karang pada kondisi buruk, tutupan karang hidup 11,4 -20,74%. Teridentifikasi 66 jenis ikan karang dengan kriteria kepadatan sangat jarang (0,59 – 0,91) ind/m2. Indeks

kekayaan ikan karang pada kategori baik (4,60-8,68), keanekaragaman jenis ikan karang termasuk dalam kategori sedang (2,57-3,36). Tidak terjadi dominasi jenis ikan karang tertentu (0,05-0,120) dan kemerataan populasi di lokasi penelitian termasuk tinggi (0,81-0,87).

Kata Kunci: Kesehatan terumbu karang; ikan karang; indeks keanekaragaman; Pangandaran

DAERAH PENANGKAPAN, LAJU PANCING DAN PARAMETER POPULASI IKAN GINDARA (Lepidocybium flavobrunneum)DI SAMUDERA HINDIA

Andi Bahtiar

BAWAL, Vol.8 No.1, Hal: 49-56

ABSTRAK

Ikan gindara atau escolar(Lepidocybium flavobrunneum), umumnya tertangkap sebagai hasil tangkapan sampingan (bycatch) pada perikanan rawai tuna Indonesia. Penelitian dilakukan dengan metode observasi onboard pada armada rawai tuna yang berbasis di Pelabuhan Benoa mulai bulan Agustus 2005 - Desember 2009 yang beroperasi di Samudera Hindia. Tujuan penelitian ini adalah memberikan informasi daerah penangkapan, menganalisis parameter populasi (umur, pertumbuhan, mortalitas) dan laju eksploitasi ikan gindara hasil tangkapan kapal rawai tuna di Samudera Hindia. Hasil penelitian menunjukan ikan gindara yang tertangkap oleh kapal rawai tuna menyebar pada posisi geografis antara 90-330LS dan 760-1270

BT dengan nilai laju pancing (HR) ikan gindara tertinggi pada tahun 2007 sebesar 0,15 dan terendah tahun 2005 yaitu 0,04, atau rata-rata HR sebesar 0,10. Ikan yang tertangkap memiliki ukuran panjang cagak antara 35-193 cm dengan rata-rata 87,4 cm. Parameter populasi yang dianalisa dengan program FiSAT II diperoleh panjang asimtotik (L”) = 201,60 cmFL, koefisien laju pertumbuhan (K) = 0,21 per tahun dan t0= -0,4755 tahun. Nilai dugaan mortalitas total (Z) sebesar 0,85 per tahun, nilai dugaan mortalitas alami (M) = 0,37 per tahun dan laju mortalitas penangkapan (F) = 0,48 per tahun. Laju eksploitasi (E = 0,56) menunjukkan bahwa pemanfaatan gindara di Samudera Hindia diatas nilai optimum yang disarankan yaitu E = 0,50.

Kata Kunci: Daerah penangkapan; laju pancing; parameter populasi; Lepidocybium

flavobrunneum;Samudera Hindia

KARAKTERISTIKBIOLOGIIKAN TONGKOLKOMO (EUTHYNNUS AFFINIS) YANG TERTANGKAP JARINGINSANGHANYUT DI LAUT JAWA

Rudy Masuswo

BAWAL, Vol.8 No.1, Hal: 57-63

ABSTRAK

Tahun 2015 telah dilakukan penelitian tongkol komo (Euthynnus affinis) yang tertangkap jaring insang hanyut berukuran mata jaring 4 inci di Laut Jawa berbasis di PPI Karangsong Indramayu. PPI Karangsong adalah basis perikanan jaring insang di Indramayu dengan daerah penangkapan utama di perairan Laut Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik biologi yang meliputi: distribusi ukuran, ukuran pertama kali matang gonada (Lm) dan ukuran pertama kali tertangkap (Lc) dan parameter biologi lainnya yaitu hubungan panjang (FL)-bobot (W) ikan dan nisbah kelamin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi ukuran ikan antara 27 – 58 cmFL (rata-rata 45,5) dengan median 44 cmFL, Lmtongkol jantan 45,8 cmFL dan betina 43,2 cmFL, ukuran Lc44,5 cmFL, hubungan panjang-bobot menurut persamaan W= 0,0636 L2,6497

(r2=0,8409) dengan nisbah kelamin jantan: betina 52 : 48 %.

