• Tidak ada hasil yang ditemukan

TREND PERKEMBANGAN HUTANG LUAR NEGERI DAN DEBT SERVICE RATIO DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 19961997-2005 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TREND PERKEMBANGAN HUTANG LUAR NEGERI DAN DEBT SERVICE RATIO DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 19961997-2005 SKRIPSI"

Copied!
211
0
0

Teks penuh

(1)

TREND

PERKEMBANGAN

HUTANG LUAR NEGERI DAN

DEBT SERVICE RATIO

DI INDONESIA

TAHUN ANGGARAN 1996/1997-2005

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh

Christina Yuyun Kurniawati

NIM 031324001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

T UHAN

MEMBUAT SEGALA SESUAT U

INDAH PADA WAKT UNY A

T IDAK PERNAH T ERLAMBAT

AT AU

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

De ngan Bangga

Aku Pe rse mbahkan Karya Ke cil Ini

Kepada

ALLAH TRI TUNGGAL MAHA KUDUS

BAPA, PUTERA, DAN ROH KUDUS

SANTA PERAWAN MARIA

BESERTA SEMUA ORANG KUDUS DI SURGA

KEDUA ORANG TUA

Makarius Parwoto se rta Monica Sri Rahayu

KAKAK SERTA ADIK

The re sia Alit Elia Kurniasari se rta Andre as Yayan Kurniawan

ORANG-ORANG YANG SELALU BERTANYA ‘Kapan lulus....?’

ALMAMATER

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

(7)

vii

ABSTRAK

TREND PERKEMBANGAN

HUTANG LUAR NEGERI DAN DEBT SERVICE RATIO

DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 1996/1997-2005

Christina Yuyun Kurniawati Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah trend perkembangan hutang luar negeri pemerintah tahun anggaran 1996/1997-2005, trend perkembangan hutang luar negeri swasta tahun anggaran 1996/1997-2005, trend perkembangan cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah tahun anggaran 1996/1997-2005, trend perkembangan cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta tahun anggaran 1996/1997-2005, trend perkembangan debt service ratio hutang luar negeri pemerintah tahun anggaran 1996/1997-2005, dan trend perkembangan debt service ratio hutang luar negeri swasta tahun anggaran 1996/1997-2005.

Penelitian ini menggunakan trend sekuler dengan metode kuadrat terkecil, rumus yang digunakan adalah Y’ = a + bX. Data yang harus dicari terlebih dahulu yaitu jumlah hutang luar negeri pemerintah, jumlah hutang luar negeri swasta, jumlah cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah, jumlah cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta, nilai debt service ratio hutang luar negeri pemerintah, dan nilai debt service ratio hutang luar negeri swasta pada tahun anggaran 1996/1997-2005. Sumber data merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari Bank Indonesia, serta literatur lain yang mendukung.

(8)

viii

ABSTRACT

THE TREND OF FOREIGN DEBT AND DEBT SERVICE RATIO DEVELOPMENT IN INDONESIA

DURING 1996/1997-2005 BUDGETS YEARS

Christina Yuyun Kurniawati Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The research aimed to find out how the trend of (1) government's foreign debt development; (2) private sectors' foreign debt development; (3) government's flat installment and foreign debt interest development; (4) private sectors' flat installment and foreign debt interest development; (5) debt service ratio development of government's foreign debt and (6) debt service ratio of private sectors' foreign debt during 1996/1997-2005 budget years.

The research applied seculer trend with the lowest square method, and applied Y' = a + bX formula. Data that had to be found first were the total of government's foreign debt, private sector's foreign debt, government's flat installment and foreign debt interest, private sectors' flat installment and foreign debt interest, the value of debt service ratio of government's foreign debt, debt service ratio of private sectors' foreign debt during 1996/1997-2005. Data resources were secondary data which were acquired from various sources such as Indonesian Bank and other supporting literatures,

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat rahmat, karunia, serta penyertaan-Nya, penyusunan skripsi dengan judul ”TREND

PERKEMBANGAN HUTANG LUAR NEGERI DAN DEBT SERVICE

RATIO DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 1996/1997-2005 ini dapat

terlaksana dengan lancar. Penyusunan skripsi merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi.

Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan pihak–pihak lain, penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati maka penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Sutarjo Adisusilo, J. R, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

3. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M. Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi dan juga sebagai dosen pembimbing I, atas semua bimbingan dan pengarahan yang diberikan dari awal sampai akhir dalam proses penyusunan skripsi ini.

