• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SUPERVISI NON DIREKTIF PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI SD DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI SUPERVISI NON DIREKTIF PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI SD DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2017"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI SUPERVISI NON DIREKTIF

PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI

PEDAGOGIK GURU PAI SD DI KABUPATEN KUDUS

TAHUN 2017

Oleh: NOOR ARIFIN NIM. 12010150059

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)

MOTTO

2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat

menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi

kesabaran.

(5)

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi-Mu ya Allah SWT atas nikmat yang Engkau berikan kepada

hambamu ini.

Tesis ini kupersembahkan kepada :

1.Ibu bapak tersayang, yang telah mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih

sayang, cinta, doa, dan segenap pengorbanan jiwa raga yang tiada mengharap

imbalan, kecuali ketulusan hati.

2.Istri dan anak tersayang yang telah mendampingi dan memberikan bantuan penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

3.Guru-guru di manapun berada, terima kasih atas ilmu yang diberikannya.

4.Teman-teman seperjuangan dan almameter Pascasarjana IAIN Salatiga yang

senantiasa memberikan dorongan untuk menyelesaikan tesis ini.

(6)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI SUPERVISI NON DIREKTIF PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI SD DI

KABUPATEN KUDUS TAHUN 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1).Implementasi Supervisi Non Direktif Pengawas untuk meningkatkan Kompetensi pedagodik Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah dasar di Kabupaten Kudus. 2). Kontribusi Supervisi Non Direktif Pengawas dalam meningkatkan Kompetensi Guru, 3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Supervisi Non Direktif Pengawas. Jenis penelitian ini adalah Kualitatif, dengan menggunakan pendekatan fenomenologis, data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis menggunakan model interaktif menurut analisa Miles and Hubermen (1984) yaitu reduksi, display, dan penarikan kesimpulan . Kebsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu penelitian, triangulasi data.

Hasil dari penelitian ini adalah: 1) pelaksanaan Supervisi non direktif pengawas dilaksanakan secara individual yaitu dengan visitasi ke sekolah untuk mendengarkan secara langsung permasalahan yang disampaikan oleh Guru dan secara kelompok dengan membagikan kartu masalah pada guru pada forum Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam. 2) Kontribusi supervisi non direktif yang dilakukan pengawas menjadikan kompetensi pedagogik yang dimiliki guru menjadi lebih baik, ini dapat dibuktikan bahwa sebagian besar guru PAI SD telah dapat membuat administrasi pembelajaran dengan baik dan benar, mampu memanfaatkan media, sarana dan tehnologi , mampu memilih metode dan strategi pembelajaran yang tepat. 3) Faktor pendukungnya adalah kualifikasi akademik guru sudah berpendidikan sarjana, sudah mempunyai sertifikat pendidik, sehingga dapat dikatakan sebagai guru professional. Sedangkan faktor penghambatnya adalah terlalu banyaknya guru yang harus dibina oleh pengawas.

Kata Kunci: Supervisi Non Direktif, Pengawas, Kompetensi Pedagogik

(7)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF NON DIRECTIVE SUPERVISION FROM SUPERVISORS TO IMPROVE PEDAGOGIC COMPETENCE OF ISLAMIC

EDUCATION TEACHER AT ELEMENTARY SCHOOL IN KUDUS REGENCY YEAR 2017

This study aims to determine: 1) Implementation Supervision Non-Directive Supervisor to improve Pedagodic Competence of Islamic Religious Education Teacher Elementary School in Kudus District. 2) Contribution of Supervision of Non-Directive Supervisor in improving Teacher Competence, 3) Supporting factors and inhibiting the implementation of Supervising Non-Directive Supervisor.

This type of research is Qualitative , by using phenomenological approach data obtained through interview, observation, and documentation. Analysis using interactive model according to analysis Miles and Hubermen (1984) that is reduction, display, and withdrawal of conclusion. Data validity is done by extending research time, data triangulation.

The results of this study are: 1) the implementation of non directive supervision of supervisor carried out individually by Visitation to the school to listen directly to the problems conveyed by the Teachers and in groups by distributing problem cards to teachers at the Teachers' Working Group on Islamic Religious Education. 2) The supervisor's non-directive contribution made by the supervisor makes pedagogic competence of the teacher better, it can be proved that most teacher of Islamic study in Elementary school have been able to make the teaching administration properly and correctly, able to utilize the media, facilities and technology, able to choose methods and learning strategies right. 3) The supporting factor is the academic qualification of undergraduate educated teachers, already have educator certificate, so it can be said as a professional teacher. While the inhibiting factor is too many teachers to be supervised by the supervisor.

Keywords: Non Directive Supervision, Supervisor, Pedagogic Competency

(8)

PRAKATA

Segala puji bagi Allah atas segenap rahmat dan belas kasih-Nya kepada penyusun

hingga dapat menyelesaikan tesis ini. Penelitian yang berjudul Implementasi

Supervisi non Direktif Pengawas dalam meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru

PAI SD di Kabupaten Kudus Tahun 2017 ini merupakan syarat akhir memperoleh

gelar Magister Pendidikan.

Melalui prakata ini penulis menghaturkan ribuan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga

3. Prof. Dr. H. Budiharjo, M.Ag. Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu

penulis menyelesaikan tesis ini

4. Seluruh Dosen Program Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan

kesempatan penulis menimba pengalaman belajar hingga penulisan tesis

5. Para Pengawas dan Guru PAI SD di Kabupaten Kudus yang telah meluangkan

waktunya menjadi subjek dalam penelitian ini

6. Seluruh anggota keluarga di rumah yang telah merelakan penulis pergi

meninggalkan rumah guna menyelesaikan studi ini

7. Setiap insan yang tidak dapat disebutkan semuanya yang turut serta membantu

menyelesaikan tesis ini.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN TESIS ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Signifikansi Penelitian ... 5

D. Kajian Pustaka ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan Tesis ... 13

BAB II: KAJIAN TEORI A. Pengertian Supervisi Non Direktif ... 15

B. Prinsip-Prinsip Supervisi Non Direktik ... 20

C. Kompetensi Pedagogik Guru ... 23

(10)

BAB III: DATA HASIL PENELITIAN

A. Profil Kabupaten Kudus

1. Keadaan Geografis ... 31

2. Keadaan Demografis ... 33

B. Profil Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus ... 35

C. Profil Guru PAI SD Kabupaten Kudus ... 36

BAB IV: IMPLEMENTASI SUPERVISI NON DIREKTIF PENGAWAS A. Implementasi Supervisi Non Direktif Pengawas ... 38

1. Karakteristik Guru ... 40

2. Tahapan Pelaksanaan Supervisi Non Direktif ... 43

3. Analisis Implementasi supervisi Non Direktif ... 47

B. Kontribusi Supervisi Non Direktif terhadap Kompetensi Guru ... 53

C. Faktor pendudkung dan Penghambat ... 55

BAB V: PENUTUP A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN ... 70

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 80

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Hasil Wawancara ... 75

Lampiran 2: Dokumentasi Penelitian ……… ... 80

Lampiran 3: Surat ijin penelitian... ... 81

Lampiran 3: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian……… ... 82

Lampiran 4: Riwayat Hidup Penulis ……… ... 83

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan supervisi pendidikan merupakan realisasi dari fungsi

manajemen pendidikan. Pengawasan dapat diarahkan pada kegiatan akademik

dan administrative (manajerial). Pelaksanaan pengawasan kegiatan akademik

yaitu pelaksanaan pengawasan terhadap kegiatan proses pembelajaran yang

meliputi pengawasan kegiatan guru pandidikan agama Islam dalam

merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran agama Islam.1

Pengawas PAI pada sekolah menentukan kebutuhan supervisi guru

berdasarkan perbedaan individual, keahlian, dan komitmennya. Karenanya

pengawas PAI pada sekolah dapat menggunakan pendekatan yang bervariasi

dalam supervisi terhadap guru yang berbeda. “Pengawas yang amat efektif

mampu memadukan model yang tepat atau strategi yang tepat untuk kebutuhan

khusus dan tingkat pengembangan dari guru itu sendiri.”2 Dengan strategi ini,

pengawas PAI harus memilih pendekatan atas dasar kasus per kasus,

menggunakan dasar pengetahuan mengelompokkan guru, observasi dan

interaksi dengan guru atau kelompok terkini, dan menganalisis situasi

sekarang. Strategi supervisi ini dimaksudkan agar dapat berkontribusi terhadap

peningkatan kompetensi guru PAI.

