• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah sabun trasparan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah sabun trasparan"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah sabun trasparan

TUGAS KELOMPOK

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA DAN KELAPA SAWIT II

PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN DARI BAHAN BAKU MINYAK SAWIT DENGAN PENAMBAHAN MADU

OLEH :

1. ANUGERAH DWI PUTRA 7. ARIE WIJAYANTO 2. EMILIA HASIBUAN 8. FITRI AFRIANTI

3. SANDI EKA PUTRA 9. SRI WAHYUNI

4. YUKY FIRMANSYAH 10. AFNIRA

5. KUSUMA NINGRUM 11. EKA SAPUTRI

6. RAHAYU SHOLIHAH

DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr.Ir. FAIZAH HAMZAH, MS

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok dengan “PEMBUATAN SABUN

TRANSPARAN DARI BAHAN BAKU MINYAK SAWIT DENGAN PENAMBAHAN MADU

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Faizah Hamzah, MS sebagai dosen mata kuliah yang telah banyak memberikan bimbingan , petunjuk dan motivasi hingga selesai tugas kelompok ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah memberi masukan, bantuan dan dukungannya dalam penyelesaian tugas kelompok ini.

Akhirnya diharapkan agar tugas kelompok ini bermanfaat bagi kita semua baik untuk masa kini maupun masa mendatang.

Pekanbaru, April 2013 Penulis

DAFTAR ISI

Halaman BAB I. PENDAHULUAN...1 1.1.Latar Belakang...1

(3)

1.2.Rumusan Masalah...1

1.3.Tujuan...1

BAB II. BAHAN DAN METODE...2

2.1. Bahan yang Digunakan...2

2.1.1. Bahan Alami...2

2.1.2. Bahan Kimia Analisis...2

2.1.3. Peralatan ...2

2.2. Metode...2

2.2.1 Model Percobaan dan Analisis Data...2

2.2.2. Pelaksanaan Penelitian Sampel...3

2.2.3. Analisis Sifat Fisik...4

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN...5

3.1.Hasil...5

3.2.Pembahasan...5

BAB IV. PENUTUP...11

4.1. Kesimpulan...11

4.2. Saran...11 DAFTAR PUSTAKA

(4)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sabun merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani bebentuk padat, lunak atau cair, dan berbusa. Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasa digunakan adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan Kalium Hidroksida (KOH). Jika basa yang digunakan adalah NaOH, maka produk reaksi berupa sabun keras (padat), sedangkan basa yang digunakan berupa KOH maka produk reaksi berupa sabun cair (Ketaren,1986).

Sabun transparan pada umumnya menghasilkan busa lebih sedikit dibandingkan sabun opaque. Semakin transparan sabun, busa yang dihasilkan semakin sedikit. Tegangan permukaannya pun cukup tinggi, hal ini menyebabkan kurang efektifnya sabun terhadap daya bersihnya. Penambahan bahan alami diharapkan akan memperbaiki sifat fisik sabun transparan. Madu kapuk dapat digunakan sebagai bahan alami yang dapat memperbaiki pembusaan sabun dan menurunkan tegangan permukaan air dengan adanya kandungan protein yang agak tinggi dibanding madu yang lain. Indikator protein dalam madu kapuk yaitu busa atau buih yang sering timbul pada saat penyimpanan. Selain memperbaiki busa, penambahan madu diharapkan dapat menghasilkan produk sabun transparan dengan karakteristik yang baik, sehingga dapat meningkatkan nilai guna madu.

1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai sifat fisik sabun transparan yang di tambahkan madu dengan konsentrasi berbeda.

1.3.Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Kelapa dan Kelapa Sawit II serta mengetahui cara pembuatan sabun transparan dengan penambahan madu.

(5)

2.1.Bahan yang digunakan 2.1.2. Bahan Alami

Madu yang digunakan adalah madu kapuk karena madu kapuk mempunyai warna yang agak gelap sehingga diharapkan dapat memberi warna khas madu pada sabun. Kandungan protein yang terdapat pada madu kapuk agak tinggi dibandingkan dengan madu yang lain, diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik yaitu menurunkan tegangan permukaan sehingga stabilitas emulsi meningkat dan menyebabkan busa stabil dan daya pembersihan semakin efektif. Kemudian penelitian ini juga menggunakan minyak kelapa sawit yang sudah dipakai 3-4 kali.

2.1.2. Bahan Kimia Analisis

Bahan-bahan lain yang digunakan yaitu NaOH 30%, air, cocoamide DEA, TEA (tetra etil amida), gliserin, etanol, minyak kelapa sawit, olive oil, asam stearat, asam sitrat, gula pasir, NaCl, xylen, dan akuades.

2.1.3. Peralatan yang digunakan

Peralatan yang digunakan adalah timbangan analitik, pengaduk, kaca arloji, gelas ukur, gelas piala, labu Elenmeyer, termometer, hot dan magnetic stirrer, freezer, penetrometer, Tensiometer Du Nouy, tabung reaksi, stopwatch, desikator, oven, dan vortex.

2.2.Metode yang digunakan

2.2.1. Model Percobaan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal yaitu penambahan madu. Konsentrasi madu yang ditambahkan terdiri atas empat taraf yaitu 0%; 2,5%; 5%; dan 7,5%, serta masing–masing taraf mendapat tiga kali ulangan.

Analisa yang digunakan setelah data diperoleh adalah uji keragaman pada taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95% (α = 0,05). Jika perlakuan berpengaruh nyata, analisis dilanjutkan dengan menguji sifat ortogonalnya. Uji lanjut ini digunakan untuk mengetahui konsentrasi terbaik yang dilihat dari hubungan peubah dan konsentrasi madu (Steel and Torrie, 1995).

(6)

Penelitian tahap satu dilakukan untuk menentukan formula

pembuatan sabun transparan terbaik dari dua referensi yang berbeda, yaitu model www.sma.net (2008) dan Hambali et al. (2005). Penelitian tahap dua merupakan tahapan modifikasi formula terpilih dengan menggunakan madu kapuk. Sifat fisik yang dinilai yaitu kekerasan sabun. Pengujian kekerasan diuji untuk mengetahui umur simpan sabun tersebut setelah digunakan, selain itu diukur pula tegangan permukaan, stabilitas emulsi, tegangan antar muka, serta stabilitas busa sabun yang dihasilkan.

2.2.3. Analisis Sifat Fisik

a. Kekerasan Sabun Madu Transparan

Pengukuran kekerasan sabun dilakukan dengan menggunakan penetrometer. Jarum pada penetrometer ditusukkan ke dalam sampel dan dibiarkan untuk

(7)

menembus bahan selama 5 detik pada temperatur konstan (27 °C). Kedalaman penetrasi jarum ke dalam bahan dinyatakan dalam 1/10 mm dari angka yang ditunjukkan pada skala penetrometer. b. Tegangan Permukaan

Tegangan Permukaan (ASTM D 1331-56, 1967). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Tensiometer Du Nouy. Perhitungan penurunan tegangan permukaan (PTP) dapat dihitung menggunakan rumus :

PTP = Tegangan permukaan air – tegangan permukaan 10% sabun dalam akuades

c. Stabilitas Emulsi

Stabilitas Emulsi (Piyali et al., 1999).Sabun sebanyak 2 gram ditimbang dalam cawan (bobot awal). Stabilitas emulsi dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Stabilitas emulsi = 100% - (% bobot yang hilang)

Bobot yang hilang = bobot awal-bobot akhir / bobot awal x 100%

d. Stabilitas Busa

Stabilitas Busa (Piyali et al., 1999). Sabun sebanyak 1 gram dimasukkan ke tabung reaksi yang berisi 10 ml akuades, kemudian dikocok dengan vortex selama 1 menit. Busa yang terbentuk diukur tingginya menggunakan penggaris (tinggi busa awal). Tinggi busa diukur kembali setelah 1 jam (tinggi busa akhir), kemudian stabilitas busa dihitung dengan rumus :

Stabilitas Busa = 100% - (% busa yang hilang)

(8)

III. PEMBAHASAN 3.1 Formulasi sabun Madu transparan.

Tabel 1. Formulasi Sabun Madu Transparan

Peningkatan konsentrasi madu menyebabkan warna sabun transparan semakin mendekati warna madu yaitu kuning kecoklatan. Perbedaan warna sabun tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Konsentrasi madu sampai 10% pernah dilakukan, sabun yang diperoleh berwarna lebih gelap, namun sabun yang dihasilkan lebih lunak dan lengket setelah digunakan di tangan. Hal ini yang menyebabkan penambahan madu dibatasi hingga konsentrasi 7,5%.

