• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHESIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DENGAN KALA 1 MEMANJANG, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA (SUNTIK 3 BULAN) PADA NY.V UMUR 25 TAHUN DI WILAYAH PUSKESMAS KEMBARAN 1 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV PEMBAHASAN - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHESIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DENGAN KALA 1 MEMANJANG, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA (SUNTIK 3 BULAN) PADA NY.V UMUR 25 TAHUN DI WILAYAH PUSKESMAS KEMBARAN 1 - repository perpustakaan"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

antara (KB) mulai dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa masalah

atau potensial, identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan

segera, merencanakan asuhan kebidanan pelaksanaan dan evaluasi

serta perkembangan dengan menggunakan SOAP.

BAB IV PEMBAHASAN

Terdiri dari pembahasan antara teori dan kasus pada masa kehamilan,

bersalin, bayi baru lahir, nifas, dan masa antara (KB) di Puskesmas 1

Kembaran

BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan merupakan rangkuman hasil pembahasan pada

pengelolaan kasus yang dapat menjawab permasalahan dan tujuan

penyusunan KTI.

b. Saranberupa masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan

kebidanan,bersifat operasional/ dapat dilaksanakan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis

1. Kehamilan

(2)

Menurut Federasi Obstetric Ginekologi International,kehamilan di

definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi,kehamilan normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalendar

internasional.Kehamilan dibagi dalam 3 trimester,dimana trimester kesatu

berlangsung dalan 12 minggu,trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13

hingga ke-27),dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)

( prawihardjo,2010 hal 213).

1) Masa konsepsi

Ialah,suatau peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur

di dalam tuba palofi. Hanya satu sperma yang mengalami proses

kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke vitelus

ovum.Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak

dapat dilalui oleh sperma. (Mandang,2014;h.1).

Konsepsi dapat terjadi,jika beberapa kriteria berikut terpenuhi:

a) Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang

tepat.

b) Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat

ovulasi.

c) Pria harus mengeluarkan sperma yang normal dan sehat selama

ejakulasi.

c. Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai

(3)

Konsepsi memiliki kemungkinan paling berhasil,jika hubungan

seksual berlangsung tepat sebelum ovulasi karena

a) Sperma hanya dapat hidup selama 3-4 hari di dalam saluran

genetalia wanita sehingga harus sudah berada di dalam tubafalopii

saat ovulasi terjadi.

b) Ovum hanya dapat hidup selama 12-24 jam sehingga seharusnya

wanita dapat memprediksi ovulasi dengan memantau perubahan

dalam tubuhnya dengan:

(1) Waktu ovulasi,serviks memendek,melunak dan sedikit

berdilatasi.

(2) Lender serviks yang menjadi transparan,licin,dan banyak lendir

tersebut juga dapat diregangkan. Setelah ovulasi,lendir kembali

menjadi kental,lengket,dan jumblahnya menurun.

(3) Mengobservasi suhu tubuh basalnya,yang meningkat sebesar

0,2 derajat celcius segera setelah ovulasi.

Waktu yang optimal untuk mulainya kehamilan adalah dalam

24jam ovulasi.karena itu bila koitus (hubungan seksual) yang dilakukan

dalam waktu selama 24 jam sebelum ovulasi,maka sperma pada tuba

falopi akan siap menerima kedatangan ovum. (Matondang,2014;h 2-3).

Faktor-Faktor yang mempengaruhi wanita pada masa konsepsi

a) Faktor infertilitas pada wanita

Untuk menjadi hamil,wanita perlu memiliki

(1) Siklus ovulasi yang teratur

(4)

b) Faktor psikologis dihindari jangan terlalu banyak beban dalam

kehidupannya sehingga berpotensi terjadinya masalah ovulasi atau

hambatan atau abnormal dalam saluran reproduksi.

2) Masa Implantasi

Adalah penempelan blastosis ke dinding Rahim,yaitu pada

tempatnya tertanam.blastosis biasanya tertanam di dekat puncak

rahim,pada bagian depan maupun dinding belakang.dinding blastosis

memiliki ketebalan 1 lapis sel,kecuali pada daerah tertentu terdiri dari

3-4 sel.

a) sel-sel di bagian dalam dinding blastosis yang tebal akan

berkembang menjadi embrio,sedangkan sel-sel dibagian luar

tertanam pada dinding Rahim dan membentuk plasenta(ari-ari)

b) plasenta menghasilkan hormone untuk membantu memelihara

kehamilan dan memungkin perputaran oksigen,zat gizi serta limbah

antara ibu dan janin.

c) Implantasi mulai terjadi pada hari ke 5-8 setelah pembuahan dan

selesai sampai hari ke 9-10.

d) Dinding blastosis merupakan lapisan luar dari selaput yang

membungkus embrio (korion)

e) Lapisan dalam (amnion) mulai dibuat pada hari ke 10-12 dan

membentuk kantung amnion.

Kantung amnion berisi cairan jernih atau cairan amnion dan akan

mengembang untuk membungkus embrio yang sedang tumbuh yang

(5)

f) Tonjolan kecil atau (villi) dari plasenta yang sedang

tumbuh,memanjang kedalam dinding Rahim,dan membentuk

percabangan seperti susunan pohon

g) Susunan ini menyebabkan penambahan luas daerah kontak antara

ibu dan plasenta,sehingga zat gizi dari ibu lebih banyak yang sampai

ke janin dan limbah lebih banyak di buang dari janin ke ibu.

h) Pembentukan plasenta yang sempurna biasanya selesai pada

minggu ke 18-20,tetapi plasenta akan terus tumbuh selama

kehamilan dan pada saat persalinan beratnya sampai 500gram.

(matondang,2014;h 3-4).

3) Masa perkembangan janin

Lama embrio dalam kandungan (masa embrio) pada manusia

kurang lebih 40 minggu,dengan urutan perkembangannya sebagai

berikut:

a) Janin umur 4 minggu: organ penting seperti jantung sudah

terbentuk,mulai tampak tumbuh telingan dan mata.

b) Janin umur 8 minggu:mirip bayi dengan ukuran kepala yang relative

lebih besar,hidung,mata,telinga,tangan,dan kaki mulai nampak jelas

bentuknya.

c) Janin umur 10 minggu panjang 6 cm terlihat seperti bayi.Ukuran

kepala lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran badannya.selain

itu,perkembangan mata,telinga,jari tangan dan kaki sudah makin

sempurna.

(6)

e) Umur 32 minggu,panjang janin telah mencapai 40cm.

f) Umur 40 minggu,janin siap dilahirkan (9bulan 10hari).

4) Masa perkembangan janin menjadi bayi.