(10)

x

5. Yohanes Maria Vianney Mudayen S.Pd, selaku Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah banyak membantu proses penyusunan skripsi ini.

6. Indra Darmawan S. E., M. Si selaku Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi atas semua kritik dan saran yang diberikan yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi ini.

7. Segenap dosen yang telah membantu penulis dalam memperoleh pengetahuan dan mengembangkan segenap kemampuan berpikir, selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma ini.

8. Mbak Titin, yang selama ini telah membantu penulis di dalam mengatur urusan administrasi selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma ini.

9. Segenap karyawan di UPT Perpustakaan Mrican Sanata Dharma, atas segala fasilitas yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar.

10.Makarius Parwoto serta Monika Sri Rahayu, selaku orang tua penulis yang telah banyak memberikan dukungan baik spiritual maupun material, motivasi dan telah berhasil mengantarkan penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Universitas Sanata Dharma ini

(11)

xi

12.Beasiswa Student Fund, Beasiswa Yayasan Salim dan Beasiswa Bantuan Mahasiswa, atas semua dana yang diberikan sehingga dapat membantu kelangsungan studi penulis dalam menempuh kuliah.

13.Laela Dian Cahyani, Yulita Afiana, Sisilia Yuli Utami, Lina Korniati, Mbak Erawati, Mbak Deta, Siska Kodong,...kalian sangat berarti

istimewa di hati s’lamanya rasa ini jika nanti kita tua dan hidup

masing-masing ingatlah hari ini...

14.All crew in Pendidikan Ekonomi 2003...Meyta Diah

Sukmawati----Eka Yulianti----Urbanus Yulianto ----Veronika Krisniati----Caecilia

Riska Nugraheni----Ika Yoganingsih---Retno Widaningsih----Pipit

Anistia Ageska----Monika Hendrati Saptorini----Katarina Tri

Wikandari----Asti Vitaningrum---Shinta Dewi Rahmasari ----Yustinus

Hadi Rinoto----Bonaventura----Anang Gathot Pribadi----Anastasia

Aspertiwiyana----Frederikus B.W Dopo --Stephanus Adika

Saptawindu----Diah Ambar

Susanti----Purwaningsih----Widyaningsih----Yulius Kristianto----Markus Hendra

Saktika----Istadi Sudarsono----Ratna Setyo Utami ----Heribertus Setyo

Rintoko----Okta Setyawan----Heri Kristiawan----Isnani Pujiyatmi----Wayah

Efratasario Sabatrinia----Febriana Wisnu Wardhana ----Sandi AC

Nugraheni----Yustina de Rosario---Alexius Indro Bawono----Nelson

Hasudungan----Andreas Gumas---Aldo ----Alexa

Mei----Didik----Robert... terima kasih kawanku... semoga kita selalu menjadi

(12)

xii

15.Pak Darto dan Mbak Sarah yang telah berkenan memberikan tempat tinggal kepada penulis selama hidup di Jogja...

16.Semua sahabat serta rekan, yang telah memberikan semangat serta motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

17.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun telah memberikan segala bentuk bantuan, serta dukungan sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar.

Tidak ada gading yang tak retak. Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan sedangkan kekurangan adalah milik manusia. Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis sangat terbuka dalam menerima segala bentuk kritikan maupun saran yang diberikan demi kebaikan, kemajuan serta perkembangan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan selamat membaca.

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)... 12

1. Pengertian Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara... 12

(14)

xiv

3. Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara... 17

B. Paham yang Mendukung Hutang Luar Negeri: Neoliberalisme 19 C. Paham yang Menentang Hutang Luar Negeri:Kiri Baru... 22

D. Hutang Negara ... 23

1. Pengertian Hutang ... 23

2. Macam-Macam Hutang ... 24

3. Sumber Hutang ... 26

E. Hutang Luar Negeri... 27

1. Pengertian Hutang Luar Negeri... 27

2. Sumber Dan Jenis Pendanaan Hutang Luar Negeri... 29

3. Hutang Luar Negeri Sebagai Sumber Kapital ... 33

4. Dampak Negatif Hutang Luar Negeri... 35

F. Debt Service Ratio... 36

1. Pengertian Debt Service Ratio... 36

2. Penghitungan Debt Service Ratio... 39

G. Penelitian terdahulu ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Jenis Penelitian... 46

B. Jenis Dan Sumber Data ... 46

C. Waktu Penelitian ... 47

D. Variabel Penelitian ... 48

E. Definisi Operasional... 48

(15)

xv

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Analisis Data ... 59 1. Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah di

Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005... 59 2. Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta di

Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005... 67 3. Trend Perkembangan Cicilan Pokok dan Bunga

Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia

Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ... 70 4. Trend Perkembangan Cicilan Pokok dan

Bunga Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia

Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ... . 94 5. Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar

Negeri Pemerintah di Indonesia

Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ... 115 6. Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar

Negeri Swasta di Indonesia

Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ... 123 B. Pembahasan... 132

1. Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah di

Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005... 132 2. Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta di

(16)

xvi

3. Trend Perkembangan Cicilan Pokok dan Bunga Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia

Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ... 156

4. Trend Perkembangan Cicilan Pokok dan Bunga Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ... 165

5. Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ... 170

6. Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ... 175

BAB V PENUTUP... 182

1. Kesimpulan ... 182

2. Saran... 184

3. Keterbatasan Peneliti... 186

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Format Dan Struktur APBN Lama... 14 Tabel 2.2 Format Dan Struktur APBN Baru... 15 Tabel 2.3 Daftar 21 Perusahaan Swasta Yang Memiliki Hutang Luar

Negeri Terbanyak Tahun 2000... 35 Tabel 3.1 Jumlah Hutang Luar Negeri Pemerintah Di Indonesia Tahun

Anggaran 1996/1997-2005... 52 Tabel 3.2 Penghitungan Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri

Pemerintah di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 53 Tabel 4.1 Jumlah Hutang Luar Negeri Pemerintah Di Indonesia Tahun

Anggaran 1996/1997-2005... 61 Tabel 4.2 Penghitungan Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri

Pemerintah di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 62 Tabel 4.3 Jumlah hutang luar negeri swasta di Indonesia tahun

anggaran 1996/1997-2005... 68 Tabel 4.4 Penghitungan Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri

Swasta Di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 70 Tabel 4.5 Jumlah Pembayaran Cicilan Pokok Hutang Luar Negeri

Pemerintah Di Indonesia Ta hun Anggaran 1996/1997-2005... 76 Tabel 4.6 Penghitungan Trend Perkembangan Cicilan Pokok Hutang

Luar Negeri Pemerintah Di Indonesia

(18)

xviii

Tabel 4.7 Jumlah Pembayaran Bunga Hutang Luar Negeri Pemerintah Di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 82 Tabel 4.8 Penghitungan Trend Perkembangan Pembayaran Bunga

Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia

Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ... 83 Tabel 4.9 Jumlah Pembayaran Cicilan Pokok Dan Bunga Hutang Luar

Negeri Pemerintah di Indonesia

Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ... 88 Tabel 4.10 Penghitungan Trend Perkembangan Pembayaran Cicilan

Pokok Dan Bunga Hutang Luar Negeri Pemerintah

di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 90 Tabel 4.11 Jumlah Pembayaran Cicilan Pokok Hutang Luar Negeri

Swasta di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ... 96 Tabel 4.12 Penghitungan Trend Perkembangan Pembayaran Cicilan

Pokok Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia

Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ... 97 Tabel 4.13 Jumlah Pembayaran Bunga Hutang Luar Negeri Swasta

di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 102 Tabel 4.14 Penghitungan Trend Perkembangan Pembayaran Bunga

Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia

Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ... 103 Tabel 4.15 Jumlah Pembayaran Cicilan Pokok Dan Bunga Hutang Luar

(19)

xix

Tabel 4.16 Penghitungan Trend Perkembangan Pembayaran Cic ilan Pokok Dan Bunga Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia Tahun

Anggaran 1996/1997-2005... 109 Tabel 4.17 Nilai Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar Negeri

Pemerintah Di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 116 Tabel 4.18 Penghitungan Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang

Luar Negeri Pemerintah Di Indonesia Tahun

Anggaran 1996/1997-2005... 117 Tabel 4.19 Nilai Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar

Negeri Swasta di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 124 Tabel 4.20 Penghitungan Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri

Pemerintah di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 125 Tabel 4.21 Penerimaan Pembangunan Dalam APBN

Tahun Anggaran 1996/1997-1999/2000 ... 141 Tabel 4.22 Penarikan Pinjaman Luar Negeri Dalam APBN

