EVALUASI PENGARUH VARIASI KONSENTRASI POLIVINIL
ALKOHOL SEBAGAI SURFAKTAN TERHADAP PROFIL PELEPASAN
MIKROPARTIKEL DEKSAMETASON MENGGUNAKAN HPLC
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi
Oleh:
ANUGRAH TITIS SARI K100 130 127
P[ROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
EVALUASI PENGARUH VARIASI KONSENTRASI POLIVINIL ALKOHOL
SEBAGAI SURFAKTAN TERHADAP PROFIL PELEPASAN
MIKROPARTIKEL DEKSAMETASON MENGGUNAKAN HPLC
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
ANUGRAH TITIS SARI K100 130 127
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Anita Sukmawati, Ph.D., Apt.
ii
HALAMAN PENGESAHAN
EVALUASI PENGARUH VARIASI KONSENTRASI POLIVINIL ALKOHOL
SEBAGAI SURFAKTAN TERHADAP PROFIL PELEPASAN
MIKROPARTIKEL DEKSAMETASON MENGGUNAKAN HPLC
OLEH
ANUGRAH TITIS SARI K 100 130 127
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Senin, 31 Juli 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1.Suprapto, M.Sc., Apt (……..……..)
(Ketua Dewan Penguji)
2.Ika Trisharyanti D. K., M.Farm., Apt. (………)
(Anggota I Dewan Penguji)
3.Anita Sukmawati, Ph.D., Apt. (……….)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Azis Saifudin, Ph.D., Apt. NIK. 956
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
.
Surakarta, 16 Juni 2017 Penulis
ANUGRAH TITIS SARI
1
EVALUASI PENGARUH VARIASI KONSENTRASI POLIVINIL
ALKOHOL SEBAGAI SURFAKTAN TERHADAP PROFIL PELEPASAN
MIKROPARTIKEL DEKSAMETASON MENGGUNAKAN HPLC
Abstrak
Mikropartikel merupakan sistem penghantaran obat lepas terkontrol yang dapat
diaplikasikan pada tissue engineering scaffold untuk memfasilitasi perbaikan dan
regenerasi jaringan yang rusak. Deksametason termasuk obat golongan kortikosteroid
yang dikenal sebagai molekul signal yang penting untuk diferensiasi sel di sumsum
tulang dan mesenchymal stem cells. Polivinil Alkohol (PVA) pada penelitian ini
digunakan sebagai bahan penstabil emulsi dalam formulasi mikropartikel. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh konsentrasi PVA terhadap efisisiensi enkapsulasi dan profil pelepasan deksametason yang dianalisis menggunakan HPLC. Mikropartikel deksametason dibuat dengan variasi konsentrasi PVA yaitu 0,1% b/v, 0,5% b/v dan 2,5% b/v menggunakan metode emulsifikasi tipe O/W. Profil pelepasan obat dievaluasi dalam medium dapar fosfat pH 7,4 yang mengandung 0,1% tween 80 pada 37°C selama 28 hari dan dianalisis kadarnya menggunakan HPLC. Laju pelepasan obat dari matriks dianalisis menggunakan persamaan Higuchi. Hasil penelitian menunjukkan hasil efisiensi enkapsulasi mikropartikel dengan konsentrasi PVA 0,1% b/v, 0,5% b/v dan 2,5% b/v berturut-turut yaitu 48,13%, 53,64% dan 43,83%. Harga konstanta Higuchi dari mikropartikel dengan PVA 0,1% b/v, 0,5% b/v dan 2,5% b/v
berturut-turut yaitu 0,6310 µg/hari1/2, 0,9169 µg/hari1/2 dan 0,4487 µg/hari1/2. Hal
tersebut menunjukkan bahwa penggunaan konsentrasi PVA 2,5% b/v dapat menurunkan efisiensi enkapsulasi dan laju pelepasan obat.
