• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE TWO-POINT STEPSIZE GRADIENT DAN METODE MODIFIKASI TWO-POINT STEPSIZE GRADIENT UNTUK MENYELESAIKAN OPTIMALISASI TANPA KENDALA RIZKI OKTAVIANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE TWO-POINT STEPSIZE GRADIENT DAN METODE MODIFIKASI TWO-POINT STEPSIZE GRADIENT UNTUK MENYELESAIKAN OPTIMALISASI TANPA KENDALA RIZKI OKTAVIANI"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

METODE

TWO-POINT STEPSIZE GRADIENT

DAN METODE

MODIFIKASI

TWO-POINT STEPSIZE GRADIENT

UNTUK

MENYELESAIKAN OPTIMALISASI TANPA KENDALA

RIZKI OKTAVIANI

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Metode Two-Point Stepsize Gradient dan Metode Modifikasi Two-Point Stepsize Gradient untuk Menyelesaikan Optimalisasi Tanpa Kendala adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2014

Rizki Oktaviani

(4)

ABSTRAK

RIZKI OKTAVIANI. Metode Two-Point Stepsize Gradient dan Metode Modifikasi Two-Point Stepsize Gradient untuk Menyelesaikan Optimalisasi Tanpa Kendala. Dibimbing oleh BIB PARUHUM SILALAHI dan FARIDA HANUM.

Dalam karya ilmiah ini dibahas tentang metode two-point stepsize gradient

Barzilai dan Borwein dan metode modifikasinya. Kedua metode tersebut dibandingkan secara numerik dalam hal waktu komputasi, jumlah iterasi dan kekonvergenan menuju solusi optimal dengan bantuan software MATLAB R2008b. Metode two-point stepsize gradient merupakan salah satu metode optimalisasi matematika yang melakukan pencarian solusi secara iteratif yang dimulai dari satu titik solusi kemudian melakukan pencarian ke arah titik solusi lain dengan menggunakan ukuran langkah pencarian (stepsize) tertentu. Besarnya

stepsize yang digunakan ditentukan berdasarkan hampiran matriks Hesse pada persamaan kuadratik deret Taylor. Pada metode modifikasi ditambahkan sebuah teknik untuk mencari stepsize yaitu teknik pencarian garis takmonoton. Hasil numerik menunjukkan bahwa untuk setiap jenis fungsi yang digunakan, secara umum metode two-point stepsize gradient Barzilai dan Borwein lebih unggul dalam hal waktu komputasi, sedangkan metode modifikasinya lebih unggul dalam mencari nilai optimal dan jumlah iterasi.

Kata kunci: metode two-point stepsize gradient, optimalisasi tanpa kendala, pencarian garis takmonoton

ABSTRACT

RIZKI OKTAVIANI. Point Stepsize Gradient Method and Modified Two-Point Stepsize Gradient Method for Unconstrained Optimization. Supervised by BIB PARUHUM SILALAHI and FARIDA HANUM.

This manuscript discusses Barzilai and Borwein two-point stepsize gradient method and its modification. Both of these methods will be compared numerically in terms of computation time, number of iterations and its convergence to the optimal solution by using software MATLAB R2008b. Two-point stepsize gradient method is one of the mathematical optimization methods which finds a solution iteratively that starts from a single point solution to another point solutions by using specific stepsize. The number of stepsize is determined by approximation of Hesse matrix using quadratic equations of Taylor series. In the modified method a technique is added to find the stepsize using nonmonotone line search technique. Numerical results show that for each type of functions exemined, in general, Barzilai and Borwein two-point stepsize gradient method is superior in terms of computation time, whereas its modification is superior in finding the optimal solution and the number of iterations.

Keywords: nonmonotone line search, two-point stepsize gradient methods, unconstrained optimization

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Matematika

METODE

TWO-POINT STEPSIZE GRADIENT

DAN METODE

MODIFIKASI

TWO-POINT STEPSIZE GRADIENT

UNTUK

MENYELESAIKAN OPTIMALISASI TANPA KENDALA

RIZKI OKTAVIANI

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini mulai dikerjakan oleh penulis sejak bulan Februari 2014. Judul karya ilmiah ini adalah Metode Two-Point Stepsize Gradient dan Metode Modifikasi Two-Point Stepsize Gradient untuk Menyelesaikan Optimalisasi Tanpa Kendala.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Bib Paruhum Silalahi, MKom dan Ibu Dra Farida Hanum, MSi selaku pembimbing, serta Bapak Muhammad Ilyas, MSi MSc selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, terima kasih kepada seluruh dosen dan staf Departemen Matematika atas segala ilmu yang diberikan dan bantuannya selama masa perkuliahan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua yakni Ayah Sargono dan Ibu Riyani, kakak dan adikku yakni Kak Resta, Kak Indra dan Henry serta seluruh keluarga besar, atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya. Tak lupa ucapan terima kasih untuk sahabat Matematika yakni Vivi, Anis, Shovi, Nurul, Marin, Murzani, Lola, Kak Rio dan lainnya, kakak dan adik kelas, sahabatku Deden, Anisyah, Indri, Tenti, Tiara dan Dani serta semua pihak yang telah mendukung dan mendoakan penulis hingga terselesaikannya karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk semua pihak yang telah memberi pengalaman dan motivasi selama masa perkuliahan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 TINJAUAN PUSTAKA 2

Fungsi Konveks dan Fungsi Konkaf 2

Vektor Gradien dan Matriks Hesse 2

Minor Utama 3

Kedefinitan Matriks 3

Kekonveksan Fungsi dan Matriks Hesse 4

Aturan Armijo: Pengurangan Stepsize Berturut-turut 4

DESKRIPSI MASALAH 7

METODE TWO-POINT STEPSIZE GRADIENT 7

Formulasi Metode Two-Point Stepsize Gradient 7

Algoritme Metode Two-Point Stepsize Gradient 9

METODE MODIFIKASI TWO-POINT STEPSIZE GRADIENT 10

Formulasi Stepsize Baru 10

Teknik Pencarian Garis Takmonoton 11

Algoritme Metode Modifikasi Two-Point Stepsize Gradient 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Hasil Numerik untuk Fungsi dengan Nilai Optimal Global di Satu Titik 13 Hasil Numerik untuk Fungsi dengan Nilai Optimal Global di Banyak Titik 16 Hasil Numerik untuk Fungsi Tanpa Minimum Global 17

SIMPULAN DAN SARAN 21

Simpulan 21

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 23

(10)

DAFTAR TABEL

1 Hasil numerik untuk fungsi Wood 13

2 Hasil numerik untuk fungsi Beale 13

3 Hasil numerik untuk fungsi penalty I 14

4 Hasil numerik untuk fungsi trigonometrik 14

5 Hasil numerik untuk fungsi extended Powell singular 14 6 Hasil numerik untuk fungsi variably dimensioned 14

7 Hasil numerik untuk fungsi Brown badly scale 15

8 Hasil numerik untuk fungsi kuadratik 1 15

9 Hasil numerik untuk fungsi kuadratik 2 15

10 Hasil numerik untuk fungsi Biggs EXP6 15

11 Hasil numerik untuk fungsi kuadratik 3 16

12 Hasil numerik fungsi trigonometrik II 16

13 Hasil numerik fungsi kubik 17

14 Hasil numerik fungsi kuadratik konkaf dengan titik awal

dan = 18

DAFTAR GAMBAR

1 Contoh kegagalan aturan Armijo dalam pengurangan stepsize secara

berturut-turut untuk fungsi satu dimensi 5

2 Pencarian titik minimum dengan aturan Armijo 6

3 Grafik tiga dimensi fungsi trigonometrik II pada selang 0-20 16

4 Grafik tiga dimensi fungsi kuadratik konkaf 17

5 Grafik tiga dimensi fungsi kubik 17

6 Rata-rata waktu iterasi pada fungsi MTSG dan BB 18

7 Jumlah iterasi untuk metode MTSG dan BB 18

8 Nilai minimum yang dihitung menggunakan metode MTSG dan BB untuk fungsi dengan nilai optimal global di satu titik 19 9 Nilai minimum yang dihitung menggunakan metode MTSG dan BB

untuk fungsi dengan nilai optimal global di banyak titik 19 10 Nilai minimum yang dihitung menggunakan metode MTSG dan BB

untuk fungsi tanpa minimum global 20

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sintaks program MATLAB R2008b untuk metode BB dalam

menyelesaikan 14 fungsi yang diujikan 23

2 Sintaks program MATLAB R2008b untuk metode MTSG dalam

menyelesaikan 14 fungsi yang diujikan 23

3 Hasil komputasi program MATLAB R2008b untuk metode MTSG dan BB dalam menyelesaikan fungsi Brownbadly scale 26 4 Hasil komputasi program MATLAB R2008b untuk metode MTSG dan

BB dalam menyelesaikan fungsi Beale 28

5 Hasil komputasi program MATLAB R2008b untuk metode MTSG dan

(11)

DAFTAR LAMPIRAN (lanjutan)

6 Hasil komputasi program MATLAB R2008b untuk metode MTSG dan

BB dalam menyelesaikan fungsi kuadratik 2 35

7 Hasil komputasi program MATLAB R2008b untuk metode MTSG dan

BB dalam menyelesaikan fungsi kuadratik 3 36

8 Titik optimal dari 14 fungsi yang diujikan menggunakan metode MTSG

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap manusia selalu merencanakan hal baik untuk kehidupan sehari-harinya dengan harapan bahwa rencana yang baik akan menjadi kenyataan. Namun, setiap rencana yang telah disusun tidak selalu sesuai dengan harapan sehingga setiap manusia harus memilih dan memutuskan apa yang akan dilakukan. Secara tidak sadar setiap orang sudah melakukan pengoptimalan dalam menjalani kehidupannya dengan menggunakan penalarannya sendiri. Riset operasi merupakan salah satu cabang ilmu untuk memodelkan masalah ke dalam bentuk matematika dan menentukan cara yang paling baik untuk mencari solusi yang optimal.