Tahun Anggaran 2000-2005... 141 Tabel 4.23 Pengeluaran Rutin Dalam APBN Tahun Anggaran

1996/1997-2005 ... 159 Tabel 4.24 Belanja Negara Dan Pengeluaran Rutin Dalam APBN Tahun

(20)

xx

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah

Di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ... 67 Grafik 4.2 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta

Di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ... 74 Grafik 4.3 Trend Perkembangan Pembayaran Cicilan Pokok Hutang

Luar Negeri Pemerintah di Indonesia

Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 81 Grafik 4.4 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga Hutang Luar

Negeri Pemerintah di Indonesia

Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 87 Grafik 4.5 Trend Perkembangan Pembayaran Cicilan Pokok Dan

Bunga Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia Tahun

Anggaran 1996/1997-2005... 88 Grafik 4.6 Trend Perkembangan Pembayaran Cicilan Pokok Hutang

Luar Negeri Swasta di Indonesia Tahun

Anggaran 1996/1997-2005... 101 Grafik 4.7 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga Hutang Luar

Negeri Swasta di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005.. 107 Grafik 4.8 Trend Perkembangan Pembayaran Cicilan Pokok Dan

Bunga Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia

(21)

xxi

Grafik 4.9 Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar Negeri Pemerintah Di Indonesia

Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 121 Grafik 4.10 Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar

Negeri Swasta di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005.. 129 Grafik 4.11 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia

Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 132 Grafik 4.12 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta

di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ... 150 Grafik 4.13 Trend Perkembangan Pembayaran Cicilan Pokok Dan

Bunga Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia

Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 157 Grafik 4.14 Trend Perkembangan Cicilan Pokok Dan Bunga

Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia

Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 167 Grafik 4.15 Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar

Negeri Pemerintah Di Indonesia

Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 172 Grafik 4.16 Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi adalah perubahan zaman yang tidak bisa dihindari oleh siapapun, sehingga semua manusia di seluruh dunia mau tidak mau akan terlibat dan ikut merasakan adanya globalisasi. Adanya globalisasi akan mempermudah hubungan antar negara, karena sekat yang membatasi wilayah antar negara sudah tidak ada. Sebenarnya proses globalisasi sudah terjadi sejak zaman dahulu kala, hal ini dibuktikan dengan adanya penyebaran agama Islam dan Kristen berabad-abad lalu. Terjadinya Perang Dunia I menyebabkan tersebarnya penyakit flu, yang berasal dan prajurit perang, ke seluruh dunia. Akibat penyebaran penyakit ini telah menelan 30 juta korban jiwa pada tahun 1918-1919. Globalisasi di Indonesia, dimulai sejak kedatangan perusahaan multinasional dari Belanda yaitu VOC tepatnya pada abad 17. Perusahaan ini didukung oleh kerajaan Belanda, yang memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia untuk di ekspor ke Eropa (Suryana, 2003: 130).

(23)

menyebar luas dengan cepat, transaksi jual beli barang atau jasa, orang mencari pekerjaan, bahkan mencari jodoh juga bisa dilakukan melalui internet dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan fasilitas yang disebut internet.

Globalisasi yang terjadi pada bidang ekonomi dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu pertumbuhan perdagangan dunia, pertumbuhan investasi langsung, dan pertumbuhan arus modal internasional. Pertumbuhan perdagangan dunia berkembang di era 1950-an dan semakin berkembang pesat di era 1980-an, hal ini dibuktikan dengan adanya pertumbuhan ekspor tingkat dunia dari 2.3 miliar US dolar pada tahun 1980-an menjadi 6.7 miliar US dolar pada tahun 1999. Pertumbuhan investasi langsung terus meningkat pada setiap tahunnya. Volume investasi langsung diseluruh dunia meningkat dari 500 miliar US dolar pada tahun 1980 menjadi 4,100 miliar US dolar pada tahun 1998. Pertumbuhan arus modal tahunan juga mengalami peingkatan dari tahun 1980 sejumlah 38 miliar US dolar menjadi 638 miliar US dolar. Dari data tersebut terbukti telah terjadi proses globalisasi ekonomi yang sangat signifikan (Suryana, 2003: 131).

