• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MEMINIMALISIR TINGKAT KECEMASAN MENJELANG ULANGAN KENAIKAN KELAS MELALUI BIMBINGAN BELAJAR MENGGUNAKAN TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa VIID SMP Negeri 2 Sambirejo, Sragen Tahun Ajaran 20132014) SKRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA MEMINIMALISIR TINGKAT KECEMASAN MENJELANG ULANGAN KENAIKAN KELAS MELALUI BIMBINGAN BELAJAR MENGGUNAKAN TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa VIID SMP Negeri 2 Sambirejo, Sragen Tahun Ajaran 20132014) SKRI"

Copied!
217
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MEMINIMALISIR TINGKAT KECEMASAN MENJELANG ULANGAN KENAIKAN KELAS

MELALUI BIMBINGAN BELAJAR

MENGGUNAKAN TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa VIID

SMP Negeri 2 Sambirejo, Sragen Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Melani Dian Pratiwi NIM : 101114046

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

UPAYA MEMINIMALISIR TINGKAT KECEMASAN MENJELANG ULANGAN KENAIKAN KELAS

MELALUI BIMBINGAN BELAJAR

MENGGUNAKAN TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa VIID

SMP Negeri 2 Sambirejo, Sragen Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Melani Dian Pratiwi NIM : 101114046

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO

Percaya pada kemampuan diri jangan pernah

terpengaruh orang lain karena sesungguhnya yang

mampu menyelesaikan persoalan adalah diri

sendiri

Pesan dan do’a orangtua adalah kekuatan terhebat

ketika berada dalam benang keputusasaan

Doa yang ku panjatkan dalam setiap sujudku

adalah sebuah kekuatan untuk menggapai impianku

(6)

v   

PERSEMBAHAN

Karyaku  ini  ku  persembahkan  untuk  orang‐orang  yang  senantiasa 

membantu, mendukung, dan selalu menyemangatiku, yaitu :  

 

Kedua orangtuaku Wagino dan Suyati, S.Pd

Simbahku Painah

Kakakku Yuyun Setyawan,Amd. Kep

Sahabat Terbaikku Winda Arifianti, Amd.Keb

Kekasihku Danu Mukti

Sahabat-sahabatku BK 2010 B Dian Kristiana, Ristin

Rahmawati, Kristituta Ambarsari, Yusika Marthafani, Elista

Tri Winahyu Jati, Fitri Naiti, Frida Mayangsari, Albertus

Arif Priambodo, dan Ciputra Albalenta

Karyaku ini tidak akan pernah selesai tanpa dukungan, bantuan, dan 

semangat kalian. 

 

 

 

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

UPAYA MEMINIMALISIR TINGKAT KECEMASAN MENJELANG ULANGAN KENAIKAN KELAS

MELALUI BIMBINGAN BELAJAR

MENGGUNAKAN TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa VIID

SMP Negeri 2 Sambirejo, Sragen Tahun Ajaran 2013/2014)

Melani Dian Pratiwi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk meminimalisir tingkat kecemasan siswa menjelang ulangan kenaikan kelas serta untuk mengetahui seberapa baik penurunan tingkat kecemasan siswa melalui layanan bimbingan belajar dengan menggunakan teknik relaksasi progresif pada siswa kelas VIID SMP Negeri 2 Sambirejo Sragen Tahun ajaran 2013/2014.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang telah dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini dilakukan dalam satu kali pertemuan. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIID SMP Negeri 2 Sambirejo, Sragen Tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 34 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Data penelitian ini diperoleh melalui skala kecemasan dan didukung oleh hasil observasi selama kegiatan bimbingan belajar berlangsung, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan antara pre-test dan post-test, dimana terdapat penurunan skor item dan skor subjek pada setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat adanya penurunan tingkat kecemasan secara signifikan menjelang ulangan kenaikan kelas pada siswa kelas VIID SMP Negeri 2 Sambirejo, Sragen setelah mengikuti layanan bimbingan belajar dengan menggunakan teknik relaksasi progresif. Hasil rata-rata jumlah skor subyek pada pra siklus adalah 64.85%. Pada siklus I rata-rata skor subyek menurun menjadi 54.21%. Pada siklus II rata-rata skor subyek menurun menjadi 43.55%. Pada siklus III rata-rata jumlah skor subyek menurun menjadi 30.64%. Dari hasil T-test juga menunjukkan bahwa Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan menjelang ulangan kenaikan kelas pada siswa kelas VIID SMP Negeri 2 Sambirejo, Sragen dapat diminimalisir melalui bimbingan belajar dengan menggunakan teknik relaksasi progresif.

(10)

ix

ABSTRACT

THE EFFORD TO MINIMIZE LEVEL OF ANXIETY TOWARDS FINAL TEST USING TUTOR AND PROGRESSIVE RELAXATION TECHNIQUE (An Action Research in Guidance and Counseling in Class VIID

ofSambirejo 2 State Junior High School, Sragen 2013/2014 Academic Year)

Melani Dian Pratiwi Sanata Dharma University

Yogyakarta

The aim of study is to minimize the anxiety level of students towardsincrease of class test and to find out how the decrease anxiety levels of students through tutoring services using progressive relaxation techniques in 7th grade students of 2013/2014 from Sambirejo 2 State Junior High School, Sragen. This study is an Action Research in Guidance and Counseling (PTBK) which has been implemented in threecycles. Each cycle in this study is conducted in one session. The subject of this research is 7th grade students of 2013/2014 from Sambirejo 2 State Junior High School, Sragen. The participant are 34 students, consisting of 18 male of students and 16 female students. The research data was analyzed through the anxiety scale and supported by the results of observations during tutoring, interviews, and documentation.

The analysis showed that there is a different result between the pre-test and post-test. This is proved by decreasing item score and score of subject at each cycle. This suggests that decrease significantly anxiety levels towards the final test taken by the 7th grade students of 2013/2014 from Sambirejo 2 State Junior High School, Sragen after attending tutoring services using progressive relaxation techniques. The average total score on the stuject of are-cycle is 64,85%. The average of the first cycle score of the subject is decreasing to 54,21%. The average of the second cycle score of the subject is decreasing to 43,55%. The third cycle the average total score is decreasing to 30,64%. The T-test result also showed that Ho is rejected. Based on the explanation above, it can be conduded that the level of anxiety towards final test of the 7th grade students of 2013/2014 from Sambirejo 2 State Junior High School, Sragen can be minimized by tutoring using progressive relaxation techniques.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar dan terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk melengkapi sebagian dari syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini sangat membantu penulis dalam memperkaya ilmu selama melakukan penelitian. Penulis mengucapkan terimakasih atas kesempatan, bimbingan, tenaga dan waktu yang telah diberikan oleh beberapa pihak dalam memperlancar skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan, semangat, dan doa dari berbagai pihak yang sangat mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada.:

(12)

xi

2. Juster Donal Sinaga, M.P.d selaku Wakaprodi Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah membantu dan memberikan kelancaran kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma yang telah mencurahkan waktu dan tenaga untuk berbagi ilmu dengan penuh ketulusan.

4. Mas A. Priyatmoko selaku sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling yang selalu membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi.

5. Ibu Nining Kristanti, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Sambirejo yang berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

6. Drs. Suyatno dan Sri Lestari selaku Guru BK di SMP Negeri 2 Sambirejo yang berkenan membantu, mengarahkan, dan membimbing dalam pelaksanaan penelitian.

7. Drs. Murjoko selaku Waka Kurikulum yang bersedia membantu pelaksanaan penelitian.

8. Seluruh Guru dan staf karyawan SMP Negeri 2 Sambirejo Sragen yang mau menerima, memberikan saran, pendapat dan membantu selama proses penelitian.

(13)

xii

10. Kedua Orangtua Wagino dan Suyati, S.Pd yang telah memberikan semangat, motivasi, dukungan dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. Doa dan dukunganmu adalah semangatku. 11. Simbahku Painah yang senantiasa memberikan nasehat, doa dan

dukungan sehingga skripsi ini dapat selesai.

12. Kakakku Yuyun Setyawan, Amd.Kep yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai.

13. Danu Mukti yang selalu membantu, menyemangati dan

mendampingi penulis selama penyusunan hingga skripsi dapat diselesaikan.