Kata Kunci: Mikropartikel, deksametason, polivinil alkohol, efisiensi enkapsulasi, pelepasan obat
Abstract
Microparticles is a controlled release drug delivery system that can be applied for tissue engineering scaffold to facilitate repairing and regenerating of damaged tissue. Dexamethasone is corticosteroid which is known as an important signal molecule for cell differentiation in bone marrow and mesenchymal stem cells. Polyvinyl Alcohol (PVA) in this research were used as emulsion stabilizer in microparticles preparation. The research aims is to evaluate the influence of PVA concentration on encapsulation efficiency and drug release of dexamethasone analyzed using HPLC. Microparticles of dexamethasone were prepared with various concentration of PVA i.e. 0.1% w/v, 0.5% w/v and 2.5% w/v using the oil-in-water emulsification method (O/W). Drug release profile were evaluated in phosphate buffer saline pH 7.4 containing 0.1% tween 80 at 37 °C for 28 days and analyzed using HPLC. The drug release rate from matrix was analyzed using Higuchi equation. The results showed that encapsulation efficiency of microparticle with PVA concentration of 0.1% w/v, 0.5% w/v and 2.5% w/v were 48.13%, 53.64% dan 43.83% respectively. The Higuchi constant from microparticles
2
with PVA is 0.1% w/v, 0.5% w/v and 2.5% w/v were 0.6310 µg/day1/2, 0.9169 µg/day1/2 and 0.4487 µg/day1/2 respectively. It showed that the PVA at concentration 2,5% w/v decreased encapsulation efficiency and drug release rate.
Keywords: dexamethasone, microparticles, polyvinyl alcohol, encapsulation efficiency,
drug release
1. PENDAHULUAN
Pemanfaatan mikropartikel dalam tisssue engineering scaffold yaitu sebagai sistem penghantaran
obat yang kompleks dan dikemas dengan profil degradasi tertentu. Scaffold dapat dimanfaatkan
sebagai faktor pertumbuhan dan/ atau untuk membantu pelepasan obat secara terkontrol sehingga
dapat memfasilitasi perbaikan dan regenerasi jaringan target (Chau et al., 2008). Mikropartikel
berpotensi besar meminimalkan toksisitas, mengurangi frekuensi pemberian dosis dan meningkatkan bioavailabilitas relatif obat (Parida et al., 2013). Deksametason (Gambar 1) dikenal sebagai molekul signal yang penting untuk diferensiasi di sumsum tulang dan mesenchymal stem cells. Evaluasi in vivo dari deksametason memberikan penurunan yang signifikan terhadap respon inflamasi dan dapat menaikkan osteogenesis (Webber et al., 2012).
Polivinil alkohol (PVA) merupakan polimer bersifat non toksik dan biodegradable.
Surfaktan PVA pada penelitian ini digunakan sebagai bahan penstabil emulsi. Penelitian medis dan farmasi baru-baru ini mengungkapkan bahwa PVA dapat digunakan dalam formulasi sediaan lepas lambat sebagai agen pengemulsi dalam penyusunan polimer mikropartikel untuk pengobatan
penyakit yang berhubungan dengan jantung, otot dan tulang (Aina et al., 2014). Mikropartikel
dibuat dengan metode emulsifikasi tunggal tipe O/W, faktor yang paling penting dalam metode ini ialah kestabilan emulsi. Semakin besar konsentrasi PVA dalam formulasi mikropartikel diharapkan akan meningkatkan kestabilan emulsi sehingga efisiensi enkapsulasi dan laju pelepasan deksametason akan meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh konsentrasi PVA sebagai surfaktan dalam formulasi mikropartikel terhadap efisisiensi enkapsulasi dan profil pelepasan deksametason yang dianalisis menggunakan HPLC.
3
2. METODE
Formulasi mikropartikel (MP) dibuat dengan metode emulsifikasi tunggal tipe O/W. Efisiensi enkapsulasi ditentukan dengan penetapan langsung dengan merusak matriks MP untuk mengukur efisiensi etil sesulosa sebagai matriks dalam menjerap deksametason. Profil pelepasan obat dievaluasi dalam medium PBS pH 7,4 yang mengandung 0,1% tween 80 pada 37°C selama 28 hari dan dianalisis kadarnya menggunakan HPLC. Laju pelepasan obat dari matriks danalisis menggunakan persamaan higuchi.