(24)

kapitalisme, tetapi neoliberalisme sudah memasuki semua aspek kehidupan yaitu ekonomi, politik, sosial dan budaya. Neoliberalisme adalah aliran baru yang memuja pada kekuatan pasar di era global, kepemilikan pribadi dianggap mutlak dan keramat, tanpa peran sosial apapun kecuali untuk akumulasi laba privat (Priyono, 2003: 59). Hal ini tentu saja berbeda dengan teori liberalisme dari Adam Smith, yang mengatakan bahwa kepemilikan privat mempunyai tugas sosial untuk mensejahterakan masyarakat. Peran pemerintah adalah menciptakan penyelenggaraan tata keadilan.

(25)

Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa menghindar dari praktek ekonomi neoliberal. Sebenarnya pelaksanaan ekonomi neoliberal telah mulai sejak pertengahan tahun 1980-an, antara lain melalui kebijakan deregulasi dan debirokratisasi. Seandainya pada tahun 1983 dan 1988 Indonesia tidak membebaskan sistem perbankan dan pada tahun 1997 tidak menganut rezim bebas dalam hal perdagangan valuta asing, mungkin Indonesia tidak akan terkena krisis finansial. Krisis finansial yang terjadi tahun 1998, masih menyisakan akibat sampai saat ini berupa hutang luar negeri. Kondisi ini merupakan hasil dari paham neoliberal yang mulai berkembang di Indonesia.

(26)

Studi Claessens menunjukan bahwa sampai menjelang tahun 1990, dana dari luar negeri merupakan komponen utama dalam pembiyaan pembangunan di negara- negara berkembang yang berasal dari pihak asing (Harsoyo, 1996: 71). Hutang luar negeri yang selama ini diterima oleh Indonesia tidak diperoleh dengan gratis. Tentu ada kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi Indonesia sebagai negara debitur antara lain melakukan pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang, sehingga perlu adanya pengelolaan hutang luar negeri, supaya tidak terjadi penyelewengan penggunaan hutang luar negeri. Pengalaman selama tiga dekade ini membuktikan bahwa hutang luar negeri tidak digunakan dengan produktif, penggunaannya tanpa pengawasan memadai, tidak transparan dan terjadi kebocoran dana yang parah. Dennis de Tray, Country Director World Bank di Indonesia mengatakan bahwa telah terjadi kebocoran anggaran sebesar 30 persen selama masa pemerintahan Orde Baru.

(27)

mempercepat pembangunan ekonomi nasional. Tidaklah mengherankan apabila tahun 1981 hutang luar negeri Indonesia mencapai 15.9 miliar US dolar dan pada tahun 1992 hutang luar negeri Indonesia mencapai 84.39 miliar US dolar (www.pikiran-rakyat.com 13 September 2006).

Pemerintahan Soeharto pada waktu itu melakukan kebijakan populis dan selalu mengatakan kepada rakyat bahwa hutang luar negeri sebagai pendukung pembangunan ekonomi bukan menjadi modal utama, karena Indonesia memiliki modal utama yaitu sumber daya alam yang berlimpah. Pemerintahan Soeharto akhirnya lengser yang diikuti dengan krisis ekonomi dan jumlah hutang luar negeri yang semakin meningkat menjadi 150 miliar US dolar. Pada saat itu Indonesia masuk dalam kelompok negara miskin di dunia, yang hutang luar negerinya sama dengan negara- negara miskin di Benua Afrika seperti Kongo, Angola, Nicaragua, Kongo Demokratik dan Zambia.

Menurut data dari Bank Indonesia yang ditulis oleh Syahwier, pergerakan hutang luar negeri pasca kemerdekaan pada tahun 1945 terus mengalami peningkatan dan tidak menunjukkan trend menurun. Pada tahun 1980 hutang luar negeri telah mencapai sebesar 14.8 miliar US dolar meningkat menjadi 143 miliar US dolar pada bulan Mei 2000. Hutang luar negeri Indonesia didominasi oleh hutang luar negeri swasta sebesar 49.8 persen pada akhir tahun 1996 meningkat menjadi 60.4 persen (1997); 55.4 persen (1998); 51.2 persen (1999) dan sekitar 49 persen pada tahun 2003

(28)

Posisi hutang luar negeri saat ini menduduki peringkat ke tiga setelah Brazil dan Meksiko. Hal ini tentunya menjadi keprihatinan bagi negara Indonesia karena sebagai negara sedang berkembang, Indonesia memiliki hutang luar negeri yang banyak. Pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri saat ini juga semakin memberatkan anggaran negara. Bahkan cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri yang harus dibayar jumlahnya jauh lebih besar dari pada hutang luar negeri yang diterima.

