BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Stakeholder
Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder dan
melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi
tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka. Organisasi
akan memilih secara sukarela mengungkapkan informasi tentang kinerja
lingkungan sosial dan intelektual mereka, melebihi dan di atas permintaan
wajibnya, untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui
oleh stakeholder (Ulum, 2016).
Teori stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder
yang dianggap powerfull. Kelompok stakeholder ini yang menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan atau tidak
mengungkapkan suatu informasi dalam laporan keuangan. Kelompok
stakeholder tersebut meliputi pemegang saham, karyawan, pelanggan,
pemasok, kreditor, pemerintah, dan masyarakat. Tujuan teori stakeholder
antara lain adalah untuk menolong manajer dalam meningkatkan nilai
perusahaan dari perusahaan dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi
menjalankan hubungan intellectual capital dengan kinerja perusahaan. Teori stakeholder menyatakan value added adalah ukuran yang lebih
akurat yang diciptakan oleh stakeholder (Lestari, dkk, 2016). 2. Resources Based Theory (RBT)
Teori ini muncul karena adanya pertanyaan mengenai mengapa
sebuah perusahaan dapat mengungguli perusahaan lain dan mempunyai
kinerja superior yang berkelanjutan. Kumpulan sumber daya yang unik
yang dimiliki dan dikendalikan perusahaan memungkinkan perusahaan
untuk mencapai dan mempertahankan kinerja superior yang berkelanjutan.
Sumber daya yang unik yang dimaksud dalam RBT adalah sumber daya
yang bernilai (valuable), langka (rare), tidak dapat ditiru (inimidate), dan tidak tergantikan (non-subtituatable). Jenis sumber daya ini dapat
mengantarkan perusahaan pada pencapaian keunggulan kompetitif
(Widyaningdyah dan Aryani, 2012).
Resources Based Theory adalah teori yang membahas bagaimana perusahaan dapat mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang di
miliki. Pengelolaan sumber daya seperti karyawan (human capital), aset
fisik (physical capital) maupun structural capital akan menciptakan value
added bagi perusahaan sehingga dapat berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan (Faradina dan Gayatri, 2016).
Resources Based Theory menyatakan bahwa perusahaan memiliki
sumber daya yang dapat menjadikan perusahaan memiliki keunggulan
jangka panjang yang baik. Resource yang berharga dan langka dapat diarahkan untuk menciptakan keunggulan bersaing, sehingga resource
yang dimiliki mampu bertahan lama dan tidak mudah ditiru, ditransfer atau
digantikan (Ulum, 2016).
RBT sangat tepat untuk menjelaskan penelitian tentang intellectual capital, terutama dalam konteks hubungan antara kinerja intellectual
capital dan kinerja perusahaan (Lestari, dkk, 2016). 3. Intellectual Capital
Intellectual capital (IC) adalah tentang aktivitas maanjer yang
dapat diatribusikan dalam upaya atas nama perusahaan. Aktivitas-aktivitas
tersebut seringkali terkait dengan pengembangan karyawan,
restruktrurisasi organisasi, dan pengembangan aktivitas pemasaran (Ulum,
2016).
Intellectual capital merupakan aset tidak berwujud, termasuk
informasi dan pengetahuan yang di miliki badan usaha yang harus dikelola
dengan baik untuk memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
Intellectual capital mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah (Faradina dan
Gayatri, 2016).
Intellectual Capital dalam pandangan teori stakeholder dianggap sebagai kapabilitas organisasi untuk menciptakan, melakukan transfer, dan
mengimplementasikan pengetahuan. Selain itu, teori ini menganggap
informasi mengenai keuangan saja tetapi juga informasi mengenai
non-keuangan. Di dalam laporan keuangan tahunan perusahaan dua jenis
informasi yang disediakan, yaitu informasi yang bersifat wajib
(mandatory) dan informasi yang bersifat sukarela (voluntary). Salah satu
informasi sukarela (voluntary) adalah informasi mengenai modal intelektual (intellectual capital). Informasi tersebut mengungkapkan adanya suatu value added yang dimiliki oleh perusahaan akibat adanya
pengelolaan dari intellectual capital itu sendiri (Simarmata dan Subowo, 2016). Bonis dalam Ullum (2016) menyatakan bahwa secara umum, para
peneliti mengidentifikasi tiga klompok utama dari intellectual capital
yaitu:
a) Human Capital Efficiency (HCE)
Human Capital Efficiency (HCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal manusia. HCE merupakan rasio dari Value Added (VA)
terhadap Human Capital (HC). Hubungan ini mengindikasikan
kemampuan modal manusia membuat nilai pada sebuah perusahaan.
HCE dapat diartikan juga sebagai kemampuan perusahaan
menghasilkan nilai tambah setiap rupiah yang dikeluarkan pada modal
manusia. HCE menunjukkan berapa banyak Value Added (VA) dapat
dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja (Ulum,
2016).
mengelola sumber daya manusia secara maksimal sehingga
menghasilkan tenaga kerja berkualitas yang pada akhirnya akan
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan (Ulum, 2016). Sumber
daya manusia atau karyawan merupakan asset strategic perusahaan
yang dapat meningkatkan kualitas perusahaan. Human capital (modal manusia) mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk
menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki
orang-orang dalam perusahaan tersebut (Prames-tiningrum, 2013).
b) Structural Capital Value Added (SCE)
Structural Capital Efficiency (SCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal struktural. SCE merupakan rasio dari SC terhadap
VA. Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana
keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Ullum,2016).