Sejak awal ditemukannya riset operasi, banyak ilmuwan yang mengembangkan metode pencarian solusi untuk berbagai macam masalah pengoptimalan. Namun, semua metode yang dikembangkan tidak semuanya konvergen menuju titik optimal dengan tepat dan cepat, sehingga dilakukanlah kajian ulang secara berturut-turut dimulai dari memperbaiki stepsize, penambahan syarat pengoptimalan seperti dalam Birgin et al. (1999) dan Leong et al. (2010).

Dalam skripsi ini akan dibahas tentang masalah optimalisasi tanpa kendala banyak variabel dengan metode two-point stepsize gradient dan modifikasinya. Metode modifikasi two-point stepsize gradient ini merupakan perbaikan dari metode two-point stepsize gradient dengan mengubah stepsize menggunakan metode interpolasi dan penambahan teknik pencarian garis takmonoton.

Kedua metode tersebut akan dibandingkan secara numerik untuk melihat metode mana yang lebih baik dengan bantuan software MATLAB R2008b. Metode two-point stepsize gradient ini didapat dari artikel berjudul Two-point stepsize gradient methods (Barzilai dan Borwein 1988), sedangkan metode modifikasi two-point stepsize gradient ini diperoleh dari artikel berjudul Modified two-point stepsize gradient methods for unconstrained optimization (Dai et al.

2002).

Tujuan Penelitian

Tujuan dari karya ilmiah ini ialah:

1 mengonstruksi metode two-point stepsize gradient Barzilai dan Borwein (BB) dan metode modifikasi two-point stepsize gradient (MTSG) dalam menyelesaikan masalah optimalisasi tanpa kendala,

2 membandingkan kedua algoritme tersebut secara numerik dalam hal waktu komputasi, jumlah iterasi dan kekonvergenan menuju solusi optimal menggunakan software MATLAB R2008b.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Fungsi Konveks dan Fungsi Konkaf

Konsep fungsi konveks dan fungsi konkaf yang digunakan pada karya ilmiah ini meliputi definisi-definisi berikut ini.

Misalkan , dengan himpunan konveks yang takkosong di . Fungsi dikatakan konveks di jika

untuk setiap dan untuk setiap . Jika yang berlaku

untuk dan maka dikatakan fungsi konveks sempurna (strictly convex).

Fungsi dikatakan konkaf di jika

untuk setiap dan untuk setiap .Jika yang berlaku

untuk

dan maka dikatakan fungsi konkaf sempurna (strictly concave) (Peressini et al. 1988).

Vektor Gradien dan Matriks Hesse

Vektor gradien dan matriks Hesse untuk fungsi yang digunakan dalam karya ilmiah ini meliputi definisi-definisi berikut ini.

Misalkan f adalah fungsi smooth, yaitu fungsi kontinu dan terdiferensialkan dua kali secara kontinu (berarti hingga fungsi turunan kedua adalah fungsi kontinu), dan dinyatakan dengan . Untuk didefinisikan vektor gradien dari fungsi f di titik x adalah

Jika fungsi f terdiferensialkan secara kontinu dua kali maka di titik x

terdapat matriks turunan parsial kedua yang disebut matriks Hesse (Hessian matrix) (Peressini et al. 1988).

(15)

3 Catatan:

Untuk fungsi dua variabel x dan y

1 dapat dituliskan sebagai , dan dapat dituliskan sebagai .

2 Turunan campuran 3 Teorema

Jika dan merupakan fungsi kontinu pada selang buka yang memuat , maka ).

Teorema ini juga berlaku untuk fungsi dengan lebih dari dua variabel, sehingga matriks Hesse merupakan matriks simetrik (Smith dan Minton 2006).

Minor Utama

Berikut ini akan dibahas mengenai definisi minor utama yang akan digunakan pada bahasan kedefinitan matriks.

Misalkan A matriks simetrik berukuran . Minor utama (principal minor) ke-k dari A, dilambangkan dengan , adalah determinan dari anak matriks

A yang diperoleh dengan menghilangkan baris terakhir dan kolom terakhir dari matriks A ( Peressini et al. 1988).

Kedefinitan Matriks

Berikut ini akan dibahas mengenai teorema kedefinitan suatu matriks. Misalkan A matriks simetrik berukuran dan misalkan adalah minor utama ke-k dari matriks A untuk maka

1 A definit positif jika dan hanya jika untuk

2 A definit negatif jika dan hanya jika untuk Selanjutnya

1 Jika maka A semidefinit positif.

2 Jika untuk dan maka A semidefinit negatif (Peressini et al. 1988).

(16)

4

Kekonveksan Fungsi dan Matriks Hesse

Berikut akan dibahas teorema cara memeriksa kekonveksan fungsi dengan menggunakan matriks Hesse.

Misalkan mempunyai turunan persial kedua yang kontinu pada suatu himpunan konveks buka C di . Jika

1 matriks Hesse dari adalah semidefinit positif pada C, maka adalah fungsi konveks pada C,

2 matriks Hesse dari adalah definit positif pada C, maka adalah fungsi strictly convex pada C (Peressini et al. 1988).

Aturan Armijo: Pengurangan Stepsize Berturut-turut

Aturan Armijo yang dibahas dalam karya ilmiah ini bersumber pada (Bertsekas 2003). Aturan Armijo merupakan acuan dasar yang digunakan pada teknik pencarian garis takmonoton.

Misalkan adalah fungsi yang akan dicari nilai minimumnya. Misalkan pula dipilih sebuah ukuran langkah pencarian (stepsize) dengan inisial s dan yang merupakan titik solusi untuk suatu fungsi f pada iterasi ke-k. Titik solusi untuk iterasi ke-(k+1) dilambangkan dengan dengan dan adalah arah pencarian (search direction) untuk fungsi pada urutan iterasi ke-k. Kondisi yang diinginkan dalam aturan Armijo yaitu mencari stepsize yang sesuai sehingga nilai solusi pada iterasi ke-(k+1) lebih kecil atau sama dengan urutan iterasi ke-k, yaitu . Ketika kondisi tersebut tidak terpenuhi, stepsize akan berkurang. Pengurangan stepsize ini mungkin akan berulang berkali-kali sampai kondisi terpenuhi.

Secara umum metode ini dapat diterapkan pada berbagai kasus pengoptimalan. Namun secara teori, metode ini memiliki kerugian yang sulit diprediksi (seperti kerugian waktu) dalam memperbaiki stepsize yang dihasilkan pada setiap iterasi untuk konvergen ke titik minimum. Hal ini diilustrasikan pada Gambar 1.

Aturan Armijo hanya menguraikan pengurangan stepsize secara berturut-turut. Misalkan dan adalah skalar dengan dan dan misalkan dengan adalah bilangan bulat taknegatif pertama m

sehingga

. (1)

Ketika kondisi pada pertaksamaan (1) tidak terpenuhi maka akan dilakukan perubahan secara terus menerus hingga didapatkan kondisi yang memenuhi pertaksamaan (1). Dengan kata lain, stepsize , m=0,1,... adalah percobaan berturut-turut sampai pertaksamaan (1) dipenuhi oleh Gambar 2 mengilustrasikan aturan ini.

(17)

5 Ilustrasi kegagalan aturan Armijo secara teori

Misalkan diberikan fungsi sebagai berikut:

Gradien fungsi f diberikan oleh

Fungsi f adalah fungsi konveks sempurna, kontinu, minimum pada =0 dan terturunkan di daerah asalnya. Lebih jauh lagi, untuk sembarang dua skalar ,

didapatkan pertaksamaan jika dan hanya jika . Jika dilihat dari titik , didapat

(2)

Dari persamaan (2) dapat dibuktikan bahwa

(3)

sehingga

dan . (4)

Hal ini akan berlaku sama untuk fungsi f dengan daerah asal , sehingga didapatkan

dan . (5)

Sekarang diasumsikan bahwa iterasi steepest descent dengan stepsize s=1, dengan stepsize yang akan terus menerus berkurang. Misalkan titik awal memenuhi . Dari pertaksamaan (3), (4) dan (5), titik awal mengikuti persamaan dan stepsize s=1. Jadi, titik selanjutnya

Gambar 1 Contoh kegagalan aturan Armijo dalam pengurangan

(18)

6

Gambar 2

Himpunan stepsize

yang mungkin Percobaan stepsize yang tidak berhasil

memenuhi Dengan mengulang argumen sebelumnya, dapat di lihat bahwa urutan himpunan memenuhi untuk setiap urutan iterasi ke-k, sehingga iterasi steepest descent tidak dapat membawa fungsi f

konvergen ke titik stasioner = 0. Fakta ini dapat menunjukkan bahwa akan memiliki dua titik limit yaitu dan , untuk setiap titik awal dengan . Dengan kata lain, aturan Armijo gagal untuk membuat fungsi f

menuju titik stasioner = 0 ketika digunakan titik awal dengan .