(29)

sebesar 69.44 persen adalah milik swasta sedangkan debt service ratio milik pemerintah hanya sebesar 13.02 persen.

Bila suatu ketika hutang luar negeri tidak terbayar, maka ada kewajiban yang harus ditanggung. Kewajiban tersebut tentu mengarah pada konsekuensi politik dan ekonomi atau hukum terutama hukum Internasional. Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul TREND

PERKEMBANGAN HUTANG LUAR NEGERI DAN DEBT SERVICE

RATIO DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 1996/1997-2005”. Dalam

penelitian ini akan membahas mengenai trend hutang luar negeri, yaitu hutang yang dilakukan oleh pemerintah swasta di Indonesia beserta perkembangannya. Selain itu akan dibahas juga mengenai pencapaian angka debt service ratio pada hutang luar negeri yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan juga swasta.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana trend perkembangan hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005?

2. Bagaimana trend perkembangan hutang luar negeri swasta di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005?

3. Bagaimana trend perkembangan cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005?

(30)

5. Bagaimana trend perkembangan debt service ratio hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005?

6. Bagaimana trend perkembangan debt service ratio hutang luar negeri swasta di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan trend perkembangan hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan trend perkembangan hutang luar negeri swasta di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005.

3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan trend perkembangan cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005.

4. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan trend perkembangan cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005.

5. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan trend perkembangan debt service ratio hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005.

(31)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah

Dapat memberikan pertimbangan yang diperlukan oleh pemerintah untuk dapat mengambil keputusan yang tepat ketika akan mengajukan hutang luar negeri, serta dapat mengelola hutang luar negeri, yang telah diperoleh dengan bertanggung jawab supaya nilai debt service rationya tidak mencapai angka yang tinggi.

2. Bagi Swasta

Dapat memberikan pengetahuan mengenai hutang luar negeri dan nilai debt service ratio sehingga tidak menyalahgunakan hutang luar negeri yang telah diperoleh, serta dapat mengelolanya dengan baik.

3. Bagi Peneliti

Dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah diperoleh selama mengikuti perkuliahan, serta memperluas wawasan terutama mengenai hutang luar negeri dan debt service ratio.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

(32)

5. Bagi Universitas Sanata Dharma

(33)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

1. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Anggaran adalah suatu perencanaan yang sistematis mengenai suatu kegiatan negara, perusahaan atau rumah tangga untuk suatu waktu tertentu di masa yang akan datang. Anggaran negara biasanya ditetapkan untuk jangka waktu 1 tahun yang disebut dengan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) (Kunarjo, 2003: 9). Tahun anggaran yang digunakan tidak selalu diawali pada tanggal 1 Januari dan diakhiri tanggal 31 Desember, sejak tahun 1969 tahun anggaran yang digunakan oleh Indonesia dimulai pada tanggal 1 April dan diakhiri pada tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Penyusunan anggaran ini bertujuan supaya segala kegiatan yang memberikan pemasukan dana dapat diimbangi dengan kegiatan yang membutuhkan pengeluaran dana.

(34)

Program Pembangunan Nasional (propenas) yang dulunya disebut dengan REPELITA dan rencana pembangunan tahunan. Berdasarkan Propenas yang sudah ditetapkan berdasarkan keputusan menteri, disusunlah program operasional RAPBN, yang pelaksanaannya diatur dengan UU APBN.

Sesuai dengan isi dari pasal 23 ayat 1 UUD 1945, APBN disusun setiap tahun, dan cara penyusunan APBN dimulai dengan pemerintah yang menyusun terlebih dahulu Rencana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (RAPBN). RAPBN tersebut diajukan kepada DPR dalam bentuk nota keuangan untuk dibahas oleh DPR. Apabila DPR telah menyetujui, maka RAPBN tersebut dapat segera disahkan untuk menjadi APBN, dan apabila RAPBN tidak disetujui oleh DPR maka pemerintah menggunakan pedoman atau APBN tahun sebelumnya.

2. Perbandingan Format dan Struktur APBN

APBN tahun 2000 merupakan APBN yang istimewa karena terdapat perubahan terhadap penggunaan tahun anggaran yang sebelumnya dimulai tanggal 1 April dan diakhiri 31 Maret tahun berikutnya akan diganti dengan menggunakan tahun kalender. Oleh karena itu untuk menyesuaikannya khusus tahun 2000 anggaran dibuat hanya selama 6 bulan yaitu dimulai tanggal 1 Juni 2000 dan diakhiri tanggal 31 Desember tahun 2000.