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu neraca analitik, plate stirrer (Cimarec), sentrifus (K
Centrifuge PLC Series), conical tube, shaking thermostatic waterbath (Julabo), alat-alat gelas,
mikropipet, sonikator, ultraturak, freeze dryer, HPLC Shimadzu seri UFLC (Ultra Fast Liquid
Chromatography (Shimadzu LC-20AD)) dengan detektor SPD-20A dan syringe (SGE).
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu deksametason (DXM (Bratachem)), polivinil alkohol (PVA (Sigma)), etil selulosa (EC (Pharmaceutical Grade)), diklorometana (DCM (Teknis)), akuades, tablet buffer fosfat pH 7,4 (PBS (Sigma)), etanol absolut p.a, tween 80, aqua pro injeksi dan metanol (Liquid Chromatography Grade).
2.2 Formulasi Mikropartikel
Formulasi Mikropartikel deksametason dilakukan menggunakan 3 formula seperti yang ditunjukkan
oleh tabel 1. Lima ratus (500) mg EC ditimbang untuk tiap formula dan dilarutkan dalam 10 mL
DCM dengan bantuan ultraturak berkecepatan 16.000 rpm selama 3 menit. Larutan stok DXM 1 mL ditambahkan pada larutan EC tiap formula dan dicampurkan menggunakan ultraturak berkecepatan 16.000 rpm selama 3 menit. Larutan PVA sebanyak 50 mL dari berbagai konsentrasi 0,1% b/v, 0,5% b/v, dan 2,5% b/v ditambahkan ke dalam tiap formula dan dicampurkan dengan ultraturak berkecepatan 16.000 rpm selama 3 menit sampai terbentuk emulsi. Emulsi tersebut diletakkan
dalam lemari asam dan diaduk menggunakan magnetic stirrer skala 4 selama 24 jam untuk
menguapkan DCM. Mikropartikel disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit kemudian dicuci 3 kali dengan akuades untuk menghilangkan sisa DXM yang tidak terenkapsulasi dalam matriks. Mikropartikel kemudian didispersikan dalam akuades dan dibekukan di dalam freezer. Serbuk kering MP diperoleh dengan memasukkan MP ke dalam freeze dryer selama 24 jam. Rendemen mikropartikel diperoleh dengan Persamaan 1.
Rendemen = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑃 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
4
Tabel 1 Formula Mikropartikel Deksametason
Bahan (satuan)
Formula
Keterangan FI (PVA 0,1%) FII (PVA 0,5%) FIII (PVA 2,5%)
Etil selulosa (mg) 500 500 500 EC dalam
diklorometana
Diklorometana (mL) 10 10 10
Deksametason (mg) 5 5 5 Deksametason
dalam etanol pa
Etanol absolut p.a (mL) 1 1 1
PVA (gram) 0,05 0,25 1,25 PVA dalam
akuades
Akuades (mL) 50 50 50
2.3 Drug Loading dan Efisiensi Enkapsulasi
Sepuluh (10) mg mikropartikel dari masing-masing formula dilarutkan dalam 1 mL DCM kemudian ditambah 4 mL etanol p.a. Campuran tersebut dikocok sampai fase DCM dan fase etanol memisah. Dua puluh (20) μL fase etanol (bagian atas) diinjeksikan ke dalam UFLC dengan fase diam C-18,
fase gerak metanol : air (70:30), flow rate 1 mL/menit, detektor UV pada λ 254 nm. Drug loading
%b/b (kadar obat dalam MP) diperoleh dengan menghitung kadar obat dalam 4 mL etanol dibagi penimbangan MP. Persamaan 2 digunakan untuk mengukur efisiensi enkapsulasi.