Ilustrasi pemilihan stepsize dengan aturan Armijo

Gambar 2 Pencarian titik minimum dengan aturan Armijo

Percobaan dimulai dengan memilih stepsize awal s, kemudian stepsize pada langkah kedua dan selanjutnya dilambangkan dengan , ,... sampai pertama kali memenuhi pertaksamaan

(6)

menggantikan nilai stepsize . Stepsize s, , ,... yang memenuhi pertaksamaan (6) dimasukkan ke dalam himpunan stepsize . Pada dasarnya himpunan stepsize tidak membutuhkan sebuah interval namun himpunan stepsize selalu memiliki interval dari [0, ] dengan . Secara umum aturan Armijo akan menemukan stepsize yang tepat setelah sejumlah percobaan evaluasi pada fungsi f di titik .

Biasanya dipilih dekat ke nol, misalkan . Faktor pengurang biasanya dipilih dari sampai bergantung pada tingkat kepercayaan kualitas inisialisasi stepsize s. Pada umumnya nilai stepsize

bisa dipakai dalam menentukan inisialisasi stepsize s, sedangkan untuk menentukan arah pencarian (search direction) menggunakan berbagai skala nilai. Jika sebuah nilai tidak diketahui, salah satu cara yang dapat digunakan untuk menemukan nilai adalah dengan melakukan interpolasi kuadratik pada fungsi

(19)

7 Dalam kasus ini, misalkan dipilih beberapa stepsize , yaitu , evaluasi nilai dan lakukan interpolasi kuadratik pada fungsi dengan memasukkan nilai dan = pada fungsi , sehingga , dan

. Jika sebuah nilai meminimumkan interpolasi kuadratik, ganti dengan dan gunakan stepsize awal .

DESKRIPSI MASALAH

Dalam karya ilmiah ini akan dibahas penyelesaian masalah optimalisasi tanpa kendala dengan dua metode pendekatan yaitu metode two-point stepsize gradient dan modifikasi two-point stepsize gradient. Secara umum masalah optimalisasi yang akan diselesaikan dalam karya ilmiah ini memiliki asumsi sebagai berikut:

1 masalah optimalisasi merupakan masalah optimalisasi minimum tanpa kendala, 2 fungsi objektif pada masalah optimalisasi tanpa kendala merupakan fungsi

yang kontinu dan terturunkan di daerah asalnya,

sehingga bentuk formal fungsi objektif yang akan dibahas pada karya ilmiah ini dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut:

min , (7)

dengan adalah fungsi kontinu dan terturunkan di .

METODE

TWO-POINT STEPSIZE GRADIENT

Metode two-point stepsize gradient merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah optimalisasi tanpa kendala. Metode ini diperkenalkan dalam (Barzilai dan Borwein 1988). Metode two-point stepsize gradient merupakan salah satu metode optimalisasi matematika yang melakukan pencarian solusi (lokal ataupun global) secara iteratif yang dimulai dari satu titik solusi kemudian melakukan pencarian ke arah titik solusi lain dengan menggunakan titik solusi sebelumnya.

Pencarian solusi secara iteratif dapat dinyatakan dalam bentuk:

,

dengan dan berturut-turut adalah titik solusi pada iterasi ke-k dan

ke-(k+1), kemudian adalah arah pencarian (search direction) dan adalah ukuran langkah pencarian (stepsize).

Formulasi Metode Two-Point Stepsize Gradient

Pada tahun 1988, Barzilai dan Borwein memperkenalkan suatu metode yang dapat digunakan untuk mencari nilai optimal dengan menggunakan strategi

(20)

8

hampiran deret Taylor di sekitar titik dan dalam menentukan stepsize . Berikut akan dijelaskan secara matematis cara mendapatkan stepsize yang akan digunakan pada metode tersebut.

Formulasi metode ini dimulai dengan mendefinisikan persamaan kuadratik deret Taylor di sekitar titik , yang diberikan oleh:

. (8)

Persamaan (8) merupakan sebuah hampiran untuk fungsi di sekitar titik dengan dan merupakan fungsi objektif. Sebagai catatan matriks

merupakan hampiran untuk matriks Hesse fungsi pada (Leong et al. 2010). Diasumsikan bahwa fungsi merupakan fungsi konveks sehingga berdasarkan teorema kekonveksan fungsi dan matriks Hesse, haruslah matriks definit positif dan didefinisikan matriks dengan . Agar diperoleh P yang dapat meminimumkan fungsi , diambil , sehingga

, (9)

,

,

. (10)

Ketika P dijadikan arah pencarian untuk setiap iterasi, maka di hampiri dengan membuat skema iteratif (Blomgren 2013).

Menurut Blomgren (2013), stepsize pada metode two-point stepsize gradient

Barzilai dan Borwein (BB) didapat dengan membuat dua kondisi pada persamaan (8), kondisi pertama yaitu harus sama dengan gradien fungsi objektif pada dan kondisi kedua yaitu harus sama dengan gradien fungsi objektif pada . Agar kedua kondisi tersebut terpenuhi maka dipilihlah dan . Selanjutnya, pada saat diperoleh:

. Kemudian saat diperoleh:

,

menurut skema iteratif berarti: .

Dengan demikian nilai mengakibatkan

sehingga . Dengan menggunakan persamaan (9) diperoleh:

,

,

,

,

. (11)

Misalkan dan maka persamaan

(11) dapat ditulis sebagai Kemudian nilai stepsize pada metode BB diperoleh dengan cara meminimumkan dengan

dan merupakan perkalian skalar dari vektor dan .

Meminimumkan berarti menyelesaikan

dengan

(21)

9 dari terhadap sama dengan nol untuk meminimumkan sehingga

Nilai diganti dengan sehingga

. Dengan diperoleh

Selanjutnya dengan menyatakan sebagai stepsize metode BB, yaitu , diperoleh:

(12)

Metode BB mengikuti suatu skema iteratif:

, (13)

dengan merupakan gradien fungsi pada urutan iterasi .

Algoritme Metode Two-Point Stepsize Gradient

Berikut adalah algoritme BB dengan stepsize pada persamaan (12). Algoritme 1

Langkah 0 : diberikan titik awal , batas toleransi dan k = 1.

Langkah 1 : jika dengan maka proses berhenti. Langkah 2 : untuk i = 1, stepsize untuk hitung nilai stepsize

menggunakan persamaan (12). Langkah 3 : tentukan .

Langkah 4 : beri nilai k= k+1, dan lanjutkan ke langkah 1.

Langkah 0 merupakan langkah inisialisasi penentuan titik awal iterasi dan batas toleransi yang akan digunakan. Titik awal iterasi yang digunakan sangat memengaruhi iterasi setelahnya sehingga dibutuhkan pemilihan titik awal iterasi yang tepat. Selain itu, pemilihan batas toleransi yang digunakan juga sangat memengaruhi ketepatan suatu titik solusi dalam mencapai nilai minimumnya, sehingga diperlukan pemilihan batas toleransi yang tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil. Pemilihan titik awal dan batas toleransi ini nantinya akan lebih dijelaskan dalam Bab Hasil dan Pembahasan.

Aturan penghentian algoritme pada langkah 1 menggunakan salah satu uji konvergensi yaitu . Diharapkan ketika nilai (batas toleransi), titik solusi x merupakan titik solusi yang membuat fungsi f(x) optimal.

(22)

METODE MODIFIKASI

TWO-POINT STEPSIZE GRADIENT

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa salah satu metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah pada persamaan (7) adalah metode modifikasi two-point stepsize gradient. Sesuai dengan namanya, metode ini merupakan metode modifikasi dari metode two-point stepsize gradient Barzilai dan Borwein. Modifikasi ini dilakukan oleh Dai et al. (2002). Modifikasi yang mereka lakukan meliputi dua hal yaitu:

1 perubahan stepsize,

2 penambahan teknik pencarian garis takmonoton.

Formulasi Stepsize Baru

Pada subbab sebelumnya telah dinotasikan = , yang berarti

.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa nilai merupakan hampiran untuk dengan menganggap matriks sehingga nantinya nilai ini akan dimasukkan ke dalam persamaan kuadratik deret Taylor untuk menggantikan nilai .

