BMT AL-HIKMAH UNGARAN
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
Disusun oleh :
RIRIH ELLYS ANGGRAENI NIM 64010150014
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
i
BMT AL-HIKMAH UNGARAN
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
Disusun oleh :
RIRIH ELLYS ANGGRAENI NIM 64010150014
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
v
kejujuran yang pernah digadaikan tidak pernah bisa ditebus kembali
( Muhammad Arwani )
Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah dilaksanakan atau
diperbuatnya
vi
hidayah-Nya dan tugas akhir ini saya persembahkan kepada :
1. Kedua Orang Tua, yang telah memberikan doa, semangat, dan kasih
saying yang tiada tara.
2. Kakak dan kerabat yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat.
3. Keluarga besar yang memberikan doa dan motivasi yang membangun bagi
saya.
4. Sahabat-sahabat yang telah memberikan doa, semangat, motivasi, bantuan,
kritik dan saran.
5. Seluruh Staf KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran, terima kasih atas semua
bantuan yang diberikan.
6. Teman-teman Diploma III IAIN Salatiga angkatan 2015.
7. Bapak Dr. Faqih Nabhan, M.M. terima kasih atas bimbingannya mulai
vii
Akhir Diploma III, Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran, kendala-kendala, serta tindak lanjut temuan auditor internal di KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini di peroleh dari observasi dan wawancara dengan pihak yang terkait dengan KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran.
Hasil penelitian menunjukan bahwa audit internal berperan penting di dalam KSPPS BMT Al-Hikmah, karena dengan adanya peran audit internal ini dapat membantu dalam strategi antisipasi manajemen untuk meminimalisir pembiayaan bermasalah dan untuk membantu kinerja KSPPS menjadi lebih baik lagi. Agar tidak ada kendala dalam pelaksanaan audit, audit internal dilakukan sesuai dengan ketentuan yang sudah diatur. Pelaksanaan audit dilakukan untuk memperbaiki kinerja maupun laporan keuangan KSPPS agar terhindar dari resiko-resiko yang tidak di inginkan dan KSPPS menjadi lebih baik.
viii
penulis memanjatkan puja puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
“PERAN AUDIT INTERNAL DALAM MEMINIMALISIR RESIKO
PEMBIAYAAN BERMASALAH DI KSPPS BMT AL-HIKMAH” sebagai
syarat memperoleh gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Walaupun masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, baik dalam
penyusunan kata-kata maupun dalam penyajian tetapi penulis telah berusaha
untuk memberikan yang terbaik sesuai dengan bimbingan, kritik dan saran dari
pembimbing. Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan Tugas Akhir di antaranya :
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
IAIN Salatiga.
3. Ari Setiawan S.Pd.M.M selaku Ketua Program Studi Diploma III Perbankan
ix
mempermudah setiap langkah dan senatiasa melimpahkan kebaikan. Amin.
5. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku DPL magang di KSPPS BMT
Al-Hikmah.
6. Pihak KSPPS BMT Al-Hikmah yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan penelitian dengan memberikan informasi dan data
kepada penulis yang penulis butuhkan dalam penelitian ini.
7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam IAIN Salatiga
yang telah memberikan bekal ilmu dan motivasi kepada penulis.
8. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara material dan non
material.
9. Teman-teman seperjuangan D III Perbankan Syariah 2015, yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang telah
diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis
berharap bahwa penulis dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis khususnya.
x
E. Metode Penelitian... 4
F. Sistematika Penulisan ... 6
BAB IILANDASAN TEORI ... 8
xi
2. Pengertian Auditing ... 11
3. Peran dan Fungsi Auditor ... 13
4. Jenis-jenis Audit ... 15
5. Audit Internal ... 18
6. Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal ... 20
7. Tahap Pelaksanaan Audit Internal ... 20
8. Pengertian Pembiayaan ... 23
9. Pembiayaan Bermasalah ... 28
BAB IIILAPORAN OBJEK PENELITIAN ... 38
A. Profil sejarah berdirinya KSPPS BMT Al-Hikmah ... 38
B. Badan Hukum Lembaga KSPPS BMT Al-Hikmah ... 40
C. Tujuan dan Sasaran KSPPS BMTAl-Hikmah... 40
D. Visi dan Misi KSPPS BMT Al-Hikmah ... 41
E. Struktur Organisasi KSPPS BMT Al-Hikmah ... 41
F. Job Description KSPPS BMT Al-Hikmah ... 44
xii
B. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Audit Internal di KSPPS BMT
Al-Hikmah ... 64
C. Tindak Lanjut Hasil Temuan Audit Internal di KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran ... 66
BAB VPENUTUP ... 68
A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA
xiii
Gambar 2.2 Jenis-Jenis Auditor……….18
Gambar 3.3 Struktur Organisasi KSPPS BMT Al-Hikmah………...42
xv
Lampiran 2 Laporan Kolektibilitas dan NPF KSPPS BMT Al-Hikmah
Lampiran 3 Laporan Temuan Audit KSPPS BMT Al-Hikmah
Lampiran 4 Brosur Pembiayaan KSPPS BMT Al-Hikmah
Lampiran 5 Ketentuan dan Peraturan Pembiayaan KSPPS BMT Al-Hikmah
Lampiran 6 From Pengajuan Pembiayaan KSPPS BMT Al-Hikmah
Lampiran 7 Akad Pembiayaan KSPPS BMT Al-Hikmah
Lampiran 8 Persetujuan Pembiayaan KSPPS BMT Al-Hikmah
Lampiran 9 Surat Kuasa Menjual
Lampiran 10 Pengecekan Fisik Kendaraan
Lampiran 11 Slip Pencairan Pembiayaan
Lampiran 12 SK Pembimbing
Lampiran 13 Lembar Konsultasi Tugas Akhir
1
Dalam era globalisasi ini perkembangan terjadi sangat pesat di dunia
perbankan bukan hanya bank syariah dan konvensional saja, tetapi juga lembaga
keuangan lainnya misalnya yaitu BMT. Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih
mengembangkan usahanya pada sektor keuangan yakni simpan pinjam. Usaha ini
seperti usaha perbankan, menghimpun dana anggota dan calon anggota serta
menyalurkannya kepada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan. Namun
demikian, terbuka luas bagi BMT untuk mengembangkan lahan bisnisnya pada
sektor rill maupun sektor keuangan lain. Dalam konsep bisnis yang mencakup
tentang bisnis keuangan menurut sistem ekonomi Islam, didasarkan pada konsep
pembagian baik keuntungan maupun kerugian. Prinsip yang umum adalah siapa
yang ingin mendapatkan hasil dari tabungannya, harus juga bersedia mengambil
resiko. Kebanyakan orang ataupun perusahaan yang bergerak dalam bidang
apapun takut mengambil resiko. Padahal resiko yang diterima dalam praktik dunia
perbankan adalah kemungkinan terjadinya serangkaian peristiwa bersifat negatif
dan tidak di inginkan terjadi dapat mengakibatkan kegagalan dan bukannya
menguntungkan. Tetapi tanpa kegiatan usaha beresiko tersebut, maka tidak akan
memperoleh return sebagai imbal hasilnya (Sumiyanto, 2008).
Bisnis perbankan berkaitan satu sama lain. Tidak ada satu resiko pun yang
berdiri sendiri. Inilah yang menjadi satu alasan mengapa BMT sebaiknya, bahkan
mengelola semua resiko yang timbul dari usahanya. Berbagai definisi dapat
diberikan kepada kata resiko itu, namun secara sederhana artinya adalah
senantiasa ada kena mengenanya dengan kemungkinan akan terjadi hal buruk
yang merugikan, seperti kasus yang biasa terjadi di sektor perbankan yaitu resiko
pembiayaan yang bermasalah atau membengkaknya kredit macet, kenaikan
tingkat suku bunga, dan lain-lain. Semua itu sangat merugikan kegiatan perbankan
sehingga akan menghambat aktivitas yang dilakukan. Oleh karena itu, BMT yang
merupakan pendukung dalam meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha
kecil/ bawah harus mempunyai sistem pengawasan intern untuk mengelola
manajemen resiko yang terjadi.