14. Winda Arifianti, Amd.Keb yang tak henti-hentinya menyemangati dan selalu memberikan dukungan saat peneliti mengalami kesulitan pada proses penyusunan skripsi.

15. Kakak sepupuku Sulistyanto atas bantuan dan semangatnya selama penulis mengerjakan skripsi.

16. Saudara-saudaraku Dwi Wulandari, Nyantik dan Sri yang selalu mengingatkan, dan menyemangati ketika penulis hilang semangat. 17. Sahabat - sahabatku BK 2010 atas kesempatan, kebersamaan, dan

dukungan selama perkuliahan hingga skripsi ini selesai.

(14)
(15)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO... ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN.. ... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. ... vii

ABSTRAK. ... viii

G. Definisi Operasional... 7

BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Hakikat Kecemasan ... 9

1. Pengertian Kecemasan ... 9

2. Jenis-jenis Kecemasan ... 11

3. Gejala-gejala Kecemasan ... 14

4. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan ... 16

5. Aspek-aspek Kecemasan ... 18

6. Penyebab Kecemasan Menjelang Ujian. ... 22

7. Upaya Menekan Kecemasan Menjelang Ujian. ... 23

B. Layanan Bimbingan Belajar ... 27

1. Pengertian Bimbingan Belajar ... 27

2. Tujuan Bimbingan Belajar ... 28

3. Fungsi Bimbingan Belajar... 30

4. Pelaksanaan Bimbingan Belajar ... 31

C. Relaksasi Progresif ... 32

1. Pengertian Relaksasi Progresif ... 32

2. Manfaat Relaksasi Progresif ... 33

3. Jenis-jenis Relaksasi Progresif ... 34

(16)

xv

D. Kerangka Berfikir... 39

E. Hipotesis Tindakan... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 44

B. Subjek Penelitian ... 45

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 45

D. Setting Penelitian ... 46

E. Partisipan dalam penelitian. ... 46

F. Peran dan Posisi Peneliti ... 47

G. Prosedur Penelitian... 48

H. Tahap Penelitian... ... 50

I. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 56

J. Data dan Sumber Data ... 56

K. Teknik Pengumpulan Data. ... 57

1. Skala Kecemasan ... 57

2. Pengamatan/observasi ... 57

3. Wawancara. ... 57

L. Instrumen Pengumpulan Data. ... 58

1. Skala Kecemasan ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. ... 73

1. Pra Tindakan ... 73

a. Perencanaan Tindakan Pra Tindakan ... 73

b. Pelaksanaan Tindakan Pra Tindakan ... 74

1) Rekaman Fakta ... 74

2) Hasil Pengukuran skala kecemasan ... 76

c. Hasil Pengamatan dan Hasil Wawancara ... 79

1) Hasil Pengamatan ... 79

2) Hasil Wawancara ... 81

d. Hasil Refleksi Pra Tindakan... 83

2. Penelitian Tindakan Siklus I ... 84

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 84

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 87

(17)

xvi

2) Hasil Pengukuran Kecemasan ... 90

c. Hasil Pengamatan dan hasil wawancara ... 94

1) Hasil pengamatan ... 95

2) Hasil Wawancara ... 96

d. Hasil Refleksi Tindakan Siklus I... 97

3. Penelitian Tindakan Siklus II ... 99

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 99

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 99

1) Rekaman Fakta ... 100

2) Hasil Pengukuran skala kecemasan ... 102

c. Hasil Pengamatan dan Hasil Wawancara ... 106

1) Hasil Pengamatan ... 106

2) Hasil Wawancara ... 107

d. Hasil Refleksi Tindakan Siklus II ... 108

4. Penelitian Tindakan Siklus III ... 109

a. Perencanaan Tindakan Siklus III. ... 109

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III ... 110

1) Rekaman Fakta ... 110

2) Hasil pengukuran skala kecemasan ... 113

c. Hasil Pengamatan dan Hasil Wawancara. ... 116

1) Hasil Pengamatan ... 116

2) Hasil Wawancara ... 117

d. Hasil Refleksi Tindakan Siklus III ... 118

5. Ketercapaian Kriteria Keberhasilan ... 119

6. Hasil Uji Hipotesis ... 119

B. Pembahasan ... 121

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 127

B. Keterbatasan Penelitian ... 128

C. Saran ... 128

1. Bagi Guru BK ... 128

2. Bagi Siswa ... 129

3. Bagi Peneliti Lain ... 129

4. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling ... 130

DAFTAR PUSTAKA ... 131

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tugas Peneliti dan Kolaborator ... 48

Tabel 3.2 Kegiatan Pengumpulan Data ... 51

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Kecemasan ... 59

Tabel 3.4 Lembar Observasi ... 60

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas ... 63

Tabel 3.6 Hasil Itung Indeks Reliabilitas ... 65

Tabel 3.7 Kategori Skor Item ... 68

Tabel 3.8 Kategori Skor Subjek ... 69

Tabel 3.9 Kriteria Keberhasilan ... 71

Tabel 4.1 Distribusi Skor Item Pra Tindakan... 76

Tabel 4.2 Distribusi Skor Subyek Pra Tindakan ... 78

Tabel 4.3 Hasil Observasil Pra Tindakan ... 80

Tabel 4.4 Distribusi Skor Item Siklus I ... 91

Tabel 4.5 Distribusi Skor Subyek Siklus I ... 93

Tabel 4.6 Hasil Observasi siklus I ... 96

Tabel 4.7 Distribusi Skor Item Siklus II ... 102

Tabel 4.8 Distribusi Skor Subyek Siklus II ... 104

Tabel 4.9 Hasil Observasi Siklus II ... 107

Tabel 4.10 Distribusi Skor Item Siklus III ... 113

Tabel 4.11 Distribusi Skor Subyek Siklus III ... 115

Tabel 4.12 Hasil Observasi Siklus III ... 117

Tabel 4.13 Kriteria dan Target Keberhasilan ... 119

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(20)

xix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Skor Item Pra Tindakan ... 77

Grafik 2 Skor Subyek Pra Tindakan ... 79

Grafik 3 Perbandingan Skor Item Pra Tindakan dan Siklus I... .. 92

Grafik 4 Perbandingan Skor Subyek Pra Tindakan dan Siklus I... .. 94

Grafik 5 Perbandingan Skor Item Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II ... 103

Grafik 6 Perbandingan Skor Subyek Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II ... 105

Grafik 7 Perbandingan Skor Item Pra Tindakan, Siklus I , Siklus II dan Siklus III ... 114

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Satuan Pelayanan Bimbingan ... 135

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 160

Lampiran 3. Tabulasi data Skor Kecemasan ... 167

Lampiran 4. Rekapitulasi Data Penelitian ... 176

Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas, Validitas, dan T-test ... 185

Lampiran 6. Foto-foto Penelitian ... 191

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Kecemasan merupakan salah satu dari perasaan emosi yang dialami oleh setiap manusia. Rasa cemas merupakan rasa yang timbul akibat perasaan terancam terhadap suatu hal yang dapat terjadi pada siapapun, dimanapun dan kapanpun. Perasaan ini juga sering menyerang para siswa yang sedang menempuh pendidikan di sekolah. Biasanya mereka mengalami kecemasan pada saat menjelang ulangan harian, Ujian Tengah Semester (UTS), Ulangan Kenaikan Kelas (UKK), Ujian Akhir Sekolah (UAS), dan Ujian Nasional (UN).

Perasaan cemas yang dihadapi siswa bisa terjadi karena perasaan khawatir yang mereka hadapi. Diantaranya adalah takut tidak dapat mengerjakan soal yang akan diberikan, tidak mendapatkan nilai yang bagus, merasa sulit menjawab soal, takut salah memilih jawaban, dan khawatir nilai yang diperoleh rendah dan mengharuskan siswa mengikuti

remedy.

(23)

mengganggu kinerja fungsi-fungsi psikologis seseorang, seperti berkonsentrasi, mengingat, takut gagal, pembentukan konsep dan pemecahan masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik (somatik), seperti gangguan pada saluran pencernaan, sering buang air, gangguan jantung, sesak di dada, gemetaran bahkan pingsan.

