• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Pendidikan Agama Isla

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Model Pembelajaran Pendidikan Agama Isla"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Ketentuan dan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Berbasis Kecerdasan Logis Matematis

Oleh Lola Nurhidayaty (1112011000035)

Dunia pendidikan Islam pada umumnya datang dari dua arah pendidikan yaitu dari diri manusia sendiri yang memang fitrahnya untuk melakukan proses pendidikan; dan dari budaya, yakni masyarakat yang memang menginginkan usaha pewarisan nilai maka semuanya memerlukan pendidikan.1

Pendidikan yang diperoleh oleh manusia merupakan sebagai upaya untuk mencerdaskan, agar manusia mampu menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan juga diimbangi dengan nilai moral Islam. Hal ini sesuai dengan tuntutan pendidikan, yaitu: to develope the body, the mind, and the soul.2

Perkembangan pendidikan Islam pun terus mengikuti rotasi kebudayaan dan peradaban dengan memberikan konstribusi yang semakin mantap. Pendidikan tidak lagi sebatas transfer of knowledge, tetapi juga transfer of values and transfer of skills3

dengan memiliki rumusan-rumusan sebagai pedoman untuk pengembangan dalam menghadapi persoalan dunia yang semakin kompleks. Sehingga tugas utama pendidik dalam dunia pendidikan Islam ialah membangun karakter peserta didik dengan kecerdasan multi inteligensi atau yang biasa dikenal dengan character building.

Maka dengan kesempurnaan kecerdasan yang dimiliki manusia, mereka dapat berpikir agar memahami dan menghayati seluruh aspek kehidupan, terutama dalam aspek pendidikan. Karena dalam kondisi apapun juga, manusia akan terus belajar selama ia hidup.

Salah satu kecerdasan manusia tersebut adalah kecerdasan logis matematis. Kecerdasan ini berkaitan dengan berhitung atau menggunakan angka dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan logis matematis menuntut seseorang berpikir secara logis, linier, teratur yang dalam teori belahan otak disebut dengan berpikir

1 Prof. DR. Hj. Chalidjah Hasan. Kajian Perbandingan Pendidikan. Surabaya: Al Ikhlas, 1995, hlm. 49

(2)

konvergen, atau dalam fungsi belahan otak, kecerdasan logis matematis merupakan fungsi kerja otak belahan kiri.

Dalam perjalanan hidup seseorang, kecerdasan logis matematis ini memberikan andil yang sangat besar terutama dalam membantu memberikan makna secara kuantitatif atas suatu hasil yang dilakukannya.4 Sebagai contoh ketika kita bertemu dengan teman lama yang mungkin dulu adalah teman karab kita di sekolah dasar, setelah berpisah selama 25 atau 30 tahun baru bertemu dan spontan teman tersebut bertanya kepada kita “bagaimana kabar?” tentu kita menjawab “baik-baik saja”, lau ditanya lagi “anaknya sudah berapa?” terhadap pertanyaan seperti ini, jika kecerdasan matematis logis tidak berfungsi, apa yang harus kita katakan. Disinilah terlihat kecerdasan logis matematis perlu dikembangkan.

Kecerdasan logis matematis memuat kemampuan seseorang dalam berfikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan berpikir secara matang dan realita. Peserta didik dengan kecerdasan logis matematis tinggi cenderung menyukai kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia menyukai berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktifitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika.5 Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut. Peserta didik ini juga sangat menyukai berbagai macam permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti catur dan bermain tebak kata.

Perlu diketahui pula bahwa keterampilan kerja dengan kecerdasan logis matematis meliputi mengurus keuangan, membuat anggaran, melakukan penelitian ekonomi, menyusun hipotesis, melakukan estimasi, melakukan kegiatan akuntasi, berhitung, mengadakan kalkulasi, menyusun statistik, melakukan audit, membuat penalaran, menganalisis, menyusun sistematika, mengklasifikasi, mengurutkan. 6

4 Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran.

Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm. 100 5 Ibid., hlm. 9-10

(3)

Kemampuan ini biasanya dimiliki oleh insinyur, ekonom, ilmuan, akuntan, sebagaimana pernah dimiliki pula oleh Aljabar, Albert Einstein, B.J. Habibie dan semua yang meraih gelar Doctor Cumlaude.7

A. Memahami Inteligensi Logis Matematis

Menurut Piaget, inteligensi adalah ciri bawaan yang dinamis sebab tindakan yang cerdas akan berubah saat organisme itu makin matang secara biologis dan mendapatkan pengalaman. Inteligensi pula merupakan bagian integral dari setiap organisme karena semua organisme yang hidup selalu mencari kondisi yang kondusif untuk kelangsungan hidup mereka. Namun, bagaimana kecerdasan memanifestasikan dirinya pada waktu tertentu akan selalu bervariasi sesuai kondisi yang ada.8

Logika merupakan suatu disiplin keilmuan yang ditemukan oleh Aristoteles, dibangun dengan argumen, validitas, bukti, definisi, dan konsistensi. Ketika logika formal belum diketahui, orang menggunakan logika sebagai pertimbangan dalam menentukan dan memutuskan sesuatu. Hal ini terjadi karena logika menonjolkan pemikiran yang logis dalam penetapan sesuatu.

Memperkenalkan logis formal kepada siswa berguna untuk menerapkan logika, dan untuk menguji bagaimana argumen dibuat. Argumen khusus secara logis terdiri atas dua macam pernyataan: dasar pemikiran yang menyatakan fakta dan kesimpulan yang ditarik dari beberapa premis. Percobaan logika untuk memberitahukan kepada kita: apakah benar jika premis itu benar. Dengan pengajaran proses pertimbangan secara logis, siswa dapat mengatasi kesulitannya melalui pertimbangan yang benar atau salah.

Ada beberapa macam logika, yang paling umum adalah logika deduktif dan induktif. Dalam logika deduktif, kesimpulan mengikuti premis yang telah dinyatakan. Sedangkan dalam logika induktif, kesimpulan dikembang selangkah demi selangkah dari khusus ke umum. Metode ilmiah menggunakan kedua tipe logika tersebut,

7 Ibid., hlm. 54

(4)

hipotesis sering dikembangkan melalui pertimbangan deduktif dan teori dibangun didasarkan pada berpikir induktif.9

Sedangkan pada inti kemampuan matematis merupakan kemampuan mengenal dan memecahkan masalah. Sementara inteligensi logis matematis ini menjadi hal yang paling penting bagi masyarakat Barat dan sering dihargai sebagai penuntun dan pelajaran bagi sejarah manusia. Gardner menegaskan bahwa inteligensi logis matematis bukanlah inteligensi yang tinggi dibandingkan dengan inteligensi yang lain, dan bukan pula diterima secara universal dengan pernghargaan yang paling tinggi karena terdapat masalah lain yang lebih tepat dipecahkan oleh jenis inteligensi yang lain.

Gardner menjelaskan model Piaget pada perkembangan kemajuan kognitif dari aktivitas sensori-motor ke operasi formal, sebagai suatu yang mungkin dan merupakan deskripsi perkembangan satu domain, yaitu dari inteligensi logis matematis. Piaget menggambarkan kemajuan dari inteligensi secara logis yang dimulai dengan interaksi seorang anak kecil dengan objek di lingkungannya, penemuan angka, peralihan dari objek yang konkret ke simbol yang abstrak, pertimbangan dari pernyataan secara hipotesis dalam suatu hubungan dan implikasinya. Gardner meragukan bahwa ide-ide kognitif Piaget dapat diterapkan sama baiknya dengan bidang lain dari kemampuan manusia.10

B. Sifat-sifat Inteligensi Logis Matematis

Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan mencakup tiga bidang yang saling berhubungan: matematika, sains, dan logika. Untuk mengembangkan kecerdasan logis matematis, beikut beberapa hal yang perlu diketahui:11

1. Seseorang harus mengetahui apa yang menjadi tujuan dan fungsi keberadaannya terhadap lingkungan.

2. Mengenal konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab akibatnya.

9 Ibid., hlm. 104

(5)

3. Menggunakan simbol abstrak untuk menunjukkan secara nyata, baik objek abstrak maupun konkret.

4. Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah secara logis. 5. Memahami pola dan hubungan.