Model kuadratik dari deret Taylor untuk hampiran fungsi di

sekitar titik diberikan sebagai berikut:

(14)

dengan dan . Fungsi disebut sebagai fungsi objektif. Menurut Dai et al. (2002), untuk mendapatkan stepsize

baru dibuatlah dua buah kondisi pada model kuadratik . Kondisi pertama yaitu harus sesuai dengan gradien fungsi objektif pada dan kondisi kedua yaitu harus sesuai dengan gradien fungsi objektif pada . Agar kedua kondisi tersebut terpenuhi maka dipilihlah = 0 dan = .

Kondisi pertama, yaitu = 0, yang berarti sehingga

, dan

,

,

.

Kondisi kedua, yaitu = , yang berarti sehingga

,

,

,

, (15)

dan gradien untuk adalah

,

,

(23)

11

,

,

. (16)

Berdasarkan persamaan (15) dan (16), maka persamaan (14) dapat diubah menjadi

, , , , .

Jadi, didapatkan stepsize baru

. (17)

Persamaan (17) inilah yang akan menjadi stepsize bagi metode modifikasi two-point stepsize gradient (MTSG). Selanjutnya dengan menyatakan pada persamaan (17) sebagai stepsize metode MTSG, yaitu , diperoleh:

. (18)

Teknik Pencarian Garis Takmonoton

Teknik ini merupakan salah satu aturan tambahan untuk memilih stepsize . Ide dari teknik ini diambil dari aturan Armijo yaitu menentukan nilai stepsize

dalam setiap iterasi sehingga membuat nilai solusi pada iterasi ke-(k+1) lebih kecil dari nilai solusi pada iterasi ke-k;

untuk masalah minimum dengan nilai M merupakan batas untuk mencari nilai yang paling maksimum dari nilai fungsi f pada iterasi ke-k dengan nilai fungsi f pada iterasi ke- . Ketika nilai maka batas maksimum fungsi tersebut mencari nilai yang paling maksimum dari nilai fungsi f

pada iterasi ke-k dengan nilai fungsi f pada iterasi ke- .

Pertidaksamaa ini

menjelaskan bahwa pada iterasi ke-(k+1) teknik ini menjamin nilai fungsi f(x) akan lebih kecil atau sama dengan nilai fungsi f(x) pada iterasi ke-k sampai iterasi ke-( - dengan cara mengubah-ubah stepsize . Jadi, dengan adanya teknik ini membuat MTSG diarahkan menuju titik optimalnya.

Algoritme Metode Modifikasi Two-Point Stepsize Gradient

Pada algoritme MTSG terdapat variabel yang berperan dalam pemilihan

stepsize ketika Variabel menunjukkan secara kuantitas seberapa dekat fungsi ke bentuk kuadratik pada selang garis antara dan . Menurut Dai et al. (2002), untuk menentukan seberapa dekat fungsi ke bentuk kuadratik, diasumsikan tiga buah konstanta positif yaitu dengan ketiga konstanta tersebut memenuhi kondisi . Jika , atau max atau max , maka secara kuantitas

(24)

12

Jadi, dalam Algoritme 2, pada langkah 2 dapat dilihat bahwa ketika

atau max atau max selainnya

. Pada saat maka stepsize yang dipilih adalah max sedangkan ketika stepsize yang dipilih adalah , artinya ketika fungsi sangat dekat ke bentuk kuadratik maka stepsize yang dipilih adalah sedangkan untuk fungsi yang sulit diketahui bentuk fungsinya dalam selang garis antara

dan maka stepsize yang diambil adalah max atau . Algoritme 2

Langkah 0: misalkan diberikan

.

Langkah 1: jika berhenti.

Langkah 2:(a) Jika , lanjut ke langkah 3. Jika maka = , =1, lanjut ke langkah 3,

(b) Hitung dan dengan persamaan (12) dan (18) secara berurutan; ,

(c) ; jika atau atau

maka ,

(d) Jika maka ; selainnya = max . Langkah 3: (pencarian garis takmonoton) jika

maka , lanjut ke langkah 1.

Langkah 4: pilih , buat , lanjut ke langkah 3.

Langkah 0 merupakan inisialisasi penentuan titik awal iterasi, stepsize awal, batas toleransi dan variabel-variabel lain yang akan digunakan pada Algoritme 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode modifikasi two-point stepsize gradient (Algoritme 2) dengan metode two-point stepsize gradient Barzilai dan Borwein (Algoritme 1) untuk masalah optimal minimum dikodekan menggunakan software MATLAB R2008b. Kriteria penghentian algoritme BB dan MTSG meliputi tiga hal yaitu:

1 untuk metode MTSG dan BB, dengan merupakan batas toleransi yang digunakan,

2 titik solusi pada iterasi ke-n sama dengan titik solusi pada iterasi ke-(n+1), (n+2),.... sehingga pada kasus ini banyaknya iterasi ditulis n dan diasumsikan banyaknya solusi adalah n,

3 MATLAB melakukan penghentian algoritme karena angka yang dihitung terlalu besar.

Fungsi yang akan diujikan untuk kedua algoritme ini didapat dari More et al.

(25)

13 bumerang. Ketika titik awalnya terlalu jauh dari titik optimalnya maka iterasi akan berlangsung lama untuk menuju titik optimal yang sesungguhnya. Namun, ketika titik awalnya terlampau dekat atau tepat di titik optimalnya maka sulit untuk menarik kesimpulan tentang metode mana yang lebih efisien digunakan dalam mencari solusi yang diharapkan.

Dalam karya ilmiah ini pemilihan titik awal didapat dari artikel yang ditulis oleh More et al. (1981) yang telah banyak dirujuk oleh berbagai artikel sebagai acuan dasar dalam menentukan titik awal. Namun, fungsi yang dipakai pada karya ilmiah ini tidak semuanya diambil dari artikel yang ditulis oleh More et al. (1981) sehingga untuk kasus fungsi yang tidak dimuat oleh More et al. (1981), penulis menentukan sendiri titik awal iterasinya.

Dalam karya ilmiah ini, digunakan sebagai notasi untuk nilai optimal yang diperoleh dari setiap algoritme, sedangkan merupakan nilai optimal yang sudah diketahui dari sumber yang dirujuk. Beberapa kriteria yang akan dibandingkan dalam karya ilmiah ini meliputi jumlah iterasi, nilai optimal dan waktu iterasi. Waktu iterasi yang ada pada tabel merupakan rata-rata waktu iterasi dengan lima kali pengulangan. Fungsi yang akan diujikan dikelompokkan berdasarkan nilai solusi optimalnya sehingga fungsi ini dibedakan menjadi tiga yaitu:

1 fungsi dengan nilai optimal global di satu titik,

2 fungsi dengan nilai optimal global di banyak titik, dan 3 fungsi tanpa minimum global.

Hasil Numerik untuk Fungsi dengan Nilai Optimal Global di Satu Titik

Fungsi yang dimaksud dalam kelompok ini adalah fungsi yang hanya memiliki satu nilai solusi minimum global dan satu titik solusi minimum global. 1. Fungsi Wood

dan

Tabel 1 Hasil numerik untuk fungsi Wood

Metode Jumlah iterasi Waktu iterasi (detik) MTSG 663 5.5137  10-18 2.4059  10-9 0.670600 BB 1579 1.1494  10-14 3.3554  10-7 0.372873 2. Fungsi Beale dan

Tabel 2 Hasil numerik untuk fungsi Beale

Metode Jumlah iterasi Waktu iterasi (detik) MTSG 56 2.0572  10-19 1.7017  10-9 0.042850 BB 149 0.4521 7.8555  10-7 0.032910

(26)

14

3. Fungsi penalty I

dan

.

Tabel 3 Hasil numerik untuk fungsi penalty I Metode Jumlah iterasi Waktu iterasi (detik) MTSG 12 6.4560 5.4639  10-9 0.008859 BB 15 6.4560 3.6393  10-18 0.004158 4. Fungsi trigonometrik , dan

Tabel 4 Hasil numerik untuk fungsi trigonometrik Metode Jumlah iterasi Waktu iterasi (detik) MTSG 6 2.9347  10-16 2.5761  10-8 0.005073 BB 26 0.0026 6.346  10-7 0.012200

5. Fungsi extended Powell singular

dan

Tabel 5 Hasil numerik untuk fungsi extended Powell singular

Metode Jumlah iterasi Waktu iterasi (detik) MTSG 151 6.6074  10-10 7.9773  10-7 0.122201 BB 160 4.5185  10-11 8.2241  10-8 0.042029 6. Fungsi variably dimensioned

dan Tabel 6 Hasil numerik untuk fungsi variably dimensioned

Metode Jumlah iterasi Waktu iterasi (detik) MTSG 28 3.7654  10-17 1.1249  10-8 0.024771 BB 26 2.7483  10-15 1.2231  10-7 0.010629

(27)

15 7. Fungsi Brown badly scale

dan

Tabel 7 Hasil numerik untuk fungsi Brown badly scale

Metode Jumlah iterasi Waktu iterasi (detik) MTSG 18 3.4222  10-16 7.1832  10-8 0.012291 BB 51 1.0  10312 6.9507  10233 0.013383 8. Fungsi kuadratik 1 dan

Tabel 8 Hasil numerik untuk fungsi kuadratik 1 Metode Jumlah iterasi Waktu iterasi (detik) MTSG 7 5.4587  10-18 3.3042  10-9 0.003905 BB 7 2.2877  10-28 9.0437  10-14 0.001476 9. Fungsi kuadratik 2 dan

Tabel 9 Hasil numerik untuk fungsi kuadratik 2 Metode Jumlah iterasi Waktu iterasi (detik) MTSG 9 1.4385  10-14 7.9958  10-8 0.005256 BB 10 2.8399  10-29 6.2804  10-15 0.002169 10. Fungsi Biggs EXP6

dan .