Perkembangan janin selama 9 bulan 10 hari sudah berjalan

secara normal,pada beberapa waktu yang lalu masih berupa janin tetapi

sekarang sudah berbentuk bayi yang sudah siap meninggalkan uterus

untuk keluar dilahirkan kedunia yang luas dan penuh tantangan hidup

termasuk beban untuk mencari makan dengan cara IMD proses

permulaan kehidupan diluar uterus.

5) Diagnose kehamilan

Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester,yaitu trimesterpertama

(0-12 minggu),trimester kedua (13sampai 28 minggu), dan trimester ketiga

(29-42 minggu).

a) Trimester pertama

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode

penyesuaian terhadap kenyataan bahwa ia sedang

mengandung.sebagian wanita merasa sedih dan ambivalen tentang

kenyataan bahwa ia hamil.Fokus wanita adalah pada dirinya

sendiri,validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita

merasa dengan cermat setiap perubahan tubuh yang merupakan

bukti adanya kehamilan.

b) Trimester kedua

Trimester kedua sering dikenal dengan periode kesehatan

(7)

hamil,trimester dua juga merupakan fase ketika wanita menelusur ke

dalam dan paling banyak mengalami kemunduran.

c) Trimester ketiga

Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan

penuh kewaspadaan. Pada peride ini wanita mulai menyadari

kehadiran bayi sebagai mahluk yang terpisah sehingga ia menjadi

tidak sabar menanti kehadiran sang bayi.

b. Tanda dugaan kehamilan

1) Amenora (terlambat datang bulan)

2) Mual muntah (emesis)

3) Ngidam

4) Sinkope atau pingsan

5) Payudara tegang

6) Sering miksi

7) Konstipasi atau obstipasi

8) Pigmentasi kulit

9) Varises.

c. Tanda tidak pasti kehamilan

1) Rahim membesar sesuai umur kehamilan

2) Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda hegar,tanda chadwick,tanda

piskacek,kontraksi Braxton hicks,dan teraba ballottement.

3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.tetapi sebagian

kemungkinan positif palsu.

(8)

2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian kecil janin.

3) Denyut jantung janin.di dengar dengan stetoskop leanec,alat

kardiotokografi,alat Doppler. Dilihat dengan ultrasonografi.pemeriksaan

dengan alat canggih,yaitu rontgen untuk melihat kerangka

janin,ultrasonografi (manuaba,2010;h 107).

e. Perubahan fisiologis dan anatomis pada kehamilan

1) Pembesaran uterus terjadi karena ada kombinasi antara hipertrofi

(peningkatan ukuran sel) dan pengaruh mekanis tekanan interior

terhadap dinding uterus seiring perkembangan janin di dalam

kandungan.

2) Perubahan kardiovaskular/hemodinamik yaitu perubahan yang

memudahkan system kardivaskuler pada ibu memenuhi kebutuhan

janin sambal mempertahankan status kardivaskularnya sendiri.

Perubahan ini disebabkan oleh peningkatan kadar

estrogen,progesterone,dan prostaglandin,dan perubahan ini akan

kembali normal setelah kehamilan berakhir.

3) Perubahan pada ginjal

Sistem ginjal selama kehamilan bukan hanya mengelola zat-zat

sisa dan kelebihan yang dihasilkan akibat peningkatan volume darah

dan curah jantung juga produksi sisa metabolisme,tetapi juga organ

utama yang mengekskresi produk sisa dari janin.selain itu,ginjal sangat

penting sebagai media yang meretensi natrium dan mempertahankan

keseinbangan cairan selama kehamilan serta mempertahankan tekanan

(9)

Faktor yang mempengaruhi pulmonal meliputi pengaruh hormonal

dan perubahan mekanis.perubahan mekanis meliputi elevasi posisi

istirahat difragma kurang lebih 4cm disebabkan oleh tekanan akibat

pembesaran uterus.

5) Pembesaran vena-vena (varices) dapat terjadi pada kaki, betis, dan

vulvabiasanya dijumpai pada triwulan terakhir.

6) Payudara membesar tegang dan sedikit nyeri disebabkan pengaruh

hormone estrogen dan progesterone yang merangsang ductus dan

alveoli payudara, kelenjar montgomeri terlihat lebih membesar.

7) Perubahan perasaan.

8) Berat badan bertambah.

9) Komplikasi atau Tanda Bahaya pada kehamilan

a) Pengertian

Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang

mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama

kehamilan atau periode antenatal jika tidak dilaporkan atau tidak

terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Nugroho, 2014;h. 140).

b) Macam-Macam Tanda Bahaya Kehamilan

Ada 6 tanda bahaya kehamilan selama periode antenatal

menurut Pusdinakes yaitu

(1) Perdarahan pervaginam

(2) Sakit kepala yang hebat

(3) Masalah penglihatan

(10)

(6) Bayi kirang bergerak seprti biasa (Walyani, 2015;h. 154).

c) Macam-macam tanda bahaya yang perlu segera dirujuk untuk

mendapatkan pertolongan:

(1) Keluar darah dari jalan lahir

Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang

normal. Pada masa awal kehamilan ibu mungkin akan

mengalami perdarahan yang sedikit atau spotting disekitar waktu

pertama haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi

dan ini normal terjadi. Pada waktu yang lain dalam kehamilan

perdarahan ringan mungkin2 pertanda dari servik yang rapuh

atau erosi. Perdarahan semacam ini mungkin normal atau suatu

tanda infeksi. Perdarahan yang tidak normal adalah merah,

perdarahan yang banyak, atau perdarahan dengan nyeri.

Perdarahan ini bisa berarti abortus, kehamilan mola atau

kehamilan ektopik, pada kehamilan lanjut perdarahan yang tidak

normal adalah merah, banyak, dan kadang-kadang tetapi tidak

selalu dan disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini

bisa berarti plasenta pervia atau abrupsio plasenta (Nugroho,

2014;h. 141).

(2) Keluar cairan pervaginam

Keluarnya cairan berupa air dari vagina pada trimester 3.

Cairan pervaginam dalam kehamilan normal apabila berupa

perdarahan banyak, air ketuban maupun leukhore yang

(11)

10% mendekati dari semua persalinan dan 4% pada kehamilan

kurang dari 34 minggu (Walyani, 2015;h. 157).

(3) Kejang

Pada umumnya kejang didahului oleh semakin

memburuknya keadaan dan terjadinya gejala-gejala sakit

kepala, mual, muntah, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila

semakin berat penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun

kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan

gejala dari eklampsia kehamilan dapat merupakan gejala dan

eklampsia (Nugroho, 2014;h. 142).

