• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha, Kecil, dan Menengah yang biasa disebut UKM kini ikut meramaikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha, Kecil, dan Menengah yang biasa disebut UKM kini ikut meramaikan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha, Kecil, dan Menengah yang biasa disebut UKM kini ikut meramaikan dunia bisnis di era globalisasi, dengan semakin banyaknya UKM maka akan juga berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia secara makro. UKM juga dinilai mampu menjadi tiang kokoh dalam perekonomian Indonesia, dalam pertumbuhannya UKM mampu menyerap banyak tenaga kerja yang berarti membantu mengurangi jumlah pengangguran. Maka akan sayang jika UKM ini tidak dapat bertahan di dalam persaingan. Dengan bertambahnya kompetitor UKM dituntut untuk terus memperbaiki kinerja dan produknya agar terus mampu bersaing di pasaran.

Meningkatnya jumlah UKM saat ini mendorong para pengusaha kecil untuk terus survive dan mampu bersaing dengan para pengusaha lain yang memproduksi produk sejenis dalam kurun waktu yang relatif lama. Strategi juga harus dimiliki oleh kalangan pengusaha kecil agar terus berkembang dan dapat mencapai tujuan atau rencana jangka panjangnya.

Untuk itu UKM harus mampu menentukan harga pokok produksinya dengan baik agar dalam menentukan harga jualnya pengusaha dapat menentukannya dengan wajar, biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi juga dapat tergambar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dan juga laba ataupun rugi yang dihasilkan dapat diketahui secara riil.

(2)

Menurut Horngren (2008) harga pokok produk (product costs) adalah penjumlahan dari biaya yang dibagikan ke produk untuk tujuan tertentu. Tiga tujuan tersebut adalah penetapan harga dan penekanan pada produk dengan maksud biaya dari seluruh bidang value chain yang diperlukan untuk membawa produk ke konsumen seharusnya dimasukkan. Tujuan yang kedua adalah kontrak dengan lembaga pemerintah karena pemerintah seringkali memberikan petunjuk rinci mengenai unsur yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dalam jumlah harga pokok produk. Tujuan ketiga adalah pelaporan keuangan eksternal yang berfokus pada inventoriable cost untuk pelaporan neraca dan rugi laba.

Kholmi (2003) menjelaskan bahwa metode alokasi biaya overhead pabrik dibagi menjadi tiga yaitu metode langsung, metode bertahap, dan metode aljabar. Alokasi metode langsung dilakukan bila departemen jasa hanya memberikan pelayanan kepada departemen produksi saja, dapat juga diasumsikan bahwa pelayanan departemen jasa kepada departemen jasa lainnya relatif kecil sehingga dianggap tidak terjadi. Alokasi metode bertahap dilakukan bila departemen jasa selain kepada departemen produksi, ia juga memberikan pelayanan kepada departemen jasa lainnya. Tetapi terhadap departemen jasa lainnya tidak terdapat pelayanan timbal balik jadi untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik harus dipilih departemen jasa yang memberikan jasa paling banyak kepada departemen jasa lainnya kemudian departemen jasa yang biayanya dialokasikan tidak dapat meneria alokasi. Aturan ini berjalan terus dan dilakukan berkali-kali hingga biaya overhead pabrik departemen jasa dialokasikan ke departemen produksi. Alokasi metode aljabar dilakukan bila departemen jasa juga memberi pelayanan kepada

(3)

departemen jasa lain disamping memberi pelayanan kepada departemen produksi dan terdapat pelayanan timbal balik terhadap departemen jasa lainnya tersebut. Alokasi dengan metode aljabar ini paling umum terjadi dimana pengalokasian biaya overhead pabrik dilakukan dengan cara matematis yaitu menghitung jumlah yang akan dialokasikan dengan mengadaikan terlebih dahulu.

