• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BEKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BEKASI"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DI DINAS

PENDAPATAN DAERAH KOTA BEKASI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada konsetrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

Meuthia Rinaldy

6661121498

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)

ABSTRAK

Meuthia Rinaldy, 6661121498. Efektivitas Komunikasi Organisasi di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi. Program Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I Ipah Ema Jumiati, S.Ip., M.Si. Pembimbing II Riny Handayani, S.Si., M.Si.

Pada penelitian ini yang menjadi fokus penelitian yaitu efektivitas komunikasi organisasi di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi. Sedangkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar efektivitas komunikasi organisasi di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar efektivitas komunikasi organisasi di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan deskriptif kuantitatif dan yang menjadi subjek dalam penelitian ini yaitu pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi. instrumen penelitian di sini menggunakan teori dari Kriyantono yang terdiri dari 6 indikator yaitu iklim komunikasi, kepuasan organisasi, penyebaran informasi, beban informasi, ketepatan informasi, dan budaya organisasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan kuesioner. Dalam analisa data menggunakan t-test satu sampel dengan hasil perhitungan diperoleh angka t hitung < t tabel = (-3.39 < 1.65) maka Ho diterima dan Ha ditolak dan dalam perhitungan mencapai angka 57% dari angka yang dihipotesiskan yaitu 60%. Sehingga hasil penelitian efektivitas komunikasi organisasi di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi dikatakan telah cukup efektif.

(3)

ABSTRACT

Meuthia Rinaldy, 6661121498. The effectiveness of organizational communication at the Local Revenue Office in Bekasi City. Study Public Administration, Faculty of Social and Politic, Sultan Ageng Tirtayasa University, Serang 2016. The first supervisor by Ipah Ema Jumiati, S.Ip., M.Si. The second supervisor by Riny Handayani, S.Si., M.Si.

The focus in this research is the effectiveness of organizational communication at the

Local Revenue Office in Bekasi city, and the formulation of the problem in this

research is how big the effectiveness of organizational communication at the Local

Revenue Office in Bekasi City. The purpose of this research is knowing how big the

effectiveness of organizational communication at the Local Revenue Office in Bekasi

City. The methodology of this research is quantitative descriptive and the subject of

this research is employee of the Local Revenue Office in Bekasi City, the instrument of

this research is using the theory from Kriyantono which consist of 6 indicators that

are communication climate, satisfaction communication, the dissemination of

information, the load of information, the accuracy of information, and the

organizational culture. Data collecting in this research uses the method of

observation, interviews, and questionnaires. Data analyzing in this research uses one

sample t-test with calculation result, it obtained figures that t count < t table = (-3.39

< 1.65) and then Ho is received and Ha is rejected and in the calculation reaches 57%

of the rate of 60%. So the result of this research of the effectiveness of organizational

communication at the Local Revenue Office in Bekasi City has been effective enough.

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Meuthia Rinaldy

NIM : 6661121498

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Juli 1994

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Efektivitas Komunikasi Organisasi di Dinas

Pendapatan Daerah Kota Bekasi adalah hasil karya saya sendiri dan seluruh sumber

yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan benar. Apabila dikemudian hari

skripsi ini mengandung unsure plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.

Serang, November 2016

(5)

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Meuthia Rinaldy

NIM : 6661121498

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DI

DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BEKASI

Serang, November 2016

Skripsi Ini Telah Disetujui untuk Diujikan Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ipah Ema Jumiati, S.Ip., M.Si Riny Handayani, S.Si., M.Si

NIP. 197501312005012004 NIP. 197601062006042007

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

(6)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Meuthia Rinaldy

NIM : 6661121498

Judul : EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BEKASI

Telah diuji di hadapan Dewan Penguji Sidang di Serang, 6 Desember 2016 dan telah dinyatakan LULUS.

Ipah Ema Jumiati, S.Ip., M.Si

(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

WITH GOD, NO MOMENTS IS WASTED. BECAUSE YOU ARE LOVED BY

GOD.

JUST REMEMBER THE LOVE THAT HE HAVE DONE TO YOU. 

SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK MAMAH KU TERSAYANG DAN

(8)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, kasih dan

kuasa-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul Efektivitas Komunikasi

Organisasi di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi. Adapun penyusunan skripsi ini

dilakukan sebagai salah satu syarat penyusunan skripsi program studi Ilmu

Administrasi Negara konsentrasi Manajemen Publik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu

kritik dan saran penulis harapkan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih atas segala doa, dukungan, motivasi, bimbingan, dan bantuan

yang tak terhingga dalam proses penelitan serta pnyusunan skripsi ini kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.Pd. Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Listiyaningsih, S.Sos., M.Si. Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara

(9)

ii

4. Bapak Riswanda, S.Sos., M.PA., Ph.D. Wakil prodi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

5. Ibu Rina Yulianti, S.Ip., M.Si. Dosen Pembimbing Akademik.

6. Ibu Ipah Ema Jumiati, S.Ip., M.Si. Dosen pembimbing I skripsi yang

membantu memberikan arahan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi

ini.

7. Ibu Riny Handayani, S.Si., M.Si. Dosen pembimbing II skripsi yang

membantu memberikan arahan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi

ini.

8. Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi.

9. Mamah ku Sri Supriyatna Purwaningsih, terima kasih atas doa, dukungan,

motivasi, kesabaran dan kasih sayang yang tak pernah putus.

10. Kakak ku Abdul Wadud Rinaldy dan adik ku Khalid Rinaldy, terima kasih

atas doa, dukungan, dan motivasinya.

11. Teman setia ku Epa Enjella, Jesseyca M. Bethesda, Melda Listiani, Tanya

A. Aryanda, Affiriyani, Melin A, Nurul F, Arfah, Nur R. Agni, Noni

(10)

iii

penyemangat, penghibur, pendengar setia untuk doa dan dukungannya

selama ini.

12. Teman kostan ku Ikke Ratna, Suhanengsih, Haffidotunissa, Nia Mentari,

Ade R. Sari, Sifa Fauziatunisa, Icha, dan Afrida yang selalu menjadi

penghibur dan penyemangat selama ini.

13. Teman ku Reza Eryanda yang selalu memberikan dukungan, motivasi,

doa, serta bimbingannya selama ini.

14. Teman-teman mahasiswa Ilmu Administrasi Negara angkatan 2012.

15. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam proses penyelesaian proposal skripsi ini.

Kiranya tidak ada balasan yang lebih baik kecuali yang datang dari Tuhan

Yang Maha Esa, terima kasih untuk segalanya. Semoga proposal skripsi ini

bermanfaat bagi semua, khususnya bagi penulis dan pihak yang berkepentingan.