(4) Gerakan janin tidak terasa

Ibu hamil mulai dapat merasakan gerakan bayinya pada

usia kehamilan 16-18 minggu pada multigravida dan 18-20

minggu pada primigravida. Jika bayi tidur, gerakannya akan

melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 3 jam

atau 10 gerakan dalam 12 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah

terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan

minum dengan baik. Tanda dan gejala pegerakan bayi tidak

terasa yaitu gerakan bayi kurang dari 3 kali danam periode waktu

3 jam (Walyani, 2015;h. 158).

(5) Demam Tinggi

Ibu menderita demam denga suhu tubuh lebih dari 380C

dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi

(12)

dan mengompres untuk menurunkan suhu. Demam dapat

disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya

mikoorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita hamil yang

kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala-gejala

penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan

fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama kehamilan,

persalinan dan masa nifas (Nugroho, 2014;h. 142).

(6) Nyeri perut yang hebat

Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan

persalinan adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang

mengidentifikasikan mengancam jiwa adalah yang hebat,

menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat, kadang-kadang

dapat disertai dengan perdarahan lewat jalan lahir (Walyani,

2015;h. 159).

(7) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali

merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius

adalah sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak hilang

dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang

hebat ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi

kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan

adalah gejala pre eklampsia (Nugroho, 2014;h. 143).

(13)

Mual dan muntah adalah gejala yang sering ditemukan

pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari,

gejala ini biasa terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung

selama 10 minggu. Perasaan mual ini karena meningkatnya

kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Mual dan

muntah yang sampai mengganggu aktifitas sehari-hari dan

keadaan umum menjadi lebih buruk dan dinamakan Hiperemesis

Gravidarum (Nugroho, 2014;h. 143).

(9) Selaput kelopak mata pucat

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan

keadaan hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III,

kurang dari 10,5gr% pada trimester II. Nilai tersebut dan

perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi hemodilusi,

terutama pada trimester II. Anemia dalam kehamilan disebabkan

oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak jarang

keduanya saling berinteraksi (Nugroho,2014;h. 144).

f. Menentukan Usia Kehamilan

Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri (Menurut Leopold)

1) 12 minggu 1-2 jari atas symphysis.

2) 16 minggu pertengahan antara Symphysis – pusat.

3) 20 minggu fundus uteri 3 jari bawah pusat.

4) 24 minggu setinggi pusat.

5) 28 minggu 3 jari atas pusat.

(14)

8) 40 minggu pertengahan Px dan pusat.

g. Pelayanan/asuhan standar minimal “14 T” 1) Ukur tinggi badan/berat badan

2) Ukur tekanan darah

3) Ukur tinggi fundus uteri

4) Pemberian imunisasi TT

5) Pemberian tablet zat besi

6) Test terhadap penyakit menular seksual/VDRL

7) Temu wicara/konseling

8) Test/pemeriksaan Hb

9) Test/pemeriksaan protein urin

10) Test reduksi urin

11) Perawatan payudara

12) Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil)

13) Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemic gondok)

14) Terapi obat malaria

h. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan 1) Faktor Fisik

a) Status kesehatan

b) Status gizi

c) Gaya hidup

(15)

2) Faktor Psikologis

a) Stresor internal

Meliputi faktor-faktor pemicu stres ibu hamil yang berasal dari

ibu sendiri.

b) Stresor eksternal

Pemicu stres dari luar, seperti masalah ekonomi, konflik

keluarga, pertengkaran dengan suami, dan masih banyak kasus

yang lain.

c) Dukungan keluarga

d) Kekerasan yang dilakukan oleh pasangan (partner abuse).

3) Faktor lingkungan, sosial, dan budaya.

a) Kebersihan, adat istiadat

b) Fasilitas kesehatan

c) Ekonomi

d) Kekerasan dalam kehamilan

e) Tingkat pendidikan

f) Pekerjaan ( Sulistyawati,2009).

i. Standar pelayanan kesehatan pada ibu hamil

Pelayanan kesehatan ibu hamil diberikan kepada ibu hamil yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang

dikelompokkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama,

trimester kedua, dan trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil

(16)

2) Pengukuran tekanan darah;

3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA);

4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);

5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus

toksoid sesuai status imunisasi;

6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan

7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);

8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan

konseling, termasuk keluarga berencana);

9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin

darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan

darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya); dan

10) Tatalaksana kasus (Kemenkes RI,2015;h.105-106).

j. Kunjungan antenatal

setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa

mengancam jiwanya. Wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali

kunjungan selama periode antenatal yang terdiri dari :

1) Minimal satu kali kunjungan pertama (K1) selama trimester satu (<

14 minggu)

Tujuannya :

a) Penapisan dan pengobatan anemia

b) Perencanaan persalinan

(17)

d) Minimal satu kali kunjungan selama trimester kedua (K2) antara

mnggu 14-28.

Tujuannya :

a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

b) Penapisan preekamsia, gemeli, infeksi alat reproduksi dansaluran

kemih

c) Mengulang perencanaan persalinan

2) Minimal dua kali kunjungan selama trimester ketiga (K3 dan K4)

antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36 sampai lahir.

Tujuannya:

a) Sama seperti kunjungan II dan III

b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentsi

c) Menetapkan rencana persalinan

d) Mengenali tanda persalinan

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah terlambat haid

dan peeriksaan khusus dilakukan jika terdapatkeluhan-keluhan

tertentu(Depkes, 2009).

B. Persalinan

1. Definisi persalinan

Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan

aterm (bukan premature atau postmatur),mempunyai onset yang spontan

(tidak diinduksi),selesai setelah 4jam dan sebelum 24 jam sejak saat

awitannya,mempunyai janin tunggal dengan presentase puncak

(18)

komplikasi,plasenta lahir normal. Menurut mochtrar (1998) persalinan

adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri),yang dapat

hidup ke dunia luar,dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan

lain.persalinan normal disebut juga partus spontan,adalah proses lahirnya

bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga sendiri,tanpa bantuan

alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang

dari 24jam.persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berekontrasi dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan

berakhir dengan lahirnya plasenta (walyani,2016;3-4).