SCE menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai SCE merupakan rasio dari SC terhadap VA. Rasio ini
mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah
dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. Artinya, semakin besar kontribusi HC dalam value
creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut (Pramudita, 2012).
mendukung karyawannya untuk menghasilkan kinerja intelektual yang
optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem
operasional perusahaan, proses manufacturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang
dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan (Fajarini dan Firmansyah,
2012).
c) Capital Employed Efficiency (CEE)
VACE adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu
unit dari physical capital/capital employed (CE). CEE merupakan
rasio dari VA terhadap CE. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang
dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi. Pulic meng-asumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan return yang
lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka perusahaan tersebut
dapat dikatakan telah memanfaatkan CE (dana yang tersedia) sebagai
bagian dari intellectual capital yang lebih . Kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya berupa capital asset yang jika dikelola dengan baik dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan
merupakan bagian dari modal intelektual perusahaan tersebut (Ulum,
2016).
Dengan demikian, elemen dari intellectual capital dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu pengetahuan yang berhubungan
berhubungan dengan perusahaan (structural capital). Kategori tersebut membentuk suatu Intellectual Capital bagi perusahaan. Sehingga
modal intelktual didefinisikan sebagi sumber pengetahuan dalam
bentuk karyawan, pelanggan, hubungan perusahaan dengan pihak luar,
dan teknlogi yang digunakan dalam proses penciptaan nilai perusahaan
(Susanti, 2017).
4. Intellectual Capital Disclosure
Intellectual capital disclosure Indonesia (ICD-In)
dikembangkan oleh Ulum (2015). ICD-In adalah jumlah
pengungkapan informasi tentang intellectual capital yang disajikan dalam laporan tahunan perusahaan. Intellectual capital disclosure
diperlukan untuk mengurangi asimetri informasi sehingga membantu
investor untuk memutuskan tujuan investasinya. Pengungkapan
meliputi ketersediaan informasi keungan dan non keuangan berkaitan
dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan
sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan
(Faradina dan Gayatri, 2016).
Perusahaan yang melakukan intellectual capital disclosure
akan menciptakan value added. Intellectual capital disclosure
memberikan gambaran keseluruhan perusahaan kepada investor,
karena informasi keuangan saja tidak cukup menggambarkan seluruh
perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki dan
menciptakan nilai tambah bagi perusahaan demi kepentingan
stakeholders. Selain itu, semakin tinggi intellectual capital disclosure
maka perusahaan akan dinilai investor sebagai perusahaan yang
kredibel atau dapat dipercaya. Meningkatnya kepercayaan investor
diyakini akan meningkatkan permintaan saham perusahaan dan
penilaian pasar terhadap perusahaan (Sheila dan Linda, 2016).
5. Pengukuran Intellectual Capital
Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokan
menjadi dua kategori, pengukuran non-monetary dan pengukuran
monetary. Berikut adalah daftar ukuran intellectual capital yang berbasis nonmonetary dan monter (Tan et. al, 2007 dalam Ullum,
2016).
Non-Monerary:
a. The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992).
b. Brooking’s Technology Broker mthod (1996).
c. The Skandia IC Report Method oleh Edvinssion dan Malone (1997).
d. The IC-index dikembangkan oleh Roos et. al., (1997) e. Intangible Asset Monitor Approach oleh sveiby (1997).
h. The Ernst & Young Model (barsky dan Marchant, 2000) Monetary:
a. The EVA dan MVA model (Bontis et. al., 1999). b. The market-to-book Value model (beberapa penulis).
c. Tobin’s Q method (Luthy, 1998). d. Pilic’s VAICTM model (1998, 2000).
e. Calculaded intangible value (Zinkowski, 2000).
f. The knowledge capital earning model (Lev and Feng, 2001). 6. Value Added Intellectual Capital Coefficient (VAICTM)
Value Added Intellectual Capital Coefficient (VAICTM) adalah sebuah metode yang dikemabngkan oleh Pulic et al. (1999) dalam Ullum (2016) di Intellectual Capital Research Center Australia dengan
tujuan untuk menyajikan informasi tentang value creation efficient dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tak berwujud (intangible asset)
yang dimiliki oelh perusahaan. VAICTM menggunakan laporan
keuangan perusahaan untuk menghitung koefisien efisiensi dalam tiga
indicator yaitu humancapital efficienct (HCE), capital employed
efficiency (CEE), structural capital efficiency (SCE).
Perhitungan dimuali dengan kemampuan perusahaan dalam
menciptakan nilai tambah (value added). Value added dianggap sebagai indicator paling objektif dalam penciptaan nilai (value
tinggi menunjukan tingkat effsiensi yang tinggi dalam penggunaan
modal perusahaan. Output (OUT) menunjukkan revenue dan
mencakup seluruh produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan untuk
dijual di pasar, sedangkan Input (IN) mencakup seluruh beban yang
digunakan dalam memproduksi barang dan jasa dalam rangka
memperoleh revenue kecuali beban karyawan (labor expenses) karena karyawan berperan penting dalam proses penciptaan nilai (Thaib,
2013).
