IMPLEMENTASI SUPERVISI NON DIREKTIF
PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI
PEDAGOGIK GURU PAI SD DI KABUPATEN KUDUS
TAHUN 2017
Oleh: NOOR ARIFIN NIM. 12010150059
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
MOTTO
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.
PERSEMBAHAN
Segala puji bagi-Mu ya Allah SWT atas nikmat yang Engkau berikan kepada
hambamu ini.
Tesis ini kupersembahkan kepada :
1.Ibu bapak tersayang, yang telah mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih
sayang, cinta, doa, dan segenap pengorbanan jiwa raga yang tiada mengharap
imbalan, kecuali ketulusan hati.
2.Istri dan anak tersayang yang telah mendampingi dan memberikan bantuan penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
3.Guru-guru di manapun berada, terima kasih atas ilmu yang diberikannya.
4.Teman-teman seperjuangan dan almameter Pascasarjana IAIN Salatiga yang
senantiasa memberikan dorongan untuk menyelesaikan tesis ini.
ABSTRAK
IMPLEMENTASI SUPERVISI NON DIREKTIF PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI SD DI
KABUPATEN KUDUS TAHUN 2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1).Implementasi Supervisi Non Direktif Pengawas untuk meningkatkan Kompetensi pedagodik Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah dasar di Kabupaten Kudus. 2). Kontribusi Supervisi Non Direktif Pengawas dalam meningkatkan Kompetensi Guru, 3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Supervisi Non Direktif Pengawas. Jenis penelitian ini adalah Kualitatif, dengan menggunakan pendekatan fenomenologis, data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis menggunakan model interaktif menurut analisa Miles and Hubermen (1984) yaitu reduksi, display, dan penarikan kesimpulan . Kebsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu penelitian, triangulasi data.
Hasil dari penelitian ini adalah: 1) pelaksanaan Supervisi non direktif pengawas dilaksanakan secara individual yaitu dengan visitasi ke sekolah untuk mendengarkan secara langsung permasalahan yang disampaikan oleh Guru dan secara kelompok dengan membagikan kartu masalah pada guru pada forum Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam. 2) Kontribusi supervisi non direktif yang dilakukan pengawas menjadikan kompetensi pedagogik yang dimiliki guru menjadi lebih baik, ini dapat dibuktikan bahwa sebagian besar guru PAI SD telah dapat membuat administrasi pembelajaran dengan baik dan benar, mampu memanfaatkan media, sarana dan tehnologi , mampu memilih metode dan strategi pembelajaran yang tepat. 3) Faktor pendukungnya adalah kualifikasi akademik guru sudah berpendidikan sarjana, sudah mempunyai sertifikat pendidik, sehingga dapat dikatakan sebagai guru professional. Sedangkan faktor penghambatnya adalah terlalu banyaknya guru yang harus dibina oleh pengawas.
Kata Kunci: Supervisi Non Direktif, Pengawas, Kompetensi Pedagogik
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF NON DIRECTIVE SUPERVISION FROM SUPERVISORS TO IMPROVE PEDAGOGIC COMPETENCE OF ISLAMIC
EDUCATION TEACHER AT ELEMENTARY SCHOOL IN KUDUS REGENCY YEAR 2017
This study aims to determine: 1) Implementation Supervision Non-Directive Supervisor to improve Pedagodic Competence of Islamic Religious Education Teacher Elementary School in Kudus District. 2) Contribution of Supervision of Non-Directive Supervisor in improving Teacher Competence, 3) Supporting factors and inhibiting the implementation of Supervising Non-Directive Supervisor.
This type of research is Qualitative , by using phenomenological approach data obtained through interview, observation, and documentation. Analysis using interactive model according to analysis Miles and Hubermen (1984) that is reduction, display, and withdrawal of conclusion. Data validity is done by extending research time, data triangulation.
The results of this study are: 1) the implementation of non directive supervision of supervisor carried out individually by Visitation to the school to listen directly to the problems conveyed by the Teachers and in groups by distributing problem cards to teachers at the Teachers' Working Group on Islamic Religious Education. 2) The supervisor's non-directive contribution made by the supervisor makes pedagogic competence of the teacher better, it can be proved that most teacher of Islamic study in Elementary school have been able to make the teaching administration properly and correctly, able to utilize the media, facilities and technology, able to choose methods and learning strategies right. 3) The supporting factor is the academic qualification of undergraduate educated teachers, already have educator certificate, so it can be said as a professional teacher. While the inhibiting factor is too many teachers to be supervised by the supervisor.
Keywords: Non Directive Supervision, Supervisor, Pedagogic Competency
PRAKATA
Segala puji bagi Allah atas segenap rahmat dan belas kasih-Nya kepada penyusun
hingga dapat menyelesaikan tesis ini. Penelitian yang berjudul Implementasi
Supervisi non Direktif Pengawas dalam meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru
PAI SD di Kabupaten Kudus Tahun 2017 ini merupakan syarat akhir memperoleh
gelar Magister Pendidikan.
Melalui prakata ini penulis menghaturkan ribuan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga
3. Prof. Dr. H. Budiharjo, M.Ag. Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu
penulis menyelesaikan tesis ini
4. Seluruh Dosen Program Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan
kesempatan penulis menimba pengalaman belajar hingga penulisan tesis
5. Para Pengawas dan Guru PAI SD di Kabupaten Kudus yang telah meluangkan
waktunya menjadi subjek dalam penelitian ini
6. Seluruh anggota keluarga di rumah yang telah merelakan penulis pergi
meninggalkan rumah guna menyelesaikan studi ini
7. Setiap insan yang tidak dapat disebutkan semuanya yang turut serta membantu
menyelesaikan tesis ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN TESIS ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
PRAKATA ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Signifikansi Penelitian ... 5
D. Kajian Pustaka ... 7
E. Metodologi Penelitian ... 10
F. Sistematika Penulisan Tesis ... 13
BAB II: KAJIAN TEORI A. Pengertian Supervisi Non Direktif ... 15
B. Prinsip-Prinsip Supervisi Non Direktik ... 20
C. Kompetensi Pedagogik Guru ... 23
BAB III: DATA HASIL PENELITIAN
A. Profil Kabupaten Kudus
1. Keadaan Geografis ... 31
2. Keadaan Demografis ... 33
B. Profil Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus ... 35
C. Profil Guru PAI SD Kabupaten Kudus ... 36
BAB IV: IMPLEMENTASI SUPERVISI NON DIREKTIF PENGAWAS A. Implementasi Supervisi Non Direktif Pengawas ... 38
1. Karakteristik Guru ... 40
2. Tahapan Pelaksanaan Supervisi Non Direktif ... 43
3. Analisis Implementasi supervisi Non Direktif ... 47
B. Kontribusi Supervisi Non Direktif terhadap Kompetensi Guru ... 53
C. Faktor pendudkung dan Penghambat ... 55
BAB V: PENUTUP A. Simpulan ... 60
B. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
LAMPIRAN ... 70
RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 80
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Hasil Wawancara ... 75
Lampiran 2: Dokumentasi Penelitian ……… ... 80
Lampiran 3: Surat ijin penelitian... ... 81
Lampiran 3: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian……… ... 82
Lampiran 4: Riwayat Hidup Penulis ……… ... 83
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan supervisi pendidikan merupakan realisasi dari fungsi
manajemen pendidikan. Pengawasan dapat diarahkan pada kegiatan akademik
dan administrative (manajerial). Pelaksanaan pengawasan kegiatan akademik
yaitu pelaksanaan pengawasan terhadap kegiatan proses pembelajaran yang
meliputi pengawasan kegiatan guru pandidikan agama Islam dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran agama Islam.1
Pengawas PAI pada sekolah menentukan kebutuhan supervisi guru
berdasarkan perbedaan individual, keahlian, dan komitmennya. Karenanya
pengawas PAI pada sekolah dapat menggunakan pendekatan yang bervariasi
dalam supervisi terhadap guru yang berbeda. “Pengawas yang amat efektif
mampu memadukan model yang tepat atau strategi yang tepat untuk kebutuhan
khusus dan tingkat pengembangan dari guru itu sendiri.”2 Dengan strategi ini,
pengawas PAI harus memilih pendekatan atas dasar kasus per kasus,
menggunakan dasar pengetahuan mengelompokkan guru, observasi dan
interaksi dengan guru atau kelompok terkini, dan menganalisis situasi
sekarang. Strategi supervisi ini dimaksudkan agar dapat berkontribusi terhadap
peningkatan kompetensi guru PAI.