Kata Kunci: Biologi; tongkol komo; jaring insang hanyut; Laut Jawa

(9)

49

Copyright © 2016, BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP (BAWAL)

Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/bawal e-mail:bawal.puslitbangkan@gmail.com

BAWALWIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

Volume 8 Nomor 1 April 2016 p-ISSN: 1907-8226 e-ISSN: 2502-6410

Nomor Akreditasi: 620/AU2/P2MI-LIPI/03/2015

BAWAL Vol.8 (1) April 2016: 49-56

Korespondensi penulis: e-mail: andibahti@yahoo.com

Telp. +62-361726201 / Fax: +62-361 849 7447

DAERAH PENANGKAPAN, LAJU PANCING DAN PARAMETER POPULASI IKAN

GINDARA (

Lepidocybium flavobrunneum

)

DI SAMUDERA HINDIA

FISHING GROUND, HOOK RATE AND POPULATION PARAMETERS OF ESCOLAR

(Lepidocybium flavobrunneum

)

IN INDIAN OCEAN

Andi Bahtiar*, Abram Barata & Dian Novianto

Loka Penelitian Perikanan Tuna, jalan Mertasari No.140, Banjar Suwung Kangin, Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan. Kotamadya Denpasar. Bali-80223, Indonesia

Teregistrasi I tanggal: 03 Februari 2014; Diterima setelah perbaikan tanggal: 02 Februari 2016; Disetujui terbit tanggal: 15 Februari 2016

ABSTRAK

Ikan gindara atau escolar(Lepidocybium flavobrunneum), umumnya tertangkap sebagai hasil tangkapan sampingan(bycatch)pada perikanan rawai tuna Indonesia. Penelitian dilakukan dengan metode observasi onboard pada armada rawai tuna yang berbasis di Pelabuhan Benoa mulai bulan Agustus 2005 - Desember 2009 yang beroperasi di Samudera Hindia. Tujuan penelitian ini adalah memberikan informasi daerah penangkapan, menganalisis parameter populasi (umur, pertumbuhan, mortalitas) dan laju eksploitasi ikan gindara hasil tangkapan kapal rawai tuna di Samudera Hindia. Hasil penelitian menunjukan ikan gindara yang tertangkap oleh kapal rawai tuna menyebar pada posisi geografis antara 90-330LS dan 760-1270BT dengan nilai laju pancing (HR) ikan

gindara tertinggi pada tahun 2007 sebesar 0,15 dan terendah tahun 2005 yaitu 0,04, atau rata-rata HR sebesar 0,10. Ikan yang tertangkap memiliki ukuran panjang cagak antara 35-193 cm dengan rata-rata 87,4 cm. Parameter populasi yang dianalisa dengan program FiSAT II diperoleh panjang asimtotik (L ) = 201,60 cmFL, koefisien laju pertumbuhan (K) = 0,21 per tahun dan t0= -0,4755 tahun. Nilai dugaan mortalitas total (Z) sebesar 0,85 per tahun, nilai dugaan mortalitas alami (M) = 0,37 per tahun dan laju mortalitas penangkapan (F) = 0,48 per tahun. Laju eksploitasi (E = 0,56) menunjukkan bahwa pemanfaatan gindara di Samudera Hindia diatas nilai optimum yang disarankan yaitu E = 0,50.

Kata Kunci: Daerah penangkapan; laju pancing; parameter populasi;Lepidocybium flavobrunneum;

Samudera Hindia

ABSTRACT

Escolar (Lepidocybium flavobrunneum) commonly caught as bycatch in Indonesia tuna longline fisheries. The study was conducted on August 2005 - December 2009 with onboard observation of tuna longliner based in Benoa fishing port. The objectives of this study are provide information about fishing ground, analyzing parameters of population (age, growth, mortality) and exploitation rate of escolar caught by Indonesia tuna longliner in the Indian Ocean. The results showed that escolar caught by tuna fleets longliner spread on latitude and longitude 900-330S and 760-1270E with highest hook rate in 2007 at 0.15 and lowest hook rate occurred in

2005 at 0.04, with average HR at 0.10. Length frequency distribution of escolar were 35-193 cmFL with length average of 87.4 cm. The Von Bertalanffy growth parameter for escolar in Indian Ocean were L = 201.60 cm, K = 0.21 year-1and t

0= -0,4755 years. The annual instantaneous rate of total mortality (Z) was 0.85 year -1. The

natural mortality (M) was 0.37 year-1and the fishing mortality (F) was 0.48 year-1. The exploitation rate (E =

0.56) indicating that escolar in the Indian Ocean has reached the optimum limit.

Keywords: Fishing ground; hook rate; population parameters; Lepidocybium flavobrunneum; Indian

Ocean

 

(10)

50

PENDAHULUAN

Ikan gindara atau escolar (Lepidocybium flavobrunneum), biasanya juga disebutkan oleh para nelayan sebagai ikan setan. Ikan gindara termasuk penghuni ikan perairan laut dalam yang dapat ditemukan di perairan tropis dan subtropis seluruh dunia, tetapi kemungkinan tidak ditemukan di Samudera Hindia bagian utara (Nakamura & Parin, 1993). Menurut Shcherbachev (1987), penyebaran ikan gindara secara vertikal dapat mencapai kedalaman antara 200-1100 m sehingga termasuk juga ikan yang bersifatbenthopelagic, artinya kelompok ikan ini secara bermusim menghuni perairan di dasar sampai permukaan perairan. Daging ikan gindara mempunyai nilai gizi tinggi dan berkhasiat yang sangat baik untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Telur ikan gindara juga banyak dicari sebagai bahan baku pembuatan produk makanan ataupun dijual untuk dikonsumsi dan terkadang harganya lebih mahal.

