i
UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA AMPISILIN DENGAN EKSTRAK METANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.)
TERHADAP BAKTERI Pseudomonas aeruginosa
SKRIPSI
Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh: Pipit Puspitasari NIM : 158114013
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA AMPISILIN DENGAN EKSTRAK METANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.)
TERHADAP BAKTERI Pseudomonas aeruginosa
SKRIPSI
Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh: Pipit Puspitasari NIM : 158114013
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus, sumber hidup Ayah, Ibu, dan orang-orang terkasih
vii PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas rahmat dan penyertaan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi berjudul “Uji Aktivitas Antimikroba Antibiotik Ampisilin Dengan Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa” untuk mendapatkan gelar sarjana (S. Farm.) dengan lancar. Selama penyusunan naskah skripsi, penulis banyak dibantu dari berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M. Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma serta sebagai dosen pembimbing yang selalu mengarahkan dan memberikan evaluasi serta masukan mulai dari pembuatan naskah proposal skripsi hingga selesainya skripsi.
2. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, Apt. dan Ibu Damiana Sapta Candrasari, S. Si., M. Sc., selaku dosen penguji yang selalu memberikan kritik dan saran kepada penulis.
3. Laboran lantai satu hingga empat, khususnya Pak Wagiran dan Kak Intan yang telah membantu selama berlangsungnya penelitian.
4. Bapak Sunarso dan Ibu Sridana yang senantiasa memberikan dukungan dan memanjatkan doa sehingga penyusunan skripsi dapat berjalan lancar. 5. Teman-teman bimbingan Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M. Si., Apt. semua
yang bersedia membantu dan menemani ketika berlangsungnya penelitian baik di saat susah maupun senang.
6. Pihak-pihak yang telah memberikan dukungan baik langsung maupun tidak langsung kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini banyak kekurangan, oleh karena itu peneliti memohon maaf. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dikemudian hari.
Yogyakarta, 18 Februari 2019
viii ABSTRAK
Latar belakang: 36% dari 95 isolat Pseudomonas aeruginosa di suatu rumah sakit di Sumatra merupakan MDR Pseudomonas aeruginosa yang resisten terhadap banyak antibiotik, termasuk antibiotik ampisilin. Kasus resistensi ini dapat diatasi dengan mengombinasikan obat antibiotik dengan tumbuhan yang memiliki kemampuan antimikroba, seperti sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.). Pada penelitian ini akan melihat efek sinergis yang ditimbulkan dari kombinasi ampisilin (AMP) dengan ekstrak metanol daun sirih merah (EMDSM), serta melihat perbedaan kandungan senyawa EMDSM tunggal dan kombinasi dengan uji KLT dan uji tabung.
Metode: Aktivitas antimikroba pada AMP dan EMDSM diuji dengan metode difusi sumuran. Diameter zona hambat yang diperoleh diuji secara statistik dengan uji Kruskal Wallis, lalu perbedaan tiap perlakuan diuji dengan Mann-Whitney. Kandungan senyawa flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, dan minyak atsiri dalam EMDSM tunggal dan kombinasi diuji KLT dan uji tabung.
Hasil: Kombinasi AMP dan EMDSM menghasilkan efek indifferent, ditunjukkan dengan ukuran diameter zona hambat yang tidak berbeda secara statistik dibandingkan tunggalnya. Hal ini diakibatkan oleh persamaan aksi antimikroba dari AMP dan EMDSM. EMDSM pada konsentrasi 0,75 mg/mL hingga 12 mg/mL mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan minyak atsiri. Kandungannya tetap meski ditambahkan dengan AMP.
Kesimpulan: Kombinasi AMP dan EMDSM tidak menghasilkan efek sinergis, melainkan efek indifferent. EMDSM mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan minyak atsiri dan tetap sama meski ditambahkan dengan AMP.
ix ABSTRACT
Background: 36% of 95 Pseudomonas aeruginosa isolates in a hospital in Sumatra were MDR Pseudomonas aeruginosa that resistant of various antibiotic, including ampicillin. This antibiotic resistance cases can be fixed by combining the antibiotic drug with a plant that have an antimicrobial activity, like red betel (Piper crocatum Ruiz & Pav.). This study will find out the sinergism effect of combination ampicillin (AMP) with methanol extract of red betel leaf (MERBL) and see the secondary metabolites difference of single MERBL and combination using the TLC test and tube test.
Method: Antimicrobial activity of AMP and MERBL was determined using well diffusion menthod. The diameter of inhibitory zone were tested statistically using Kruskal Wallis test, then the difference of each treatment tested by Mann-Whitney test. The flavonoids, tannins, alkaloids, saponins, and essential oil compoundsin single MERBL and combination tested determined using the TLC and tube test. Results: Combination of AMP and MERBL produced indifferent effect, showed by the diameter of inhibition zone size that no different statistically compared to the single treatments. This caused by the same antimicrobial action of AMP and MERBL. 0,75 mg/mL to 12 mg/mL consentrated MERBL contain flavonoids, tannins, saponins, and essential oil. Its composition remain the same even after added by AMP.