1Muhammad Fazis, “Kontribusi Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Pengawas
Pendidikan Agama Islam”, Studia Akademika, Vol. VII, No. 1, (Juni 2009), 18.
2Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Bahan Belajar Mandiri Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah: Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009, 19.
Allah Swt. memberi arahan kepada setiap orang yang beriman untuk
mendesain rencana apa yang akan dilakukannya dikemudian hari. Firman-Nya
dalam Al-Quran Surat Al Hasyr (18):
يَ لَّلا لَّ ذِ يَ لَّلا نُ لَّيُّا يَ دٍ يَ ذِا لْ يَآلَّ يَ لَّآ سٌ لْ يَيُّ لْ نُن يَ لْايَ يَ لَّلا نُ لَّيُّا نُ يَآ يَي ذِ لَّا يَ يُّ يَ يَ
نُليَملْعيَيُّا يَذِبِ سٌيرذِبيَخ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.3
Menurut kutipan ayat di atas, dapat difahami bahwa strategi penting
dimiliki pengawas PAI dalam menjalankan tugas supervisinya. Guru sangat
membutuhkan pengawas sebagai mitra kerja dalam meningkatkan kinerjanya.
Sementara pengawas, menurut Danim dalam Abdurahman R. Mala, masih ada
kelemahan pada berbagai hal, terutama berkaitan dengan pemilihan strategi
efektif dalam menerapkan prinsip, teknik, fungsi dan sasaran supervisi.4
Dengan demikian, sepatutnya pengawas memiliki, menyusun, melaksanakan
serta mengevaluasi strategi dalam supervisinya.
Glickman sebagai mana ditulis dalam bukunya Ali Imron
merekomendasikan tentang cara menganalisis perilaku guru terutama dalam
pembelajaran. Glickman menegaskan perilaku guru dipengaruhi dua aspek,
yaitu level of commitment dan level of abstracktion. Level komitmen merujuk
kepada usaha dan penyediaan waktu dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan
3Mujama’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf Asy-Syarif, Al Quran dan Terjemahnya
, Madinah Al Munawwaroh: Kerajaan Arab Saudi, 1427 H, 919.
4Abdurahman R. Mala, “Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan
level abstraksi merujuk pada kemampuan kognitif.5 Perpaduan antara level of
commitment dan level of abstraction dapat dianalisis perilaku guru dalam
menjalankan tugas-tugas profesinya sehingga akan menjadi landasan yang kuat
dalam mengambil kebijakan.6
Berdasarkan penelitian oleh Uus Ruswendah sebagian guru yang telah
lama melaksanakan tugas sebagai pengajar, menganggap pekerjaan mengajar
sebagai kegiatan rutinitas. Metode pembelajaran yang digunakan miskin
dengan variasi yang dapat mendorong peserta didiknya belajar lebih bergairah.
Kondisi seperti dapat menyebabkan situasi belajar di kelasnya gersang dan
membosankan, layanan belajar yang diterima peserta didik menjadi tidak
bermutu. Proses pembelajaran seperti ini akan menghasilkan lulusan dan
sumberdaya manusia yang tidak bermutu, maka dampaknya adalah daya saing
bangsa menjadi rendah dan kualitas kesejahteraan bangsa ini menjadi rendah
pula.7
Melalui pemahaman terhadap kategori guru diharapkan pembinaan
kemampuan profesional guru-guru melalui pendekatan supervise non dierektif
akan semakin efektif untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru,
sehingga tujuan pendidikan yaitu terwujudnya sumber daya manusia (SDM)
yang bermutu tinggi dapat dicapai.
5
Ali Imron, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, 85.
6
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas Guru: Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, Bandung: Alfabeta, 2013, 45.
7Uus Ruswenda, “Berbagai Faktor Dalam Supervisi Akademik Pengawas Sekolah
Jadi guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan
kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu guru harus mampu
memikirkan dan membuat perencanaan dengan seksama dalam meningkatkan
kesempatan belajar siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Guru
harus mampu berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak
sebagai fasilitator yang mampu menciptakan kondisi dan lingkungan belajar
mengajar yang kondusif dan efektif .
Dalam meningkatkan profesionalisme, guru dapat dibimbing oleh
Pengawas. Pengawas mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat berat,
serta mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perkembangan dan
kemajuan sekolah keberadaannya sangat diharapkan oleh guru dalam rangka
membantu dan membimbing guru ke arah tercapainya peningkatan kualitas
pembelajaran guru mata pelajaran, khususnya mata pelajaran agama Islam di
lingkungan sekolah-sekolah yang bernaung pada Kementerian Agama. Dalam
melaksanakan tugasnya pengawas berkewajiban membantu para guru dengan
memberikan bimbingan dan dukungan agar guru dapat melaksanakan
tugasnya, baik sebagai pendidik maupun pengajar.
Di Kabupaten Kudus sebagian besar gurunya sudah S1 dan dari guru
yang sudah sarjana tersebut sebagian besar juga sudah mempunyai sertifikat
pendidik baik melalui jalur Portofolio maupun jalur PLPG, sehingga sudah
mendapat predikat guru professional.8 Maka menjadi penting pengawas
8
dikabupaten Kudus menggunakan pendekatan Supervisi Non direktif untuk
meningkatkan Kompetensi pedagogik guru PAI.
Berangkat dari latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui lebih jauh
melalui penelitian berjudul “pelaksanaan supervisi non direktif dalam rangka
peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI menjadi penting untuk dilakukan.
Setidaknya pada SD di Kabupaten Kudus”.
B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Mengacu pada serangkaian teori dan fakta yang telah diungkapkan pada
latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini
adalah:
a. Sebagian guru yang telah lama melaksanakan tugas sebagai pengajar,
menganggap pekerjaan mengajar sebagai kegiatan rutinitas.
b. Metode pembelajaran yang digunakan guru miskin dengan variasi yang
dapat mendorong peserta didiknya belajar lebih bergairah. Kondisi
seperti dapat menyebabkan situasi belajar di kelasnya gersang dan
membosankan,
c. Layanan belajar yang diterima peserta didik tidak bermutu, Proses
pembelajaran seperti ini akan menghasilkan lulusan dan sumberdaya
2. Pembatasan Masalah
Penelitian difokuskan pada pelaksanaan supervisi non direktif yang telah
dilakukan pengawas PAI dalam rangka peningkatan kompetensi pedagogik
guru PAI.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, serta identifikasi dan batasan masalah yang
telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini disusun sebagai
berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan supervisi non direktif yang dijalankan pengawas
PAI dalam rangka peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI?
b. Sejauhmana kontribusi supervisi non direktif yang dijalankan pengawas
PAI terhadap peningkatan kompetensi guru PAI?
c. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan supervisi non
direktif dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI?