2. Penyebab persalinan

Sebab mulainya persalinan belum diketahui secara pasti.Banyak

faktor yang memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi

persalinan

Beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab persalina adalah:

a. Penurunan kadar progesteron

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya

estrogen meninggikan kerenggangan otot rahim. Selama kehamilan

terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di

dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun

sehingga timbul his.

b. Teori oxytocin

Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah oleh karena itu

timbul kontraksi otot-otot rahim

(19)

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila

dindingnya terenggang oleh karena isinya

d. Pengaruh janin

Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga

memegang peranan, oleh karena itu pada anenchepalus kehamilan

sering lebih lama dari biasa

e. Teori prostaglandin

Progestaglandin yang dihasilkan oleh desidu, disangka menjadi

salah satu penyebab permulaan persalinan. Hal ini juga di dorong

dengan adanya kadar prostaglandin yang tinngi baik dalam air ketuban

maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau

selama persalinan.

3. Fase-Fase Dalam Persalinan

a. Fase-Fase Dalam Kala I Persalinan (Kala Pembukaan)

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan

lengkap (10cm).dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase

1) Fase Laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap,pembukaan kurang dari 4cm

biasanya berlangsung kurang dari 8jam

2) Fase Aktif

Prekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat

(kontraksi adekuat /3kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung

(20)

Fase laten pada kala satu persalinan dimulai pada saat awal

kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servik cara

bertahap, berlangsung selama 8 jam pembukaan ini sangat lambat

sampai mencapai ukuran diameter 3 cm/ kurang dari 4 cm.

b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Pada kala II, his terkodinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira

2-3 cm menit sekali.Kepala janin telah turun masuk ruang panggul

sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara

reflektoris menimbulkan rasa mengedan.Karena pada rectum ibu

merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus membuka.

Pada waktu his,kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan

perineum meregang.dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah

kepala diikuti oles seluruh tubuh janin.

Kala II adalah dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm sampai

bayi lahir proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primipara dan 1

jam pada multi para.

c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)

Kala III adalah dimulai setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta

yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi

lahir,kontraksirahim istirahat sebentar dan mulai terjadi pelepasan

plasenta karena sifat retraksi otot rahim.Tanda-tanda lepasnya plasenta

adalah:

(21)

2) Uterus terdorong keras karena plasenta dilepas kesegment bawah

rahim

3) Tali pusar memanjang

4) Terjadi perdarahan

Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara

dorso kranial pada fundus uteri.Disertai dengan pengeluaran darah

kira-kira 100-200 cc.

d. Kala IV (Kala 2 jam Post Partum)

Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap

bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selang kurang lebih dari

dua jam.dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina,tapi

tidak banyak,yang berasal dari pembuluh darah yang ada didinding

rahim tempat terlepasnya plasenta,dan setelah beberapa hari tanda

akan mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut lochea yang

berasal dari sisa sia jaringan,pada beberapa keadaan, pengeluaran

darah setelah proses kelahiran menjadi banyak. Ini disebabkan bebrapa

faktor seperti lemahnya kontraksi atau tidak berkontraksi oto-otot rahim.

Oleh karena ityu perlu dilakukan pengawasan sehingga jika perdarahan

semakin hebat,dapat dilakukan tindakan secepatnya. (walyani,2016;h

12-15)

e. Faktor-faktor penting dalam persalinan

1) Power (HIS atau kontraksi otot rahim)

a) Kontraksi otot dinding

(22)

2) Passagger : janin dan plasenta

3) Passage :jalan lahir lunak dan tulang jalan lahir

(walyani,2016.h.17-21)

4) Psikis ibu

Dapat berupa cemas, khawatir, tidak percaya diri bahwa persalinan

dapat berlangsung lancar

5) Penolong

Dapat berupa keterampilan penolong dalam melakukan asuhan

kebidanan maupun mengambil keputusan.

f. Rencana Asuhan Kala I, II, III, IV

1)

Asuhan kala I

Menurut (Sondakh, 2013;h.114) ada beberapa rencana

tindakan dalam asuhan kala I dapat dilihat pada penjelasan dibawah

ini :

a) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi

b) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan, dan obat-obatan yang

diperlukan

c) Persiapan rujukan

d) Memberikan asuhan sayang ibu

e) Pengurangan rasa sakit

Menurut varney, pendekatan untuk mengurangi rasa sakit

dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a) Menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan

(23)

b) Pengaturan posisi: duduk atau setengah duduk, merangkak,

berjongkok, berdiri, atau berbaring miring kekiri.

c) Relaksasi pernafasan

d) Istirahat dan privasi

e) Penjelasan mengenai proses/kemajuan persalinan/prosedur yang

akan dilakukan

f) Asuhan diri

g) Sentuhan

2)

Asuhan kala II

a) Pemantauan ibu

Tanda-tanda dan gejala kala II adalah sebagai berikut:

(1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi

(2) Ibu merasakan makin menningkatnya tekanan pada rectum

dan atau vagina.

(3) Perineum terlihat menonjol

(4) Vulvva vagina dan sfingter ani terlihat membuka

(5) Peningkatan pengeluaran lendir darah.

Tindakan yang dilakukan untuk mengevaluasi

kesejahteraan ibu adalah sebagai berikut:

(1) Tanda-tanda vital:tekanan darah(setiap 30 menit), suhu,nadi

(setiap 30 menit),pernafasan

(2) Kandung kemih

(24)

(4) Hidrasi: cairan, mual, muntah.

(5) Kondisi umum: kelemahan dan keletihan fisik, tingkah laku,

dan respons terhadap persalinan, serta nyeri dan

kemampuan koping.

(6) Upaya ibu meneran.

(7) Kontraksi setiap 30 menit.

b) Kemajuan persalinan

Jika terjadi penurunan janin selama kala I fase aktif dan

memasuki fase pengeluaran, maka dapat dikatakan kemajuan

persalinan cukup baik. Menurut friedmann, durasi waktu untuk

kala II rata-rata adalah 1 jam untuk primigravida dan 15 menit

untuk multipara. Pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam

bagi primigravida atau 1 jam bagi multipara. Dianggap sudah

abnormal, tetapi saat ini hal tersebut tidak mengindikasikan

perlunya melahirkan bayi dengan forcep atau vakum ekstraksi.

c) Pemantauan janin

Beberapa hal dari janin yang harus selalu dperhatikan adalah:

(1) Denyut jantung janin DJJ

(a) Denyut normal 120-160 kali/menit

(b) Perubaahan DJJ, pantau setiap 15 menit.

(c) Variasi DJJ dari DJJ dasar

(d) Pemeriksaan auskultasi DJJ setiap 30 menit.

(2) Adanya air ketuban dan karakteristiknya (jenih, keruh,

(25)

(3) Penyusupan kepala janin

d) Asuhan Dukungan

Beberapa asuhan dan dukungan yang dapat diberikan

adalah sebagai berikut:

(1) Pemberian rasa aman, dukungan, dan keyakinan kepala ibu

bahwa ibu mampu bersalin.