Serang, November 2016

(11)

iv DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN……….. ii

ABSTRAK ABSTRACT MOTTO DAN LEMBAR PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR……….. iii

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR GAMBAR……… xi

DAFTAR DIAGRAM………... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Identifikasi Masalah………. 12

1.3 Rumusan Masalah………. 13

1.4 Tujuan Penelitian……….. 13

1.5 Manfaat Penelitian………. 13

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Organisasi………. 15

(12)

v

2.3 Efektivitas Organisasi………. 18

2.3.1 Pengukuran Efektivitas Organisasi……… 19

2.4 Komunikasi……….. 21

2.4.1 Komunikasi Organisasi……… 23

2.4.2 Proses Komunikasi Organisasi……… 24

2.4.3 Fungsi Komunikasi Organisasi………. 25

2.4.4 Gaya Komunikasi Organisasi……… 26

2.4.5 Indikator Komunikasi Organisasi……… 28

2.4.6 Efektivitas Komunikasi Organisasi………. 29

2.5 Penelitian Terdahulu………. 31

2.6 Kerangka Berfikir……….. 32

2.7 Hipotesis Peneltian……… 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian……… 36

3.2 Metode Penelitian……… 36

3.3 Variabel Penelitian……….. 37

3.3.1 Definisi Konsep……….. 37

3.3.2 Definisi Operasional……… 39

3.4 Instrumen Penelitian……… 40

3.5 Populasi dan Sampel……… 44

3.5.1 Populasi……… 44

(13)

vi

3.6 Teknik Pengolahan Data………... 47

3.6.1 Uji Validitas……….. 48

3.6.2 Uji Realibilitas……….. 50

3.6.3 Uji Normalitas Data……….. 50

3.7 Uji t ……….. 52

3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian………..52

BAB IV HASIL PENLITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian... 54

4.1.1 Gambaran umum Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi.. 54

4.1.2 Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi……… 54

4.1.3 Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi56 4.1.4 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi58 4.1.5 Tugas Susunan Orgniasasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi………. 59

4.1.6 Visi dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi…….. 64

4.1.7 Susunan Kepegawaian Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi……….………... 65

4.2 Deskripsi Data Responden……….………66

4.3 Pengujian Statistik………. 71

4.3.1 Hasil Uji Validitas………..71

4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas………73

(14)

vii

4.4 Analisis Data Penelitian………. 76

4.5 Pengujian Hipotesis……….. 124

4.6 Interpretasi Hasil Penelitian……….. 127

4.7 Pembahasan………133

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan……… 138

5.2 Saran……….. 139

(15)

viii

DAFTAR TABEL

3.1 Operasional Variabel……… 39

3.2 Uji Skala Likert………. 40

3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian………41

3.4 Penyebaran Proporsi Sampel Penelitian……… 46

3.5 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha………50

3.6 Jadwal Penelitian……….53

4.1 Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi………… 65

4.2 Hasil Uji Validitas………71

4.3 Hasil Uji Reliabilitas………74

(16)

ix

DAFTAR GAMBAR

1.1 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi…… 6

1.2 Papan Pengumuman Rapat……….10

1.3 Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan Monitoring dan

evaluasi wajib pajak………13

2.1 Kerangka Berfikir………...39

4.1 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi………58 4.2 Kurva Penolakan dan Penerimaan Hipotesis………127

(17)

x

DAFTAR DIAGRAM

4.1 Responden Jenis Kelamin……… 66

4.2 Responden Usia……… 67

4.3 Responden Status (PNS/ Non-PNS)……… 69

4.4 Responden Tingkat Pendidikan……….. 70

4.5 Tanggapan responden mengenai atasan atau pimpinan memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap bawahan atau pegawai……….. 77

4.6 Tanggapan responden mengenai bawahan atau pegawai memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap pimpinan………. 78

4.7 Tanggapan responden mengenai adanya kepercayaan yang tinggi antara pegawai satu dengan yang lainnya………. 79

4.8 Tanggapan responden mengenai setiap permasalahan yang terjadi di dalam organisasi diinformasikan kepada atasan atau pimpinan…81 4.9 Tanggapan responden mengenai setiap permasalahan yang terjadi di dalam organisasi di bahas melalui rapat mingguan evaluasi kerja82 4.10 Tanggapan responden mengenai pegawai puas terhadap jenis pekerjaan yang diberikan oleh organisasi………84

4.11 Tanggapan responden mengenai pegawai mendapatakan informasi atau pesan dari atasan atau pimpinan dalam waktu yang bersamaan denganrekan pegawai lainnya……….85

(18)

xi

seimbangnya antara upah yang diberikan organisasi dengan

tingkat pekerjaan yang sayalakukan……… 88

4.14 Tanggapan responden mengenai informasi yang diberikan oleh

organisasi melalui media lisan (rapat, telepon, dan instruksi)

dapat saya ketahui………. 90

4.15 Tanggapan responden mengenai informasi yang diberikan oleh

organisasi melalui media tulisan (surat, memo, laporan tertulis,

dan papan pengumuman) dapat saya ketahui………91 4.16 Tanggapan responden mengenai informasi yang diberikan oleh

organisasi melalui media lisan (rapat, telepon, daninstruksi) dapat

membantu dalam mengkoordinasikan pekerjaan karena lebih

mudah dipahami……… 93

4.17 Tanggapan responden mengenai informasi yang diberikan oleh

organisasi melalui media tulisan (surat, memo, laporantertulis, dan

papan pengumuman) dapat membantu dalam mengkoordinasikan

pekerjaan karena lebih mudah dipahami………. 94 4.18 Tanggapan responden mengenai informasi yang diberikan oleh

organisasi melalui media lisan (rapat, telepon, dan instruksi) sesuai

dengan makna pesan tidak ada pengurangan atau kelebihan kata…..96 4.19 Tanggapan responden mengenai informasi yang diberikan oleh

organisasi melalui media tulisan (surat, memo, laporan tertulis, dan

papan pengumuman) sesuai dengan makna pesan tidak ada

(19)

xii

4.20 Tanggapan responden mengenai informasi yang diberikan oleh

organisasi dapat pegawai ketahui dengan mudah………. 100 4.21 Tanggapan responden mengenai informasi yang diberikan oleh

organisasi tidak pernah terlewatkan oleh pegawai……… …101 4.22 Tanggapan responden mengenai pegawai saling mengingatkan satu

sama

lain akan informasi terbaru yang dikeluarkan oleh organisasi……103 4.23 Tanggapan responden mengenai pegawai memberikan informasi

terbaru kepada rekan pegawai lainnya terkait koordinasi pekerjaan105

4.24 Tanggapan responden mengenai informasi yang diberikan oleh

organisasi sampai kepada pihak-pihak terkait……… 106 4.25 Tanggapan responden mengenai organisasi memberikan

informasi yang kurang terkait pekerjaan pegawai………...108 4.26 Tanggapan responden mengenai pegawai kesulitan dalam

Memahami informasi yang diberikan oleh organisasi………109 4.27 Tanggapan responden mengenai informasi yang berkaitan dengan

pekerjaan pegawai selalu pegawai dapatkan dan tidak pernah

terlewatkan……… …...111

4.28 Tanggapan responden mengenai informasi yang diberikan

organisasi tidak out of date atau merupakan informasi lama…….112 4.29 Tanggapan responden mengenai informasi yang diberikan oleh

(20)

xiii

tepat dan dapat menunjang pekerjaan………...115 4.31 Tanggapan responden mengenai adanya distorsi informasi akibat

penyampaian pesan yang terlalu hirarkis……….117 4.32 Tanggapan responden mengenai pegawai bangga bekerja di Dinas

Pendapatan Daerah Kota Bekasi………...118

4.33 Tanggapan responden mengenai pegawai mengetahui

nilai-nilai budaya di dalam organisasi………..119 4.34 Tanggapan responden mengenai pegawai dapat saling menerima

Dan memahami saran atau pendapat dalam melakukan pekerjaan.120

4.35 Tanggapan responden mengenai pegawai bebas mengemukakan

Pendapat terkait pekerjaan yang sulit kepada pegawai lainnya122

4.36 Tanggapan responden mengenai pegawai bebas berinisiatif dalam

(21)

1 1.1 Latar Belakang

Otonomi daerah saat ini di Indonesia mengharuskan daerah untuk antusias

dalam mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah

daerah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Oleh karena

itu, pemerintah daerah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pembangunan daerah

yang diikuti dengan kemampuan finansial pemerintah untuk membiayai segala

kebutuhan guna meningkatkan pembangunan daerah.