Penelitian Hill (dalam Hasan C.D : 2007) juga membuktikan bahwa kecemasan dapat menjadi faktor penghambat dalam belajar. Hasil dari penelitian Hill menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa yang mengikuti tes gagal menunjukkan kemampuan mereka yang sebenarnya disebabkan oleh situasi dan suasana tes yang membuat mereka cemas. Sebaliknya, para siswa memperlihatkan hasil yang lebih baik jika berada pada kondisi yang lebih optimal, dalam arti unsur-unsur yang membuat siswa berada di bawah tekanan dikurangi atau dihilangkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya para siswa tersebut menguasai materi yang diujikan tapi gagal memperlihatkan kemampuan mereka yang sebenarnya karena kecemasan yang melanda mereka saat menghadapi tes.

(24)

tidak keluar sehingga menyebabkan mereka tinggal kelas. Dari pernyataan tersebut peneliti memperoleh fenomena bahwa sebagian besar siswa di kelas VIID SMP Negeri 2 Sambirejo mengalami kecemasan terlebih dahulu sebelum menjalani tes ulangan kenaikan kelas dan hal ini sangat berpengaruh pada kondisi fisik, kognitif, dan afektik siswa akibat dari kecemasan yang mereka alami.

Dampak yang ditimbulkan akibat kecemasan menjelang ulangan kenaikan kelas sangatlah merugikan kerja siswa maka perlu adanya upaya untuk meminimalisir kondisi tersebut. Peneliti akan melakukan bimbingan belajar pada siswa yang mengalami kecemasan menjelang ulangan kenaikan kelas. Bimbingan belajar ini berupaya untuk mengatasi dan mencegah permasalahan yang dihadapi siswa terutama untuk mengatasi timbulnya kecemasan pada siswa menjelang ulangan kenaikan kelas.

Pada saat memberikan bimbingan belajar peneliti menggunakan teknik relaksasi progresif (relaksasi otot) sebagai alat untuk meminimalisir tingkat kecemasan yang dihadapi oleh siswa. Teknik relaksasi progresif adalah suatu teknik yang digunakan untuk membuat seseorang relaks dan dapat menurunkan kecemasan akibat suatu keadaan tertentu dengan cara melemaskan otot-otot badan.

(25)

Melalui Bimbingan Belajar dengan Menggunakan Teknik Relaksasi Progresif Pada Siswa Kelas VIID di SMP Negeri 2 Sambirejo.”

B. Identifikasi masalah

Masalah yang mendasari penelitian ini adalah:

1. Dalam kenyataannya terlihat bahwa banyak sekali orang yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi saat menghadapi situasi tertentu dan hal itu sangat mengganggu fungsi-fungsi psikologis seseorang.

2. Sebagian besar siswa di SMP Negeri 2 Sambirejo Sragen khususnya kelas VIID memiliki tingkat kecemasan yang tinggi pada saat menjelang ulangan kenaikan kelas.

3. Bimbingan belajar dengan menggunakan teknik relaksasi progresif belum diketahui hasilnya.

4. Kinerja pelajar akan lebih optimal ketika siswa mengerjakan tes ulangan kenaikan kelas tidak mengalami kecemasan.

C. Pembatasan Masalah

(26)

Kelas Melalui Bimbingan Belajar dengan Menggunakan Teknik Relaksasi Progesif Pada Siswa Kelas VIID di SMP Negeri 2 Sambirejo Sragen.”

D. Rumusan Masalah

1. Apakah tingkat kecemasan siswa kelas VIID pada saat menjelang ulangan kenaikan kelas dapat diminimalisir melalui bimbingan belajar dengan menggunakan teknik relaksasi progesif di SMP Negeri 2 Sambirejo Sragen ?

2. Seberapa tinggi tingkat penurunan kecemasan siswa menjelang ulangan kenaikan kelas melalui bimbingan belajar dengan menggunakan teknik relaksasi progresif pada setiap siklusnya ? 3. Apakah terdapat perbedaan tingkat penurunan kecemasan siswa

secara signifikan menjelang ulangan kenaikan kelas melalui bimbingan belajar dengan menggunakan teknik relaksasi progresif pada setiap siklusnya?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

(27)

2. Mengetahui seberapa tinggi penurunan tingkat kecemasan siswa melalui bimbingan belajar dengan menggunakan teknik relaksasi progresif pada setiap siklusnya.

3. Mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat penurunan kecemasan siswa secara signifikan menjelang ulangan kenaikan kelas melalui bimbingan belajar dengan menggunakan teknik relaksasi progresif pada setiap siklusnya

F. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu : 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususunya dalam bidang ilmu Bimbingan dan Konseling, sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru BK sekolah

(28)

b. Bagi Siswa

Siswa dapat mengatasi kecemasan ketika menjelang ulangan kenaikan kelas. Selain itu siswa menjadi lebih mampu dan optimal dalam mengerjakan ulangan kenaikan kelas.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan kesempatan bagi peneliti untuk memberikan ilmu yang telah didapat selama kuliah di program Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

G. Definisi Operasional

Supaya tidak terjadi salah pengertian maksud dari judul penelitian ini, maka peneliti merasa perlu memberikan penegasan-penegasan batasan istilah dalam judul “Upaya Meminimalisir Tingkat Kecemasan Menjelang Ulangan Kenaikan Kelas Melalui Bimbingan Belajar dengan Menggunakan Teknik Relaksasi Progresif Pada Siswa Kelas VIID di SMP Negeri 2 Sambirejo, Sragen”, yaitu :

(29)

blocking, khawatir, takut, gelisah dan gemetar menjelang ulangan kenaikan kelas. Kecemasan dalam penelitian ini berfokus pada kecemasan menjelang ulangan kenaikan kelas.

2. Bimbingan Belajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa, sehingga tercapai tujuan belajar yang diinginkan.

(30)

9

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Bab ini berisi kajian konseptual penelitian yaitu: hakikat kecemasan, bimbingan belajar, relaksasi progresif, dan kerangka berfikir.

A. Hakikat Kecemasan pada Siswa Menjelang Ulangan Kenaikan Kelas 1. Pengertian Kecemasan

Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya (Wiramihardja, 2005).

Lubis (2009) menjelaskan bahwa kecemasan adalah tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal. Individu mengalami kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang. Kecemasan dialami ketika berfikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi.

(31)

didominasi oleh efek negatif. Sementara itu, kecemasan disebabkan oleh suatu ancaman yang bersifat lebih umum dan subjektif. Kecemasan merupakan reaksi biasa atau sesuatu yang normal terjadi.

Sieber (dalam Sudrajat, 2008) menyatakan kecemasan dalam ujian merupakan faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi psikologis seseorang, seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, takut gagal, pembentukan konsep dan pemecahan masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik (somatik), seperti gangguan pada saluran pencernaan, sering buang air, gangguan jantung, sesak di dada, gemetaran bahkan pingsan.

Sedangkan Hasan (2007) menyatakan bahwa siswa mungkin membayangkan tingkat kesulitan soal yang sangat tinggi, sehingga memicu kecemasan mereka yang tidak hanya soal yang sulit saja yang tidak dapat mereka jawab, tetapi juga soal-soal yang mudah yang sebenarnya sudah mereka kuasai. Wujud dari rasa cemas ini bermacam-macam, seperti jantung berdebar lebih keras, keringat dingin, tangan gemetar, tidak bisa berkonsentrasi, kesulitan dalam mengingat, gelisah, atau tidak bisa tidur malam sebelum tes.

(32)

psikologis dan fisik seseorang. Kecemasan bisa terjadi pada siapa saja karena kecemasan merupakan suatu keadaan yang mengganggu seseorang akibat dari suatu tekanan ataupun keadaan tertentu yang mengakibatkan seseorang mengalami ketakutan dalam hidup mereka. Pada penelitian ini fokus peneliti adalah mengenai kecemasan siswa menjelang ulangan kenaikan kelas di mana masih banyak siswa yang mengalami kecemasan akibat suatu tuntutan yang harus mereka jalani, baik dari orangtua, guru, maupun teman. Kecemasan ini bisa terjadi karena pikiran dan perasaan mereka yang tidak terkendali sehingga dapat memicu timbulnya kecemasan berlebih seperti membayangkan soal ulangan yang sulit, pengawas yang galak, dan materi yang mereka pelajari tidak keluar.