Selain BMT, dalam Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang terdapat di
Indonesia yaitu Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS). KSPPS
adalah lembaga yang bergerak pada kegiatan usaha produktif, menabung, dan
kegiatan pembiayaan yang sudah mendapatkan pengesahan oleh Dinas Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah. Sedangkan BMT yaitu lembaga keuangan yang
menggunakan prinsip syariah.
Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Peran Audit Internal dalam Meminimalisir Resiko Pembiayaan Bermasalah di
KSPPS BMT AL-HIKMAH UNGARAN” karena dengan adanya peran audit
internal ini membantu manajemen dalam menilai proses pengidentifikasian resiko
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang sudah di jelaskan sebelumnya,
dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peran audit internal dalam meminimalisir resiko pembiayaan
bermasalah di KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran ?
2. Apa saja kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan audit internal di
KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran ?
3. Bagaimana tindak lanjut hasil temuan audit internal di KSPPS BMT
Al-Hikmah Ungaran ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana peran audit internal dalam meminimalisir
resiko pembiayaan bermasalah di KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran.
2. Untuk mengetahui apa saja kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan
audit internal di KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran.
3. Untuk mengetahui bagaimana tindak lanjut hasil temuan audit internal di
KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
1) Untuk menambah wawasan, mengetahui tentang peran dan praktik
internal dalam Lembaga Keuangan Mikro Syariah.
2) Untuk memenuhi syarat kelulusan program studi D3 Perbankan Syariah
b. Bagi IAIN Salatiga
1) Untuk memperkaya literatur penelitian tentang peran audit internal dalam
Lembaga Keuangan Mikro Syariah.
2) Untuk dapat dijadikan referensi tentang Lembaga Keuangan Mikro
Syariah.
c. Bagi BMT
1) Untuk menghadapi banyaknya persaingan global di dunia perbankan.
E. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan yaitu penelitian deskriptif kualitatif
yang di dasarkan pada pengumpulan data di lapangan. Penelitian kualitatif
adalah penelitian tentang riset bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis dengan pendekatan induktif.
2. Jenis data
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya. Data primer yang digunakan berupa
hasil wawancara serta observasi langsung dengan Pihak Manajemen dan
Audit Internal di dalam KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran.
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
sumber yang telah ada. Data ini bersumber dari hasil riset jurnal dan buku
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Riset jurnal dan buku
Riset ini yaitu melalui pengumpulan data-data yang diperlukan melalui
jurnal-jurnal dan buku yang berkaitan dengan penelitian penulis.
b. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari pengamatan
langsung di lapangan. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan
langsung mengenai peran audit internal dalam meminimalisir resiko
pembiayaan bermasalah, kendala-kendala apa saja yang terjadi dalam
pelaksanaan audit internal, serta tindak lanjut hasil temuan audit internal di
KSPSS BMT Al-Hikmah Ungaran.
c. Wawancara
Teknik wawancara (interview) adalah teknik pencarian data/ informasi
mendalam yang diajukan kepada responden/ informan dalam bentuk
pernyataan lisan. Teknik pengumpulan data ini digunakan penulis untuk
mendapatkan keterangan lisan melalui percakapan. Wawancara dilakukan
oleh penulis terhadap pihak Manager dan Audit Internal serta pihak lain
yang berkaitan dengan penelitian penulis.
4. Studi Dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu penelusuran atau pengolahan data yang telah
tersedia. Biasanya berupa data statistik, agenda kegiatan, produk keputusan,
ini digunakan penulis untuk mendapatkan data melalui jurnal atau buku yang
berkaitan dengan penelitian penulis.
5. Analisis Data
Analisis yang dilakukan di dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif.
Analisis yang berarti interpretasi isi disusun secara sistematis lalu data-data
yang diperoleh kemudian penulis analisis untuk mengetahui bagaimana peran
audit internal dalam meminimalisir resiko pembiayaan bermasalah, kendala
apa saja yang terjadi dalam pelaksanaan audit internal serta tindak lanjut hasil
temuan audit internal di KSPPS BMT Al-Hikmah.
F. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan
Pendahuluan terdiri dari hal-hal yang berkaitan dan berhubungan dengan
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II Landasan Teori
Bab ini terdapat telaah pustaka dan sebagai bab untuk mengantarkan pada
pembahasan-pembahasan teori yang digunakan dalam sebuah sistem
ekonomi di masyarakat.
BAB III Laporan Objek Penelitian
Bab ini berisi tentang sejarah KSPPS, visi dan misi KSPPS, lokasi dan
wilayah perusahaan, produk KSPPS, tujuan, pembagian tugas setiap
BAB IV Analisis
Bab ini merupakan inti dari penelitian, di dalamnya memberikan suatu
analisis data dari data-data yang telah di teliti.
BAB V Penutup
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Penelitian sebelumnya
Penelitian Syahril (2013) menyimpulkan bahwa auditor internal
mempunyai peran yang cukup besar dalam pengelolaan resiko dilembaga
keuangan syariah terutama jika auditor internal sudah dapat berperan sebagai
penjamin katalis atau kualitas (quality assurance). Diketahui juga bahwa Sistem
Pengendalian Intern (SPI) juga mempunyai peran yang cukup besar dalam
pengelolaan risiko di lembaga keuangan baik yang bersifat soft control maupun
bersifat hardcontrol. Dan diketahui juga bahwa implementasi audit internal
berbasis resiko ternyata menunjang proses pengelolaan resiko di Lembaga
Keuangan Syariah dengan jalan memfokuskan audit pada risiko paling tinggi yang
dihadapi Lembaga Keuangan Syariah.
Penelitian Khayati (2015) menyimpulkan bahwa adapun peran yang
ditunjukan audit internal pembiayaan dalam mengendalikan resiko pembiayaan
meliputi peran pemecah masalah, peran kepatuhan, peran negoisator dan peran
pengendalian. Peran pemecah masalah ditunjukan dengan dapat menemukan
bukti-bukti penyelewengan atau masalah penyaluran pembiayaan yang kemudian
diperbaiki agar nasabah pembiayaan tidak terjadi lagi. Peran kepatuhan di
tunjukan dengan adanya audit internal dapat meningkatkan ketaatan para petugas
pembiayaan terhadap prosedur yang telah ditetapkan dan membuktikan kebenaran
dokumen dan laporan penyaluran pembiayaan dengan cara menyesuaikan data
Adapun peran negoisator yaitu peran audit internal sebagai penghubung
antara unit pembiayaan dengan manajemen selaku pembina sistem melalui usulan.
Sedangkan peran pengendalian berupa kinerja auditor dalam inspeksi pembiayaan
yang disalurkan audit menggambarkan bahwa audit internal melakukan internal
control untuk pengendalian risiko bagi bank yang diaduit dengan terlebih dahulu
menemukan masalah-masalah.
Penelitian Minarni (2013) menyimpulkan bahwa adanya pengawasan pada
bank syariah, audit syariah, dan corporate governance tidak berarti menggantikan
tugas manajemen bank dan tidak menjamin bank bebas dari krisis, kerugian
maupun kebangkrutan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu human
eror, asymetric information, policy dan regulation yang kurang mendukung, dan
reward dan punishment tidak jelas. Dan untuk mewujudkan pengawasan yang
efektif Bank Indonesia harus melibatkan DSN dan DPS dengan memberikan
jaminan independen, insentif yang bernilai dan bertanggung jawab yang jelas.