Conclusions: Combination of AMP and MERBL does not produce synergism effect, but indifferent effect. MERBL contain flavonoids, tannins, saponins, and essential oil and remain the same after added by AMP.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...vi
PRAKATA... ..vii
ABSTRAK...viii
ABSTRACT...ix
DAFTAR ISI...x
DAFTAR TABEL...xi
DAFTAR GAMBAR...xii
DAFTAR LAMPIRAN...xiii
PENDAHULUAN...1
METODE PENELITIAN...3
HASIL PEMBAHASAN...10
KESIMPULAN DAN SARAN...20
DAFTAR PUSTAKA...21
LAMPIRAN...25
xi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Rata-rata diameter zona hambat tiap
perlakuan dan kontrol negatif (mm)...15
Tabel 2. Hasil uji Mann-Whitney pada taraf kepercayaan 95%...16
Tabel 3. Nilai Rf dan warna uji KLT standar dan perlakuan tunggal...19
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Kontrol media dan kontrol pertumbuhan...12 Gambar 2. Hasil difusi sumuran EMDSM tunggal 0,75 mg/mL,
kontrol negatif, AMP tunggal 40 µ g/mL, dan kombinasi...13 Gambar 3. Hasil uji KLT dengan detektor UV 254 nm,
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tanaman sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.)...25
Lampiran 2. Surat determinasi tanaman (daun sirih merah)...25
Lampiran 3. Surat identifikasi hasil uji bakteri Pseudomonas aeruginosa...26
Lampiran 4. Hasil volume air serbuk simplisia daun sirih merah...26
Lampiran 5. Diameter zona hambat uji aktivitas antimikroba tiap perlakuan...27
Lampiran 6. Hasil uji tabung...27
Lampiran 6.1. Larutan uji sebelum diberi perlakuan...27
Lampiran 6.2. Hasil uji identifikasi flavonoid...28
Lampiran 6.3. Hasil uji identifikasi tanin...28
Lampiran 6.4. Hasil uji identifikasi alkaloid...29
Lampiran 6.5. Hasil uji identifikasi saponin...29
Lampiran 6.6. Hasil uji identifikasi minyak atsiri...30
Lampiran 6.5.1. Perlakuan kombinasi...30
Lampiran 6.5.2. AMPtunggal...30
Lampiran 6.5.3. EMDSMtunggal...30
Lampiran 7. Hasil analisis statistik uji aktivitas antimikroba metode sumuran...31
Lampiran 7.1. Hasil uji Shapiro Wilk...31
Lampiran 7.2. Hasil uji Levene...31
Lampiran 7.3. Hasil uji Kruskal-Wallis...32
1
PENDAHULUAN
Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri yang mampu menginfeksi manusia
sehingga menyebabkan morbiditas, bahkan mortalitas yang terbilang tinggi pada infeksi nosokomial, yaitu >30% (Moradali et al., 2017; Juan et al., 2017). Penyakit infeksi akibat bakteri Pseudomonas aeruginosa dapat diatasi dengan obat antibiotik, namun karena kemampuan adaptasi Pseudomonas aeruginosa
yang luar biasa, bakteri ini dapat berevolusi menjadi bakteri Multi-dug Resistant
(MDR) Pseudomonas aeruginosa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Rustini et al. (2017), dari 95 isolat Pseudomonas aeruginosa di suatu rumah sakit di Sumatra, 36% merupakan MDR Pseudomonas aeruginosa. Bakteri tersebut resisten terhadap hampir semua antibiotik sehingga sulit untuk diberantas (Winstanley, 2016; CDC, 2013).
Ampisilin merupakan antibiotik yang dapat digunakan untuk terapi infeksi
Pseudomonas aeruginosa lini pertama (Cherian et al., 2016). Namun maraknya
penggunaan antibiotik ampisilin yang tidak rasional atau berlebihan telah membuat bakteri Pseudomonas aeruginosa menciptakan kemampuan resistensinya terhadap antibiotik golongan beta laktam (WHO, 2014; Yayan et al., 2015). Hal ini telah menjadi masalah yang perlu dicari solusinya. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi resistensi antibiotik, salah satunya dengan mengombinasikan obat antibiotik dengan ekstrak tanaman obat yang memiliki sifat antimikroba. Piper crocatum Ruiz & Pav. atau sirih merah dikenal sebagai tanaman obat yang memiliki kemampuan antibiotik tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Marliyana et al. (2013), ekstrak etanol sirih merah terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram negatif dan
Gram positif, termasuk Pseudomonas aeruginosa. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan antibiotik ampisilin yang dikombinasikan dengan ekstrak metanol daun sirih merah.
2
penelitian yang mengombinasikan antibiotik rifampisin dengan ekstrak etanol daun sirih merah kemudian diberikan pada bakteri MDR Mycobacterium
tuberculosis. Dalam kombinasi tersebut ternyata aktivitas antibiotik rifampisin
dapat meningkat, sehingga dapat membunuh bakteri uji dengan lebih baik. Berdasarkan penelitian tersebut, diharapkan ekstrak metanol daun sirih merah juga dapat meningkatkan aktivitas antibiotik ampisilin dalam menekan pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa ketika diberikan dalam kombinasi.
Pemilihan jenis ekstrak pada penelitian didasarkan pada hasil penelitian Kusuma et al. (2016) yang menyebutkan bahwa kandungan senyawa metabolit sekunder yang berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri pada ekstrak etanol daun sirih merah yaitu flavonoid, tanin, polifenol, saponin, dan steroid, sedangkan menurut hasil penelitian Rinanda et al. (2012) kandungan senyawa pada ekstrak metanol daun sirih merah terdapat alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid, dan tanin. Kandungan senyawa dalam kedua ekstrak tersebut mirip, sehingga menyebabkan aktivitas antimikroba yang ditimbulkan oleh ekstrak etanol daun sirih merah dan ekstrak metanol daun sirih merah akan mirip. Sehingga penelitian ini menggunakan ekstrak metanol daun sirih merah (metanol 70%) untuk menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa.