C. Signifikansi Penelitian
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pelaksanaan supervisi non direktif yang dijalankan pengawas
PAI dalam rangka peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI.
2. Mengetahui kontribusi strategi supervisi non direktif yang dijalankan
pengawas PAI terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI.
3. Mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
Secara umum penelitian ini kiranya dapat memberikan manfaat yang
besar baik secara teoritis maupun praktis:
1. Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya informasi dan
wawasan tentang Supervisi Non Direktif
b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi pijakan bagi peneliti yang
lain dalam meneliti Supervisi Non Direktif Pengawas untuk
Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru PAI
2. Praktis
a. Penulis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan untuk melakukan
penelitian lanjut tentang Supervisi Non direktif Pengawas Untuk
Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru PAI pada Institusi
pendidikan lainnya.
b. Supervisor
Penelitian ini kiranya penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan
dalam mengembangkan pendekatan untuk praktek supervisi.
c. Dinas Pendidikan
Untuk dijadikan sebagai temuan untuk melakuakan penelitian lanjut
tentang Supervisi Non Direktif Pengawas Untuk Meningkatakan
D. Kajian Pustaka
Penelitian tentang supervisi pendidikan sudah banyak dilakukan baik dalam
bentuk buku maupun dalam bentuk tesis, telaah pustaka ini dilakukan untuk
melihat sejauh mana masalah supervise ini dikaji dalam penelitian
sebelumnya, adalapun penelitian yang relevan yang pernah dilakukan
sebelum penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Simin Ghavifekr & Mohammed Sani Ibrahim, penelitian dengan judul “Head of Departments’ Instructional Supervisory Role and Teachers’
Job Performance: Teachers Perceptions”. Temuan penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi guru
tentang peran supervisi pembelajaran kepala sekolah dan peningkatan
kinerja guru dari berbagai aspek termasuk praktek mengajar, kompetensi
profesional dan motivasi.9
Darsono, Penelitian tentang “ Implementasi pendekatan direktif, non
direktif dan kolaboratif dalam supervise Pendidikan Islam di MAN 1
Trenggalek”. Hasil dari penelitian ini adalah Dalam orientasi tidak langsung
atau non direktif perilaku supervisor ditekankan pada mendengarkan,
mendorong, klasifikasi, presentasi, dan pemecahan masalah untuk
mengarahkan guru membuat sendiri rencananya.10
9
Simin Ghavifekr & Mohammed Sani Ibrahim, “Head of Departments’ Instructional Supervisory Role and Teachers’ Job Performance: Teachers Perceptions”, Asian Journal of Social Sciences and Management Studies,Volume 1, Nomor 2, (2014), 45-56.
10
Penelitian Sunaryana tentang “Upaya Pengawas dalam
Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di SMP Negeri 2 Banyudono kabupaten Boyolali”. Hasil penelitian ini adalah Supervisi akademik yang
dilaksanakan oleh Pengawas PAI belum efektif. Hal ini dibu ktikan dengan
frekwensi kunjungan kesekolah selama tahun pelajaran 2015/2016 baru
terlaksana sekali. sedangkan supervisi kelas belum terlaksana. Pembinaan
Pengawas kepada guru hanya didasarkan pada hasil pemeriksaan
administrasi pembelajaran.11
Tesis Hamadi, yang berjudul “Pelaksanaan Supervisi Akademik
Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Kelapa Kampit Kabupaten
Belitung Timur”.12
Dalam tesis tersebut dijelaskan bahwa pelaksanaan
supervisi oleh kepala sekolah kurang sistematis. Hamadi menyimpulkan ada
keberhasilan pelaksanaan supervisi akademik namun perlu ditindaklanjuti.
Moch. Abi Qotadah dengan Judul “ Pelaksanaan Supervisi
Akademis Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Dasar di Kecamatan
Banjarsari Kota Surakarta”. Hasil penelitian menunjukkan : (a) proses
supervise meliputi; penyusunan program pengawasan, pembinaan,
pembimbingan, pengembangan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam,
penerapan standar nasional Pendidikan Agama Islam dan pelaporan tugas
pengawasan. (b) Gaya Supervisi akademis yang digunakan yakni gaya
11Sunaryana, “Upaya Pengawas dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru PAI di
SMP Negeri 2 di Kabupaten Boyolali”, Tesis, program Pascasarjana IAIN Surakarta, 2016, 185-186.
12Hamadi, “Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Kelapa
demokrasi (c) teknik/metode supervisi yang digunakan meliputi; teknik
kunjungan langsung dan kunjungan tak langsung.13
Berdasarkan penelitian yang sudah ada menunjukkan perbedaan yang
yang ditinjau dari sudut pandang yang berbeda pula. Dalam hal ini peneliti
mencoba mengetengahkan focus penelitian yang berbeda, yaitu: peneliti
fokus pada Implementasi supervisi Non Direktif Pengawas Terhadap
Kompetensi Pedagogik Guru PAI, tujuannya untuk mengefektifkan kegiatan
supervisi akademik pengawas yang muaranya untuk meningkatkan
kompetensi pedagogik Guru PAI.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metodologi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif, Menurut Masyhuri dan M. Zainuddin kualitatif adalah penelitian
yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris.14
Penelitian kualitatif membutuhkan studi mendalam untuk membentuk suatu
model atau teori berdasarkan adanya keterkaitan antara data yang
ditemukan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih dalam penelitian ini karena beberapa
pertimbangan antara lain: (a) data yang digunakan dalam penelitian ini lebih
mengarah pada data-data yang bersifat verbal dan perilaku subyek peneliti
13 Moch. Abi Qotadah, “Pelaksanaan Supervisi Akademis Pendidikan Agama Islam Pada
Sekolah Dasar di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta”, Tesis. IAIN Surakarta, 2014, 141-142.
14
yaitu analisis yang berhubungan dengan pelaksanaan supervisi non direktif
yang dilakukan pengawas di Kecamatan Undaan dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru PAI, (b) berdasarkan jenis data yang akan
dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu yang berhubungan dengan situasi
dan kondisi supervisi di lapangan, (c) dan analisis data yang digunakan ialah
model analisis langsung dan mempunyai hubungan yang saling berkaitan
antara tema pembahasan satu dengan pembahasan lain, (d) hasil penelitian
yang berupa kesimpulan yang diperoleh setelah diadakan analisis data
dinyatakan dalam deskripsi situasi dan bukan perhitungan angka model
statistik, (e) penelitian ini dilakukan dalam situasi yang wajar dan
mengutamakan data yang bersifat kualitatif.
Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research) dengan merumuskan terlebih dahulu kerangka teoritis melalui
penelitian pustaka (library reseach) yang berkenaan dengan masalah pada
objek penelitian di lapangan. Penelitian yang dilakukan dengan mempelajari
secara intensif tentang latar belakang keadaan, lingkungan, dan interaksinya.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan supervisi non direktif
yang dilakukan oleh pengawas PAI SD di Kabupaten Kudus, Objek dalam
penelitian di maksud adalah guru PAI SD di Kabupaten Kudus pada bulan
mei sampai dengan agustus 2017.