Adapun untuk kegiatan Audit Syariah hendaknya dijalankan sesuai mekanisme
yang benar dan dengan standar audit AAOFI yang berlaku pada seluruh Lembaga
Keuangan Syariah (LKS).
Penelitian Wardayati (2010) menyimpulkan bahwa adanya hubungan
antara hasil kerja seorang auditor intern, profesionalisme auditor intern,
personality auditor intern dan kinerja Lembaga Keuangan Mikro Syariah.
Personality auditor intern diperkirakan mempengaruhi tinggi rendahnya
seorang auditor intern diperkirakan dapat mengetahui tinggi rendahnya hasil kerja
seorang auditor intern dan kinerja Lembaga Keuangan Mikro Syariah.
Penelitian Qonita (2015) menyimpulkan bahwa praktik audit syariah
berfokus pada empat masalah utama yaitu kerangka kerja, ruang lingkup,
kualifikasi, dan independensi dari auditor syariah. Kerangka kerja bertujuan
sebagai acuan bagi auditor melaksanakan pemeriksaan pada perusahaan. Ruang
lingkup audit bertujuan untuk memastikan perusahaan telah melaksanakan semua
hukum ekonomi termasuk termasuk hukum dan prinsip Islam terkait hal itu.
Kualifikasi dalam auditor syariah terbagai menjadi dua yaitu keuangan ataupun
perbankkan dan syariah. Dan dalam menjalankan tugasnya seorang auditor tidak
hanya dituntut memiliki kualifikasi dan keahlian yang memadai namun juga sikap
independensi, karena kepercayaan stakenholder pada auditor sangat bergantung
pada hal ini. Untuk itu auditor harus independen secara sikap dan mental maupun
kelembagaan.
Penelitian Mulazid (2016) menyimpulkan bahwa sistem pengawasan
terhadap kepatuhan syariah harus dilaksanakan dengan baik sesuai prinsip-prinsip
kepatuhan, budaya kepatuhan, manajemen resiko, dan kode etik kepatuhan Bank
Syariah dan pelaksanaan audit internal di Bank Syariah Mandiri Jakarta harus
berjalan dengan efektif agar tidak ditemukan praktik fraud serta praktik-praktik
lain yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Dari beberapa penelitian diatas maka, beda penelitian ini yaitu penelitian
yang dilakukan penulis mengenai peran audit internal dalam meminimalisir resiko
tindak lanjut dari hasil temuan audit internal di KSPPS dalam resiko pembiayaan
bermasalah. Sedangkan penelitian lain seperti riset jurnal yang penulis temukan
adalah mengenai pengaruhi tinggi rendahnya profesionalisme seorang auditor
internal serta konsep audit pada Lembaga Keuangan Syariah/ Bank Syariah.
B. Kerangka Teori 1. Hakekat Audit
Menurut Mulyadi & Puradireja (1998) dalam Ulum (2012: 3) audit
adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai berkepentingan.
Menurut Arens & Loebbecke (1996) dalam Ulum (2012: 3)
menyatakan bahwa audit merupakan proses pengumpulan dan pengevaluasi
bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai entitas ekonomi
yang dilakukan seorang kompeten dan independen untuk dapat menentukan
dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan.
2. Pengertian Auditing
Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan,
karena angkutan publik sebagai pihak yang ahli dalam independen pada akhir
keuangan, perubahan ekuitas dan laporan independen arus kas (Agoes, 2012:
2).
Auditor adalah seseorang yang menyatakan pendapat atas kewajaran
dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas
yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia.
Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditor adalah pemeriksaan
secara obyektif atas laporan keuangan suatau perusahaan atau organisasi lain
dengan tujuan menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan atau organisasi tersebut.
Menurut Mulyadi (2002) dalam Noverio (2011) auditor digolongkan
menjadi tiga kategori, yaitu:
a) Auditor Independen
Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas
laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut umumnya
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi
keuangan.
b) Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi
pemerintah yang tugas pokoknya melakukan tugas audit atas
c) Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan
(perusahaan negara atau swasta) yang tugas pokoknya adalah
menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang di tetapkan oleh
manajemen puncak telah di patuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan
efektivitas kegiatan organisasi serta menentukan keandalan informasi
yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
3. Peran dan Fungsi Auditor
Auditor memiliki peran yang sangat strategis, banyak pendapat yang
menyatakan bahwa auditor akan berguna bagi pihak pengguna laporan
keuangan, hasil auditan akan membuat keputusan ekonomi. Auditor berfungsi
melindungi pihak yang berkepentingan dengan menyediaan informasi yang
relevan dalam pengambilan keputusan, baik bagi pihak luar perusahaan
maupun bagi manajemen dalam mendukung pertanggung jawaban kepada
pemilik dan memberikan kepastian bahwa laporan keuangan tidak
mengandung informasi yang menyesatkan pemakainya.
Kebutuhan akan laporan keuangan tidak lagi hanya disediakan untuk
manajemen dan banker, namun telah meluas ke pihak-pihak lain seperti
pemerintah, investor, kreditur dan pemegang saham. Oleh karena itu,
perusahaan harus membuat laporan keuangan yang transparan akurat, tepat
auditor jika dilihat dari segi lingkungan bisnis yang semakin berkembang,
maka peran auditorpun semakin luas.
Auditor harus berperan menjadi moderator bagi perbedaan-perbedaan
kepentingan antara berbagai pelaku bisnis dan masyarakat, agar mampu
menjalankan peran tersebut, auditor harus bertanggung jawab kepada klien
dan pihak ketiga atau secara khusus kepada :
1) Pihak khusus (parties in privity) seperti klien.
2) Pihak yang diuntungkan (primary beneficiaries) seperti direktur
3) Pihak-pihak terbatas (foreseen and limited classes) seperti
pihak-pihak yang memerlukan laporan audit dalam melakukan bisnis.
4) Pihak-pihak foreseeable (foreseeable parties) seperti investor
5) Peran dan tanggung jawab auditor diatur dalam Standar Profesi
Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia ataupun Statement Auditing Standarts Board (ASB).
Peran dan tanggung jawab auditor sebagai berikut (Mulyadi, 2002) :
a. Tanggung jawab mendeteksi dan melaporkan kecurangan, kekeliruan
dan ketidak beresan. Dalam SPAS seksi 316 pendeteksian terhadap
kekeliruan dan ketidakberesan dapat berupa kekeliruan pengumpulan
dan pengolahan data akuntansi, kesalahan penafsiran prinsip akuntansi
tentang jumlah, klasifikasi dan cara penyajian, penyajian laporan
keuangan yang menyesatkan serta penyalahgunaan aktiva.
b. Tanggung jawab mempertahankan sikap independensi dan konflik.
meak mempunyai kepentingan dengan klien baik terhadap manajemen
maupun pemilik. Disamping itu sikap mempertahankan indepensi dan
penuh integritas serta bebas dari hubungan-hubungan tertentu dalam
wujud mempertahankan fakta (independent infact) dan menghindari
pihak luar merugikan independensinya (independent in appearasce).
c. Tanggung jawab mengkonfirmasikan informasi yang berguna tentang
sifat dan hasil proses audit. SPAP seksi 341 menyatakan bahwa hasil
evaluasi yang dilakukan, mengindikasikan adanya ancaman terhadap
kelangsungan hidup perusahaan, auditor wajib mengevaluasi rencana
manajemen untuk memperbaiki kondisi tersebut. Bila ternyata tidak
memuaskan, auditor boleh tidak memberikan pendapat dan perlu
diungkapan.
d. Tanggung jawab menemukan tindakan melanggar hukum dari klien.