Penelitian ini akan melihat efek sinergis yang ditiumbulkan dari kombinasi ampisilin dengan ekstrak metanol daun sirih merah dalam menekan pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa menggunakan metode difusi sumuran. Terdapat beberapa efek yang dapat ditimbulkan dari suatu kombinasi, yaitu sinergis,
indifferent, dan antagonis (Blesson, 2015). Efek-efek yang ditimbulkan dapat
dilihat dari besarnya zona hambat yang ditimbulkan dari suatu kombinasi, yaitu lebih besar (sinergis), sama besarnya (indifferent), atau lebih kecil ukurannya (antagonis) dari zona hambat pada suatu agen tunggal.
3
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan eksperimental sederhana (posttest only control group design).
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kultur bakteri
Pseudomonas aeruginosa, daun sirih merah, ampisilin tablet 500 mg, media
Nutrient Agar (Oxoid), media Nutrient Broth (Oxoid), metanol 70%, larutan
standar McFarland 0,5, toluen P, DMSO 1%, aquadest, Buffered Peptone Water
(Oxoid), serbuk logam Mg, HCl pekat, HCl 10%, HCl 2N, reagen Mayer, FeCl3, etil asetat, dan toluen.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat-alat gelas Pyrex
(beaker glass, tabung reaksi, pipet volume, erlenmeyer, cawan petri, labu takar,
labu alas bulat 500 ml), blender, oven (Memmert), autoclave (ALP), shaker
(Optimal), rotary evaporator (Buchi), pengayak nomor 60, mikropipet, yellow tip, jarum ose, pelubang sumuran, inkubator (Hemmert), Microbial Safety Cabinet
(MSC) kelas II tipe A2 (Esco), alat destilasi (pendingin air balik, alat penampung, dan tabung penerima), pemanas listrik, corong buchner, kertas saring, vacuum pump, bunsen, nephelometer (PhoenixSpec), timbangan analitik (OHAUS), dan plat KLT silica gel GF254.
Pengumpulan Bahan Uji dan Determinasi Tanaman Sirih Merah
4
Selanjutnya daun sirih merah yang diperoleh dideterminasi di Fakultas Farmasi Bidang Biologi dan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Pembuatan Simplisia Daun Sirih Merah
Pertama-tama daun sirih merah yang diperoleh disortasi basah terlebih dahulu. Daun sirih merah dipisahkan dari pengotor seperti tanah serta bagian tanaman yang tidak dibutuhkan seperti batang dan tangkai daun. Daun dicuci dengan air mengalir sebanyak tiga kali kemudian dilakukan perajangan terhadap daun. Perajangan dilakukan dengan memotong daun secara melintang sehingga diperoleh ukuran yang kecil hingga sedang. Selanjutnya daun diangin-anginkan untuk menghilangkan air pada permukaan daun, kemudian dilakukan sortasi kering untuk menghilangkan pengotor, batang, atau tangkai daun yang masih tersisa, kemudian daun dikeringkan pada suhu 30-45°C dengan menggunakan oven dan didapatkan daun yang benar-benar kering, yaitu memiliki kadar air <10% serta bila diremas bergemerisik dan berubah menjadi serpihan. Daun dijadikan serbuk dengan menggunakan blender, setelah itu diayak dengan menggunakan pengayak nomor 60 (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011; Departemen Kesehatan RI, 1985).
Penetapan Kadar Air Pada Simplisia Kering Daun Sirih Merah
5
Penyulingan dilanjutkan selama lima menit. Setelah penyulingan selesai, tabung penerima didinginkan hingga mencapai suhu ruangan. Setelah air dan toluen memisah sempurna, dapat dilakukan pembacaan volume air. Kadar air nantinya dihitung dalam % b/v (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011). Persen kadar air dapat digambarkan dengan rumus berikut.
% Kadar air = volume air (mL) x 100% berat simplisia yang ditimbang (g)
Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah
Metode maserasi digunakan untuk mendapatkan ekstrak metanol daun sirih merah. Menurut Thangaraj (2016) dan BPOM RI (2010), metode maserasi dilakukan dengan cara: 10 g serbuk simplisia daun sirih merah dilarutkan dalam 100 mL metanol 70%, kemudian dilakukan proses maserasi selama 24 jam dengan bantuan shaker. Maserat yang diperoleh nantinya disaring dengan menggunakan corong buchner yang sebelumnya sudah diberikan kertas saring diatasnya. Penyaringan dengan corong buchner dilakukan dengan bantuan vacuum pump. Serbuk yang didapatkan dari penyaringan tersebut dimaserasi dengan menggunakan pelarut baru dengan 75 mL metanol 70% selama 24 jam, kemudian diremaserasi kembali dengan 25 mL metanol 70%. Hasil maserat pertama dan kedua diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 40-65°C untuk memperoleh ekstrak kental. Nantinya akan dicari % rendemen dengan rumus berikut.
% Rendemen = bobot ekstrak (g) x 100% bobot simplisia yang dihitung (g)
(Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011).
Pembuatan Larutan Stok Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah
6
stok akan disimpan dengan menggunakan botol tertutup hingga akan digunakan (CLSI, 2018).
Pembuatan Larutan Stok Ampisilin
Tablet ampisilin 500 mg digerus kemudian dilarutkan dengan aquadest steril hingga 10 mL dan didapatkan konsentrasi 50 mg/mL. Diambil sebanyak empat mL dari larutan konsentrasi 50 mg/mL, kemudian ditambahkan aquadest steril hingga 10 mL dan didapatkan konsentrasi 20 mg/mL. Diambil sebanyak dua mL dari larutan konsentrasi 20 mg/mL, kemudian ditambahkan aquadest steril hingga 10 mL dan didapatkan konsentrasi 4 mg/mL (CLSI, 2018).