1Muhammad Fazis, “Kontribusi Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Pengawas

Pendidikan Agama Islam”, Studia Akademika, Vol. VII, No. 1, (Juni 2009), 18.

2Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Bahan Belajar Mandiri Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah: Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009, 19.

(13)

Allah Swt. memberi arahan kepada setiap orang yang beriman untuk

mendesain rencana apa yang akan dilakukannya dikemudian hari. Firman-Nya

dalam Al-Quran Surat Al Hasyr (18):

يَ لَّلا لَّ ذِ يَ لَّلا نُ لَّيُّا يَ دٍ يَ ذِا لْ يَآلَّ يَ لَّآ سٌ لْ يَيُّ لْ نُن يَ لْايَ يَ لَّلا نُ لَّيُّا نُ يَآ يَي ذِ لَّا يَ يُّ يَ يَ

نُليَملْعيَيُّا يَذِبِ سٌيرذِبيَخ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.3

Menurut kutipan ayat di atas, dapat difahami bahwa strategi penting

dimiliki pengawas PAI dalam menjalankan tugas supervisinya. Guru sangat

membutuhkan pengawas sebagai mitra kerja dalam meningkatkan kinerjanya.

Sementara pengawas, menurut Danim dalam Abdurahman R. Mala, masih ada

kelemahan pada berbagai hal, terutama berkaitan dengan pemilihan strategi

efektif dalam menerapkan prinsip, teknik, fungsi dan sasaran supervisi.4

Dengan demikian, sepatutnya pengawas memiliki, menyusun, melaksanakan

serta mengevaluasi strategi dalam supervisinya.

Glickman sebagai mana ditulis dalam bukunya Ali Imron

merekomendasikan tentang cara menganalisis perilaku guru terutama dalam

pembelajaran. Glickman menegaskan perilaku guru dipengaruhi dua aspek,

yaitu level of commitment dan level of abstracktion. Level komitmen merujuk

kepada usaha dan penyediaan waktu dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan

3Mujama’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf Asy-Syarif, Al Quran dan Terjemahnya

, Madinah Al Munawwaroh: Kerajaan Arab Saudi, 1427 H, 919.

4Abdurahman R. Mala, “Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan

(14)

level abstraksi merujuk pada kemampuan kognitif.5 Perpaduan antara level of

commitment dan level of abstraction dapat dianalisis perilaku guru dalam

menjalankan tugas-tugas profesinya sehingga akan menjadi landasan yang kuat

dalam mengambil kebijakan.6

Berdasarkan penelitian oleh Uus Ruswendah sebagian guru yang telah

lama melaksanakan tugas sebagai pengajar, menganggap pekerjaan mengajar

sebagai kegiatan rutinitas. Metode pembelajaran yang digunakan miskin

dengan variasi yang dapat mendorong peserta didiknya belajar lebih bergairah.

Kondisi seperti dapat menyebabkan situasi belajar di kelasnya gersang dan

membosankan, layanan belajar yang diterima peserta didik menjadi tidak

bermutu. Proses pembelajaran seperti ini akan menghasilkan lulusan dan

sumberdaya manusia yang tidak bermutu, maka dampaknya adalah daya saing

bangsa menjadi rendah dan kualitas kesejahteraan bangsa ini menjadi rendah

pula.7

Melalui pemahaman terhadap kategori guru diharapkan pembinaan

kemampuan profesional guru-guru melalui pendekatan supervise non dierektif

akan semakin efektif untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru,

sehingga tujuan pendidikan yaitu terwujudnya sumber daya manusia (SDM)

yang bermutu tinggi dapat dicapai.

5

Ali Imron, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, 85.

6

Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas Guru: Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, Bandung: Alfabeta, 2013, 45.

7Uus Ruswenda, “Berbagai Faktor Dalam Supervisi Akademik Pengawas Sekolah

(15)

Jadi guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan

kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu guru harus mampu

memikirkan dan membuat perencanaan dengan seksama dalam meningkatkan

kesempatan belajar siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Guru

harus mampu berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak

sebagai fasilitator yang mampu menciptakan kondisi dan lingkungan belajar

mengajar yang kondusif dan efektif .

Dalam meningkatkan profesionalisme, guru dapat dibimbing oleh

Pengawas. Pengawas mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat berat,

serta mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perkembangan dan

kemajuan sekolah keberadaannya sangat diharapkan oleh guru dalam rangka

membantu dan membimbing guru ke arah tercapainya peningkatan kualitas

pembelajaran guru mata pelajaran, khususnya mata pelajaran agama Islam di

lingkungan sekolah-sekolah yang bernaung pada Kementerian Agama. Dalam

melaksanakan tugasnya pengawas berkewajiban membantu para guru dengan

memberikan bimbingan dan dukungan agar guru dapat melaksanakan

tugasnya, baik sebagai pendidik maupun pengajar.

Di Kabupaten Kudus sebagian besar gurunya sudah S1 dan dari guru

yang sudah sarjana tersebut sebagian besar juga sudah mempunyai sertifikat

pendidik baik melalui jalur Portofolio maupun jalur PLPG, sehingga sudah

mendapat predikat guru professional.8 Maka menjadi penting pengawas

8

(16)

dikabupaten Kudus menggunakan pendekatan Supervisi Non direktif untuk

meningkatkan Kompetensi pedagogik guru PAI.

Berangkat dari latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui lebih jauh

melalui penelitian berjudul “pelaksanaan supervisi non direktif dalam rangka

peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI menjadi penting untuk dilakukan.

Setidaknya pada SD di Kabupaten Kudus”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Mengacu pada serangkaian teori dan fakta yang telah diungkapkan pada

latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini

adalah:

a. Sebagian guru yang telah lama melaksanakan tugas sebagai pengajar,

menganggap pekerjaan mengajar sebagai kegiatan rutinitas.

b. Metode pembelajaran yang digunakan guru miskin dengan variasi yang

dapat mendorong peserta didiknya belajar lebih bergairah. Kondisi

seperti dapat menyebabkan situasi belajar di kelasnya gersang dan

membosankan,

c. Layanan belajar yang diterima peserta didik tidak bermutu, Proses

pembelajaran seperti ini akan menghasilkan lulusan dan sumberdaya

(17)

2. Pembatasan Masalah

Penelitian difokuskan pada pelaksanaan supervisi non direktif yang telah

dilakukan pengawas PAI dalam rangka peningkatan kompetensi pedagogik

guru PAI.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, serta identifikasi dan batasan masalah yang

telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini disusun sebagai

berikut:

a. Bagaimana pelaksanaan supervisi non direktif yang dijalankan pengawas

PAI dalam rangka peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI?

b. Sejauhmana kontribusi supervisi non direktif yang dijalankan pengawas

PAI terhadap peningkatan kompetensi guru PAI?

c. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan supervisi non

direktif dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI?

C. Signifikansi Penelitian

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pelaksanaan supervisi non direktif yang dijalankan pengawas

PAI dalam rangka peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI.

2. Mengetahui kontribusi strategi supervisi non direktif yang dijalankan

pengawas PAI terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI.

3. Mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

(18)

Secara umum penelitian ini kiranya dapat memberikan manfaat yang

besar baik secara teoritis maupun praktis:

1. Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya informasi dan

wawasan tentang Supervisi Non Direktif

b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi pijakan bagi peneliti yang

lain dalam meneliti Supervisi Non Direktif Pengawas untuk

Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru PAI

2. Praktis

a. Penulis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan untuk melakukan

penelitian lanjut tentang Supervisi Non direktif Pengawas Untuk

Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru PAI pada Institusi

pendidikan lainnya.

b. Supervisor

Penelitian ini kiranya penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan

dalam mengembangkan pendekatan untuk praktek supervisi.

c. Dinas Pendidikan

Untuk dijadikan sebagai temuan untuk melakuakan penelitian lanjut

tentang Supervisi Non Direktif Pengawas Untuk Meningkatakan

(19)

D. Kajian Pustaka

Penelitian tentang supervisi pendidikan sudah banyak dilakukan baik dalam

bentuk buku maupun dalam bentuk tesis, telaah pustaka ini dilakukan untuk

melihat sejauh mana masalah supervise ini dikaji dalam penelitian

sebelumnya, adalapun penelitian yang relevan yang pernah dilakukan

sebelum penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Simin Ghavifekr & Mohammed Sani Ibrahim, penelitian dengan judul “Head of Departments’ Instructional Supervisory Role and Teachers’

Job Performance: Teachers Perceptions”. Temuan penelitian ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi guru

tentang peran supervisi pembelajaran kepala sekolah dan peningkatan

kinerja guru dari berbagai aspek termasuk praktek mengajar, kompetensi

profesional dan motivasi.9

Darsono, Penelitian tentang “ Implementasi pendekatan direktif, non

direktif dan kolaboratif dalam supervise Pendidikan Islam di MAN 1

Trenggalek”. Hasil dari penelitian ini adalah Dalam orientasi tidak langsung

atau non direktif perilaku supervisor ditekankan pada mendengarkan,

mendorong, klasifikasi, presentasi, dan pemecahan masalah untuk

mengarahkan guru membuat sendiri rencananya.10

9

Simin Ghavifekr & Mohammed Sani Ibrahim, “Head of Departments’ Instructional Supervisory Role and Teachers’ Job Performance: Teachers Perceptions”, Asian Journal of Social Sciences and Management Studies,Volume 1, Nomor 2, (2014), 45-56.

10

(20)

Penelitian Sunaryana tentang “Upaya Pengawas dalam

Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di SMP Negeri 2 Banyudono kabupaten Boyolali”. Hasil penelitian ini adalah Supervisi akademik yang

dilaksanakan oleh Pengawas PAI belum efektif. Hal ini dibu ktikan dengan

frekwensi kunjungan kesekolah selama tahun pelajaran 2015/2016 baru

terlaksana sekali. sedangkan supervisi kelas belum terlaksana. Pembinaan

Pengawas kepada guru hanya didasarkan pada hasil pemeriksaan

administrasi pembelajaran.11

Tesis Hamadi, yang berjudul “Pelaksanaan Supervisi Akademik

Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Kelapa Kampit Kabupaten

Belitung Timur”.12

Dalam tesis tersebut dijelaskan bahwa pelaksanaan

supervisi oleh kepala sekolah kurang sistematis. Hamadi menyimpulkan ada

keberhasilan pelaksanaan supervisi akademik namun perlu ditindaklanjuti.

Moch. Abi Qotadah dengan Judul “ Pelaksanaan Supervisi

Akademis Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Dasar di Kecamatan

Banjarsari Kota Surakarta”. Hasil penelitian menunjukkan : (a) proses

supervise meliputi; penyusunan program pengawasan, pembinaan,

pembimbingan, pengembangan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam,

penerapan standar nasional Pendidikan Agama Islam dan pelaporan tugas

pengawasan. (b) Gaya Supervisi akademis yang digunakan yakni gaya

11Sunaryana, “Upaya Pengawas dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru PAI di

SMP Negeri 2 di Kabupaten Boyolali”, Tesis, program Pascasarjana IAIN Surakarta, 2016, 185-186.

12Hamadi, “Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Kelapa

(21)

demokrasi (c) teknik/metode supervisi yang digunakan meliputi; teknik

kunjungan langsung dan kunjungan tak langsung.13

Berdasarkan penelitian yang sudah ada menunjukkan perbedaan yang

yang ditinjau dari sudut pandang yang berbeda pula. Dalam hal ini peneliti

mencoba mengetengahkan focus penelitian yang berbeda, yaitu: peneliti

fokus pada Implementasi supervisi Non Direktif Pengawas Terhadap

Kompetensi Pedagogik Guru PAI, tujuannya untuk mengefektifkan kegiatan

supervisi akademik pengawas yang muaranya untuk meningkatkan

kompetensi pedagogik Guru PAI.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metodologi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif, Menurut Masyhuri dan M. Zainuddin kualitatif adalah penelitian

yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris.14

Penelitian kualitatif membutuhkan studi mendalam untuk membentuk suatu

model atau teori berdasarkan adanya keterkaitan antara data yang

ditemukan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih dalam penelitian ini karena beberapa

pertimbangan antara lain: (a) data yang digunakan dalam penelitian ini lebih

mengarah pada data-data yang bersifat verbal dan perilaku subyek peneliti

13 Moch. Abi Qotadah, “Pelaksanaan Supervisi Akademis Pendidikan Agama Islam Pada

Sekolah Dasar di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta”, Tesis. IAIN Surakarta, 2014, 141-142.

14

(22)

yaitu analisis yang berhubungan dengan pelaksanaan supervisi non direktif

yang dilakukan pengawas di Kecamatan Undaan dalam meningkatkan

kompetensi pedagogik guru PAI, (b) berdasarkan jenis data yang akan

dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu yang berhubungan dengan situasi

dan kondisi supervisi di lapangan, (c) dan analisis data yang digunakan ialah

model analisis langsung dan mempunyai hubungan yang saling berkaitan

antara tema pembahasan satu dengan pembahasan lain, (d) hasil penelitian

yang berupa kesimpulan yang diperoleh setelah diadakan analisis data

dinyatakan dalam deskripsi situasi dan bukan perhitungan angka model

statistik, (e) penelitian ini dilakukan dalam situasi yang wajar dan

mengutamakan data yang bersifat kualitatif.

Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field

research) dengan merumuskan terlebih dahulu kerangka teoritis melalui

penelitian pustaka (library reseach) yang berkenaan dengan masalah pada

objek penelitian di lapangan. Penelitian yang dilakukan dengan mempelajari

secara intensif tentang latar belakang keadaan, lingkungan, dan interaksinya.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan supervisi non direktif

yang dilakukan oleh pengawas PAI SD di Kabupaten Kudus, Objek dalam

penelitian di maksud adalah guru PAI SD di Kabupaten Kudus pada bulan

mei sampai dengan agustus 2017.

2. Lokasi Penelitian

(23)

3. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian ini diperoleh dari 10 guru-guru PAI SD

dan 2 pengawas PAI di Kabupaten Kudus

4. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Dalam penelitian kulitatif fenomena dapat

dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subjek

melalui wawancara mendalam dan observasi pada pokok masalah dimana

kejadian-kejadian tersebut berlangsung. Adapun untuk melengkapi data

diperlukan dokumentasi yang berkaitan dengan subjek penelitian berkaitan

dengan beberapa bahan yang diperlukan.