Dalam bukunya, Mulyadi (1997) menyatakan bahwa penggunaan teknologi maju dalam proses produksi atau proses manufaktur akan berpengaruh terhadap persentase biaya overhead pabrik dalam struktur biaya produk yaitu menyebabkan kenaikan persentase biaya yang signifikan. Besarnya proporsi biaya overhead pabrik yang dihasilkan dari proses manufaktur memaksa manajemen untuk tidak sekedar mengalokasikan biaya tersebut kepada produk, tetapi juga mendorong manajemen untuk mencari cara agar mereka mampu mengelola besarnya biaya yang telah dikeluarkan tersebut. Biaya overhead pabrik tejadi bukan hanya sekedar untuk dialokasikan kepada produk yang dibebankan terjadinya biaya tersebut, namun jauh lebih dari itu, biaya overhead pabrik diharapkan mampu menggambarkan besarnya konsumsi sumber daya dalam pelaksanaan aktivitas tertentu. Perusahaan-perusahaan yang memproduksi berbagai jenis produk (product diversification) yang setiap jenis produknya menghabiskan non-unit-related costs dengan proporsi yang berbeda-beda membutuhkan metode pembebanan biaya overhead pabrik yang lebih cermat, yaitu metode yang mampu menggambarkan secara riil seberapa besar konsumsi biaya tersebut untuk menghasilkan suatu produk. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik yang besar memerlukan teknologi pengelolaan biaya yang cermat, yang dirancang untuk

(4)

memungkinkan manajemen memantau konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk.

Harga pokok produksi menjadi salah satu hal yang penting dalam menentukan harga jual karena perubahan harga sangat kecilpun akan berpengaruh terhadap daya beli konsumen. Menekan biaya merupakan cara yang tepat untuk terus menstabilkan harga, maka dari itu pengusaha juga harus tepat dalam memperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan. Strategi efisiensi biaya produksi dan penetapan harga yang tepat harus diimbangi dengan peningkatan mutu produksi dan pelayanan terhadap kepuasan pelanggan (customer satisfaction) sehingga memiliki nilai kompetitif yang tinggi dengan kompetitor (Pradana dkk., 2014).

Di dalam penentuan harga pokok produksi, informasi yang dibutuhkan adalah informasi mengenai biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Ketiga jenis biaya tersebut harus ditentukan secara cermat, baik dalam pencatata maupun penggolongan. Sehingga informasi harga pokok produksi dapat diandalkan baik untuk penentuan harga jual produk maupun untuk perhitungan laba rugi periodik (Lundu & Sudarno, 2012).

Sebelum menghitung besar kos produksi untuk menghasilkan suatu produk perusahaan harus mengalokasikan biaya overhead pabrik dengan matang agar dalam pembebanannya terhadap harga pokok produksi tepat sasaran. Menurut Rosita & Sunrowiyati (2014) dari ketiga unsur pembentuk kos produksi biaya overhead pabrik menuntut perhatian yang serius dari pihak manajemen karena mempunyai karakteristik yang tidak terdapat pada biaya bahan baku dan biaya

(5)

tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik tidak dapat ditelusuri secara langsung terhadap produk. Walaupun demikian biaya overhead pabrik juga merupakan bagian dari biaya produksi sehingga perlu pertimbangan yang matang guna mengetahui jumlah biaya yang sewajarnya dibebankan kepada produk agar perusahaan memperoleh laba yang maksimal sekaligus dapat memuaskan konsumen.

Akan tetapi masih banyak UKM yang belum mampu mengalokasikan biaya overhead pabrik dengan baik terbukti dari hasil penelitian Rahayu (2015) tentang Analisis Pembebanan Biaya Overhead Pabrik terhadap Harga Jual Produk pada UKM di Wilayah Sukabumi, penelitian yang dilakukan Rosita dan Sunrowiyati (2014) tentang Analisis Biaya Overhead Pabrik Terhadap Penentuan Beban Pokok Produksi pada UD. Karya Mandiri Blitar, dan penelitian Setiawan (2004)

tentang Evaluasi atas Metode Penerapan Alokasi Overhead Menurut Departemen

terhadap Penetapan Harga Pokok Produksi pada PT Sonoco Indonesia yang menyatakan bahwa banyak UKM yang belum paham dalam memperlakukan biaya overhead pabrik sesuai dengan kaedah yang benar, meskipun pada dasarnya

mereka sudah paham bahwa biaya overhead pabrik merupakan unsur yang

penting untuk dibebankan terhadap harga pokok produksi.