Penyiapan Stok dan Suspensi Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Stok bakteri disiapkan dengan cara mengambil kultur bakteri Pseudomonas
aeruginosa menggunakan ose sebanyak dua sampai tiga kali, kemudian di
goreskan miring ke media NA (Nutrient Agar) dan diberikan pula bakteri
Pseudomonas aeruginosa pada media NB (Nutrient Broth), lalu dilakukan
inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C (CLSI, 2018).
Suspensi bakteri disiapkan dengan cara mengambil stok bakteri secukupnya kemudian diencerkan dengan BPW (Buffered Pepton Water) dan disetarakan kekeruhannya dengan larutan McFarland 0,5 dengan nephelometer untuk membuat suspensi bakteri (CLSI, 2018).
Penyiapan Konsentrasi Ampisilin (AMP) dan Variasi Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (EMDSM)
Konsentrasi AMP sebesar 40 μg/ml dibuat dengan cara: sebanyak 2,5 mL larutan stok konsentrasi 4,0 mg/mL diambil ke dalam 10 mL aquadest steril dan didapatkan larutan dengan konsentrasi 1000 μg/mL. Sebanyak satu mL dari
larutan konsentrasi 1000 μg/mL diambil kemudian ditambahkan dengan 10 mL
7
10 mL, kemudian ditambahkan aquadest steril hingga garis meniskus dan diperoleh konsentrasi 40 μg/mL.
Variasi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah (EEDSM) dibuat 0,75, 1,5, 3,0, 6,0, dan 12,0 mg/mL dengan cara: sebanyak satu mL larutan stok 400 mg/mL diambil dan di add DMSO 1% steril hingga 10 mL, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 40 mg/mL. Sebanyak lima mL larutan konsentrasi 40 mg/mL diambil dan di add DMSO 1% steril hingga 10 mL, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 20 mg/mL. Sebanyak enam mL larutan konsentrasi 20 mg/mL diambil dan di add DMSO 1% steril hingga 10 mL, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 12,0 mg/mL. Sebanyak lima mL larutan konsentrasi 12,0 mg/mL diambil dan di add DMSO 1% steril hingga 10 mL, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 6,0 mg/mL. Pengenceran dengan cara yang sama seperti membuat larutan konsentrasi 6,0 mg/mL terus dilakukan sehingga diperoleh konsentrasi 0,75, 1,5, dan 3,0 mg/mL.
Pengukuran Aktivitas Antimikroba Ampisilin (AMP) dan Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (EMDSM)
Uji aktivitas antimikroba antibiotik ampisilin, ekstrak etanol daun sirih merah, dan kombinasinya dilakukan dengan metode sumuran dengan cara: Sebanyak satu mL suspensi bakteri yang telah disetarakan kekeruhannya dengan McFarland 0.5 digoreskan dengan menggunakan jarum ose pada media NA steril, kemudian divortex, dituangkan ke cawan petri, dan dibiarkan hingga memadat. Setelah padat, dibuat lubang sumuran dengan tiga kali replikasi. Metode difusi
sumuran digunakan untuk menguji kontrol negatif (10 μL DMSO 1%, aquadest,
dan BPW), konsentrasi EEDSM tunggal 0,75, 1,5, 3,0, 6,0, dan 12,0 mg/mL
(sebanyak 30 μL), konsentrasi AMP tunggal 40 μg/mL (sebanyak 30 μL), dan
kombinasi konsentrasi AMP dan EEDSM seperti berikut.
8
2. Kombinasi konsentrasi AMP 40 μg/ml dan EMDSM 1,5 mg/ml
(masing-masing 15 μl)
3. Kombinasi konsentrasi AMP 40 μg/ml dan EMDSM 3,0 mg/ml
(masing-masing 15 μl)
4. Kombinasi konsentrasi AMP 40 μg/ml dan EMDSM 6,0 mg/ml
(masing-masing 15 μl)
5. Kombinasi konsentrasi AMP 40 μg/ml dan EMDSM 12,0 mg/ml
(masing-masing 15 μl).
(Kuntari et al., 2014) Pengukuran diameter zona hambat (zona di sekitar sumuran yang menjadi jernih) dilakukan setelah 24 jam masa inkubasi.
Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Plat KLT GF254 dipotong dengan ukuran 9x13 cm. Plat tersebut diaktivasi selama satu jam dengan menggunakan oven pada suhu 50°C. Setelah itu dilakukan pembuatan fase gerak dengan mencampurkan etil asetat dan toluen dengan perbandingan 9:1. Fase gerak yang telah dibuat dimasukkan ke dalam
chamber.
9
Uji Tabung
1. Identifikasi flavonoid
Sebanyak 0,5-1 mL larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dipanaskan. Larutan uji tersebut ditambahkan serbuk logam Mg sebanyak 0,1 g dan 5-6 tetes asam hidroklorida. Setelah 2-5 menit larutan akan berubah warna menjadi merah atau oranye. Jika berwarna merah, maka larutan mengandung flavonol, sedangkan jika berwarna oranye, maka larutan mengandung flavanon (Hartini, 2013; MMI, 1979).
2. Identifikasi tanin
Sebanyak 0,5-1 mL larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1-2 mL aquadest. Setelah itu, larutan ditambahkan dengan 2-3 tetes larutan besi III klorida (FeCl3). Jika warnanya berubah menjadi warna biru kehitaman, maka terdapat kandungan tanin falat, sedangkan jika warna larutan berubah menjadi hijau kehitaman, maka larutan mengandung tanin katekol (Hartini, 2013; Kursia, 2016).