Tabel 10 Hasil numerik untuk fungsi Biggs EXP6

Metode Jumlah

iterasi Waktu iterasi (detik) MTSG 419 3.55  10-5 1.27  10-8 1.05384

(28)

16

Hasil Numerik untuk Fungsi dengan Nilai Optimal Global di Banyak Titik

Fungsi yang dimaksud dalam kelompok ini adalah fungsi yang hanya memiliki satu nilai solusi minimum global, namun memiliki banyak titik solusi minimum global.

11.Fungsi kuadratik 3

dan .

Tabel 11 Hasil numerik untuk fungsi kuadratik jenis 3 Metode Jumlah

iterasi Waktu iterasi (detik)

MTSG 2 0 0 0.001200

BB 2 0 0 0.000750

12.Fungsi trigonometrik II

Bentuk fungsi trigonometrik yang dimaksud adalah

, titik awal yang digunakan pada kasus ini adalah x= , x= , x= , x= , x= , x = .

Tabel 12 Hasil numerik fungsi trigonometrik II Titik awal Metode Jumlah

iterasi Waktu iterasi (detik) x= MTSG BB 39 4 -3.9311 3.8598 2.7664  10-8 2.8015  10-10 0.058884 0.001407 x= MTSG BB 16 4 -2.4486 2.5378 9.7492  10-8 7.0663  10-8 0.015530 0.001049 x= MTSG BB 92 5 -3.9952 3.85698 4.1618  10-7 1.1538  10-6 0.135414 0.001211 x= MTSG BB 34 6 -1.0493 2.5378 2.0238  10-7 5.7259  10-10 0.054090 0.001406 x= MTSG BB 5 6 -3.0497 -3.0497 3.4283  10-9 1.9361  10-8 0.003084 0.001372 x = MTSG BB 3 3 -0.0124 -0.0124 2.2621  10-8 1.9121  10-7 0.002025 0.000938 Gambar 3 Grafik tiga dimensi fungsi trigonometrik II pada selang 0-20

(29)

17

Hasil Numerik untuk Fungsi Tanpa Minimum Global

Fungsi yang dimaksud dalam kelompok ini adalah fungsi yang hanya memiliki nilai solusi minimum lokal atau tidak memiliki nilai solusi minimum lokal maupun global.

13.Fungsi kubik

Bentuk kubik yang dimaksud adalah fungsi

, titik awal yang digunakan adalah

x= , x= , x= dan x= .

Tabel 13 Hasil numerik fungsi kubik Titik awal Metode Jumlah

iterasi Waktu iterasi (detik) x= MTSG BB 2 133.0605 3.7559  10-7 0.002275 0.000722 x= MTSG BB 4 7 -301.0605 -301.0605 3.7353  10-10 9.0116  10-8 0.002746 0.001619 x= MTSG BB 9 6 -301.0605 133.0605 3.1655  10-10 1.4579  10-11 0.012397 0.001583 x = MTSG BB 5 133.0605 1.0587  10-6 0.002115 0.001313 14.Fungsi kuadratik konkaf

Bentuk fungsi kuadratik konkaf yang dipakai adalah sebagai berikut

, titik awal yang digunakan adalah

- dan , -

Gambar 4 Grafik tiga dimensi fungsi kubik Gambar 4 Grafik tiga dimensi fungsi kubik

(30)

18

Tabel 14 Hasil numerik fungsi kuadratik konkaf dengan titik awal dan =

Titik awal Metode Jumlah

iterasi Waktu iterasi (detik) MTSG BB 12 2 2 0 0.004889 0.000680 MTSG BB 12 2 2 0 0.004827 0.000685 Perbandingan antara metode MTSG dan BB yang ditampilkan pada data tabel di atas akan ditampilkan menggunakan grafik sebagai berikut:

Pada Gambar 6 terlihat bahwa rata-rata waktu iterasi yang dibutuhkan untuk metode BB lebih cepat dari metode MTSG.

Gambar 6 Jumlah iterasi untuk metode MTSG dan BB 1 3 7 18 46 119 309 803 2088 Wo o d Bael e Pena lty 1 Trigon o m etrik Ext en d ed p o w ell Varia b ly Brown b ad ly s cale Ku ad ra tik 1 Ku ad ra tik 2 Big gs E XP6 Ku ad ra tik 3 1.2 19.4 1 19 13 7.5 1.2 9 1.3 1.1 q b

trigonometrik kubik konkaf MTSG BB

kuadratik

Gambar 5 Rata-rata waktu iterasi pada fungsi MTSG dan BB 0.000100 0.001000 0.010000 0.100000 1.000000 Wo o d Bael e Pena lty 1 Trigon o m etrik Ext en d ed Po w ell Varia b ly Brown b ad ly s cale Ku ad ra tik 1 Ku ad ra tik 2 Big gs E XP6 Ku ad ra tik 3 1.2 19.4 1 19 13 7.5 1.21 9 1.3 1.1 q b

Trigonometrik Kubik konkaf

MTSG BB

(31)

19 Gambar 7 memberikan informasi bahwa pada kelompok fungsi dengan nilai optimal global di satu titik, jumlah iterasi metode MTSG secara umum lebih kecil dari jumlah iterasi metode BB. Namun pada kelompok fungsi dengan nilai optimal di banyak titik dan fungsi tanpa minimum global jumlah iterasi metode MTSG secara umum lebih besar dibandingkan metode BB. Adanya penambahan teknik pencarian garis takmonoton membuat metode MTSG memiliki jumlah iterasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan metode BB karena teknik ini akan terus mencari nilai yang membuat . Hal ini memungkinkan adanya perubahan terus menerus terhadap stepsize pada Algoritme 2 di langkah 3 hingga mendapatkan kondisi , akan tetapi perubahan stepsize pada langkah 3 ini tidak termasuk dalam hitungan jumlah iterasi.

Gambar 7 Nilai minimum yang dihitung menggunakan metode MTSG dan BB untuk fungsi dengan nilai optimal global di satu titik

1.000E-29 1.000E-17 1.000E-05

MTSG BB

Gambar 8 Nilai minimum yang dihitung menggunakan metode MTSG dan BB untuk fungsi dengan nilai optimal global di banyak titik

-5.000E+00 0.000E+00 5.000E+00 Ku ad ra … 1.2 19.4 1 19 13 7.5 trigonometrik MTSG BB

(32)

20

Gambar 8, 9 dan 10 menunjukkan bahwa untuk semua kelompok fungsi kecuali fungsi kuadratik 1 dan 2, metode MTSG memiliki nilai minimum yang sama atau lebih kecil dibandingkan dengan metode BB. Selain itu, terlihat pada Gambar 8 bahwa untuk fungsi Brown badly scale (7) metode BB tidak bisa menemukan nilai optimalnya. Metode BB pada fungsi Brown badly scale (7) memiliki jumlah iterasi 51 padahal pada iterasi ke 51 metode BB belum mencapai nilai optimal global maupun lokal karena pada iterasi ke-52, sehingga

dan MATLAB tidak bisa melanjutkan iterasinya lagi sehingga iterasi berhenti pada iterasi ke 51.

Pada fungsi Beale (2) terlihat bahwa metode BB menemukan titik solusi yang berbeda dengan titik optimal yang ada pada artikel More el al. (1998). Hal ini terjadi karena pada iterasi ke-149, sehingga iterasi terhenti pada saat iterasi ke-149, hasil algoritme BB secara lengkap dapat dilihat di Lampiran 4.

Fungsi kuadratik 1, 2 dan 3 menunjukkan bahwa metode BB sama baiknya dengan metode MTSG dalam hal jumlah iterasi, waktu iterasi dan nilai optimal. Hal ini terjadi karena stepsize yang digunakan pada metode BB maupun MTSG hampir sama (lihat Lampiran 5, 6 dan 7).

Pada fungsi kuadratik konkaf, metode MTSG selalu mengarahkan titik optimalnya ke titik atau untuk yang membuat

. Sementara pada fungsi kubik ketika titik awalnya dimulai dari optimal lokal yaitu pada saat dan pencarian solusinya selalu mengarah ke optimal lokal yaitu x*= sedangkan untuk titik awal yang dimulai dari dan solusi titik optimalnya selalu menuju . Hal ini dikarenakan pada saat titik awalnya teknik pencarian garis takmonoton mengarahkan solusi ke nilai optimal yang lebih kecil dibandingkan dengan titik awalnya. Sementara itu, di titik 8.78598 merupakan titik optimal lokal fungsi kubik yang membuat

sehingga iterasi terhenti pada titik tersebut.

