• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI KEGIATAN MOZAIK BERBANTUAN BAHAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI KEGIATAN MOZAIK BERBANTUAN BAHAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI

KEGIATAN MOZAIK BERBANTUAN BAHAN ALAM

UNTUK MENINGKATKAN

PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK

Ni Wyn. Devi Ginantari1, I Wyn. Rinda Suardika2, I Kt. Ardana3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

Email: devi_ginantari@yahoo.com1, suardikarinda@yahoo.co.id2 ketut_ardana55@yahoo.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan perkembangan motorik halus anak setelah diterapkannya metode demonstrasi melalui kegiatan mozaik berbantuan bahan alam di Kelompok B TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 22 orang. Data perkembangan motorik halus dikumpulkan dengan menggunakan metode non tes (wawancara/percakapan) dengan instrumen lembar wawancara dan observasi dengan dengan minstrumen lembar observasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian pada siklus I diketahui pencapaian perkembangan motorik halus sebesar 55,18% dengan kategori rendah. Sedangkan pada siklus II pencapaian perkembangan motorik halus sebesar 88,81% dengan kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mozaik berbantuan bahan alam dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar.

Kata-kata kunci: metode demonstrasi, kegiatan mozaik berbantuan bahan alam, perkembangan motorik halus.

Abstract

This study aims to increase of soft motoric development after the implementation of demonstration method through mosaic supported by natural materials in group B of TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar in academic year 2013/2014. This study is classroom action research (CAR). Subjects in this study was 22 kindergarten children in group B of TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar in academic year 2013/2014 there are 22 children. Soft motoric development data were collected using non-test methods (interviews/conversations) with the questionnaires and observation instruments. Data were analyzed using statistical descriptive analysis and descriptive quantitative analysis methods. The result of the study in the first cycle was found that the soft motoric development achievement was 55,18% with low category. While in the second cycle the soft motoric development achievement was 88,81% with high category. This it can be concluded that by applying the demonstration method through mosaic supported by natural materials can improve soft motoric development of childrent in group B of TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar.

Keywords: demonstration method, mosaic supported by natural materials, soft motoric development.

(2)

PENDAHULUAN

Usia dini merupakan masa yang paling optimal untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar dan melakukan apapun untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Selain itu, secara naluriah mereka aktif bergerak. Mereka akan menuju ke mana saja sesuai dengan minat dan kesenangannya. Dengan aktivitas tersebut anak memenuhi kebutuhannya, oleh karena itu hendaknya pendidik dapat memfasilitasinya melalui kegiatan yang memberikan kesempatan karena anak-anak senang mengenal dan mengidentifikasi benda-benda yang berada di lingkungan sekitarnya. Asmawati dkk (2010:1.3) menyatakan bahwa, Anak adalah individu unik dan memiliki karakteristik sendiri sesuai dengan tahapan usianya. Oleh karena itu, upaya-upaya pengembangan anak usia dini hendaknya dilakukan melalui belajar dan melalui bermain (learning through games). Hal ini dikarenakan bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak, melalui bermain anak memperoleh kesempatan untuk bereksplorasi (exploration), menemukan (finding), mengekspresikan (exspression) perasaannya, dan berkreasi (creation). Selain itu, bermain juga dapat membantu anak mengenal dirinya dengan siapa anak hidup serta lingkungan tempat anak tinggal atau tempat ia berada. Anak Usia Dini merupakan individu yang suka meniru, apapun yang ia lihat, maka akan ia lakukan

Upaya-upaya pengembangan kemampuan anak usia dini hendaknya dilakukan melalui belajar dan melalui bermain (learning through games). “Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak, masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons stimulasi yang diberikan oleh lingkungan” (Samsudin, 2008:1). Anak usia dini belajar dari pengalaman langsung, oleh karenanya kekhasan belajar mereka adalah melalui aktivitas atau kegiatan langsung (hands on) dan berkaitan dengan minat dan pengalamannya sendiri. Anak senang mengulang-ulang berbagai

kegiatan-kegiatan atau permainan yang sama. Menurut Aisyah dkk (2008:4.45) menyatakan “dalam mempelajari keterampilan motorik, meniru merupakan hal yang sangat penting maka agar anak memiliki suatu keterampilan motorik yang baik dia memerlukan model yang baik pula”.