3. Identifikasi alkaloid
Sebanyak lima mililiter larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan 1,25-2,5 mL larutan asam hidroklorida 10%. Larutan tersebut dibagi ke dalam dua tabung, kemudan pada satu tabung diteteskan 2-3 tetes reagen Mayer. Setelah itu tabung yang diteteskan dengan reagen Mayer dibandingkan dengan tabung yang tidak diteteskan reagen Mayer. Jika terbentuk endapan berwarna kuning keputihan, maka larutan mengandung alkaloid (Hartini, 2013; MMI, 1979)
4. Identifikasi saponin
10 5. Identifikasi minyak atsiri
Sebanyak satu mililiter larutan uji dimasukkan ke dalam cawan porselin. Larutan uji diuapkan dengan bantuan panas hingga memperoleh residu. Jika muncul bau khas dari residu tersebut, maka larutan uji mengandung minyak atsiri (Ciulei, 1984).
Analisis Statistik
Analisis data untuk mengukur efek yang diberikan dalam kombinasi dilakukan dengan melakukan pengukuran secara statistik dengan menggunakan
uji Shapiro-Wilk (uji distribusi normalitas), kemudian dilanjutkan dengan uji
Levene (uji homogenitas). Apabila data terdistribusi normal dan homogen,
dilakukan uji One Way ANOVA. Apabila data tidak terdistribusi normal atau tidak homogen, dilakukan uji Kruskal-Wallis. Ketika ditemukan perbedaan, dilakukan Post-Hoc Tukey dengan taraf kepercayaan 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daun sirih merah yang digunakan dalam penelitian merupakan daun sirih merah yang diperoleh dari daerah Sleman, Yogyakarta. Berdasarkan hasil determinasi tanaman, daun yang diperoleh merupakan daun tanaman sirih merah
(Piper crocatum Ruiz & Pav.). Hasil determinasi tanaman dapat dilihat pada
lampiran 2.
11
mengandung senyawa metabolit sekunder yang bersifat volatil, salah satunya minyak atsiri. Berdasarkan Farmakope Herbal (2009), merekomendasikan penentuan kadar air simplisia tanaman yang mengandung senyawa metabolit sekunder yang bersifat volatil lebih untuk menggunakan metode destilasi toluen. Kadar air nantinya dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
% Kadar air = volume air (mL) x 100% berat simplisia yang ditimbang (g)
Volume air yang diperoleh adalah 0,5 mL, dengan bobot serbuk yang ditimbang adalah 10,2294 gram, sehingga kadar air yang diperoleh adalah 4,8879%. Persen kadar air yang baik adalah kurang dari 10% (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011).
Serbuk simplisia daun sirih merah diekstraksi dengan metode maserasi dan menggunakan pelarut metanol 70%. Ekstrak metanol daun sirih merah (EMDSM) diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa (Marliyana et al., 2013). Hasil maserasi yang diperoleh
12
simplisia, diperoleh persen rendemen sebesar 19,0018%. Persen rendemen dihitung untuk mengetahui seberapa banyak ekstrak metanol daun sirih merah (EMDSM) yang diperoleh. Semakin tinggi nilai rendemen yang diperoleh, maka semakin banyak EMDSM yang diperoleh (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011). Rumus persen rendemen adalah sebagai berikut.
% Rendemen = bobot ekstrak (g) x 100% bobot simplisia yang dihitung (g)
Penelitian ini menggunakan bakteri Pseudomonas aeruginosa, seperti yang tertera pada surat identifikasi bakteri pada lampiran 3. Sebelum pelaksanaan uji aktivitas antimikroba dengan metode difusi sumuran, perlu dilakukan penyiapan stok dan suspensi bakteri Pseudomonas aeruginosa terlebih dahulu. Stok bakteri uji dibuat dengan menggoreskan jarum ose pada media NA sebanyak 1-2 kali, kemudian diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan penyiapan suspensi bakteri uji dengan mengambil secukupnya bakteri uji pada stok bakteri kemudian diencerkan dengan BPW. Suspensi bakteri disetarakan kekeruhannya dengan larutan McFarland 0,5 dengan bantuan alat nephelometer
(CLSI, 2018).
(a) (b)
Gambar 1. (a) Kontrol media; (b) Kontrol pertumbuhan
13
bahwa penelitian dilakukan secara aseptis. Pada kontrol media tidak nampak adanya kontaminasi atau bakteri yang tumbuh. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian dilakukan secara aseptis. Selain kontrol media, terdapat kontrol pertumbuhan yang dibuat untuk memastikan bahwa bakteri Pseudomonas
aeruginosa dapat tumbuh dengan baik pada media. Kekeruhan kontrol
pertumbuhan yang diperoleh menunjukkan bahwa bakteri Pseudomonas
aeruginosa dapat tumbuh dengan baik pada media. Hasil kontrol media dan
kontrol pertumbuhan yang diperoleh pada penelitian dapat dilihat pada gambar 1(a) dan 1(b).
Kontrol negatif berisi pelarut yang digunakan dalam penelitian, yaitu DMSO 1% (pelarut EMDSM), BPW (pelarut untuk mengencerkan bakteri), dan aquadest steril (pelarut AMP). Pelarut yang digunakan tidak boleh memiliki aktivitas antimikroba. Kontrol negatif dibuat untuk melihat apakah pelarut yang digunakan memiliki aktivitas antimikroba atau tidak. Hasil menunjukkan bahwa pelarut yang dipakai tidak memiliki aktivitas antimikroba. Hasil kontrol negatif dapat dilihat pada pada gambar 2(b).