2. Jenis - Jenis Gangguan Kecemasan

Ada beberapa jenis gangguan kecemasan (Supratiknya, 1995) yaitu:

a. Gangguan kecemasan umum (Generalized anxiety disorder) atau keadaan cemas (anxiety states). Pada kasus ini, penderita menunjukkan simtom-simtom sebagai berikut :

(33)

2) Terlalu peka atau mudah tersinggung dalam pergaulan, sering merasa tidak mampu, minder, depresi, serta sedih.

3) Sulit berkonsentrasi, mengambil keputusan, dan takut salah.

4) Rasa tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap tegang lamban, bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang secara tiba-tiba atau yang tidak diharapkan, dan selalu melakukan gerakan-gerakan neurotik tertentu, seperti mematah-matahkan kuku jari, mendeham, dan sebagainya.

5) Sering mengeluh bahwa ototnya tegang, khususnya pada leher dan di sekitar bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering buang air kecil, dan menderita gangguan tidur berupa imsomnia serta mimpi buruk.

6) Banyak keringat dan telapak tangannya sering basah 7) Sering berdebar-debar dan tekanan darahnya tinggi 8) Sering mengalami gangguan pernafasan dan

berdebar-debar tanpa sebab yang jelas

(34)

berkeringat, pingsan, badan terasa dingin, terkencing-kencing, serta sakit perut.

b. Gangguan Obsesif-Kompulsif

Dalam kasus ini, penderita merasa terdorong atau terpaksa berfikir sesuatu dan/melakukan tindakan tertentu yang tidak dimauinya. Dalam reaksi obsesif, pikiran-pikiran yang menghantui tersebut bersifat persisten (tidak mau hilang). Pikiran tersebut dapat berupa kekhawatiran (pada tingkat kognitif) dan sangat mengganggu tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam reaksi kompulsif, penderita merasa harus melakukan tindakan tertentu yang baginya sendiri terasa

absurd atau aneh dan sebenarnya ia tidak mau melakukannya. Gangguan obsesif-kompulsif lazim diderita oleh orang-orang yang minder dan merasa tidak aman, yang kaku suara hatinya, yang mudah merasa bersalah, dan yang mudah merasa terancam. Dalam situasi ini gangguan tersebut muncul karena berbagai sebab :

(35)

2) Perasaan bersalah atau takut terkena hukuman. Contohnya: mencuci tangan berkali-kali pada saat mengalami kecemasan

3) Untuk menciptakan suasana yang aman dan tertib, khususnya menghadapai situasi yang mengancam dan menimbulkan kecemasan.

c. Gangguan fobia

Fobia adalah perasaan takut yang bersifat menetap terhadap obyek atau situasi tertentu yang sesungguhnya tidak menimbulkan ancaman nyata bagi yang bersangkutan. Fobia memiliki beberapa sifat khusus sebagai berikut :

1) Perasaan takutnya intens dan mengganggu kegiatan sehari-hari si penderita.

2) Biasanya disertai sintom-sintom lain, seperti : pusing-pusing, sakit punggung, sakit perut, dsb

3) Kadang-kadang disertai kesulitan membuat

keputusan. Gejala ini disebut desidofobia, atau takut membuat keputusan.

3. Gejala-Gejala Kecemasan

(36)

sehingga dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun mental.

Menurut Gunarsa (2004) gejala-gejala kecemasan dapat dilihat dari perubahan ekspresi muka, tiba-tiba muka menjadi merah, membesarnya pupil mata, gerakan-gerakan otot muka, perubahan gerak-gerik tubuh seperti kakunya otot-otot, kegelisahan, interupsi gerakan yang tiba-tiba, aktivitas yang berlebih-lebihan, mengunyah benda-benda atau bagian dari tubuhnya, menggigit diri sendiri atau orang lain, dan macam-macam tingkah laku yang kompulsi.

Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada di dalam kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang benar-benar ada. Rochman (2010) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain : a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir

setiap kejadian menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.

(37)

c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan

delusion of persecution (delusi yang dikejar-kejar).

d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.

e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.

4. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan

Kecemasan sering kali menyerang seseorang pada jangka waktu tertentu sebelum ia mengahadapi situasi yang berarti bagi hidupnya seperti ujian. Pikiran-pikiran yang negatif dapat mempercepat meunculnya serangan kecemasan. Menurut Ramaiah (2003) ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :

a. Lingkungan

(38)

b. Emosi yang ditekan

Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama. c. Sebab-sebab fisik

Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.

Daradjat (dalam Rochman, 2010) mengemukakan beberapa penyebab dari kecemasan yaitu :

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran

(39)

c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.

5. Aspek–Aspek Kecemasan

Menurut Tresna (2011) Aspek kecemasan menjelang ulangan kenaikan kelas dapat dikategorikan menjadi tiga aspek yaitu manifestasi kognitif, manifestasi afektif, dan manifestasi fisik yang tidak terkendali. Adapun penjelasan tentang aspek dan indikator kecemasan menjelang ulangan kenaikan kelas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Manifestasi Kognitif yang Tidak Terkendali

Manifestasi kognitif yang tidak terkendali adalah munculnya kecemasan sebagai akibat dari cara berpikir siswa yang tidak terkondisikan yang seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi menjelang ulangan kenaikan kelas. Adapun indikator manifestesi kognitif dalam kecemasan menjelang ulangan kenaikan kelas yaitu: sulit konsentrasi dan mental blocking.

(40)

diselesaikannya ketika menjelang ulangan kenaikan kelas. Sulit konsentrasi menjelang ulangan kenaikan kelas ditunjukkan dengan kesulitan dalam memahami materi ulangan kenaikan kelas. Mental blocking adalah hambatan secara mental/psikologis yang menyelubungi pikiran siswa menjelang ulangan kenaikan kelas sehingga siswa tidak bisa berpikir dengan tenang. Manifestasi (kemunculan) mental blocking ditunjukkan dengan pertanda bahwa saat membaca bahan materi ulangan kenaikan kelas tiba-tiba pikiran seperti kosong (blank) dan kemungkinan tidak mengerti apa yang telah di pelajari.

b. Manifestasi Afektif yang Tidak Terkendali

Manifestasi afektif yang tidak terkendali adalah kecemasan muncul sebagai akibat siswa merasakan perasaan yang berlebihan menjelang ulangan kenaikan kelas yang diwujudkan dalam bentuk perasaan khawatir, gelisah dan takut menjelang ulangan kenaikan kelas terutama pada mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Berdasarkan definisi tersebut, maka indikator kondisi afektif kecemasan menjelang ulangan kenaikan kelas, yaitu: bingung, takut, khawatir dan gelisah.

(41)

mempelajari materi ujian siswa sulit untuk memilih bahan yang akan ia pelajari terlebih dahulu karena pikirannya. Khawatir dalam menghadapi ulangan kenaikan kelas adalah perasaan terganggu akibat bayangan/pikiran buruk yang dibuat oleh siswa sendiri dan dibayangkan akan terjadi saat menghadapi ulangan kenaikan kelas. Bayangan dan pikiran buruk yang dimaksud yaitu merasa khawatir apabila soal ulangan terlalu sulit untuk dijawab, perkiraan antara apa yang dipelajari tidak keluar dalam ulangan.

Takut adalah suatu perasaan tidak berani menghadapi sesuatu yang pada perasaannya akan mendatangkan bencana bagi siswa saat menghadapi ulangan kenaikan kelas. Rasa takut tersebut membuat siswa menjadi tidak berdaya untuk berpikir dengan baik karena selalu dibayangi oleh bencana yang dibayangkan karena kemungkinan tidak bisa mendapatkan nilai yang memuaskan, takut tidak lulus, dan takut duduk paling depan sehingga tidak bisa tenang menjelang ulangan kenaikan kelas.

(42)

c. Manifestasi Fisik yang Tidak Terkendali

Manifestasi fisik adalah suatu gangguan fisik yang berlebih sebagai akibat kecemasan yang dihadapi oleh siswa. Kecemasan tersebut seringkali ditunjukkan dengan gangguan-gangguan fisik seperti gemetar, berkeringat dan gangguan pencernaan. Berdasarkan definisi tersebut, maka indikator manifestasi fisik dalam kecemasan menjelang ulangan kenaikan kelas, yaitu gemetar, berkeringat dan gangguan pencernaan.

Gemetar adalah suatu gerakan yang dilakukan tanpa sengaja, karena merasakan suatu ancaman ketika menjelang ulangan kenaikan kelas seperti membayangkan soal ulangan yang sulit kemudian tangan gemetar. Semua gerakan ini tanpa disadari dan dapat mempengaruhi tangan, lengan, kepala, wajah, pita suara dan kaki.