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakkan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan prilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Pendidikan anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan atau keterampilan anak.

“Pendidikan anak usia dini (early child education/PAUD) sangat penting dilaksanakan sebagai dasar dari pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk membentuk karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil, dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa” (Asmawati dkk, 2010:1.3). Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 menyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan sekolah dasar” (dalam Santoso, 2007:2.10).

Komponen PAUD harus bekerja sama agar proses pelaksanaan PAUD dapat berhasil dengan baik, salah satu komponen PAUD yaitu Lembaga Pendidikan Sekolah baik yang didirikan oleh pemerintah, maupun masyarakat seperti jenjang Taman Kanak-kanak yang disingkat TK. “Taman Kanak-kanak adalah lembaga pendidikan prasekolah sebelum memasuki lembaga pendidikan sekolah dasar (SD) yang melibatkan anak didiknya berkisar pada usia 4-6 tahun, dengan lama pendidikan berkisar antara 1-2 tahun” (Samsudin, 2008:7).

(3)

Kebutuhan akan lembaga pendidikan Taman kanak-kanak sangat diperlukan anak karena meningkatnya kebutuhan anak untuk bermain sambil belajar. Perkembangan belajar ini sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dialami anak. Taman kanak-kanak merupakan sebuah taman tempat anak-anak bermain dan belajar, tempat anak menyesuaikan diri dengan beberapa hal sebelum mereka memasuki pendidikan lebih lanjut yaitu pendidikan sekolah dasar (SD).

Melihat kenyataan yang terjadi di lapangan khususnya di TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar berdasarkan pengamatan awal dan hasil wawancara dengan guru kelas dan hasil observasi menunjukan bahwa anak-anak pada umumnya masih memiliki kemampuan motorik halus yang masih rendah terutama pada kegiatan seni seperti menempel, menggunting, menjiplak bentuk dan mewarnai yang masih terlihat corat-coret serta kegiatan lainnya yang masih memerlukan bimbingan dari lingkungan terutama kemampuan motorik halus, yang mencakup penggunaan koordinasi otot-otot kecil/halus. Mengingat kemampuan motorik halus anak sangat penting, maka diperlukan kegiatan yang lebih ditingkatkan lagi, dapat memberikan kesenangan pada anak, memupuk jiwa kreatif serta merupakan dasar bagi keterampilan yang lainnya dan dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas kelompok B di TK Bhayangkari 4 Gianyar, hambatan yang sering ditemui ataupun dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran membuat karya seni adalah sulitnya menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran agar perkembangan motorik halus anak meningkat dan sulitnya menerapkan kegiatan belajar agar anak menjadi kreatif khusunya dalam kegiatan mozaik yang berhubungan dengan perkembangan motorik halus anak. Walaupun anak-anak sudah diberikan tugas oleh guru tapi banyak anak yang kurang kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

sehingga nilai perkembangan anak masih rendah, dimana dari 22 orang anak 17 orang diantaranya mendapat nilai yang kurang memuaskan bintang 12 (**) dan 5 orang anak mendapatkan bintang 3 (***) berkaitan dengan motorik halusnya, sedangkan harapan ketuntasannya memperoleh bintang 4 (****). Dengan demikian kemampuan motorik halus anak perlu ditingkatkatkan. Berdasarkan

permasalahan di atas nampaknya metode yang sebaiknya digunakan adalah metode yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini yaitu meniru. Gunarti dkk (2010:9.4) mengatakan bahwa “dalam penguasaan keterampilan, anak lebih mudah mempelajari dengan cara menirukan seperti apa yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini guru menunjukan, mengerjakan, dan menjelaskan apa yang sedang dilakukan (showing, doing, telling). Tiga macam perbuatan guru merupakan komponen yang utama dalam metode demonstrasi”. Sehingga metode demonstrasi merupakan salah satu alternative metode yang tepat untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Yang dimaksud metode demonstrasi adalah “suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengarkan yang diikuti dengan

meniru pekerjaan yang

didemonstrasikan” (Gunarti dkk, 2010:9.3). Metode demonstrasi dipilih karena memiliki beberapa keunggulan. Gunarti dkk (2010:9.7) menyebutkan keunggulan metode demonstrasi antara lain, a) membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda/peristiwa, b) memudahkan berbagai jenis penjelasan, c) kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya, d) perhatian anak dapat lebih dipusatkan, e)anak dapat ikut serta aktif apabila demonstrasi langsung dilanjutkan dengan eksperimen, f) mengurangi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi sekitarnya anak hendak mencoba sendiri, g) beberapa persoalan yang belum dimengerti dapat ditanyakan langsung