Ikan gindara umumnya tertangkap sebagai hasil tangkapan sampingan (bycatch) yang bernilai ekonomis (byproduct) pada kapal-kapal rawai tuna Indonesia yang beroperasi di Samudera Hindia. Anonymous (2010) menyatakan, ikan gindara termasuk non target species yang berinteraksi dengan perikanan tuna di Samudera Pasifik bagian tengah dan barat daya. Estimasi produksi ikan gindara yang didaratkan di pelabuhan Benoa pada tahun 2010 sebanyak 676.777 kg. Dalam organisasi pengelolaan perikanan regional, informasi data biologi dan aspek penangkapan masih minim dibahas oleh para peneliti dan masih terbatas dalam lingkup informasi data observer di kapal-kapal rawai tuna. Selanjutnya menurut Anonimus (2014), status perikanan gindara di semua lokasi perairan

di dunia masih dalam kategorinot evaluated (NE) atau belum dievaluasi lebih detail.

Permintaan pasar terhadap ikan gindara masih tinggi, sehingga memberikan peluang bagi pelaku usaha penangkapan untuk terus melakukan eksploitasi. Hal inilah yang dikhawatirkan kelestarian ikan gindara akan terganggu dan semakin menurun. Untuk menjaga agar pemanfaatan sumber daya ikan gindara tetap lestari dan berkesinambungan, maka perlu diupayakan manajemen pengelolaan yang tepat. Ketersediaan data yang memadai diperlukan untuk menganalisis status pemanfaatan sumber daya ikan di wilayah perairan tersebut. Informasi biologi populasi dari ikan gindara sendiri di Indonesia masih minim, khususnya di perairan Samudera Hindia bagian tenggara (eastern Indian Ocean) sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah memberikan informasi daerah penangkapan, menganalisis parameter populasi (umur, pertumbuhan, mortalitas) dan laju eksploitasi ikan gindara hasil tangkapan kapal rawai tuna di Samudera Hindia.

BAHANDANMETODE Pengumpulan Data

Bahan penelitian ini adalah ikan gindara (Lepidocybium flavobrunneum) hasil tangkapan kapal rawai tuna (Gambar 1). Pengumpulan data dilakukan dengan bantuan observeronboard pada armada rawai tuna yang berbasis di Pelabuhan Benoa dan beroperasi di Samudera Hindia mulai Agustus 2005 sampai Desember 2009. Data yang dikumpulkan meliputi posisi daerah penangkapan, hasil tangkapan ikan gindara dan ukuran panjang cagak pada setiap sampel individu ikan yang tertangkap.

Gambar 1. Ikan gindara (Lepidocybium flavobrunneum) sebagai hasil tangkapan sampingan pada kapal longline di Samudera Hindia.

Figure 1. Oilfish (Lepidocybium flavobrunneum)as a by catch of tuna long liner operated in Indian Ocean.

(11)

51

Copyright © 2016, BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP (BAWAL)

Analisis Data

Data posisi daerah penangkapan yang dikumpulkan dianalisis dengan programSurferVersi 9.9.785 (Golden Software, 2010). Data sebaran panjang dianalisis dengan program Microsoft Excel dan program FiSAT II ( FAO-ICLARM Fish Stock Assessment Tools) (Gayanilloet al., 2005). Beberapa parameter populasi yang dianalisis meliputi panjang asimtotik (L”), koefisien pertumbuhan (K), estimasi umur ikan(t), mortalitas total (Z), mortalitas alami (M), mortalitas penangkapan (F) dan laju eksploitasi (E).

Laju Pancing (Hook Rate)

Laju pancing (hook rate) di hitung per tahun dan dicari nilai rata-rata sepanjang tahun 2005-2009. Laju pancing dihitung dengan menggunakan rumus dari Klawe (1980) sebagai berikut :

Keterangan :

HR = laju pancing (hook rate)

JI = jumlah ikan gindara yang tertangkap (ekor) JP = jumlah pancing yang digunakan (buah) A = 100 mata pancing

Estimasi Umur dan Pertumbuhan

Pendugaan laju pertumbuhan (L” dan K) dilakukan dengan program Analysis Elektronic LEngth Frequensy ANalysis (ELEFAN ) - I nilai tersebut digunakan dalam model pertumbuhan dari Von Bertalanffy (Spare & Venema, 1999) sebaga berikut: L t= L [1-e -K(t-t 0 )] ... (1) Keterangan : L

t = panjang ikan (cm) pada saat umur t tahun (cm) L = panjang asimtotik (cm)

e = bilangan natural (2,72)