Keterangan : P = Konsentrasi madu (%)

Gambar 1. Perbedaan Warna Sabun Transparan dengan Penambahan

Konsentrasi Madu yang Berbeda

Sabun yang diperoleh memiliki rendemen sebesar 10% dari berat total bahan yang digunakan. Hasil pengujian terhadap sifat fisik sabun madu transparan yang meliputi kekerasan sabun, tegangan permukaan, stabilitas emulsi, tegangan antar muka dan stabilitas busa dapat

(9)

dilihat pada Tabel 2. Pengujian sifat fisik dilakukan untuk mengetahui kesesuaian sifat fisik sabun transparan yang dihasilkan.

Tabel 2. Analisa Sifat Fisik Sabun Madu Transparan Sifat Fisik Hasil Analisa

Keterangan : * = nyata tn = tidak nyata

Kekerasan

Gula pasir (sukrosa) merupakan salah satu bahan baku yang digunakan dalam pembuatan sabun mandi transparan. Sukrosa yang mengalami proses pemanasan terurai menjadi glukosa dan fruktosa. Hal ini dapat menurunkan kekerasan dari suatu produk. Hasil analisa kekerasan sabun transparan yang diberi penambahan madu 0-7,5% menunjukkan nilai pada kisaran 7,15-9,79 mm/detik atau bertambah 2,64 mm/detik (Tabel 2). Semakin besar nilai penetrasi jarum dalam sabun, berarti sabun tersebut semakin lunak. Sebagai sabun pembanding yaitu sabun transparan komersil ”Madoe” memiliki nilai kekerasan sebesar 6,5 mm/detik, berarti lebih keras dibanding sabun transparan hasil penelitian. Analisis keragaman menunjukkan bahwa penambahan madu memberikan pengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kekerasan sabun transparan yang dihasilkan.

Hal ini disebabkan madu memiliki sifat higroskopis. Gula pereduksi dalam madu bersifat higroskopis sehingga semakin tinggi kandungan gula pereduksi maka daya ikat air semakin tinggi Hal ini dapat menurunkan kekerasan dari suatu produk. Madu memiliki kandungan gula pereduksi (glukosa dan fruktosa) yang tinggi. Rataan glukosa (dekstrosa) pada madu mencapai 31,3% dan fruktosa (levulosa) sebesar 38,2% (Sihombing, 1997). Kadar air madu juga dimungkinkan mempengaruhi penurunan kekerasan sabun transparan. Madu memiliki kandungan gula pereduksi yang lebih tinggi disbanding sukrosa. Pemanasan menyebabkan

(10)

sukrosa terurai menjadi glukosa dan fruktosa. Hal ini dapat menurunkan kekerasan dari suatu produk.

Tegangan Permukaan

Sabun merupakan produk yang dapat menurunkan tegangan permukaan air.Analisa tegangan permukaan ditujukan untuk mengetahui kemampuan sabun madu transparan untuk menurunkan tegangan permukaan air.Sabun mempunyai dua struktur gugus yang berbeda yaitu gugus hidrofobik dan gugus hidrofilik. Kedua gugus tersebut dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga sabun dapat mengikat kotoran berupa minyak atau lemak.

Tegangan Antar Muka

Analisa tegangan antar muka ditujukan untuk mengetahui kemampuan sabun mandi madu transparan menurunkan tegangan antar muka air dengan xylen yang diasumsikan sebagai kotoran atau lemak. Kemampuan ini merupakan tolak ukur kemampuan sabun mandi transparan untuk berinteraksi dengan lemak atau kotoran sehingga kotoran atau lemak dapat dibersihkan. Tegangan antar muka suatu fasa yang berbeda derajat polaritasnya akan menurun jika gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda dari kedua fase (adhesi) lebih besar dibandingkan gaya tarik menarik antar molekul yang sama dalam fase tersebut (kohesi).

Tegangan antar muka air sebesar 59,0 dyne/cm. Tegangan antar muka air bercampur sabun transparan dengan campuran madu 0-7,5% berkisar antara 13,97- 19,2 dyne/cm, nilai rataan tegangan antar muka sabun madu transparan yang diperoleh adalah sebesar 27,37 dyne/cm (Tabel 2) dan mencakup tegangan antar muka sabun transparan ”Madoe” (18 dyne/cm). Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa penambahan madu tidak berpengaruh nyata terhadap tegangan antar muka sabun transparan yang dihasilkan.

Stabilitas Emulsi

Sabun padat termasuk dalam emulsi tipe w/o. Stabilitas suatu emulsi merupakan salah satu karakter penting dan mempunyai pengaruh besar terhadap mutu produk emulsi ketika dipasarkan. Emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan, tidak terjadi perubahan warna dan memiliki konsistensi yang tetap. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh jumlah asam lemak yang terkandung dalam sabun. Asam lemak ini berperan dalam menjaga konsistensi sabun. Kestabilan

(11)

emulsi dalam sabun juga dipengaruhi oleh kadar air dan bahan dasar yang bersifat higroskopis. Semakin tinggi kadar air dalam sabun maka akan semakin tidak stabil.

Stabilitas emulsi sabun madu transparan yang dihasilkan memiliki kisaran nilai antara 88,14-92,71% (Tabel 2). Sebagai pembanding, analisa juga dilakukan terhadap sabun ”Madoe” yaitu sabun transparan komersil yang ternyata memiliki nilai stabilitas emulsi sebesar 91,86%. Stabilitas Busa

Busa adalah gas yang terjebak oleh lapisan tipis cairan yang mengandung sejumlah molekul surfaktan yang teradsorpsi pada lapisan tipis tersebut, dalam gelembung, gugus hidrofobik surfaktan akan mengarah ke gas, sedang bagian hidrofiliknya akan mengarah ke larutan. Gelembung akan dilapisi oleh lapisan tipis cairan yang mengandung sejumlah molekul surfaktan dengan orientasi face to face saat gelembung keluar dari badan cairan.

Hasil analisa stabilitas busa sabun madu transparan menunjukkan kisaran 30,37-78,21%, seperti yang tercantum pada Tabel 2. Sabun mandi transparan ”Madoe” yaitu sabun transparan komersial yang diuji sebagai sabun pembanding memiliki nilai stabilitas busa sebesar 18,06%. Pemilihan Sabun Madu Transparan Terbaik

Pemilihan produk terbaik dilakukan dengan cara yang didasarkan pada pembobotan nilai kepentingan hasil analisa fisik. Nilai kepentingan setiap peubah ditentukan atas pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilihat pada Tabel 3.

(12)

Besarnya nilai kepentingan diperoleh berdasarkan kepentingan sifat fisik sabun transparan tersebut yang dinilai oleh beberapa orang. Semakin penting peubah, maka nilai kepentingan semakin besar. Pemilihan sabun madu transparan terbaik tidak hanya dilihat berdasarkan nilai kepentingan saja, tetapi dilihat juga nilai pembobotannya. Perhitungan penentuan sabun mandi transparan dapat dilihat pada Tabel 4. Sabun transparan terbaik ditunjukkan oleh sabun yang memiliki jumlah nilai bobot tertinggi.