5. Uji Keabsahan Data

Validitas data merupakan bagian yang harus ditempuh sebelum melakukan

analisis data, Dengan melalui keabsahan data, maka sumber data yang

diperoleh dapat dipercaya akurasinya. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti

menggunakan kriteria tingkat kepercayaan. Sedangkan untuk memperoleh

keabsahan data, penelitian ini menggunakan teknik triangulasi, yaitu

merupakan suatu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan

dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber yang telah ada.15

15

(24)

Jadi dengan teknik ini Penulis menggunakan beberapa sumber melalui

teknik pengumpulan data kemudian dari beberapa sumber itu data diolah dan

diorganisir untuk dibandingkan antara sumber yang satu dengan sumber yang

lain untuk memperoleh derajat kepercayaan data.

Untuk menguji kredibilitas data yang diperoleh, maka peneliti disini

melakukannya dengan cara mencocokkan dan membandingkan data berbagai

sumber, baik sumber lisan (hasil wawancara), tulisan (pustaka dan

dokumentasi), maupun data observasi.

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data meliputi tiga langkah yaitu;

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.16

Ketiga komponen tersebut berkaitan dalam proses serta menentukan hasil

akhir analisis.

Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi sebagai suatu jalinan pada saat sebelum, dan setelah

pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan

umum yang disebut analisis.17

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memperoleh gambaran singkat tentang isi

Tesis, dipaparkan secara rinci alur pembahasan sebagai berikut :

16

Matthew Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta:UI Press, 1992, 16-17.

17

(25)

1. Bagain Awal

Bagian ini terdiri dari; Halaman Judul, Abstrak, Halaman Pengesahan,

Penjelasan Keaslian Tesis, Halaman Persembahan, Motto, Kata

Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar dan Daftar Lampiran.

2. Bagian Isi

Pendahuluan berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

batasan masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitin, kajian pustaka,

dan sistematika penulisan.

Kajian Teori berisikan tentang teori supervisi akademik humanistik,

teori komitmen pengawas dan teori kompetensi guru PAI.

Metodologi Penelitian berisi tentang jenis dan pendekatan, subjek,

tempat dan waktu, paradigma penelitian, hipotesa, operasionalisasi

variabel, populasi dan sampel serta teknik pengambilan sampel, sumber

data, prosedur pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian, dan

teknik analisa data.

Hasil Penelitian dan Analisa Data yang membahas tentang

Pelaksanaan supervise non direktif oleh pengawas PAI SD di Kabupaten

Kudus.

Penutup berisi tentang simpulan dan saran dari hasil penelitian dan

penutup.

3. Bagian Akhir berisi tentang Daftar Pustaka, Lampiran-lampiran dan

(26)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Supervisi Non Direktif

Menurut Glickman sebagaimana yang dikutip oleh Sally J. Zepeda,

mengemukakan mengenai tujuan supervise sebagai berikut: ” The goal of

instrucsional supervisionis to help teachers learn how to increase their own

capacity to achieve professional learning goals for their students”18 ( artinya

tujuan supervisi adalah upaya membantu guru dalam belajar bagaimana cara

meningkatkan kemampuan mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran

terhadap murid.

Sedangkan menurut wayne Hoy and Patrick Forsyth: Supervision of

Instructionis the set of activities designed to improve the teaching-learning

process.19 Supervisi pendidikan adalah serangkaian kegiatan yang dirancang

untuk meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar.

Sedangkan menurut Sergiovani: Supervision is process designed to

help teacher and supervisiors learn more about their practice, to be better

able to use their knowledge and skills to better serve parents and schools,

and to make the school a more effective learning community.20 Supervisi

18

Sally J. Zepeda, Instrucsional Supervision ( Applying tools and Concepts), New York: Eye On Education, 1956,19

19

Allan A. Glatthon, Supervisory Leadership Introduction To Instructional Supervision, New York: Harper Collins Publishers, 1990, 83.

20

Thomas j. Sergiovanni, Robert J. Starratt, Supervision A Redefinition, New York: Mc Graw_Hill Inc, 1993, 38.

(27)

adalah prose yang dirancang untuk membantu guru dan pengawas

mempelajari lebih lanjut tentang praktik mereka, untuk lebih mampu

menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka untuk lebih melayani

orang tua dan sekolah, dan untuk membuat sekolah menjadi komunitas

belajar yang lebih efektif.

Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif)

adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung.

Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi

ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan

guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk

mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non drektif

ini berdasarkan pemahaman psikologis humanistik.21 Pola pendekatan yang

bertolak dari pengetahuan psikologi khususnya teori konseling non direktif

ini kemudian diterapkan kedalam pendekatan supervisi oleh pakar seperti:

Arthur Blumberg, Ralph L. Mosher, David E. Purpel, Louse M. Berman,

Edmond Amidon, Wiford A. Weber.22 Psikologi humanistik sangat

menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina

begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang

dihadapi guru guru. Guru mengemukakan masalahnya, supervisor mencoba

mendengarkan, memahami, apa yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor

21

Luk Luk Nur Mufidah, Supervisi Pendidikan, Jember: Center for Society Studies, 2008, 36.

22

(28)

dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut: 1). Mendengarkan.

2). Memberi penguatan. 3). Menjelaskan. 4). Menyajikan. 5). Memecahkan

masalah.23

Adapun secara teknis perilaku supervisor dalam pendekatan non

direktif ini adalah:

1. Mendengarkan

Mendengarkan disini dalam artian supervisor mendengarkan terlebih

dahulu laporan-laporan guru baik berupa keberhasilan maupun

permasalahan yang mereka hadapi. Seorang supervisor harus serius

mendengarkan keluhan yang dihadapi guru hingga mengalami masalah

yang sedang dia hadapi.

Krajewski seorang pakar supervisi klinis menemukan bahwa

supervisor yang sedikit bicara, lebih banyak memberi pujian, dan

menggunakan gagasan guru, lebih berhasil daripada guru yang tidak dilatih

menggunakan perilaku supervisi yang non direktif. Karena supervisi non

direktif ini objeknya adalah guru professional maka biasanya kaya ide, dan

dengan sentuhan yang sedikit mereka sudah paham apa yang harus

dilakukan.

2. Memberi penguatan

Setelah mengetahui berbagai keluhan yang dialami guru maka

perilaku supervisor selanjutnya adalah memberi penguatan. Penguatan ini

23

Piet A Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan: dalam Rangka

(29)

bisa berupa pujian, atau motivasi. Motivasi yang positif akan mendorong

manusia untuk berbuat positif atau kebaikan juga. Sehingga dari penguatan

yang berupa motivasi positif ini diharapkan mampu menghilangkan

keburukan.

3. Menjelaskan

Penjelasan supervisor kepada guru hendaknya disesuaikan dengan

kapasitas kemampuan guru. Meskipun supervisi non direktif ini

diberlakukan kepada guru yang professional, supervisor harus tetap

memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat pemahaman guru.

4. Menyajikan

Menyajikan disini bisa dimaknai dengan supervisor menyajikan

solusi baik berupa petunjuk praktis atau teori. Dengan petunjuk praktis ini

memudahkan guru untuk memahami ilmu yang diberikan oleh supervisor.

Model penjelasan dengan petunjuk praktis ini bila kita merujuk pada metode

pengajaran Rasulullah adalah nampak ketika Rasulullah mengajarkan Sholat

kepada kaumnya.

5. Memecahkan masalah

Perilaku berikutnya adalah supervisor membantu memecahkan

masalah yang dihadapi guru. Pemecahan masalah ini dalam rangka

mengubah kondisi-kondisi yang tidak tepat menjadi tepat. Karena

karakteristik supervisi non direktif ini bersifat dialog, maka dalam proses

pemecahan masalah ini supervisor hendaknya dialog atau bermusyawarah

(30)

Pendekatan ini berangkat dari premis bahwa belajar pada dasarnya

adalah pengalaman pribadi, sehingga pada akhirnya individu harus mampu

memecahkan masalahnya sendiri. Peranan supervisor disini adalah

mendengarkan, mendorong, atau membangkitkan kesadaran sendiri dan

pengalaman – pengalaman guru diklasifikasikan.24 Oleh karena itu,

pendekatan ini bercirikan perilaku supervisor dimana supervisor

mendengarkan guru, mendorong guru, mengajukan pertanyaan, menawarkan

pikiran bila diminta dan membimbing guru untuk melakukan tindakan.