(a) (b)
Gambar 2. Hasil difusi sumuran (a) EMDSM tunggal 0,75 mg/mL (b) kontrol negatif, AMP tunggal 40 µg/mL, dan kombinasi
Keterangan gambar 2(b) : 1 = Kontrol negatif
2 = AMP tunggal 40 µg/mL
3 = EMDSM 0,75 mg/mL dan AMP 4 = EMDSM 1,5 mg/mL dan AMP
14
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marliyana et al. (2013), ekstrak etanol daun sirih merah dapat menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas
aeruginosa pada konsentrasi 0,75 mg/mL. EMDSM tunggal yang diujikan hanya
konsentrasi 0,75 mg/mL karena menurut Marliyana et al. (2013), konsentrasi tersebut merupakan KHM dari ekstrak etanol daun sirih merah. Rupanya dengan konsentrasi yang sama EMDSM juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Pseudomonas aeruginosa, seperti pada gambar 2(a). EMDSM yang
dikombinasikan dengan AMP dibuat variasi konsentrasinya untuk melihat kombinasi mana yang dapat menghasilkan aktivitas antimikroba yang paling baik. Berdasarkan penelitian Christopher et al. (2014), pada uji aktivitas antimikroba AMP dengan metode difusi disk Kirby Bauer, AMP memiliki KHM pada 0,20-250 µg/ mL untuk dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Pseudomonas aeruginosa, sehingga pada penelitian ini AMP tunggal diuji
aktivitas antimikrobanya adalah konsentrasi 40 µg/mL. Hasilnya AMP pada konsentrasi tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti pada gambar 2(b). Namun terdapat sedikit bakteri yang tidak mati pada zona hambat AMP 40 µg/mL, hal ini menandakan bahwa terdapat bakteri yang telah resisten terhadap AMP pada konsentrasi 40 µg/mL.
EMDSM yang diuji aktivitas antimikrobanya dalam kombinasi dengan AMP konsentrasi 40 µg/mL adalah EMDSM konsentrasi 0,75 mg/mL, 1,5 mg/mL, 3 mg/mL, 6 mg/mL, dan 12 mg/mL, seperti pada gambar 2(b). Masing-masing kombinasi tersebut terlihat dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Pseudomonas aeruginosa, ditunjukkan dari adanya zona jernih yang dihasilkan.
Diameter zona hambat dari setiap perlakuan selanjutnya diukur dengan menggunakan penggaris. Data diameter zona hambat dapat dilihat pada tabel 1. Diameter ukuran zona hambat yang diperoleh telah dikurangi dengan diameter pelubang sumuran 6 mm sebelumnya.
15
Pseudomonas aeruginosa. Pelarut yang digunakan pada penelitian haruslah
pelarut yang tidak mempengaruhi hasil penelitian. Apabila pelarut yang digunakan dapat menghasilkan zona hambat, maka hal ini akan menimbulkan bias pada hasil penelitian, sehingga hasil yang diperoleh tidak akurat. AMP tunggal, EMDSM tunggal, dan kombinasinya memiliki aktivitas antimikroba, ditunjukkan dari munculnya zona hambat pada tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata diameter zona hambat tiap perlakuan dan kontrol negatif Pelarut dan Perlakuan
* Pelarut= DMSO 1%, BPW, dan aquadest; AMP tunggal = 40 µg/mL; EMDSM tunggal = 0,75 mg/mL; 1= EMDSM 0,75 mg/mL dan AMP; 2= EMDSM 1,5 mg/mL dan AMP; 3= EMDSM 3 mg/mL dan AMP; 4= EMDSM 6 mg/mL dan AMP; 5= EMDSM 12 mg/mL dan AMP
Data zona hambat yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara statistik. Uji normalitas dilakukan dengan uji Shapiro Wilk, karena masing-masing kelompok perlakuan memiliki tiga data. Pada uji Shapiro Wilk, terdapat empat data yang tidak terdistribusi normal, yaitu pada data AMP tunggal, EMDSM tunggal, kombinasi EMDSM 1,5 mg/mL dan AMP, serta kombinasi EMDSM 3 mg/mL dan AMP. Kemudian dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji Levene. Hasilnya didapatkan nilai p = 0,001 (p<0,05), sehingga data yang diperoleh tidak homongen. Untuk melihat apakah ada perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan, dilakukan uji Kruskal-Wallis. Uji Kruskal-Wallis dipilih karena data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen. Hasil uji Kruskal-Wallis
menunjukkan nilai p = 0,141 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan bermakna pada perlakuan yang dilakukan. Hasil tidak berbeda bermakna diperjelas dengan
16
Tabel 2. Hasil uji Mann-Whitney pada taraf kepercayaan 95%
Perbandingan Nilai p Perbandingan Nilai p
Kontrol Tidak berwarna: Tidak berbeda bermakna
K-4 0,999
Berdasarkan hasil perbandingan pada uji Mann-Whitney, semua perlakuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan kecuali jika dibandingkan dengan pelarut. Besarnya zona hambat perlakuan kombinasi ternyata tidak berbeda signifikan dengan perlakuan tunggal. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi yang dihasilkan dari kombinasi AMP dan EMDSM tidak menghasilkan efek sinergis, melainkan indifferent. Menurut Garroth dan Waterworth (1967), adanya efek
indifferent pada suatu kombinasi dapat disebabkan karena dua agen yang
dikombinasikan memiliki aksi yang sama. Efek indifferent bisa saja didapat karena kombinasi AMP dan EMDSM memiliki aksi antimikroba yang sama, yaitu mengganggu dinding sel bakteri uji sehingga mengakibatkan kematian.