2. Lokasi Penelitian
3. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini diperoleh dari 10 guru-guru PAI SD
dan 2 pengawas PAI di Kabupaten Kudus
4. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Dalam penelitian kulitatif fenomena dapat
dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subjek
melalui wawancara mendalam dan observasi pada pokok masalah dimana
kejadian-kejadian tersebut berlangsung. Adapun untuk melengkapi data
diperlukan dokumentasi yang berkaitan dengan subjek penelitian berkaitan
dengan beberapa bahan yang diperlukan.
5. Uji Keabsahan Data
Validitas data merupakan bagian yang harus ditempuh sebelum melakukan
analisis data, Dengan melalui keabsahan data, maka sumber data yang
diperoleh dapat dipercaya akurasinya. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti
menggunakan kriteria tingkat kepercayaan. Sedangkan untuk memperoleh
keabsahan data, penelitian ini menggunakan teknik triangulasi, yaitu
merupakan suatu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan
dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber yang telah ada.15
15
Jadi dengan teknik ini Penulis menggunakan beberapa sumber melalui
teknik pengumpulan data kemudian dari beberapa sumber itu data diolah dan
diorganisir untuk dibandingkan antara sumber yang satu dengan sumber yang
lain untuk memperoleh derajat kepercayaan data.
Untuk menguji kredibilitas data yang diperoleh, maka peneliti disini
melakukannya dengan cara mencocokkan dan membandingkan data berbagai
sumber, baik sumber lisan (hasil wawancara), tulisan (pustaka dan
dokumentasi), maupun data observasi.
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, analisis data meliputi tiga langkah yaitu;
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.16
Ketiga komponen tersebut berkaitan dalam proses serta menentukan hasil
akhir analisis.
Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi sebagai suatu jalinan pada saat sebelum, dan setelah
pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan
umum yang disebut analisis.17
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memperoleh gambaran singkat tentang isi
Tesis, dipaparkan secara rinci alur pembahasan sebagai berikut :
16
Matthew Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta:UI Press, 1992, 16-17.
17
1. Bagain Awal
Bagian ini terdiri dari; Halaman Judul, Abstrak, Halaman Pengesahan,
Penjelasan Keaslian Tesis, Halaman Persembahan, Motto, Kata
Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar dan Daftar Lampiran.
2. Bagian Isi
Pendahuluan berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan
batasan masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitin, kajian pustaka,
dan sistematika penulisan.
Kajian Teori berisikan tentang teori supervisi akademik humanistik,
teori komitmen pengawas dan teori kompetensi guru PAI.
Metodologi Penelitian berisi tentang jenis dan pendekatan, subjek,
tempat dan waktu, paradigma penelitian, hipotesa, operasionalisasi
variabel, populasi dan sampel serta teknik pengambilan sampel, sumber
data, prosedur pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian, dan
teknik analisa data.
Hasil Penelitian dan Analisa Data yang membahas tentang
Pelaksanaan supervise non direktif oleh pengawas PAI SD di Kabupaten
Kudus.
Penutup berisi tentang simpulan dan saran dari hasil penelitian dan
penutup.
3. Bagian Akhir berisi tentang Daftar Pustaka, Lampiran-lampiran dan
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pengertian Supervisi Non Direktif
Menurut Glickman sebagaimana yang dikutip oleh Sally J. Zepeda,
mengemukakan mengenai tujuan supervise sebagai berikut: ” The goal of
instrucsional supervisionis to help teachers learn how to increase their own
capacity to achieve professional learning goals for their students”18 ( artinya
tujuan supervisi adalah upaya membantu guru dalam belajar bagaimana cara
meningkatkan kemampuan mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran
terhadap murid.
Sedangkan menurut wayne Hoy and Patrick Forsyth: Supervision of
Instructionis the set of activities designed to improve the teaching-learning
process.19 Supervisi pendidikan adalah serangkaian kegiatan yang dirancang
untuk meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan menurut Sergiovani: Supervision is process designed to
help teacher and supervisiors learn more about their practice, to be better
able to use their knowledge and skills to better serve parents and schools,
and to make the school a more effective learning community.20 Supervisi
18
Sally J. Zepeda, Instrucsional Supervision ( Applying tools and Concepts), New York: Eye On Education, 1956,19
19
Allan A. Glatthon, Supervisory Leadership Introduction To Instructional Supervision, New York: Harper Collins Publishers, 1990, 83.
20
Thomas j. Sergiovanni, Robert J. Starratt, Supervision A Redefinition, New York: Mc Graw_Hill Inc, 1993, 38.
adalah prose yang dirancang untuk membantu guru dan pengawas
mempelajari lebih lanjut tentang praktik mereka, untuk lebih mampu
menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka untuk lebih melayani
orang tua dan sekolah, dan untuk membuat sekolah menjadi komunitas
belajar yang lebih efektif.
Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif)
adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung.
Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi
ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan
guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk
mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non drektif
ini berdasarkan pemahaman psikologis humanistik.21 Pola pendekatan yang
bertolak dari pengetahuan psikologi khususnya teori konseling non direktif
ini kemudian diterapkan kedalam pendekatan supervisi oleh pakar seperti:
Arthur Blumberg, Ralph L. Mosher, David E. Purpel, Louse M. Berman,
Edmond Amidon, Wiford A. Weber.22 Psikologi humanistik sangat
menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina
begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang
dihadapi guru guru. Guru mengemukakan masalahnya, supervisor mencoba
mendengarkan, memahami, apa yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor
21
Luk Luk Nur Mufidah, Supervisi Pendidikan, Jember: Center for Society Studies, 2008, 36.
22
dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut: 1). Mendengarkan.
2). Memberi penguatan. 3). Menjelaskan. 4). Menyajikan. 5). Memecahkan
masalah.23
Adapun secara teknis perilaku supervisor dalam pendekatan non
direktif ini adalah:
1. Mendengarkan
Mendengarkan disini dalam artian supervisor mendengarkan terlebih
dahulu laporan-laporan guru baik berupa keberhasilan maupun
permasalahan yang mereka hadapi. Seorang supervisor harus serius
mendengarkan keluhan yang dihadapi guru hingga mengalami masalah
yang sedang dia hadapi.
Krajewski seorang pakar supervisi klinis menemukan bahwa
supervisor yang sedikit bicara, lebih banyak memberi pujian, dan
menggunakan gagasan guru, lebih berhasil daripada guru yang tidak dilatih
menggunakan perilaku supervisi yang non direktif. Karena supervisi non
direktif ini objeknya adalah guru professional maka biasanya kaya ide, dan
dengan sentuhan yang sedikit mereka sudah paham apa yang harus
dilakukan.
2. Memberi penguatan
Setelah mengetahui berbagai keluhan yang dialami guru maka
perilaku supervisor selanjutnya adalah memberi penguatan. Penguatan ini
23
Piet A Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan: dalam Rangka
bisa berupa pujian, atau motivasi. Motivasi yang positif akan mendorong
manusia untuk berbuat positif atau kebaikan juga. Sehingga dari penguatan
yang berupa motivasi positif ini diharapkan mampu menghilangkan
keburukan.
3. Menjelaskan
Penjelasan supervisor kepada guru hendaknya disesuaikan dengan
kapasitas kemampuan guru. Meskipun supervisi non direktif ini
diberlakukan kepada guru yang professional, supervisor harus tetap
memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat pemahaman guru.