4. Jenis-jenis Audit
Secara umum dalam angkutan non publik, audit dibedakan dalam tiga
yaitu audit laporan keuangan (financial statement audit), audit operasional
(operation audit), dan audit ketataan (compliance audit) (Ulum, 2012: 5).
a. Audit laporan keuangan bertujuan menentukan laporan keuangan
secara keseluruhan merupakan informasi terukur yang akan di
verifikasi telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.
Umumnya, kriteria itu adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum.
berdasarkan basis kas atau basis akuntansi lainnya sesuai dengan
kebutuhan organisasi yang bersangkutan.
b. Audit operasional merupakan penelaah atas bagian maupun prosedur
dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan
evektifitasnya Umumnya pada saat selesainya audit operasional,
auditor akan memberikan saran kepada manajemen untuk memperbaiki
jalannya operasi perusahaan. Tujuan audit operasional adalah untuk
mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
dan membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
c. Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan apakah audit (klien) telah
mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak
yang memiliki orientasi lebih tinggi (Ulum, 2012: 6).
Gambar 2.1 Jenis-Jenis Audit
Sedangkan dari sisi aditor, dikenal istilah eksternal auditor
(akuntan publik), internal auditor, dan governmental auditor. Eksternal
auditor atau juga disebut dengan akuntan publik adalah akuntan yang
bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Jasa yang diberikan
mencakup berbagai jenis audit. Untuk bisa menjadi seorang akuntan
publik yang memiliki KAP sendiri, harus memiliki izin dari Departemen
Keuangan yang ditunjukan dengan bukti kepemilikan nomor register.
Akuntan Publik merupakan auditor eksternal bekerja dan memperoleh
imbalan (fee) berdasarkan kontrak dengan pihak perusahaan tertentu.
Sedangkan internal auditor adalah akuntan yang bekerja pada perusahaan
dan ditempatkan sebagai auditor. Statusnya karyawan dan dibayar oleh
perusahaan. Biasanya bertugas melakukan compliance audit dan
operational audit. Sementara governmental auditor adalah auditor yang
bekerja pada sektor pemerintah (di Indonesia misalnya pada BPKP-Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dan BPK-Badan Pemeriksa
Keuangan). Karena bekerja pada sektor pemerintah, maka statusnya
merupakan PNS dan digaji oleh negara. Govermental Auditor melakukan
semua jenis pekerjaan audit, baik laporan keuangan, audit kepatuhan,
Gambar 2.2 Jenis-Jenis Auditor
Sumber : Ulum, 2012
5. Audit Internal
Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya
memfokuskan diri pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi
yang memiliki orientasi memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen. Pada awalnya audit internal berfungsi sebagai “adik” dari profesi auditor
eksternal, dengan pusat perhatian pada penilaian atas keakuratan angka-angka
keuangan. Namun saat ini audit internal telah memisahkan diri menjadi
disiplin ilmu yang berbeda dengan pusat perhatian yang lebih luas.
Audit internal modern menyediakan jasa-jasa mencakup pemeriksaan
perusahaan publik maupun privat. Aspek keuangan hanyalah salah satu aspek
saja dalam lingkup pekerjaan audit internal. Dulunya auditor internal pernah dianggap sebagai “lawan” pihak manajemen. Sekarang auditor internal
mencoba menjalin kerja sama yang produktif dengan klien melalui
aktivitas-aktivitas yang memberikan nilai tambah bagi perusahaan (Lawrence, 2009:
3).
Menurut Lawrence (2009) Arti internal audit adalah proses penilaian
yang dilaksanakan secara berurutan dan bersifat obyektif yang dilaksanakan
oleh auditor internal kepada aktivitas operasional dan kontrol yang berbeda di
dalam organisasi. Audit internal dilaksanakan untuk menetapkan apakah :
a. Informasi mengenai finansial dan operasional perusahaan sudah tepat dan
dapat dipercaya.
b. Kemungkinan hambatan yang akan dihadapi perusahaan telah diketahui
dan diminimalisasi.
c. Peraturan eksternal perusahaan dan kebijakan di internal dapat diterima
dan dipatuhi.
d. Aktivitas operasional sudah memuaskan.
e. Penggunaan sumber daya perusahaan di pakai secara efektif dan efisien.
Tujuan organisasi/ perusahaan diraih secara efektif. Hal ini di diskusikan
dengan pihak manajemen dan memberikan bantuan berupa saran kepada
6. Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal
Menurut Robert (2005: 1) bahwa fungsi audit internal berfungsi
sebagai mata dan telinga manajemen, karena , manajemen butuh kepastian
bahwa semua kebijakan yang telah ditetapkan tidak akan dilaksanakan secara
menyimpang. Sedangkan tujuan audit internal adalah membantu para anggota
organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara
efektif. Untuk hal tersebut, auditor intern akan memberikan berbagai analisis,
penilaian, rekomendasi, petunjuk dan informasi sehubungan dengan kegiatan
yang diperiksa. Tujuan pemeriksaan mencakup pula usaha mengembangkan
pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar.
Tujuan utama pengendalian intern menurut Tugiman (2006: 44)
adalah menyakinkan keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi,
kesesuaian dengan berbgai kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan ketentuan
perundang-undangan, perlindungan terhadap harta organisasi, penggunaan
sumber daya yang ekonomis dan efisien, serta tercapainya berbagai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapakan.
Ruang lingkup Audit internal yaitu menilai keefektifan sistem
pengendalian intern, pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifian
sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas
pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.
7. Tahap Pelaksanaan Audit Internal
Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatan audit internal menurut
a) Perencanaan Audit
Tahap perencanaan audit merupakan langkah paling awal dalam
melaksanakan kegiatan audit intern, perencanaan dibuat bertujuan untuk
menentukan objek yang akan diaudit/ prioritas audit, arah dan pendekatan
audit, perencanaan alokasi sumber daya dan waktu, dan merencanakan
hal-hal lainnya yang berkaitan dengan proses auditing.
Perencanaan haruslah di dokumentasikan dan harus meliputi :
1.) Penetapan tujuan audit dan lungkup pekerjaan
2.) Memperoleh informasi dasar (background information) tentang
kegiatan-kegiatan yang diperiksa
3.) Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan
audit
4.) Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu
5.) Melaksanakan survey untuk mengenali kegiatan yang diperlukan,
resiko-resiko dan pengawasan-pengawasan.
6.) Penulisan program audit
7.) Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil-hasil audit
akan disampaikan
8.) Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja audit
b) Penguji dan pengevaluasi informasi
Proses penguji dan pengevaluasian informasi adalah sebagai berikut :
1.) Dikumpulkannya berbagai informasi tentang seluruh hal yang
2.) Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan dan berguna
untuk membuat suatu dasar yang logis bagi temuan audit dan
rekomendasi-rekomendasi.
3.) Adanya prosedur-prosedur audit, termasuk tehnik-tehnik pengujian
4.) Dilakukannya pengawasan terhadap pengumpulan, penganalisaan,
penafsiran dan pembuktian kebenaran informasi
5.) Dibuat kertas kerja pemeriksaan
c) Penyampaian hasil pemeriksaan
Audit internal harus melaporkan hasil audit yang dilaksanakan yaitu :
1.) Laporan tertulis yang ditandatangani oleh ketua audit intern
2.) Pemeriksaan intern terlebih dahulu mendiskusikan kesimpulan dan
rekomendasi
3.) Laporan harus objektif, jelas, singkat, terstruktur dan tepat waktu
4.) Laporan mencantumkan berbagai rekomendasi
5.) Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan
dalam laporan pemeriksaan
6.) Pimpinan audit intern mereview dan menyetujui laporan audit
d) Tindak lanjut hasil pemeriksaan
Audit internal terus menerus meninjau/ melakukan tindak lanjut (follow
up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan-temuan pemeriksaan yang
dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat.