EE (%) = kadar obat dalam MP
kadar obat teoritis x 100% (2)
2.4 Uji Pelepasan Obat
Dua puluh lima (25) mg mikropartikel didispersikan dalam 5 mL medium disolusi (PBS 0,01 M pH 7,4 yang mengandung 0,1% tween 80) dalam tabung dan diletakkan pada shaking thermostatic waterbath berkecepatan 80 rpm pada suhu 37˚C. Jumlah DXM yang terlepas dari mikropartikel diukur dengan mengambil sampel medium disolusi 5 mL tiap interval waktu menit 5, 10, ke-15, ke-30, ke-45, jam ke-1, ke-2, ke-3, ke-6, hari ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, ke-6, ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28. Larutan medium disolusi disentrifugasi sebelum dilakukan pengambilan sampel, supaya mikropartikel mengendap dan diperoleh larutan sampel yang jernih. Endapan mikropartikel didispersikan kembali dengan 5 mL medium disolusi baru. Preparasi sampel dilakukan dengan mengambil 1 mL larutan sampel ditambah 1 mL etanol pa untuk mengendapkan dapar fosfat Dua puluh (20) μL ampel diukur kadarnya menggunakan UFLC dengan fase diam C-18, fase gerak
metanol: air (70:30), flow rate 1 mL/menit, detektor UV pada λ 254 nm. Sisa MP dari uji pelepasan
obat yang tidak terdegradasi dicuci dengan akuades 3 kali kemudian di keringkan dengan freeze
drying untuk mengetahui berat MP sisa uji pelepasan obat. Kinetika dan laju pelepasan DXM dari mikropartikel dihitung dengan persamaan 3 yaitu model Higuchi.
5
3. HASILDANPEMBAHASAN 3.1 Rendemen Mikropartikel
Rendemen yang diperoleh dari formulasi MP deksametason menggunakan matriks etil selulosa dan PVA 0,1 %b/v, 0,5 %b/v dan 2,5 %b/v berturut-turut yaitu 83,15%, 91,46% dan 95,33%. Hasil ini menunjukkan bahwa rendemen MP semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi PVA yang digunakan. Peran PVA dalam formulasi ini yaitu sebagai stabilizer yang bekerja ketika fase minyak terdispersi dalam fase air. Polivinil alkohol akan menstabilkan emulsi untuk mencegah terjadinya koalesensi atau pecahnya emulsi. Emulsi secara signifikan lebih stabil pada konsentrasi
PVA yang tinggi (Choi et al., 2011). Semakin stabil emulsi yang terbentuk maka MP yang
dihasilkan semakin banyak sehingga pada penelitian ini rendemen MP yang diperoleh meningkat dengan semakin tingginya konsentrasi PVA yang digunakan.
3.2 Drug Loading dan Efisiensi Enkapsulasi
Evaluasi drug loading dan efisiensi enkapsulasi dilakukan untuk mengamati efisiensi metode yang
digunakan dalam mengenkapsulasi zat aktif (Hidayati, 2015). Drug loading (DL) menunjukkan
jumlah obat yang terdapat dalam matriks etil selulosa pada pembuatan mikropartikel deksametason. Hasil evaluasi DL mikropartikel deksametason yang dibuat dengan variasi konsentrasi PVA 0,1%, 0,5%, dan 2,5% dapat dilihat pada Tabel 2. Drug loading tertinggi diperoleh pada konsentrasi PVA 0,5% dan paling rendah diperoleh pada konsentrasi PVA 2,5%. Hasil evaluasi DL ini dipengaruhi
konsentrasi surfaktan yang digunakan dalam formulasi. Menurut penelitian Dora et al., pada 2010,
peningkatan konsentrasi surfaktan dapat meningkatkan kapasitas drug loading. Hasil DL yang
diperoleh pada penelitian ini tidak sesuai dengan teori tersebut yaitu pada MP dengan konsentrasi PVA paling besar yaitu 2,5% justru memiliki nilai DL yang paling kecil.
Efisiensi Enkapsulasi (EE) merupakan nilai dalam persen (%) yang dapat menggambarkan keberhasilan etil selulosa sebagai matriks dalam menjerap deksametason pada pembuatan mikropartikel. Semakin tinggi nilai EE berarti semakin efisien EC dalam menjerap DXM. Efisiensi enkapsulasi yang diperoleh dari mikropartikel DXM dengan konsentrasi PVA 0,1%, 0,5% dan 2,5% dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai EE mengalami kenaikan dari MP dengan konsentrasi PVA 0,1% ke PVA 0,5%, namun pada konsentrasi PVA 2,5% justru mengalami penurunan EE. Menurut
penelitian Dora et al., (2010), peningkatan konsentrasi surfaktan berkenaan dengan peningkatan
drug loading sehingga efisiensi enkapsulasi juga meningkat. Penelitian oleh Bhatt & Shah (2012) yang menggunakan PVA konsentrasi 0,25-2,5% sebagai surfaktan dalam mikropartikel BSA (Bovine Serum Albumin) menunjukkan peningkatan EE dari konsentrasi 0,25% ke 0,5% kemudian mengalami penurunan dari konsentrasi 0,5% sampai 2,5%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
6
konsentrasi PVA yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penurunan EE. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Vysloužil et al. (2014) yaitu peningkatan konsentrasi PVA dapat menurunkan
EE yang berhubungan dengan semakin meningkatnya viskositas.