1. Value Added of Capital Employed (VACA)
Value Added Capital Employed (VACA) merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya berupa
capital asset yang jika dikelola dengan baik dapat meningkatkan
kinerja keuangan VACA menunjukkan kontribusi yang dibuat
oleh setiap unit dari capital employed terhadap value added
organisasi mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari capital employed (CE) mampu menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan lainnya, itu berarti perusahaan berhasil
memanfaatkan CE-nya dengan lebih baik. Berdasarkan konsep
RBT, agar dapat menciptakan nilai tambah, perusahaan
membutuhkan sebuah kemampuan dalam pengelolaan aset baik
aset fisik maupun aset intelektual. VACA merupakan bentuk dari
kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang
perusahaandapat meningkatkan nilai perusahaan (Ullum dkk,
2016).
2. Value Added Human Capital (VAHU)
Value Added Human Capital (VAHU) menunjukkan berapa
banyak value added dapat dihasilkan dengan dana yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja. Menurut Tan et. al., (2007) VAHU mengindikasi kemampuan human capital dalam meciptakan value
added dalam perusahaan. Human capital merupakan individual knowledge stock suatu organisasi yang tercermin dari
karyawannya. (Human capital (modal manusia) mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan dalam menghasilkan solusi
terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki (Wijaya, 2017.
3. Structural Capital Value Added (STVA)
Structural Capital Value Added (STVA) merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas
perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan
untuk menghasilkan kinerja bisnis dan kinerja intelektual yang
optimal secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional
perusahaan, proses manufacturing, budaya organisasi,
filosofimanajemen dan semua bentuk intellectual property yang
dimiliki perusahaan.Menurut Ulum, (2008) structural capital
meliputi seluruh nonhuman storehouse of knowledge dalam organisasi, seperti: database, organizational charts, process
perusahaan lebih besar dibandingkan nilai materialnya. Structural
capital perusahaan terdiri dari empat elemen, yaitu:
a. System, merupakan cara dimana proses organisasi dan output dijalankan.
b. Structure, merupakan penyusunan tanggung jawab dan penghitungan yang mendefinisikan posisi dan hubungan
diantara anggota-anggota organisasi.
c. Strategy, merupakan tujuan-tujuan organisasi dan cara untuk mencapainya.
d. Culture, merupakan penjumlahan opini-opini individual, pemikiran bersama, nilai-nilai dan norma dalam organisasi.
STVA mengukur jumlah structural capital yang
dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari value added dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan structural capital
dalam penciptaan nilai. Semakin besar kontribusi human capital
dalam value creation semakin kecil kontribusi structural capital.
Pulic, (1998) menyatakan bahwa structural capital adalah selisih
antara value added dan human capital (Putri, 2017).
7. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan suatu perusahaan yang dianalisis denga alat-alat analisis
keuangan, sehingga dapat diketahui baik buurknya keadaan keuangan
dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang apda
laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Kinerja keuangan
mencerminkan kemampuaan perusahaan dalam mengelola dan
mengalokasikan sumber dayanya. Kinerka keuangan mengukur kinerja
perusahaan dalam memperoleh laba dan nilai pasar. Ukuran kinerja
yang umum digunakan yaitu ukuran kinerja keuangan, kinerja
keuangan perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang
dikeluarkan secara periodic yang menggambarkan keuangan
perusahaan. Ukuran kineja biasanya diwujudkan dalam profitabilitas,
pertumbuhan dan nilai pemegang saham (Suryaningsih, 2012).
Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin
dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggtanya.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi
manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur
karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik suatu
pihak internal maupun eksternal (Sudibya dan Restuti, 2014).
Variabel kinerja keuangan digunakan untuk mengetahui hasil
tindakan yang telah dilakukan di masa lalu. Selain itu, ukuran
keuangan tersebut dilengkapi dengan ukuran nonkeuangan tentang
keputusan konsumen, produktifitas, dan komitmen perusahaan untuk
menentukan kinerja keuangan perusahaan dimasa yang akan datang
Bahwa kinerja keuangan merupakan salah satu factor yang
menunjukan efektifitas dan efesiensi suatu organisasi dalam rangka
mencapai tujuannya. Kinerja keuangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah return on equity. ROE merupakan salah satu dari
rasio profitabilitas yang mengukur efisiensi perusahaan dalam
menghasilkan profit dari setiap uang yang diinvestasikan oleh
pemegang saham. Semakin besar ROE menunjukan kinerja yang
semakin baik karena tingkat pengembalian yang sangat besar dalam
(Astari dan Isnurhadi, 2015)
8. Nilai Perusahaan
Dalam nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar
percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini, namun pada
prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Dimana nilai
perusahaan merupakan harga yang tersedia dibayar oleh calon pembeli
apabila perusahaan tersebut dijual, semkain tinggi nilai perusahaan
semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik
perusahaan. Kemakmuran pemegang saham dpaat meningkatkan
keakmuran pemegang, saham secara tidal langusng perusahaan harus
berusaha agar dapat meningkatkan harga saham perusahaan
(Mahendra, et.al.,2012).
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap
perusahaan yang sering dikaitkan harga saham. Harga saham yang
harga yang terjadi pada saat saham diperdagangkan di pasar. Hal ini
bisa dibuktikan dengan adanya perusahaan-perusahaan yang go public
di Bursa Efek Indonesia yang melakukan stock split (memecah saham). Itulah sebabnya harga saham harus dapat di buat seoptimal
mungkin.Artinya harga saham tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu
rendah. Harga saham yang terlalu murah dapat berdampak buruk pada
citra perusahaan dimata investor. Ada beberapa konsep dasar penilaian
yaitu: (1)Nilai ditentukan untuk suatu waktu atau periode tertentu.