Audit internal harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah
manajemen senior atau dewan telah menerima resiko akibat tidak
dilakukannya tindakan korektif terhadap berbagai temuan yang dilaporkan.
8. Pengertian Pembiayaan a. Pengertian Pembiayaan
Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Perbankan Nomor
10 tahun 1998 pasal ayat 12 yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang di biayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waku yang
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Menurut Sumiyanto (2008: 165), pembiayaan adalah aktivitas
menyalurkan dana yang terkumpul kepada anggota pengguna dana.
Memilih jenis usaha yang di biayai agar diperoleh jenis usaha yang
produktif, menuntungkan, dan dikelola oleh anggota yang jujur dan
bertanggung jawab.
Secara teknis bank memberikan pendanaan atau pembiayaan untuk
mendukung investasi atau berjalannya suatu usaha yang telah direncanakan
antara kedua belah pihak dengan kesepakatan bagi hasil di dalamnya. Pada
bank konvensional kegiataan pembiayaan dikenal dengan istilah kredit.
Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
utangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga (Kasmir, 2002:
92).
Menurut Kasmir (2012: 101), secara umum dapat dijelaskan prosedur
pemberian kredit oleh badan hukum sebagai berikut :
a. Pengajuan berkas-berkas
Pengajuan berkas ini berisi antara lain sebagai berikut :
1) Latar belakang perusahaan
Berisi riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha,
identitas perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan
pendidikannya, perkembangan perusahaan dan relasinya dengan
pihak-pihak pemerintah dan swasta.
2) Maksud dan tujuan
Pembiayaan diajukan apakah untuk memperbesar omset penjualan
atau meningkatkan kapasitas produksi, atau mendirikan pabrik baru
serta tujuan lainnya.
3) Besarnya kredit dan jangka waktu
Dalam hak ini pemohon menentukan jumlah kredit yang ingin
diperoleh dan jangka waktu kreditnya. Penilaian kelayakan
besarnya kredit dan jangka waktunya dapat kita lihat dari cash flow
serta laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) tiga tahun
terakhir, jika hasil analisis tidak sesuai dengan permohonan, maka
memutuskan jumlah kredit dan jangka waktu kredit yang layak
diberikan kepada si pemohon.
4) Cara pemohon mengembalikan kredit
Penjelasan secara rinci cara nasabah dalam mengembalikan
pinjamannya apakah dari hasil penjualan atau cara-cara lain.
5) Jaminan Kredit
Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala resiko terhadap
kemungkinan macetnya suatu kredit baik ada unsur kesengajaan
atau tidak. Penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai
terjadi sengketa palsu, dan sebagainya. Biasanya jaminan di ikat
oleh asuransi tertentu.
b. Penyelidikan berkas pinjaman
Tujuan penyelidikan berkas ini adalah untuk mengetahui apakah
berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah
benar. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup,
maka nasabah di minta untuk segera melengkapinya dan apabila
sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi
kekurangan maka, sebaiknya permohonan kredit dibatalkan.
c. Wawancara I
Tahap wawancara pertama ini dilakukan dengan penyidikan
kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan
tersebut sesuai dan lengkap seperti yang bank inginkan dan
kebutuhan nasabah sebenarnya.
d. On the spot
On the spot merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan
meninjau berbagai obyek yang akan dijadikan usaha atau jaminan.
Hasil on the spot ini di cocokan dengan hasil wawancara I. Pada
saat melakukan kegiatan ini sebaiknya jangan diberitahu kepada
nasabah, agar apa yang kita lihat saat melakukan kegiatan ini
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
e. Wawancara II
Wawancara II ini mencakup perbaikan berkas, jika mungkin ada
kekurangan saat dilakukannya on the spot di lapangan.
f. Keputusan kredit.
Keputusan kredit adalah menentukan apakah kredit akan diberikan
atau ditolak.
g. Penandatanganan akad kredit dan perjanjian
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit.
h. Realisasi kredit
Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat yang
diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank
i. Penyaluran dana
Pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi
dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan
tujuan kredit sekaligus atau secara bertahap.
b. Unsur-unsur dalam Pembiayaan
Setiap pemberian pembiayaan sebenarnya jika dijabarkan secara
mendalam mengandung beberapa arti. Jadi jika kita bicara pembiayaan
maka termasuk dalam unsur-unsur yang ada di dalamnya.
Menurut Ali (2008: 46), unsur-unsur dalam pembiayaan yakni sebagai
berikut :
1. Kepercayaan
Kepercayaan yang dimaksud dalam hal ini yaitu kepercayaan yang
diberikan kepada debitur baik dalam bentuk uang, jasa maupun barang
akan benar-benar dapat diterima kembali oleh bank dalam jangka
waktu yang telah ditentukan.
2. Kesepakatan
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana
masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban. Kesepakatan
penyaluran pembiayaan dituangkan dalam akad pembiayaan yang
ditanda tangani oleh kedua belah pihak, yaitu bank dan nasabah.
3. Jangka waktu
Setiap pembiayaan yang diberikan mempunyai jangka waktu
pengambilan pembiayaan yang telah disepakati. Dapat dipastikan
bahwa tidak ada pembiayaan yang tidak memiliki jangka waktu.
4. Risiko
Dalam memberikan pembiayaan kepada perusahaan, bank tidak
selamanya mendapatkan keuntungan, bank juga bisa mendapatkan
resiko kerugian. Seperti ketika terjadinya side streaming, lalai dan
kesalahan yang di sengaja maupun penyembunyian keuntungan oleh
nasabah. Suatu resiko ini muncul karena ada tenggang waktu
pengembalian.
5. Balas jasa
Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan
atau jasa yang lebih dikenal dengan istilah bagi hasil pada lembaga
keuangan syariah. Balas jasa dalam bentuk bagi hasil dan biaya
administrasi ini merupakan keuntungan bank.
9. Pembiayaan Bermasalah
Dengan berkembangnya kegiatan perekonomian, maka akan
diperlukan adanya sumber-sumber penyedia dana guna membiayai kegiatan
usaha yang semakin berkembang tersebut. Dilihat dari dari sudut perbankan
atau lembaga keuangan yang menyediakan sumber dana yang berbentuk
perkreditan atau pembiayaan, maka kredit akan mempunyai suatu kedudukan
yang penting. Industri perbankan memiliki peran penting salah satunya adalah
menyediakan dana untuk masyarakat atau pengusaha yang memerlukan dana
Perbankan memiliki kedudukan yang penting dalam memberikan
pelayanan di bidang perkreditan. Kredit perbankan membantu tersedianya
dana untuk membiayai kegiatan produksi nasional, penyimpanan bahan,
pembiayaan kredit penjualan, transportasi barang, kegiatan perdagangan. Jika
pemberian kredit berjalan lancar, maka kegiatan perekonomian dapat
berkembang dan terus di tingkatkan.
Namun ketika pemberian kredit berkurang akan membuat kegiatan
ekonomi mengalami kelambatan. Pada umumnya pihak bank telah
menyediakan formulir kredit tertentu di sertai syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh pemohon kredit. Meskipun permohonan kredit sudah
memenuhi syarat, belum tentu pihak bank memberikan fasilitas kredit. Pihak
bank harus meneliti dan menganalisis keadaan pemohon kredit terlebih
dahulu. Dalam memberikan kredit pihak bank harus diperhatikan asas
pemberian pembiayaan atau kredit yang sehat.