K = kecepatan pertumbuhan ikan per tahun t = umur ikan dalam tahun

t

0 = umur ikan teiritis pada saat panjangnya 0 cm Nilai t

0diestimasi berdasarkan rumus empiris Pauly (1984) sebagai berikut :

Log -(t

0) = -0,3922 – 0,2752 Log L - 1,0380 Log K … (2) Mortalitas

Analisa mortalitas total dilakukan dengan menggunakan input data parameter pertumbuhan (L dan K) mengikuti persamaan Beverton & Holt (1986)dalam Sparre & Venema (1999) seperti berikut :

...(3)

Keterangan :

Z = laju mortalitas total (per tahun) K = kecepatan pertumbuhan per tahun L = panjang asimtotik (cm)

= panjang rata-rata ikan tertangkap (cm)

= batas bawah interval kelas panjang tangkapan terbanyak (cm)

Mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan persamaan empiris Pauly (1980) seperti berikut :

Log (M) = -0,0066-0,279 Log(L ) + 0,6543 Log(K) + 0,4634 Log(T) ...(4) Keterangan :

M = mortalitas alami per tahun

K = kecepatan pertumbuhan per tahun L = panjang asimtotik (cm)

T = suhu rata-rata tahunan perairan (0C)

Mortalitas penangkapan (F) didapatkan dari pengurangan mortalitas total terhadap mortalitas alami (M) yaitu : F=Z-M.

Laju Eksploitasi

Laju eksploitasi (E) didapatkan dari pembagian mortalitas penangkapan dengan mortalitas total (E=F/Z) (Pauly, 1984). Laju eksploitasi berada pada tingkat optimum apabila besarnya mortalitas akibat penangkapan sama dengan mortalitas alami (F=M), dimana nilai F=0,5. HASIL DAN BAHASAN

Hasil

Daerah Penangkapan

Ikan gindara yang tertangkap oleh kapal rawai tuna menyebar pada posisi geografis antara 90-330LS dan 760 -1270BT (Gambar 2). Posisi ini berada di Samudera Hindia sebelah barat daya Sumatera, selatan Jawa sampai Nusa Tenggara, yaitu pada perairan di dalam atau di luar Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia yang termasuk WPP RI 572 dan WPP RI 573. Sebagian besar (70,4 %) ikan gindara yang tertangkap rawai tuna berada di luar ZEE Indonesia sedangkan 29,6 % tertangkap di dalam ZEE Indonesia. Untuk mempermudah analisis tentang penyebaran dan kepadatan ikan, daerah penangkapan ini kemudian dibuat luasan (50x50). Nilai skala kepadatan ikan dibagi menjadi 4 yaitu skala 1-25 ekor, 26-100 ekor, 101-300 ekor dan 301-500 ekor. Kepadatan terbesar (301-500 ekor) terdapat pada posisi geografis 100-150LS dan 1100-1200.

A X P J I J HR      ) (L"-L' ) L" K(L Z  L' L"  

(12)

52

Pada analisis ini terdapat daerah yang kosong, hal ini bukan berarti tidak terdapat ikan gindara yang tertangkap di

Samudera Hindia. Keterbatasan jumlah observasi pada kapal rawai tuna mempengaruhi pengumpulan data yang diperoleh.

Gambar 2. Penyebaran daerah penangkapan ikan gindara selama observasi di Samudera Hindia, 2005 – 2009. Figure 2. The distribution of fishing ground of oilfish during observation in Indian Ocean, 2005 – 2009. Laju Pancing (Hook Rate)

Laju pancing yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah ikan gindara yang tertangkap setiap 100 mata pancing. Dari hasil analisi data diperoleh nilaihook rate

(HR) tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 0,15 sedangkan nilai terendah terjadi tahun 2005 yaitu 0,04. Pada tahun 2006 HR gindara sebesar 0,10; tahun 2008 sebesar 0,08 dan tahun 2009 yaitu 0,11 (Gambar 3). Dengan demikian nilaihook raterata-rata dari tahun 2005-2009 sebesar 0,10.

Gambar 3. Laju pancing ikan gindara di Samudera Hindia, 2005-2009. Figure3. Hook rates of escolar in Indian Ocean, 2005-2009.

Sebaran Panjang

Ikan gindara yang tertangkap rawai tuna di Samudera Hindia selama observasi berjumlah 1356 ekor. Ikan yang tertangkap memiliki ukuran panjang cagak berkisar anatar 35-193 cm dengan rata-rata 87,4 cm dan modus pada kelas panjang cagak 100-104 cm (Gambar 4A). Rata-rata ukuran panjang cagak ikan gindara yang tertangkap bervariasi sepanjang tahun dimana nilai rata-rata terbesar terjadi pada

tahun 2005 yaitu (91,35 cm), sedangkan rata-rata terkecil terjadi pada tahun 2008 yaitu 83,54 cm (Gambar 4B).