Tabel 4. Pembobotan dalam Penentuan Konsentrasi Terbaik Sabun Madu Transparan

Keterangan: NK = Nilai Kepentingan Jumlah NK = 21

(13)

B = Bobot = Nilai Kepentingan Jumlah NK

N = Nilai (1= kurang baik, 2 = baik, 3 = paling baik) NB = Nilai Bobot = Nilai X Bobot

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sabun transparan terbaik adalah sabun transparan dengan konsentrasi madu 7,5%. Pengujian sifat fisik sabun transparan tidak mengacu pada SNI. Hal ini dikarenakan dalam penilaian mutu sabun, SNI lebih menekankan pada sifat kimia dan tidak pada sifat fisik. Kekerasan sabun transparan yang ditambahkan madu menghasilkan sabun yang semakin menurun nilai kekerasannya sejalan dengan bertambahnya konsentrasi madu yang ditambahkan. Penurunan kekerasan sabun transparan dapat diperbaiki dengan cara menggantikan lemak yang digunakan dalam formula dan penggunaan madu dengan kadar air yang lebih rendah.Nilai tegangan permukaan menunjukkan penurunan. Semakin tinggi konsentrasi madu yang ditambahkan, tegangan permukaan pun semakin menurun. Tegangan permukaan yang rendah pada konsentrasi 7,5% mempengaruhi daya bersih. Nilai tegangan permukaan yang rendah akan meningkatkan daya bersih. Kemampuan sabun dalam stabilitas emulsi pun meningkat, semakin kecil nilaitegangan permukaan, emulsi akan lebih stabil. Kestabilan emulsi dapat dilihat dari warna sabun yang tidak berubah dan tidak adanya endapan atau pembentukan lapisan-lapisan dalam sabun. Tegangan permukaan yang rendah juga dapat mempertahankan busa lebih lama. Semakin kecil nilai tegangan permukaan, busa sabun semakin stabil. Pemilihan sabun transparan yang ditambahkan madu dengan beberapa konsentrasi tidak hanya ditentukan dari sifat fisik saja. Keinginan konsumen pun diperhatikan dalam pembuatan sabun. Biasanya masyarakat Indonesia menginginkan sabun dengan busa yang banyak. Oleh karena itu, pemilihan sabun terbaik ditentukan oleh penerimaan masyarakat melalui tingkat kesukaan terhadap produk yang dihasilkan.

IV. PENUTUP 4.1.1. Kesimpulan

(14)

Penambahan madu sampai konsentrasi 7,5% menghasilkan sabun transparan yang lebih lunak (9,79 mm/detik), mampu menurunkan tegangan permukaan air (25,02 dyne/cm), meningkatkan stabilitas emulsi (92,71%) dan stabilitas busa (78,21%). Penambahan madu sebesar 7,5% tidak mempengaruhi tegangan antar muka, tetapi mampu menghasilkan sabun mandi madu transparan yang lebih baik dibanding penambahan madu dengan konsentrasi yang lebih rendah.

4.1. Saran

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh berbagai minyak yang digunakan dalam pembuatan sabun transparan sehingga dapat memperbaiki kekerasan sabun madu transparan, perlakuan lama penyimpanan sabun serta penerimaan/kesukaan konsumen dan mutu organoleptik sabun madu transparan.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, S. 1991. Analisis Kimia Produk Lebah Madu dan Pelatihan Staf Laboratorium Pusat Perlebahan Nasional Parung Panjang. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hambali, E., A. Suryani dan M. Rivai. 2005. Membuat Sabun Transparan untuk Gift dan Kecantikan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Piyali, G., Bhirud R. G and Kumar V. V. 1999. Detergency and foam studies on linear alkylbenzene

(15)

Steel, R. G. D., and J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biomertik.

Terjemahan: B. Sumantri. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Makalah sabun trasparan

TUGAS KELOMPOK

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA DAN KELAPA SAWIT II

PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN DARI BAHAN BAKU MINYAK SAWIT DENGAN PENAMBAHAN MADU

OLEH :

1. ANUGERAH DWI PUTRA 7. ARIE WIJAYANTO 2. EMILIA HASIBUAN 8. FITRI AFRIANTI 3. SANDI EKA PUTRA 9. SRI WAHYUNI 4. YUKY FIRMANSYAH 10. AFNIRA

5. KUSUMA NINGRUM 11. EKA SAPUTRI

6. RAHAYU SHOLIHAH

DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr.Ir. FAIZAH HAMZAH, MS

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

(16)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok dengan “PEMBUATAN SABUN

TRANSPARAN DARI BAHAN BAKU MINYAK SAWIT DENGAN PENAMBAHAN MADU

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Faizah Hamzah, MS sebagai dosen mata kuliah yang telah banyak memberikan bimbingan , petunjuk dan motivasi hingga selesai tugas kelompok ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah memberi masukan, bantuan dan dukungannya dalam penyelesaian tugas kelompok ini.

Akhirnya diharapkan agar tugas kelompok ini bermanfaat bagi kita semua baik untuk masa kini maupun masa mendatang.

Pekanbaru, April 2013 Penulis

DAFTAR ISI

Halaman BAB I. PENDAHULUAN...1 1.1.Latar Belakang...1

(17)

1.2.Rumusan Masalah...1

1.3.Tujuan...1

BAB II. BAHAN DAN METODE...2

2.1. Bahan yang Digunakan...2

2.1.1. Bahan Alami...2

2.1.2. Bahan Kimia Analisis...2

2.1.3. Peralatan ...2

2.2. Metode...2

2.2.1 Model Percobaan dan Analisis Data...2

2.2.2. Pelaksanaan Penelitian Sampel...3

2.2.3. Analisis Sifat Fisik...4

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN...5

3.1.Hasil...5

3.2.Pembahasan...5

BAB IV. PENUTUP...11

4.1. Kesimpulan...11

4.2. Saran...11 DAFTAR PUSTAKA

(18)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sabun merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani bebentuk padat, lunak atau cair, dan berbusa. Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasa digunakan adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan Kalium Hidroksida (KOH). Jika basa yang digunakan adalah NaOH, maka produk reaksi berupa sabun keras (padat), sedangkan basa yang digunakan berupa KOH maka produk reaksi berupa sabun cair (Ketaren,1986).

Sabun transparan pada umumnya menghasilkan busa lebih sedikit dibandingkan sabun opaque. Semakin transparan sabun, busa yang dihasilkan semakin sedikit. Tegangan permukaannya pun cukup tinggi, hal ini menyebabkan kurang efektifnya sabun terhadap daya bersihnya. Penambahan bahan alami diharapkan akan memperbaiki sifat fisik sabun transparan. Madu kapuk dapat digunakan sebagai bahan alami yang dapat memperbaiki pembusaan sabun dan menurunkan tegangan permukaan air dengan adanya kandungan protein yang agak tinggi dibanding madu yang lain. Indikator protein dalam madu kapuk yaitu busa atau buih yang sering timbul pada saat penyimpanan. Selain memperbaiki busa, penambahan madu diharapkan dapat menghasilkan produk sabun transparan dengan karakteristik yang baik, sehingga dapat meningkatkan nilai guna madu.

1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai sifat fisik sabun transparan yang di tambahkan madu dengan konsentrasi berbeda.

1.3.Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Kelapa dan Kelapa Sawit II serta mengetahui cara pembuatan sabun transparan dengan penambahan madu.

II. METODE PENELITIAN 2.1.Bahan yang digunakan

(19)

Madu yang digunakan adalah madu kapuk karena madu kapuk mempunyai warna yang agak gelap sehingga diharapkan dapat memberi warna khas madu pada sabun. Kandungan protein yang terdapat pada madu kapuk agak tinggi dibandingkan dengan madu yang lain, diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik yaitu menurunkan tegangan permukaan sehingga stabilitas emulsi meningkat dan menyebabkan busa stabil dan daya pembersihan semakin efektif. Kemudian penelitian ini juga menggunakan minyak kelapa sawit yang sudah dipakai 3-4 kali.