Pemerintah mengeluarkan undang-undang terbaru yang mengatur tentang

pemerintah daerah yaitu Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 sebagai amandemen dari

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Perimbangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Adanya

undang-undang daerah ini, maka masing-masing daerah dituntut untuk dapat

membangun daerahnya hingga ke segala aspek kehidupan yang pada era desentralisasi

hanya terpusat pada pembangunan di perkotaan saja. Oleh karena itu dengan

terbentuknya undang-undang daerah maka pemerintah daerah diberikan kewenangan

yang luas dan bertanggungjawab. Untuk tercapainya pembangunan daerah yang

berkualitas maka pemerintah membentuk beberapa organisasi pemerintahan yang

(22)

maka diharapkan dapat membantu kinerja pemerintah daerah dalam membangun

daerah yang berkualitas.

Organisasi merupakan suatu wadah atau tempat dimana dua orang atau lebih

melakukan interaksi sosial untuk saling bekerja sama demi mencapai cita-cita

organisasi. Organisasi itu sendiri memiliki dua tipe yaitu organisasi formal dan

informal. Organisasi formal merupakan satuan kerja yang di bentuk atau disusun

secara resmi, dengan kata lain organisasi formal merupakan suatu satuan kerja untuk

mencapai tujuannya telah ditetapkan atau ditentukan oleh pihak yang berwenang.

Sedangkan organisasi informal atau non formal adalah satuan kerja yang tidak resmi

karena segala sesuatunya dikerjakan dengan sengaja dan dengan menyesuaikan

kebutuhan yang ada disekitarnya. Organisasi atau instansi yakni swasta maupun

pemerintahan merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu

hierarki/jenjang dan pembagian kerja berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan.

Organisasi terbentuk karena dipengaruhi oleh aspek-aspek seperti penyatuan

visi dan misi serta mempunyai tujuan yang sama dari sekelompok orang. Tujuan

organisasi merupakan dasar kegiatan dari organisasi, tanpa adanya tujuan, organisasi

akan mati karena tidak ada yang diperjuangkan. Tujuan dari sebuah organisasi harus

dijelaskan dengan jelas agar kegiatan yang dilakukan berorientasi guna meraih tujuan

organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Untuk mencapai tujuan organisasi,

maka diperlukan suatu manajemen di dalam organisasi.Dengan adanya manajemen,

(23)

manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

Dalam kegiatan manajemen, yaitu untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksaanaan, dan pengawasan, maka di dalam suatu manajemen diperlukan adanya

komunikasi organisasi. Pentingnya komunikasi organisasi dalam suatu manajemen

menurut Terry (2008:207) berpendapat bahwasuatu kecakapan utama yang disyaratkan

bagi seorang manajer adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif di dalam

organisasi. Manajer yang tidak mampu menyampaikan pekerjaan apa yang dilakukan,

tidak akan berhasil untuk menyelesaikan pekerjaan. Sebaliknya, jika para pegawai

tidak mampu berkomunikasi dengan bebas dengan seorang manajer, maka informasi

yang diperlukan untuk mengelola dengan berhasil, akan terhalang. Menurut pendapat

Terry, tanpa ada komunikasi di dalam sebuah organisasi, maka kegiatan manajemen

tidak akan berjalan dan tujuan dari organisasi tidak akan tercapai. Oleh karena itu,

komunikasi organisasi sangat penting guna mencapai tujuan organisasi.

Komunikasi sangat dibutuhkan di setiap organisasi, baik organisasi privat atau

swasta maupun organisasi publik. Berdasarkan peraturan menteri Negara

pendayagunaan aparatur Negara dan reformasi birokrasi nomor 28 tahun 2011 tentang

pedoman umum komunikasi organisasi di lingkungan instansi pemerintah, komunikasi

organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan organisasi dalam satu

jaringan hubungan yang saling bergantung satu dengan yang lainnya, baik formal

maupun nonformal, untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu

(24)

organisasi di dalam instansi pemerintah merupakan sarana untuk mencapai tujuan

instansi pemerintah yaitu memberikan pelayanan publik yang berkualitas. Oleh karena

itu, komunikasi di dalam organisasi publik harus tetap terjaga karena komunikasi

merupakan kebutuhan bagi sebuah organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Dengan adanya komunikasi di dalam organisasi, maka anggota-anggota dalam

organisasi akan dapat saling memahami, bertukar pikiran, dan juga bekerjasama untuk

mencapai tujuan organisasi.

Dinas Pendapatan Daerah atau yang dikenal dengan sebutan Dispenda atau

Dipenda adalah salah satu bentuk dari organisasi publik yang berada di bawah

pemerintah provinsi yang memiliki tanggung jawab dalam pemungutan pendapatan

daerah melalui pengkoordinasian dan pemungutan pajak daerah, retribusi, bagi hasil

pajak, dana perimbangan, dan lain sebagainya.

Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih. Pendapatan Daerah meliputi semua penerimaan yang

menjadi hak daerah dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi penerimaan daerah.

Bedasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Keuangan Daerah,

sumber pendapatan daerah terdiri atas:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD);

2. Dana Perimbangan;

(25)

Peneliti memilih tempat penelitian di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi,

karena Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi merupakan satuan kerja dengan jumlah

pegawai keempat terbesar di Kota Bekasi dengan jumlah pegawai keseluruhan yaitu

sebanyak 336 pegawai. Menurut Purwanto (2003:26) berpendapat bahwa suatu

organisasi dengan jumlah pegawai yang banyak yaitu dengan skala ratusan atau

bahkan ribuan pegawai, maka dalam komunikasinya pun akan kompleks atau rumit

karena dengan jumlah pegawai yang banyak maka perbedaan pendapat pun akan

semakin banyak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengukur efektivitas komunikasi

organisasi di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi.

Ilmu Administrasi Negara adalah ilmu yang mempelajari mengenai suatu

penyelenggaraan Negara, dimana dalam penyelenggaraannya dibutuhkan alat-alat

untuk pelaksanannya. Alat-alat yang membantu administrasi Negara yaitu kebijakan

publik dan manajemen publik. Peneliti melihat proses komunikasi di dalam organisasi

dari segi manajemen publik yaitu, komunikasi di dalam organisasi telah direncanakan

terlebih dahulu melalui proses manajemen yang menghasilkan struktur organisasi. Jadi

agar komunikasi organisasi berjalan efektif maka, organisasi membentuk adanya

struktur organisasi, dengan adanya struktur organisasi, maka komunikasi di dalam

organisasi akan teratur mengikuti alur struktur organisasi. Oleh karena itu, peneliti

melihat struktur organisasi sebagai dasar dari komunikasi organisasi. Berikut struktur

(26)

Gambar 1.1

Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi

Sumber: Bagian Umum dan Perencanaan Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi.