Metode BB untuk fungsi dengan nilai optimal global di banyak titik dan fungsi tanpa minimum global menunjukkan bahwa untuk sembarang titik awal di daerah asal fungsi selalu mengarah ke titik solusi terdekat dengan

sedangkan metode MTSG untuk fungsi trigonometrik II ketika titik awalnya berada di salah satu titik maksimum lokal maupun global memberikan nilai stepsize yang cukup besar sehingga membuat titik solusi yang ditemukan

Gambar 9 Nilai minimum yang dihitung menggunakan metode MTSG dan BB untuk fungsi tanpa minimum global -3010 -2010 -1010 -10 1.2 9 1.3 1.1 q b kubik kuadratik konkaf MTSG BB

(33)

21 cukup jauh dari titik awal iterasi, sedangkan untuk titik awal yang cukup jauh dari titik maksimumnya memberikan stepsize yang kecil sehingga titik solusinya tidak jauh dari titik awalnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Metode BB dan MTSG menggunakan arah pencarian (search direction) gradien untuk menentukan solusi optimalnya, namun berbeda dalam ukuran langkah pencarian (stepsize). Dalam hal waktu iterasi metode BB lebih unggul dari metode MTSG, namun dalam hal kekonvergenan menuju titik optimal metode MTSG lebih unggul dibandingkan dengan metode BB. Hal ini dikarenakan metode MTSG menggunakan teknik pencarian garis takmonoton untuk menuju titik optimalnya. Penambahan teknik pencarian garis takmonoton ini membuat algoritme MTSG lebih lama dari algoritme BB. Jadi, secara umum metode MTSG lebih baik dibandingkan metode BB dalam menemukan nilai solusi optimalnya dengan adanya penambahan pencarian garis takmonoton.

Saran

Metode two-point stepsize gradient untuk optimalisasi tanpa kendala ini dapat dikembangkan lagi dari sisi perbaikan stepsize atau dengan penambahan teknik pemilihan stepsize yang lainnya selain teknik pencarian garis takmonoton. Selain itu, algoritme yang dipakai dalam skripsi ini juga bisa dikodekan dengan bahasa software pemrograman lainnya yang mungkin akan lebih efektif dan lebih efisien dalam waktu iterasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Barzilai J, Borwein JM. 1988. Two-point stepsize gradient methods. IMA Journal of Numerical Analysis. 8:141-148.doi: 10.1093/imanum/8.1.141.

Bertsekas DP. 2003. Nonlinear Programming. Ed ke-9. Massachusetts (US) : Athena scientific.

Birgin EG, Martinez JM, Raydan M. 1999. Nonmonotone spectral projected gradient methods on convex sets. SIAM Journal on Optimization. 10(4):1196-1211.doi: 10.1137/S1052623497330963.

Blomgren P. 2013. Numerical optimization: quasi-Newton methods-the BFGS method. Dynamical Systems Group Computational Sciences Research Center

[internet]. [diunduh 2014 April 9]. Tersedia pada: http://terminus.sdsu.edu. Dai Y, Yuan J, Yuan Y. 2002. Modified Two-point stepsize gradient methods for

unconstrained optimization. Computational Optimization and Application. 22:103-109.doi: 10.1023/A:1014838419611.

(34)

22

Leong WJ, Hassan MA, Farid M. 2010. A monotone gradient method via weak secant equation for unconstrained optimization. Taiwanese Journal of Mathematics [internet]. [diunduh 2014 April 5]; 14(2):413-423. Tersedia pada:

http://journal.taiwanmathsoc.org.tw/~journal/tjm/V14N2/A25-2009-12-No18.pdf.

More JJ, Garbow BS, Hillstrom KE. 1981. Testing unconstrained optimization software. ACM Transaction on Mathematical Software. 7:17-41.doi: 10.1145/355934.355936

Peressini AL, Sullivan FE, Uhl JJ. 1988. The Mathematics of Nonlinear Programming. New York (US): Springer-Verlag.

(35)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Sintaks program MATLAB R2008b untuk metode BB dalam menyelesaikan 14 fungsi yang diujikan

function [x,xi,ai,gi,Fopt,gopt,kiterasi]=BB(varargin) tic

x=[1.1 1.1];%titik awal yang digunakan;

f1 = @(x1,x2) (x1+1)*(x1-4)*(x1-12)+(x2+1)*(x2-4)*(x2-12);%bentuk fungsi yang digunakan;

fBB2 = @(x) f1(x(1),x(2)); %gradient fungsi; gBB= @(x)[(x(1)-4)*(x(1)-12)+(x(1)+1)*(x(1)-12)+(x(1)+1)*(x(1)-4) (x(2)-4)*(x(2)-12)+(x(2)+1)*(x(2)-12)+(x(2)+1)*(x(2)-4)]; e=0.000001; k=0; xi=x; ai=1; gi=gBB(x)'; while norm(gBB(x))>e, if k==0 a=1; b=x; x=x-a*gBB(b)'; else a=((x-b)*(x'-b'))/((x-b)*(gBB(x)-gBB(b))); b=x; x=x-a*gBB(x)'; end k=k+1; xi=[xi;x]; gi=[gi;gBB(x)']; ai=[ai;a]; end kiterasi=k; Fopt=fBB2(x); gopt=norm(gBB(x)); toc

Lampiran 2 Sintaks program MATLAB R2008b untuk metode MTSG dalam menyelesaikan 14 fungsi yang diujikan

function [xoptimal,uk,foptimal,goptimal,kiter]=kiki(varargin) tic

x=[-3 -1 -3 -1]; %titik awal yang digunakan;

fBB1 = @(x1,x2,x3,x4) 100*(x2-x1^2)^2+(1-x1)^2+90*(x4-x3^2)^2+(1-x3)^2+10*(x2+x4-2)^2+(x2-x4)^2/100;%bentuk fungsi yang digunakan; f2 = @(x) fBB1(x(1),x(2),x(3),x(4)); %gradient fungsi; g1= @(x)[-400*x(1)*(x(2)-x(1)^2)-(1-x(1))*2 100*(x(2)-x(1)^2)*2+20*(x(2)+x(4)-2)+(x(2)-x(4))*2/100 -360*x(3)*(x(4)-x(3)^2)-2*(1-x(3)) 180*(x(4)-x(3)^2)+20*(x(2)+x(4)-2)-(x(2)-x(4))*2/100]; e=0.000001;

(36)

24 hasil=[]; uk=[]; m=10; y=0.0001; a=1/max(abs(g1(x))); a2=0.2; s1=10^30; c1=0.01;c2=0.2;c3=0.3;has=x; uko=[]; k=0; agi=a; ggi=g1(x)'; while max(abs(g1(x)))>e, if k==0, % langkah 3; if f2(x'-a.*g1(x))<= f2(x)-y*a*(norm(g1(x))^2), b=x;x=x-a.*g1(x)'; %langkah 4;

else while f2(x'-a.*g1(x))> f2(x)-y*a*(norm(g1(x))^2), a=a2*a; end, b=x; x=x-a.*g1(x)'; end, %lngkah 2a untuk k!=1.... k!=0; else if (x-b)*(g1(x)-g1(b))<=0, a=s1; u=1; uk=[uk;u]; %langkah 3;

for i=0: min(k,m),

hasil=[hasil;f2(has(k-i+1,:))]; end

if f2(x'-a.*g1(x))<= max(hasil)-y*a*(norm(g1(x))^2), b=x;

x=x-a.*g1(x)';

else while f2(x'-a.*g1(x))> max(hasil)-y*a*(norm(g1(x))^2), a=a2*a; end, b=x; x=x-a.*g1(x)'; end, %langkah 2b; else ak=((x-b)*(x'-b'))/((x-b)*(g1(x)-g1(b))); ab=(x-b)*(x'-b')/(2*(f2(b)-f2(x)+g1(x)'*(x'-b'))); u=abs(ak/ab-1); uk=[uk;u]; %langkah 2c; if k==1, if u<=c1, a=ab; %langkah 2d; else a=max(1/s1,min(ak,s1)); end else if k==2, for l=0:1, uko=[uko;uk(k-l,:)]; end

(37)

25 if u<=c1||max(uko)<=c2 a=ab; %langkah 2d; else a=max(1/s1,min(ak,s1)); end else if k>=3, clear('ukp','uko') ukp=[];uko=[]; for l=0:2, ukp=[ukp;uk(k-l,:)]; end for l=0:1, uko=[uko;uk(k-l,:)]; end if u<=c1||max(uko)<=c2||max(ukp)<=c3, a=ab; %langkah 2d; else a=max(1/s1,min(ak,s1)); end end end end %langkah 3;

for i=0: min(k,m),

hasil=[hasil;f2(has(k-i+1,:))]; end

if f2(x'-a.*g1(x))<= max(hasil)-y*a*(norm(g1(x))^2), b=x;

x=x-a.*g1(x)';

else while f2(x'-a.*g1(x))> max(hasil)-y*a*(norm(g1(x))^2), a=a2*a; end, b=x; x=x-a.*g1(x)'; end, end end has=[has;x]; k=k+1; agi=[agi;a]; ggi=[ggi;g1(x)']; end kiter=k; xoptimal=x; foptimal=f2(xoptimal); goptimal=max(abs(g1(x))); toc

