• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Jiwa Menur Surabaya

Rullyta Indrianti

Dr. Cholichul Hadi, Msi.,psi.

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Abstract.

The purpose of this research is to find whether there is a correlation between psychological capital and work engagement of stay overnight installation nurse in Menur Mental Health Hospital Surabaya. This research has been done to stay overnight installation nurse in Menur Mental Health Hospital Surabaya, with a total sample of 68 respondents. The tools for data collection used for this research are questionnaires, in the form psychological capital scale (28 valid items) and work engagement scale (20 valid items) . The value of psychological capital scale reliability (r) is 0,959 and the value of work engagement scale reliability (r) is 0,945. Based on the result of research data analysis, the value of correlation coefficient between those two variables is 0,235 with significance degree amount is 0,053. These findings demonstrate that there is no correlation between psychological capital and work engagement of stay overnight installation nurse in Menur Mental Health Hospital Surabaya.

Keywords:

psycological capital, work engagement

Abstrak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara modal psikologis dengan keterikatan karyawan pada perawat di instalasi rawat inap Rumah sakit Jiwa

Menur Surabaya. Penelitian ini dilakukan pada perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya, dengan jumlah sampel sebanyak 68 responden. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner berupa skala modal psikologis (28 aitem valid) dan skala keterikatan kerja (20 aitem valid). Reliabilitas skala modal psikologis (r) adalah 0,959 sedangkan reliabilitas untuk skala keterikatan kerja (r) adalah 0,945. Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini diperoleh koefisien korelasi antara dua variabel tersebut adalah 0,235 dengan taraf signifikansi 0,053. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara modal psikologis dengan kterikatan kerja pada perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit

Jiwa Menur Surabaya.

Kata kunci:

modal psikologis, keterikatan kerja

Korespondensi: Rullyta Indrianti, Departemen Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, e-mail: rullyta-i-08@psikologi.unair.ac.id

120 Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi

(2)

Pada abad ke 21 ini, koneksi antara

kondisi psikologis karyawan dengan

pekerjaannya memegang peranan yang sangat penting khususnya pada sektor pekerjaan yang berhubungan dengan informasi dan pelayanan (Bakker, 2011). Perusahaan tidak lagi hanya mencari calon karyawan yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, namun mereka juga mencari calon karyawan yang mampu menginvestasikan diri mereka sendiri untuk terlibat secara penuh dalam pekerjaan, proaktif, dan memiliki komitmen tinggi terhadap standar kualitas kinerja (Bakker, 2007). Mereka juga membutuhkan karyawan yang bisa terikat dengan pekerjaannya (Bakker & Leiter,2010).

Bakker, Schaufeli, & Taris (2002) menyatakan bahwa keterikatan kerja merupakan aspek yang meliputi emosi positif, keterlibatan penuh dalam melakukan pekerjaan dan dikarakteristikkan oleh tiga dimensi utama, yaitu semangat (vigor), dedikasi (dedication), serta penyerapan terhadap pekerjaan (absorption). Keterikatan kerja merupakan salah satu konstruk yang dimasukkan ke d a l a m ko n t e k s p s i ko l o g i p o s i t i f . Dimasukkannya keterikatan kerja ke dalam dimensi positif karena konstruk tersebut menekankan pada kesejahteraan seorang karyawan (Schaufeli et.al., 2001). Karyawan yang memiliki tingkat keterikatan kerja yang tinggi akan menunjukkan performa terbaik mereka, hal ini karena karyawan tersebut menikmati pekerjaan yang mereka lakukan (Bakker, 2010).

Schaufeli & Bakker (2003) menyatakan bahwa keterikatan kerja pada dasarnya dipengaruhi oleh dua hal, yaitu model JD-R (job demand-resources model) dan modal psikologis (psychological capital). Model JD-R meliputi beberapa aspek seperti lingkungan fisik, sosial, dan organisasi, gaji, peluang untuk berkarir, dukungan supervisor dan rekan kerja, serta performance feedback.

Sedangkan untuk modal psikologis meliputi kepercayaan diri (self efficacy), rasa optimis

(optimism), harapan mengenai masa depan (hope), serta resiliensi (resilience).

Schaufeli (2000), menyatakan bahwa terdapat beberapa karakteristik karyawan yang memiliki keterikatan dengan pekerjaannya, seperti memiliki keyakinan terhadap kemampuannya sendiri serta memiliki angapan bahwa “work is fun”. Keyakinan terhadap diri sendiri (efficacy) dan perasaan bahagia saat bekerja merupakan salah satu aspek dalam modal psikologis. Hal inilah kemudian yang mendasari penulis untuk lebih menyoroti modal psikologis sebagai salah satu anteseden atas konstruk keterikatan kerja.