2.1.2. Bahan Kimia Analisis

Bahan-bahan lain yang digunakan yaitu NaOH 30%, air, cocoamide DEA, TEA (tetra etil amida), gliserin, etanol, minyak kelapa sawit, olive oil, asam stearat, asam sitrat, gula pasir, NaCl, xylen, dan akuades.

2.1.3. Peralatan yang digunakan

Peralatan yang digunakan adalah timbangan analitik, pengaduk, kaca arloji, gelas ukur, gelas piala, labu Elenmeyer, termometer, hot dan magnetic stirrer, freezer, penetrometer, Tensiometer Du Nouy, tabung reaksi, stopwatch, desikator, oven, dan vortex.

2.2.Metode yang digunakan

2.2.1. Model Percobaan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal yaitu penambahan madu. Konsentrasi madu yang ditambahkan terdiri atas empat taraf yaitu 0%; 2,5%; 5%; dan 7,5%, serta masing–masing taraf mendapat tiga kali ulangan.

Analisa yang digunakan setelah data diperoleh adalah uji keragaman pada taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95% (α = 0,05). Jika perlakuan berpengaruh nyata, analisis dilanjutkan dengan menguji sifat ortogonalnya. Uji lanjut ini digunakan untuk mengetahui konsentrasi terbaik yang dilihat dari hubungan peubah dan konsentrasi madu (Steel and Torrie, 1995).

2.2.2. Pelaksanaan Penelitian Sampel

Penelitian tahap satu dilakukan untuk menentukan formula

pembuatan sabun transparan terbaik dari dua referensi yang berbeda, yaitu model www.sma.net (2008) dan Hambali et al. (2005). Penelitian tahap dua merupakan tahapan modifikasi formula terpilih dengan menggunakan madu kapuk. Sifat fisik yang dinilai yaitu

(20)

kekerasan sabun. Pengujian kekerasan diuji untuk mengetahui umur simpan sabun tersebut setelah digunakan, selain itu diukur pula tegangan permukaan, stabilitas emulsi, tegangan antar muka, serta stabilitas busa sabun yang dihasilkan.

2.2.3. Analisis Sifat Fisik a. Kekerasan Sabun Madu Transparan

Pengukuran kekerasan sabun

dilakukan dengan

menggunakan penetrometer. Jarum pada penetrometer ditusukkan ke dalam sampel dan dibiarkan untuk menembus bahan selama 5 detik pada temperatur konstan (27 °C). Kedalaman penetrasi jarum ke dalam bahan dinyatakan dalam 1/10 mm dari angka yang ditunjukkan pada skala penetrometer. b. Tegangan Permukaan

Tegangan Permukaan (ASTM D 1331-56, 1967). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Tensiometer Du Nouy. Perhitungan penurunan tegangan permukaan (PTP) dapat dihitung menggunakan rumus :

(21)

c. Stabilitas Emulsi

Stabilitas Emulsi (Piyali et al., 1999).Sabun sebanyak 2 gram ditimbang dalam cawan (bobot awal). Stabilitas emulsi dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Stabilitas emulsi = 100% - (% bobot yang hilang)

Bobot yang hilang = bobot awal-bobot akhir / bobot awal x 100%

d. Stabilitas Busa

Stabilitas Busa (Piyali et al., 1999). Sabun sebanyak 1 gram dimasukkan ke tabung reaksi yang berisi 10 ml akuades, kemudian dikocok dengan vortex selama 1 menit. Busa yang terbentuk diukur tingginya menggunakan penggaris (tinggi busa awal). Tinggi busa diukur kembali setelah 1 jam (tinggi busa akhir), kemudian stabilitas busa dihitung dengan rumus : Stabilitas Busa = 100% - (% busa yang hilang)

(22)

III. PEMBAHASAN 3.1 Formulasi sabun Madu transparan.

Tabel 1. Formulasi Sabun Madu Transparan

Peningkatan konsentrasi madu menyebabkan warna sabun transparan semakin mendekati warna madu yaitu kuning kecoklatan. Perbedaan warna sabun tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Konsentrasi madu sampai 10% pernah dilakukan, sabun yang diperoleh berwarna lebih gelap, namun sabun yang dihasilkan lebih lunak dan lengket setelah digunakan di tangan. Hal ini yang menyebabkan penambahan madu dibatasi hingga konsentrasi 7,5%.

Keterangan : P = Konsentrasi madu (%)

Gambar 1. Perbedaan Warna Sabun Transparan

dengan Penambahan

Konsentrasi Madu yang Berbeda

Sabun yang diperoleh memiliki rendemen sebesar 10% dari berat total bahan yang digunakan. Hasil pengujian terhadap sifat fisik sabun madu transparan yang meliputi kekerasan sabun, tegangan permukaan, stabilitas emulsi, tegangan antar muka dan stabilitas

(23)

busa dapat dilihat pada Tabel 2. Pengujian sifat fisik dilakukan untuk mengetahui kesesuaian sifat fisik sabun transparan yang dihasilkan.

Tabel 2. Analisa Sifat Fisik Sabun Madu Transparan Sifat Fisik Hasil Analisa

Keterangan : * = nyata tn = tidak nyata

Kekerasan

Gula pasir (sukrosa) merupakan salah satu bahan baku yang digunakan dalam pembuatan sabun mandi transparan. Sukrosa yang mengalami proses pemanasan terurai menjadi glukosa dan fruktosa. Hal ini dapat menurunkan kekerasan dari suatu produk. Hasil analisa kekerasan sabun transparan yang diberi penambahan madu 0-7,5% menunjukkan nilai pada kisaran 7,15-9,79 mm/detik atau bertambah 2,64 mm/detik (Tabel 2). Semakin besar nilai penetrasi jarum dalam sabun, berarti sabun tersebut semakin lunak. Sebagai sabun pembanding yaitu sabun transparan komersil ”Madoe” memiliki nilai kekerasan sebesar 6,5 mm/detik, berarti lebih keras dibanding sabun transparan hasil penelitian. Analisis keragaman menunjukkan bahwa penambahan madu memberikan pengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kekerasan sabun transparan yang dihasilkan.

Hal ini disebabkan madu memiliki sifat higroskopis. Gula pereduksi dalam madu bersifat higroskopis sehingga semakin tinggi kandungan gula pereduksi maka daya ikat air semakin tinggi Hal ini dapat menurunkan kekerasan dari suatu produk. Madu memiliki kandungan gula pereduksi (glukosa dan fruktosa) yang tinggi. Rataan glukosa (dekstrosa) pada madu mencapai 31,3% dan fruktosa (levulosa) sebesar 38,2% (Sihombing, 1997). Kadar air madu juga dimungkinkan mempengaruhi penurunan kekerasan sabun transparan. Madu memiliki kandungan gula pereduksi yang lebih tinggi disbanding sukrosa. Pemanasan

(24)

menyebabkan sukrosa terurai menjadi glukosa dan fruktosa. Hal ini dapat menurunkan kekerasan dari suatu produk.