(2) Membantu pernafasan

(3) Membantu teknik meneran

(4) Ikut sertakan dan hormati keluarga yang menemani

(5) Berikan tindakan yang menyenangkan

(6) Penuohi kebutuhan hidrasi

(7) Penerapan pencegahan infeksi

(8) Pastikan kandung kemih kosong.

3)

Asuhan kala III

a) Perubahan fisiologis pada kala III

(1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus

Menurut (Sondakh, 2013;h.136) Setelah bayi lahir dan

sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk

bulat penuh, dan tinggi fundus biasanya terletak dibawah

pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke

(26)

buah pir atau alpukat, dan fundus berada diatas pusat (sering

kali mengarah ke sisi kanan).

(2) Tali pusat memanjang

Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda

ahfeld)

(3) Semburuan darah mendadak dan singkat

Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan

membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya

gravitasi. Apabila kumpulan darah(retroplacental pooling)

dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam

plasenta melebihi kapasitas tampungnya, maka darah akan

tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.

b) Manajemen aktif kala III

Tujuan manajemen kala III adalah untuk menghasilkan

kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat

waktu, mencegah perdarahan, dan mengurangi kehilangan kala III

persalinan jika di bandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.(

Sondakh, 2013;h. 136).

Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama, yaitu:

(1) Memberikan suntikan oksitosin dalam satu menit pertama

setelah bayi lahir.

(2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali

(3) Masase fundus uteri.

(27)

Prosedur penegangan tali pusat secara terkendali adalah:

(a) Berdiri di samping ibu.

(b) Memindah klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat

kala II) pada tali pusat sekitar 5-20 cm dari vulva,

memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan

mencegah avulsi.

(c) Meletakan tangan yang satunya pada abdomen ibu

(beralaskan kain) tepat di atas sympisis pubis. Tangan ini

digunakan untuk meraba kontraksi uterus dan menahan

uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat.

4)

Asuhan kala IV

Kala IV merupakan tahap pemulihan yaitu periode, yaitu

periode yang kritis untuk ibu dan bayi baru lahir. Mereka bukan saja

pulih dari proses fisik persalinan, tetapi juga memulai suatu

hubungan baru.

a) Penatalaksanaan Kala IV

Beberapa tindakan penatalaksanaan pada kala IV antara lain:

(1) Memonitor konsistensi uterus. Uterus harus berkontraksi

secara efektif, teraba padat, dan keras.

Memperhatikan adanya uterus berelaksasi, terutama pada ibu

yang memiliki:

(a) Riwayat atoni uterus pada kehamilan sebelumnya

(28)

(c) Distensi berlebihan pada uterus, misalnya pada

kehamilan kembar, polihidramnion, atau makrosomia.

(d) Induksin atau augmentasi persalinan

(e) Persalinan presipiatus

(f) Persalinan memanjang.

(2) Mengecek kelengkapan plasenta dan membran psds saat

inspeksi.

(3) Mengecek status kandung kemih

(4) Meminta ketersediaan orang kedua untuk memantau

konsistensi uterus dan aliran lokia, serta membantu masase

uterus.

(5) Menilai kemampuan pasangan ibu-bayi untuk memulai

pemberian ASI (Sondakh, 2013;h. 145)

b) Posisi Ibu Dalam Bersalin (Mochtar, 2012;h.76-77).

(1) Posisi litotomi

Adalah posisi yang paling umum, wanita berbaring

terlentang dengan lutut ditekuk, kedua paha diangkat ke

samping kanan dan kiri.

(2) Posisi duduk

Sekarang posisi bersalin duduk telah dikembangkan di

negara-negara Amerika Latin. Untuk itu,dibuat meja bersalin

khusus agar wanita dapat duduk sambil melahirkan.

(3) Cara berbaring

(29)

(b) Menurut Tjeenk Willink memakai bantal

(c) Menurut Jonges untuk memperlebar pintu bawah

panggul

(d) Menurut posisi sims posisi miring

c) Faktor-faktor persalinan (Sondakh,2013;h.54-103).

(1) Faktor passenger

Adalah salah satu faktor yang mempengaruhi proses

persalinan yang biasa disebut dengan faktor penumpang.

Bagian yang termasuk dalam faktor ini adalah janin dan

plasenta.

(2) Faktor passage

Atau disebut dengan jalan lahir diklasifikasikan menjadi

dua jenis, yaitu jalan lahir lunak (serviks, vagina, otot rahim)

dan jalan lahir keras (os coxae,os sacrum, os coccygis).

(3) Faktor power

Merupakan tenaga yang dikelurkan untuk melahirkan

janin, yaitu kontraksi uterus atau his dari tenaga mengejan

ibu. Untuk menghasilkan suatu persalinan normal, maka

tenaga yang dikeluarkan ibu juga harus normal.

(4) Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas yang dialami ibu akan

berpengaruh pada lamanya persalinan, his kurang baik, dan

pembukaan yang kurang lancar. Menurut Pitchard, dkk.,

(30)

menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan bepengaruh

terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga

persalinannya lama. Apabila perasaan takut dan cemas yang

dialami ibu berlebihan, maka akan berujung pada stres.

(5) Faktor penolong

Sebagian besar ibu hamil berbicara mengenai

pentingnya bagi mereka untuk merasa mengendalikan proses

persalinannya. Bagaimana juga, pada prosesnya terdapat

bagian-bagian dimana ibu merasa lepas kendali, yaitu saat

ibu mengalami kontraksi yang sangat kuat dan keras.

Disitulah dukungan dari keluarga/ suami sangat penting

karena akan mengurangi lamanya proses kelahiran.

Kecenderungan pemakaian obat-obtan penghilang rasa nyeri

akan berkurang, dan menurunkan kejadian kelahiran operatif

per vagina, walaupun tanpa menghiraukan apakah penolong

tersbut merupakan pilihan ibu tau bidan.

d) 60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL

Melihat tanda dan gejala kala dua

(1) Mengamati tanda dan gejala persalinan

(a) Ibu mempunyai keiginan untuk meneran.

(b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meninggkat pada

rectum dan atau vaginanya.

(c) Perineum menonjol.

(31)

Menyiapkan pertolongan persalinan

(2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat obatan esensial

siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus

set.

(3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih.

(4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir dan

mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai atau

pribadi yang bersih.

(5) Memakai satu sarung DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

(6) Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril)

dan meletakan kembali di partus set atau wadah disinfeksi

tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik).

Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik

(7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan

hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas

atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi.Jika

mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh

kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara

menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau

(32)

Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakan

kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan

dekontaminasi).