Adapun prinsi-prinsip untuk melaksanakan kegiatan perkreditan
secara sehat menurut Teguh (2007: 11) meliputi :
a.) Character (penilaian watak)
Manfaat dari penilaian soal karakter ini untuk mengetahui sampai
sejauh mana tingkat kejujuran dan integrasi serta tekad baik yaitu
kemauan untuk memenuhi kewajibannya dari calon debitur. Hal ini dapat
diperoleh dari hubungan antara bank dan debitur atau diperoleh dari pihak
b.) Capacity (penilaian kemampuan)
Penilaian terhadap capacity intinya adalah penilaian terhadap
kemampuan debitur dalam bidang usahanya dan kemampuan
managerialnya. Hal ini berfungsi menilai sampai sejauh mana hasil usaha
yang diperolehnya, akan mampu melunasi tepat waktu sesuai dengan
perjanjian yang disepakati.
c.) Capital (penilaian terhadap modal)
Analisis terhadap posisi keuangan perusahaan (calon debitur secara
menyeluruh baik posisi keuangan pada masa lalu maupun masa yang
akan datang), sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon
debitur untuk membiayai usaha yang bersangkutan dan dalam prakteknya
bank tidak memberikan kredit secara utuh dari apa yang diajukan calon
debitur. Bank hanya membantu kekurangannya dari jumlah modal yang
dipunyai debitur.
d.) Collateral (penilaian terhadap jaminan atau agunan)
Yang dimaksud dengan collateral yaitu barang-barang jaminan
yang diserahkan oleh peminjam sebagai jaminan atas kredit yang
diterimanya. Fungsinya untuk antisipasi terhadap terjadinya pembiayaan
bermasalah. Calon debitur wajib memberikan dan menyediakan jaminan
yang lainnya minimal sebesar jumlah kredit yang diberikan, agar bisa
dicairkan serta dapat menutupi uang kekurangan kewajiban yang tidak
e) Condition of economy (penilai terhadap prospek usaha nasabah debitur)
Bank harus melakukan analisis keadaan pasar baik pada masa
lampau maupun pada masa akan datang karena analisis tersebut dapat
diketahui perkembangan usaha yang dibiayai oleh bank tersebut. Walaupun
tahap dalam proses pemberian kredit telah dilakukan secara hati-hati dan
telah dilakukan pengawasan dan pembinaan kredit secara
berkesinambungan, tidak semua kredit atau pembiayaan berjalan dengan
lancar. Suatu kredit atau pembiayaan bermasalah dapat digolongkan kredit
kurang lancar, diragukan, dan kredit macet. Istilah ini telah digunakan di
dunia perbankan Indonesia sebagai terjemahan problem loan merupakan
istilah yang sudah lazim digunakan di dunia internasional, sedangkan
istilah lain dalam bahasa inggris yang biasa dipai juga bagi istilah kredit
bermasalah adalah Non Perfoming Loan (Rachmadi, 2003: 259).
Pembiayaan bermasalah adalah dimana suatu pembiyaan atau kredit
yang tidak dapat kembali tepat pada waktunya. Pembiayaan bermasalah
selalu ada dalam kegiatan perkreditan bank karena bank tidak mungkin
menghindarkan kredit bermasalah. Bank hanya berusaha menekan
semaksimal mungkin besarnya pembiayaan bermasalah agar tidak melebihi
ketentuan Bank Indonesia sebagai pengawas (Mudrajat, 2002: 462).
Sebelum mengetahui tentang implikasi yang timbul bagi bank sebagai
akibat dari timbulnya pembiayaan bermasalah. Terlebih dahulu harus
dijelaskan beberapa pengertian mengenai kolektibilitas kredit berdasarkan
a) Kredit Lancar
Kredit lancar adalah kredit yang tidak mengalami penundaan
pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga. Selain itu,
dapat dikatakan kredit lancar apabila terdapat tunggakan angsuran
pokok atau bunga namun belum melampaui 3 bulan.
b) Kredit Kurang Lancar
Kredit kurang lancar adalah kredit yang pengembalian pokok
pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan
selama 3 bulan dari waktu yang diperjanjikan, namun belum
melampaui 6 bulan.
c) Kredit Diragukan
Kredit diragukan adalah kredit yang pengembalian pokok
pinjamanan dan pembayaran bunganya telah mengalami
penundaan selama 6 bulan atau atau dua kali dari jadwal yang
telah diperjanjikan.
d) Kredit Macet
Kredit macet adalah kredit yang mengembalikan pokok pinjaman
dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama
lebih dari 1 tahun dari jadwal yang telah diperjanjikan
(Dendawijaya, 2003).
Kredit bermasalah menurut ketentuan Bank Indonesia, merupakan
kredit yang di golongkan ke dalam kolektibilitas Lancar (L) , Kurang Lancar
suatu kredit ke dalam tingkat kolektibilitas kredit tertentu didasarkan pada
kriteria kuantitatif dan kualitatif. Penilaian secara kuantitatif didasarkan pada
keadaan pembayaran kredit oleh nasabah yang tercermin dalam catatan
pembukuan bank yaitu mencakup ketetapan pembayaran pokok. Bunga
maupun kewajiban lainnya. Penilaian tersebut dapat dilihat dari data historis
dari masing-masing rekening pinjaman. Penilaian secara kualitatif didasarkan
pada prospek usaha debitur dan kondisi keuangan usaha debitur. Dalam
menentukan penilaian usaha debitur yang dinilai adalah kemampuan debitur
membayar kembali pinjaman dari hasil usahanya sesuai perjanjian.
Ketentuan direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR, yang
tercantum dalam buku Mudrajat (2012: 463), kualitas aktiva produktif
(Kredit) dinilai berdasarkan tiga kriteria yaitu : berdasarkan prospek usaha,
kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur dan kemampuan
membayar. Dengan tiga kriteria tersebut kualitas kredit digolongkan menjadi
Lancar (L), Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), Macet (D).
Perhitungan untuk presentase kredit bermasalah adalah :
Non Perfoming Loan (NPL)
a. Penanganan tagihan atas angsuran tidak efektif.
c. Adanya indikasi kredit bermasalah
d. Penyelesaian kredit tidak terjadwal dengan baik.
Apabila terjadi pembiayaan bermasalah dalam aktivitas perkreditan
pada bank, maka pihak bank tidak boleh begitu saja memaksakan kepada
debitur untuk segera melunasi utangnya. Walaupun juga pihak debitur
berkewajiban mengembalikan kredit yang telah diterimanya berikut dengan
bunga sesuai yang tercantumkan dalam perjanjian awal. Untuk mengatasi
kredit bermasalah tersebut upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pihak
bank pada tahapan pertama adalah upaya penyelamatan kredit dengan syarat
apabila bank mempunyai keyakinan bahwa usaha nasabah masih mempunyai
prospek untuk berkembang.
Bekti (2006), menjelaskan beberapa tindakan penyelamatan untuk
mngatasi timbulnya kredit bermasalah adalah sebagai berikut :
1) Rescheduling (penjadwalan kembali)
Rescheduling merupakan upaya pertama dari pihak bank untuk
menyelamatkan kredit yang diberikannya kepada debitur dengan
melakukan perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal
pembayaran dana atau jangka waktunya. Cara ini dilakukan jika
ternyata pihak debitur tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya
dalam hal pembayaran kembali angsuran pokok maupun bunga
2) Reconditioning (penataan kembali)
Reconditioning merupakan usaha pihak bank untuk menyelamtkan
kredit yang diberikan dengan cara mengubah sebagian atau seluruh
kondisi persyaratan yang semula disepakati bersama pihak debitur
dan kreditur dan di tuangkan dalam perjanjian kredit. Perubahan
kondisi kredit dibuat dengan memperhatikan masalah-masalah yang
dihadapi oleh kreditur dalam pelaksanaan proyek atau bisnisnya.
3) Restructuring (penataan kembali)
Restructuring adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa
harus dilakukan bank dengan mengubah komposisi pembiayaan
yang mendasari pemberian kredit. Dalam hal ini perubahan
syarat-syarat kredit menyangkut penambahan dana, konversi seluruh atau
sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru atau konversi
maupun sebagian kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan yang
disertai dengan penjadwalan kembali atau persyaratan kembali.