Tegangan Permukaan

Sabun merupakan produk yang dapat menurunkan tegangan permukaan air.Analisa tegangan permukaan ditujukan untuk mengetahui kemampuan sabun madu transparan untuk menurunkan tegangan permukaan air.Sabun mempunyai dua struktur gugus yang berbeda yaitu gugus hidrofobik dan gugus hidrofilik. Kedua gugus tersebut dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga sabun dapat mengikat kotoran berupa minyak atau lemak. Tegangan Antar Muka

Analisa tegangan antar muka ditujukan untuk mengetahui kemampuan sabun mandi madu transparan menurunkan tegangan antar muka air dengan xylen yang diasumsikan sebagai kotoran atau lemak. Kemampuan ini merupakan tolak ukur kemampuan sabun mandi transparan untuk berinteraksi dengan lemak atau kotoran sehingga kotoran atau lemak dapat dibersihkan. Tegangan antar muka suatu fasa yang berbeda derajat polaritasnya akan menurun jika gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda dari kedua fase (adhesi) lebih besar dibandingkan gaya tarik menarik antar molekul yang sama dalam fase tersebut (kohesi). Tegangan antar muka air sebesar 59,0 dyne/cm. Tegangan antar muka air bercampur sabun transparan dengan campuran madu 0-7,5% berkisar antara 13,97- 19,2 dyne/cm, nilai rataan tegangan antar muka sabun madu transparan yang diperoleh adalah sebesar 27,37 dyne/cm (Tabel 2) dan mencakup tegangan antar muka sabun transparan ”Madoe” (18 dyne/cm). Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa penambahan madu tidak berpengaruh nyata terhadap tegangan antar muka sabun transparan yang dihasilkan.

Stabilitas Emulsi

Sabun padat termasuk dalam emulsi tipe w/o. Stabilitas suatu emulsi merupakan salah satu karakter penting dan mempunyai pengaruh besar terhadap mutu produk emulsi ketika dipasarkan. Emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan, tidak terjadi perubahan warna dan memiliki konsistensi yang tetap. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh jumlah asam lemak yang terkandung dalam sabun. Asam lemak ini berperan dalam menjaga konsistensi sabun. Kestabilan emulsi dalam sabun juga dipengaruhi oleh kadar air dan bahan dasar yang bersifat higroskopis. Semakin tinggi kadar air dalam sabun maka akan semakin tidak stabil.

Stabilitas emulsi sabun madu transparan yang dihasilkan memiliki kisaran nilai antara 88,14-92,71% (Tabel 2). Sebagai pembanding, analisa juga dilakukan terhadap sabun

(25)

”Madoe” yaitu sabun transparan komersil yang ternyata memiliki nilai stabilitas emulsi sebesar 91,86%.

Stabilitas Busa

Busa adalah gas yang terjebak oleh lapisan tipis cairan yang mengandung sejumlah molekul surfaktan yang teradsorpsi pada lapisan tipis tersebut, dalam gelembung, gugus hidrofobik surfaktan akan mengarah ke gas, sedang bagian hidrofiliknya akan mengarah ke larutan. Gelembung akan dilapisi oleh lapisan tipis cairan yang mengandung sejumlah molekul surfaktan dengan orientasi face to face saat gelembung keluar dari badan cairan.

Hasil analisa stabilitas busa sabun madu transparan menunjukkan kisaran 30,37-78,21%, seperti yang tercantum pada Tabel 2. Sabun mandi transparan ”Madoe” yaitu sabun transparan komersial yang diuji sebagai sabun pembanding memiliki nilai stabilitas busa sebesar 18,06%.

Pemilihan Sabun Madu Transparan Terbaik

Pemilihan produk terbaik dilakukan dengan cara yang didasarkan pada pembobotan nilai kepentingan hasil analisa fisik. Nilai kepentingan setiap peubah ditentukan atas pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilihat pada Tabel 3.

(26)

Besarnya nilai kepentingan diperoleh berdasarkan kepentingan sifat fisik sabun transparan tersebut yang dinilai oleh beberapa orang. Semakin penting peubah, maka nilai kepentingan semakin besar. Pemilihan sabun madu transparan terbaik tidak hanya dilihat berdasarkan nilai kepentingan saja, tetapi dilihat juga nilai pembobotannya. Perhitungan penentuan sabun mandi transparan dapat dilihat pada Tabel 4. Sabun transparan terbaik ditunjukkan oleh sabun yang memiliki jumlah nilai bobot tertinggi.

Tabel 4. Pembobotan dalam Penentuan Konsentrasi Terbaik Sabun Madu Transparan

Keterangan: NK = Nilai Kepentingan Jumlah NK = 21

B = Bobot = Nilai Kepentingan Jumlah NK

N = Nilai (1= kurang baik, 2 = baik, 3 = paling baik) NB = Nilai Bobot = Nilai X Bobot

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sabun transparan terbaik adalah sabun transparan dengan konsentrasi madu 7,5%. Pengujian sifat fisik sabun transparan tidak mengacu pada SNI. Hal ini dikarenakan dalam penilaian mutu sabun, SNI lebih menekankan pada sifat kimia dan tidak pada sifat fisik. Kekerasan sabun transparan yang ditambahkan madu menghasilkan sabun yang semakin menurun nilai kekerasannya sejalan dengan bertambahnya konsentrasi madu yang ditambahkan. Penurunan kekerasan sabun transparan

(27)

dapat diperbaiki dengan cara menggantikan lemak yang digunakan dalam formula dan penggunaan madu dengan kadar air yang lebih rendah.Nilai tegangan permukaan menunjukkan penurunan. Semakin tinggi konsentrasi madu yang ditambahkan, tegangan permukaan pun semakin menurun. Tegangan permukaan yang rendah pada konsentrasi 7,5% mempengaruhi daya bersih. Nilai tegangan permukaan yang rendah akan meningkatkan daya bersih. Kemampuan sabun dalam stabilitas emulsi pun meningkat, semakin kecil nilaitegangan permukaan, emulsi akan lebih stabil. Kestabilan emulsi dapat dilihat dari warna sabun yang tidak berubah dan tidak adanya endapan atau pembentukan lapisan-lapisan dalam sabun. Tegangan permukaan yang rendah juga dapat mempertahankan busa lebih lama. Semakin kecil nilai tegangan permukaan, busa sabun semakin stabil. Pemilihan sabun transparan yang ditambahkan madu dengan beberapa konsentrasi tidak hanya ditentukan dari sifat fisik saja. Keinginan konsumen pun diperhatikan dalam pembuatan sabun. Biasanya masyarakat Indonesia menginginkan sabun dengan busa yang banyak. Oleh karena itu, pemilihan sabun terbaik ditentukan oleh penerimaan masyarakat melalui tingkat kesukaan terhadap produk yang dihasilkan.

IV.PENUTUP 4.1.1. Kesimpulan

Penambahan madu sampai konsentrasi 7,5% menghasilkan sabun transparan yang lebih lunak (9,79 mm/detik), mampu menurunkan tegangan permukaan air (25,02 dyne/cm), meningkatkan stabilitas emulsi (92,71%) dan stabilitas busa (78,21%). Penambahan madu sebesar 7,5% tidak mempengaruhi tegangan antar muka, tetapi mampu menghasilkan sabun mandi madu transparan yang lebih baik dibanding penambahan madu dengan konsentrasi yang lebih rendah.

4.1. Saran

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh berbagai minyak yang digunakan dalam pembuatan sabun transparan sehingga dapat memperbaiki kekerasan sabun madu transparan, perlakuan lama penyimpanan sabun serta penerimaan/kesukaan konsumen dan mutu organoleptik sabun madu transparan.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, S. 1991. Analisis Kimia Produk Lebah Madu dan Pelatihan Staf Laboratorium Pusat Perlebahan Nasional Parung Panjang. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hambali, E., A. Suryani dan M. Rivai. 2005. Membuat Sabun Transparan untuk Gift dan Kecantikan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Piyali, G., Bhirud R. G and Kumar V. V. 1999. Detergency and foam studies on linear alkylbenzene sulfonate and secondary alkyl sulfonate. J. of Surfactant and Detergen. 2 (4) : 489 – 493.

Steel, R. G. D., and J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biomertik.

Terjemahan: B. Sumantri. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

L

aporan Pembuatan Sabun Transparan

Diposkan oleh Latifah di 12.58

(29)

Pembuatan sabun transparan dengan aroma pandan dan wangi bunga melati II. TUJUAN

1. Siswa dapat membuat sabun transparan yang berbentuk padat dan lembut di kulit dengan penambahan aroma dan pemberian warna yang diinginkan.