Dari struktur organisasi di atas, dapat dilihat kedudukan dari pimpinan ke

bawahan terjadi pola aliran komunikasi ke bawah, sebaliknya dari bawahan ke

(27)

komunikasi horizontal dilihat dari komunikasi antar pegawai yang mana memiliki

jabatan yang sama. Dapat dilihat contoh pola komunikasi yang terjadi di Dinas

Pendapatan Daerah Kota Bekasi, diantaranya pola aliran komunikasi ke bawah yaitu

dapat di lihat dari kepala bidang ke kepala seksi, pola aliran komunikasi ke atas yaitu

dapat dilihat dari sub bagian umum perencanaan, sub bagian kepegawaian, dan sub

bagian keuangan ke sekretaris, sedangkan untuk pola aliran komunikasi horisontal

yaitu dapat dilihat dari antar kepala bidang atau antar kepala seksi.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara awal, peneliti menemukan

beberapa permasalahan yang terjadi di lokasi penelitian. Pertama, kurangnya

koordinasi internal yang dilakukan antara bawahan dengan atasan seperti tertera dalam

LAKIP tahun 2014 yang menyebutkan bahwa kurangnya koordinasi internal di dalam

organisasi yaitu yang dilakukan antara pegawai dengan kepala seksi dan kepala

bidang. Koordinasi internal untuk setiap bidang di Dinas Pendapatan Daerah Kota

Bekasi yaitu diadakannya rapat mingguan evaluasi kerja, rapat mingguan evaluasi

kerja yang seharusnya dilakukan setiap minggu akan tetapi untuk setiap minggunya

jarang dilakukan. Dengan kondisi seperti ini, maka para bawahan atau pegawai akan

sulit berkoordinasi dan sulit untuk menyampaikan pendapatnya kepada atasan, karena

untuk penyampaian pendapat hanya dilakukan pada saat rapat koordinasi. Berdasarkan

wawancara pada hari senin tanggal 18 April 2016 pukul 09.00 WIB mengenai

komunikasi ke atas yaitu berupa koordinasi internal yang dilakukan oleh bawahan

(28)

Pendapatan Kota Bekasi ada dua macam bentuk rapat koordinasi internal, yang

pertama adalah rapat koordinasi yang dilakukan setiap caturwulan atau empat bulan

yang dihadiri oleh seluruh pegawai termasuk kepala dinas, kedua adalah rapat

koordinasi yang dilakukan setiap minggu oleh setiap bidang di Dinas Pendapatan

Daerah Kota Bekasi, rapat ini disebut rapat mingguan evaluasi kerja. Rapat mingguan

evaluasi kerja seharusnya dilakukan rutin setiap minggu akan tetapi dalam

pelaksanaannya tidak rutin dilakukan. Tujuan adanya rapat mingguan evaluasi kerja

karena untuk mempermudah kepala dinas dalam melakukan pengawasan karena dalam

setiap rapat mingguan evaluasi kerja akan ada laporan hasil rapat yang akan diberikan

kepada kepala dinas. Pada dasarnya pegawai membutuhkan inisiatif dari kepala bidang

untuk memberikan wadah dalam bentuk rapat koordinasi kepada para pegawai untuk

berkontribusi dalam penyampaian pendapat sehingga para pegawai merasa sangat

dibutuhkan di dalam organisasi. Berdasarkan wawancara mengenai koordinasi internal

di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi, yaitu menjelaskan bahwa rapat mingguan

evaluasi kerja untuk setiap bidang tidak rutin dilakukan, sehingga dengan kondisi

seperti ini maka para pegawai akan merasa sulit melakukan koordinasi karena para

pegawai merasa tidak dibutuhkan, dengan adanya rapat mingguan evaluasi kerja

secara rutin, diharapkan oleh organisasi agar para pegawai dapat menyalurkan

pendapatnya untuk mempermudah koordinasi dalam melakukan pekerjaan.

Kedua, kualitas media yang digunakan masih belum efektif karena para

(29)

yang diterapkan dalam menyampaikan informasi yaitu seperti adanya rapat,

penggunaan media tulis yaitu melalui papan pengumuman, dimana seluruh rapat yang

akan diadakan diinformasikan kepada para pegawai melalui papan pengumuman.

Penggunaan media tulis seperti ini, masih dirasa kurang efektif, berdasarkan

wawancara pada hari selasa tanggal 19 April 2016 pukul 10.00 WIB, menjelaskan

bahwa penyampaian pesan dengan menggunakan media papan pengumuman dalam

menyampaikan pesan seperti adanya rapat, kurang mendapatkan perhatian lebih

karena dinilai kurang menarik, selain itu isi pesan hanya berupa nama rapat dan

beserta waktu rapat tanpa adanya pemberitahuan siapa saja yang harus datang pada

rapat tersebut, sehingga pegawai mengetahui lebih awal rapat tersebut dan

mengosongkan jadwal pada waktu yang bersangkutan. Oleh karena itu, banyak para

pegawai yang tidak mengetahui adanya pengumuman rapat sehingga banyak yang

tidak hadir dalam rapat tersebut terutama pegawai yang sibuk yang jarang ada di

tempat kerja. Berikut adalah contoh gambar papan pengumuman yang digunakan oleh

(30)

Gambar 1.2

Papan Pengumuman Rapat

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi

Gambar 1.2 diatas adalah papan pengumuman informasi rapat yang digunakan

oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi, berdasarkan wawancara mengenai

keefektifan penggunaan papan pengumuman ini, masih dirasakan kurang efektif dalam

penyampaian pesan ke para pegawai, dikarenakan dengan menggunakan papan

pengumuman seperti itu maka kurang mendapatkan perhatian lebih karena di nilai

(31)

misalnya pegawai yang sibuk, pegawai yang tidak selalu ada di tempat kerja jadi

kekurangan informasi mengenai adanya rapat.

Ketiga, masalah yang timbul akibat penyampaian pesan yang diskriminatif,

kondisi seperti ini seringkali terjadi kesalahpahaman antar pegawai dalam

berkomunikasi karena membuat adanya pengurangan atau kelebihan kata dalam

penyampaian pesan. Bedasarkan wawancara pada hari rabu 20 April 2016 pukul 09.00

WIB, menjelaskan bahwa miskomunikasi di kantor itu sering terjadi, misalnya, kepala

seksi (kasi) sebagai atasan ingin memberikan informasi kepada para bawahan dengan

maksud mengingatkan kembali bahwa laporan harus segera selesai karena waktu yang

sudah dekat dengan deadline. Penyampaian pesan yang dilakukan atasan atau

pimpinan bersifat diskriminatif, yaitu atasan hanya memberikan informasi kepada

salah satu pegawai saja, yang nantinya akan disebar kepada pegawai lain.

Penyampaian pesan seperti ini dilakukan karena setiap individu memiliki kemampuan

yang berbeda dalam menangkap informasi, sehingga para atasan hanya mengandalkan

satu pegawai sebagai perantara komunikasi kepada pegawai lainnya. Namun, karena

penyampaian pesan sering kali bersifat diskriminatif, maka timbul adanya jarak antara

sesama pegawai karena masalah status jabatan yang timbul akibat penyampaian pesan

hanya tertuju kepada satu pegawai. Adanya jarak antar sesama pegawai ini, pegawai

yang dipercaya untuk menyebarluaskan informasi kepada pegawai lain jadi malas

bertanya atau sekedar mengingatkan kembali kepada pegawai lain mengenai laporan

(32)

bahwa penyampaian pesan melalui media lisan yaitu bersifat diskriminatif, sehingga

timbul adanya jarak antar pegawai yang dapat menyebabkan relationship atau

hubungan antara sesama pegawai tidak harmonis. Ketidakharmonisan ini

menyebabkan seseorang menyepelekan komunikasi antar sesama pegawai, maka yang

terjadi adalah banyak laporan yang belum selesai pada saat waktu deadline. Sehingga

banyak urusan pekerjaan tidak berjalan dengan semestinya.

Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa komunikasi organisasi

Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi masih kurang efektif. Dengan komunikasi

organisasi yang masih kurang efektif ini, maka dapat menyebabkan beberapa

pekerjaan tidak terkoordinasi dengan baik sehingga pekerjaan menjadi tidak efektif.