Pertumbuhan dan Umur

Parameter pertumbuhan dari formula pertumbuhan von Bertalanffy untuk ikan gindara diperoleh nilai dugaan panjang asimtotik (L ) = 201,60 cm dan koefisien laju pertumbuhan (K) = 0,21 pertahun. Nilai dugaan parameter

(13)

53

Copyright © 2016, BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP (BAWAL)

pertumbuhan tersebut diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak ELEFAN I padaK-Scan(SS= 1,SL= 149,50 cm,Score= 0,379). Nilai t0 diperoleh dengan menggunakan rumus Pauly (1983) sebesar -0,4755 tahun. Berdasarkan parameter pertumbuhan yang diperoleh (L , K dan to), maka pola pertumbuhan ikan gindara di Samudera Hindia diperoleh persamaannya yaitu

L

t=201,6[1-e

-0,21(t+0,4755)]. Dari persamaan pertumbuhan tersebut maka dapat diketahui panjang gindara dari berbagai umur relatif seperti di kemukakan pada (Gambar 5), dapat dihitung pertambahan panjang untuk setiap tahun sampai mencapai panjang asimtotiknya. Dugaan umur gindara hingga mencapai panjang asimtotiknya yaitu 40 tahun.

Gambar 4. (A) Sebaran panjang dan (B) panjang cagak rata-rata ikan gindara yang tertangkap selama observasi, 2005-2009.

Figure 4. (A) Length distribution and (B) average fork length of escolar, during observation 2005-2009.

Gambar 5. Kurva pertumbuhan dan umur ikan gindara di Samudera Hindia. Figure 5. Age and growth curve of escolar in Indian Ocean.

BAWAL Vol.8 (1) April 2016: 49-56

(14)

54

Kematian (Mortalitas) dan Laju Eksploitasi

Dugaan mortalitas total (Z) Ikan gindara yang tertangkap di Samudera Hindia sebesar 0,85 per tahun, Mortalitas alami (M) dianalisis dengan menggunakan rumus Empiris Pauly (1980) menggunakan parameter K = 0,21 per tahun, L = 201,6 cm dan suhu rata-rata perairan 270C diperoleh nilai dugaan = 0,37 pertahun. Laju mortalitas penangkapan (F) diperoleh dengan mengurangkan nilai Z terhadap M sehingga diperoleh nilai dugaan F = 0,48 per tahun. Nilai laju eksploitasi (E) diperoleh dengan membagi nilai F terhadap nilai Z sehingga diperoleh E = 0,56 per tahun.

Bahasan

Daerah Penangkapan dan Laju Pancing Ikan Gindara

Daerah penangkapan rawai tuna yang di observasi, dan menagkap juga ikan gindara menyebar pada lokasi dengan posisi geografis antara 90-330LS dan 760-1270BT. Posisi ini berada di Samudera Hindia sebelah barat daya Sumatera, selatan Jawa sampai Nusa Tenggara. Menurut Wudiantoet al. (2003), daerah penangkapan kapaltuna longline yang berasal dari Cilacap dan Benoa yaitu di perairan selatan Jawa Tengah berada pada koordinat antara 108-1180BT dan 8-220LS. Sebagian besar (>70%) dari armadanya melakukan penangkapan ikan di luar perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Noviantoet al.(2009), menyatakan terdapat 2 zona penangkapan ikan tuna berdasarkan posisi Pelabuhan Benoa, yaitu zona di sebelah tenggara (selatan-timur) dan zona sebelah barat daya (selatan-barat). Kapal-kapal rawai tuna yang hasil tangkapan utamanya adalah fresh tuna, lebih banyak menangkap di zona selatan barat, terutama pada bulan September-Desember. Di kawasan tersebut, ikan-ikan tuna yang tertangkap juga memiliki kualitas yang lebih bagus bila dibandingkan dengan hasil tangkapan di perairan sebelah selatan Banyuwangi, Pulau Bali hingga Sumbawa. Zona penangkapan tuna di sebelah Benoa, juga menjadi target penangkapan bagi armada rawai tuna. Ikan-ikan tuna yang tertangkap di zona ini biasanya memiliki ukuran lebih besar. Nugraha & Wagiyo, (2006), menyatakan di perairan Banda ditemukan hasil tangkapan sampingan yakni sebesar 33,52%,38,52%, dan 25,74%, sedangkan Nugraha & Nurdin, (2006), menyatakan di Samudera Hindia barat Sumatera didominasi oleh jenis Lepidocybium flavobrunneum (escolar ) 32,65%, Alepisaurus ferox (Lancetfish ) 18,39% dan Prionace glauca (blue shark ) 14,29%. Lancetfish hampir ditemukan sebagai hasil tangkap sampingan di semua perikanan rawai tuna di perairan Indonesia. Hal ini menurut Romanovetal ., (2008), dikarenakan spesies ini mempunyai peranan penting pada rantai makanan pelagis yakni sebagai predator pada organisme mikronekton dan sebagai mangsa dari jenis ikan berparuh (billfish ) dan tuna (Potieretal., 2007).