6. Mengajukan dan menguji hipotesis.

7. Menggunakan bermacma-macam keterampilan matematis. 8. Menyukai operasi yang kompleks.

9. Berpikir secara matematis.

10. Menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah matematis. 11. Mengungkapkan ketertarikan dalam karier.

12. Menciptakan model baru atau memahami wawasan baru dalam sains atau matematis.

C. Pembelajaran Logis Matematis

Pembelajaran logis matematis di sekolah dapat dikembangkan dengan baik, jika guru memiliki komitmen untuk menerapkan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan kecerdasan logis matematis tersebut. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membangun diskusi siswa tentang berbagai kesulitan yang mereka hadapi dalam belajar matematika. Diskusi tersebut bukan saja dapat memberikan masukan kepada guru tentang strategi apa yang paling tepat diterapkan dalam pembelajaran, tetapi juga guru dapat melihat berbagai konsep atau topik yang perlu dioptimalkan siswa.

Dalam hal pembelajaran, saatnya menggunakan paradigma pengoptimalan potensi siswa, baik potensi intelektual maupun fisik. Mereka harus menjadi pelajar yang aktif, berani ditantang untuk menerapkan pengetahuan utama dan pengalaman baru mereka, dalam kondisi yang sulit sekalipun. Berbagai pendekatan pembelajaran harus mendorong siswa dalam proses pembelajaran, bukan sekedar mentransfer informasi kepada siswa.

Strategi dan Metodologi

(6)

Strategi pemanduan (cheerleading) seperti pemasangan spanduk, poster, atau baliho tentang berbagai nilai kebajikan atau slogan tentang moto karakter dan nilai.

Strategi pujian dan hadiah berlandaskan pada pemikiran yang positif (positive thinking) dan menerapkan penguatan positif (positive reinforcement). Hal ini bertujuan agar menjadi motivasi bagi yang lain untuk terus berbuat baik, sebagaimana dalam ajaran agama bahwa perbuatan baik akan dibalas dengan rahmat dari sisi Allah dan akan dihantarkan ke dalam surga. Namun strategi ini tidak bertahan lama, karena jika yang diberikan hadiah dan pujian adalah anak yang benar-benar tulus ingin berbuat baik, maka pada perkembangan selanjutnya banyak anak yang sengaja ingin terpilih berbuat baik semata-mata karena ingin mendapat pujian dan hadiah.

Strategi definisikan dan latihkan (define and drill) dengan meminta siswa untuk mengingat sederet nilai kebaikan dan mendefinisikannya sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya dan terkait dengan keputusan moralnya.

Strategi penegakan disiplin (forced formality) dengan melakukan pembiasaan (habituasi) kepada siswa untuk secara rutin melakukan sesuatu yang bernilai moral. Misalnya mengucapkan salam ketika hendak memasuki ruang belajar, bertemu guru, maupun pegawai sekolah serta kepada teman yang dijumpai. Dalam sekolah Islam swasta di Indonesia pun memiliki slogan yang merupakan kewajiban bila bertemu guru yang disebut dengan 4-S, yaitu senyum, sapa, salam, dan salim (mencium tangan ataupun berjabat tangan). Di negara-negara Barat dibiasakan seorang anak berkata “ya pak” atau “ya bu” (yes sir, yes ma’am) untuk afirmasi atau “no ma’am” atau “no sir” untuk negasi. Serta pembiasaan berbaris satu-satu saat masuk kelas, dan sebagainya.

Disamping itu pula, strategi yang paling penting bagi seorang pendidik dalam pembelajaran Islam yaitu seorang model hidup, uswatun hasanah (teladan yang baik) yang dapat dicontoh oleh setiap siswa, bertindak sebagai seorang pamong pengganti orang tua di sekolah, menyayangi anak-anak tanpa membedakan, dan dapat dekat dengan setiap anak.12 Sebagaimana pula yang telah diajarkan oleh Nabi dan Rasul Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada para kerabat dan para sahabat dalam menyampaikan Islam dengan pendekatan secara kekeluarga dan berbuat baik kepada siapa saja walaupun ia sering menyakiti hatinya, tetapi Nabi terus berbuat baik

(7)

dan mendoakan agar orang tersebut diberi hidayah dan hikmah untuk menerima Islam dengan baik dan tanpa paksaan.

