• Tidak ada hasil yang ditemukan

SALINAN SURAT EDARAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /SEDK.02/2015 TENTANG AKUNTANSI ASET TETAP DAN ASET TAKBERWUJUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SALINAN SURAT EDARAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /SEDK.02/2015 TENTANG AKUNTANSI ASET TETAP DAN ASET TAKBERWUJUD"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Yth.

1. Para Anggota Dewan Komisioner; 2. Para Pimpinan Satuan Kerja; dan

3. Seluruh Pegawai Otoritas Jasa Keuangan, di tempat.

SALINAN

SURAT EDARAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /SEDK.02/2015

TENTANG

AKUNTANSI ASET TETAP DAN ASET TAKBERWUJUD

Sehubungan dengan Peraturan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor 01/13/PDK/XII/2012 Tentang Standar Dan Kebijakan Akuntansi Otoritas Jasa Keuangan yang beberapa kali telah diubah terakhir dengan Peraturan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/PDK.02/2014 tanggal 5 November 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor 01/13/PDK/XII/2012 Tentang Standar Dan Kebijakan Akuntansi Otoritas Jasa Keuangan, perlu diatur kembali ketentuan mengenai Akuntansi Aset Tetap dan Aset Takberwujud dalam Surat Edaran Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan.

I. KETENTUAN UMUM

Dalam Surat Edaran Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan:

1. Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

(2)

2. Aset Tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam kegiatan OJK, tidak dimaksudkan untuk dijual dan mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.

3. Aset Takberwujud adalah aset yang dapat diidentifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan OJK, tidak dimaksudkan untuk dijual dan mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.

4. Biaya Perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan.

5. Perpanjangan Hak atas Tanah adalah biaya untuk memperoleh semua hak atas tanah yang diterbitkan oleh pemerintah berdasar peraturan perundang-undangan.

6. Masa Manfaat adalah periode suatu aset diharapkan digunakan dalam kegiatan OJK.

7. Masa Manfaat Hak Atas Tanah adalah masa manfaat tanah atau masa berlaku hak, dipilih yang lebih pendek.

8. Nilai Buku adalah Biaya Perolehan suatu aset setelah dikurangi akumulasi Penyusutan Aset Tetap atau Amortisasi Aset Takberwujud.

9. Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu Aset Tetap selama Masa Manfaat aset tersebut.

10. Amortisasi adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat diamortisasi dari suatu Aset Takberwujud selama masa manfaat aset tersebut.

11. Nilai Residu Aset adalah estimasi jumlah yang dapat diperoleh OJK saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi biaya

(3)

pelepasan, jika aset telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir masa manfaatnya.

II. PENGAKUAN ASET TETAP DAN ASET TAKBERWUJUD 1. Pengakuan Aset Tetap

a. Biaya Perolehan Aset Tetap

Pengeluaran yang dikapitalisasi sebagai Aset Tetap adalah pengeluaran dalam rangka pengadaan barang dengan kriteria sebagai berikut:

1) terdapat pada Daftar Aset Tetap dan Aset Takberwujud sebagaimana ditetapkan oleh Deputi Komisioner yang melaksanakan fungsi keuangan dalam Keputusan Deputi Komisioner; dan/atau

2) semua jenis barang yang tidak terdapat pada Daftar sebagaimana dimaksud pada butir 1) di atas dan barang tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun serta digunakan dalam kegiatan dengan Biaya Perolehan per unit barang paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

b. Biaya Selanjutnya Aset Tetap

1) Pengeluaran setelah perolehan tanah dicatat sebagai berikut:

a) dalam hal dimaksudkan untuk meningkatkan manfaat ekonomis semula berupa peningkatan kinerja maka ditambahkan sebagai penambah Nilai Buku.

b) dalam hal dimaksudkan untuk memperpanjang hak atas tanah maka diakui sebagai Perpanjangan Hak atas Tanah.

(4)

2) Pengeluaran sehubungan dengan Aset Tetap milik OJK yang memperpanjang Masa Manfaat atau yang meningkatkan kapasitas dan memenuhi kriteria kapitalisasi diakui sebagai penambah Nilai Buku Aset Tetap.