4. Menyajikan
Menyajikan disini bisa dimaknai dengan supervisor menyajikan
solusi baik berupa petunjuk praktis atau teori. Dengan petunjuk praktis ini
memudahkan guru untuk memahami ilmu yang diberikan oleh supervisor.
Model penjelasan dengan petunjuk praktis ini bila kita merujuk pada metode
pengajaran Rasulullah adalah nampak ketika Rasulullah mengajarkan Sholat
kepada kaumnya.
5. Memecahkan masalah
Perilaku berikutnya adalah supervisor membantu memecahkan
masalah yang dihadapi guru. Pemecahan masalah ini dalam rangka
mengubah kondisi-kondisi yang tidak tepat menjadi tepat. Karena
karakteristik supervisi non direktif ini bersifat dialog, maka dalam proses
pemecahan masalah ini supervisor hendaknya dialog atau bermusyawarah
Pendekatan ini berangkat dari premis bahwa belajar pada dasarnya
adalah pengalaman pribadi, sehingga pada akhirnya individu harus mampu
memecahkan masalahnya sendiri. Peranan supervisor disini adalah
mendengarkan, mendorong, atau membangkitkan kesadaran sendiri dan
pengalaman – pengalaman guru diklasifikasikan.24 Oleh karena itu,
pendekatan ini bercirikan perilaku supervisor dimana supervisor
mendengarkan guru, mendorong guru, mengajukan pertanyaan, menawarkan
pikiran bila diminta dan membimbing guru untuk melakukan tindakan.
Tanggung jawab supervisi lebih banyak berada di pihak guru.25 Bagi guru,
pemecahan masalah ini tidak lain daripada upaya memperbaiki dan
meningkatkan pengalaman belajar murid di kelas.
Pada pendekatan non direktif, guru menunjukkan tanggung jawab yang
tinggi. Tugas supervisor pada pendekatan ini adalah mendengarkan dan
memperhatikan dengan cermat akan keprihatinan guru terhadap masalah
peningkatan pengajarannya, dan sekaligus gagasan guru sebagai upaya
mengatasinya. Peranan supervisor adalah meminta penjelasan terhadap hal –
hal yang telah diungkapkan oleh guru, terutama hal yang kurang
dipahaminya. Selanjutnya, ia mendorong guru untuk mewujudkan inisiatif
yang dipikirkan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapinya
serta meningkatakan pengajarannya.
24
Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktek…, 139.
25
Perilaku pokok supervisor dalam pandangan non direktif tersebut
meliputi: mendengarkan, mengklarifikasi, mendorong, mempresentasikan,
dan bernegosiasi. Target akhir yang diinginkan perilaku supervisor yang non
direktif adalah perencanaan guru sendiri (teacher self plan).
B. Prinsip – Prinsip Supervisor dalam Pendekatan Non Direktif.
Tentunya tidak sedikit masalah yang dihadapi seorang supervisor dalam
melaksanakan tugasnya. Dalam usahanya memecahkan masalah, hendaknya
ia berpegang teguh pada Pancasila yang merupakan prinsip asasi, yang
merupakan landasan utama pelaksanaan tugas dan kewajibannya sebagai
seorang supervisor. Disamping prinsip asasi tersebut, kita dapat
mengembangkan prinsip –prinsip positif serta meminimalisasikan prinsip –
prinsip negatifnya. Idealnya pendekatan non direktif memegang kembali
prinsip – prinsip supervisi sebagaimana saat supervisor memberikan
supervisinya.26
1. Demokratis dan Kooperatif
Dalam melaksanakan tugasnya, supervisor adalah seorang pemimpin yang
demokratis. Ia harus menghargai kepribadian guru. Dalam pembicaraan –
pembicaraan bersama, ia memberi kesempatan kepada guru untuk
melahirkan pikiran, perasaan, dan pendapat mereka. Keputusan diambil
melalui jalan musyawarah. Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan
bersama. Dalam suasana yang demikian akan memupuk kerja sama yang
26
baik antara pemimpin dan yang dipimpin. Guru saling membantu dalam
melaksanakan pekerjaan disekolah. Semuanya itu akan mendatangkan
manfaat yang besar bagi anak didik mereka.
2. Bersifat kreatif dan kontruktif
Melalui kepemimpinan yang baik, supervisor dapat dijadikan contoh oleh
guru. Ia dapat memahami kelebihan dan kekurangan seorang guru. Ia
berusaha memberi dorongan kepada semua guru untuk mengembangkan
kelebihan – kelebihannya. Agar hal tersebut mampu menciptakan sesuatu
yang baru demi kepentingan anak didik. Kekurangan guru juga
dipercakapkan bersama guru yang bersangkutan atau kelompok dan
bersama – sama mencari solusi dari kekurangan tersebut.
3. Ilmiah dan Efektif
Dalam pembicaraan masalah yang dihadapi oleh guru, hendaklah
supervisor bersikap ilmiah. Yang artinya ia harus mendengarkan masalah
dan akhirnya menarik kesimpulan untuk mengambil keputusan. Baik
supervisor maupun guru yang bersangkutan harus dapat mengakui nilai
ilmiah dari pekerjaannya. Supervisi mengkoordinasi antara teori dan
praktek. Disamping menolong guru – guru memahami teori, supervisor
membantu mereka mereka untuk menerapkan teori tersebut dalam
pelaksanaan tugasnya di sekolah. Ia secara setia berusaha memperbaiki
metode dan cara penggunaannya sehingga teori tersebut menjadi efektif.
Para guru harus mengetahui dan memahami bahwa supervisi bukanlah
bermaksud mencari kesalahan, tetapi memberi solusi dalam
meningkatkan mutu pekerjaan agar para guru tumbuh dalam jabatan
mereka. Para guru harus dapat merasakan bahwa kepala sekolah yang
merangkap supervisor, bagaikan bapak dan saudara bagi mereka yang
senantiasa bersedia membantu dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Dengan demikian akan terpupuk perasaan aman pada guru
tersebut. Mereka tidak merasa tertekan dan mereka bebas mengeluarkan
pendapat. Dalam suasana semacam itu mereka melakukan pekerjaan
dengan suka cita.
5. Berdasarkan kenyataan
Supervisi hendaknya dilaksanakan kepala sekolah terhdap guru di
sekolah hendaknya didasarkan pada keadaan yang sebenarnya, yang
disaksikan dan diketahui. Data – data yang diperoleh bukan data – data
yang dibuat – buat melainkan keadaan riil para guru dan siswa yang ada
disekolah tersebut.
6. Memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengadakan
self evaluation.
Agar pelayanan supervisi mendatangkan manfaat yang berharga, baik
bagi kepala sekolah maupun guru, hendaknya mengembangkan dirinya
terlebih dahulu. Agar dapat memgembangkan dirinya terlebih dahulu.
ini ia dapat mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Sehingga ia dapat
memperbaiki kekurangan tersebut.
C. Kompetensi Pedagogik Guru
Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.
Kompetensi yang dimilki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru
dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam penguasaan
pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.
Artinya guru bukan saja harus pintar, tetapi juga harus pandai mentransfer
ilmunya kepada peserta didik.27
Istilah pedagogik diterjemahkan dengan kata ilmu mendidik, dan
yang dibahas adalah kemampuan dalam mengasuh dan membesarkan
seorang anak. Kompetensi pedagogik digunakan untuk merujuk pada
keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan hal tersebut. Kompetensi pedagogik bertumpu pada
kemungkinan pengembangan potensi dasar yang ada dalam tiap diri
manusia sebagai makhluk individual, sosial dan moral.