Oleh karena itu, agar pekerjaan dapat terkoordinasi dengan baik antara pegawai dan

atasan, maka diperlukan adanya komunikasi yang baik di dalam sebuah organisasi.

Komunikasi yang baik di dalam sebuah organisasi, seperti kualitas media yaitu sarana

komunikasi yang digunakan untuk penyampaian informasi, cara atasan atau pimpinan

dalam menyampaikan pesan kepada para pegawai, dan bagaimana komunikasi itu

berjalan di dalam sebuah organisasi. Oleh karena itu, pentingnya komunikasi

organisasi ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

(33)

1.2 Identifikasi Masalah

1. Rapat mingguan evaluasi kerja untuk per bidang di Dinas Pendapatan Daerah

Kota Bekasi tidak rutin dilakukan, sehingga kurangnya koordinasi internal

antara bawahan dengan atasan.

2. Pengunaan media papan pengumuman sebagai sarana komunikasi dalam

penyampaian informasi, dirasakan tidak efektif.

3. Penyampaian pesan yang diskriminatif dari atasan atau pimpinan kepada

bawahan atau pegawai, hal ini membuat adanya pengurangan atau kelebihan

kata dalam penyampaian pesan.

1.3 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan

masalah yang akan dikaji oleh peneliti adalah untuk mengetahui Seberapa Besar

Efektivitas Komunikasi Organisasi di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pertanyaan yang telah disusun pada

identifikasi. Tujuan penelitian menunjukan apa yang akan dicapai dari penelitian, yang

pada akhirnya tujuan akan digunakan sebagai rujukan untuk merumuskan hasil dan

(34)

penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar efektivitas komunikasi

organisasi di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi penulis dan

pembaca mengenai teori-teori yang berkaitan dengan komunikasi Organisasi

dan bagaimana pelaksanaannya di dalam organisasi.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan sebagai referensi atau masukan bagi Kantor Dinas

Pendapatan Daerah Kota Bekasi untuk dapat meningkatkan komunikasi di

dalam organisasi agar tugas pokok dan fungsi dapat berjalan sebagaimana

(35)

15 2.1 Organisasi

Setiap kehidupan manusia di dunia ini tidak bisa dilepaskan dari organisasi.

Dimanapun dia tinggal dan apapun yang dia lakukan akan selalu berhadapan dengan

organisasi. Organisasi ada karena adanya keinginan setiap orang untuk memenuhi

kebutuhannya, baik kebutuhan yang bersifat primer, sekunder, rohani maupun

jasmani.Organisasi merupakan alat atau wadah yang statis.Setiap orang tentunya

pernah ataupun sedang berada di dalam sebuah organisasi.Secara sederhana dapat

dikatakan bahwa organisasi yang terkecil adalah sebuah keluarga dan tentunya setiap

orang setiap orang dilahirkan dalam sebuah keluarga yang memiliki pemimpin yaitu

kepala keluarga.kemudian yang dikatakan sebagai organisasi yang terbesaradalah

sebuah Negara. Oleh karena itu, tentunya seseorang secara sadar atau tidak sadar, mau

tidak mau, ia telah berada di dalam sebuah organisasi.

Menurut Gulick dalam Hasibuan (2009:28) mendefinisikan bahwa organisasi

sebagai berikut:

Organizations is the means of interesting the subdivisions of work by allotting them to men who are placed in a structure of authority, so that the work may be coordinated by orders of superiors to sub-ordinates, reaching from the top to the bottom of the entire enterprise.

(36)

sehingga pekerjaan dapat dikoordinasikan oleh perintah para atasan kepada para bawahan, yang menjangkau dari puncak sampai ke bawah dari seluruh badan usaha)

Sedangkan menurut Allen dalam Hasibuan (2009:28) organisasi adalah sebagai

berikut:

Organization is a system of well-defined jobs, each bearing a definite measure of authority, responsibility, and accountability, the whole consciously designed to enable the people of the enterprise to work most effectively together in accomplishing their objectives.

(Organisasi adalah suatu sistem dari pekerjaan-pekerjaan yang dirumuskan dengan baik, masing-masing pekerjaan itu mengandung sejumlah wewenang, tugas dan tanggung jawab tertentu, keseluruhannya disusun secara sadar untuk memungkinkan orang-orang dari badan usaha itu bekerja sama secara paling efektif dalam mencapai tujuan mereka)

Sedangkan menurut Jones dalam Hasibuan (2009:26) mendefinisikan bahwa

organisasi adalah:

Organizations has been described as system. Organization is the human and material structure and machinery through which a systematic planned effort is carried out.

(Organisasi telah dilukiskan sebagai sistem. Organisasi adalah struktur dan peralatan yang tersusun dari orang-orang dan benda-benda dengan mana suatu usaha berencana yang teratur dijalankan)

Berdasarkan ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa organisasi

adalah suatu alat atau sistem yang menghubungkan antar manusia untuk melakukan

pekerjaan-pekerjaan yang telah dirumuskan dengan baik, yang mana keseluruhannya

(37)

2.2 Efektivitas

Efektivitas merupakan gambaran mengenai seberapa besar keberhasilan atau

kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi, efektivitas juga sebagai

pengukuran tugas pokok dan fungsi organisasi.

Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau

peralatan yang tepat atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, menyangkut

bagaimana melakukan pekerjaan yang benar.Efektivitas merupakan suatu ukuran yang

memberikan gambaran seberapa jauh tujuan tercapai, baik secara kualitas maupun

waktu, orientasinya pada keluaran yang dihasilkan (Handoko, 2001:7).

The Liang Gie dalam Halim (2004:166), berpendapat bahwa efektivitas adalah

suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang dikehendaki kalau seseorang

melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud tertentu dan memang dikehendakinya,

maka orang itu dikatakan efektif bila menimbulkan akibat atau mempunyai maksud

sebagaimana yang dikehendakinya.

Pada dasarnya, pengertian efektivitas umum menunujukan pada taraf

tercapainya hasil saja, maka itu sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian

efisiensi, meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efektivitas

menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada

(38)

dan outputnya. Menurut Miller dalam Tangkilisan (2005:138), menjelaskan bahwa arti

efektivitas dan efisien adalah sebagai berikut:

Efektivitas dimaksud sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem sosial mencapai tujuannya.Efektivitas harus dibedakan dengan efisiensi.Efisiensi mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian suatu tujuan.

Menurut Supriyono (2000:29) menjelaskan bahwa efektivitas merupakan

hubungan antara keluaran suatu pusat tanggung jawab dengan sasaran yang mesti

dicapai, semakin besar kontribusi daripada keluaran yang dihasilkan terhadap nilai

pencapaian sasaran tersebut, maka dapat dikatakan efektif pula unit tersebut.

2.3 Efektivitas Organisasi

Pandangan dari segi efektivitas organisasi menurut Tampubolon (2008: 173)

adalah terdiri atas efektivitas individu dan kelompok.Pada tingkat yang paling dasar

dalam suatu organisasi terletak pada efektivitas individu.Pandangan ini menekankan

pada kinerja individu-individu yang ada di dalam organisasi.Pada pandangan

efektivitas kelompok, penekanannya adalah pada kinerja yang dapat diberikan

kelompok pekerja sebab disamping bekerja sendiri, pada kenyataannya individu

biasanya bekerja bersama-sama di dalam kelompok. Efektivitas organisasi adalah

lebih banyak dari jumlah efektivitas individu dan kelompok melalui kerja sama,

dengan adanya kerja sama, organisasi akan mampu mendapatkan kinerja yang lebih

(39)

Lebih lanjut dikatakan oleh Georgopualos dan Tannebaum dalam Tangkilisan

(2005: 30) mengenai pengertian efektivitas organisasi bahwa:

Efektivitas organisasi adalah tingkat sejauh mana suatu organisasi yang merupakan sistem sosial dengan segala sumber daya dan sarana tertentu yang tersedia memenuhi tujuan-tujuannya tanpa pemborosan dan menghindari ketegangan yang tidak perlu diantara anggota-anggotanya.