3) Pengeluaran sehubungan dengan Aset Tetap yang bukan milik OJK (aset yang diperoleh dengan sewa pembiayaan atau pinjaman) yang meningkatkan kapasitas dan memenuhi kriteria kapitalisasi diakui sebagai Aset Tetap lainnya.

4) Pengeluaran yang berkaitan dengan Aset Tetap selain dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 3, diakui sebagai beban tahun berjalan.

2. Pengakuan Aset Takberwujud

a. Biaya Perolehan Aset Takberwujud

Pengeluaran dalam rangka pengadaan semua perangkat lunak/sistem aplikasi teknologi informasi yang dibangun (

in-house dan/atau outsource) atau dibeli siap pakai atau masih

memerlukan modifikasi yang dapat dikapitalisasi sebagai Aset Takberwujud, jika mempunyai Masa Manfaat lebih dari satu tahun dan digunakan dalam kegiatan OJK dengan Biaya Perolehan paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

b. Biaya Selanjutnya Aset Takberwujud

1) Pengeluaran yang diakui sebagai penambah Nilai Buku Aset Takberwujud adalah pengeluaran dalam rangka pengembangan suatu perangkat lunak/sistem aplikasi teknologi informasi, yang bersifat struktural berdasarkan ketetapan satuan kerja yang membidangi teknologi informasi.

2) Pengeluaran yang berkaitan dengan Aset Takberwujud selain dimaksud pada angka 1, diakui sebagai beban

(5)

tahun berjalan, antara lain: pemeliharaan dan perbaikan, biaya lisensi perangkat lunak/sistem aplikasi untuk periode setelah tahun perolehan.

III. PENGUKURAN SAAT PENGAKUAN ASET TETAP DAN ASET TAKBERWUJUD

1. Pengukuran Saat Pengakuan Aset Tetap

a. Pengeluaran-pengeluaran yang diakui sebagai Biaya Perolehan Tanah terdiri dari:

1) harga transaksi pembelian tanah termasuk tanaman, prasarana, bangunan di atasnya yang harus dibeli kemudian dimusnahkan;

2) biaya konstruksi atau pembuatan tanah, bila lahan tanah diciptakan;

3) biaya ganti rugi penghuni, biaya relokasi; 4) biaya pembelian tanah lain sebagai pengganti; 5) biaya komisi perantara jual beli tanah;

6) biaya pematangan tanah.

b. Pengeluaran-pengeluaran yang diakui sebagai Biaya Perolehan Hak atas Tanah antara lain meliputi:

1) biaya legal audit seperti pemeriksaan keaslian sertifikat tanah, rencana tata kota;

2) biaya pengukuran-pematokan-pemetaan ulang; 3) biaya notaris, biaya jual-beli dan PPAT;

4) pajak terkait jual-beli tanah;

5) biaya resmi yang harus dibayar ke kas negara untuk perolehan hak, baik status maupun peruntukan.

(6)

c. Pengeluaran-pengeluaran yang diakui sebagai Biaya Perolehan Aset Tetap selain tanah terdiri dari:

1) harga Aset Tetap, termasuk biaya perancangan, bea masuk, biaya perijinan dan pajak;

2) biaya-biaya yang terkait secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan;

3) biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai dengan Aset Tetap siap digunakan yang merupakan bagian dari kontrak pengadaan Aset Tetap;

4) dalam hal terdapat komponen yang melekat (telah terpasang) maka Biaya Perolehan komponen dimaksud menambah Biaya Perolehan Aset Tetap sepanjang nilainya tidak material atau masa manfaatnya sama.

d. Biaya Perolehan Aset Tetap atau Tanah yang diperoleh melalui pertukaran diakui sebesar:

1) Nilai Buku Aset Tetap atau Tanah yang diserahkan, dalam hal tidak terdapat pembayaran atau penerimaan kas atau setara kas.

2) Nilai Buku Aset Tetap atau Tanah yang diserahkan ditambah dengan jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan, dalam hal terdapat pembayaran kas atau setara kas.

3) Nilai Buku Aset Tetap atau Tanah yang diserahkan dikurangi dengan jumlah kas atau setara kas yang diterima, dalam hal terdapat penerimaan kas atau setara kas.

e. Biaya Perolehan Aset Tetap dan/atau Tanah yang berasal dari hibah atau donasi diakui sebesar nilai wajar Aset Tetap dan/atau Tanah, dengan menggunakan harga taksiran atau harga pasar.