Secara lebih sederhana terkait dengan guru, kompetensi pedagogik
berarti kemampuan guru dalam mengelola kelas sedemikian rupa agar
tujuan pendidikan dapat tercapai, yang didalamnya terdapat banyak hal
cakupannya. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27
27
Tahun 2008 dijelaskan tentang kompetensi pedagogik, meliputi: Menguasai
ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya, Mengimplementasikan
prinsip-prinsip pendidikan dan proses pembelajaran, dan Menguasai landasan
budaya dalam praksis pendidikan.28
Guru memiliki pengaruh luas dalam dunia pendidikan. Di sekolah ia
adalah pelaksana administrasi pendidikan yaitu bertanggung jawab agar
pendidikan dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, guru
harus memiliki kompetensi dalam mengajar. Kompetensi pedagogik
merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru
dalam jenjang pendidikan apapun.
Istilah kompetensi memiliki banyak makna, ada beberapa
definisi tentang pengertian kompetensi yaitu:29
1. Dalam UU RI No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ditulis:
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru atau
dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.30
2. Dalam bukunya Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd. yang berjudul
Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan di jelaskan:
Kompetensi adalah perpaduan dari penguasaan, pengetahuan,
28 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian RI, 2010, “Lomba Fun Science
2010”, http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=detilberita&id=6001, di Unduh tanggal 06 Agustus2016, pukul: 17:23.
29
Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 2003, 9.
30
keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya.31
3. Menurut W. Robert Houston memberikan pengertian adalah
sebagai berikut : “Competence” ordinarily is difined as “adequacy
for a task” or as “possession of require knowledge, skill and
abilities”.32
Dari uraian diatas nampak bahwa kompetensi mengacu pada
kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan.
Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang
rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan
tugas-tugas kependidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan
tujuan, sedangkan performance adalah perilaku nyata dalam arti tidak hanya
diamati tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata.
Pedagogik adalah teori mendidik yang mempersoalkan apa dan
bagaimana mendidik itu sebaik-baiknya.33 Oleh sebab itu pedagogik
dipandang sebagai suatu proses atau aktifitas yang bertujuan agar tingkah
laku manusia mengalami perubahan.34
Adapun pengertian kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam
pengelolaan peserta didik, meliputi:35
31
Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, 23.
32
Roestiyah N.K “Masalah-Masalah Ilmu Keguruan” Jakarta: Bina Aksara, 1982, 4.
33
Edi Suardi, Pedagogik, Bandung: Angkasa OFFSET, 1979, 113.
34
Dewi Gusti, Kompetensi Pedagogik,http://dewigusti.blogspot.com. Diakses pada tanggal 7 Agustus 2017, Pukul: 16.36 WIB.
35
1. Pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan.
2. Guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga
dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan masing-masing
peserta didik.
3. Guru mampu mengembangkan kurikulum/silabus baik dalam bentuk
dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar.
4. Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
5. Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan
suasana dialogis dan interaktif.
6. Mampu memanfaatkan tegnologi pembelajaran
7. Mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur
dan standar yang dipersyaratkan.
8. Mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui
kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.36
Sedangkan pengertian guru dalam kamus besar Bahasa Indonesia
adalah orang yang pekerjaannya mengajar.37 Dan menurut Roestiyah
N.K. bahwa guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik
kearah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk
anak menurut sekehendaknya.38
36
Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan…, 32.
37
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1989, 288.
38
Dalam perspektif Islam, pendidik adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
afektif, koqnitif maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran
Islam.39
Perlu diketahui bahwasannya pendidikan agama Islam sendiri adalah
bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hokum-hukum agama Islam menuju
kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Jadi, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi
pedagogik guru PAI adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru PAI
dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik sehingga dapat meningkatkan
perkembangan jasmani dan rohani mencapai tingkat kedewasaan
sehingga mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya sebagai
(kholifah fil ardh) sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Adapun kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru
khususnya guru PAI, meliputi:
1. Pemahaman terhadap peserta didik, sedikitnya ada empat hal yang harus
dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu: a) tingkat kecerdasan; b)
kreativitas; c) cacat fisik; d) perkembangan kognitif.
39
2. Perancangan pembelajaran, dalam pembelajaran terdapat kegiatan
memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai
hasil pembelajaran yang diinginkan. hal ini mencakup tiga kegiatan
yaitu: a) identifikasi kebutuhan; b) identifikasi kompetensi; c)
penyusunan program pembelajaran.40
3. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, dalam peraturan
pemerintah tentang guru dijelaskan bahwa guru harus memiliki
kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis. Hal ini berarti bahwa, pelaksanaan pembelajaran harus
berangkat dari proses dialogis antar sesama subjek pembelajaran
sehingga melahirkan pemikiran kritis dan komunikatif.
4. Pemanfaatan teknologi pembelajaran, teknologi pembelajaran
merupakan sarana pendukung untuk memudahkan pencapaian tujuan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi, memudahkan penyajian
data, informasi, materi pembelajaran dan variasi budaya. Oleh karena itu,
memasuki abad 21, sumber belajar dengan mudah dapat diakses
melalui teknologi informasi, khususnya internet yang didukung oleh
komputer.
5. Evaluasi hasil belajar, evaluasi atau penilaian memegang peranan
penting dalam segala bentuk pengajaran yang efektif. Berhasil tidaknya
suatu pendidikan dalam mencapai tujuannya dapat dilihat dari hasil
evaluasinya. Evaluasi dapat dilakukan untuk mengetahui perubahan
40
perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik yang dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: a) penilaian kelas; b) tes
kemampuan dasar; c) penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi;
d) benchmarking (mengukur kinerja yang sedang berjalan); e) penilaian
program. 41
6. Pengembangan peserta didik, Pengembangan peserta didik dapat
dilakukan oleh guru melalui berbagai cara antara lain:42 a) kegiatan
ekstra kurikuler; b) pengayaan dan remedial; c) bimbingan dan
konseling;
41
E. Mulyasa, Profesionalisme Guru, Yogyakarta: Lentera Ilmu, 2009, 110.
42
BAB III
DATA HASIL PENELITIAN
A. Profil Kabupaten Kudus
1. Keadaan Geografis
Kabupaten Kudus adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukota
kabupaten ini adalah Kota Kudus, terletak di jalur pantai timur laut Jawa
Tengah antara Kota Semarang dan Kota Surabaya. Kota ini berjarak 51
kilometer dari Timur Kota Semarang.
Kabupaten Kudus berbatasan dengan Kabupaten Pati di Timur, Kabupaten
Grobogan dan Kabupaten Demak di Selatan, serta Kabupaten Jepara di barat.
Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek) terbesar di Jawa Tengah
dan juga dikenal sebagai kota santri. Kota ini adalah pusat perkembangan
agama Islam pada abad pertengahan. Hal ini dapat dilihat dari adanya tiga
makam wali/sunan, yaitu Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Kedu.
Dahulu Kota Kudus bernama Kota "Tajug". Disebut Tajug karena di daerah tersebut terdapat banyak tajug, tajug merupakan bentuk atap arsitektur
tradisional yang sangat kuno dipakai tujuan keramat. Tajug dahulunya
dijadikan tempat bersembahyang warga Hindu. Dengan demikian kota Tajug
dulunya sudah memiliki sifat kekeramatan tertentu, kota ini dianggap suci bagi
warga setempat yang beragama Hindu.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Kudus adalah dataran rendah. Di
sebagian wilayah utara terdapat pegunungan (yaitu Gunung Muria), dengan
puncak Puncak Saptorenggo (1.602 m dpl), Puncak Rahtawu (1.522 m dpl),
dan Puncak Argojembangan (1.410 m dpl). Sungai terbesar adalah Sungai
Serang yang mengalir di sebelah barat, membatasi Kabupaten Kudus dengan
Kabupaten Demak. Kudus dibelah oleh Sungai Gelis di bagian tengah sehingga
terdapat istilah Kudus Barat dan Kudus Timur.