(8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan

serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah,

sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

(9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam

larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam

keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.

(10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi

berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas

normal(100-180 kali/menit).

(a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

(b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ,

dalam semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya

pada partograf.

Menyiapkan ibu dan keluarga untuk Membantu Proses Meneran

(11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman

(33)

(a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk

meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan

kenyamanan ibu serta jani sesuai dengan pedoman

persalinan aktif dan mendokumentasikan

temuan-temuan.

(b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana

mereka dapat mendukung dan memberi semangat

kepada ibu saat ibu mulai meneran.

(12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran (pada saat ada HIS, bantu ibu dalam posisi

setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

(13) Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran :

(a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran.

(b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

(c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

dengan pilihannya (tidak maminta ibu berbaring

terlentang).

(d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

(e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

(34)

(g) Menilai DJJ setiap 5 menit.

(h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran

untuk ibu primipara atau 60 menit (1jam)untuk ibu

multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai

keinginan meneran.

(i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau

mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin

meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai

meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan

beristirahat diantara kontraksi.

(j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu

dengan segera.

Persiapan pertolongan kelahiran bayi

(14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6

cm, letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk

mengeringkan bayi.

(15) Letakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong

bayi.

(16) Membuka partus set.

(17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

(35)

(18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,

letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan

yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, biarkan

kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk

meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala

lahir.

(19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi

dengan kain atau kassa yang bersih.

(20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera

proses kelahiran bayi:

(a) Jika tali pusat melilit janin dengan longgar, lepaskan lewat

bagian atas kepala bayi.

(b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya

di dua tempat dan memotongnya.

(21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

Lahirnya bahu

(22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan

kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi.

Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.

Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar

(36)

kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah

luar untuk melahirkan bahu posterior.

(23) Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bawah ke arah perineum,

membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan

tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat

melewati perineum, gunakan lengan bawah untuk

menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan

anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan

anterior bayi saat keduanya lahir.

(24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang

ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua

mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

Penanganan Bayi Baru Lahir

(25) Menilai bayi selintas dengan cepat (dalam 30 detik),

kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi

kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat

terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang

memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan

resusitasi.

(26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk

dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan

(37)

(27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira kira 3 cm dari

pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem

kearah ibu dan memasang klem kesua 2 cm dari klem

pertama (ke arah ibu).

(28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi

dari gunting dan memotong tali pusat di Antara dua klem

tersebut.

(29) Mengeringkan bayi, menganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan

kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat

terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil

tindakan yang sesuai.

(30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

Oksitosin

(31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi

kedua.

(32) Memberitahu kepada ibu baha ia akan disuntik.

(33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan

oksitosin 10 unit. IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu

bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

(38)

(34) Memindahkan klem pada tali pusat.

(35) Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu,

tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.

Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

(36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan

belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu

mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir

setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

(a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang

anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting

susu.

Mengeluarkan Plasenta

(37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.

(a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem

(39)

(b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan

tali pusat selama 15 menit.

(c) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.

(d) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi

kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika

perlu.

(e) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(f) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

(g) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit

sejak kelahiran bayi.

(38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang

plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut

perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

(a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan

disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina

dan servick ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari

tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi

atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang

tertinggal.

(40)

(39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

massase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan

lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

Menilai Perdarahan

(40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

plasenta dan selaput ketubanl engkap dan utuh. Meletakkan

plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

(a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase

selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

(41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum

dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan

aktif.

Melakukan prosedur pascapersalinan

(42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi

dengan baik.

(43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan

kedalam larutan klorin 0,5 % membilas kedua tangan yang

masih bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksitingkat

tinggi dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering.

(44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau

steril atau mengikatkan disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul

(41)

(45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang

bersebrangan dengan simpul mati yang pertama.

(46) Melepaskan klem bedah dan dan meletakkanya kedalam

larutan klorin 0,5 %.

(47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

(48) Menganjurkan ibu untuk memualai pemberian ASI.

(49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervagina.

(a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

(b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.

(c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

(d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan

perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia

uteri.

(e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,

lakukan penjahitan dengan anestesia local dan

menggunakan teknik yang sesuai.

(50) Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana melakukan

masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

(51) Mengevaluasi kehilangan darah.

(52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan

(42)

(a) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam

selama dua jam pertama pascapersalinan.

(b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang

tidak normal.

Kebersihan dan Keamanan

(53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas

peralatan setelah dekontaminasi.

(54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam

tempat sampah yang sesuai.

(55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah.

Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

(56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan

ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman

dan makanan yang di inginkan.

(57) Mendekontaminasi daerah yang di gunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih.

(58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5

%, membalikkan bagian dalam keluar dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.

(59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

(43)

(60) Melengkapi patrograf (halaman depan dan belakang)

(Sarwono 2010 hal:341-347).

C. Nifas

1. Definisi Nifas

Dalam bahasa latin waktu tertentu setelah melahirkan anak ini

disebut puerpurium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous

melahirkan. Jadi, puerpurium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa

nifas atau puerpurium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama

(44)

singkat tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu relatif

pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40

hari. Jadi masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai

alat-alat reproduksi pulih setelah sebelum hamil dan secara normal masa nifas

berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.(walyani,2015:hal.113)

2. Periode Nifas

Pada periode nifas ini dibagi dalam 3 tahap antara lain :

a. Immediate Puerperium

Keadaan yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24 jam setelah

persalinan.

b. Early puerperium

Masa 24 jam setelah persalinan sampai hari ke-7 postpartum

c. Late Puerperium

Masa minggu pertama sampai minggu ke-6

postpartum.(walyani,2015:hal.113)

3. Perubahan Fisiologis pada masa nifas Perubahan fisiologisl pada masa nifas meliputi :

a. Involusi uterus

Involusi uterus adalah perubahan yang merupakan proses

kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi

dilahirkan sehingga mencapai keadaan sebelum hamil.