(7)

f. Perolehan Aset Tetap dan/atau Tanah yang berasal dari penerimaan hibah atau donasi diakui sebagai pendapatan tangguhan pada tahun berjalan.

g. Dalam hal terdapat pengadaan Aset Tetap dan/atau Tanah yang tidak dilanjutkan atau tidak diimplementasikan, maka semua biaya yang telah dikeluarkan dibebankan sebagai beban tahun berjalan.

2. Pengukuran Saat Pengakuan Aset Takberwujud

a. Pengeluaran-pengeluaran yang diakui sebagai Biaya Perolehan suatu Aset Takberwujud terdiri dari:

1) harga pengadaan (pembelian/pembangunan) termasuk bea masuk, pajak dan biaya pengiriman;

2) biaya lisensi pada tahun perolehan;

3) biaya konsultan dalam rangka pengadaan Aset Takberwujud yang merupakan satu kesatuan dengan harga Aset Takberwujud;

4) biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai dengan Aset Takberwujud siap digunakan yang merupakan bagian dari kontrak pengadaan Aset Takberwujud;

5) dalam hal pada perolehan Aset Takberwujud terdapat komponen hardware yang tidak dapat dikapitalisasi sebagai Aset Tetap, maka Biaya Perolehan hardware menambah Aset Takberwujud.

b. Pengeluaran-pengeluaran yang diakui sebagai Biaya Perolehan Aset Takberwujud yang dibangun sendiri/swakelola terdiri dari:

1) harga beli atau biaya lisensi perangkat lunak/sistem aplikasi teknologi informasi tahun perolehan yang digunakan dalam pengadaan Aset Takberwujud;

2) biaya konsultan dan biaya kepada rekanan dalam rangka pengadaan perangkat lunak/sistem aplikasi teknologi

(8)

informasi yang merupakan bagian dari kontrak pengadaan Aset Takberwujud.

c. Dalam hal terdapat Aset Takberwujud yang tidak dilanjutkan atau tidak diimplementasikan, maka semua biaya yang telah dikeluarkan dibebankan sebagai beban tahun berjalan.

d. Biaya Perolehan Aset Takberwujud yang berasal dari hibah atau donasi diakui sebesar nilai wajar Aset Takberwujud, dengan menggunakan harga taksiran atau harga pasar.

e. Perolehan Aset Takberwujud yang berasal dari penerimaan hibah atau donasi diakui sebagai pendapatan tangguhan pada tahun berjalan.

IV. PENGUKURAN SETELAH PENGAKUAN ASET TETAP DAN ASET TAKBERWUJUD

1. Aset Tetap

Menggunakan model biaya dalam mengakui nilai Aset Tetap, yaitu dicatat sebesar Biaya Perolehan dikurangi akumulasi Penyusutan. 2. Aset Takberwujud

Menggunakan model biaya dalam mengakui nilai Aset Takberwujud, yaitu dicatat sebesar Biaya Perolehan dikurangi akumulasi Amortisasi.

V. PENGUNGKAPAN ASET TETAP DAN ASET TAKBERWUJUD

1. Pengakuan atau pengefektifan Aset Tetap dan Aset Takberwujud, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. untuk Aset Tetap dan Aset Takberwujud yang diperoleh sekaligus, pengakuan dilakukan pada saat serah terima atau pembayaran, dipilih yang lebih dahulu.

(9)

Dalam hal Aset Tetap diperoleh sekaligus dan langsung dapat digunakan namun tidak terdapat Berita Acara Serah Terima (BAST), pengakuan dilakukan pada saat pembayaran.

b. untuk Aset Tetap dan Aset Takberwujud yang diperoleh secara bertahap seperti bangunan, pengakuan dilakukan pada saat BAST tahap terakhir penyelesaian pekerjaan.

VI. PENYUSUTAN ASET TETAP DAN AMORTISASI ASET TAKBERWUJUD 1. Aset Tetap

a. Metode Penyusutan Aset Tetap

Aset Tetap disusutkan dengan metode garis lurus sepanjang masa manfaat tanpa Nilai Residu.