III. DASAR TEORI

Sabun transparan merupakan sabun yang memiliki tingkat transparasi paling tinggi. Sabun transparan adalah jenis sabun yang digunakan untuk wajah dan tubuh yang dapat

menghasilkan busa yang lebih lembut dikulit dan penampakannya lebih berkilau jika dibandingkan dengan jenis sabun yang lain.

Asam stearat merupakan monokarboksilat berantai panjang ( C18 ) yang bersifat jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap diantara atom karbonnya. Asam stearat dapat berbentuk cairan atau padatan. Pada proses pembuatan sabun, asam stearat berfungsi untuk

mengeraskan dan menstabilkan busa.

Minyak kelapa memiliki sifat mudah tersaponifikasi ( tersabunkan ) dan cenderung mudah menjadi tengik (rancid). Minyak kelapa sebagai salah satu jenis minyak dengan kandungan asam lemak yang paling kompleks. Asam lemak yang paling dominan dalam minyak kelapa adalah asam laurat (HC12H23O2). Asam laurat sangat diperlukan dalam pembuatan sabun karena asam laurat mampu memberikan sifat pembusaan yang sangat baik untuk produk sabun.

Natrium hidroksida adalah senyawa alkali berbentuk butiran padat berwarna putih dan memiliki sifat higroskopis, serta reaksinya dengan asam lemak menghasilkan sabun glisero. NaOH sering digunakan dalam industri pembuatan hard soap. NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat korosif serta mudah menghancurkan jaringan organik yang halus.

Gliserin merupakan produk samping pemecahan minyak atau lemak menghasilkan asam lemak. Gliserin diperoleh dari hasil pembuatan sabun dari berbagai asam lemak berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa agak manis. Kegunaan gliserin berubah-ubah sesuai dengan produknya. Pada pembuatan sabun transparan, gliserin berfungsi untuk menghasilkan penampakan yang transparan dan memberikan kelebembaban pada kulit (humektan). Humektan (moisturizer) adalah skin conditioning agents yang dapat meningkatkan kelembaban kulit.

Gula pasir memiliki bentuk berupa kristal putih. Pada proses pembuatan sabun transparan, gula pasir berfungsi untuk membantu terbentuknya transparansi pada sabun yang dibuat. Penambahan gula pasir juga dapat membantu perkembangan kristal pada sabun.

Asam sitrat memiliki bentuk berupa kristal putih. Berfungsi sebagai agen pengelat (chelating agent) yaitu pengikat ion-ion logam pemicu oksidasi, sehingga mampu mencegah terjadinya oksidasi pada minyak akibat pemanasan. Asam sitrat juga dapat dimanfaatkan sebagai

(30)

pengawat dan pengatur pH.

Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih dan tidak berwarna merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol berfungsi sebagai pelarut dalam pembuatan sabun transparan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak sehingga akan

menghasilkan sabun dengan kelarutan yang tinggi. Selain itu etanol juga berfungsi untuk membentuk tekstur transparan sabun.

Penggunaan TEA pada pembuatan sabun transparan berfungsi sebagai bahan pembantu pembeningan. TEA merupakan cairan kental yang berwarna coklat.

IV. ALAT

1. Neraca top pan 2. Gelas kimia 100 ml 3. Pengaduk gelas 4. Statif dan klem 5. Pipet tetes 6. Gelas ukur 7. Termometer 8. Labu takar 9. Hot plate 10. Gelas arloji 11. Alat pencetak V. BAHAN 1. VCO 25 ml 2. Larutan NaOH 30% 12,5 ml 3. Asam stearat 12,5 gram 4. Etanol 20 ml

5. Gliserin 20 ml 6. TEA 12,5 ml

7. Larutan gula 2 gram

8. Pewarna hijau (pandan) secukupnya 9. Parfume oil (jasmine) secukupnya VI. LANGKAH KERJA

1. VCO dipanaskan dalam gelas kimia menggunakan hot plate sampai suhu mencapai 60oC-70 oC.

2. NaOH 30% 12,5 ml sedikit demi sedikit dimasukan ke dalam gelas kimia tersebut sambil diaduk terus menerus pada suhu 70 oC.

3. Asam stearat 12,5 gram yang telah dilelehkan pada suhu 60 oC ditambahkan dan diaduk terus menerus.

(31)

4. Ditambahkan etanol 90% sebanyak 20 ml sambil diaduk terus. 5. Ditambahkan gliserin 20 ml sambil diaduk.

6. Ditambahkan 12,5 ml TEA dan diaduk terus menerus. 7. Larutan gula pasir 2gram ditambahkan sambil diaduk.

8. Dilakukan pemanasan dan pengadukan sampai campuran menjadi cairan dan homogen. 9. Ditambahkan pewarna dan pewangi pada suhu 40 oC.

10. Larutan sabun dituang kedalam cetakan dan didiamkan sampai sabun mengeras. 11. Sabun yang telah jadi kemudian dikemas.

VIII. PEMBAHASAN

Pada saat melaksanakan praktik pembuatan sabun transparan ini terdapat beberapa hal yang perlu dibahas, diantaranya yaitu :

a. Pengadukan dilakukan secara kontinyu dan searah agar pencampuran merata. b. Proses saponifikasi dilakukan sampai berhasil. Waktu pengadukan ± 30 menit.

c. Apabila masih terdapat minyak pada sabun transparan, maka ditambah dengan gliserin, etanol

dan larutan gula secukupnya. IX. KESIMPULAN

Pada praktikum membuat sabun transparan ini dapat disimpulkan bahwa :

a. Siswa dapat membuat sabun transparan dengan kriteria padat dan lembut di kulit. b. Siswa dapat membuat sabun transparan dengan bahan tambahan sesuai selera.

(32)

cara pembuatan sabun transparan

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sabun merupakan benda wajib yang kita pakai setiap hari. Tanpa sabun, mandi terasa tidak bersih karena sabun berfungsi untuk mengangkat kotoran yang menempel di tubuh kita.

(33)

Sabun pertama kali dibuat dari lemak yang dipanaskan dengan abu pada jaman Babilon kuno. Beragam jenis sabun digunakan secara berbeda di tiap kebudayaan. Orang Mesir kuno menggunakan campuran minyak hewan, tumbuhan dan garam sebagai sabun. Sedangkan orang Yunani kuno

membersihkan tubuh dengan tanah liat, pasir, batu apung, dan abu. Lalu menyiram tubuh mereka dengan minyak dan untuk menghilangkan minyak yang melekat dan kotoran digunakan alat dari metal yang disebut strigil.

Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan atau pakaian.

Dewasa ini pemanfaatan sabun sebagai pembersih kulit makin menjadi trend dan beragam. Keragaman sabun yang dijual secara komersial terlihat pada jenis, warna, wangi dan manfaat yang ditawarkan. Berdasarkan jenisnya sabun dibedakan atas dua macam yaitu sabun padat (batangan) dan sabun cair.

Sabun transparan adalah sabun mandi yang berbentuk batangan dengan tampilan transparan, menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan penampakannya lebih berkilau dibandingkan jenis sabun lainnya. Tampilan sabun transparan yang menarik mewah dan berkelas menyebabkan sabun transparan dijual dengan harga yang relatif lebih mahal. Pendirian industri sabun transparan merupakan salah satu jenis usaha yang cukup menjanjikan mengingat pasar sabun transparan belum jenuh dan masih terbuka lebar.

B. Tujuan

Setelah mengikuti pelatihan ini, diharapkan peserta diklat dapat membuat sabun transparan dengan kriteria sebagai berikut:

 Tekstur padat dan lembut di kulit  Kenampakan transparan

 Aroma sesuai dengan pewangi (parfum) yang ditambahkan  Warna jernih

(34)

Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak dan telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.