Kabupaten Kudus terdiri atas 9 kecamatan, yang dibagi lagi atas 123 desa
dan 9 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Kota Kudus. Kudus
adalah kabupaten dengan wilayah terkecil dan jumlah kecamatan paling sedikit
di Jawa Tengah,sehingga seharusnya menjadi Kota bukan Kabupaten.
Kabupaten Kudus terbagi menjadi 3 wilayah pembantu bupati (kawedanan),
yaitu: (1) Kawedanan Kota (Kec. Kota Kudus, Jati dan Undaan). (2)
Kawedanan Cendono (Kec. Bae, Dawe, Gebog dan Kaliwungu). (3)
Kawedanan Tenggeles (Kec. Mejobo dan Jekulo). Rencana kedepan, akan ada
kecamatan baru yaitu Kecamatan Kota Kudus Barat, Kota Kudus Timur dan
Kecamatan Muria yang merupakan pemecahan dari Kecamatan Dawe.
Sedangkan untuk Kecamatan Jekulo, akan dipersiapkan sebagai Ibukota
Kabupaten Kudus, untuk Kota Kudus tetap beribukota di Kota Kudus.43
2. Keadaan Demografi a. Jumlah Penduduk
43
Jumlah penduduk Kabupaten Kudus pada tahun 2011 tercatat sebesar 769.904
jiwa, terdiri dari 382.021 jiwa laki-laki (49,62 persen) dan 387.883 jiwa
perempuan (50,38 persen). Apabila dilihat penyebarannya, maka kecamatan
yang paling tinggi persentase jumlah penduduknya adalah Kecamatan Jekulo
yakni sebesar 12,84 persen dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten
Kudus, kemudian berturut-turut Kecamatan Jati 12,77 persen dan Kecamatan
Gebog 12,27 persen. Sedangkan kecamatan yang terkecil jumlah penduduknya
adalah Kecamatan Bae sebesar 8,12 persen.
Bila dilihat dari perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan
perempuannya, maka diperoleh rasio jenis kelamin pada tahun 2011 sebesar
98,49 yang berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98
penduduk laki-laki. Dengan perkataan lain bahwa penduduk perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki, ini bisa dilihat hampir di
semua kecamatan (kecuali kecamatan Gebog dan Dawe) bahwa angka rasio
jenis kelamin di bawah 100 persen, yaitu berkisar antara 93,52 dan 99,92
persen.44
b. Agama
Jumlah pemeluk agama di Kabupaten Kudus sampai pada akhir tahun 2017
yang beragama Islam sejumlah 785.388 orang, beragama kristen 13.062 orang,
beragama Katholik 4.665 orang, beragama Budha 983 orang, bergama Hindhu
72 orang dan 289 orang menganut kepercayaan kepadaTuhan Yang Maha
Esa/lainnya
44
Terdapat Sarana Ibadah berupa masjid 665.unit, 2015 langgar/Mushola,
23 gereja Kristen, 4 gereja katholik dan 10 Vihara/klenteng. Dibidang
pendidikan keagamaan terdapat..443 TPQ buah, sekolah minggu 35 buah dan
152 buah pondok pesantren dengan jumlah santri sebanyak 63.512 orang.45
c. Pendidikan
Pendidikan yang bermutu merupakan komponen penting dalam membentuk
SDM yang berkualitas. Penduduk yang bersekolah secara umum mengalami
fluktuasi selama tahun ajaran 2015/2016 – 2016/2017, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya murid dibeberapa jenjang pendidikan yang mengalami kenaikan dan
penurunan. Pada semua tingkat pendidikan, baik pendidikan dasar yaitu SD
(Negeri dan Swasta), pendidikan menengah yaitu SLTP (Negeri dan Swasta)
dan pendidikan atas yaitu SMA (Negeri dan Swasta).
Peningkatan jumlah penduduk yang bersekolah, tentunya harus
diimbangi dengan penyediaan sarana fisik dan tenaga guru yang memadai.
Pada tahun 2017, tersedia jumlah SD sebanyak 459 unit dan MI sebanyak 141
unit, SLTP dan MTs masing-masing sebanyak 48 dan 64 unit, SLTA dan MA
masing- masing ada sebanyak 17 dan 35 unit. Jumlah Universitas/Perguruan
Tinggi pada tahun akademik 2016/2017 tercatat ada 8 buah, yaitu Universitas
Muria Kudus (UMK), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus,
Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Cendekia Utama Kudus, Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhamadiyah, Akbid Mardi Rahayu, Akbid Pemda, Akper
45
Krida Husada dan Akademi kebidanan Muslimat NU Kudus. Banyaknya
mahasiswa periode 5 tahun terakhir cenderung meningkat.
Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu pendidikan
adalah dengan menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memadai dan
berkualitas serta tenaga pengajar yang profesional. Pendidikan dapat
digolongkan dalam 2 (dua) golongan yaitu pendidikan umum dan pendidikan
keagamaan. Pendidikan keagamaan baik negeri maupun swasta terdiri dari
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiah (MTs), Madrasah Aliah (MA)
dan Perguruan Tinggi Agama.
Kebudayaan daerah dapat dilihat dari adat istiadat yang mengarah pada
budaya Jawa dan Islam. Bahasa daerah yang ada sangat didominasi oleh bahasa
jawa. Tempat bersejarah yang ada antara lain yaitu Makam Sunan Kudus dan
Makam Sunan Muria. Makan Sunan Kudus menyatu dalam satu lingkungan
dengan Masjid Menara Kudus yang berlokasi di Desa Kauman (merupakan
pusat Kota Kuno Kudus). Sedangkan Makam Sunan Muria berlokasi di salah
satu puncak Gunung Muria yaitu di desa Colo. Organisasi kepemudaan di
kabupaten Kudus berjumlah 23 organisasi, yang meliputi organisasi keagamaan
maupun yang bersifat umum.46
B. Profil Pengawas PAI Kabupaten Kudus
Pengawas guru PAI di tingkat SD se Kabupaten Kudus berjumlah 2
pengawas PAI SD, yaitu: 1. Nama : Drs. Ahmad Zaini, M.Pd.I NIP :
196604011994031002, Pangkat/Golongan : Pembina, IV/A, Pendidikan : S2
46
Tugas : Pengawas PAI SD, Masa Kerja : 23 Tahun, Alamat : Karangbener
Kec. Bae Kab. Kudus. 2. Nama : Endah Sri hidayati, S.Ag. M.Pd.I,NIP :
197112161995032001, Pangkat/Golongan: Pembina, IV/A, Pendidikan : S2,
Tugas : Pengawas PAI SD, Masa Kerja : 22 Tahun,Alamat : Bakalan Krapak
Kec. Kaliwungu Kab. Kudus.