Dalam hal terjadi penambahan Nilai Buku Aset Tetap karena adanya pengeluaran sebagaimana dimaksud pada butir II.1.b. di atas, Penyusutan atas pengeluaran dalam rangka renovasi/upgrading dimaksud dihitung berdasarkan Masa Manfaat Aset Tetap baru, sedangkan Penyusutan atas Aset Tetap induk dihitung sampai Masa Manfaatnya habis.

b. Periode Penyusutan Aset Tetap

Masa manfaat Aset Tetap untuk kepentingan penyusunan Laporan Keuangan ditetapkan oleh Deputi Komisioner yang melaksanakan fungsi keuangan dalam Keputusan Deputi Komisioner, sebagai berikut:

1) bukan bangunan;

a) kelompok 1 dengan Masa Manfaat 4 tahun; b) kelompok 2 dengan Masa Manfaat 8 tahun. 2) bangunan dengan Masa Manfaat 20 tahun;

3) dalam hal aset tetap bukan bangunan yang dapat dikapitalisasi namun tidak terdapat dalam Keputusan

(10)

Deputi Komisioner, maka satuan kerja yang melaksanakan fungsi keuangan dan satuan kerja terkait menetapkan kelompok Masa Manfaat aset tersebut.

Periode perhitungan Penyusutan Aset Tetap dimulai sejak tanggal perolehan Aset Tetap tersebut.

Masa Manfaat Aset Tetap ditelaah ulang dalam hal:

1) terjadi beban yang menambah Masa Manfaat sehubungan dengan penambahan atau penggantian komponen Aset Tetap sebagaimana dimaksud pada butir II.1.b;

2) terjadi kondisi tertentu yang sangat berpengaruh pada berkurangnya Masa Manfaat Aset Tetap seperti terjadi kecelakaan, bencana alam, kebakaran, kerusuhan, maka nilai kerugiannya berdasarkan taksiran harus diakui. Dalam hal terdapat nilai kerugian minimal 70 persen dari Nilai Buku, maka Aset Tetap tersebut dihapusbukukan. Telaah ulang dilakukan oleh satuan kerja yang berwenang melakukan pengelolaan Aset Tetap.

2. Aset Takberwujud

a. Metode Amortisasi Aset Takberwujud

Aset Takberwujud diamortisasi dengan metode garis lurus sepanjang Masa Manfaat tanpa Nilai Residu.

Dalam hal terjadi penambahan Nilai Buku Aset Takberwujud karena adanya pengeluaran sebagaimana dimaksud pada butir II.2.b. di atas, Amortisasi atas pengeluaran dalam rangka pengembangan dimaksud dihitung berdasarkan Masa Manfaat Aset Takberwujud baru, sedangkan Amortisasi atas Aset Takberwujud induk dihitung sampai Masa Manfaatnya habis. b. Periode Amortisasi Aset Takberwujud

Masa Manfaat Aset Takberwujud untuk kepentingan penyusunan Laporan Keuangan ditetapkan dengan Masa Manfaat sebagaimana ditetapkan oleh Deputi Komisioner yang

(11)

melaksanakan fungsi keuangan dalam Keputusan Deputi Komisioner.

Periode perhitungan Amortisasi Aset Takberwujud dimulai sejak tanggal perolehan Aset Takberwujud tersebut.

Masa Manfaat Aset Takberwujud ditelaah ulang dalam hal: 1) terjadi beban yang menambah Masa Manfaat sehubungan

dengan penambahan atau penggantian komponen Aset Takberwujud sebagaimana dimaksud pada butir II.2.b; 2) terjadi kondisi tertentu yang sangat berpengaruh pada

berkurangnya Masa Manfaat Aset Takberwujud, antara lain kecelakaan, bencana alam, kebakaran, kerusuhan, maka nilai kerugiannya berdasarkan taksiran harus dihapuskan beserta nilai akumulasi Amortisasi.

Telaah ulang dilakukan oleh satuan kerja yang berwenang melakukan pengelolaan Aset Takberwujud.