Tanggung jawab supervisi lebih banyak berada di pihak guru.25 Bagi guru,

pemecahan masalah ini tidak lain daripada upaya memperbaiki dan

meningkatkan pengalaman belajar murid di kelas.

Pada pendekatan non direktif, guru menunjukkan tanggung jawab yang

tinggi. Tugas supervisor pada pendekatan ini adalah mendengarkan dan

memperhatikan dengan cermat akan keprihatinan guru terhadap masalah

peningkatan pengajarannya, dan sekaligus gagasan guru sebagai upaya

mengatasinya. Peranan supervisor adalah meminta penjelasan terhadap hal –

hal yang telah diungkapkan oleh guru, terutama hal yang kurang

dipahaminya. Selanjutnya, ia mendorong guru untuk mewujudkan inisiatif

yang dipikirkan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapinya

serta meningkatakan pengajarannya.

24

Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktek…, 139.

25

(31)

Perilaku pokok supervisor dalam pandangan non direktif tersebut

meliputi: mendengarkan, mengklarifikasi, mendorong, mempresentasikan,

dan bernegosiasi. Target akhir yang diinginkan perilaku supervisor yang non

direktif adalah perencanaan guru sendiri (teacher self plan).

B. Prinsip – Prinsip Supervisor dalam Pendekatan Non Direktif.

Tentunya tidak sedikit masalah yang dihadapi seorang supervisor dalam

melaksanakan tugasnya. Dalam usahanya memecahkan masalah, hendaknya

ia berpegang teguh pada Pancasila yang merupakan prinsip asasi, yang

merupakan landasan utama pelaksanaan tugas dan kewajibannya sebagai

seorang supervisor. Disamping prinsip asasi tersebut, kita dapat

mengembangkan prinsip –prinsip positif serta meminimalisasikan prinsip –

prinsip negatifnya. Idealnya pendekatan non direktif memegang kembali

prinsip – prinsip supervisi sebagaimana saat supervisor memberikan

supervisinya.26

1. Demokratis dan Kooperatif

Dalam melaksanakan tugasnya, supervisor adalah seorang pemimpin yang

demokratis. Ia harus menghargai kepribadian guru. Dalam pembicaraan –

pembicaraan bersama, ia memberi kesempatan kepada guru untuk

melahirkan pikiran, perasaan, dan pendapat mereka. Keputusan diambil

melalui jalan musyawarah. Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan

bersama. Dalam suasana yang demikian akan memupuk kerja sama yang

26

(32)

baik antara pemimpin dan yang dipimpin. Guru saling membantu dalam

melaksanakan pekerjaan disekolah. Semuanya itu akan mendatangkan

manfaat yang besar bagi anak didik mereka.

2. Bersifat kreatif dan kontruktif

Melalui kepemimpinan yang baik, supervisor dapat dijadikan contoh oleh

guru. Ia dapat memahami kelebihan dan kekurangan seorang guru. Ia

berusaha memberi dorongan kepada semua guru untuk mengembangkan

kelebihan – kelebihannya. Agar hal tersebut mampu menciptakan sesuatu

yang baru demi kepentingan anak didik. Kekurangan guru juga

dipercakapkan bersama guru yang bersangkutan atau kelompok dan

bersama – sama mencari solusi dari kekurangan tersebut.

3. Ilmiah dan Efektif

Dalam pembicaraan masalah yang dihadapi oleh guru, hendaklah

supervisor bersikap ilmiah. Yang artinya ia harus mendengarkan masalah

dan akhirnya menarik kesimpulan untuk mengambil keputusan. Baik

supervisor maupun guru yang bersangkutan harus dapat mengakui nilai

ilmiah dari pekerjaannya. Supervisi mengkoordinasi antara teori dan

praktek. Disamping menolong guru – guru memahami teori, supervisor

membantu mereka mereka untuk menerapkan teori tersebut dalam

pelaksanaan tugasnya di sekolah. Ia secara setia berusaha memperbaiki

metode dan cara penggunaannya sehingga teori tersebut menjadi efektif.

(33)

Para guru harus mengetahui dan memahami bahwa supervisi bukanlah

bermaksud mencari kesalahan, tetapi memberi solusi dalam

meningkatkan mutu pekerjaan agar para guru tumbuh dalam jabatan

mereka. Para guru harus dapat merasakan bahwa kepala sekolah yang

merangkap supervisor, bagaikan bapak dan saudara bagi mereka yang

senantiasa bersedia membantu dalam memecahkan masalah yang

dihadapi. Dengan demikian akan terpupuk perasaan aman pada guru

tersebut. Mereka tidak merasa tertekan dan mereka bebas mengeluarkan

pendapat. Dalam suasana semacam itu mereka melakukan pekerjaan

dengan suka cita.

5. Berdasarkan kenyataan

Supervisi hendaknya dilaksanakan kepala sekolah terhdap guru di

sekolah hendaknya didasarkan pada keadaan yang sebenarnya, yang

disaksikan dan diketahui. Data – data yang diperoleh bukan data – data

yang dibuat – buat melainkan keadaan riil para guru dan siswa yang ada

disekolah tersebut.

6. Memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengadakan

self evaluation.

Agar pelayanan supervisi mendatangkan manfaat yang berharga, baik

bagi kepala sekolah maupun guru, hendaknya mengembangkan dirinya

terlebih dahulu. Agar dapat memgembangkan dirinya terlebih dahulu.

(34)

ini ia dapat mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Sehingga ia dapat

memperbaiki kekurangan tersebut.

C. Kompetensi Pedagogik Guru

Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam

melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.

Kompetensi yang dimilki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru

dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam penguasaan

pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.

Artinya guru bukan saja harus pintar, tetapi juga harus pandai mentransfer

ilmunya kepada peserta didik.27

Istilah pedagogik diterjemahkan dengan kata ilmu mendidik, dan

yang dibahas adalah kemampuan dalam mengasuh dan membesarkan

seorang anak. Kompetensi pedagogik digunakan untuk merujuk pada

keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang

berhubungan dengan hal tersebut. Kompetensi pedagogik bertumpu pada

kemungkinan pengembangan potensi dasar yang ada dalam tiap diri

manusia sebagai makhluk individual, sosial dan moral.

Secara lebih sederhana terkait dengan guru, kompetensi pedagogik

berarti kemampuan guru dalam mengelola kelas sedemikian rupa agar

tujuan pendidikan dapat tercapai, yang didalamnya terdapat banyak hal

cakupannya. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27

27

(35)

Tahun 2008 dijelaskan tentang kompetensi pedagogik, meliputi: Menguasai

ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya, Mengimplementasikan

prinsip-prinsip pendidikan dan proses pembelajaran, dan Menguasai landasan

budaya dalam praksis pendidikan.28

Guru memiliki pengaruh luas dalam dunia pendidikan. Di sekolah ia

adalah pelaksana administrasi pendidikan yaitu bertanggung jawab agar

pendidikan dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, guru

harus memiliki kompetensi dalam mengajar. Kompetensi pedagogik

merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru

dalam jenjang pendidikan apapun.

Istilah kompetensi memiliki banyak makna, ada beberapa

definisi tentang pengertian kompetensi yaitu:29

1. Dalam UU RI No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ditulis:

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru atau

dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.30

2. Dalam bukunya Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd. yang berjudul

Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan di jelaskan:

Kompetensi adalah perpaduan dari penguasaan, pengetahuan,

28 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian RI, 2010, “Lomba Fun Science

2010”, http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=detilberita&id=6001, di Unduh tanggal 06 Agustus2016, pukul: 17:23.