Efektivitas organisasi menurut Sedarmayanti (2009: 70) sebagai tingkat

keberhasilan organisasi dalam usaha mencapai tujuan/sasaran.Mengartikan bahwa

dengan tingkat sejauh mana suatu organisasi merealisasika tujuannya, semua konsep

tersebut hanya menunjukan pada pencapaian tujuan organisasi.

Melihat dari uraian mengenai efektivitas organisasi diatas, peneliti

menyimpulkan bahwa efektivitas organisasi lebih dapat digunakan sebagai ukuran

untuk melihat tercapai atau tidaknya suatu organisasi dalam melaksanakan

kegiatan-kegiatan atau fungsi-sungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai

dengan menggunakan secara optimal alat- alat dan sumber yang ada.

2.3.1 Pengukuran Efektivitas Organisasi

Penilaian keefektifan suatu organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan

beberapa pendapat ahli sebagai pisau untuk mengetahui apakah organisasi tersebut

telah mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak. Steers dalam

Tangkilisan (2005:40) mengemukakan lima kriteria dalam pengukuran efektivitas

(40)

1. Produktivitas.

2. Kemampuan adaptasi atau fleksibilitas.

3. Kepuasan kerja.

4. Kemampuan berlaba.

5. Pencarian sumber daya.

Sementara Gibson dalam Tangkilisan (2005:45) mengatakan bahwa efektivitas suatu

organisasi dapat pula diukur dengan memperhatikan hal-hal sebagai tersebut:

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai.

2. Kejelasan startegi pencapaian tujuan.

3. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap.

4. Perencanaan yang matang.

5. Penyusunan program yang tepat.

6. Tersedianya sarana dan prasarana.

7. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik.

Menurut Sharma dalam Tangkilisan (2005: 60) memberikan kriteria atau ukuran

efektivitas organisasi yang menyangkut faktor internal organisasi, yang meliputi antara

lain:

1. Produktivitas organisasi atau output.

2. Kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di dalam dan di luar organisasi.

(41)

Menurut Tampubolon (2008:178) ada beberapa yang menjadi faktor yang

mempengaruhi efektivitas organisasi yaitu:

1. Produksi

Menggambarkan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan utu output yang sesuai dengan permintaan lingkungan. Ukuran mengenai produksi meliputi laba, penjualan, marketing share, pelanggan yang dilayani dan sebagainya. Ukuran tersebut berhubungan secara langsung dengan output yang dikonsumsi oleh pelanggan organisasi.

2. Efisiensi

Sebagai angka perbandingan (rasio) antara output dengan input, ukuran efisiensi harus dinyatakan dalam perbandingan antara keuntungan dan biaya atau dengan waktu atau output, yang merupakan bentuk umum dari ukuran ini.

3. Kepuasan

Konsep kepuasan mendefinisikan penekanan pada perhatian yang menguntungkan bagi anggota organisasi maupun pelanggannya.Organisasi harus mampu memberikan kepuasan atau kebutuhan para anggota atau pelanggannya.

4. Adaptasi

Kemampuan beradaptasi diartikan dengan sampai seberapa jauh organisasi dapat menanggapai perubahan intern dan ekstern.Kriteria ini berhubungan dengan kemampuan manajemen untuk mendua adanya perubahan dalam lingkungan maupun dalam organisasi itu sendiri.

5. Perkembangan

Usaha pengembangan yang biasa adalah program pelatihan atau sosialisasi bagi tenaga manajemen/masyarakat dan non manajemen.Upaya ini dilakukan dengan maksud agar organisasi tersebut dapat beroperasi secara baik, dalam suasana yang semakin berkembang.

2.4 Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat fenomenal bagi seluruh manusia

di muka bumi. Setiap manusia dituntut untuk berkomunikasi dengan tujuan

mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dengan adanya komunikasi, maka setiap

(42)

adalah suatu bentuk penyampaian dan penerimaan berita yang dilakukan oleh dua

orang atau lebih dan dapat dilakukan dimana saja dan dengan waktu yang tidak

ditentukan. Berdasarkan Wikipedia komunikasi adalah suatu proses dalam mana

seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan,

dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.

Pengertian Komunikasi menurut Cooley dalam Sofyandi (2007:155)

mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:

Komunikasi adalah mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antara manusia dan mengembangkan semua lambang pikiran, bersama-sama dengan sarana untuk menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu. Ini mencakup wajah, sikap dan gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis, percetakan, dan apa saja yang merupakan penemuan-penemuan mutakhir untuk menguasai ruang dan waktu.

Komunikasi menurut beberapa ahli diantaranya adalah menurut Muhammad

(2005: 5) Komunikasi didefinisikan “sebagai pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku”.

Sedangkan Menurut Effendy (2006: 5) mengemukakan bahwa komunikasi adalah

“proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi

tahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun

tak langsung melalui media”.

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian pesan oleh

(43)

tahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik dilakukan secara langsung

yaitu lisan maupun tak langsung yaitu melalui media.

2.4.1 Komunikasi Organisasi

Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam suatu

organisasi.Keberhasilan suatu organisasi sangat beruntung kepada kelancaran

komunikasi yang dilakukan oleh para anggotanya.Komunikasi yang dilakukan dalam

suatu organisasi disebut komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi ini tentu akan

berhubungan dengan suasana dan hubungan kerja di dalam organisasi tersebut.

Banyak para ahli yang memberikan definisi mengenai komunikasi

organisasi.Menurut Wiryanto dalam Romli (2011:3) komunikasi organisasi adalah

pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok

formalmaupun informal dari suatu organisasi.Komunikasi formal adalah komunikasi

yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi untuk kepentingan

organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi. Adapun komunikasi informal

adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.Orientasinya bukan pada organisasi,

tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.

Sedangkan menurut Muhammad (2005:67) berpendapat mengenai komunikasi

organisasi yaitu:

(44)

Selain itu berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara No 28 Tahun 2011, komunikasi organisasi adalah

Proses menciptakan dan saling menukar pesan organisasi dalam satu jaringan hubungan yang saling bergantung satu dengan yang lainnya, baik formal maupun nonformal, untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah di dalam rangka mencapai visi, misi, dan tujuan instansi pemerintah.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan pertunjukkan dan penafsiran pesan

diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.

Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hirarkis

antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Pace dan

Faules, 2005:500).

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai komunikasi organisasi, peneliti

berpendapat bahwa komunikasi organisasi merupakan proses pengiriman dan

penerimaan pesan yang dilakukan di dalam suatu organisasi baik formal maupun

nonformal yang saling bergantung satu sama lain untuk mengatasi situasi organisasi

yang selalu berubah-ubah dan untuk mencapai tujuan organisasi itu sendiri.

2.4.2 Proses Komunikasi Organisasi

Berdasarkan peraturan menteri Negara pendayagunaan aparatur Negara nomor

28 tahun 2011 berpendapat bahwa ada empat proses komunikasi organisasi yang dapat

digunakan, yaitu sebagai berikut:

1. Komunikasi ke bawah (downward communication)

Komunikasi ke bawah adalah komunikasi ketika atasan mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah a. pembuatan instruksi kerja.

(45)

c penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku. d. pemberian motivasi.