Disamping itu pula, jika guru hendak menciptakan suasana belajar yang mengoptimalkan proses pembelajaran di kelas maka perlu dikembangkan proses belajar aktif, seperti berikut:13

1. Menggunakan berbagai macam strategi tanya jawab. 2. Mengajukan masalah untuk dipecahkan oleh para siswa. 3. Mengonstruksi model dari konsep kunci.

4. Menyuruh siswa untuk mengungkapkan pemahaman mereka dengan menggunakan objek yang konkret.

5. Memprediksikan dan membuktikan dampak atau hasil secara logis. 6. Mempertajam pola dan hubungan dalam bermacam-macam fenomena.

7. Meminta siswa untuk mengemukakan alasan dari pernyataan dan pendapat mereka.

8. Menyediakan kesempatan bagi para siswa untuk melakukan pengamatan dan analisis.

9. Mendorong siswa untuk membangun maksud dan tujuan dari belajar.

10. Menghubungkan konsep atau proses matematis dengan mata pelajaran lain dan juga dengan kehidupan nyata.

Adapun tipe-tipe belajar menurut Robert M. Gagne yang dapat diterapkan dalam pembelajaran berbasis logis matematis dan sebagai suatu kebulatan yang saling melengkapi, yaitu:14

 Belajar Konsep (ConceptLearning)

Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil memuat tafsiran terhadap fakta atau realita, dan hubungan antara berbagai fakta. Suatu konsep dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Misalnya, konsep tentang rukun Islam yang meliputi syahadatain, sholat, zakat, puasa, dan haji.

 Belajar Aturan (Rule Learning)

Tipe belajar aturan adlah lebih meningkat dari tipe belajar konsep. Dalam belajar aturan, seseorang dipandang telah memiliki berbagai konsep yang dapat

13 Ibid., hlm. 103-104

(8)

digunakan untuk mengemukakan berbagai formula, hukum, atau dalil. Contah dalam hal ini yaitu ketika belajar Ilmu Filsafat, dan Ilmu Fiqh Islam.

 Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Tipe belajar ini dapat dilakukan oleh seseorang apabila dalam dirinay sudah mampu mengaplikasikan berbagai aturan yang relevan dengan masalah yang dihadapinya. Dalam memecahkan masalah diperlukan waktu yang cukup, bahkan ada yang memakan waktu terlalu lama. Juga seringkali harus melalui berbagai langkah, seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu. Dalam segala langkah diperlukan pemikiran sehingga dalam memecahkan masalah akan diperoleh hasil yang optimal.

D. Mengembangkan Kecerdasan Logis Matematis

Kecerdasan logis matematis dapat dikembangkan dalam pembelajaran sekolah. Berikut hal yang dapat diciptakan dalam pembelajaran, yakni:15

1. Menceritakan masalah yang dihadapi sehari-hari. Masalah yang dihadapi setiap hari dapat diceritakan, untuk selanjutnya dipecahkan dengan bantuan pemikiran matematis.

2. Menerjemahkan masalah ke dalam konsep matematis.

3. Menciptakan ketepatan waktu untuk memecahkan masalah. Hal ini dimaksudkan agar proses penyelesaian matematis dapat diketahui keefektifannya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa makin mudah masalah dalam soal matematika, makin cepat penyelesaiannya atau makin efektif hasilnya.

4. Merencanakan dan melakukan suatu eksperimen, dengan menerapkan langkah-langkah kerja atau metode ilmiah agar mengetahui tingkat pencapaian penyelesaian masalah secara matematis.

5. Membuat suatu teknik yang mudah diterapkan dalam penelitian yang digunakan mencari pembenaran pemecahan masalah tersebut.