Masalah yang terjadi pada CV Milkindo Berka Abadi ini adalah belum dilakukannya pembebanan biaya overhead pabrik dengan baik. Biaya-biaya yang terjadi diluar biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, semuanya dibebankan sebagai pengurang laba. Sehingga beban pokok produksi yang ditetapkan kurang dapat mencerminkan konsumsi biaya yang sebenarnya. Untuk

(6)

menentukan harga jualnya pemilik tidak menghitung secara rinci berapa kos produksi yang sebenarnya ia keluarkan untuk menghasilkan suatu produk, perusahaan cenderung hanya menghitung biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung saja tanpa memasukkan elemen biaya overhead di dalam menentukan harga jual tersebut, bahkan untuk produk susu kemasan Fanda dalam menentukan harga jualnya perusahaan hanya mengestimasi besaran harga yang pantas untuk produk tersebut. Dengan belum baiknya pembebanan biaya overhead pabrik terhadap kos produksinya maka akan berdampak pada harga jual yang tidak akurat dan laba yang dihasilkanpun juga tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Jadi penting untuk diperhitungkan secara akurat berapa biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada kos produksi agar perusahaan dapat menetapkan harga pokok produksi yang tepat. Mampu menutup biaya produksi yang telah dikeluarkan, sesuai dengan laba yang diharapkan dan dapat bersaing di pasaran.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini ditetapkan

topik penulisan sebagai “Analisis Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Dalam

Penentuan Harga Pokok Produksi (Studi Kasus pada CV Milkindo Berka Abadi)”.

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang, maka permasalahan yang dapat diungkapkan dalam penelitian ini adalah:

Apakah pembebanan biaya overhead pabrik dalam penentuan harga pokok produksi pada CV Milkindo Berka Abadi sudah tepat?

(7)

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk menganalisis pembebanan biaya overhead pabrik dalam penentuan harga pokok produksi pada CV Milkindo Berka Abadi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam menghitung harga pokok produksi yang tepat bagi perusahaan untuk mendapatkan hasil perhitungan harga pokok produksi yang akurat sehingga dapat menetapkan harga jual yang wajar.

2. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menghitung harga pokok produksi serta sebagai rujukan dan pembanding untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

he8an

Sosok nilai yang menunjukan kualitas termoelektrik suatu bahan dapat dilihat salah satunya dari BiSbTe paduan material yang menghasilkan nilai ZT puncak 1,4 pada suhu 100

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor penyebab sebagian pengemudi melanggar SOP yang telah ditetapkan oleh perusahaan yang pertama adalah dikarenakan

Abstrak: Sholat merupakan salah satu rukun Islam yang kedua, dimana solat lima waktu ini wajib hukumnya atas setiap orang muslim yang beriman, namun pada

Gambaran hiperkontraksi serabut otot jantung tikus wistar yang terpapar arus listrik bolak balik (alternating current) 31-60 mA secara langsung dengan mikroskop cahaya.. Olympus

Mengingat diabetes mellitus merupakan faktor kebahayaan untuk terjadi asidosis laktat, maka timbul pertanyaan apakah ada hubungan antara DM (yang terkendali/kontrol dan tidak)

Dari kedua pengertian motivasi dan juga belajar, maka dapat digabungkan pengertian motivasi belajar adalah suatu kekuatan atau dorongan dalam diri individu membuat

Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti akan menelusuri sampai di mana dan bagaimanan penerapan tata kelola perencanaan sistem TIK khususnya dari sisi penerapan