(4)

saat suatu proses ditunjukkan sehingga terjawab dengan jelas.selas. Selain itu metode demonstrasi juga memiliki tujuan, Gunarti dkk (2010:9.6) menyebutkan “tujuan metode demonstrasi adalah peniruan terhadap model yang dapat dilakukan”. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak adalah kegiatan mozaik. Menurut Pamadhi dan Evan Sukardi (2009:5.6) “mozaik merupakan pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat dengan cara dipotong-potong atau sudah berbentuk dipotong-potongan kemudian disusun dengan ditempelkan pada bidang datar dengan cara di lem”. Bahan yang digunakan dalam kegiatan mozaik adalah bahan alam, Sumanto (2006:142) mengatakan bahwa, “bahan alam adalah semua jenis bahan yang dapat diperoleh dari lingkungan alam sekitar secara langsung. Adapun alat yang digunakan dalam kegiatan mozaik , Sumanto (2006:90) menyebutkan bahwa, “peralatan kerja yang digunakan dalam membuat mozaik yaitu: gunting, atau alat pemotong lainnya”. Pamadhi dan Evan Sukardi (2009:5.27) mengatakan bahwa, mozaik dapat dikerjakan dengan cara: siapkan kertas/karton tebal yang diberi pola atau motif gambar. Karena bahan dasarnya dari karton atau kertas lain maka material yang ditempelkan adalah potongan kertas, daun, rumput kering, plastik. Potongan material yang ditempelkan dengan lem yang disusun menurut tujuan gambar yang diinginkan.

Dalam kegiatan mozaik ini anak dapat menggambar, menggunting, dan menempel. Sehingga secara perlahan motorik halus anak akan meningkat karena adanya rangsangan saat mengerjakan kegiatan mozaik tersebut. Muhibbin (dalam Samsudin 2008) meyebutkan “motorik dengan istilah motor. Menurutnya, motor diartikan sebagai istilah yang menunjukan pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakannya, demikian kelenjar-kelenjar juga sekresi (pengeluaran cairan atau getah)”. Menurut Hildayani dkk (2007:85) “perkembangan motorik halus adalah

gerakan terbatas dari bagian-bagian yang meliputi otot-otot kecil, terutama gerakan di bagian jari-jari tangan”. Menurut Hildayani dkk (2007:8.17) ciri-ciri perkembangan motorik halus anak antara lain “1) menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, 2) membuat gambaran sederhana dan mewarnai, 3) menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas, 4) menjahit, 5) menganyam kertas, 6) menajamkan pensil dengan rajutan pensil”. Dengan penerapan metode demonstrasi kegiatan pembelajaran akan tercipta suasana yang aktif dan menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran akan tersampaikan dengan baik dan yang terpenting adalah anak-anak dapat memahami materi yang disampaikan. Selain itu agar anak mencapai perkembangan yang optimal maka bahan atau media juga sangat dibutuhkan dalam meningkatkan perkembangan anak, dalam hal ini bahan yang umumnya digunakan dalam mengajar tersebut dapat diambil dari lingkungan kehidupan anak seperti bahan alam, sehingga bahan tersebut merupakan bahan yang mudah didapat seperti daun pisang, daun kelapa dan kertas bekas. Kegiatan yang disampaikan oleh guru untuk anak-anak diharapkan dapat dilaksanakan secara kreatif dan inovatif (sesuatu yang menarik).

Berdasarkan uraian tersebut maka diadakan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mozaik berbantuan bahan alam untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Wardhani dan Kuswaya Wihardit (2008:1.4) “Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat”.

(5)

Tempat pelaksanaan penelitian ini di kelompok B TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar. Subjek penelitian ini adalah anak TK sebanyak 22 orang kelompok B yang terdiri dari 13 orang anak laki-laki dan 9 orang anak perempuan pada semester II di TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar, Tahun Ajaran 2013/2014. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik halus anak TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar, pada semester II dalam kegiatan pembelajaran mozaik berbantuan bahan alam.