Smulder (2006, dalam Schaufeli 2011) menyatakan bahwa ada beberapa pekerjaan yang menuntut keterikatan kerja yang tinggi, diantaranya guru, entrepreneur, dan perawat. Pekerjaan seperti yang tersebut sebelumnya memiliki satu kesamaan, yaitu pekerjaan yang melibatkan kualitas pelayanan sebagai modal utamanya. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah rasio antara perawat dengan pasien yang dirawatnya. WHO menetapkan standar rasio ideal perawat dengan pasien adalah 1: 200. WHO mencatat di Indonesia sendiri, rasio antara perawat dengan pasien masih jauh dari standar WHO. Indonesia memiliki rasio perawat dan pasien sebesar 1: 375. Hal ini menunjukkan bahwa beban kerja perawat dalam merawat pasien melebihi batas standar yang ada. Kelelahan fisik dan psikis yang berkepanjangan (burnout) akan menjadi tantangan yang akan dihadapi selanjutnya.

Di lain sisi, Maslach & Leiter (2008) menyatakan bahwa burnout merupakan antitesis dari aspek keterikatan kerja. Perawat yang mengalami burnout dikarakteristikkan dengan rendahnya modal psikologis yang dimilikinya (Luthans, 2007). Padahal, merujuk pada Smulder (2006, dalam Schaufeli, 2011) seharusnya perawat merupakan salah satu pekerjaan yang menuntut

(3)

engagement tinggi. Jika hal ini dibiarkan, maka tentu akan mengganggu keberlangsungan pekerjaan perawat dalam memberikan perawatan terhadap pasien.

METODE PENELITIAN

Tipe penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat eksplanatif. Penelitian eksplanatif memiliki tujuan untuk mengungkap hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Kerlinger,

2006). Penelitian ini dibuat untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Hasan, 2002).

Neuman (2003) menyatakan bahwa prosedur yang digunakan dalam penelitian kuantitaif ada tiga, yaitu eksperimen, survey (korelasional atau komparatif), dan content analysis. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian tipe korelasional. Dalam penelitian ini ingin diketahui ada tidaknya hubungan antara modal psikologis (psychological capital) terhadap keterikatan kerja (work engagement) pada perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Jiwa Menur.

Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah perawat yang bekerja di instalasi rawat inapRumah Sakit Jiwa Menur Surabaya sejumlah 68 orang. kriteria subjek yang dipilih adalah telah bekerja minimal 2 tahun di instalasi rawat inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan sesuai dengan tujuan penelitian maka dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner. Metode kuesioner merupakan serangkaian daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim atau diberikan untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, kuesioner dikirim kembali kepada peneliti.

Adapun tujuan pokok pembuatan kuesioner

menurut Singarimbun (1989) adalah untuk memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas yang tinggi. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner tertutup, artinya telah disediakan alternatif jawaban sehingga subyek hanya tinggal memilih jawabannya (Singarimbun & Effendi, 2006).

Pada penelitian ini, alat pengumpul data yang digunakan adalah dua buah skala yang dibuat sendiri oleh penulis, yakni satu skala untuk mengukur modal psikologis (psychological capital) dan skala untuk mengukur keterikatankerja (work engagement). Untuk skala modal psikologis, penulis menurunkan dimensi, definisi operasional, dan indikator berdasarkan teori modal psikologis milik Luthans (2007). Sedangkan untuk skala keterikatan kerja penulis menurunkan indikator berdasarkan teori keterikatan kerja milik Schaufeli (2003) serta job description perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Jiwa Menur

Surabaya. Format respon akan disajikan dalam empat pilihan jawaban terhadap aitem yang berbentuk pernyataan. Empat alternatif pilihan jawaban disajikan dalam kontinum Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

Analisis data

A n a l i s i s d a t a d i l a k u k a n d e n g a n menggunakan teknik uji korelasi. Pengolahan data yang digunakan adalah uji Spearman's rho untuk pengukuran pada statistik non-parametrik yang dibantu dengan program SPSS 16.0 for windows. Hal ini karena data dalam penelitian ini tidak lolos uji asumsi untuk statistik parametrik. Teknik analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara modal psikologis dengan keterikatan kerja pada perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Jiwa Menur.

HASIL DAN BAHASAN

Gambaran Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di RSJ Menur yang sesuai dengan karakteristik populasi penelitian. Dalam menentukan sampel, penulis menggunakan teknik non-probability sampling, yaitu teknik yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap

122 Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi

(4)

unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sujarweni & Endrayanto, 2012). Teknik penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu (Sujarweni & Endrayanto, 2012).

Berdasarkan data pegawai di RSJ Menur, jumlah perawat yang sesuai dengan karakteristik populasi penelitian ini sebanyak 82 orang. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 68 orang. Penentuan jumlah sampel ini didasarkan pada rumus penghitungan Slovin.