Sabun adalah surfaktan yang digunakan untuk mencuci dan membersihkan, bekerja

dengan bantuan air. Sedangkan surfaktan merupakan singkatan dari surface active

agents, bahan yang menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-gas maupun cair-cair) sehingga mempermudah penyebaran dan pemerataan.

Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasanya digunakan adalah NaOH (natrium/sodium hidroksida) dan KOH (kalium/potasium hidroksida). Asam lemak yang berikatan dengan natrium atau kalium inilah yang kemudian dinamakan sabun.

2.1 Klasifikasi Sabun :

1. Sabun Cair

Bentuk cair dan tidak mengental pada suhu kamar 2. Sabun Lunak/ Krim

Seperti pasta dan sangat mudah larut 3. Sabun Keras/ Padat

Dibuat dari lemak yang padat atau dari minyak yang dikeraskan dengan proses hidrogenasi, Asam lemaknya jenuh dan mempunyai BM tinggi, Sukar larut dalam air Sabun padat (batangan) dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu :

Sabun opaque ( tidak transparan ) Sabun translucent ( agak transparan )

(35)

Sabun transparan (sangat transparan)

2.2 Efek Pengaruh Alkali

Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH,KOH) mempunyai nilai pH 9.0 -10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 -9,5.

Hingga saat ini beraneka sabun telah diproduksi secara modern. Untuk membuat sabun sendiri tidaklah sulit. Bahan kimia dan cara pembuatannya cukup mudah sehingga dapat dibuat untuk skala rumah tangga dengan peralatan yang biasa digunakan sehari-hari.

Keberadaan sabun yang hanya berfungsi sebagai alat pembersih dirasa kurang mengingat pemasaran dan permintaan masyarakat akan nilai lebih dari sabun,. oleh karena itu tidak ada salahnya jika dikembangkan lagi sabun yang mempunyai nilai lebih, seperti pelembut kulit, antioksidan, mencegah gatal-gatal dan pemutih dengan penampilan (bentuk, aroma, warna) yang menarik.

Pengetahuan mengenai bahan baku dan bahan tambahan yang diperlukan dalam proses pembuatan sabun akan mempengaruhi mutu produk sabun yang dihasilkan.

2.3 Bahan Baku Sabun 1. Minyak dan Lemak

Jenis minyak yang dapat digunakan pada proses pembuatan sabun adalah minyak kelapa, minyak sawit, minyak jarak, minyak jagung, minyak kedelai dan minyak lainnya.

Tabel 1. Kandungan asam lemak yang dominan pada beberapa jenis minyak

No Jenis Minyak Asam Lemak yang Dominan Jumlah

1 Minyak Kelapa Asam Laurat 44 - 53 %

2 Minyak Sawit Asam Palmitat Asam Oleat

40 - 46 % 39 - 45 %

3 Minyak jarak Asam Risinoleat 86 %

(36)

Asam Oleat 30,1 % 5 Minyak Kedelai Asam Linoleat

Asam Oleat

15 – 64 % 11 – 60 % Minyak dan lemak dihasilkan oleh alam yang bersumber dari hewan dan tanaman, perbedaan mendasar antara lemak hewani dan lemak nabati adalah :

Lemak hewani mengandung kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol Kadar lemak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil daripada lemak nabati

Zat warna dalam minyak dan lemak dibedakan menjadi dua yaitu warna alamiah dan warna akibat oksidasi atau degradasi komponen kimia yang terdapat dalam minyak. Zat warna alamiah terdapat secara alamiah dalam bahan dan ikut terekstraksi bersama minyak dalam proses ekstraksi, zat warna tersebut antara lain alfa dan beta karoten, xanthofil dan

anthosianin. Zat warna ini menyebabkan warna kuning , kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan. Sedangkan warna akibat oksidasi dan degradasi komponen kimia yang terdapat pada minyak antara lain: warna gelap disebabkan oleh oksidasi tokoferol (vitamin E).

Bau amis pada minyak atau lemak disebabkan oleh interaksi trimetil amin oksida dengan ikatan rangkap dari minyak tak jenuh. Trimetil amin berasal dari pemecahan ikatan C-N dari cholin dalam molekul lesitin kemudian ikatan C-N ini diuraikan oleh zat pengoksidasi seperti gugus peroksida dalam lemak, sehingga menghasilkan trimetil-amin.

Odor dan flavor pada minyak umumnya disebabkan oleh komponenbukan minyak, misalnya bau khas dari minyak kelapa sawit disebabkan oleh beta-ionone, sedangkan bau khas dari minyak kelapa disebabkan oleh nonyl methylketon (Ketaren, 1986). Selain terdapat secara alami odor dan flavor juga terjadi karena pembentukan asam-asam lemak berantai pendek sebagai hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak.

2. Natrium Hidroksida ( NaOH )

Natrium hidroksida (NaOH) seringkali disebut dengan soda kaustik atau soda api yang merupakan senyawa alkali yang bersifat basa dan mampu menetralisir asam. NaOH berbentuk kristal putih dengan sifat cepat menyerap kelembapan. Natrium hidroksida bereaksi dengan minyak membentuk sabun yang disebut dengan saponifikasi.

(37)

Asam stearat merupakan monokarboksilat berantai panjang (C18) yang bersifat jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap diantara atom karbonnya. Asam stearat dapat berbentuk cairan atau padatan. Pada proses pembuatan sabun, asam stearat berfungsi untuk mengeraskan dan menstabilkan busa.

4. Etanol

Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih dan tidak berwarna, merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol pada proses pembuatan sabun digunakan sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak.

5. Gliserin

Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan air untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan sehingga dapat berfungsi

sebagai pelembab pada kulit. Pada kondisi atmosfir sedang ataupun pada kondisi

kelembaban tinggi, gliserin dapat melembabkan kulit dan mudah dibilas. Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau, dan memiliki rasa manis.

6. Coco dietanolamida (Coco-DEA)

Coco-DEA merupakan dietanolamida yang terbuat dari minyak kelapa. Dalam formula sediaan kosmetik, DEA berfungsi sebagai surfaktan dan penstabil busa. Surfaktan adalah senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang bermanfaat untuk menyatukan fasa minyak dengan fasa air.

7. Natrium Klorida (NaCl)

Natrium klorida (garam) merupakan bahan berbentuk kristal putih, tidak berwarna dan bersifat higroskopik rendah. Penambahan NaCl selain bertujuan untuk pembusaan sabun, juga untuk meningkatkan konsentrasi elektrolit agar sesuai dengan penurunan jumlah alkali pada kahir reaksi sehingga bahan-bahan pembuat sabun tetap seimbang selama proses pemanasan.

8. Gula Pasir

Gula pasir berbentuk kristal putih. Pada proses pembuatan sabun transparan, gula pasir berfungsi untuk membantu terbentuknya transparansi pada sabun. Penambahan gula pasir dapat membantu perkembangan kristal pada sabun.

(38)

Asam sitrat memiliki bentuk berupa kristal putih. Berfungsi sebagai agen pengelat (chelating agent) yaitu pengikat ion-ion logam pemicu oksidasi, sehingga mampu mencegah terjadinya oksidasi pada minyak akibat pemanasan. Asam sitrat juga dapat dimanfaatkan sebagai pengawet dan pengatur pH.

11. Pewarna

Pewarna ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk menghasilkan produk sabun yang beraneka warna. Bahan pewarna yang digunakan adalah bahan pewarna untuk kosmetik grade.

12. Pewangi

Pewangi ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk memberikan efek wangi pada produk sabun. Pewangi yang sering digunakan dalam pembuatan sabun adalah dalam bentuk parfum dengan berbagai aroma (buah-buahan, bunga, tanaman herbal dan lain-lain).