Laju pancing (hook rate, HR) merupakan indeks kepadatan stok, digunakan untuk mengetahui tingkat eksploitasi sumberdaya perikanan di suatu perairan. Perbedaan laju pancingtuna longlinedapat disebabkan oleh perbedaan jenis umpan, teknologi alat tangkap, ukuran tonase kapal (GT) dan keterampilan anak buah kapal (Bahar, 1987). Laju pancing ikan gindara ( Jumlah yang tertangkap setiap 100 matapancing).Padatahun2007sebesar0,15 sedangkan nilai HR terendah pada tahun 2005 yaitu 0,04 (Gambar 2).

Parameter Populasi

Berdasarkan analisis diperoleh kurva pertumbuhan ikan gindara di Samudera mengikuti persamaan L

t =201,6[1-e-0,21(t+0,4755)]. Hal ini menunjukkan bahwa ikan gindara diperkirakan mampu tumbuh hingga mencapai panjang maksimum 201,6 cmFL dengan koefisien laju pertumbuhan sebesar 0,21 per tahun. Ukuran ikan gindara yang tertangkap rawai tuna di Samudera Hindia bervariatif, mulai dari ukuran yuwana sampai dewasa. Berdasarkan data sebaran panjang gindara yang tertangkap oleh kapal-kapal rawai tuna, diperoleh panjang rata-rata 87,4 cmFL atau baru mencapai pertumbuhan panjang sebesar 43,35 % dari pertumbuhan panjang maksimumnya. Nakamura & Parin (1993) memperoleh, panjang maksimum ikan gindara dimana mencapai 200 cmSL, tetapi umumnya yang tertangkap mencapai 150 cmSL. Dai & Zhu (2008) menyebutkan, ikan gindara yang tertangkap di Samudera Pasifik Tengah memiliki panjang maksimum 90 cm dengan rata-rata 78 cm. Selanjutnya penelitian Quigley & Flannery (2005), ikan gindara yang tertangkap di perairan Irish, Atlantik Utara tercatat 135,5 cmFL. Berkaitan dengan hal tersebut, diduga beberapa ikan gindara yang tertangkap rawai tuna di Samudera Hindia sudah mencapai dewasa matang gonad atau pernah memijah. Informasi hasil penelitian panjang pertama kali matang gonad ikan gindara belum tersedia, namun diduga kawasan perairan Samudera Hindia menjadi salah satu tempat pemijahan ikan gindara. Berdasarkan kurva pertumbuhan terlihat bahwa pertumbuhan panjang gindara terlihat cepat pada umur muda dan semakin lambat seiring dengan bertambahnya umur sampai mencapai panjang asimtotik. Pertumbuhan yang cepat bagi ikan muda terjadi karena energi yang didapatkan dari makanan sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan. Pada ikan berumur tua energi yang didapatkan dari makanan tidak lagi digunakan untuk pertumbuhannya, tetapi digunakan untuk mempertahankan dirinya dan mengganti sel-sel yang rusak (Jalil & Mallawa, 2001). Gambar 5 menunjukkan ikan gindara pada saat umur antara 1-18 tahun cenderung mengalami kecepatan pertumbuhan yang relatif cepat Sedangkan umur 19-40 tahun kecepatan pertumbuhannya relatif lambat atau cenderung tidak bertambah. Berdasarkan analisis pendugaan pertumbuhan, pada umur 15 tahun panjang ikan mencapai 193 cm. Rata-rata panjang gindara (87,4 cm) yang tertangkap mencapai umur 2,3 tahun.

(15)

55

Copyright © 2016, BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP (BAWAL)