Hasil perhitungan statistik secara deskriptif menunjukkan rata-rata sebaran data untuk skala modal psikologis adalah 82,19 sedangkan untuk skala keterikatan kerja adalah 59,94. Penulis kemudian mengkategorikan skor subjek penelitian menggunakan norma stanfive.

Berdasarkan kategorisasi norma tersebut untuk skala modal psikologis terdapat 5 orang yang berada pada kategori sangat tinggi, 17 orang pada kategori tinggi, 29 orang pada kategori sedang, 15 orang pada kategori rendah, dan 2 orang berada pada kategori sangat rendah. Sedangkan untuk skala keterikatan kerja 5 orang pada kategori sangat tinggi, 22 orang pada kategori tinggi, 28 orang pada kategori sedang, 12 orang pada kategori rendah, dan 1 orang pada kategori sangat rendah.

Hasil Analisis Data

Berdasarkan hasil uji korelasi dapat diketahui bahwa Spearman's rho Sig. (2-tailed) untuk variabel keterikatan kerja dan modal psikologis adalah sebesar 0,053 yang berarti nilai tersebut > 0,05. Berdasarkan dasar pengambilan keputusan menurut Field (2009), taraf signifikansi yang berada lebih dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan.

Sehingga, dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara modal psikologis dengan keterikatan kerja pada perawat di instalasi rawat inap RSJ Menur Surabaya.

Diskusi

Pada penelitian ini hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara keterikatan kerja pada perawat di instalasi rawat inap RSJ Menur Surabaya. Penjelasan modal

psikologis sebagai salah satu anteseden keterikatan kerja tidak sejalan dengan hasil penelitian ini yang mengatakan bahwa modal psikologis tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keterikatan kerja yang dimiliki oleh perawat.

Dalam penelitian ini, penulis hanya melakukan fokus penelitian terhadap modal psikologis sebagai anteseden atas keterikatan kerja, faktor-faktor eksternal yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya seperti interaksi sosial dengan rekan kerja dan feedback dari atasan merupakan aspek yang luput dari pengamatan penulis. Sebagai pekerjaan yang berhubungan dengan dunia medis, perawat yang bekerja di RSJ Menur juga memiliki prosedur tetap untuk setiap permasalahan yang ada. Sehingga, hal ini juga mungkin akan mempengaruhi respon perawat saat mengisi skala keterikatan kerja. Karena perawat akan memberikan respon berdasarkan pencapaian tugas atau target yang memang telah ditentukan dalam uraian tugasnya.

Berdasarkan pembahasan pada paragraf-paragraf sebelumnya, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa hasil penelitian ini telah menjawab rumusan masalah dari penelitian, yaitu tidak ada hubungan antara modal psikologis dengan keterikatan kerja. Sehingga dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini yang berdampak pada hasil penelitian yang tidak signifikan, seperti (1) penulis tidak melakukan observasi atau pengamatan terhadap anteseden keterikatan kerja lainnya, yaitu model JDR yang terdiri atas aspek beban kerja (job demands) perawat dan sumber daya pekerjaan (job resources). Model JDR luput dari pengamatan penulis selama proses penelitian. Hal ini juga didukung oleh kerangka teoritis keterikatan kerja milik Bakker (2010) yang menyatakan bahwa hubungan antara modal psikologis dengan keterikatan kerja akan semakin kuat apabila beban kerja (job demands) juga tinggi; (2) penelitian ini menggunakan skala modal psikologis dan skala keterikatan kerja yang dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan uraian tugas (job description) perawat di RSJ Menur. Aitem- aitem yang diturunkan dari job description rawan melemahkan validitas konstruk. Hal ini disebabkan karena konstruk teoritis mengenai modal psikologis dan keterikatan kerja bisa saja

(5)

terabaikan; (3) konstruk modal psikologis dan keterikatan kerja merupakan konstruk yang didasarkan pada spirit teoritik psikologi positif. Penulis kurang memperhatikan perspektif psikologi positif dalam menurunkan aitem-aitem untuk kedua skala yang digunakan. Beberapa aitem unfavorable dinilai tidak sejalan dengan spirit teoritik psikologi positif karena menanyakan sisi positif dua konstruk tersebut dengan kalimat negatif.

Berdasarkan pembahasan pada paragraf-paragraf sebelumnya, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa hasil penelitian ini telah menjawab rumusan masalah dari penelitian, yaitu ada atau tidaknya hubungan antara modal psikologis dengan keterikatan kerja.

melakukan observasi terhadap model JDR khususnya beban kerja (job demands). Hal ini karena menurut Bakker (2010) hubungan antara modal psikologis dengan keterikatan kerja akan semakin kuat apabila beban kerja (job demands) juga tinggi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisa data, maka diperoleh kesimpulan utama bahwa tidak terdapat hubungan antara modal psikologis dengan keterikatan kerja pada perawat di instalasi rawat inap Rumah sakit Jiwa Menur Surabaya.