(43)

membuat siswa sembelit ataupun berkurang nafsu makannya.

6. Penyebab Kecemasan Menjelang Ulangan Kenaikan Kelas Menurut Wibowo (2012) kecemasan menjelang ulangan kenaikan kelas disebabkan oleh :

a. Tidak menguasai materi pembelajaran

b. Tidak percaya diri, tidak siap dan tidak biasa menghadapi kenyataan

c. Tidak memiliki kesiapan mental dan fisik menjelang ulangan kenaikan kelas

d. Menganggap bahwa ulangan kenaikan kelas adalah hal yang menakutkan

e. Pembelajaran di sekolah dianggap belum mencukupi untuk membekali dirinya dalam ulangan kenaikan kelas

Sedangkan menurut Muhibin (2008) penyebab kecemasan menjelang ulangan kenaikan kelas adalah :

a. Standar nilai kelulusan yang dianggap siswa terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan kemampuan siswa yang menyebabkan banyak siswa yang tidak mencapai nilai batas minimal

(44)

c. Siswa berada ditengah persaingan yang ketat sehingga siswa dituntut untuk lebih meningkatkan kemampuan akademiknya.

7. Upaya Menekan Kecemasan Menjelang Ulangan Kenaikan Kelas

Menurut Yudhawati dan Haryanto (2011) Cara mengatasi kecemasan pada siswa menjelang ulangan kenaikan kelas dapat di tekan dengan cara :

a. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan b. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru

mengembangkan “sense of humor” yang ada pada diri maupun para siswa.

c. Melakukan kegiatan selingan melalui berbagai atraksi

“game” atau “ice break” tertentu, terutama dilakukan pada saat suasana kelas sedang tidak kondusif.

d. Sewaktu-waktu siswa diajak untuk melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas, sehingga dalam proses pembelajaran tidak selamanya siswa harus terkurung di dalam kelas.

e. Memberikan materi dan tugas-tugas akademik dengan tingkat kesulitan yang moderat (tidak terlalu mudah).

(45)

yang akrab, ramah, toleran, penuh kecintaan dan penghargaan, baik dengan guru maupun dengan sesame siswa.

g. Guru berupaya untuk menanamkan kesan positif dalam diri siswa, dengan hadir sebagai sosok yang menyenangkan, ramah, cerdas, penuh empati dan dapat diteladani, bukan menjadi sumber ketakutan.

h. Mengembangkan sistem penilaian yang menyenangkan, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri (self assessment) atas tugas dan pekerjaan yang telah dilakukannya.

i. Pengembangan manajemen sekolah yang memungkinkan tersedianya sarana dan sarana pokok yang dibutuhkan untuk kepentingan pembelajaran siswa

j. Mengoptimalkan pelayanan bimbingan untuk siswa disekolah

Menurut Efford (dalam Dhian 2013) terdapat dua macam pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan yaitu :

a. Pengelolaan kecemasan melalui pendekatan kognitif

(46)

dengan mengubah pikiran yang irasional menjadi rasional. Teknik dalam pendekatan ini ada dua yaitu :

1) Thought stopping (Menghentikan pikiran)

Teknik ini digunakan untuk membantu individu yang mengalami gangguan pikiran negative ketika akan menghadapi ujian. Teknik ini digunakan konselor ketika pemikiran negatif siswa muncul pada saat ia membayangkan situasi ujian yang menyeramkan bagi dirinya, kemudian konselor mencoba membantu siswa dengan cara menghentikan pemikiran negatif tersebut dengan cara mengatakan berhenti. Teknik ini diyakini dapat merubah pikiran negative tersebut menjadi lebih positif sehingga siswa akan lebih berkonsentrasi dan tidak mudah bingung dalam mengerjakan ujian.

2) Restrukturisasi kognitif

(47)

b. Pengelolaan kecemasan pendekatan behavior

Pendekatan ini digunakan untuk membantu siswa mengubah perilakunya melalui perubahan perasaan dan pemikirannya. Teknik yang digunakan dalam pendekatan ini ada tiga yaitu :

1) Relaksasi

Relaksasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi kecemasan dengan cara memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dan syaraf, dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan agar tubuh emnjadi tenang, nyaman, dan relaks. 2) Visual / pencitraan diri

Teknik ini digunakan untuk mengontrol emosi siswa melalui pemikiran yang positif yang kemudian memunculkan perilaku baru. Tujuan dari teknik ini adalah mengarahkan secara pelan pikiran seseorang lebih tenang sehingga ia mampu mengontrol emosinya menjadi lebih stabil dan tidak mengganggu pada saat ujian.

3) Self Talk

(48)

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa banyak cara yang dapat digunakan untuk mencegah dan menghilangkan kecemasan, ketakutan dan stres yang menyebabkan psikologi siswa terganggu yaitu dengan beberapa pendekatan baik dari dalam diri ataupun lingkungan.

B. Layanan Bimbingan Belajar

1. Pengertian Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar menurut Oemar Hamalik (2004) adalah bimbingan yang ditujukkan kepada siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara yang efektif dan efisien dalam mengatasi masalah belajar yang dialami oleh siswa. Selain itu menurut Winkle dan Hastuti (2004) menyatakan bahwa bimbingan belajar merupakan bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar diinstusi pendidikan.

(49)

masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa, sehingga tercapai tujuan belajar yang diinginkan.

2. Tujuan Bimbingan Belajar

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004) tujuan pelayanan bimbingan belajar secara umum adalah membantu murid-murid agar mendapatkan penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat belajar dengan efisien sesuai kemampuan yang dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal. Diperjelas oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004) bahwa bimbingan belajar memiliki tujuan diantaranya adalah:

a. Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi siswa.

b. Menunjukkan cara-cara belajar yang sesuai dan cara dan fungsi menggunakan buku pelajaran.

c. Memberikan informasi berupa saran dan petunjuk bagi yang memanfaatkan perpustakaan.

d. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ujian.

(50)

f. Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu.

g. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajar.

h. Memilih pelajaran tambahan, baik yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah maupun untuk pengembangan bakat dan karier di masa depan.

Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005) tujuan bimbingan belajar adalah:

a. Mempunyai sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, dan perhatian terhadap semua pelajaran, serta aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan

b. Mempunyai motif yang tinggi untuk belajar

c. Mempunyai keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian

(51)

e. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan belajar secara umum yaitu membantu murid-murid agar mendapatkan penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan mencapai perkembangan yang optimal.

3. Fungsi Bimbingan Belajar

Fungsi bimbingan belajar bagi siswa menurut Oemar Hamalik (2004) antara lain:

a. Membantu siswa agar memperoleh pandangan yang objektif dan jelas tentang potensi, watak, minat, sikap, dan kebiasaan yang dimiliki dirinya sendiri agar dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

(52)

c. Membantu siswa dalam memperoleh gambaran dan pandangan yang jelas tentang kemungkinan-kemungkinan dan kecenderungan - kecenderungan dalam lapangan pekerjaan agar ia dapat menentukan pilihan yang tepat. 4. Pelaksanaan Bimbingan Belajar

Berikut ini langkah-langkah umum dalam melaksanakan suatu bimbingan menurut Nana Syaodih (2003) adalah:

a. Mengidentifikasi kebutuhan, tantangan, dan masalah peserta didik, yaitu tahap yang ditujukan untuk mengidentifikasi macam-macam kebutuhan, tantangan, dan masalah yang dirasakan dan dihadapi oleh peserta didik serta langkah-langkah identifikasinya. Kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didik adalah kebutuhan fisik, sosial, afektif, maupun intelektual.

b. Menganalisis kebutuhan, masalah, dan latar belakang masalah. Langkah ini merupakan kegiatan untuk mengungkap intensitas, kedalaman dan keleluasaan kebutuhan, tantangan yang dirasakan oleh peserta didik secara individual maupun kelompok. Pengumpulan data selain melihat data yang sudah diperoleh melalui checklist

(53)

pengedaran angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan, pengamatan dan studi dokumenter.

c. Pemberian layanan bimbingan. Setelah diketahui berbagai kebutuhan dan masalah serta kesulitan yang dihadapi peserta didik dengan berbagai alternatif faktor-faktor yang melatar belakangi, langkah-langkah selanjutnya adalah memilih alternatif layanan bimbingan yang dapat diberikan.