Dari 453 SD yang tersebar di 9 Kecamatan se Kabupaten Kudus,
hanya 2 pengawas PAI yang melakukan pengawasan, bimbingan dan supervisi
terhadap 469 guru PAI SD, dengan pembagian untuk Bapak Drs Ahmad Zaini,
M.Pd.I sebanyak 4 Kecamatan yaitu kecamatan Undaan, Kota, Jekulo, Dawe
dengan jumlah guru PAI sebanyak 179 guru, Untuk Ibu Endah Sri Hidayati,
S.Ag. M.Pd.I sebanyak 5 kecamatan Yaitu Kecamatan Bae, Gebog, Jati,
kaliwungu, Mejobo dengan jumlah guru PAI sebanyak 290 guru.
C. Profil Guru Pendidikan Agama Islam Kabupaten Kudus
Secara keseluruhan jumlah guru PAI SD se Kabupaten Kudus berjumlah 469
guru dengan pembagian guru yang sudah berstatus PNS berjumlah 350 guru
dan guru yang berstatus sebagai guru wiyata berjumlah 119 guru, dari jumah
tersebut guru PAI sebagai sumber data sebanyak 10 0rang, 5 orang dari
Binaan bapak Drs Ahmad Zaini, M.Pd.I, sedangkan 5 orang lagi berasal dari
binaan Ibu Endah Sri Hidayati, S.Ag. M.Pd.I. Untuh lebih lengkapnya profil
guru PAI SD tersebut adalah Sebagai Berikut:47
47
BAB IV
IMPLEMENTASI SUPERVISI NON DIREKTIF PENGAWAS
UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDEGOGIK
GURU
A. Implementasi Supervisi Non Direktif Pengawas
Pengawas PAI pada sekolah menentukan kebutuhan supervisi guru
berdasarkan perbedaan individual, keahlian, dan komitmennya. Karenanya
pengawas PAI pada sekolah dapat menggunakan pendekatan yang bervariasi
dalam supervisi terhadap guru yang berbeda. “Pengawas yang amat efektif
mampu memadukan model yang tepat atau strategi yang tepat untuk kebutuhan
khusus dan tingkat pengembangan dari guru itu sendiri.”48 Dengan strategi ini,
pengawas PAI harus memilih pendekatan atas dasar kasus per kasus,
menggunakan dasar pengetahuan mengelompokkan guru, observasi dan
interaksi dengan guru atau kelompok terkini, dan menganalisis situasi
sekarang. Strategi supervisi ini dimaksudkan agar dapat berkontr ibusi
terhadap peningkatan kompetensi guru PAI.
Pendekatan yang digunakan oleh Pengawas PAI SD di Kabupaten Kudus
dalam memberikan pembinaan kepada guru PAI salah satunya adalah dengan
pendekatan tidak langsung (non directif), yaitu pengawas memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengungkapkan permasalahan pembelajaran
48Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Bahan Belajar Mandiri..., 19.
dikelasnya, dan pengawas mendengarkannya. Setelah itu antara pengawas dan
guru berdiskusi untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi guru. Di akhir
pembinaan, Pengawas memberikan motivasi agar guru menjalankan tugasnya
dengan baik, yaitu pada tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak
lanjut. Pendekatan non directif digunakan oleh Pengawas PAI di sekolah
tersebut pada guru dinilai sudah mempunyai daya abstrak dan komitmen yang
tinggi. Guru mampu menemukan sendiri permasalahannya saat dikelas.49
Pendekatan non direktif digunakan karena pengawas menganggap bahwa
guru mengetahui tentang kebutuhan perubahan pembelajaran yang terbaik, dan
guru dianggap mempunyai kemampuan berfikir dan bertindak tentang apa
yang ia hadapi.50
Dalam melakukan pembinaan Pengawas sangat menghormati Guru. Guru
dianggap sebagai teman sejawat bukan bawahannya, sehingga perasaan
sungkan diantara guru dan pengawas tidak ada. Suasana tersebut akan
membuat nyaman dan leluasa bagi guru dalam mengungkapkan segala masalah
yang dihadapinya dalam menjalankan tugas profesinya sebagai guru. Pengawas
dalam memberikan layanan kepada guru harus didasarkan pada landasan yang
relevan, yaitu bahwa guru memiliki potensi untuk mengembangkan dirinya.
Pelayanan hendaknya bersifat obyektif dan didasarkan hubungan teman sejawat
serta hubungan manusiawi yang sehat dan wajar.51
49
Wawancara dengan Drs. Ahmad Zaini, M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus, Selasa 06 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus.
50
Wawancara dengan Endah Sri Hidayati, S.Ag,M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus, Selasa 06 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus.
51
Pelaksanaan pembinaan oleh pengawas PAI di Kabupaten Kudus kepada
para guru dilaksanakan secara individual maupun secara kolektif, secara
individual ini dilakukan pengawas PAI dengan cara berkunjung ke sekolah
yang dijadwalkan mendapat layanan supervisi, kegiatan ini dilakukan secara
individual atau perseorangan yaitu dengan melakukan visitasi atau kunjungan
ke sekolah-sekolah yang dianggap perlu mendapatkan pembinaan atau
bimbingan.52
Sedangkan pembinaan secara kolektif praktiknya adalah melalui forum
KKG PAI yang disesuaikan pembagian dabin, Pengawas PAI membagikan
kartu masalah kepada para guru supaya guru dapat mengungkapkan
permasalah yang dihadapi, kemudian dari permasalahan yang diungkapkan
guru tersebut pengawas memberikan motivasi dan bimbingan serta membantu
para guru untuk dapat memecahkan permasalah yang dihadapi.53
1. Karakteristik Guru yang Disupervisi dengan Pendekatan Non Direktif
Untuk menjangkau fungsi kepengawasan yang lebih personal di sekolah,
sangat diperlukan kemampuan pengawas antara lain, memiliki pengetahuan
yang profesinal, artinya pengawas memang berbekal ilmu
kepengawasan,kemampuan mendelegasikan beban tugas secara produktif,
kemampuan memahami problema profesional guru, serta kemampuan
pengawas dalam menyelenggarakan situasi relasi kerja yang baik antara
karyawan, guru dan orang tua. Salah satu kompetensi pengawas yaitu bisa
52
Wawancara dengan Endah Sri Hidayati, S.Ag,M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus, Selasa 06 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus.
53
mengetahui prototipe guru sehingga bisa melakukan supervisi dengan
berbagai pendekatan, baik pendekatan langsung, tak langsung, maupun
kolaboratif.
Berdasarkan hasil observasi peneliti karakteristik guru yang disupervisi
dengan pendekatan non direktif di dapatkan hasil bahwa guru yang
disupervisi dengan pendekatan non direktif adalah guru yang bisa
menyelesaikan permasalahannya sendiri.54
Ada dua aspek pada guru yang harus dipertimbangkan oleh supervisor
sebelum menentukan orientasi yaitu:
a. Tingkat komitmen
Aspek pertama yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
orientasi perilaku supervisi adalah tingkat komitmen guru, seorang guru
yang memiliki komitmen biasanya bekerja semata-mata untuk
kepentingan bersama dan komitmen itu mencakup waktu dan usaha.
Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap pembelajaran yang
dilakukan oleh guru PAI Sofiyah, beliau tampak ikhlas mengajar peserta
didik dengan banyak perhatian serta waktu dan tenaganya disediakan
banyak sekali. Guru profesional adalah guru yang mampu mengelola
dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari.
Tingkat profesional diukur dari 2 level yaitu tingkat abstrak dan
tingkat komitmen. Ibu Sofiyah merupakan salah satu contoh guru yang
bisa dikatakan profesional karena beliau memiliki tingkat abstrak dan
54