2.4 Tahapan Pembuatan Sabun transparan 1. Persiapan Bahan

Tahapan pertama yang harus dilakukan dalam membuat sabun adalah mempersiapkan bahan baku dan bahan tambahan yang diperlukan untuk memproduksi sabun transparan. Bahan baku yang diperlukan adalah asam stearat, minyak (kelapa, sawit, jarak, jagung kedelai dll), NaOH, gliserin, etanol, gula pasir, Coco DEA. Adapun bahan tambahan yang harus disiapkan adalah NaCl, Asam Sitrat, pewarna dan pewangi.

2. Penimbangan Bahan

Bahan-bahan yang telah disiapkan kemudian ditimbang sesuai dengan formula yang telah ditentukan. Penimbangan bahan-bahan harus dilakukan seteliti mungkin. Jika keliru dalam menimbang bahan baku dan bahan tambahan berdampak pada terjadinya perbedaan karakteristik, sehingga karakteristik produk sabun transparan yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar.

3. Pemanasan Bahan

Pemanasan dilakukan untuk melelehkan bahan yang berbentuk padatan agar dapat dengan mudah dicampur dengan bahan lain yang berbentuk cairan. Bahan yang perlu dilelehkan adalah asam stearat, dilelehkan pada suhu 60 oC.

(39)

Proses pencampuran dilakukan setelah bahan baku berbentuk padat dilelehkan. Hasil pelelehan kemudian dicampur dengan bahan – bahan lain yang berbentuk cairan maupun dengan bahan yang berbentuk padat lainnya yang tidak perlu dilelehkan terlebih dahulu. Pencampuran bahan-bahan dilakukan pada suhu sekitar 70 – 80 oC, kecuali pada penambahan pewarna dan pewangi yang dilakukan pada suhu 40 oC.

5. Pengadukan

Selama proses pencampuran berlangsung, pengadukan harus dilakukan secara kontinyu. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan sediaan sabun transparan yang homogen. Apabila tidak dilakukan pengadukan secara kontinyu beberapa bahan yang dicampurkan menjadi tidak merata dan menggumpal. Hal tersebut akan mempengaruhi tampilan sabun transparan.

6. Pencetakan

Proses pencetakan dilakukan dengan menuangkan sediaan sabun transparan ke dalam cetakan sabun. Bahan cetakan sabun dapat berupa stainless steel, plastik, kayu, fiber dll. Model cetakan disesuaikan dengan bentuk sabun yang akan dihasilkan, misalnya bulat oval, persegi dan sebagainya.

Setelah dituangkan ke dalam cetakan, sediaan sabun dibiarkan selama beberapa saat supaya sabun mengeras sempurna. Proses pengerasan (aging) dilakukan pada suhu kamar selama 1 bulan.

7. Pengemasan

Pengemasan dilakukan dengan menggunakan bahan kemasan plastik atau kertas. Untuk bahan plastik digunakan jenis plastik wrapping yang elastis. Untuk bahan kertas digunakan jenis kertas yang tipis. Pengemasan sabun transparan dapat dilakukan secara manual.

III. LEMBAR KERJA MEMBUAT SABUN TRANSPARAN

Tujuan : Peserta pelatihan dapat membuat sabun transparan dengan kriteria tekstur padat dan lembut di kulit, kenampakan transparan, aroma sesuai dengan pewangi (parfum) yang ditambahkan, warna jernih.

Alat

(40)

2.Wadah 3.Mesin pengaduk 4.Kompor 5.Timbangan 6.Cetakan sabun 7.Alat pemotong 8.Kemasan Bahan: 1. Minyak

2. Natrium Hidroksida (NaOH)

3. Asam Stearat 4. Etanol 5. Gliserin 6. Gula Pasir 7. Coco-DEA 8. Pewarna 9. Pewangi Cara Pembuatan:

1.Panaskan 1 Liter minyak sampai suhu 60 oC 2.Masukkan NaOH 30 % sebanyak 500 ml 3.Panaskan dengan suhu 70 oC sambil diaduk

(41)

4.Aduk terus sampai proses saponifikasi sempurna (terbentuk larutan yang kental) 5.Tambahkan 500 gram asam stearat yang sudah dilelehkan pada suhu 60 oC

6. Tambahkan 800 ml etanol, 800 ml gliserin, 500 ml Coco-DEA dan 80 gram gula pasir sambil terus diaduk

7. Pemanasan dan pengadukan terus dilakukan sampai seluruh campuran menjadi homogen

8.Penambahan pewarna dan pewangi dilakukan pada suhu 40 oC

9. Tuangkan campuran ke dalam cetakan dan diamkan selama 24 jam hingga sabun mengeras.

10.Keluarkan sabun yang sudah mengeras dari cetakan.

PENGUJIAN SABUN a. Penentuan Angka Asam

Metode : Titrimetri

Prinsip : Pelarutan contoh dalam pelarut organik tertentu (alkohol 95 % netral) dilanjutkan dengan penitaran dengan basa (NaOH atau KOH)

Alat: Neraca analitik Erlenmeyer 250 ml Buret 50 ml Pipet tetes Bahan Sampel Alkohol 95 %

(42)

Indikator fenolftalein (PP) KOH 0,1 N

Langkah Kerja:

 Timbang dengan seksama 2 – 5 gram contoh ke dalam erlenmeyer 250 ml

 Tambahkan 50 ml alkohol netral ( dibuat dengan cara: masukkan alkohol 95 % sebanyak yang diperlukan ke dalam erlenmeyer, tambahkan beberapa tetes indikator PP kemudian titrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda)

 Setelah ditutup dengan pendingin balik, panaskan sampai mendidih dan digojog kuat-kuat untuk melarutkan asam lemak bebasnya.

 Setelah dingin, larutan lemak dititrasi dengan 0,1 N larutan KOH standar

 Tambahkan 3 – 5 tetes indikator PP dan titirasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N hingga warna merah muda tetap (tidak berubah selama 15 detik). Apabila cairan yang dititrasi berwarna gelap dapat ditambahkan pelarut yang cukup banyak dan atau dipakai indikator bromthymol blue sampai berwarna biru.

 Angka asam dinyatakan sebagai mg KOH yang dipakai untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram lemak atau minyak.

 Lakukan penetapan duplo Perhitungan :

Angka asam = ml KOH x N KOH x 56,1 Berat sampel (gram)

Gambar

Tabel 1. Kandungan asam lemak yang dominan pada beberapa jenis minyak

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Banyak praktisi public relations meyakini bahwa komunikasi krisis adalah sesuatu yang spesifik dan berbeda dari fungsi standar public relations dalam keadaan normal.. Kebanyakan

Dari analisis terhadap pesan verbal terlihat dengan jelas dari lirik lagu yang mengiringi iklan pariwisata yang berjudul “Wonderful Indonesia: The Journey to A Wonderful

Observasi merupakan suatu bentuk teknik mengambil data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian atau pengamatan. Sebelum melaksanakan obervasi tentunya terlebih dahulu

Kondisi paling kering terjadi pada tanggal 19 dan 23 April 2021, dimana kelembaban udara minimum pada hari itu hanya 45%, hal ini dikarenakan variasi suhu udara

Himpunan X yang tidak kosong dilengkapi metrik d ditulis ( disebut ruang metrik sedangkan anggota-anggota himpunan X disebut titik-titik pada ruang metrik yang

Kita beramai-ramai akan memohon peradilan kepada sang Ratu apakah seorang patih kerajaan dibenarkan untuk bertindak seweaang-wenang terhadap seorang wanita sepuh

Di samping itu, Fokker (dalam Markhamah, 2009: 9) memaparkan bahwa kalimat ialah ucapan bahasa yang mempunyai arti penuh dan batas keseluruhannya ditentukan

Teknik anti frequency selective fading diperlukan jika bandwidth sinyal lebih besar dari bandwidth koheren kanal seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Teknik-teknik