C. Relaksasi Progresif

1. Pengertian Relaksasi Progresif

Menurut Santoso (2001) “Latihan relaksasi pada dasarnya merupakan pemberian kesempatan pada tubuh untuk melakukan “pekerjaan rumah‟ sebelum pekerjaan itu diambil alih oleh pikiran rasional dan kognitif seseorang demi sebuah ego yang tidak mampu dikendalikan”.

Sedangkan menurut Berntein dan Borkovec ; Golfried dan Davison ; Walker dkk (dalam Nursalim, 2005) relaksasi otot adalah salah satu teknik dalam terapi perilaku yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan cara melepaskan otot-otot badan.

(54)

mempengaruhi individu yang menyebabkan individu berada pada kondisi tertekan sehingga dengan relaksasi dapat membuat individu lebih merasa tenang dan tentram.

2. Manfaat Relaksasi Progresif

Menurut Burn (dalam Subandi, dkk, 2002) menyatakan beberapa keuntungan dari relaksasi, antara lain sebagai berikut:

a. Relaksasi akan membuat individu lebih mampu

menghindari reaksi yang berlebih-lebihan karena adanya stres

b. Masalah-masalah yang berhubungan dengan stres seperti hipertensi, sakit kepala, insomnia dapat dikurangi atau diobati dengan relaksasi

c. Mengurangi tingkat kecemasan.

d. Mengurangi gangguan yang berhubungan dengan stres, dan mengontrol anticipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan kecemasan, seperti pada pertemuan penting, wawancara dan sebagainya.

e. Meningkatkan penampilan kerja, sosial, dan keterampilan fisik.

(55)

g. Meningkatkan kesadaran diri dan kesadaran fisiologis seseorang

h. Bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu dan nyeri akibat operasi.

i. Meningkatnya harga diri dan keyakinan diri sebagai hasil kontrol yang meningkat dari reaksi stres.

j. Meningkatnya hubungan interpersonal 3. Jenis Jenis Relaksasi Progresif

Menurut Berstein dan Borkovec ; Goldfried dan Davison ; Walker dkk (dalam Subandi, dkk, 2002). Ada tiga macam relaksasi otot, yaitu:

a. Relaksasi Tension: Metode ini dikenal oleh Lazarus dan Paul sebagaimana dikutip oleh Goldfried dan Davison, (dalam Subandi, dkk, 2002). Dalam metode ini individu diminta untuk menegangkan dan melemaskan otot, kemudian diminta untuk merasakan dan menikmati perbedaan antara ketika otot tegang dan ketika otot lemas. b. Letting go: Metode ini bertujuan untuk memperdalam

(56)

c. Differential relaxation: Digunakan untuk merilekskan otot yang ketegangannya berlebihan dan untuk merilekskan otot yang tidak perlu tegang ketika individu melakukan aktivitas tertentu, (Breinstein dan Borkovic, dalam Subandi, dkk, 2002)

4. Kekuatan Teknik Relaksasi Progresif dalam Bimbingan

Teknik relaksasi progresif terbukti dapat mengatasi adanya gejala-gejala kecemasan. Hal ini dapat dibuktikan melalui pendapat-pendapat para ahli dan penelitian-penelitian sebelumnya. Seperti, pernyataan yang dimiliki Nurn (dikutip oleh Beech dkk, dalam Nursalim 2005) yang mengemukakan, bahwa kegiatan relaksasi memiliki kegunaan dalam mengurangi tingkat kecemasan.

(57)

perasaan sehat dan bugar dengan menciptakan keadaan rileks yang sebenarnya menghambat kekhawatiran dan reaksi stres negatif.

Peneliti menyadari bahwa bimbingan dengan memberikan relaksasi sangatlah bermanfaat bagi para siswa khususnya dalam mengatasi kecemasan menjelang ulangan kenaikan kelas karena dengan adanya relaksasi para siswa dapat mengurangi ketegangannya akibat pikiran dan perasaan yang tidak terkendali.

Relaksasi dapat membantu siswa untuk mengurangi ketegangan karena mereka diajak untuk melemaskan otot-otot yang tegang selain itu siswa juga diberikan sugesti agar pikiran mereka lebih tenang dan ketika terbangun mereka dalam keadaan tenang dan bugar.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa relaksasi dapat digunakan sebagai upaya mengatasi masalah siswa dalam bimbingan, khususnya mengenai kecemasan menjelang ulangan kenaikan kelas. Karena ulangan ini merupakan suatu tantangan bagi mereka untuk dapat naik ke kelas yang lebih tinggi.

5. Hasil Penelitian Sebelumnya

(58)

a. Penelitian oleh Ingga Karlina Putri (2010) yang berjudul Penerapan Strategi Relakasi dengan Penggunaan Musik Klasik untuk Mengurangi Tingkat Kecemasan Siswa Menjelang Ulangan . Subjek dalam penelitian ini adalah 10 siswa kelas XI-IPS di SMA Negeri 6 Surabaya yang memiliki kecemasan menjelang ulangan mata pelajaran ekonomi kategori tinggi. Tetapi setelah diadakan penerapan terdapat adanya perbedaan antara tingkat kecemasan sebelum dan sesudah strategi relaksasi dengan penggunaan musik klasik pada siswa saat menjelang ulangan mata pelajaran ekonomi. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terdapat penurunan yang signifikan terhadap skor kecemasan menjelang ulangan mata pelajaran ekonomi sesudah diberikan strategi relaksasi dengan penggunaan musik klasik. b. Penelitian oleh Andi Pranata (2006) yang berjudul Upaya

(59)

subjek yaitu seperti situasi yang memang mendukung bagi subjek untuk merasa cemas dan lain-lain, sedangkan faktor dari dalam diri subjek itu sendiri adalah kurangnya rasa percaya diri yang dimiliki subjek dan lain-lain. Dan dengan pemberian terapi relaksasi dan bimbingan kelompok, peneliti memperoleh hasil yang positif yaitu menurunnya tingkat kecemasan yang di alami oleh subjek berdasarkan hasil tes TMAS.

(60)

D. Kerangka Berfikir

Kecemasan merupakan suatu kondisi yang sering dihadapi oleh para siswa. Kecemasan yang dialami oleh siswa akan bertambah apabila mereka berada pada situasi yang menuntut mereka untuk menghadapi suatu hal yang dapat membuat mereka merasa cemas, salah satunya adalah pada saat menjelang ulangan kenaikan kelas. Pada saat menjelang ulangan kenaikan kelas para siswa seringkali dihinggapi oleh perasaan-perasaan takut, khawatir, dan cemas akibat tuntutan yang harus mereka hadapi seperti nilai batas maksimal, tuntutan dari orangtua, ataupun ketakutan karena mereka merasa tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki.

(61)

Topik konsentrasi belajar akan peneliti berikan pada saat siklus I. Topik ini peneliti berikan karena pada aspek kecemasan terdapat aspek manifestasi kognitif dimana di dalam aspek tersebut terdapat indikator sulit konsentrasi dan mental blocking. Peneliti berfikir bahwa dengan menggunakan topik ini maka akan dapat membantu siswa agar mereka lebih dapat berkonsentrasi dalam belajar dan dapat mengurangi kecemasan yang mereka hadapi menjelang ulangan kenaikan kelas. Topik mengatasi stres dalam belajar akan peneliti berikan pada siklus II. Topik ini peneliti berikan karena di dalam aspek kecemasan terdapat manifestasi afektif dimana di dalamnya terdapat indikator gelisah, khawatir, bingung, dan takut. Oleh karena itu peneliti berfikir bahwa dengan memberikan topik bimbingan mengatasi stres dalam belajar maka siswa akan dapat menyadari penyebab stres dan dampak yang akan ditimbulkan serta mengetahui bagaimana cara mengatasi penyebab munculnya stres tersebut karena stres akibat suatu kecemasan dapat menimbulkan berbagai macam perasaan seperti gelisah, takut, dan khawatir sehingga melalui topik ini peneliti berharap siswa mampu untuk mengurangi kecemasannya dan mampu mengatasi perasaan-perasaan negatif yang timbul dari dirinya melalui bimbingan belajar yang diberikan.