29

Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 2003, 9.

30

(36)

keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan

berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya.31

3. Menurut W. Robert Houston memberikan pengertian adalah

sebagai berikut : “Competence” ordinarily is difined as “adequacy

for a task” or as “possession of require knowledge, skill and

abilities”.32

Dari uraian diatas nampak bahwa kompetensi mengacu pada

kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan.

Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang

rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan

tugas-tugas kependidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan

tujuan, sedangkan performance adalah perilaku nyata dalam arti tidak hanya

diamati tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata.

Pedagogik adalah teori mendidik yang mempersoalkan apa dan

bagaimana mendidik itu sebaik-baiknya.33 Oleh sebab itu pedagogik

dipandang sebagai suatu proses atau aktifitas yang bertujuan agar tingkah

laku manusia mengalami perubahan.34

Adapun pengertian kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam

pengelolaan peserta didik, meliputi:35

31

Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, 23.

32

Roestiyah N.K “Masalah-Masalah Ilmu Keguruan” Jakarta: Bina Aksara, 1982, 4.

33

Edi Suardi, Pedagogik, Bandung: Angkasa OFFSET, 1979, 113.

34

Dewi Gusti, Kompetensi Pedagogik,http://dewigusti.blogspot.com. Diakses pada tanggal 7 Agustus 2017, Pukul: 16.36 WIB.

35

(37)

1. Pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan.

2. Guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga

dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan masing-masing

peserta didik.

3. Guru mampu mengembangkan kurikulum/silabus baik dalam bentuk

dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar.

4. Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran

berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

5. Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan

suasana dialogis dan interaktif.

6. Mampu memanfaatkan tegnologi pembelajaran

7. Mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur

dan standar yang dipersyaratkan.

8. Mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui

kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.36

Sedangkan pengertian guru dalam kamus besar Bahasa Indonesia

adalah orang yang pekerjaannya mengajar.37 Dan menurut Roestiyah

N.K. bahwa guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik

kearah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk

anak menurut sekehendaknya.38

36

Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan…, 32.

37

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1989, 288.

38

(38)

Dalam perspektif Islam, pendidik adalah orang-orang yang

bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan

mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi

afektif, koqnitif maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran

Islam.39

Perlu diketahui bahwasannya pendidikan agama Islam sendiri adalah

bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hokum-hukum agama Islam menuju

kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

Jadi, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi

pedagogik guru PAI adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan

dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru PAI

dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik sehingga dapat meningkatkan

perkembangan jasmani dan rohani mencapai tingkat kedewasaan

sehingga mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya sebagai

(kholifah fil ardh) sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Adapun kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru

khususnya guru PAI, meliputi:

1. Pemahaman terhadap peserta didik, sedikitnya ada empat hal yang harus

dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu: a) tingkat kecerdasan; b)

kreativitas; c) cacat fisik; d) perkembangan kognitif.

39

(39)

2. Perancangan pembelajaran, dalam pembelajaran terdapat kegiatan

memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai

hasil pembelajaran yang diinginkan. hal ini mencakup tiga kegiatan

yaitu: a) identifikasi kebutuhan; b) identifikasi kompetensi; c)

penyusunan program pembelajaran.40

3. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, dalam peraturan

pemerintah tentang guru dijelaskan bahwa guru harus memiliki

kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan

dialogis. Hal ini berarti bahwa, pelaksanaan pembelajaran harus

berangkat dari proses dialogis antar sesama subjek pembelajaran

sehingga melahirkan pemikiran kritis dan komunikatif.

4. Pemanfaatan teknologi pembelajaran, teknologi pembelajaran

merupakan sarana pendukung untuk memudahkan pencapaian tujuan

pembelajaran dan pembentukan kompetensi, memudahkan penyajian

data, informasi, materi pembelajaran dan variasi budaya. Oleh karena itu,

memasuki abad 21, sumber belajar dengan mudah dapat diakses

melalui teknologi informasi, khususnya internet yang didukung oleh

komputer.

5. Evaluasi hasil belajar, evaluasi atau penilaian memegang peranan

penting dalam segala bentuk pengajaran yang efektif. Berhasil tidaknya

suatu pendidikan dalam mencapai tujuannya dapat dilihat dari hasil

evaluasinya. Evaluasi dapat dilakukan untuk mengetahui perubahan

40

(40)

perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik yang dapat

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: a) penilaian kelas; b) tes

kemampuan dasar; c) penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi;

d) benchmarking (mengukur kinerja yang sedang berjalan); e) penilaian

program. 41

6. Pengembangan peserta didik, Pengembangan peserta didik dapat

dilakukan oleh guru melalui berbagai cara antara lain:42 a) kegiatan

ekstra kurikuler; b) pengayaan dan remedial; c) bimbingan dan

konseling;

41

E. Mulyasa, Profesionalisme Guru, Yogyakarta: Lentera Ilmu, 2009, 110.

42

(41)

BAB III

DATA HASIL PENELITIAN

A. Profil Kabupaten Kudus

1. Keadaan Geografis

Kabupaten Kudus adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukota

kabupaten ini adalah Kota Kudus, terletak di jalur pantai timur laut Jawa

Tengah antara Kota Semarang dan Kota Surabaya. Kota ini berjarak 51

kilometer dari Timur Kota Semarang.

Kabupaten Kudus berbatasan dengan Kabupaten Pati di Timur, Kabupaten

Grobogan dan Kabupaten Demak di Selatan, serta Kabupaten Jepara di barat.

Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek) terbesar di Jawa Tengah

dan juga dikenal sebagai kota santri. Kota ini adalah pusat perkembangan

agama Islam pada abad pertengahan. Hal ini dapat dilihat dari adanya tiga

makam wali/sunan, yaitu Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Kedu.

Dahulu Kota Kudus bernama Kota "Tajug". Disebut Tajug karena di daerah tersebut terdapat banyak tajug, tajug merupakan bentuk atap arsitektur

tradisional yang sangat kuno dipakai tujuan keramat. Tajug dahulunya

dijadikan tempat bersembahyang warga Hindu. Dengan demikian kota Tajug

dulunya sudah memiliki sifat kekeramatan tertentu, kota ini dianggap suci bagi

warga setempat yang beragama Hindu.

(42)

Sebagian besar wilayah Kabupaten Kudus adalah dataran rendah. Di

sebagian wilayah utara terdapat pegunungan (yaitu Gunung Muria), dengan

puncak Puncak Saptorenggo (1.602 m dpl), Puncak Rahtawu (1.522 m dpl),

dan Puncak Argojembangan (1.410 m dpl). Sungai terbesar adalah Sungai

Serang yang mengalir di sebelah barat, membatasi Kabupaten Kudus dengan

Kabupaten Demak. Kudus dibelah oleh Sungai Gelis di bagian tengah sehingga

terdapat istilah Kudus Barat dan Kudus Timur.

Kabupaten Kudus terdiri atas 9 kecamatan, yang dibagi lagi atas 123 desa

dan 9 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Kota Kudus. Kudus

adalah kabupaten dengan wilayah terkecil dan jumlah kecamatan paling sedikit

di Jawa Tengah,sehingga seharusnya menjadi Kota bukan Kabupaten.

Kabupaten Kudus terbagi menjadi 3 wilayah pembantu bupati (kawedanan),

yaitu: (1) Kawedanan Kota (Kec. Kota Kudus, Jati dan Undaan). (2)

Kawedanan Cendono (Kec. Bae, Dawe, Gebog dan Kaliwungu). (3)

Kawedanan Tenggeles (Kec. Mejobo dan Jekulo). Rencana kedepan, akan ada

kecamatan baru yaitu Kecamatan Kota Kudus Barat, Kota Kudus Timur dan

Kecamatan Muria yang merupakan pemecahan dari Kecamatan Dawe.