6. Membuat silogisme untuk mendemonstrasikan hasil. 7. Membuat analogi untuk menjelaskan.

8. Menggunakan keterampilan dalam berpikir.

9. Merancang suatu pola, kode, atau simbol untuk berpikir sesuatu. 10. Mengategorikan fakta-fakta yang dipelajari.

(9)

E. Menerapkan Kecerdasan Logis Matematis Dalam Pembelajaran

Pada dasarnya setiap anak dianugerahi kecerdasan matematika. Psikologi pendidikan dari Fakultas Psikologi UI, Gagan Hartana, M.Psi.,16 mengatakan bahwa kecerdasan matematis diartikan kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya. Menurutnya anak akan menghadapi problem yang dasar penyelesaiannya membutuhkan kemampuan matematika dan mampu berpikir abstrak. Begitu pula menurut Linda dan Bruce Campbell, penulis buku Teaching and Learning Through Multiple Intelligences, intelegensi logika matematika biasanya dikaitkan dengan otak yang melibatkan beberapa komponen, yaitu perhitungan secara matematis, berpikir logis, pemecahan masalah, pertimbangan induktif (penjabaran ilmiah dari khusus ke umum), pertimbangan deduktif (penjabaran ilmiah secara umum ke khusus), dan ketajaman pola-pola serta hubungan-hubungan. Intinya, anak bekerja dengan pola abstrak serta mampu berpikir logis dan argumentatif.

Anak dengan kemampuan ini akan senang berkutat dengan rumus dan pola-pola abstrak. Akan tetapi, tidak hanya pada bilangan matematika, namun juga meningkatkan pada kegiatan yang bersifat analitis dan konseptual. Hal ini ditegaskan Howard Gardner dalam bukunya Multiple Intelligences, The Theory in Practice, bahwa ada kaitan antara kecerdasan logis matematis dengan kecerdasan linguistik.17 Pada kemampuan matematis anak akan menganalisis atau menjabarkan alasan logis, serta kemampuan mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan linguistik diperlukan untuk menurutkan dan menjabarkannya dalam bentuk bahasa. Gardner memaparkan ciri anak cerdas matematika, pada usia balita, anak gemar bereksplorasi untuk memenuhi rasa ingin tahunya seperti menjelajah setiap sudut, mengamati benda-benda yang unik baginya. Selain itu, anak juga hobi mengutak-atik benda serta melakukan uji coba. Seperti, bagaimana jika kakiku masuk ke dalam ember penuh berisi air atau penasaran menyusun puzzle.

Gagan mengatakan, kecerdasan matematis bisa mengembangkan kecerdasan lainnya. Walaupun tidak berkaitan secara langsung, namun fungsinya bisa membantu

(10)

anak menyelesaikan masalah mengunakan dimensi matematika.18 Maka dapat dikatakan perkembangan kemampuan matematika dapat melahirkan pemikiran sistematis pada anak.

As’ari mengatakan, syarat anak bisa dikatakan mahir dalam mata pelajaran berbasis kecerdasan logis matematis, maka harus memiliki beberapa potensial19 seperti mempelajari mata pelajaran Aqidah, dengan potensial berikut:

 Menguasai konsep.

 Kelancaran prosedur, dengan mengetahui dan memahami soal mana yang memerlukan penjelasan secara terperinci, dalil-dalil dari Al-Qur’an maupun hadits, dan sebagainya.

 Kompeten.

 Penalaran yang logis. Menyangkut kemampuan menjelaskan secara logika, sebab-akibatnya serta sistematis.

Positive disposition. Sikap bahwa mata pelajaran aqidah bermanfaat dalam penerapan kehidupan.

F. Strategi Pengajaran Untuk Kecerdasan Logis Matematis20

1. Kalkulasi dan kuantifikasi. Senada dengan upaya reformasi pendidikan dewasa ini, guru didorong untuk menemukan kesempatan untuk membicarakan angka, baik di dalam maupun di luar matapelajaran matematika dan ilmu pasti. Dengan memberikan perhatian pada angka dalam mata pelajaran nonmatematis guru dapat lebih melibatkan siswa yang memiliki kecenderungan matematis logis, dan siswa lain dapat belajar memahami bahwa matematika tidak hanya ada dalam mata pelajaran matematika, tetapi juga dalam kehidupan.