(2)Nilai harus ditentukan pada harga yang wajar. (3)Penilaian tidak
dipengaruhi oleh kelompok pembeli tertentu (Sunarsih dan Mahendra,
2012).
Investor menggunakan rasio keuangan untuk mengetahui nilai
pasar perusahaan. Rasio tersebut memberikan indikasi bagi perusahaan
mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan di masa lalu
dan prospeknya di masa depan. Dalam penelitian ini, nilai perusahaan
diukur menggunakan Price-to- Book Value (PBV). Menurut Husnan. S dan Pudjiastuti, (2006:258) PBVmerupakan perbandingan antara harga
pasar dan nilai buku. Untuk perusahaanperusahaan yang berjalan
dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang
menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya.
Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para
investor dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di
PBV menggambarkan penghargaan pasar terhadap nilai buku
saham suatu perusahaan. Penghargaan pasar merupakan bentuk
kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan dan dapat
menggambarkan kondisi perusahaan di masa datang. Naik turun nilai
perusahaan dipengaruhi oleh nilai buku perusahaan dan kemampuan
perusahaan dalam menciptakan nilai. Sedangkan nilai buku merupakan
nilai dari kekayaan, hutang, dan ekuitas perusahaan berdasarkan
pencatatan historis dan biasanya tercantum dalam neraca (Putra, 2012).
Menurut Susanti (2016) rasio PBV mempunyai beberapa
keunggulan sebagai berikut:
a. Nilai buku mempunyai ukuran nilai yang relatif stabil yang
diperbandingkan dengan harga pasar. Investor dapat
menggunakan PBV sebagai perbandingan harga pasar.
b. Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk
semua perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara
perusahaan-perusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya
under atau overvaluation.
c. Perusahaan-perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa
dinilai dengan menggunakan PER dapat dievaluasi dengan
menggunakan PBV. PBV bertujuan untuk mengukur selisih
antara nilai perusahaan dengan nilai bukunya. Jika selisih
maka menandakan terdapat nilai tersembunyi (hidden value) di dalam laporan keuangan perusahaan.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitia terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian
ini. Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan variabel intellectual
capital, return on equity, earning per share dan nilai perusahaan dapat dilihat. pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Pernelitian Variabel Pernelitian Hasil Penelitian 1. Diva Cicilya
Nunki Arun Sudibya dan
MI Mitha
Dwi Restuti (2014).
Pengaruh modal
inteleectual
terhadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel
intervening.
Variabel
dependen: Nilai Perusahaan Variabel Independen: Pengaruh Modal
Intellectual Capital
Variabel
Intervening :
Kinerja Perusahaan
Modal intellectual capital
berpenagruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Terdapat pengaruh
baik langsung
maupun tidak
langsung antara
modal intellectual capital dengan nilai perusahaan. 2. Yeterina dan
Nugrahanti (2015)
Pengaruh modal
intellectual
pada nilai
perusahaan perbakan yang go public di
bursa efek
indoensia. (Vol.2. 2012)
Variabel
dependen: Nilai Perusahaan Variavel independen: Modal Intellectual Capital
PLS terdapat
pengaruh IC
(VAIC) terhadap kinerja keuangan perusahaan selama dua tahun.
No Nama Peneliti Judul Pernelitian Variabel Pernelitian Hasil Penelitian Cahyadi Putra (2012) Modal Intellectual
Pada Nilai
Perusahaan Perbankan
yang Go
Public di
Bursa Efek
Indonesia.
dependen : Nilai Perusahaan (PVB). Variabel
independen :
Intellectual Capital (Human Capital (HC),
Struktur Capital
(SC), Customer Capital (CC).
berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
Pengelolaan dan
pengguan modal
intellectual (IC)
secara efektif
terbukti mampu
meningkatkan niali perusahaan
yang dalam
penelitian ini
diukur dengan
rasio price to book value (PBV).
4. Rhoma
Simarmata Subowo (2016). Pengaruh Intellectual capital terhadap kinerja
keuangan dan nilai
perusahaan perbankan indonesia.
Variabel
dependen: Nilai Perusahaan (PVB). Variabel
independen :
Intellectual Capital Variabel Intervening: Kinerja Keuangan (ROA). VAICTM berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROA)
Capital Employed Efficiency (CEE) dinyatakan
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.
Sama halnya
dengan CEE,
Human Capital
Efficiency (HCE) juga berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan., Structural Capital Efficiency (SCE) negatif terhadap kinerja keuangan
(ROA). Capital
Employed
Efficiency (CEE)
dan Structural
Capital Efficiency (SCE) dinyatakan
No Nama Peneliti Judul Pernelitian Variabel Pernelitian Hasil Penelitian berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sementara Human Capital Efficiency (HCE)
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 5. Lita Astari
dan Isnurhadi (2015) Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Mediator Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia
Variabel
dependen : Nilai Perusahaan (PVB). Variabel
independen :
Intellectual Capital
(HCE,CEE,SCE) Variabel
Intervening :
Kinerja Keuangan (ROE).