(38)

26

Lampiran 3 Hasil komputasi program MATLAB R2008b untuk metode MTSG dan BB dalam menyelesaikan fungsi Brownbadly scale

Iterasi ke- Stepsize 0 1 1 0.05 -200,000 -0.4 1 2 1.02 0.05 -15.918 1.8 2 5.86 0.5835 0.2425 -6.6235 17.403 0.0101 3 5.9975 0.2222 0.0208 -8.3016 -7.9641 0.1599 4 6.1333 0.3524 0.0164 -7.6199 2.282 0.0232 5 6.3184 0.2969 0.0243 -7.4367 -1.3722 0.0205 6 7.4646 0.5084 0.1541 -3.2454 27.4171 0.0248 7 7.5392 -0.1216 0.023 -4.212 -44.626 0.0854 8 7.5763 0.2709 0.0088 -4.8191 0.9369 0.0098 9 7.618 0.2628 0.0087 -4.763 0.1555 0.0048 10 8.606 0.2305 0.2074 -2.7955 -0.2141 0.0039 11 10.0018 0.3375 0.4993 0.9316 27.7827 0.0006 12 9.9933 0.0845 0.0091 -0.2087 -23.32 0.0507 13 9.9943 0.2001 0.005 -0.0114 -0.0043 0.0008 14 9.9944 0.2001 0.005 -0.0112 0.0002 0.0001 15 9.9948 0.2001 0.034 -0.0105 0.0002 0 16 10 0.2 0.5 0 0.0009 0 17 10 0.1996 0.5 -0.0017 -0.0861 0 18 10 0.2 0.0049 -0 0 0 Iterasi ke- (1.00E+78) Stepsize (1.00E+233) 0 0 0 10,000 -0 -0 1 0 0 10,000 0 0 2 0 -0 0.1411 0 -0 3 0 -0 -0.0118 0 -0 4 0 0 0 0 0 5 0 0 -0 0 0 6 0 -0 0 0 -0 7 0 -0 -0 0 -0 8 0 0 0 0 0 9 0 0 -0 0 -0 10 0 -0 0 0 -0 11 0 -0 -0 0 0

Hasil komputasi program MATLAB R2008b untuk metode MTSG

(39)

27 Iterasi ke- (1.00E+78) Stepsize (1.00E+233) 12 0 0 0 0 0 13 0 0 -0 0 -0 14 0 -0 0 0 -0 15 0 -0 -0 0 -0 16 0 0 0 0 0 17 0 0 -0 0 0 18 0 -0 0 0 -0 19 0 -0 -0 0 -0 20 0 0 0 0 0 21 0 0 -0 0 0 22 0 -0 0 0 -0 23 0 -0 -0 0 -0 24 0 0 0 0 0 25 0 0 -0 0 0 26 0 -0 0 0 -0 27 0 -0 -0 0 -0 28 0 0 0 0 0 29 0 0 -0 0 0 30 0 -0 0 0 -0 31 0 -0 -0 0 -0 32 0 0 0 0 0 33 0 0 -0 0 0 34 0 -0 0 0 -0 35 0 -0 -0 0 -0 36 0 0 0 0 0 37 0 0 -0 0 0 38 0 -0 0 0 -0 39 -0 0 0 -0 0 40 -0 -0 0 -0 -0 41 0 0 0 0 0 42 0 -0 0 0 -0 43 -0 0 0 -0 0 44 -0 -0 0 -0 -0 45 0 0 0 0 0 46 0 -0 0 0 -0

Hasil komputasi program MATLAB R2008b untuk metode BB (lanjutan)

(40)

28 49 2.0025 0.0866 0 0.3003 6.9442 Iterasi ke- (1.00E+78) Stepsize (1.00E+233) 47 -0.0007 0 0 -0 0 48 -0.0004 -0.0079 0 -0 -0 49 2.0025 0.0866 0 0.3003 6.9442 50 2.0025 0.0866 0 0.3003 6.9442

51 NaN NaN NaN NaN NaN

Lampiran 4 Hasil komputasi program MATLAB R2008b untuk metode MTSG dan BB dalam menyelesaikan fungsi Beale

Iterasi ke- Stepsize 0 1 1 0.036 0 27.75 1 1 0 0.036 -6.75 1 2 1.2523 -0.0374 0.0374 -5.1581 0.3303 0.3458 3 2.0389 -0.0878 0.1525 -0.0589 -3.0342 0.0124 4 2.0475 0.3565 0.1464 -2.3227 3.1457 0.0148 5 2.1918 0.1611 0.0621 -0.5372 -1.1708 0.166 6 2.222 0.227 0.0563 -0.7817 -0.385 0.0474 7 2.3114 0.271 0.1144 -0.636 -0.2171 0.0348 8 2.6276 0.3789 0.4971 -0.1013 -0.3761 0.0213 9 2.7138 0.6991 0.8514 -2.3973 16.9321 0.137 10 2.7533 0.4202 0.0165 -0.0003 -0.3895 0.249 11 2.7533 0.4279 0.0198 -0.0761 -0.1468 0.1849 12 2.7557 0.4325 0.0315 -0.1129 -0.0203 0.0058 13 2.7619 0.4336 0.0544 -0.1013 -0.0447 0.0047 14 2.8521 0.4734 0.8898 -0.1903 0.4782 0.0025 15 2.9887 0.13 0.7182 3.9807 -7.7546 0.0594 16 2.7948 0.5077 0.0487 -0.7235 2.5376 0.1745 17 2.8179 0.4268 0.0319 0.1734 -0.8324 0.1776 18 2.8135 0.448 0.0255 -0.0604 -0.0749 0.0524 19 2.8151 0.45 0.0271 -0.0754 -0.0199 0.0144 20 2.821 0.4515 0.0777 -0.0706 -0.0249 0.0025 21 2.9493 0.4968 1.8157 -0.1248 0.4251 0.0037 22 3.1125 -0.0594 1 6.4822 -10.5915 0.0532 23 2.7176 0.5859 0.0609 -1.6468 7.5406 0.2346

Hasil komputasi program MATLAB R2008b untuk metode MTSG Hasil komputasi program MATLAB R2008b untuk metode BB (lanjutan)

(41)

29 Iterasi ke- Stepsize 24 2.7691 0.35 0.0313 0.7544 -2.4106 0.227 25 2.7481 0.4171 0.0278 0.0105 -0.4336 0.1523 26 2.7478 0.431 0.0321 -0.127 0.008 0.0398 27 2.7517 0.4307 0.0309 -0.1102 -0.0386 0.0103 28 2.7517 0.4307 0.0309 -0.1102 -0.0386 0.0103 29 2.9304 0.4405 1.4732 0.4365 -1.5816 0.0029 30 2.7989 0.9171 0 -1.6913 53.6789 0.0023 31 2.811 0.5319 0.0072 -0.9113 3.5686 0.2798 32 2.8203 0.4955 0.0102 -0.5218 1.7322 0.2463 33 2.831 0.4599 0.0205 -0.1222 0.1785 0.0242 34 2.8339 0.4557 0.0237 -0.0683 -0.0081 0.0231 35 2.8358 0.4559 0.0279 -0.064 -0.0196 0.0021 36 2.878 0.4688 0.6598 -0.0549 0.0254 0.0005 37 2.9904 0.4169 2 0.9243 -3.0207 0.0103 38 2.9373 0.5906 0 -1.1477 5.8876 0.0056 39 2.9578 0.4857 0.0178 0.0261 -0.1568 0.1171 40 2.9573 0.4886 0.0188 -0.0084 -0.0246 0.075 41 2.9574 0.4892 0.0219 -0.0138 -0.0033 0.0022 42 2.9579 0.4893 0.0308 -0.0135 -0.0036 0.0005 43 2.9951 0.4993 2.7519 -0.0072 0.0226 0.0003 44 3.0168 0.431 3.0177 0.8591 -2.8858 0.0114 45 2.9956 0.5025 0 -0.0425 0.1668 0.0469 46 2.9965 0.4988 0.0223 0.0029 -0.0163 0.0498 47 2.9965 0.4991 0.0204 -0.0011 -0.0003 0.0027 48 2.9965 0.4991 0.0206 -0.0011 -0.0003 0.0002 49 2.9985 0.4996 1.8882 -0.0005 -0.0001 0 50 3 0.5 3.2942 -0.0005 0.0022 0.0011 51 3.0016 0.4938 2.8947 0.0765 -0.3014 0.0001 52 3 0.5 0 -0.0003 0.0014 0.0045 53 3 0.5 0 0 0 0.0045 54 3 0.5 0.0204 0 0 0 55 3 0.5 0.0288 0 0 0 56 3 0.5 3.3169 0 0 0