(62)

Didalam topik tersebut terdapat penjelasan mengenai hambatan-hambatan dalam belajar salah satunya adalah kondisi tubuh yang tidak fit. Kondisi tubuh tidak fit tersebut disebabkan karena kecemasan yang mereka hadapi sehingga akan muncul gejala-gejala yang membuat tubuh tidak sehat. Oleh karena itu peneliti memberikan topik bimbingan tersebut agar siswa dapat menyadari hambatan-hambatan belajar yang terjadi pada dirinya dan tau bagaimana cara untuk mengatasinya.

(63)

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir tersebut memperlihatkan bahwa pada kondisi awaln guru belum menerapkan teknik relaksasi progresif pada saat memberikan layanan bimbingan belajar. Kondisi awal siswa juga menunjukkan bahwa siswa kelas VIID mengalami tingkat kecemasan yang tinggi menjelang ulangan kenaikan kelas. Kemudian setelah mengetahui kondisi awal tersebut peneliti berencana akan melakukan penelitian melalui bimbingan belajar dengan menggunakan teknik relaksasi progresif pada siswa kelas VIID dan akan melakukan perbaikan

Peneliti memberikan bimbingan belajar dengan menggunakan teknik relaksasi progresif untuk meminimalisir tingkat kecemasan siswa kelas VIID pada siklus I dan akan melakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

Kondisi Akhir

Yang Diharapkan

a. Guru belum menerapkan teknik relaksasi progresif melalui bimbingan belajar untuk

meminimalisir tingkat kecemasan siswa kelas VIID pada saat

menjelang ulangan kenaikan kelas. b. Banyak siswa kelas VIID yang

mengalami tingkat kecemasan tinggi menjelang Ulangan Kenaikan Kelas

(64)

pada siklus berikutnya. Setelah diberikan tindakan pada kondisi akhir peneliti berharap tingkat kecemasan siswa kelas VIID menjelang ulangan kenaikan kelas dapat diminimalisir melalui bimbingan belajar dengan menggunakan teknik relaksasi progresif.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut :

1) Ha : Tingkat kecemasan siswa kelas VIID pada saat menjelang ulangan kenaikan kelas dapat diminimalisir melalui penerapan bimbingan belajar dengan menggunakan teknik relaksasi progresif di SMP Negeri 2 Sambirejo.

(65)

44

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai desain penelitian, setting penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, validitas instrumen, teknik analisis data, prosedur penelitian, dan indikator keberhasilan.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan bimbingan kelas. Penelitian tindakan bimbingan kelas sama halnya seperti penelitian tindakan kelas. Adapun yang membuatnya berbeda adalah fokus dari penelitian tersebut karena dalam penelitian ini lebih mengarah ke dalam bidang bimbingan dan konseling. Penelitian tindakan kelas atau

Classroom Action Research (CAR) merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok siswa dengan memberikan sebuah tindakan (treatmen) yang sengaja dimunculkan.

(66)

Ulangan Kenaikan Kelas Melalui Bimbingan Belajar dengan Menggunakan Teknik Relaksasi Progresif.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti atau sasaran penelitian (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini subjek penelitian adalah siswa kelas VIID SMP Negeri 2 Sambirejo, Sragen tahun ajaran 2013/2014. Kelas ini terdiri dari 34 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

(67)

D. Setting Penelitian

Penelitian ini menggunakan setting di dalam kelas ataupun di luar kelas. Data diperoleh pada saat proses bimbingan yang dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas.

E. Partisipan dalam Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh mitra kolaboratif , yaitu :

1. Mitra kolaboratif 1

Nama : Nining Kristanti, M.Pd NIP : 19710806 199501 2 001 Jabatan : Kepala Sekolah

2. Mitra kolaboratif 2 Nama : Drs. Suyatno

NIP : 19640101 199702 1 002 Jabatan : Koordinator BK

3. Mitra kolaboratif 3

Nama : Sri Lestari, S.Pd

(68)

F. Peran dan Posisi Peneliti

Posisi peneliti pada penelitian ini adalah sebagai pihak luar yang sedang mengadakan penelitian dan ingin memberikan kontribusi dalam konteks layanan bimbingan belajar di kelas VIID SMP Negeri 2 Sambirejo. Oleh sebab itu, terlebih dahulu peneliti membicarakan peran dan tugas masing-masing dengan mitra kolaboratif. Berdasarkan hal tersebut, maka ditetapkan kesepakatan sebagai berikut :

1. Pelaksana tindakan

Pelaksana tindakan dalam penelitian ini telah disepakati bahwa peneliti sendiri yang menjadi pelaksana tindakan perbaikan yang direncanakan.

2. Kolaborator

Kolaborator berperan sebagai pihak yang membantu peneliti mengumpulkan data penelitian dan merencanakan tindakan perbaikan untuk setiap pertemuan yang akan diadakan. Pekerjaan inti kolaborator ketika pelaksanaan tindakan adalah sebagai observer proses.

(69)

terkumpul. Berikut adalah tugas dan peran antara peneliti dan kolaborator :

Tabel 3.1

Tugas Peneliti & Kolaborator

No. Peran Deskripsi Tugas

1. Peneliti a. Mengumpulkan data awal sebagai sebagai dasar penelitian

b. Pelaksana layanan bimbingan belajar dengan menggunakan teknik relaksasi progresif

c. Membuat desain penelitian dan rencana perbaikan d. Mengamati proses tindakan

2. Kolaborator a. Bersama peneliti membuat disain penelitian dan rencana perbaikan

b. Mengamati dan berbagi informasi hasil observasi c. Bersama peneliti mendiskusikan hasil interpretasi data

hasil observasi

G. Prosedur Penelitian

(70)

Gambar 3.1

Bagan Penelitian Tindakan Model Hopkins (1993) (dalam Sanjaya, 2009)

(71)

masalah. Tahap ini digunakan sebagai acuan pemberian tindakan bimbingan.

Tahap tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada tahap tindakan ini peneliti memberikan tindakan kepada siswa sesuai dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. Pada pelaksanaan tahapan tindakan ini peneliti tetap melakukan observasi, wawancara dan membagikan angket untuk mengetahui hasil yang dicapai melalui tindakan yang diberikan. pada tahapan ini peneliti akan melihat kesesuaian proses dengan pelaksanaan dan membuat refleksi setiap siklusnya.

Tahap terakhir yang dilakukan adalah membuat refleksi setelah melakukan tindakan. Refleksi ini berisi renungan dari peneliti dan juga hasil yang diperoleh melalui observasi dan angket. Pada tahapan refleksi ini selain hasil penelitian dan renungan dari peneliti juga berisi evaluasi proses. Jika pada tahap ini peneliti masih belum mencapai tujuan dari patokan yang telah dibuat maka peneliti akan melaksanakan siklus selanjutnya dengan perbaikan yang telah dilakukan.

H. Tahapan Penelitian

(72)

1. Analisis Situasi

Sebelum menyusun rencana penelitian, terlebih dahulu peneliti menganalisis situasi dengan melakukan kegiatan pengumpulan data awal atau studi pendahuluan di SMP Negeri 2 Sambirejo. Tujuannya adalah mendapatkan gambaran yang nyata mengenai tingkat kecemasan siswa menjelang ulangan kenaikan kelas. Kegiatan pengumpulan data awal yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Kegiatan Pengumpulan Data

No. Kegiatan Tanggal

1. Mengajukan surat izin kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Sambirejo

14 Mei 2014

2. Wawancara dengan guru BK 14 Mei 2014

3. Kegiatan pra tindakan 21 Mei 2014

4. Observasi kegiatan pengajaran di kelas

21 Mei 2014 5. Wawancara dan pengisian

kuesioner terhadap siswa kelas VIID

21 Mei 2014

(73)

2. Rancangan Siklus Penelitian

Sebelum melakukan tindakan, peneliti menyusun pokok-pokok rencana kegiatan yang akan dilakukan sebagai berikut :

a. Siklus I

1) Tahap Perencanaan

1) Mempersiapkan Satuan PelayananBimbingan dengan topik “ Konsentrasi Belajar”

2) Mempersiapkan lembar kerja siswa dan handout

3) Mempersiapkan panduan relaksasi

4) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa angket, lembar observasi dan panduan wawancara