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel). Menurut Agung (2012:43) “variabel bebas yaitu satu atau lebih dari variabel-variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung”. “Variabel terikat (dependent variabel) adalah gejala atau faktor atau unsur yang muncul karena adanya pengaruh dari variabel bebas”. (Dimyati, 2013:41). Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut. 1) Variabel Bebas: metode demonstrasi melalui kegiatan mozaik berbantuan bahan alam. 2) Variabel Terikat: perkembangan motorik halus.

Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Akhir siklus I ditandai dengan pelaksanaan kegiatan mozaik dengan alat dan bahan dari daun pisang, begitupun siklus II dan siklus selanjutnya bila belum memenuhi hasil yang diingikan dan belum memenuhi target penelitian. Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

Gambar 1 : Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Arikunto dkk, 2010:16)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan metode wawancara. Dimyati (2013:92) menyatakan bahwa ”metode observasi adalah metode pengumpulan data penelitian dengan melalui pengamatan terhadap objek yang diteliti”. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang perkembangan motorik halus anak dalam kegiatan mozaik. Setiap kegiatan yang diobservasi dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai yaitu bintang (belum berkembang), (mulai berkembang), (berkembang sesuai harapan), dan

(berkembang sangat baik).

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data tersebut berupa lembar observasi. Pelaksanaan observasi meliputi 5 indikator yang digunakan untuk mengukur perkembangan motorik halus anak. Indikator yang pertama menggambar bebas dengan berbagai media (kapur tulis, pensil warna, krayon, arang, spidol dan bahan-bahan alam) dengan rapi. Indikator kedua menciptakan bentuk dari kepingan geometri. Indikator ketiga menggunting

Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Pengamatan Pelaksanaan Refleksi Pelaksanaan Refleksi SIKLUS KE N

(6)

dengan berbagai media berdasarkan bentuk/pola (lurus, lengkung, gelombang, zig zag, lingkaran segitiga, segiempat). Indikator keempat membuat gambar dengan teknik kolase dengan memakai beberapa media (kertas, ampas kelapa, biji-bijian, kain perca, batu-batuan dll), indikator kelima membentuk gambar dengan teknik mozaik dengan memakai berbagai bentuk/bahan (segiempat, segitiga, lingkaran dll) (Permendiknas, 2009) .

Metode pengumpulan data yang kedua yaitu metode wawancara. Menurut Agung (2012:62) “Metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang sistematis, dan hasil tanya jawab ini dicatat atau direkam secara cermat”. Dalam penelitian ini, metode wawancara digunakan untuk mengumpulkan data tentang perkembangan motorik halus anak dalam kegiatan mozaik. Instrument pengumpulan data yang digunakan adalah lembar wawancara/percakapan.

Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data dengan menggunakan dua metode analisis data yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Agung (2010:8) menyatakan bahwa: ”metode analisis statistik adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti frekwensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum“. Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan dalam: tabel distribusi frekuensi, menghitung angka rata-rata (mean), menghitung median, menghitung modus, menyajikan data ke dalam grafik polygon. Selanjutnya menurut Agung, (2010:8) menyebutkan bahwa “Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka

dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum“. Metode analisis deskritif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya perkembangan motorik halus anak Taman Kanak-kanak dengan kegiatan mozaik berbantuan bahan alam yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.

Tingkatan perkembangan motorik halus anak Taman Kanak-kanak dengan metode demonstrasi dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima dengan kreteria sebagai berikut.

Tabel 1. Pedoman PAP Skala lima tentang perkembangan motorik halus anak ( Agung, 2010:12) Persentase Kreteria Kemampuan 90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data perkembangan motorik halus pada penelitian siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Dari hasil observasi yang dilaksanakan dengan penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mozaik berbantuan bahan alam diperoleh rata-rata (Mean) = 55,18, modus (Mo)= 56,50, dan median (Md) = 55,75 yang selanjutnya disajikan ke dalam grafik polygon sebagai berikut.