Tabel 2 Hasil Drug Loading serta Efisiensi Enkapsulasi Deksametason
Formula Drug Loading (%b/b) Efisiensi Enkapsulasi (%)
PVA 0,1% 0,48 ± 0,010 48,13 ± 0,97
PVA 0,5% 0,54 ± 0,020 53,64 ± 2,25
PVA 2,5% 0,44 ± 0,018 43,83 ± 1,75
Uji statistik Anova: Single Factor menunjukkan nilai F hitung (24,006) > F tabel (5,143)
dan nilai p (0,001) < 0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari EE mikropartikel DXM yang dipengaruhi oleh penggunaan konsentrasi PVA yang berbeda. Hasil uji t dari konsentrasi PVA 0,1% terhadap PVA 0,5%, konsentrasi PVA 0,1% terhadap PVA 2,5%, dan konsentrasi PVA 0,5% terhadap PVA 2,5% memiliki nilai nilai p < 0,05 dan t hitung > t tabel. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan variasi konsentrasi PVA mempengaruhi efisiensi enkapsulasi obat mikropartikel. Peningkatan konsentrasi PVA menyebabkan meningkatnya efisiensi enkapsulasi namun tidak pada konsentrasi PVA 2,5%.
3.3 Evaluasi Pelepasan Obat Mikropartikel Deksametason
Evaluasi pelepasan obat dilakukan selama 28 hari untuk mengetahui banyaknya deksametason yang
terlepas dari mikropartikel. Penelitian yang dilakukan Kook et al., (2017) menunjukkan bahwa
deksametason meningkatkan proliferasi sel dan diferensiasi osteogenik BMSC (bone marrow-derived mesenchymal stem cells) selama 28 hari. Jumlah obat terlepas kumulatif untuk ketiga variasi konsentrasi PVA 0,1%, 0,5% dan 2,5% berturut-turut yaitu 58,90 ± 11,92%, 75,22 ± 7,00% dan 42,09 ± 6,38%. Grafik hasil uji pelepasan obat dari MP dengan konsentrasi PVA 0,1%, 0,5% dan 2,5% dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Hasil Uji Pelepasan DXM dari Mikropartikel dengan konsentrasi PVA 0,1% ( ), PVA 0,5% ( ) dan PVA 2,5% (X) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Ju m la h o b at k u m u la ti f (µ g) t (hari)
7
Persen obat terlepas kumulatif tertinggi diperoleh dari MP DXM dengan konsentrasi PVA 0,5% dan yang terendah diperoleh dari konsentrasi PVA 2,5%. Menurut Hämäläinen (2014), jumlah PVA yang terlalu tinggi dapat berpengaruh pada pelepasan obat dari mikropartikel. Polivinil
alkohol dapat bertindak sebagai barrier yang mencegah difusi degradasi obat terlepas dari
mikropartikel.
Mikropartikel yang tersisa dari uji pelepasan obat selama 28 hari dicuci dan dikeringkan
kembali dengan freeze drying untuk mengetahui jumlah zat aktif sisa yang tidak terdegradasi dari
MP. Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah rata-rata zat aktif kumulatif yang terlepas dan zat aktif sisa pada MP lebih besar dari jumlah obat dalam mikropartikel secara teoritis. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya bobot pengotor yaitu PBS yang menjadi serbuk kembali ketika MP sisa uji
disolusi di keringkan dengan freeze drying sehingga berat MP sisa bertambah. Hal ini dapat
mempengaruhi perhitungan zat aktif yang terdapat pada MP sisa uji disolusi, sehingga berat zat aktif sisa yang diperoleh bertambah atau lebih besar dari yang seharusnya..