Nilai K ikan gindara adalah 0,2 pertahun dan termasuk kecil yaitu mendekati nol. Sparre & Venema (1999) menyebutkan , ikan-ikan yang berumur panjang mempunyai nilai K kecil sehingga membutuhkan waktu relatif lama untuk mencapai panjang maksimum. Laju pertumbuhan tersebut dapat disebabkan oleh faktor kondisi eko-biologi habitat dari waktu ke waktu. Effendie (2002) berpendapat, kecepatan pertumbuhan ikan di daerah tropis dipengaruhi oleh makanan sebagai faktor utama dari pada suhu perairan. Pada keadaan normal, ikan dengan makanan berlebih akan tumbuh lebih pesat. Banyaknya individu ikan yang tidak sebanding dengan keadaan makanan akan terjadi kompetisi terhadap makanan tersebut. Hasil analisis parameter pertumbuhan menunjukkan bahwa umur maksimum gindara yang tertangkap di Samudera Hindia diduga mencapai 40 tahun. Nilai laju kematian (mortalitas) didominasi oleh kematian faktor penangkapan dibandingkan dengan faktor alami (F>M). Mortalitas alami dipengaruhi oleh pemangsaan, penyakit, stress pemijahan, kelaparan dan umur tua. Mortalitas penangkapan tidak sama untuk seluruh umur ikan karena adanya perbedaan penyebaran dan juga karena jumlah armada penangkapan yang beroperasi di suatu perairan. Tingginya laju mortalitas karena faktor penangkapan karena struktur armada rawai tuna dalam skala industri yang dapat menjelajah daerah penangkapan dalam jarak yang jauh. Daerah penangkapan sebagian besar berada di luar perairan ZEE Indonesia. Laju mortalitas (alami dan penangkapan) stok ikan dapat menduga tingkat pemanfaatan stok ikan-ikan yang dieksploitasi. Informasi mengenai laju eksploitasi berguna dalam manajemen perikanan karena dapat menduga pengaruh penangkapan terhadap stok perikanan. Berdasarkan hasil analisis, diketahui laju eksploitasi (E) gindara adalah 0,56 yang berarti tingkat eksploitasi ikan gindara di Samudera Hindia mencapai 56 %. Menurut Gulland (1971) bahwa suatu sumberdaya yang dieksploitasi dalam kondisi optimum apabila nilai F = M, yaitu E

optimum= 0,5. Jadi pemanfaatan gindara di Samudera Hindia telah mencapai batas optimum. Sumadhiharga (2009), menyatakan bahwa tingkat pemanfaatan perikanan tangkap dibagi menjadi empat kriteria, yaitu rendah (0,00 – 33,3 %), berkembang (33,40 – 66,70 %), padat tangkap (66,80 – 100 %) dan lebih tangkap (lebih dari 100 %). Tingkat pemanfaatan gindara di Samudera Hindia bagian tenggara masih dapat terus ditingkatkan, dengan tetap memperhatikan kaidah kelestarian dan ukuran ikan yang tertangkap di atas ukuran dewasa.

KESIMPULAN

Ikan gindara(Lepidocybium flavobrunneum) lebih banyak tertangkap oleh armada rawai tuna di kawasan Samudera Hindia bagian tenggara dengan laju pancing rata-rata 0,10 per tahun. Gindara yang tertangkap

didominasi ukuran ikan yang masih relatif muda dengan nilai laju pertumbuhan (K) adalah 0,2 pertahun sehingga termasuk kelompok ikan berumur panjang. Laju eksploitasi (E) gindara adalah 0,56 yang berarti tingkat eksploitasi ikan gindara di Samudera Hindia berada pada kondisi optimum. PERSANTUNAN

Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan hasil riset program observer tuna Samudera Hindia pada kapal-kapaltuna longlinedi Pelabuhan Benoa, T.A. 2005-2009, kerjasama antara Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI) dengan CSIRO Marine and Atmospheric Research, Australia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada para observer di Loka Penelitian Perikanan Tuna Benoa, yang telah membantu dalam pengumpulan data dengan obervasi langsung di kapal rawai tuna.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2010).Non Target Species Interactions with the Tuna Fisheries of the Western and Central Pacific Ocean(p.59). Oceanic Fisheries Programme. Scientific Committee Sixth Regular Session. Western and Pacific Fisheries Commission. Tonga.

Anonimus. (2014).Lepidocybium flavobrunneum. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.1. Dilihat melalui laman websitewww.iucnredlist.org.Diunduh Juni 2014.

Bahar, S. 1987. Studi Penggunaan Rawai Tuna Lapisan Perairan Dalam Untuk Menangkap Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Perairan Barat Sumatera.Jurnal Penelitian Perikanan Laut JakartaBalai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta: (40), 51-63.

Dai, X.J & Zhu, J.F. (2008). Species composition and size frequency data based on Chinese Observer program in central Pacific Ocean.Scientific Committee Fourth Regular Session(p. 14).WCPFC.

Effendie, M.I. (2002). Biologi Perikanan(p.163). Penerbit Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Gayanillo, F.C., Sparre, P & Pauly, D. (2005). FAO-ICLARM stock assessment tools II revised version: user’s guide. Food and Agriculture Organization of the United Nations.

Gulland, J.A. (1971).Fish Resources of the Ocean(p. 255). Fishing New Books, London.

Jalil & Mallawa, A. (2001). Biologi Populasi Ikan Baronang Lingkis (S. canaliculatus) di Perairan Kecamatan Bua

(16)

56

Kabupaten Luwu, Ujung Pandang.Skripsi. Makasar: Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin.