(7)

Gambar 2. Grafik polygon perkembangan motorik halus anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar pada siklus I

M = 55,18 Mo=56,50 Md = 55,75 Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat M<Md<Mo (55,18<55,75<56,50), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran skor perkembangan motorik halus anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar semester II tahun ajaran 2013/2014 pada siklus I cenderung rendah.

Dari hasil pengamatan dan temuan penulis selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan perkembangan motorik halus anak kelompok B pada TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar masih berada pada kriteria rendah, sedangkan perkembangan motorik halus itu masih perlu ditingkatkan pada siklus II.

Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain: a) beberapa anak masih belum mampu bekerja secara mandiri, b) beberapa anak masih terlihat kurang terfokus pada kegiatan yang dilaksanakan sehingga suasana kelas menjadi gaduh, c) beberapa anak kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas

adalah: a) guru membimbing anak dan mendemonstrasikan ulang cara membuat mozaik tersebut. Hal ini bertujuan agar anak mampu bekerja secara mandiri, sehingga pada pertemuan berikutnya anak akan lebih terbiasa mengikuti kegiatan pembelajaran secara mandiri, b) guru mendampingi anak pada saat proses pebelajaran serta memberikan memotivasi kepada anak, agar anak lebih semangat dan bisa terfokus pada kegiatan pembelajaran tersebut. Guru juga memberikan nilai secara langsung, nilai yang diberikan disesuaikan dengan hasil karya yang dihasilkan oleh anak, c) menjelaskan kembali bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan, serta memperagakan cara membuat mozaik tersebut sehingga anak mengerti dan memahami bahan dan alat yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Siklus II juga dilakukan sama seperti siklus I. Hasil analisis data pada siklus II, diperoleh rata-rata (Mean) = 88,81, modus (Mo) = 86,55, dan median (Md) = 85,10 yang selanjutnya disajikan ke dalam grafik polygon.

Gambar 3. Grafik polygon perkembangan motorik halus anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar pada siklus II

Md = 85,10

Mo = 86,55 M = 88,81

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat M>Mo<Md (88,81<86,55<85,10), sehingga dapat disimpulkan bahwa skor perkembangan motorik halus anak kelompok B TK 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 42 47 52 57 62 0 2 4 6 8 10 12 82 87 92 97 102

(8)

Kemala Bhayangkari 4 Gianyar semester II tahun ajaran 2013/2014 adalah tinggi.

Melalui proses perbaikan kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksanaan di siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan perkembangan motorik halus anak TK pada kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar.

Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut. a) secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti, sehingga motorik halus anak meningkat dan sesuai dengan harapan, b) dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran perkembangan motorik halus anak sudah meningkat yang awalnya rendah menjadi tinggi, c) peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberikan bimbingan pada anak apabila ada anak yang belum memahami kegiatan yang sedang dilaksanakan.

Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mozaik berbantuan bahan alam ternyata dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai perkembangan motorik halus anak dapat diuraikan sebagai berikut.

Secara umum proses kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mozaik berbantuan bahan alam sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) perkembangan motorik halus dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup samapai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase perkembangan anak kelompok B semester II di TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar pada siklus I sebesar 55,18% dan rata-rata persentase perkembangan motorik halus pada anak kelompok B

semester II di TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar pada siklus II sebesar 88,81%, ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase sebesar 33,63% dengan kategori tinggi. Peningkatan dari siklus I ke siklus II ini terjadi karena pada siklus I kebanyakan anak masih belum mandiri dalam melakukan kegiatan mozaik yang diberikan oleh gurunya, sedangkan pada siklus II anak-anak sudah mampu mengerjakan kegiatan mozaik dengan mandiri tanpa ada bantuan dari gurunya. Kiat-kiat yang dilakukan oleg guru sehingga anak mampu mengerjakan kegiatan mozaik tersebut dengan mandiri adalah guru

membimbing anak dan

mendemonstrasikan ulang cara membuat mozaik tersebut, sehingga anak akan lebih terbiasa mengikuti kegiatan pembelajaran secara mandiri. Peningkatan ini mencerminkan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam proses kegiatan pembelajaran perlu dilanjutkan dalam pembelajaran selanjutnya.