Tabel 3 Jumlah obat terlepas dan obat sisa dalam mikropartikel
Formula Jumlah Obat Kumulatif yang terlepas (µg) Jumlah Obat Sisa dalam MP (µg) Jumlah kumulatif yang terlepas + obat
sisa (µg) Jumlah Obat Teoritis (µg) PVA 0,1% 71,30± 14,73 60,67±1,83 131,96±13,89 131,04 ± 2,38 PVA 0,5% 103,57± 9,65 50,46±2,66 154,04±7,25 147,90 ± 0,58 PVA 2,5% 46,62±7,66 80,96±2,16 127,58±5,50 120,64 ±1,82
Hasil uji pelepasan obat dihitung dengan memplotkan antara jumlah kumulatif obat
terlepas versus t½. Persamaan Higuchi dapat menjelaskan pelepasan obat sebagai proses difusi
tergantung akar kuadrat waktu. Penentuan mekanisme pelepasan suatu obat dapat dilihat dari harga R2 dari persamaan regresi linier yang diperoleh dari masing-masing formula mikropartikel. Apabila R2 mendekati 1 maka dianggap mekanismenya mengikuti pelepasan dari model matematika yang digunakan tersebut (Annajiah, 2015). Tabel 4 menunjukkan nilai R2 dari persamaan Higuchi, dapat dilihat bahwa nilai R2 mendekati 1 sehingga mikropartikel mengikuti mekanisme pelepasan obat model Higuchi. Persamaan Higuchi menjelaskan tentang mekanisme terjadinya difusi pada obat
yang terdispersi dalam matriks yang tidak larut dalam medium disolusi (Saifullah S. et al., 2011).
Menurut Nurhayati (2008), R2 mendekati nilai 1 menunjukkan lepasnya obat dari mikrosfer diikuti oleh mekanisme difusi yang terkontrol, sehingga pada penelitian ini pelepasan obat DXM dari matriks dikendalikan oleh proses difusi. Prinsip mekanisme difusi ialah terjadinya perpindahan obat melalui matriks dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Uji statistik Anova: Single Factor menunjukkan nilai p (0,134) > 0,05 yang menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan mengenai proses difusi dengan penggunaan konsentrasi PVA yang berbeda.
8
Tabel 4 Nilai R2 dan Harga K persamaan Higuchi
Formula R2 K (µg/hari1/2)
PVA 0,1% 0,9474 ± 0,01726 0,6310 ± 0,10305 PVA 0,5% 0,9731 ± 0,01345 0,9169 ± 0,06903 PVA 2,5% 0,9598 ± 0,00644 0,4487 ± 0,08301
Konstanta Higuchi tiap MP dengan PVA 0,1%, 0,5% dan 2,5% dapat dilihat pada Tabel 4. Konstanta Higuchi tersebut menggambarkan laju pelepasan deksametason dari matriks. Semakin besar konstanta Higuchi maka pelepasan obat semakin cepat. Konsentrasi PVA yang digunakan dalam pembuatan mikropartikel mempengaruhi laju pelepasan deksametason dari MP yakni semakin besar konsentrasi PVA maka laju pelepasan obat semakin besar. Laju pelepasan deksametason paling cepat pada konsentrasi PVA 0,5% dan paling lambat pada konsentrasi PVA 2,5%. Hal tersebut dapat disebabkan karena konsentrasi PVA yang terlalu tinggi dapat menghambat pelepasan deksametason dari MP sehingga laju pelepasannya pun menjadi lebih lambat.
4. PENUTUP
Formulasi mikropartikel deksametason dengan variasi konsentrasi surfaktan PVA 0,1% b/v, 0,5% b/v dan 2,5% b/v berpengaruh terhadap efisiensi enkapsulasi dan pelepasan obat deksametason dari mikropartikel. Pada konsentrasi PVA 0,1% b/v dan 0,5% b/v terjadi peningkatan efisiensi enkapsulasi dan laju pelepasan obat dari mikropartikel dengan meningkatnya konsentrasi PVA yang digunakan. Hal tersebut tidak berlaku pada konsentrasi PVA 2,5% b/v karena penggunaan konsentrasi PVA yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penurunan efisiensi enkapsulasi dan laju pelepasan deksametason dari mikropartikel.