Variabel
independen yang terdiri dari Human Capital Efficiency
(HCE), Capital
Employed
Efficiency (CEE),
Structural Capital Efficiency (SCE), hanya HCE yang berpengaruh signifikan
terhadap kinerja
keuangan yang
diproksikan oleh
Return On Equity
(ROE) dan nilai perusahaan berupa
Price to Book Value (PBV). 6. Florentina
dan Yeterin (2015). Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Perusahaan. Variabel
dependen :
Kinerja Perusahaan (ROE,ATO,) dan PVB.
Variabel
dependen :
Intellectual Capital (HC, SC, RC).
Terdapat
pengaruh IC
(VAIC) terhadap
nilai pasar
perusahaan selama dua tahun
2010-2011. Dalam
penelitian ini dari tiga indicator IC
(VAIC), VACA,
STVA, yang lebih dominan
membentuk
variabel IC
No Nama Peneliti Judul Pernelitian Variabel Pernelitian Hasil Penelitian perusahaan manufaktur, sedangkan
indicator VAHU
tidak valid untuk
mengukur IC
(VAIC). Hal ini menunjukan perusahaan
manufaktur lebih menekankan pada pengelolaan
physical asset.
7. Wahyu
Widarjo (2013). Pengaruh Modal Intelektual Dan Pengungkapan Modal Intelektual
Pada Nilai
Perusahaan. Variabel dependen: Nilai Perusahaan. Variabel
independen :
Modal
Intellectual dan Pengungkapan Modal
Intellectual.
pengungkapan modal intelektual berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan setelah penawaran
umum saham
perdana. Semakin tinggi
pengungkapan modal intelektual
maka semakin
tinggi nilai
perusahaan. Perluasan pengungkapan modal intelektual akan mengurangi asimetri informasi
antara pemilik
lama dengan calon investor, sehingga
membantu calon
investor dalam
menilai saham
perusahaan dan
dapat melakukan analisis yang tepat mengenai prospek
perusahaan di
No Nama Peneliti Judul Pernelitian Variabel Pernelitian Hasil Penelitian datang.
8. Susanti (2016) Pengaruh Intellectual Capital TerhadapNilai Perusahaan Perbankan Di
Bei Periode
2013-2015. (Vol. 02 No. 02, Juli 2016).
Variabel
dependen : Nilai Perusahaan Variabel
independen :
Intellectual Capital (human capital,
structural
capital, customer capital)
Intellectual
Capital yaitu
VACA, VAHU
dan STVA,
dimana indikator
VACA yang
paling dominan
dalam membentuk variabel
Intellectual
Capital (VAICTM) dalam perusahaan
perbankan. Hal
tersebut menunjukkan
bahwa dalam
kegiatan opersional perusahaan perbankan
tampaknya masih didominasi oleh penggunaan aset fisik dan keuangan untuk
meningkatkan kinerja keuangan
serta nilai
perusahaan. Dan
Proksi Tobin’s Q
yang bisa
mengukur Nilai
Perusahaan dengan baik. 9. Dalia
Streimikiene, Aida
Navikaite,
And Vytis
Varanavicius (2016
Company’s Value
Creation Via Customer Satisfaction and Environmental Sustainability Influence nilai, lingkungan keberlanjutan, kepuasan pelanggan.
Studi adalah: 1) menganalisis nilai
pembalap dan
menyelidiki
kendala dan
No Nama Peneliti Judul Pernelitian Variabel Pernelitian Hasil Penelitian Vol. 12, No. 4
(2016), 19-28.
penilaian, 3)
menganalisis kelestarian lingkungan,
4) untuk
menyelidiki
konsep kepuasan
pelanggan yang
menggabungkan model konseptual kontemporer. 10. Elisabeth
Feimianti (2014)
Value
Creation of Intellectual Capital: Financial Performance Analyses in Indonesian Publicly-Listed Consumer Goods Industry
(Vol. 3, 2014).
modal manusia, modal
intelektual, nilai
pasar, nilai
akuntansi, kinerja keuangan,
industri barang konsumsi.
Data tersebut
semata-mata
diperoleh dari
laporan keuangan independen
perusahaan
consumer goods
yang terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia.
Penelitian ini
mengharapkan untuk memberikan bukti finansial
mengenai modal
intelektual di
perusahaan-perusahaan di
Indonesia, termasuk memperhatikan ramuannya dalam memaksimalkan ibu kota paling potensial terhadap survivabilitas.
11. Olivia Sirapanji Dan Saarce Elsye Hatane
Pengaruh Value Added Intellectual Capital Terhadap Kinerja Variabel dependen: Kinerja
keuangan dan
nilai pasar Variabel
HCE, SCE,
dan CEE bernilai positif signifikan terhadap
No Nama Peneliti Judul Pernelitian Variabel Pernelitian Hasil Penelitian Keuangan Dan
Nilai Pasar Perusahaan Khususnya Di Industri
Perdagangan
Jasa Yang
Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia Tahun 2008 – 2013
independen:
Intellectual capital
perusahaan.
Berikutnya yang menjadi catatan adalah
berdasarkan uji
R2, konstruk
HCE, SCE, dan
CEE terhadap
variabel dependen profitabilitas dan nilai pasar perusahaan
12. Nindya Mawarni Pambudi dan Andayani (2017).
Pengaruh Modal Intelektual
Dan Indeks
Pengungkapan Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan Variabel: modal intelektual, indeks pengungkapan modal
intelektual, nilai perusahaan.
Modal
intelektual (VAIC) berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan Indeks pengungkapan modal intelektual (ICD)berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan .
C. Kerangka pemikiran
1. Pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap kinerja keuangan (ROE)
Capital employed efficiency (CEE) menggambarkan seberapa banyak value added yang digunakan dari modal fiisk yang digunakan. Perusahaan akan terlihat lebih baik dalam memanfaatkan CE (Capital
Employed) jika 1 unit dari CE mengasilkan return lebih besar. CEE diperoleh apabila modal ynag digunakan lebih sedikit dapat menghasilakn
diiringi pula dengan penjualan yang semakin meningkat lagi (Muna dan
Prastati, 2014).
Berdasarkan koteks tersebut, perusahaan perlu mengembangkan
strategi untuk dapat bersaing dipasaran. Pada prinsipnya, sustainable dan
kapabilitas suatu perusahaan didasarka pada IC, sehingga seluruh sumber
daya yang dimiliki dapat menciptakan value added (nilai tambah) (Thaib, 2013).
Hasil analisis regresi berganda menunjukan variabel dependen
Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital
(VAHU), dan structural capital value added (STVA), mempunyai penagruh secra positif terhadap terurn on asset (ROA) pada 4 bank pemerintah. Hal ini dibuktikan dari adaya pengujian hipotesis secara
parsial, dimana nilai terhitung untuk variabel VAICTM lebih besar dadri
t-tabel (Thaib, 2013).
2. Pengaruh Human Capital Efficiency (HCE) Terhadap Kinerja Keuangan (ROE).
Komponen VAIC erat hubungannya dengan dengan sumber daya
intelektual pada perusahaan, maka dari itu apabila komponen VAIC
meningkat, maka akan ikut mempengaruhi permintaan atas saham yang
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh (Sudibya dan
Restuti, 2015) modal intellectual terbukti berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan, hasil penemuan ini mengindikasikan bahwa sekain besar
efisien perusahaan mengelola suber daya intelltual (structural capital
efficiency) yang dimiliki perusahaan akan mmberikan hasil meningkat
yang ditunjukan dari peningkatan kinerja keuangan perusahaan (Mahendra
dan Sunarsih, 2012)
3. Pengaruh Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap kinerja keuangan (ROE)
Return on equity (ROE) merupakan salah satu rasio keungan yang digunakan untuk mengetahui nilai perusahaan, apabila laba dari tota
ekuitas pemegang saham yang diukur dengan return on equity (ROE)
meningkat, maka nilai perusahaan juga ikurt meningkat. Semakin tinggi
kinerja keuangan yang biasanya dilihat dengan rasio keuangan, maka
semakin tinggi pula nilai perusahaan. Melalui rasio-rasio keuangan
tersebut dapat dilihat tingkatkeberhasilan manajemen perusahaan
mengelola aset dan modal yang dimilikinya untuk memaksimalkan nilai
perusahaan (Sudibya dan Restuti, 2014).
Structural capital menunjukan kontibusi dalam penciotaan nilai.
SCE merupakan rasio dari SC terhadap VA. Rasio ini mengukur jumalah
SC yang dibutuhkan untuk mengasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan
semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin
kecil kontribusi SC dalam hal tersebut (Firmansyah, 2012).
Menurut Sudibya dan Restuti (2014) menguji secara empiris
tentang pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan dan
menguji tentang penagruh langsung atau penagruh tidak langsung antara
modal intelektual capital terhadap nilai perusahaan. Modal intelektual
terbukti berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil
temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin efisiensi
perusahaan mengelola sumber daya intelektual (physical capital, human
capital, dan structural capital) yang dimiliki perusahaan akan memberikan
hasil yang meningkat yang ditunjukan dari peningkatan kinerja keuangan
perusahaan (ROE) (Sunarsih dan Mahendra, 2012).
4. Pengaruh Intellectual Capital Disclosure (ICD) Terhadap kinerja keuangan (ROE)
Menurut Intellectual capital sekarang ini dianggap sebagai faktor kesuksesan bagi suatu organisasi dan karenanya akan semakin menjadi
perhatian dalam kajian strategi organisasi dan strategi pembangunan.
Definisi Intellectual Capital Disclosure (ICD) sendiri telah diperdebatkan dengan seru diantara para ahli dalam berbagai literatur. Laporan keuangan
digunakan untuk tujuan umum (General Purpose FinancialReporting) sebagai dasar, sehingga dapat dikatakan bahwa Intellectual Capital
Legitimacy theory mendorong perusahaan untuk melakukan
pengungkapan sukarela sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban
terhadap kontrak sosial yang dimiliki antara perusahaan dengan komunitas
disekitarnya. Perusahaan cenderung melakukan pengung-kapan informasi
melalui disclosure ketika muncul kebutuhan khusus untuk meningkatkan
legitimasinya. Kebutuhan ini muncul ketika modal fisik yang dimiliki
perusahaan, yang biasanya merupakan symbol kesuksesan pada ekonomi
tradisional, ternyata kurang kuat dalam memberikan status legitimasi bagi
perusahaan (Pangestu dan Wijaya, 2014).
Beberapa penelitian terkait pengaruh tingkat pengungkapan modal
intelektual terhadap kinerja perusahaan. Dari penelitian yang dilaukan
oleh Aida dan Rahmawati (2015), ditemukan pengungkapan modal
intelektual berpengaruh terhadap kinerja perusahaan Jadi, dengan
mengungkapkan modal atas intelektualnya perusahaan dapat
meningkatkan kinerja perusahaannya .
5. Pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE) Terhadap Nilai
Perusahaan
Dengan memiliki keunggulan kompetitif , maka persepsi pasar
terhadap nilai perusahaan akan meningkat karena diyakini bahwa
perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif mampu bersaing dan
bertahan di lingkungan bisnis yang dinamis (Susanti, 2016).
Berdasarkan hasil pengujian Partial Least Square (PLS) bahwa
Hasil pengujian hipotesis ternyata mampu mendukung Resource Based
Theory yang dikemukaan oleh Pulic (1998) dalam Ullum (2016) yang
menaytakan bahwa sumber daya yang dimiliki perusahaan berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai
perusahaan .
Adanya pengaruh tidak langsung signifikan intellectual capital
dalam nilai perusahaan karena dalam penelitian ini hanta VACA yang
signifikan membentuk konstruk intellectual capital (VAICTM). Hal ini
menunjukan bahwa capital employed yang dimilikinya dalam menciptakan
value added (Susanti, 2016).
6. Pengaruh Human Capital Efficiency (HCE) Terhadap Nilai
Perusahaan
Para stakeholder akan lebih menghargai perusahaan yang
memiliki intellectual capital yang unggul dari pada perusahaan lain,
karena intellectual yang unggul akan membantu perusahaan untuk
memenuhi kepentingan seluruh stakeholder. Dalam usaha penciptaan nilai
(value creation) diperlukan pemanfaatan seluruh potensi sumber daya
yang dimilki perusahaan. Potensi tersebut meliputi (huma capital, physical
capital,dan structural capital) . Value Added yang dihasilkan dari proses
value creation akan menciptakan hubungan kompetitif bagi perusahaan
(Yuskar dan Novita, 2014).
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Astari dan
(price book value) memperoleh hasil yang sangat signifikan. Diamana
secara langsung penagruh HCE terhadap PVB dengan p-value 0,045 lebeih
kecil dari 0.05. hal ini dimaknai bahwa semakin besar jumlah Human
Capital Efficiency (HCE) memberikan kontribusi terhadap peningkatan
laba total ekuitas pemegang saham yang tercermin melaui ROE.
7. Pengaruh Structural Capital Efficiency (SCE) Terhadap Nilai
Perusahaan
Secara teori., kekayaan intelektual yang dikelola secara efisien oleh
perusahaan akan meningkatkan apresiasi pasar terhadap nilai perusahaan
sehingga dapat meningkatkan price book value (PVB). Akan tetapi
faktanya dalam mengapresiasi niali pasar investor kurang
mmeprtimbangkan adanya pengaruh kekayaan intelektual yang dimiliki
perusahaan (Yuskar dan Novita, 2014).
Penelitian ynag dilakukan oleh Astari dan Isnurhadi (2015)
mengenai penagruh SCE terhadap nilai perusahaan (PVB) memperoleh
hasil yang signifikan dimana Sructural Capital (SC) merupakan kemapuan
organisasi suatu perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas peusahaan
dan structur yang mendukung usaha karyawan untuk mengasilkan kinerja
8. Pengaruh Intellectual Capital Disclosure (IC) Terhadap Nilai
Peusahaan
Nilai perusahaan adalah nilai jual suatu perusahaan dalam pasar
modal. Nilai perusahaan merupakan bentuk memaksimalkan tujuan
perusahaan melalui peningkatan kemakmuran para pemegang saham
(Dewi dan Fidhayatin, 2012).. Nilai perusahaan dalam penelitian ini
diukur dengan earning per share (EPS) yang merupakan jumlah dari
pendapatan per lembar saham perusahaan, dimana EPS dapat
menunjukkan nilai suatu perusahaan dari seberapa besar pendapatan atas
saham yang didapat perusahaan dari saham yang telah diinvestasikan
(Sirojodin dan Nazaruddin, 2014).
Jacub (2012) mengatakan bahwa pengungkapan intellectual capital
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Pengungkapan capital dapat
memberikan pengaruh terhadap nilai perusahaan, semakin banyak
pengungkapan intellectual capital yang dilaporkan perusahaan, akan
mempengaruhi perpsepsi pasar terhadap kinerja perusahaan tersebut yang
pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan penjelasan
tersebut.
9. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan
Semakin tinggi kinerja keuangan yag biasanya dilihat dengan rasio
keuangan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Melalui rasio-rasio
keuangan tersebut dapat dilhat tinggakt keberhasilan manajemen
memaksilmalkan nilai perusahaan. Penilaian prestasi suatu perusahaan
dapat dilihat dari kemampuan perusahaan itu utuk mengasilkan laba
(Sudibya dan Restuti, 2014).
Menurut hasil penelitian Martikarini (2012) yang meneliti tentang
pengaruh profitabilitas yang diukur dengan ROE terhadap nilai perusahaan
yang diukur dengan price to book value (PVB). Penelitian ini
menunjukan hasil bahwa return on equity (ROE) berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PVB. Hal ini
disebabkan keuntungan ynag tinggi juga akan memberikan suatu prospek
perusahaan yang baik sehingga dapat merespon investor untuk
meningkatkan permintaan saham.