5) Mempersiapkan peralatan dokumentasi 2) Tahap Pelaksanaan

1) Peneliti mengajak siswa untuk berdoa

2) Peneliti memberikan pengantar mengenai tujuan bimbingan

3) Peneliti mengajak siswa untuk ice breaker 4) Peneliti memberikan materi

(74)

6) Peneliti meminta perwakilan kelompok untuk sharing

7) Peneliti memberikan refleksi dan evaluasi 8) Peneliti mengajak untuk relaksasi

9) Peneliti memberikan penguatan 10)Peneliti membagikan angket 11)Peneliti menutup kegiatan b. Siklus II

Siklus ini dilakukan untuk melakukan perbaikan terhadap kekurangan-kerungan yang masih ditemukan pada siklus 1 agar hasil yang dicapai lebih maksimal. Perencanaan pada siklus ini dilakukan oleh peneliti mitra kolaborator dan pengamat berdasarkan refleksi pada siklus 1. Upaya perbaikan pada siklus ini adalah sebagai berikut :

1) Tahap perencanaan

a) Peneliti menyiapkan SPB dengan topik “Mengatasi Stres dalam Belajar”

b) Peneliti menyiapkan angket, lembar observasi dan panduan wawaancara

c) Peneliti menyiapkan lagu-lagu classic untuk proses relaksasi

(75)

f) Peneliti menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera

2) Tahap Pelaksanaan

a) Peneliti mengajak siswa untuk berdoa

b) Peneliti memberikan pengantar mengenai inti kegiatan hari ini

c) Peneliti mengajak siswa untuk ice breaker d) Peneliti menjelaskan materi

e) Peneliti mengajak siswa untuk sharing f) Peneliti memberikan evaluasi dan refleksi g) Peneliti mengajak siswa untuk relaksasi

(sambil diputarkan musik classic) h) Peneliti memberikan penguatan’ i) Peneliti membagikan angket j) Peneliti menutup kegiatan c. Siklus III

(76)

Menurut Rochiati Wiriaatmadja (2005) apabila perubahan yang bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran telah tercapai, atau apa yang diteliti telah menunjukkan keberhasilan, siklus dapat diakhiri. Siklus ini dilakukan berdasarkan temuan dari siklus sebelumnya, dan diharapkan dapat mencapai tahap yang optimal, sehingga siklus dapat berakhir di siklus III.

1) Tahap perencanaan

a) Peneliti menyiapkan SPB dengan materi Hambatan-hambatan dalam belajar

b) Peneliti menyiapkan tempat di luar kelas yaitu di mushola untuk melakukan bimbingan

c) Peneliti mneyiapkan speaker

d) Peneliti menyiapkan lagu-lagu klasik e) Peneliti menyiapkan panduan relaksasi f) Peneliti menyiapkan alat dokumentasi 2) Tahap pelaksanaan

a) Peneliti mengajak siswa untuk berdoa

b) Peneliti memberikan pengantar mengenai kegiatan hari ini

(77)

e) Membagi kelompok untuk diskusi f) Sharing di depan perwakilan kelompok g) Refleksi dan evaluasi

h) Relaksasi (sambil memutarkan musik dan bersandar bebas)

i) Memberikan penguatan j) Membagikan angket k) Menutup kegiatan

I. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan dari penelitian ini adalah adanya penurunan tingkat kecemasan siswa menjelang ulangan kenaikan kelas pada siswa VIID SMP Negeri 2 Sambirejo.

J. Data dan Sumber data

(78)

K. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu : 1. Skala Kecemasan

Penyebaran skala kecemasan dilakukan pada saat bimbingan selesai dilakukan. Penyebaran skala kecemasan ini bertujuan untuk membandingkan hasil pre test dan post test setelah diberikan perlakuan. Skala kecemasan yang akan diberikan kepada siswa merupakan skala kecemasan yang telah dibuat peneliti.

2. Pengamatan/ Observasi

Lembar observasi dibuat untuk menambah data secara lebih detail. Lembar ini diisi oleh pengamat pada saat peneliti memberikan bimbingan dan tindakan sehingga pengamat dapat memperoleh gambaran dan rekaman data secara langsung berdasarkan pengamatan yang dilihat. Data yang di peroleh akan menjadi acuan pada tindakan selanjutnya dengan membandingkan hasil dari hasil observasi.

3. Wawancara

(79)

L. Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Winkel (2004) pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan pengertian yang luas, lebih lengkap dan lebih mendalam tentang subjek yang hendak diteliti, serta membantunya untuk memperoleh pemahaman akan diri sendiri. Oleh karena itu peneliti menggunakan instrumen pengumpulan data sebagai berikut :

1. Skala Rating Tingkat Kecemasan

(80)

(V) pada rentang nilai yang sudah disiapkan. Kisi-kisi skala kecemasan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Skala Kecemasan Siswa

2. Lembar observasi

Lembar observasi berupa catatan penting yang digunakan untuk mengobservasi hal-hal yang terjadi selama tindakan yang diberikan berlangsung, hal ini dilakukan untuk mengobservasi perilaku-perilaku siswa yang menunjukkan gejala kecemasan pada saat menjelang ulangan. Gejala-gejala yang diamati adalah gejala yang nampak dari manifestasi kognitif, afektif, ataupun fisik. Hasil observasi ini juga digunakan sebagai tolak ukur tindakan berikutnya. Tabel dibawah ini merupakan lembar observasi yang digunakan oleh peneliti :

No. Aspek Indikator No item

1. Manifestasi Kognitif Sulit Konsentrasi 1,2

Mental Blocking 5,6

2. Manifestasi Afektif Bingung 3,4

Takut 7,8,9

Khawatir 10,11,12

Gelisah 13,14

3. Manifestasi Fisik Gemetar 15,16

Berkeringat 17,18

(81)

Tabel 3.4

6. Mematah-matahkan kuku jari

7. Duduk gelisah

8. Menggaruk-garuk bagian tubuh

(82)

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara disusun untuk menelusuri lebih lanjut tentang hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui observasi dan pengisian skala. Selain itu pedoman wawancara juga mempermudah peneliti untuk lebih mengetahui mengenai kecemasan yang dihadapi oleh siswa tertentu secara lebih mendalam.

M. Analisis Uji Instrumen 1. Validitas

Validitas berarti proses untuk mengetahui sejauh mana instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2011).

a. Validitas Konstrak

(83)

b. Uji Validitas Empirik

Uji validitas menurut Arikunto (2006), “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalitan atau kesahihan sesuatu instrumen”. Instrumen dikatakan valid atau sahih apabila mempunyai validitas yang tinggi. Cara mengukur validitas dengan product moment angka kasar dengan rumus sebagai berikut:

)

rxy : koefisien korelasi antara skor item dan skor total

n : jumlah subjek peneliti

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ..............................................................
Grafik 1. Skor Item Pra Tindakan .........................................................
Gambar 2.1. Kerangka Berfikir
Tabel 3.1 Tugas Peneliti & Kolaborator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini dikembangkan aplikasi kamus untuk telepon selular (ponsel), dimana dengan aplikasi ini penggunanya dapat menterjemahkan kata dari bahasa Inggris ke bahasa

biaya, titik impas, periode kembali modal secara benar berupa analisis biaya, titik impas, periode kembali modal berupa analisis biaya, titik impas berupa analisis

The indirect WPS had 46% more risk for syphilis infection compared to direct WPS (RRa = 1.46; P = 0.002), whereas the FSW who seek treatment from doctor have a risk about 58%

Selain itu siswa mendapatkan pengalaman baru dari karya sastra yang dibacanya dan disaksikannya dan dapat memanfaatkan pengalaman tersebut dalam menghadapi

Penegakan hukum HKI di Indonesia terbukti belum efektif yang terlihat dengan beberapa indikator yaitu: (1) masih maraknya peredaran produk bajakan di sekitar kita;

Mereka mulai terjerumus dalam penggunaan narkoba karena tidak mendapat kasih sayang dan perhatian dari orangtua sedangkan ada juga yang mendapat kasih sayang berlebihan

Untuk mendapatkan model terbaik yang dapat diterapkan pada kasus jumlah kematian ibu dan jumlah kematian bayi di Jawa Timur dilakukan perbandingan ketiga model Regresi

ada beberapa judul drama Korea yang menceritakan tentang penindasan terhadap kaum perempuan, dimana pemeran utama perempuan digambarkan sebagai sosok yang ceroboh, tidak pintar