17
Rinanda et al. (2012), EMDSM mengandung senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid, dan tanin, sedangkan menurut Hartini et al. (2013) terdapat kandungan minyak atsiri dan terpenoid. Pada penelitian ini metode KLT dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa flavonoid, sedangkan pada uji tabung mengidentifikasi adanya kandungan flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, dan minyak atsiri dalam EMDSM. Senyawa metabolit sekunder yang diuji yaitu senyawa yang memiliki efek antimikroba. Mekanisme senyawa-senyawa tersebut antara lain: flavonoid dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel bakteri; tanin dapat mengganggu membran sel bakteri dan membentuk senyawa kompleks dengan suatu enzim atau substrat; alkaloid dapat menyebabkan bakteri mengalami lisis dengan mekanisme yang masih belum jelas, namun aktivitasnya diakibatkan karena cincin karbon, substitusi aromatik, dan oksidasi alami dari alkaloid; saponin memiliki molekul yang dapat menarik air atau hidrofilik dan dapat mendilusikan lipid atau lipofilik, sehingga dapat mengurangi tegangan permukaan sel bakteri; minyak atsiri mengandung linalol yang mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH) yang aktif sebagai antibakteri pada umumnya (Rachmawaty et al., 2018; Rinanda et al., 2012).
18
(a) (b) (c)
Gambar 3. Hasil uji KLT dengan (a) detektor UV
254 nm; (b) detektor UV 365 nm; (c) disemprot dengan pereaksi FeCl3 Keterangan gambar 3(a), 3(b), dan 3(c):
1 = Standar (kuersetin) 2 = AMP tunggal 40 µg/mL 3 = EMDSM tunggal 0,75 mg/mL 4 = EMDSM 0,75 mg/mL dan AMP
5 = EMDSM 1,5 mg/mL dan AMP 6 = EMDSM 3 mg/mL dan AMP 7 = EMDSM 6 mg/mL dan AMP 8 = EMDSM 12 mg/mL dan AMP *AMP= 40 µg/mL
19
Tabel 3. Nilai Rf dan warna uji KLT standar dan perlakuan tunggal
Detektor Bercak Standar
AMP tunggal
Tabel 4. Nilai Rf dan warna uji KLT perlakuan kombinasi
20
Pada hasil uji tabung menunjukkan bahwa EMDSM terdeteksi mengandung: flavonoid, ditandai dengan perubahan warna menjadi oranye; tanin, ditandai dari terjadinya perubahan warna menjadi hijau kehitaman; saponin, ditandai dari terbentuknya buih; dan minyak atsiri, ditandai dari munculnya bau yang khas. Alkaloid tidak terdeteksi pada uji tabung EMDSM (tidak terbentuk endapan kuning). Menurut Hartini et al. (2013), EMDSM akan terdeteksi mengandung alkaloid. Perbedaan hasil ini dapat disebabkan karena konsentrasi alkaloid dalam EMDSM yang terlalu kecil untuk dapat memunculkan endapan berwarna kuning. Hasil uji tabung dapat dilihat seperti pada lampiran 6.
Berdasarkan hasil uji KLT dan uji tabung, tidak terdapat perbedaan senyawa metabolit sekunder EMDSM tunggal maupun kombinasi. EMDSM pada konsentrasi 0,75 mg/mL hingga 12 mg/mL akan mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan minyak atsiri. Menambahkan EMDSM dengan AMP tidak mengubah kandungan yang ada di dalamnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
21
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI), 2010. Acuan Sediaan
Herbal. Volume 5, Edisi 1, Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan,
6-8.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2013. Antibiotic Resistance
Threats in the United States, 2013. United States: U.S. Department of
Health and Human Services, 59.
Cherian, P. T., 2016. Design, Synthesis and Microbiological Evaluation of Ampisilin–Tetramic Acid Hybrid Antibiotics. The Journal of Antibiotics, (2016), 1-8.
Christopher, A. E., 2014. Incidence of Lower Respiratory Tract Infections among Elderly Patients in Federal Medical Centre UMUHIA. IOSR Journal of
Dental and Medical Sciences, 13(11), 85-97.
Ciulei, J., 1984. Methodology for Analysis of Vegetables and Drugs. Bucharest: Faculty of Pharmacy, 11-26.
Clinical and Laboratory Standards Institute, 2018. Performance Standards of
Antimicrobial Susceptibility Testing, 28 ed., Wayne, PA: Clinical and
Laboratory Standards Institute, 74, 170.
Departemen Kesehatan RI, 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1-18.
Departemen Kesehatan RI, 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 168-171.
Direktorat Jendral POM, 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 42.
22
Dwiatmaka, Y., 2010. Identifikasi Flavonoid Herba Pegagan Embun (Hydrocotyle
sibthorpiodes Lmk.) Hasil Isolasi Secara KLTP Serta Uji Kemurniannya
dengan HPLC. SIGMA, 13(2), 167-177.
Fauziyah, P. N., et al., 2017. Combination Effect of Antituberculosis Drugs and Ethanolic Extract of Selected Medicinal Plants against Multi-Drug Resistant Mycobacterium tuberculosis Isolates. Scientia Pharmaceutica, 85(14), 1-9.
Hartini, Y. S., Wahyuono, S., Widyarini, S., Yuswanto, A., 2013. Uji Aktivitas Fagositosis Makrofag Fraksi-fraksi dari Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Secara In Vitro. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 11(2), 108-115.
Juan, C., et al., 2017. Host and Pathogen Biomarkers for Severe Pseudomonas
aeruginosa Infections. The Journal of Infectious Diseases, 215(1), 44-51.
Kesarkar, S., et al., 2009. Flavonoids: An Overview. Journal of Pharmacy
Research, 2(6), 1148-1154.
Kuntari, L. M., et al., 2014. Perbedaan Daya Antibakteri Klorheksidin 2% dan Berbagai Konsentrasi Sodium Hipoklorit Kombinasi Omeprazole 8,5% Terhadap Enterococcus faecalis. Jurnal Kedokteran Gigi, 5(2), 139-149. Kursia, S., Lebang, J. S., Taebe, B., Rahim, A. B. W. O. R., Nursamsiar., 2016.