Saran

Apabila ada kelanjutan dari penelitian ini, dis-arankan pada peneliti yang selanjutnya untuk

memperhatikan beberapa hal berikut,

diantaranya: pertama, apabila menggunakan alat ukur buatan sendiri, disarankan agar mencari alat ukur yang telah terstandar untuk diadaptasi terlebih dahulu seperti Psychological Capital

Questionaire (PCQ) dan Utrecth Work

Engagement Scale (UWES). Alasan penulis membuat alat ukur sendiri dalam penelitian ini adalah karena menyesuaikan konteks penelitian. Kedua, keterikatan kerja merupakan salah satu konstruk yang didasari oleh perspektif psikologi positif. Peneliti selanjutnya diharapkan harus memahami perspektif teori psikologi positif terlebih dahulu dalam melakukan penggalian informasi mengenai konstruk keterikatan kerja agar tidak menyebabkan misleading. Ketiga,

p eneliti selanjutnya diharapkan untukm e m p e r t i m b a n gk a n f a k to r l a i n ya n g melatarbelakangi keterikatan kerja, yaitu model JDR. Peneliti selanjutnya diharapkan agar

124 Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi

(6)

PUSTAKA ACUAN

Bakker, A.B., & Bal, P.M. (2010). Weekly Work Engagament and Performance: A study among starting teachers. Journal of Ocupational and Organizational Psychology, 83, 189-206.

Bakker, A. B., & Demerouti, E. (2008). Towards a model of work engagement. Career Development International, 13, 209-223.

Bakker, A. B., & Demerouti, E. (2007). The Job Demands-Resources model: State of the art. Journal of Managerial Psychology, 22, 309-328.

Bakker, A. B., & Leiter, M. P. (Eds). (2010). Work Engagement: A Handbook of Essential Theory and Research. New York: Psychology Press.

Bakker, A. B., Albrecht, S. L., & Leiter, M. P. (2011). Key Question Regarding work Engagement. European Journal of Work and Organizational Psychology, 20, 4-28.

Hasan, Iqbal M. (2002). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Kerlinger, F.N. (2006). Asas-asas Penelitian Behavioral edisi ke-3. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Luthans, F., Youssef, C.M. & Avolio, B.J. (2007). Psychological Capital: Developing The Human Competitive Edge. UK: Oxford University Press.

Luthans, F., Avey, J. B. Avolio, B.J., Norman, S. M. & Combs, G. M. (2007). Positive Psychological Capital: Measurement and relationship with Performance and Satisfaction. Personnel Psychology, 60, 541-572.

Maslach, C., & Leiter, M.P. (2008). Early predictorsof job burnout and engagement. Journal of Applied Psychology, 93, 498-512.

Neuman, W.L. (2000). Social research methods: qualitative and quantitative approach (4th ed.). New York: Allyn & Bacon.

Schaufeli, W.B., Bakker, B.A. & Salanova, M. (2004). The measurement of work engagement with a short questionnaire: A cross-national study. Educational and Psychological Measurement, 66, 701-716.

Referensi

Dokumen terkait

Keuntungan dari strategi MSDM memperkuat keterampilan manajerial dan operasional, (yaitu kompetensi individu, kompetensi kelompok, dan kompetensi organisasi) dari

Kandungan protein yang terdapat pada madu kapuk agak tinggi dibandingkan dengan madu yang lain, diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik yaitu menurunkan tegangan permukaan

Mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia, KU 106, bobot 2 sks merupakan mata kuliah umum yang ditujukan untuk mengembangkan aspek kepribadian mahasiswa sebagai individu dan

Dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perebutan wacana dalam ruang publik (public sphere) dunia maya selain faktor kemajuan teknologi juga

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air dan plankton yang didapat dari perairan Sungai Wedung, es batu untuk mengawetkan sampel air pada coolbox , serta

Terakhir, argumentasi yang dapat dikemukakan untuk mendukung konsistensi Hasbi sebagai sosok pembaharu pemikiran hukum Islam di Indonesia adalah tawarannya untuk memahami nas

Berdasarkan temuan yang dihubungkan dengan pendekatan sosiologis, maka dalam domain pendidikan, interpretasi yang dapat ditarik adalah bahwa pola pemakaian bahasa Arab adalah

Mengingat begitu pentingnya faktor kekuatan otot lengan tangan bagi atlet wushu, maka hendaknya dilakukan evaluasi bagi kondisi kekuatan otot lengan tangan yang