4) Eksekusi
Jika usaha penyelamatan seperti diuraikan sebelumnya sudah
dicoba namun nasabah masih juga tidak mampu memenuhi
kewajibannya terhadap bank, maka jalan terakhir adalah bank
melakukan eksekusi melalui berbagai cara antara lain :
menyerahkan kewajiban kepada Badan Urusan Piutang Negara atau
Penanganan ini dapat juga dikatakan sebagai penanganan secara
litigasi melalui jalur hukum.
Berikut indikator-indikator terjadinya pembiayaan bermasalah:
1) Sisi Nasabah
a) Faktor keuangan
1. Hutang meningkat sangat tajam
2. Hutang meningkat tidak seimbang dengan peningkatan asset
3. Pendapatan bersih menurun
4. Penurunan penjualan, biaya umum dan sdministrasi meningkat
5. Perubahan kebijakan dan syarat-syarat penjualan
b) Faktor operasional
1. Hubungan nasabah dengan mitra usahannya semakin turun
2. Terhambatnya pasokan bahan baku/ bahan penolong
3. Kehilangan satu atau lebih pelanggan utama
4. Pembinaan sumber daya manusianya kurang baik
5. Tertundanya penggantian mesin dan peralatan yang sudah
ketinggalan
c) Faktor eksternal
1. Perubahan kebijakan pemerintah di sektor rill
2. Peraturan yang bersifat membatasi dan berdampak besar atas
situasi keuangan dan operasional serta manajemen nasabah
4. Perubahan teknologi yang sangat kuat dalam industri yang
diterjuni oleh nasabah
5. Meningkatnya suku bunga pinjaman
2) Sisi bank
a) Buruknya perencanaan finansial atas aktifa tetap/modal kerja
b) Pembiayaan topengan, tampilan atau fiktif
c) Kelemahan analisa penjabat pembiayaan awal proses pemberian
38 BAB III
LAPORAN OBJEK PENELITIAN
A. Profil sejarah berdirinya KSPPS BMT Al-Hikmah
KSPPS BMT Al-Hikmah adalah lembaga swadaya ekonomi masyarakat
yang tumbuh dan berkembang di wilayah kecamatan Ungaran. Lahirnya KSSPS
BMT Al-Hikmah ini diawali adanya pertemuan tokoh-tokoh masyarakat Babadan
dan sekitarnya pada tanggal 24 September 1998 di masjid Wahyu Langensari
melalui rapat yang dihadiri 30 orang yang siap menjadi anggota pendiri. Tujuan
KSPPS BMT Al-Hikmah ini untuk menciptakan sebuah lembaga perekonomian
masyarakat untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi umat Islami,
dengan sasaran utama para pedagang dan pengusaha kecil serta masyarakat umum
di Kecamatan Ungaran. Salah satu unit usahanya ialah unit simpan pinjam dengan
menggunakan sistem bagi hasil. Adapun target yang dicapai ialah terbentuknya
pusat perekonomian. Meniti keberangkatannya, KSPPS BMT Al-Hikmah mulai
beroprasi di kantor komplek pasar Babadan Blok E 26, pada tanggal 15 Oktober
1998 dengan modal awal Rp 15.000.000,- (Lima belas juta rupiah ). Modal awal
tersebut berasal dari simpanan yang disetorkan para anggota berupa simpanan
pokok, simpanan khusus, dan simpanan wajib. Pengelolaan KSPPS BMT Al-
Hikmah dipercayakan kepada empat orang yang telah mendapatkan pelatihan
Proyek Penanggulangan Pekerjaan Trampil (P3T) di asrama haji Donohudan,
Solo.
KSPPS BMT Al-Hikmah mengalami perkembangan yang cukup pesat.
dengan nominal simpanan lebih dari 6 milyar. Untuk pembiayaan yang disalurkan
juga mengalami peningkatan asset dan tentunya meningkat pula rugi laba setiap
bulannya. Sampai saat ini asset KSPPS BMT Al-Hikmah sudah mencapai Rp
23.000.000.000. Kemajuan dan perkembangan KSPPS BMT Al- Hikmah dengan
anggota berasal dari latar belakang, jenis usahanya, asal daerah yang berbeda,
pendidikan dan status sosial yang berbeda menunjukan kepercayaan kepada
masyarakat yang cukup besar terhadap keberadaan KSPPS BMT Al-Hikmah.
Pada tanggal 06 Februari 2012 resmi menempati kantor di Jl. Jend.
Sudirman No. 12 Mijen Gedanganak Unguran Timur Kab.Semarang, dipimpin
oleh 1 kepala pimpinan dan memiliki pegawai sebanyak 13 orang. KSPPS BMT
Al-Hikmah memiliki 6 kantor cabang, yakni kantor cabang yang berada di
komplek Babadan Blok E 23-25, dengan jumlah pegawai 5 orang. Kantor cabang
kedua berada di komplek terminal pasar Karangjati No. 11 Kecamatan Bergas, di
Jl. Gunungpati dengan jumlah pegawai sebanyak 3 orang dengan jumlah pegawai
sebanyak 4 orang. Kantor cabang ketiga di Jl. Telomoyo No. 07 Bandungan
dengan jumlah pegawai sebanyak 3 orang. Kantor cabang keempat berada di Jl.
Tegalpanas-Jimbaran Dusun Secang 01/01, Bawen dengan jumlah pegawai
sebanyak 4 orang. cabang kelima berada di Jl. Taman Siswa No. 13 Sekaran
Gunungpati dengan jumlah pegawai sebanyak 5 orang dan baru membuka kantor
cabang baru lagi di Kampung Ngabean RT 01 RW 04 Gunungpati dengan
B.Badan Hukum Lembaga KSPPS BMT Al-Hikmah
Berawal dari semangat bahwa KSPPS BMT AL-HIKMAH adalah milik
masyarakat, bukan milik perorangan, golongan, dan kelompok tertentu. KSPPS
BMT HIKMAH memiliki badan hukum koperasi. KSPPS BMT
AL-HIKMAH mendapatkan akte pendirian No : 047/BH/KDK.II.I/III/1999 tanggal 02
Maret 1999 dan telah mengalami perubahan Anggaran Dasar menjadi Tingkat
Jawa Tengah.
C.Tujuan dan Sasaran KSPPS BMTAl-Hikmah 1. Tujuan
a. Menyelamatkan kelompok-kelompok usaha lapisan masyarakat
kebawah dan situasi krisis ekonomi.
b. Menambah modal kerja bagi masyarakat lapisan paling bawah dan
kecil.
c. Mengembangkan kelompok usaha masyarakat agar lebih produktif.
2. Sasaran
a. Tersedianya dana permodalan untuk anggota.
b. Menghimpun dan menyalurkan kepada anggotanya yang
melaksanakan aktifitas usaha yang produktif dan prospektif kepada
para anggota.
c. Memberikan pelayanan pinjaman kepada anggotanya yang
melaksanakan usaha untuk modal kerja dengan prosedur yang
D.Visi dan Misi KSPPS BMT Al-Hikmah
Visi : Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang sehat, professional dan terpercaya di Jawa Tengah.
Misi :
1. Memperbaiki struktur permodalan.
2. Meminimalkan NPL (Non Personal Loan)
3. Meningkatkan penghimpunan dana anggota dan calon anggota.
4. Meningkatkan pendapat koperasi.
5. Menciptakan SDM yang handal dan kompeten.
6. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap koperasi.
7. Merupakan pengelolaan koperasi secara profesional.
Gambar 3.3 Struktur Organisasi BMT Al-Hikmah
Sumber : File KSPPS BMT Al-Hikmah
c. Pengurus :
Ketua : Muhari S.Ag.