Tabel 2.1

Involusi Tinggi Fundus Uteri Hari 1

(45)

Hari ke 2

1 jari bawah pusat Hari ke 3

2 jari di bawah pusat Hari ke 4

2 jari atas sympysys Hari ke 7

1 jari atas sympysys Hari ke 10

Setinggi sympysys

b. Involusi tempat plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan

permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak

tangan.Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke 2 hanya

sebesar 3-4 cm. Dan pada akhir nifas 1-2 cm.

c. Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak

pembuluh-pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak

diperlukan lagi peredaran darah yang banyak, maka arteri harus

mengecil kembali dalam masa nifas.

d. Perubahan pada cervix dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui

oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena

robekan dalam persalinan.pada akhir minggu pertama hanya dapat

dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan

bagian atas canalis cervicallis. Pada cervix terbentuk sel-sel otot baru,

karena hyperplasi ini dan karena retraksi dari cervix, robekan cervix

(46)

Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun

menvapai ukuran-ukurannya yang normal.Pada minggu ke-3

postpartum rugae mulai nampak kembali.

e. Dinding perut dan peritoneum

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu

lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.

f. Saluran kencing

Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitive dan

kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau

sesudah kencing masih tinggal urin residual.Sisa urin ini dan trauma

pada dinding kandung kencing waktu persalinan memudahkan

terjadinya infeksi.Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali dalam

waktu 2 minggu.

g. Lochea

Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus dan luka jalan

lahir dari vagina dalam masa nifas. Dalam keadaan normal lochea

berbau amisberasal dari bekas melekatnya plasenta.

Macam-macam lochea :

1) Lochea rubra (Cruenta)

Terdiridariseldesidua, vernikscaseosa, rambut lanugodan

meconium. Berwarna merah, keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-2

postpartum.

(47)

Pada hari ke-3 sampai hari ke-7 postpartum, berwarna

kekuning-kuningan berisi darah dan lender.

3) Lochea serosa

Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14 berwarna kekuningan.

4) Lochea alba

Keluar pada 2 minggu postpartum, berwarna putih.

5) Lochea purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, berbau busuk. h. Laktasi

(walyani,2015:hal.116)

4. Asuhan masa nifas

a. Kunjungan I (6-8 jam post partum)

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

2) Pemantauan keadaan umum ibu

3) Melakukan hubungan antara bayi dan ibu ( Bonding Attachment )

4) ASI eksklusif

b. Kunjungan II (6 hari) :

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tanda- tanda perdarahan

abnormal

2) Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi dan perdarahan

abnormal

3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup

(48)

5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit

c. Kunjungan III (2 minggu) :

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tanda- tanda perdarahan

abnormal

2) Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi dan perdarahan

abnormal

3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup

4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi

5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit

d. Kunjungan IV (6 minggu)

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini, Imunisasi, senam nifas,

dan tanda – tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi.

(walyani,2015:hal.121)

5. Masalah dan komplikasi yang mungkin timbul saat nifas a. Keadaan abnormal pada uterus atau Rahim

1) Sub involusi uterus

Proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya,

sehingga proses pengecilanya terlambat. Penyebab terjadinya sub

involusi uteri adalah terjadi infeksi pada endometrium, terdapat sisa

(49)

2) Perdarahan

Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama sehabis

persalinan akibat infeksi, sisa plasenta atau selaput ketuban.

3) Infeksi nifas

Yaitu mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh

masuknya kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan

dan nifas.

b. Keadaan abnormal pada payudara

1) Mastitis Dalam masa nifas daat terjadi infeksi dan peradangan pada

mamae melalui luka pada putting susu atau melalui peredaran darah

yang ditandai dengan kenaikan suhu, tidak nafsu makan.

2) Bendungan ASI dan Abses payudara

D. Bayi Baru Lahir

1. Definisi Bayi Baru Lahir

Menurut (sodakh,2013;h.150) dikutip dari (sarwono,2005) Bayi baru

lahir adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan

berat lahir antara 2500-4000 gram.

2. Perawatan segera setelah bayi lahir

Perawatan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan

pada bayi tersebut selama satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian

besar bayi yang baru lahir akan menunjukan usaha pernafasan spontan

dengan sedikit bantuan/ gangguan.

Persediaan alat-alat yang diperlukan di kamar bersalin.

(50)

b. Tabung oksigen dengan alat pemberi oksigen kepada bayi.

c. Untuk menjaga kemungkinan terjadinya asfiksia perlu di sediakan

laringoskop kecil,masker muka kecil,kanula trakea,ventilator kecil untuk

pernapasan buatan; selain itu perlu pula disediakan obat-obatan seperti

larutan glukosa 40%,larutan bikarbonas natrikus 7,5% dengan alat

suntiknya dan nalorfin sebagai antidotum terdapat obat-obatan berasal

dari morfin atau petidin yang dapat mengakibatkan penekanan

pernafasan pada bayi serta pemberian vitamin k untuk mencegah

terjadinya pendarahan sebagai akibat dari ibu nyang mendapat

penobarbital dan Phenytoin,bayi yang kekurangan vit k yang perlu

sebagai koenzim untuk membentuk faktor II,VII,IX,X serta bayi yang

mendapat air susu ibu.

d. Alat pemotonga dan pengikat tali pusat serta antiseptik dan kasa steril

untuk merawat tali pusat.

e. Tanda pengenal bayi yang sama dengan ibu.

f. Tempat tidur bayi atau ingkubator yang selalu dalam keadaan hangat.

g. Lain-lain seperti kapas,kasa,baju bayi,dan antiseptik.

h. Stop-watch dan termometer.

i. Siapkan meja resusitasi dengan suhu ruangan yang hangat.

(walyani,2016;h.118-119)

1) Sambil secara cepat menilai pernafasannya, letakan bayi dengan

handuk diatas perut ibu dengan kain bersih dan kering atau kassa,

lap darah atau lendir dari wajah bayi untuk mencegah terhalangnya

(51)

2) Periksa ulang pernafasan bayi.

j. Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun,

berikanlah asuhan berikut :

1) Pertahankan Suhu Tubuh Bayi

2) Hindari memandikan bayi sehingga sedikitnya 6 jam dan hanya

setelah itu jika suhunya 36,50C.

3) Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi

harustertutup.

3. Pemeriksaan Fisik Bayi

Lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap, ketika memeriksa bayi batu

lahir haruslah diperhatikan hal-hal berikut :

a. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan

b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung

tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi.

c. Lihat, dengarkan, dan rasakan tiap-tiap daerah, dimulai dari kepala, dan

berlanjut secara sistematik menuju jari kaki.

d. Jika ditemukan factor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut

yang memang diperlukan.

4. Pemberian vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada

bayi baru lahir.

5. Identifikasi Bayi

Alat pengenal untuk mempermudah identifikasi bayi, perlu segera

(52)

kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya/terpasang

sampai waktu bayi dipulangkan.

6. Perawatan Lain

a. Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap

4 jam), mulai dari hari pertama.

b. Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat, dan kering dengan mengganti

popok dan selimut sesuai dengan kebutuhan. Pastikan bayi tidak terlalu

dingin (dapat menyebabkan dehidrasi, ingat bahwa kemampuan

pengaturan suhu bayi masih dalam perkembangan). Apa saja yang

masuk ke dalam mulut bayi haruslah bersih.

c. Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering

d. Peganglah, sayangi, dan nikmati kehidupan bersama bayi.

e. Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu

f. Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit atau infeksi

g. Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusu kurang baik.