2. Komunikasi ke atas (upward communication)

Komunikasi ke atas adalah komunikasi yang terjadi ketika bawahan mengirim pesan kepada atasan. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah a. pelaporan tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan

b penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan

c. penyampaian saran perbaikan d. penyampaian keluhan

3. Komunikasi horizontal (horizontal communication)

Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang berlangsung di antara para pegawai ataupun bagian lain yang memiliki kedudukaan yang setara. Fungsi arus komunikasi horizontal ini adalah

a. saling berbagi informasi b. memperbaiki koordinasi

c. mencari upaya pemecahan masalah

d. menjalin hubungan melalui kegiatan bersama. 4. Komunikasi antarsaluran (Interline communication)

Komunikasi antarsaluran (lintas saluran) adalah tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional.Staf khusus (specialist staff) biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi lintas saluran yang dilakukan spesialis staf dan orang-orang lainnya yang perlu berhubungan dalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk membimbing komunikasi lintas saluran.

2.4.3 Fungsi Komunikasi Organisasi

Secara umum, fungsi komunikasi dalam organisasi menurut Sendjaja

(2004:38) adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Informatif

Organisasi dapat di pandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi.Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.Informasi yang di dapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.

2. Fungsi Regulatif

(46)

a. berkaitan dengan orang-orang yang berbeda dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau instruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana mestinya. b. berkaitan dengan pesan, yaitu pesan-pesan regulative yang pada

dasarnya berorietasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

3. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar di banding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

4. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu:

a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut(bulletin, news letter) dan laporan kemajuan organisasi.

b. saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi

2.4.4 Gaya Komunikasi Organisasi

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 28

Tahun 2011 berpendapat bahwa ada lima gaya komunikasi organisasi yang

memerlukan pengelolaan agar komunikasi organisasi berjalan dengan baik, yaitu:

1. Gaya Komunikasi Mengendalikan

Gaya komunikasi mengendalikan ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa, dan mengatur perilaku, pikiran, dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communicator.

(47)

pesan.Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negative orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.

Pesan-pesan yang berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha menjual gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. Gaya ini sering dipakai untuk mempengaruhi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negative sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.

2. Gaya Komunikasi Dua Arah

Aspek penting gaya komunikasi dua arah ialah adanya landasan kesamaan. Gaya ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah.Tindak komunikasi ini dilakukan secara terbuka, artinya setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana informal, yang memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.

Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakana kesamaaan adalah orang-orang yang memiliki sikap kepeduliaan tinggi serta kemampuan membina hubungan baik dengan orang lain, baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja.

Gaya komunikasi dua arah akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, karena efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini menjamin berlangsungnya tindak berbagi di antara para anggota dalam suatu organisasi.

3. Gaya Komunikasi Terstruktur

Gaya komunikasi berstruktur memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis dan lisan memantapkan perintah. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan pesan, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.

4. Gaya Komunikasi Dinamis

(48)

5. Gaya Komunikasi Terbuka

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat, ataupun gagasan orang lain daripada keinginan untuk memberi perintah. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti, serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.

2.4.5 Indikator Komunikasi Organisasi

Secara sederhana, komunikasi terdiri atas tiga unsur, yaitu komunikator, pesan

dan komunikan. Dengan demikian, faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi

organisasi menurut Dewi (2007:15) adalah sebagai berikut:

1. Kredibilitas dan daya tarik komunikator

Kredibilitas komunikator menunjukan bahwa pesan yang disampaikannya dapat dipercaya. Kepercayaan yang tinggi terhadap komunikator akan menyebabkan kesediaan komunikan untuk menerima pesan dan mengubah sikap sesuai keingininan komunikator.

2. Kemampuan pesan untuk membangkitkan tanggapan

Suatu pesan akan menimbulkan reaksi dan umpan balik apabila kondisi berikut: a. menarik perhatian

Agar menarik perhatian, pesan dirancang dengan format baik, pilihan kata yang tepat, serta waktu dan media penyampaian yang tepat.

b. menggunakan lambang atau bahasa yang dipahami komunikan. c. mampu memahami kebutuhan pribadi komunikan.

3. Kemampuan komunikan untuk menerima dan memahami pesan

Komunikasi akan berlangsung efektif apabila komunikan memiliki kemampuan untuk memahami pesan, sadar akan kebutuhan dan kepentingannya, mampu mengambil keputusan sesuai kebutuhan dan kepentingannya, serta secara fisik dan mental mampu menerima pesan.

Menurut Roslan (2010:45) komunikasi organisasi memiliki beberapa faktor

yang mempengaruhinya, yaitu:

1. Adanya keterbukaan manajemen perusahaan terhadap para karyawan.

(49)

3. Adanya kesadaran dan pengakuan dari pihak perusahaan akan arti pentingnya suatu komunikasi timbalbalik dengan para karyawannya.

4. Adanya media komunikasi yang baik dalam perusahaan.

2.4.6 Efektivitas Komunikasi Organisasi

Sementara itu, menurut Kriyantono (2010:316) mengungkapkan ada beberapa

indikator yang mempengaruhi efektivitas komunikasi organisasi, yaitu sebagai berikut:

1. Iklim Komunikasi

Adalah Persepsi mengenai seberapa jauh anggota organisasi merasa bahwa organisasi dapat dipercaya, mendukung, terbuka terhadap, menaruh perhatian kepada, dan secara aktif meminta pendapat mereka, serta memberi penghargaan atas standar kinerja yang baik. Indikator yang di ukur adalah:

1. Kepercayaan, adalah persepsi anggota organisasi tentang seberapa jauh atasan, bawahan, dan sesama rekan kerja dapat dipercaya.

2. Pembuatan keputusan bersama, adalah persepsi anggota organisasi tentang keterlibatannya dalam proses pembuatan keputusan bersama.

3. Pemberian dukungan, adalah persepsi anggota organisasi tentang perhatian atau dukungan organisasi pada karyawan nya dan dukungan karyawan pada organisasinya.

4. Keterbukaan, adalah persepsi anggota organisasi tentang keterbukaan organisasi terhadap informasi yang dianggap penting bagi organisasi, kebebasan, dan kemudahan anggota dalam memperoleh informasi.

5. Perhatian atas tujuan berkinerja tinggi, adalah persepsi anggota organisasi tentang keinginan anggota dan organisasi untuk selalu memiliki tujuan kinerja tinggi.

2. Kepuasan Organisasi

Adalah persepsi tentang seberapa jauh anggota organisasi merasa puas dengan pekerjaan mereka, kepenyeliaan, upah, dan keuntungan, promosi, dan dengan rekan sejawat. Indikator yang diukur adalah:

a. Kepuasaan kerja, adalah persepsi tentang seberapa jauh anggota organisasi merasa puas dengan jenis pekerjaan yang diberikan dan kondisi lingkungan pekerjaan.

b. Kepuasan kepenyeliaan atau supervisi, adalah persepsi tentang seberapa jauh anggota organisasi merasa puas dengan sistem kepengawasan dan kepenyeliaannya.

c. Kepuasan upah dan keuntungan, adalah persepsi tentang seberapa jauh anggota organisasi merasa puas dengan gaji, tunjangan, dan fasilitas yang diterima.