Sekertaris : Ichsan Ma’arif, ST.
Bendahara : Asroti S.Pd.
d. Pengelola :
a) Kantor Pusat dan Cabang Mijen Gedanganak
1. Kepala Operasional : MD Burhanudin M, S.Pd.
2. Pengelola : Mudhofar.
Heni Fajar Rukiyanti, S.Pd.
Sayfur Rohman.
Dani Mahardika Safik.
Badi Aliana.
3. Staff Pusat : Isna Ira Setyawati, SE.
4. Umum : Nur Khasan.
b) Kantor Cabang Babadan
1. Kepala Operasional : Awing Fraptiyo, SE.
2. Pengelola : Yuni Fatmawati, SE.
Salamti Nurul Ariyani.
Nurul Huda Amrullah.
c) Kantor Cabang Karangjati
1. Kepala Operasional : Mujana.
2. Pengelola : Ahwat Adi Wibowo.
d) Kantor Cabang Bawen
1. Kepala Operasional : Supandriyo, A.Md.
2. Pengelola : Adit Tiya.
1. Kepala Operasional : Eko Susilo, SE.
2. Pengelola : Ahmad Syarifudin.
Ridwanullah
F. Job Description KSPPS BMT Al-Hikmah
a. Rapat Anggota
Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
KSPPS, rapat ini dihadiri oleh anggota, pengurus, pengawas dan tamu
undangan. Rapat anggota ini membahas tentang :
1) Kebijakan umum di bidang organisasi, manajemen dan
usaha KSPPS.
2) Pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian pengurus dan
pengawas.
3) Penyususnan rencana kerja, RAPB KSPPS serta
4) Pertanggung jawaban pengurus dalam pelaksanaan
tugasnya.
5) Pembagian hasil usaha.
6) Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran
KSPPS.
7) Perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
b. Pengurus
Tugas Pengurus :
a. Memimpin organisasi dan usaha KSPPS
b. Menyelenggarakan RAT tepat waktu
c. Terlaksananya hasil keputusan yang diamanatkan oleh RAT
d. Tercukupinya rasio modal
e. Merumuskan kebijakan umum, mengajukan Rencana Kerja
(RK) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
(RAPB) KSPPS untuk mendapat persetujuan Rapat Anggota
f. Menerima laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam pelaksanaan tugas yang
dijalankan pengelola setiap bulan.
g. Pengurus KSPPS dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat
anggota untuk masa jabatan 5 tahun dan dapat dipilih
kembali
h. Menandatangani dokumen dan surat yang berhubungan
c. Dewan Pengawas Syariah
Identitas jabatan DPS adalah sejajar dengan pengurus dan
pengawas fungsi utama jabatan adalah melakukan pengawasan
terhadap keseluruhan aspek organisasi dan usaha KSPPS sehingga
benar-benar sesuai syariah.
Tugas Pokok :
a. Memastikan produk atau jasa koperasi sesuai dengan syariah
b. Memastikan tata laksana manajemen, pelayanan sesuai dengan
syariah.
c. Terselenggaranya pendidikan anggota yang dapat mencerahkan
dan membangun kesadaran bersama sehingga anggota siap dan
konsistensi bermuamalah secara islam melalui wadah KSPPS
Tanggung Jawab :
a. Memastikan produk dan jasa KSPPS sesuai dengan syariah.
b. Memastikan tata laksana manajemen dan pelayanan sesuai
dengan syariah
c. Terselenggaranya kesadaran bersama sehingga anggota
yang dapat membangun kesadaran bersama KSPPS.
d. Tugas Pengelola
Berikut ini adalah uraian pembagian tugas masing-masing jabatan
1. Pengawas
Mengawasi jalannya operasional KSPPS, meneliti dan
membuat rekomendasi produk baru KSPPS, serta membuat
penyataan secara berkala, bahwa KSPPS yang diawasi sesuai
dengan ketentuan syariah.
Tugas Pengawas :
a. Memberikan penilaian terhadap keputusan-keputusan
kegiatan KSPPS.
b. Mengawasi dan menjaga agar pelaksanaan operasional
KSPPS sesuai dengan ketentuan, arah, dan kebijakan
yang telah ditetapkan Rapat Anggota
c. Memberi saran atau pendapat kepada pengurus dan
pengelola untuk kemajuan KSPPS
d. Melakukan pemeriksaan/ audit
e. Mebuat hasil laporan pengawasan kepada rapat anggota
f. Pengawas dipilih dari dan oleh anggota di dalam suatu
rapat anggota.
g. Jumlah Pengawas minimal 3 (tiga) orang terdiri dari
seorang ketua dan anggota-anggota.
h. Jumlah dan susunan pengawas dapat berubah sesuai
dengan perkembangan KSPPS, tetapi harus gasal dan
2. Dewan Pengurus
a. Menentukan arah kegiatan dan mengelola keseluruhan
proses KSPPS dalam rangka mengemban visi dan misi
serta pencapaian tujuan.
b. Melakukan pengawasan dan monitoring terhadap
pelaksanaan kebijakan atas pengelolaan usaha KSPPS
yang dijalankan pengelola.
c. Memproses penentuan anggota dan meneliti
berhentinya anggota untuk selanjutnya meminta
persetujuan rapat anggota.
d. Mengatur mekanisme pembinaan terhadap sistem
organisasi keanggotaan secara menyeluruh dan terpadu
antara bidang spiritual dan material.
3. General Manajer Fungsi Utama Jabatan :
a. Menjabarkan kebijakan umum KSPPS yang telah dibuat
dewan pengurus dan sudah disetujui.
b. Menyusun rencana kerja dan anggaran , proyeksi,
financing dan financing yang kemudian disampaikan
kepada dewan pengurus untuk mendapat persetujuan
RAT.
c. Menyetujui penyaluran dana sesuai dengan batas
4. Manajer
Fungsi Utama Jabatan :
a. Memimpin usaha KSPPS di wilayah kerjanya sesuai
dengan tujuan dan kebijaksanaan umum yang telah
ditentukan KSPPS.
b. Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
seluruh aktivitas lembaga meliputi penghimpunan dana
dari anggota dan lainnya serta penyaluran dana yang
merupakan kegiatan utama lembaga serta
kegiatan-kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan
aktivitas utama tersebut dalam upaya mencapai target.
c. Melindungi dan menjaga asset perusahaan yang berada
dalam tanggung jawabnya.
d. Membina hubungan dengan anggota, calon anggota, dan
pihak lain dengan tujuan untuk mengembangkan
pelayanan yang lebih baik.
e. Membina hubungan kerjasama eksternal dan internal,
baik dengan lingkungan sekitarnya maupun secara
internal dengan seluruh pengelola, demi meningkatkan
produktifitas usaha.
a. Memastikan analisis pembiayaan telah dilakukan
dengan tepat dan lengkap sesuai dengan kebutuhan dan
mempresentasikan dalam rapat komite.
b. Membantu terselesaikannya pembiayaan bermasalah
c. Melihat peluang dan potensi pasar yang ada dalam
upaya pengembangan pasar
d. Melakukan monitoring atas ketetapan alikasi dana serta
ketetapan angsuran pembiayaan mitra.
6. Manager Pemasaran Tugas Pokok :
a. Menyusun rencana bisnis, strategi pemasaran dan
rencana tindakan berdasarkan target yang harus di
capai.
b. Menyusun rencana kerja dan strategi rektrukturasi
berdasarkan target yang ditetapkan.
c. Membina hubungan dengan anggota atau calon anggota
yang terdapat di wilayah kerja KSPPS.
d. Memandu pelaksanaan aktivitas pemasaran, aktivitas
produk-produk dan pencairan anggota baru yang
potensional untuk seluruh produk.
7. Teller