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etilasetat Daun Sirih Hijau (Piper betle
L.) terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis. IJPST, 3(2), 72-76. Kusuma, S. A.F., et al., 2016. Antibacterial Spectrum of Ethanol Extract of
Indonesian Red Piper Betel Leaf (Piper crocatum Ruiz & Pav) Against
Staphylococcus species. International Journal of Pharma Sciences and
Research, 7(11), 448-452.
Marliyana, S. D., 2013. Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah
(Piper crocatum Ruiz & Pav.) (Antibacterial Activity Of The Essential
Oils Piper crocatum Ruiz & Pav. Leaves). Alchemy Jurnal Penelitian
23
Moradali, M. F., et al., 2017. Pseudomonas aeruginosa Lifestyle: A Paradigm for Adaptation, Survival, and Persistence. Frontiers in Cellular and Infection
Microbiology, 7(39), 1-29.
Panche, A. N., et al., 2016. Flavonoids: An Overview. Journal of Nutritional
Science, 5(47), 1-15.
Pandey A., and Tripathi, S., 2014. Concept of standardization, extraction and pre phytochemical screening strategies for herbal drug. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry, 2(5), 115-119.
Rachmawaty, F. J., et al., 2018. Optimasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper
crocatum) sebagai Antibakteri terhadap Bakteri Staphylococcus aureus.
MMJKK, 18(1), 13-19.
Rinanda, T., et al., 2012. Antibacterial activity of red betel (Piper crocatum) leaf methanolic extracts aginst methicillin resistant Staphylococcus aureus.
In: Proceeding - The 2nd Annual International Conference Syiah Kuala
University 2012 & The 8th IMT-GT Uninet Biosciences Conference, 2(1),
270-275.
Rustini, R., et al., 2017. Antibacterial Resistance Pattern of Pseudomonas
aeruginosa Isolated From Clinical Samples At A General Hospital in
Padang, West Sumatra, Indonesia. Asian Journal of Pharmaceutical and
Clinical Research, 10(8), 158-160.
Sonam, M., et al., 2017.Phytochemical Screening and TLC Profiling of Various Extracts of Reinwardtia indica. International Journal of Pharmacognosy
and Phytochemical Research, 9(4), 523-527.
Thangaraj, P., 2016. Pharmacological Assays of Plant-Based Natural Products. Switzerland: Springer International Publishing, 10.
Wagner, et al., 1983. Plant Drug Analysis, A Thin Layer Chromatography Atlas. 2 ed., Berlin: Springer Verlag., 90.
World Health Organization (WHO), 2014. Antimicrobial Resistance Global
24
25
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.)
26
Lampiran 3. Sertifikat Identifikasi Hasil Uji Bakteri Pseudomonas aeruginosa
27
Lampiran 5. Diameter Zona Hambat Uji Aktivitas Antimikroba Tiap Perlakuan
Larutan Uji Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
Rata-Rata Zona Hambat
(mm) EMDSM tunggal
(0,75 mg/mL) 8,0 9,0 8,0 0,83
AMP tunggal
(40µg/mL) 9,5 8,0 9,5 0,9
Kombinasi 1 9,5 9,0 4,5 7,7
Kombinasi 2 8,0 8,0 1,0 8,7
Kombinasi 3 9,5 8,0 9,5 9,0
Kombinasi 4 1 9,0 9,5 9,5
Kombinasi 5 8,5 9,0 1,0 9,2
* Kombinasi 1= EMDSM 0,75 mg/mL dan AMP 40 µg/ml; Kombinasi 2= EMDSM 1,5 mg/mL dan AMP 40 µg/ml; Kombinasi 3= EMDSM 3 mg/mL dan AMP 40 µg/ml; Kombinasi 4= EMDSM 6 mg/mL dan AMP 40 µg/ml; Kombinasi 5= EMDSM 12 mg/mL dan AMP 40 µg/ml
Lampiran 6. Hasil Uji Tabung
28
Lampiran 6.2. Hasil Uji Identifikasi Flavonoid
29
Lampiran 6.4. Hasil Uji Identifikasi Alkaloid
30
Lampiran 6.5. Hasil Uji Identifikasi Minyak Atsiri
Lampiran 6.5.1. Perlakuan Kombinasi
Lampiran 6.5.2. AMP Tunggal
31
Lampiran 7. Hasil Analisis Statistik Uji Aktivitas Antimikroba Metode Sumuran
Lampiran 7.1. Hasil Uji Shapiro Wilk
Tests of Normalitya
a. Zona Hambat is constant when Pelarut = Pelarut. It has been omitted. b. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 7.2. Hasil Uji Levene
Test of Homogeneity of Variances Zona Hambat
Levene Statistic df1 df2 Sig.
32
Lampiran 7.3. Hasil Uji Kruskal-Wallis
Test Statisticsa,b
Lampiran 7.4. Hasil Uji Mann-Whitney
Multiple Comparisons Dependent Variable: Zona Hambat
36
37
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Pipit Puspitasari, lahir di Wonosobo pada tanggal 21 September 1997. Penulis akrab dipanggil Pipit dan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Sunarso dan Sridana. Penulis menempuh pendidikan di TK Kristen 01 Wonosobo (2002-2003), SD Kristen 03 Wonosobo (2003-2009), SMP Kristen 01 Wonosobo (2009-2012), SMA Negeri 1 Wonosobo (2012-2015), dan pada tahun 2015 melanjutkan pendidikan untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Sanata Dharma.