2. Klasifikasi dan kategoris. Pikiran logis dapat dirangsang jika informasi (baik informasi linguistik, matematis logis, spasial, atau jenis data yang lain) ditata dalam kerangka kerja rasional tertentu. Misalnya, dalam unit dampak diskrimidasi yang diterima oleh para sahabat ketika masa dakwah Islam, siswa dapat menyebutkan kebijakan apa saja yang dilakukan Nabi untuk terus berdakwah menyampaikan keyakinan yang benar.

(11)

3. Pertanyaan sokratis. Gerakan berpikir kritis menciptakan alternatif bagi citra tradisional guru sebagai pentransfer pengetahuan. Dalam pertanyaan sokratis, guru berperan sebagai penanya dari sudut pandang siswa. Guru kebijaksanaan Yunani, Socrates adalah model untuk pengajaran ini. Alih-alih berceramah kepada siswa, guru justru ikut terlibat dalam dialog dengan siswa, untuk melihat apakah keyakinan mereka benar atau salah. Siswa mengemukakan hipotesis tentang cara kerja dunia, dan dengan pertanyaan-pertanyaan kritis guru “menguji” hipotesis tersebut untuk melihat kejelasan, ketepatan, akurasi, koherasi logis, atau relevansi hipotesis tersebut.

4. Heuristik. Heuristik merujuk pada kumpulan yang tidak mengikat dari strategi, aturan umum, panduan dan saran bagi pemecahan masalah logis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa heuristik dapat dipandang sebagai strategi pengajaran atau pembelajaran yang penting. Contoh prinsip heuristik meliputi mencari analogi masalah yang akan dipecahkan, memilah-milah suatu masalah, mengusulkan kemungkinan solusi masalah dan menelusurinya kebelakang serta menemukan masalah yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi untuk kemudian memecahkannya. Meskipun penerapan heuristik yang paling jelas ada di bidang ilmu pasti dan matematika, prinsip heuristik juga dapat digunakan dalam mata pelajaran nonmatematis logis.

5. Penalaran ilmiah. Sama seperti harus menemukan matematika di setiap bagian kurikulum, guru juga harus menemukan penalaran ilmiah di luar wilayah ilmu pasti. Penyebaran penalaran ilmiah dalam kurikulum dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara. Misalnya, siswa dapat mempelajari pengaruh peradaban Islam pada zaman emas terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan hingga saat ini.

G. Penerapan Kecerdasan Ganda Dalam Pembelajaran di Kelas21

1. Bagaimana dalam penataan waktu di kelas? Apakah siswa mendapatkan kesempatan untuk mengerjakan pekerjaannya tanpa terganggu interupsi atau apakah mereka harus selalu menghentikan kegiatan dahulu untuk masuk ke topik yang baru?

2. Apakah jadwal sekolah disusun dengan rapi sehingga mengoptimalkan rentang perhatian siswa (pagi hari paling cocok untuk tugas akademis yang terfokus,

(12)

siang hari untuk kegiatan yang lebih terbuka) atau apakah mereka harus belajar dalam kondisi yang tidak sesuai dengan perubahan rentang perhatian mereka?

3. Apakah ada konsistensi dalam jadwal sekolah siswa (misalnya, rutinitas, ritual, peraturan, masa beralih ke kegiatan baru yang efektif) atau apakah suasananya kacau, selalu terjadi perubahan pada setiap ajaran yang baru dimulai.

H. Tips Membentuk Situasi Belajar yang Kondusif dalam Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Logis Matematis22

1. Lingkungan yang aman dan tidak mengancam.

2. Reward dan punishment sebaiknya belum digunakan dalam tahap awal proses belajar.

3. Keduanya (reward dan punishment) digunakan untuk pembentukan kebiasaan, namun bukan pada proses belajar.

4. Beri respons secepatnya saat anak tengah belajar, orang tua tak hanya berkomentar ketika menilai hasilnya.

5. Jangan sampai membuat anak tertekan yang justru membuatnya menjadi sulit mencerna dan memahami.

6. Hindari menerapkan sistem pembelajaran konsolidasi yang membuat anak belajar menyelesaikan soal dengan cepat dengan menggunakan satu metode penyelesaian saja sehingga kemampuan anak tidak bertambah luas.

I. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Kecerdasan Logis Matematis

Setelah memahami kecerdasan logis matematis beserta dengan strategi pembelajaran dan model pembelajaran, berikut akan disampaikan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis kecerdasan logis matematis.