10.Pengaruh Kinerja Keuangan Dan Yang Memediasi Capital Employed Efficiency (CEE) Terhadap Nilai Perusahaan
Dalam usaha penciptaan nilai (value creation) diperlukan
pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Potensi tersebut melipiputi karyawan (human capital), aset fisik (physical
capital) dan structural capital. Value added yang dihasilkan dari proses velue creation akan menciptakan keunggulan komperirif bagi perushaan
(Susanti, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Hadiwijaya (2013) dalam Yuskar
dan Novita (2014) membeuktikan bahwa kinerja keuangan berpangruh
secara positif dan signifikan dalam memediasi hubungan atara intellectual
digunakan dalam penelitian tersebut adalah return on e asset (ROA). Pasar
akan memberikan penilaian yang lebih tinggi kepada perusahan yang
memiliki keinerja keuangan yang meningkat, kiner kauangan yang
meningkat akan direspon positif olh pasar sehingga meningkatkan nilai
perusahaan.
11.Pengaruh Kinerja Keuangan Dan Yang Memediasi Human Capital Efficiency (HCE) Terhadap Nilai Peusahaan
Berdasarkan Resource Based Theory, perusahaan dengan sumber daya manusia yang berkualitas akan ikut mempengaruhi kesuksesan suatu
perusahaan. Maka dari itu pengelolaan sumber daya secara benar akan
memabntu perusahaan akan meningkatka laba perusahaan. Produktifitas
karyawan dan profit perusahaan yang semakin meningkat menunjukan
bahwa karyawan semakin baik dalam mengelola aset perusahaan (Sunarsih
dan Mahendra, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Fransiskus Randa dan S, Ariyanto
Solon (2012) penagruh modal intelektual terhadap nilai perusahana
menemukan bahwa intellectual capital berpengaruh positif dan signifikan
terdapa nilai perusahaan melalui kinerja keuangan.
12.Pengaruh Kinerja Keuangan dan Yang Memediasi Structural Capital Efficiency (SCE) Terhadap Nilai Perusahaan
Teori stakeholder menyantakan bahwa perusahaan bukanlah entitas
yaag hanya beroperasi untuk kepntingannya sendiri namu harus
sumber daya yang maksimal dapat meningkatkan nilai perusahaan yang
kemudian akan meningkatkan laba perusahaan sekaligus menghasilkan
keuntungan bagi para pemegnag sahamnnya. Para pemegang saham kaan
lebih menghargai perussahaan yang mampu menciptakan nilai yang baik,
maka perusahaan akan lebih mampu untuk memenuhi kebutuhan
stakeholder (Ullum, 2016).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh yunita (2012)
menunjukan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja
dan nilai pasar perusahaan. Sedangkan penelitian Nikmah dan Apriyanti
(2016) memberi hasil bahwa IntellectualCapital berpengaruh positif pada kinerja keuangan yang diukur dengan Return on assets (ROA). Dimana
tingkat profitabilitas perusahaan akan meningkat seiring dengan
meningkatnya efektifitas dan efisiensi karyawan dalam mengelola sumber
daya perusahaan. I
Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
yang diukur dengan Assets Turnover (ATO). Hasil pengujian
membuktikan bahwa pengelolaan intellectual capital mendorong
produktifitas karyawan dalam menghasilkan produk yang memilki
keunggulan dari produk pesaing lainnya. Intellectual Capital berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Market to Book Value (MBV). Optimalisasi pemanfaatan aset fisik berupa modal
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Market Capitalization (MC).
13.Pengaruh Kinerja Keuangan dan Yang Memedaisi Intellectual Capital Disclosure (IC) terhadap Nilai Perusahaan
Intellectual capital disclosure Indonesia (ICD-In) dikembangkan oleh Ulum (2015). ICD-In adalah jumlah pengungkapan informasi tentang
intellectual capital yang disajikan dalam laporan tahunan perusahaan.
Intellectual capital disclosure diperlukan untuk mengurangi asimetri informasi sehingga membantu investor untuk memutuskan tujuan
investasinya. Pengungkapan meliputi ketersediaan informasi keungan dan
non keuangan berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan
fisik dan lingkungan sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan tahunan
H1 (+)
H2 (+)
H3 (+)
H4 (+)
H5 (+)
H6 (+)
H7 (+)
H8 (+) H9 (+)
H10 (+)
H11 (+)
H12 (+)
H13 (+)
Gambar 2.1
Model Kerangka Pemikiran
CEE
X1
HCE
X2
SCE
X3
ICD
X4
KINERJA KEUANGAN
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawabahn sementara terhadap tujuan peelitian
yang diturunkan dari kerangka pemikiran yang telag dibuat (Sujarweni, 2015).
Berdasarkan tujuan penelitian, telaah pustaka serta kerangka pemikiran
teoritis, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
H1 : Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja keuangan.
H2 : Human Capital Efficiency (HCE) berpenagruh positif dan signifikan
terhadap kinerja keuangan.
H3 : Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan.
H4 : Intellectual Capital Disclosure (IC) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan.
H5 : Capital Employed Fficiency (CEE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
H6 : Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh tpositif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan .
H7 : Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan.
H8 : Intellectual Capital Disclosure (ICD) berpengaruh positif dan
H9 : Kinerja keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.
H10 : Kinerja keuangan memediasi hubungan antara Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap nilai perusahaan.
H11 : Kinerja keuangan memediasi hubungan antara Human Capital Efficienci (HCE) terhadap nilai perusahaan.
H12 : Kinerja keuangan memediasi hubungan antara Structural Capital
Efficiency (SCE) terhadap nilai perusahaan.
H13 : Kinerja keuangan memediasi hubungan antara Intellectual Capital