VII. PENGHENTIAN PENGAKUAN ASET TETAP DAN ASET TAKBERWUJUD 1. Dalam hal tanah, Aset Tetap, atau Aset Takberwujud dijual,

dihibahkan, ditukarkan, maupun ditarik dari pemakaian atau hilang, maka Biaya Perolehan tanah, Biaya Perolehan, dan akumulasi Penyusutan dari Aset Tetap atau Biaya Perolehan dan akumulasi Amortisasi dari Aset Takberwujud dihapuskan dari laporan posisi keuangan.

2. Keuntungan yang timbul dari pelepasan Tanah, Aset Tetap atau Aset Takberwujud diakui sebagai pendapatan tahun berjalan. 3. Kerugian yang timbul dari pelepasan Tanah, Aset Tetap atau Aset

Takberwujud diakui sebagai beban tahun berjalan.

4. Dalam hal terdapat penggantian asuransi yang diterima pada tahun berjalan, maka nilai penggantian yang diterima dari perusahaan asuransi mengurangi nilai kerugian, namun apabila diterima pada tahun berikutnya diakui sebagai pendapatan.

(12)

5. Nilai Buku dari Tanah, Aset Tetap, atau Aset Takberwujud yang ditarik dari pemakaian karena digantikan dengan Tanah, Aset Tetap, atau Aset Takberwujud yang baru, dihapus dan diakui sebagai beban anggaran tahun berjalan.

6. Prosedur penghapusan Aset Tetap dan Aset Takberwujud mengacu kepada ketentuan mengenai penghapusan aset.

VIII. JURNAL PEMBUKUAN

Ilustrasi jurnal pembukuan transaksi-transaksi Aset Tetap dan Aset Takberwujud adalah sebagaimana dimaksud pada Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Dewan Komisioner OJK ini.

IX. KETENTUAN LAIN-LAIN

Pencatatan dan pelaporan akuntansi Aset Tetap dan Aset Takberwujud OJK yang diatur dalam SE DK ini mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. Pencatatan dan pelaporan akuntansi Aset Tetap dan Aset Takberwujud yang sumber pendanaannya berasal dari APBN mengacu pada peraturan yang berlaku.

X. PENUTUP

1. Dengan berlakunya Surat Edaran Dewan Komisioner OJK ini, Surat Edaran Dewan Komisioner OJK Nomor 12/SEDK.02/2013 tentang Akuntansi Aset Tetap dan Aset Tak Berwujud dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(13)

2. Ketentuan dalam Surat Edaran Dewan Komisioner OJK ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 2015.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 9 Juli 2015

WAKIL KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

ttd

RAHMAT WALUYANTO Salinan sesuai dengan aslinya

Direktur Hukum 1 Departemen Hukum

ttd

Referensi

Dokumen terkait

Pada Proyek pembangunan Apartemen Bellini Tower Paltrow City Semarang Konsultan supervisi adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek untuk melaksanakan

Setelah terbentuk Analysis Services Project, lanjutkan dengan membuat Data Source, fungsi Data Source adalah sebagai sumber data yang akan digunakan untuk melakukan analisis

Parameter lingkungan, SST dan Chl-a di Laut Banda mempunyai hubungan yang kuat dengan koefisien korelasi -0.918, dan berfluktuasi berdasarkan perubahan musim

Peran Ektrakurikuler ReMas dalam Meningkatkan Karakter Religius Siswa Melalui Kegiatan Hadrah atau Shalawatan di. SMAN 1 Kauman

Penelitian ini bertujuan untuk membuat kampas rem kereta api berbahan komposit non asbestos dengan penguat serat waru dan untuk mengetahui pengaruh fraksi berat serat

Hasil menunjukkan bahwa ada pengaruh prolanis terhadap self management lansia dengan hipertensi secara signifikan (p= 0,001) dapat dilaksanakan secara sistematis, sesuai

Prestasi kerja pemupukan adalah tujuh baris/HK (setara dengan lima karung pupuk ukuran 50 kg). Karung bekas pemupukan dikumpulkan untuk dihitung jumlah pupuk

prestasi belajar geografi siswa kelas X SMA Negeri 1 KotaBumi Lampung Utara Tahun ajaran 2011-2012.. memberikan ide, perasaan, dukungan alternatif pemecahan masalah dan