7. Jadwal Pemberian Imunisasi

Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi pada Bayi

(53)

Campak

8. Reflek-reflek pada Bayi Baru Lahir

a. Refleks menghisap (sucking reflex)

Reflek ini ditandai dengan bayi menoleh kearah stimulus,

membuka mulutnya, memasukan putting dan menghisap.

b. Refleks menggenggam (palmar grasp reflex)

Grasping Reflex adalah refleks gerakan jari-jari tangan

mencengkram benda-benda yang disentuhkan ke bayi, indikasi syafar

berkembang normal – hilang setelah 3-4 bulan Bayi akan otomatis

menggenggam jari ketika Anda menyodorkan jari telunjuk kepadanya.

c. Refleks leher (tonic neck reflex)

Akan terjadi peningkatan kekuatan otot (tonus) pada lengan dan

tungkai sisi ketika bayi Anda menoleh ke salah satu sisi.

d. Refleks mencari (rooting reflex)

Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh

bagian pinggir mulutnya.

e. Refleks moro (moro reflex)

Releks Moro adalah suatu respon tiba tiba pada bayi baru lahir

yang terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan.

(54)

Refleks primitif pada bayi berupa gerakan jari-jari mencengkram

ketika bagian bawah kaki diusap, indikasi syaraf berkembang dengan

normal. Hilang di usia 4 bulan

g. Swallowing Reflex

Swallowing Reflex adalah refleks gerakan menelan benda-benda yangdidekatkan ke mulut, memungkinkan bayi memasukkan makanan

ada secara permainan tapi berubah sesuai pengalaman

h. Refleks tonic neck

Disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan

dan akan menghilang pada sekitar usia lima

bulan.(Purwoastuti,2016:hal117-125)

9. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Kunjungan neonatus (KN) menurut profil kesehatan Indonesia

2014;h.110) dilakukan sejak bayi usia satu hari sampai usia 28 hari yaitu:

a. KN 1 dilakukan pada umur 6-48 jam

Tindakan yang dilakukan antara lain jaga kehangatan bayi,

memberikn ASI eksklusif, penceghan infeksi, merawat tali pusat, berikan

imunisasi Hb 0

b. KN 2 dilakukan pada umur 3-7 hari

Tindakan yang dilakukan antara lain menjaga tali pusat dalam

keadaann kering dan bersih, memberikan ASI eksklusif, menjaga suhu

tubuh bayi, pemeriksaan tanda bahaya, konseling ASI eksklusif dan

pencegahan hipotermi

(55)

Tindakan yang dilakukan yaitu sama dngn kunjungan pada mur

3-7 hari hanyaa ditambahkanpemberian iimuunisasi BCG

(56)

E. PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) 1. Definisi

Keluarga Berencana merupakan usaha suami istri untuk mengukur

jumlah dan jarak yang di inginkan.usaha yang dimaksud termasuk

kontrasepsin atau pencegahan kehamilan perencanaan keluarga.prinsif dasar

metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan

membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi

untuk berimplementasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim.

(purwoastuti,2015;hal 182)

2. Jenis-Jenis Kontrasepsi

Jenis-jenis kontrasepsi dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kontrasepsi

alami, kontrasepsi mekanis, kontrasepsi hormonal, dan kontrasepsi mantap.

a. Spermisida

Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia

(non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma.jenis spermisida

terbagi menjadi :

1) Aerosol (busa)

2) Teblet vagina,suppositoria atau dissolvable film.

3) Krim.

b. Cervical cap

Merupakan kontasepsi wanita,terbuat dari bahan latex,yang

(57)

Cervical cap berfungsi sebagai barier (penghalang) agar sperma tidak

masuk kedalam rahim sehingga tidak terjadi kehamilan.setelah

berhubungan suami istri cap tidak boleh dibuka minimal selama 8 jam.agar

efektif,cap biasanya dicampur pemakaiannya dengan jeli spermisidal

(pembunuh sperma).

c. Suntik

Suntik kontrasepsi diberikan setiap 3 bulan sekali.suntikan

kontrasepsi mengandung hormon progestogen yang menyerupai hormon

progesteron yang di produksi oleh wanita selama 2 minggu pada setiap

awal siklus menstruasi.hormon tersebut mencegah wanita untuk

melepaskan sel telur sehingga memberikan efek kontrasepsi.banyak klinik

kesehatan yang menyarankan penggunaan kondom pada minggu pertama

saat suntik kontrasepsi.sekitar 3 dari 100 orang yang menggunakan

kontrasepsi suntik dapat mengalami kehamilan pada tahun pertama

pemakaian.

d. Kontrasepsi darurat IUD

Alat kontrasepsi intrauterine device (IUD) dinilai efektif 100% untuk

kontrasepsi darurat.hal itu tergambar dalam sebuah studi yang melibatkan

sekitar 2000 wanita china yang menggunakan alat ini 5 hari setelah

melakukan hubungan intim tanpa pelindung.alat yang disebut copper

T380A,atau copper T bahkan efektif dalam mencegah kehamilan dalam

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi pada Bayi
Tabel 2.4 Penapisan metode Kontrasepsi Hormonal
Tabel 2.5 Penapisan KB Tubektomi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul PENGARUH KONSENTRASI BUNGA TELANG (Clitoria Ternatea) SEBAGAI TAMBAHAN BAHAN MAKANAN TERHADAP

Knowledge management merupakan kegiatan organisasi dalam mengelola pengetahuan sebagai aset, dimana dalam berbagai strateginya ada penyaluran pengetahuan yang tepat

Perhitungan Limbah Cair yang Dihasilkan Selama Proses

Dalam penelitian ini penerapan strategi Word Of Mouth yang dilakukan di Wisata Edukasi Kampung Coklat dalam Meningkatkan Pendapatan Perusahaan adalah dengan menunjuk

Setelah selesai, Windows Server 2003 Setup akan me-restart komputer dan.

Saya bersekolah di YSKI mulai dari SD hingga SMU. Selama itu pula secara tidak saya sadari, karakter saya dibentuk disana tidak hanya menjadi manusia yang

• The law of demand states that, other things equal, the quantity demanded of a good falls when the price of the good rises.0. The Demand Curve: The Relationship between Price

Menurut pendapat Smith dan Chaffey, “ internet marketing atau biasa di sebut juga sebagai digital marketing merupakan inti dari sebuah ebusiness, dengan semakin dekatnya