(50)

penilaian, promosi, dan kesempatan dalam memperoleh peluang dalam pekerjaan.

e. Kepuasan pada rekan sejawat, adalah persepsi tentang seberapa jauh anggota merasa puas dengan hubungannya dengan sesame rekan kerja.

f. Aksesibilitas Informasi, adalah persepsi anggota organisasi mengenai seberapa jauh informasi tersedia bagi mereka dari berbagai sumber dalam organisasi, seperti atasan langsung, atasan lebih tinggi, kelompok, bawahan, dokumen-penerbitan, obrolan lisan.

g. Kualitas Media, adalah persepsi anggota organisasi mengenai seberapa jauh penerbitan, petunjuk tertulis, laporan, dan media lainnya dinilai menarik, tepat, efisien, dan dapat dipercaya.

3. Penyebaran Informasi

Persepsi anggota organisasi mengenai seberapa jauh pesan disebarkan melalui sebuah organisasi. Penyebaran informasi merupakan salah satu hal yang penting dalam proses komunikasi organisasi. Jika penyebaran informasi berjalan dengan baik, berarti informasi yang dibutuhkan dalam mendukung pekerjaan terpenuhi, sehingga proses kerja dalam organisasi dapat berjalan dengan baik. Penyebaran informasi berkaitan dengan penyebaran informasi dalam organisasi, saling memberikan informasi kepada pegawai lainnya, dan informasi sampai kepada pihak terkait.

4. Beban Informasi

Persepsi anggota organisasi sehubungan dengan seberapa jauh anggota organisasi merasa sudah menerima informasi yang lebih banyak atau lebih sedikit daripada yang ditangani atau yang diperlukan agar berfungsi secara efektif. Beban informasi berkaitan dengan kecukupan informasi, kelebihan informasi, kekurangan informasi, dan kelewatan informasi.

5. Ketepatan Pesan

Persepsi anggota organisasi mengenai informasi yang anggota organisasi ketahui tentang suatu pesan tertentu dibandingkan dengan jumlah informasi sesungguhnya di dalam pesan tersebut.ketepatan dalam komunikasi berkenaan dengan pesan saat ini, pesan yang sesuai dengan kebutuhan pegawai, kepercayaan terhadap pesan, dan distorsi pesan.

6. Budaya Organisasi

(51)

2.5 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, peneliti memaparkan penelitian terdahulu yang relevan

dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu tentang efektivitas komunikasi

organisasi di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi.

Rujukan pertama dalam penelitian ini adalah skripsi Ansyar mahasiswa

Universitas Hasanuddin jurusan Ilmu Administrasi Negara pada tahun 2010 dengan

judul Efektivitas Komunikasi Organisasi di Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan

Kota Makassar.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif

kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara dan observasi.Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui Efektivitas Komunikasi Organisasi Di Kantor Pelayanan

Administrasi Perizinan Kota Makassar.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa efektivitas komunikasi organisasi pada

Kantor Administrasi Perizinan Kota Makassar dalam mencapai tujuan organisasi

masih belum efektif, hal ini disebabkan karena situasi atau kondisi kantor yang padat

dan atasan hanya sering menggunakan komunikasi formal dengan bawahan, kepuasan

dalam menerima berita atau informasi terkait dalam hal atasan belum cepat dalam

mengatasi masalah bawahan dan seringnya pegawai menghilang pada jam kerja tanpa

memberitahukan kepada pegawai lain, serta saluran media yang digunakan dalam

berkomunikasi masih belum efektif, ini dikarenakan masih kurangnya penggunaan

(52)

(LAN) dalam komunikasi antar pegawai. Sehingga dalam ertukaran informasi dalam

organisasi dapat menghambat kinerja organisasi.

Perbedaan peneliti dengan penelitian terdahulu adalah metode penelitian yang

digunakan peneliti merupakan metode kuantitatif dengan pendekatan metode

deskriptif kuantitatif.Teori yang digunakan oleh peneliti adalah teori efektivitas

komunikasi organisasi oleh Kriyantono (2010). Tempat penelitian yang menjadi lokus

penelitian peneliti adalah di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi.

Persamaan dari peneliti dengan penelitian terdahulu adalah ingin mengetahui

bagaimana efektivitas komunikasi organisasi. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan

penelitian yang berjudul Efektivitas Komunikasi Organisasi Di Dinas Pendapatan

Daerah Kota Bekasi.

2.6 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

hubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah. Dalam

penelitian ini, kerangka berfikir akan ditujukan untuk mengetahui Efektivitas

Komunikasi Organisasi di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi. berikut adalah

kerangka berfikir dari penelitian ini

Dengan adanya komunikasi yang efektif di dalam organisasi, maka setiap

permasalahan yang terjadi di dalam organisasi dapat diselesaikan dengan baik yaitu

dengan melalui koordinasi yang baik tiap bidang di dalam organisasi. Komunikasi

(53)

baik karena dengan komunikasi yang efektif di dalam organisasi, maka tugas, pokok,

dan fungsi dari organisasi akan mudah tercapai.

Komunikasi juga merupakan suatu kewajiban yang harus dimiliki oleh setiap

manajer dalam mengelola sebuah organisasi.Menurut Bernard dalam Robbins

(1994:43) Komunikasi di dalam organisasi sangatlah penting untuk mencapai tujuan

organisasi oleh sebab itu, setiap manajer memiliki peran utama yaitu memperlancar

komunikasi di dalam organisasi dan mendorong para bawahan atau pegawai untuk

berusaha lebih keras.Oleh karena itu komunikasi sangat dibutuhkan di dalam

organisasi.

Berikut adalah gambar kerangka berfikir dalam peneltian berjudul Efektivitas

(54)

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

INPUT:

1. Rapat mingguan evaluasi kerja untuk per bidang di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi tidak rutin dilakukan, sehingga kurangnya koordinasi internal antara bawahan dengan atasan.

2. Pengunaan media papan pengumuman sebagai sarana komunikasi dalam penyampaian informasi, dirasakan tidak efektif.

3. Penyampaian pesan yang diskriminatif dari atasan atau pimpinan kepada bawahan atau pegawai, hal ini membuat adanya pengurangan atau kelebihan kata dalam penyampaian pesan.

PROSES:

Kriteria Efektivitas Komunikasi Organisasi (Kriyantono, 2010:316) 1. Iklim Komunikasi 2. Kepuasan Organisasi 3. Penyebaran Informasi 4. Beban Informasi 5. Ketepatan Pesan 6. Budaya Organisasi

OUTPUT :

Gambar

Gambar 1.1
Gambar 1.2 Papan Pengumuman Rapat
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem olah tanah pada tanah yang diolah mampu meningkatkan respirasi tanah dibandingkan tanah yang tidak diolah (TOT) karena tanah yang diolah mempunyai aerasi yang lebih

Berdasarkan data hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa senyawa kompleks 177 Lu- di-n-butilditiokarbamat disintesis pada kondisi

Berangkat dari kondisi tersebut, sesuai dengan PP Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi, penulis menginisiasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai

a) Mensosialisasikan kebijakan Program Prioritas Direktorat Pembinaan SMA dan Aplikasi Dapodik serta aplikasi Turunan Dapodik. b) Membantu Dinas Pendidikan Provinsi

Demak yang meneliti tentang Cerai Gugat Istri karena Tidak Terpenuhinya Nafkah Batin.” Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa suami istri wajib memberikan bantuan

Untuk mengurangi pengeluaran biaya dan waktu yang tidak perlu, pada tahap awal skrining dapat dilakukan oleh perawat atau tenaga medis terlatih dengan menggunakan kuesioner

Hal ini berarti ada perbedaan nilai kemampuan komunikasi matematika pada peserta didik kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan model PBL dengan kelas

Maka dapat disimpulkan bahwa masalah intelegensi siswa tunagrahita yang ada dibawah rata-rata membuat siswa tunagrahita mengalami hambatan dalam belajar menyesuaikan diri