Hasil komputasi program MATLAB R2008b untuk metode MTSG (lanjutan)

(42)

30 Iterasi ke- (1.00E+04) Stepsize (1.00E+05) (1.00E+25) 0 0.0001 0.0001 0 0 0 1 0.0001 -0.0027 0 0 0 2 -0.0247 0.0001 0 0 0 3 -0.0247 0.0001 0 0 0 4 -0.0247 0.0001 0 0 0 5 -0.0247 0.0001 0 0 0 6 -0.0247 0.0001 0 0 0 7 -0.0247 0.0001 0 0 0 8 -0.0247 0.0001 0 0 0 9 -0.0247 0.0001 0.0893 0 0 10 -0.0247 0.0799 0.0001 0 0 11 0.0615 0.0001 0 0 0 12 0.0615 0.0001 0 0 0 13 0.0615 0.0001 0 0 0 14 0.0615 0.0001 0 0 0 15 0.0615 0.0001 0 0 0 16 0.0615 0.0001 0 0 0 17 0.0615 0.0001 0 0 0 18 0.0615 0.0001 0 0 0 19 0.0615 0.0001 0.1573 0 0 20 0.0615 -0.0615 0.0001 0 0 21 0.041 0.0001 0 0 0 22 0.041 0.0001 0 0 0 23 0.041 0.0001 0 0 0 24 0.041 0.0001 0 0 0 25 0.041 0.0001 0 0 0 26 0.041 0.0001 0 0 0 27 0.041 0.0001 0 0 0 28 0.041 0.0001 0.0028 0 0 29 0.041 0.0001 0 0 0 30 0.041 0.0001 0 0 0 31 0.041 0.0001 0 0 0 32 0.041 0.0001 0 0 0 33 0.041 0.0001 0 0 0 34 0.041 0.0001 0 0 0 35 0.041 0.0001 0.047 0 0

(43)

31 Iterasi ke- (1.00E+04) Stepsize (1.00E+05) (1.00E+25) 36 0.041 -0.0074 0 0 0 37 0.0405 0.0001 0 0 0 38 0.0405 0.0001 0 0 0 39 0.0405 0.0001 0 0 0 40 0.0405 0.0001 0 0 0 41 0.0405 0.0001 0 0 0 42 0.0405 0.0001 0 0 0 43 0.0405 0.0001 0.006 0 0 44 0.0405 0.0002 0 0 0 45 0.0405 0.0001 0 0 0 46 0.0405 0.0001 0 0 0 47 0.0405 0.0001 0 0 0 48 0.0405 0.0001 0 0 0 49 0.0405 0.0001 0 0 0 50 0.0405 0.0001 0 0 0 51 0.0405 0.0001 0.0135 0 0 52 0.0405 -0.0006 0 0 0 53 0.0405 0.0001 0 0 0 54 0.0405 0.0001 0 0 0 55 0.0405 0.0001 0 0 0 56 0.0405 0.0001 0 0 0 57 0.0405 0.0001 0 0 0 58 0.0405 0.0001 0 0 0 59 0.0405 0.0001 0.0034 0 0 60 0.0405 0.0001 0 0 0 61 0.0405 0.0001 0 0 0 62 0.0405 0.0001 0 0 0 63 0.0405 0.0001 0 0 0 64 0.0405 0.0001 0 0 0 65 0.0405 0.0001 0 0 0 66 0.0405 0.0001 0 0 0 67 0.0405 0.0001 0.0591 0 0 68 0.0405 -0.0002 0 0 0 69 0.0405 0.0001 0 0 0 70 0.0405 0.0001 0 0 0

Hasil komputasi program MATLAB R2008b untuk metode BB (lanjutan)

(44)

32 Iterasi ke- (1.00E+04) Stepsize (1.00E+05) (1.00E+25) 71 0.0405 0.0001 0 0 0 72 0.0405 0.0001 0 0 0 73 0.0405 0.0001 0 0 0 74 0.0405 0.0001 0 0 0 75 0.0405 0.0001 0 0 0 76 0.0405 0 0.0034 0 0 77 0.0405 0.0001 0 0 0 78 0.0405 0.0001 0 0 0 79 0.0405 0.0001 0 0 0 80 0.0405 0.0001 0 0 0 81 0.0405 0.0001 0 0 0 82 0.0405 0.0001 0 0 0 83 0.0405 0.0001 0.0025 0 0 84 0.0405 -0.002 0.0002 0 0 85 0.0405 0.0001 0 0 0 86 0.0405 0.0001 0 0 0 87 0.0405 0.0001 0 0 0 88 0.0405 0.0001 0 0 0 89 0.0405 0.0001 0 0 0 90 0.0405 0.0001 0.0002 0 0 91 0.0405 -0.0007 0.0041 0 0 92 0.0404 0.0001 0 0 0 93 0.0404 0.0001 0 0 0 94 0.0404 0.0001 0 0 0 95 0.0404 0.0001 0 0 0 96 0.0404 0.0001 0 0 0 97 0.0404 0.0001 0 0 0 98 0.0404 0.0001 0.0027 0 0 99 0.0404 0.0001 0 0 0 100 0.0404 0.0001 0 0 0 101 0.0404 0.0001 0 0 0 102 0.0404 0.0001 0 0 0 103 0.0404 0.0001 0 0 0 104 0.0404 0.0001 0 0 0

Hasil komputasi program MATLAB R2008b untuk metode BB (lanjutan)

(45)

33 Iterasi ke- (1.00E+04) Stepsize (1.00E+05) (1.00E+25) 105 0.0404 0.0001 0 0 0 106 0.0398 0.0019 64,132 0 0 107 0.0398 -0.0001 0 0 0 108 0.0398 -0.0001 0 0 0 109 0.0398 -0.0001 0 0 0 110 0.0398 -0.0001 0 0 0 111 0.0398 0 0 0 0 112 0.0398 0 0 0 0 113 0.0398 0.0001 0 0 0 114 0.0398 0 0 0 0 115 0.0398 0 0 0 0 116 0.0398 -0.0001 0 0 0 117 0.0398 0.0001 0 0 0 118 0.0398 0.0004 0 0 0 119 0.0398 0.0001 0 0 0 120 0.0398 0.0001 0 0 0 121 0.0398 0.0003 0 0 0 122 0.0398 0.0001 0 0 0 123 0.0398 0.0001 0 0 0 124 0.0398 0.0002 0 0 0 125 0.0398 0.0001 0 0 0 126 0.0398 0.0001 0 0 0 127 0.0398 0.0002 0 0 0 128 0.0398 0.0001 0 0 0 129 0.0398 0.0001 0 0 0 130 0.0398 0.0001 0 0 0 131 0.0398 0.0001 0 0 0 132 0.0398 0.0001 0 0 0 133 0.0398 0.0001 0 0 0 134 0.0398 0.0001 0 0 0 135 0.0398 0.0001 0 0 0 136 0.0398 0.0001 0 0 0 137 0.0398 0.0001 0 0 0 138 0.0398 0.0001 0 0 0

Hasil komputasi program MATLAB R2008b untuk metode BB (lanjutan)

Gambar

Ilustrasi kegagalan aturan Armijo secara teori
Tabel 3  Hasil numerik untuk fungsi penalty I  Metode  Jumlah  iterasi                 Waktu iterasi (detik)  MTSG  12  6.4560  5.4639  10 -9 0.008859  BB  15  6.4560  3.6393  10 -18 0.004158  4
Tabel 11  Hasil numerik untuk fungsi kuadratik jenis 3  Metode  Jumlah
Tabel 13  Hasil numerik fungsi kubik  Titik awal  Metode  Jumlah
+3

Referensi

Dokumen terkait

Melihat pentingnya penilaian pelanggan yang ditimbulkan karena proses komunikasi khususnya komunikasi antarpribadi dan pelayanan lainnya yang terjadi pada Apotik Pahlawan

Meyakinkan keandalan informasi, fungsi audit internal yang ketiga ini juga telah sesuai dengan standar perusahaan bahwa fungsi audit internal yaitu Memberikan

Sistem Informasi Data Usaha Mikro Kecil Menengah Dinas Perindustian Perdagangan Dan Koperasi Kabupaten Purbalingga , Purbalinga, Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM

Seimbang dengan Perilaku Pemenuhan Gizi pada Balita Usia 3-5 Tahun di.. Desa Banjarsari Kecamatan

Berdasarkan uraian tersebut perlu diadakan penelitian mengenai pengaruh parameter dasar pada proses pembubutan terhadap kesilindrisan benda kerja pada

Madrasah Ibtidaiyah Darussalam Bengkulu City. This research aims to determine what problems are faced by teachers in using learning media and how teachers deal with these

Tujuan penyuluhan yang tepat/baik adalah sesuai dengan keinginan/kebutuhan petani, dapat diukur kejelasannya, berjangka pendek agar dapat memotivasi

Menurut Jusuf (2006), para auditor ini bertanggung jawab atas pengauditan dari laporan keuangan tersebut, dimana harapan dari para pemakai laporan keuangan