Pada dasarnya, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk membimbing hubungan pribadi seseorang dengan karakter Islam, dan hubungannya dengan berbagai aspek kemanusiaan dengan didasarkan pada tingkah laku Rasul sebagai kriteria ideal.23 Maka dengan demikian, dalam pengajaran dan pembelajaran seorang guru Pendidikan Agama Islam haruslah yang memiliki akhlak mulia sehingga dapat menjadi teladan yang baik atau model bagi murid-muridnya.

22 Ibid., hlm. 121

(13)

Disamping itu pula, tugas-tugas pendidik Islam terhadap murid-muridnya dalam Pembelajaran Agama Islam yaitu:

1. Mengidentifikasi karakteristik murid. Dari sini pendidik akan menyeimbangkan tujuan dan metode belajar pendidikan Islam dalam membangun dan mengembangkan kepribadian Islam yang ideal pada murid-muridnya.

2. Menyampaikan materi aspek-aspek kepribadian muslim, seperti dan aspek spiritual, keyakinan dan ibadah, sosial, dan sebagainya.

3. Memahami faktor-faktor dan masalah-masalah yang mempengaruhi murid dalam pembentukan kepribadian muslim dan menumbuhkan kepercayaan peran murid dalam memahami kepribadian muslim dalam dunia.24

Adapula program-program yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar tercapainya tujuan pendidikan Islam yang berdasarkan inteligensi logis matematis, yaitu diantaranya:

1. Pemahaman Islami tentang pembelajaran dalam pendidikan dan peran pendidikan Islam dalam kehidupan dunia.

2. Komponen-komponen program Islami dalam identitas Islam yang diinginkan sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, yaitu tujuan, isi, aktifitas, sarana, dan teknologi perkembangan pendidikan.

3. Pengajaran bahasa dalam program Islami, dengan menanamkan kepercayaan bahwa bahasa Arab penting bagi orang Arab dan nono-Arab sebagai bahasa ibu masyarakat; bahasa internasional dan implikasinya dalam pengembangan kepribadian muslim.

4. Konsep Islam tentang klasifikasi sains, seperti mengajarkan ilmu pasti (ilmu biologi, ilmu geografi, ilmu antropologi, dan sebagainya).

5. Pengajaran seni untuk meningkatkan kreatifitas dan keterampilan, seperti mengajarkan ilmu khot dan imla.

6. Kriteria Islam bagi rencana riset, seperti implikasi yang baik dalam mempelajari ilmu sejarah dan ilmu sains untuk melanjutkan eksperimen dan penelitian.25

(14)
(15)

Daftar Pustaka

Hasan, Chalidjah. 1995. Kajian Perbandingan Pendidikan. Surabaya: Al Ikhlas.

B. Uno, Hamzah dan Kuadrat, Masri. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

________. Perencanaan Pembelajaran. 2010. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Tugas akhir ini membuat form dinamis pada lingkungan basis data relasional dengan tujuan untuk membangun aplikasi otomasi penilaian kualitas isian borang; membandingkan

[r]

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menyatakan telah melakukan perjanjian kerjasama untuk pemberian Bantuan Kegiatan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan Perguruan

Berdasarkan hasil validasi media video tutorial model pembelajaran berbasis masalah oleh ahli materi fisika, ahli media pembelajaran, ahli pendidikan dan pengajaran (pedagogik)

The results showed that there were differences in secondary metabolite profiles of ethanol extract of lempuyang gajah from Solo and Yogyakarta, but its zerumbon levels did not

Samba untuk melayani client Windows XP dan NFS untuk melayani client Ubuntu Linux LTS Edition, proses migrasi itu sendiri membutuhkan 2 username karena pada netware

 Memberikan rekomendasi kepada Menteri dan gubernur mengenai pola pembinaan dan pengawasan Rumah Sakit berdasarkan analisis hasil pembinaan dan pengawasan;.  Memberikan

 Kelemahan hati yang menyebabkan rapuhnya hubungan individu itu dengan Allah SWT menyebabkan kehidupannya menjadi sempit, seolah-olah tiada jalan keluar dari setiap