Sedangkan untuk Kecamatan Jekulo, akan dipersiapkan sebagai Ibukota

Kabupaten Kudus, untuk Kota Kudus tetap beribukota di Kota Kudus.43

2. Keadaan Demografi a. Jumlah Penduduk

43

(43)

Jumlah penduduk Kabupaten Kudus pada tahun 2011 tercatat sebesar 769.904

jiwa, terdiri dari 382.021 jiwa laki-laki (49,62 persen) dan 387.883 jiwa

perempuan (50,38 persen). Apabila dilihat penyebarannya, maka kecamatan

yang paling tinggi persentase jumlah penduduknya adalah Kecamatan Jekulo

yakni sebesar 12,84 persen dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten

Kudus, kemudian berturut-turut Kecamatan Jati 12,77 persen dan Kecamatan

Gebog 12,27 persen. Sedangkan kecamatan yang terkecil jumlah penduduknya

adalah Kecamatan Bae sebesar 8,12 persen.

Bila dilihat dari perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan

perempuannya, maka diperoleh rasio jenis kelamin pada tahun 2011 sebesar

98,49 yang berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98

penduduk laki-laki. Dengan perkataan lain bahwa penduduk perempuan lebih

banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki, ini bisa dilihat hampir di

semua kecamatan (kecuali kecamatan Gebog dan Dawe) bahwa angka rasio

jenis kelamin di bawah 100 persen, yaitu berkisar antara 93,52 dan 99,92

persen.44

b. Agama

Jumlah pemeluk agama di Kabupaten Kudus sampai pada akhir tahun 2017

yang beragama Islam sejumlah 785.388 orang, beragama kristen 13.062 orang,

beragama Katholik 4.665 orang, beragama Budha 983 orang, bergama Hindhu

72 orang dan 289 orang menganut kepercayaan kepadaTuhan Yang Maha

Esa/lainnya

44

(44)

Terdapat Sarana Ibadah berupa masjid 665.unit, 2015 langgar/Mushola,

23 gereja Kristen, 4 gereja katholik dan 10 Vihara/klenteng. Dibidang

pendidikan keagamaan terdapat..443 TPQ buah, sekolah minggu 35 buah dan

152 buah pondok pesantren dengan jumlah santri sebanyak 63.512 orang.45

c. Pendidikan

Pendidikan yang bermutu merupakan komponen penting dalam membentuk

SDM yang berkualitas. Penduduk yang bersekolah secara umum mengalami

fluktuasi selama tahun ajaran 2015/2016 – 2016/2017, hal ini dapat dilihat dari

banyaknya murid dibeberapa jenjang pendidikan yang mengalami kenaikan dan

penurunan. Pada semua tingkat pendidikan, baik pendidikan dasar yaitu SD

(Negeri dan Swasta), pendidikan menengah yaitu SLTP (Negeri dan Swasta)

dan pendidikan atas yaitu SMA (Negeri dan Swasta).

Peningkatan jumlah penduduk yang bersekolah, tentunya harus

diimbangi dengan penyediaan sarana fisik dan tenaga guru yang memadai.

Pada tahun 2017, tersedia jumlah SD sebanyak 459 unit dan MI sebanyak 141

unit, SLTP dan MTs masing-masing sebanyak 48 dan 64 unit, SLTA dan MA

masing- masing ada sebanyak 17 dan 35 unit. Jumlah Universitas/Perguruan

Tinggi pada tahun akademik 2016/2017 tercatat ada 8 buah, yaitu Universitas

Muria Kudus (UMK), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus,

Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Cendekia Utama Kudus, Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Muhamadiyah, Akbid Mardi Rahayu, Akbid Pemda, Akper

45

(45)

Krida Husada dan Akademi kebidanan Muslimat NU Kudus. Banyaknya

mahasiswa periode 5 tahun terakhir cenderung meningkat.

Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu pendidikan

adalah dengan menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memadai dan

berkualitas serta tenaga pengajar yang profesional. Pendidikan dapat

digolongkan dalam 2 (dua) golongan yaitu pendidikan umum dan pendidikan

keagamaan. Pendidikan keagamaan baik negeri maupun swasta terdiri dari

Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiah (MTs), Madrasah Aliah (MA)

dan Perguruan Tinggi Agama.

Kebudayaan daerah dapat dilihat dari adat istiadat yang mengarah pada

budaya Jawa dan Islam. Bahasa daerah yang ada sangat didominasi oleh bahasa

jawa. Tempat bersejarah yang ada antara lain yaitu Makam Sunan Kudus dan

Makam Sunan Muria. Makan Sunan Kudus menyatu dalam satu lingkungan

dengan Masjid Menara Kudus yang berlokasi di Desa Kauman (merupakan

pusat Kota Kuno Kudus). Sedangkan Makam Sunan Muria berlokasi di salah

satu puncak Gunung Muria yaitu di desa Colo. Organisasi kepemudaan di

kabupaten Kudus berjumlah 23 organisasi, yang meliputi organisasi keagamaan

maupun yang bersifat umum.46

B. Profil Pengawas PAI Kabupaten Kudus

Pengawas guru PAI di tingkat SD se Kabupaten Kudus berjumlah 2

pengawas PAI SD, yaitu: 1. Nama : Drs. Ahmad Zaini, M.Pd.I NIP :

196604011994031002, Pangkat/Golongan : Pembina, IV/A, Pendidikan : S2

46

(46)

Tugas : Pengawas PAI SD, Masa Kerja : 23 Tahun, Alamat : Karangbener

Kec. Bae Kab. Kudus. 2. Nama : Endah Sri hidayati, S.Ag. M.Pd.I,NIP :

197112161995032001, Pangkat/Golongan: Pembina, IV/A, Pendidikan : S2,

Tugas : Pengawas PAI SD, Masa Kerja : 22 Tahun,Alamat : Bakalan Krapak

Kec. Kaliwungu Kab. Kudus.

Dari 453 SD yang tersebar di 9 Kecamatan se Kabupaten Kudus,

hanya 2 pengawas PAI yang melakukan pengawasan, bimbingan dan supervisi

terhadap 469 guru PAI SD, dengan pembagian untuk Bapak Drs Ahmad Zaini,

M.Pd.I sebanyak 4 Kecamatan yaitu kecamatan Undaan, Kota, Jekulo, Dawe

dengan jumlah guru PAI sebanyak 179 guru, Untuk Ibu Endah Sri Hidayati,

S.Ag. M.Pd.I sebanyak 5 kecamatan Yaitu Kecamatan Bae, Gebog, Jati,

kaliwungu, Mejobo dengan jumlah guru PAI sebanyak 290 guru.