Penerapan metode demonstrasi dilakukan dalam beberapa proses kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Melalui kegiatan mozaik anak akan diberikan contoh terlebih dahulu, sehingga anak dituntut untuk kreatif dan mampu berkreasi untuk menciptakan suatu hasil karya yang baru sesuai dengan idenya dan imajinasinya. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ini anak akan mengenal banyak hal secara mandiri dan bertanggung jawab dengan kegiatannya. Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan kajian-kajian teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini, metode demonstrasi merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan belajar kepada anak dengan cara meniru contoh kegiatan dari guru sehingga guru bisa menilai dari hasil karya anak tersebut.

Penerapan metode demonstrasi dalam penelitian ini dibantu dengan kegiatan mozaik berbantuan bahan alam. Kegiatan ini akan merangsang perkembangan motorik halus anak, dimana anak akan menggambar dan

(9)

menempel bahan yang telah disediakan oleh gurunya sehingga perkembangan motorik halus anak akan berkembang sesuai dengan taraf perkembangan anak. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa dengan penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mozaik berbantuan bahan alam dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak pada kelompok B semester II TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar, dan oleh karenanya strategi pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil perbaikan pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi melalui kegiatan mozaik berbantuan bahan alam dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak kelomopok B semester II TK Kemala Bhayangkari 4 Gianyar. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan rata-rata persentase (M%) dalam penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mozaik berbantuan bahan alam yang dilihat dari adanya peningkatan perkembangan motorik halus pada setiap siklus. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I, dapat diketahui pencapaian kemampuan kognitif sebesar 55,18% menjadi sebesar 88,81% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi.

Berdasarkan simpulan tersebut adapun saran yang ingin peneliti sampaikan yaitu kepada anak disarankan kepada anak disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran untuk lebih memperhatikan dan lebih fokus terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga kemampuan yang diperoleh benar-benar berkembang sesuai dengan taraf perkembangan kemampuan anak.

Kepada guru, disarankan lebih kreatif, inovatif dan aktif dalam memilih metode pembelajaran agar sesuai dengan tema pembelajaran dan dalam menyiapkan bahan kegiatan juga hendaknya mudah

dicari dan berada di sekitar anak, sehingga anak lebih tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan suasana pembelajaran akan menyenangkan.

Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan kegiatan pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK). Singaraja: PGSD FIP Undiksha Singaraja.

---, 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja.

Asmawati, Luluk, dkk. 2010. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Dimyati, Johni. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Gunarti Winda, dkk. 2010. Metode

Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Hidayani, Rini, dkk. 2007. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.

Samsudin. 2008. Pembelajaran Motorik Di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Prenada Media Group.

Santoso, Soegeng. 2007. Dasar-dasar Pendidikan TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

(10)

Sumanto. 2006. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Pamadhi, Hajar dan Evan Sukardi S.

2009. Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional.

2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.

Wardhani, IGAK dan Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Gambar

Gambar  1  :  Rancangan  Penelitian  Tindakan  Kelas    (Sumber:  Arikunto  dkk,  2010:16)
Gambar 2. Grafik polygon perkembangan  motorik  halus  anak  kelompok  B  TK  Kemala  Bhayangkari  4  Gianyar pada siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas mengenai penerapan metode demonstrasi berbantuan media biji-bijian dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak

Manfaat praktis dari penelitian ini, yaitu: (a) bagi siswa, hasil penelitian ini, siswa diharapkan dapat meningkatkan kreativitas melukis melalui teknik mozaik

Kelemahan ini yang menyebabkan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode pemberian tugas berbantuan media mozaik untuk meningkatkan perkembangan motorik halus

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa dengan penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan melipat kertas (origami) dapat meningkatkan

Terjadinya peningkatan kemampuan motorik halus pada anak setelah penerapan metode demonstrasi berbantuan media kertas daur ulang dalam penelitian ini disebabkan

BAB III: Penggolongan kaya dan miskin dalam struktur sosial ekonomi penerima surat 1 Petrus BAB IV: Relasi antara orang-orang kaya dan miskin dalam jemaat penerima surat 1

gaplek mengindikasikan tingginya kadar abu pada silase limbah sayuran. Hal ini diduga karena tidak terdapat sumber karbohidrat mudah larut yang dapat digunakan bakteri

Penerapan metode pemberian tugas berbantuan media gambar dengan teknik mozaik untuk meningkatkan kemampuan motorik halus yang menggunakan capaian perkembangan