Klawe, W.L. (1980). Long lines catches of tunas within the 200 miles Economic zones of the Indian and Western Pacific Ocean.Dev. Rep. Indian Ocean Prog. 48, 83 pp.

Nakamura, I & Parin, N.V. (1993). FAO species catalogue 15. Snake mackerels & cutlassfishes of the world (families Gempylidae & Trichiuridae). An anootated and illustrated catalogue of the snake mackerels, snoeks, escolar, gemfishes, domine, oilfish, cutlassfishes, scabbardfishes, hairtails and frostfishes known to date.FAO Fisheries Synopsis No 125.FAO. Rome. l15, 29-30.

Novianto, D., Barata, A & Bahtiar, A. (2010). Efektifitas tali cucut sebagai alat tambahan pada pengoperasian rawai tuna dalam penangkapan cucut.J.Lit.Perik.Ind. 16(3), 251-258.

Nugraha, B & Nurdin, E. (2006). Penangkapan tunadengan menggunakan kapal riset M.V. SEAFDEC di perairan Samudera Hindia.BAWAL. 1(3), 95– 105.

Nugraha, B & Wagiyo, K. (2006). Hasil tangkapsampingan (by-catch) tuna long line di perairan Laut Banda. BAWAL. 1(2), 71-75.

Pauly, D. (1980). On the interrelationships between natural mortality, growth parameters and mean environmental temperature in 175 fish stock. J. Cons. CIEM. 39(2), 175-192.

Pauly, D. (1984). Fish population dynamics in tropical waters: a manual for use with programmable calculators.ICLARM Stud.Rev. (8), p. 325.

Potier, M., Marsac, F., Cherel, Y., Lucas, V., Sabati´e, R., Mauryb, O & Ménard, F. (2007). Foragefauna in the diet of three large pelagic fishes (lancetfish, swordfish and yellowfin tuna) in thewestern equatorial Indian Ocean.Fisheries Research.83, 60–72.

Quigley, D.T.G & Flannery, K. (2005). First record of escolar Lepidocybium flavobrunneum(Smith, 1849) (Pisces: Gempylidae) from Irish waters, together with a review of NE Atlantic records. ir. Nat. J. 28 (3).

Romanov, E.V., Ménard, F., Zamorov, V. V & Potier, M. (2008). Variability in conspecific predation amonglongnose lancetfish Alepisaurus ferox in thewestern Indian Ocean.Fisheries Science. 74, 62– 68.

Read, A. J. (2007). Do circle hooks reduce the mortalityof sea turtles in pelagic longlines? A review ofrecent experiments.Biological ConservationI. 35, 155-169.

Shcherbachev, Y. N. (1987). Preeliminary list of thalassobathyal fishes of the tropical and subtropical waters of the Indian Ocean.Ichthyol Jurnal. 27(2), 37-46. Sparre, P & Venema, S.C. (1999).Introduksi Pengkajian

Stok Ikan Tropis. Buku I (Manual). FAO. Roma. Diterjemahkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Sumadhiharga, O.K. (2009). Ikan tuna(p.129). Pusat Penelitian Oseanografi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Wudianto., Wagiyo, K & Wibowo, B. (2003). Sebaran Daerah penangkapan Ikan Tuna di Samudera Hindia. J.Lit.Perik.Ind. 7 (5).

Gambar

Gambar 1. Ikan gindara (Lepidocybium flavobrunneum) sebagai hasil tangkapan sampingan pada kapal longline di Samudera Hindia.
Gambar 3. Laju pancing ikan gindara di Samudera Hindia, 2005-2009. Figure3. Hook rates of escolar in Indian Ocean, 2005-2009.
Gambar 4. (A) Sebaran panjang dan (B) panjang cagak rata-rata ikan gindara yang tertangkap selama observasi, 2005- 2005-2009.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Harrel (2004;144) yang dikutip dalam modul praktikum simulasi Universitas Brawijaya mengartikan model merupakan representasi dari suatu sistem nyatta, dimana dalam

Sistem tutorial akupuntur ini dapat membantu user untuk belajar mengenai akupuntur karena semua materi yang ditampilkan dalam sistem tutorial ini selain berdasarkan rekomendasi

Faktor ancaman, pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman adalah faktor lingkungan yang tidak

Pada faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, dapat dilihat bahwa karyawan memperoleh kepuasan fisik, kepuasan psikologik dan kepuasan sosial, karena ketiga faktor

Sedang Terdapat implementasi pengelolaan flora tetapi belum mencakup seluruh jenis yang dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik yang terdapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat variabel biaya kualitas yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal

Dengan adanya pendistribusian database nama host dan alamat IP, maka tiap organisasi yang memiliki jaringan di dalam domain tertentu hanya bertanggung jawab terhadap database