C. Profil Guru Pendidikan Agama Islam Kabupaten Kudus

Secara keseluruhan jumlah guru PAI SD se Kabupaten Kudus berjumlah 469

guru dengan pembagian guru yang sudah berstatus PNS berjumlah 350 guru

dan guru yang berstatus sebagai guru wiyata berjumlah 119 guru, dari jumah

tersebut guru PAI sebagai sumber data sebanyak 10 0rang, 5 orang dari

Binaan bapak Drs Ahmad Zaini, M.Pd.I, sedangkan 5 orang lagi berasal dari

binaan Ibu Endah Sri Hidayati, S.Ag. M.Pd.I. Untuh lebih lengkapnya profil

guru PAI SD tersebut adalah Sebagai Berikut:47

47

(47)
(48)

BAB IV

IMPLEMENTASI SUPERVISI NON DIREKTIF PENGAWAS

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDEGOGIK

GURU

A. Implementasi Supervisi Non Direktif Pengawas

Pengawas PAI pada sekolah menentukan kebutuhan supervisi guru

berdasarkan perbedaan individual, keahlian, dan komitmennya. Karenanya

pengawas PAI pada sekolah dapat menggunakan pendekatan yang bervariasi

dalam supervisi terhadap guru yang berbeda. “Pengawas yang amat efektif

mampu memadukan model yang tepat atau strategi yang tepat untuk kebutuhan

khusus dan tingkat pengembangan dari guru itu sendiri.”48 Dengan strategi ini,

pengawas PAI harus memilih pendekatan atas dasar kasus per kasus,

menggunakan dasar pengetahuan mengelompokkan guru, observasi dan

interaksi dengan guru atau kelompok terkini, dan menganalisis situasi

sekarang. Strategi supervisi ini dimaksudkan agar dapat berkontr ibusi

terhadap peningkatan kompetensi guru PAI.

Pendekatan yang digunakan oleh Pengawas PAI SD di Kabupaten Kudus

dalam memberikan pembinaan kepada guru PAI salah satunya adalah dengan

pendekatan tidak langsung (non directif), yaitu pengawas memberikan

kesempatan kepada guru untuk mengungkapkan permasalahan pembelajaran

48Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Bahan Belajar Mandiri..., 19.

(49)

dikelasnya, dan pengawas mendengarkannya. Setelah itu antara pengawas dan

guru berdiskusi untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi guru. Di akhir

pembinaan, Pengawas memberikan motivasi agar guru menjalankan tugasnya

dengan baik, yaitu pada tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak

lanjut. Pendekatan non directif digunakan oleh Pengawas PAI di sekolah

tersebut pada guru dinilai sudah mempunyai daya abstrak dan komitmen yang

tinggi. Guru mampu menemukan sendiri permasalahannya saat dikelas.49

Pendekatan non direktif digunakan karena pengawas menganggap bahwa

guru mengetahui tentang kebutuhan perubahan pembelajaran yang terbaik, dan

guru dianggap mempunyai kemampuan berfikir dan bertindak tentang apa

yang ia hadapi.50

Dalam melakukan pembinaan Pengawas sangat menghormati Guru. Guru

dianggap sebagai teman sejawat bukan bawahannya, sehingga perasaan

sungkan diantara guru dan pengawas tidak ada. Suasana tersebut akan

membuat nyaman dan leluasa bagi guru dalam mengungkapkan segala masalah

yang dihadapinya dalam menjalankan tugas profesinya sebagai guru. Pengawas

dalam memberikan layanan kepada guru harus didasarkan pada landasan yang

relevan, yaitu bahwa guru memiliki potensi untuk mengembangkan dirinya.

Pelayanan hendaknya bersifat obyektif dan didasarkan hubungan teman sejawat

serta hubungan manusiawi yang sehat dan wajar.51

49

Wawancara dengan Drs. Ahmad Zaini, M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus, Selasa 06 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus.

50

Wawancara dengan Endah Sri Hidayati, S.Ag,M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus, Selasa 06 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus.

51

(50)

Pelaksanaan pembinaan oleh pengawas PAI di Kabupaten Kudus kepada

para guru dilaksanakan secara individual maupun secara kolektif, secara

individual ini dilakukan pengawas PAI dengan cara berkunjung ke sekolah

yang dijadwalkan mendapat layanan supervisi, kegiatan ini dilakukan secara

individual atau perseorangan yaitu dengan melakukan visitasi atau kunjungan

ke sekolah-sekolah yang dianggap perlu mendapatkan pembinaan atau

bimbingan.52

Sedangkan pembinaan secara kolektif praktiknya adalah melalui forum

KKG PAI yang disesuaikan pembagian dabin, Pengawas PAI membagikan

kartu masalah kepada para guru supaya guru dapat mengungkapkan

permasalah yang dihadapi, kemudian dari permasalahan yang diungkapkan

guru tersebut pengawas memberikan motivasi dan bimbingan serta membantu

para guru untuk dapat memecahkan permasalah yang dihadapi.53

1. Karakteristik Guru yang Disupervisi dengan Pendekatan Non Direktif

Untuk menjangkau fungsi kepengawasan yang lebih personal di sekolah,

sangat diperlukan kemampuan pengawas antara lain, memiliki pengetahuan

yang profesinal, artinya pengawas memang berbekal ilmu

kepengawasan,kemampuan mendelegasikan beban tugas secara produktif,

kemampuan memahami problema profesional guru, serta kemampuan

pengawas dalam menyelenggarakan situasi relasi kerja yang baik antara

karyawan, guru dan orang tua. Salah satu kompetensi pengawas yaitu bisa

52

Wawancara dengan Endah Sri Hidayati, S.Ag,M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus, Selasa 06 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus.

53

(51)

mengetahui prototipe guru sehingga bisa melakukan supervisi dengan

berbagai pendekatan, baik pendekatan langsung, tak langsung, maupun

kolaboratif.

Berdasarkan hasil observasi peneliti karakteristik guru yang disupervisi

dengan pendekatan non direktif di dapatkan hasil bahwa guru yang

disupervisi dengan pendekatan non direktif adalah guru yang bisa

menyelesaikan permasalahannya sendiri.54

Ada dua aspek pada guru yang harus dipertimbangkan oleh supervisor

sebelum menentukan orientasi yaitu:

a. Tingkat komitmen

Aspek pertama yang harus dipertimbangkan dalam menentukan

orientasi perilaku supervisi adalah tingkat komitmen guru, seorang guru

yang memiliki komitmen biasanya bekerja semata-mata untuk

kepentingan bersama dan komitmen itu mencakup waktu dan usaha.

Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap pembelajaran yang

dilakukan oleh guru PAI Sofiyah, beliau tampak ikhlas mengajar peserta

didik dengan banyak perhatian serta waktu dan tenaganya disediakan

banyak sekali. Guru profesional adalah guru yang mampu mengelola

dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari.

Tingkat profesional diukur dari 2 level yaitu tingkat abstrak dan

tingkat komitmen. Ibu Sofiyah merupakan salah satu contoh guru yang

bisa dikatakan profesional karena beliau memiliki tingkat abstrak dan

54

Gambar

Tabel 1 : Daftar Guru
Gambar 1: Wawancara di SD 2 Hadipolo
Gambar 3: Wawancara di SD 4 Gribig
Gambar 5: Wawancara di SD 1 Megawon
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pola arus harmonik di Teluk Awur disebabkan oleh komponen harmonik signifikan dari pasang surut tipe campuran cenderung tunggal (mixed tide prevailling diurnal),

Lion Parcel Pinang Kota Tangerang merupakan perusahaan ekspidisi pengiriman barang keseluruh Indonesia yang merupakan anak dari perusahaan Lion Air Group, Berdasarkan

Lain halnya yang dikatakan oleh salah satu peternak sapi potong di Desa Lompo Tengah tentang peran stratifikasi sosial masyarakat terhadap peternak dilihat dari distribusi

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :1) tidak terjadi interaksi antara level penggunaan dedak padi dan enzim Phylazim dalam ransum terhadap performan produksi

Banyak penelitian yang telah dilakukan berhubungan dengan fasilitas pembelajaran melalui web sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran atau perkuliahan tatap muka

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Faktor pertama berat jengkok tembakau yang masuk ke dalam alat pirolisis pada temperature yang sama dengan waktu

KERANGKA PEMIKIRAN Astrologi memiliki beragam penerapan, terlihat dari munculnya bidang-bidang dalam astrologi, misalnya Astrologi Kelahiran, Astrologi Kepribadian, Astrologi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa kulit yang disamak krom dan kombinasi krom- sintan dapat juga di batik serta dapat digunakan untuk pembuatan