DAFTAR PUSTAKA
Aina, A., Morris, A., Gupta, M., Billa, N. and Madhvani, N., 2014, Dissolution Behavior of Poly Vinyl Alcohol in Water and its Effect on The Physical Morphologies of PLGA Scaffolds, UK Journal of Pharmaceutical and Biosciences, 2(1), pp. 1–6.
Annajiah, W., 2015, Evaluasi Profil Disolusi Sediaan Lepas Lambat Diltiazem Hidroklorida Yang Beredar Di Pasaran, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bhatt, Y. and Shah, D., 2011, Influence of additives on Fabrication and Release from Protein loaded
PLGA microparticles, Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 4(3), pp. 1708–
1715.
Chau, D., Chau, D. Y. S., Agashi, K. and Shakesheff, K. M., 2008, Microparticles as Tissue
Engineering Scaffolds : Manufacture, Modification and Manipulation, Article in Materials
Science and Technology, (February 2016). doi: 10.1179/174328408X341726.
Choi, Y., Joo, J. R., Hong, A. and Park, J. S., 2011, Development of Drug-loaded PLGA
9
Korean Chemical Society, 32(3), pp. 867–872. doi: 10.5012/bkcs.2011.32.3.867.
Dora, C. P., Singh, S. K., Kumar, S., Datusalia, A. K. and Deep, A., 2010, Development And Characterization Of Nanoparticles Of Glibenclamide By Solvent Displacement Method, Acta Poloniae Pharmaceutica - Drug Research, 67(3), pp. 283–290.
Hämäläinen, L., 2014, Drug Releasing Poly (Lactide-Co-Glycolide) Microparticles, Thesis,
Tempere University Of Technology.
Hidayati, E. N., 2015, Pembuatan Mikropartikel Diltiazem Hidroklorida Menggunakan Metode Penguapan Pelarut, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kook, Y. J., Lee, D. H., Song, J. E., Tripathy, N., Jeon, Y. S., Jeon, H. Y., Oliveira, J. M., Reis, R. L. and Khang, G., 2017, Osteogenesis Evaluation of Duck’s Feet-Derived Collagen/Hydroxyapatite Sponges Immersed in Dexamethasone, Biomaterials Research, pp. 1–7. doi: 10.1186/s40824-017-0088-4
Nurhayati, L., 2008, Aplikasi Poli (Asam Laktat) Sebagai Mikrosfer Pengungkung Obat Selekoksib, Thesis, Institut Pertanian Bogor.
Parida, K. R., Panda, S. K., Ravanan, P., Roy, H. and Talwar, P., 2013, Microparticles Based Drug
Delivery Systems: Preparation and Application in Cancer Therapeutics, Review Article of
International Archive of Applied Sciences and Technology, 4(September), pp. 68–75.
Saifullah S., T. N., Fudholi, A., Nugroho, A. K., Pratiwi, A. and Hasan, N., 2011, Perbandingan Profil Disolusi Ranitidin HCl Dari Sediaan Gastrorentetive Dengan Alat Disolusi Tipe 2 USP Dan Modifikasi Magnetic Stirrer, in Hertiani, T., Ikawati, Z., and Wahyono, D., eds. Prosiding Seminar Nasional "Eight Star Performance Pharmacist", Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Vysloužil, J., Doležel, P., Kejdušová, M., Mašková, E., Mašek, J., Lukáč, R., Košťál, V., Vetchý, D. and Dvořáčková, K., 2014, Influence of Different Formulations And Process Parameters During The Preparation of Drug-Loaded PLGA Microspheres Evaluated by Multivariate Data Analysis, Acta Pharm, 64, pp. 403–417. doi: 10.2478/acph-2014-0032.
Webber, M. J., Matson, J. B., Tamboli, V. K. and Stupp, S. I., 2012, Controlled Release of Dexamethasone from Peptide Nanofiber Gels to Modulate Inflammatory Response, Biomaterials, 33(28), pp. 6823–6832. doi: 10.1016/j.biomaterials.2012.06.003.