(35)

transparan dan benar-benar mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Sedangkan format dan struktur APBN yang selama ini dipakai menggunakan table T (T-account), yang berdasar pada prinsip anggaran berimbang dan dinamis dimana anggaran defisit dibiayai dengan sumber pembiayaan dari dalam dan luar negeri, sehingga anggaran yang dikatakan ‘berimbang’ namun kenyataannya mengalami defisit.

Format dan struktur APBN lama dapat dilihat dalam bagan berikut ini:

Tabel 2.1

Format dan Struktur APBN Lama

Penerimaan Pengeluaran

A. Penerimaan Dalam Negeri 1.Penerimaan Migas

a. Minyak bumi b. Gas alam

2.Penerimaan di luar Migas a. PPh

b. PPn c. Bea masuk d. Cukai e. Pajak ekspor f. PBB

g. Pajak lainnya

h. Penerimaan bukan pajak i. Laba bersih minyak B. Penerimaan Pembangunan

1. Bantuan Program 2. Bantuan Proyek

A. Pengeluaran Rutin 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang

3. Subsidi Daerah Otonom 4. Bunga Dan Cicilan Hutang 5. Pengeluaran Rutin Lainnya B. Pengeluaran Pembangunan

1. Pembiayaan Rupiah 2. Bantuan Proyek

Sumber : Depkeu, seperti dikutip dalam Suparmoko, 2000: 54

(36)

menyebabkan perubahan beban kewajiban di masa yang akan datang. Selain itu pemisahan pengeluaran negara dalam bentuk pengeluaran rutin dan pembangunan belum dilakukan secara tegas sehingga menimbulkan kerancuan. Secara keseluruhan format anggaran ini tidak bisa memberikan gambaran langsung besarnya overall balance deficit.

Format dan struktur APBN yang baru dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut:

Tabel 2.2

Format dan Struktur APBN Baru

URAIAN

A. Pendapatan negara dan hibah

I. Penerimaan dalam negeri

1. Penerimaan perpajakan

a. Pajak dalam negeri

i. Pajak Penghasilan - non migas - migas

ii. Pajak Pertambahan nilai iii. PBB dan BPHTB iv. Cukai

v. Pajak lainnya

b. Pajak perdagangan Internasional

i. Bea masuk

ii. Pajak/pungutan ekspor

2. Penerimaan negara bukan pajak

a.Penerimaan Sumber Daya Alam (SDA)

i. Migas ii. SDA lainnya

b.Bagian pemerintah atas laba BUMN

c. PNBP lainnya

II. Hibah

B.Belanja negara

I. Pengeluaran Rutin

1. Belanja pegawai 2. Belanja barang 3. Belanja rutin daerah 4. Pembayaran bunga utang 5. Subsidi

6. Pengeluaran lainnya

II. Pengeluaran pembangunan

1. Pembiayaan pembangunan rupiah

a. Anggaran yang dikelola daerah

b. Anggaran y ang dikelola oleh instansi pusat

(37)

C.Surplus/defisit anggaran (A-B )

D.Pembiayaan bersih (D.I+D.II=D=C)

I. Pembiayaan dalam negeri (D.I.1+D.I.2)

1. Perbankan dalam negeri

2. Non perbankan dalam negeri (D.I.1.a+D.I.2.b) a. Privatisasi

b. Penjualan asset program restrukturisasi perbankan

II. Pembiayaan Luar negeri bersih (D.II.1+D.II.2)

1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (Bruto)

2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri (Amortisasi)

Produk Domestik Bruto ( PDB)

Sumber : Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Tahun Anggaran 2000. Hal IV/37

(38)

bunga dan restrukturisasi bank dan subsidi kredit program dikelompokkan pada pengeluaran rutin (Media Akuntansi, Desember 1999-Januari 2000: 36).

3. Defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara

APBN digunakan pemerintah sebagai alat untuk mengatur prioritas nasional, mengalokasikan output nasional diantara konsumsi umum dan pribadi, untuk investasi serta menyediakan insentif dalam rangka meningkatkan atau mengurangi output di sektor-sektor tertentu. APBN mempengaruhi perekonomian melalui kebijakan fiskal. Beberapa pendukung awal pendekatan Keynesian percaya bahwa kebijakan fiskal serupa dengan tombol yang digunakan untuk mengontrol atau menyelaraskan langkah perekonomian. Hal ini terjadi dengan kebijakan fiskal dapat mengatur pajak dan pengeluaran publik untuk mengurangi gelombang siklus bisnis dan menyumbang pertumbuhan, perekonomian yang memiliki tenaga kerja tinggi serta bebas dari inflasi yang tinggi dan berubah-ubah (Samuelson, 2004: 434).

(39)

rangsangan untuk permintaan agregat yang dapat merendahkan pengangguran dan menarik perekonomian keluar dari resesi. APBN yang surplus terjadi apabila penerimaan pajak dan penerimaan lainnya lebih besar dari pada pengeluaran pemerintah. Surplus ekonomi dapat mengurangi ancaman terjadinya infasi.

APBN yang defisit tentunya harus segera diatasi, berikut ini Salvatore dalam Tesamaris (2005: 111) menguraikan beberapa cara yang dapat dilakukan apabila terjadi defisit anggaran yaitu: pertama, pencetakan uang baru. Pencetakan uang baru yang dilakukan pemerintah, maka pemerintah dapat mengklaim sumber-sumber riil yang disebut seignorage. Seignorage termasuk dalam komponen pemerintah karena adanya hak eksklusif pemerintah untuk mencetak uang.

Kedua, pinjaman dalam negeri. Defisit APBN tidak akan menimbulkan efek moneter apabila pembiayaan tersebut tidak dibiayai oleh rediskon bank sentral. Hal ini disebabkan karena secara umum pinjaman pemerintah akan menurunkan kredit yang seharusnya tersedia untuk sektor swasta. Akibatnya akan menimbulkan tekanan bagi tingkat bunga dalam negeri.

(40)

menyebabkan penawaran mata uang asing akan meningkat sehingga mata uang dalam negeri mengalami apresiasi.

Keempat, hutang luar negeri. Dilihat dari fungsi pinjaman dalam atau luar negeri tidak berbeda apabila dapat dialokasikan secara efisien dan produktif sehingga mampu memberikan kesejahteraan pada masyarakat. Hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan hutang luar negeri adalah berkaitan dengan pengembalian atau amortisasinya. Hutang luar negeri menyebabkan pelunasan hutang dan bunga hanya akan dinikmati oleh pihak debitur luar negeri. Akibatnya terjadilah transfer pendapatan negatif ke luar negeri. Di Indonesia, bantuan resmi yang diterima pemerintah dan dikategorikan sebagai penerimaan pembangunan dalam APBN disebut Official Development Assistance (ODA), yaitu merupakan salah satu bentuk pengalihan dana dari negara maju sebagai negara donor kepada negara sedang berkembang sebagai penerima dana (Widodo, 1990: 67).

B. Paham yang Mendukung Hutang Luar Negeri: Neoliberalisme

(41)

Ciri dari adanya neoliberalisme adalah adanya ciri khusus kebijakan ekonomi, seperti privatisasi, deregulasi, dan liberalisasi. Neoliberalisme melaksanakan privatisasi karena mereka menganggap bahwa negara tidak punya alasan untuk mencampuri dan mengawasi pasar, karena pasar justru merupakan prinsip yang mendasari negara dan masyarakat. Hal ini berbeda dengan liberalisme klasik yang berpandangan bahwa negara memiliki kontrol kuat dalam perekonomian, sehingga kebijakan sosial sangatlah sesuai untuk diterapkan ( Priyono, 2003: 47).

Kebijakan deregulasi juga memiliki tujuan untuk semakin memangkas peran pemerintah dalam perekonomian. Gagasan neoliberal tentang pemerintah tidak serta merta memindahkan kekuasaan pemerintah ke tangan individu, negara dalam gagasan neoliberal yang hanya menjadi “penjaga malam” juga harus bertanggung jawab terhadap kontrol warga tanpa harus bertanggung jawab kepada mereka. Liberalisasi diartikan sebagai adanya pergerakan bebas antar negara, misalnya kekurangan modal yang dialami oleh suatu negara maka negara tersebut perlu mendapatkan aliran modal dari luar negeri. Disinilah letak penting deregulasi, liberalisasi (modal finansial, barang/jasa, tarif, pajak dsb).

(42)

perdagangan bebas) melalui cara-cara politis, menggunakan tekanan ekonomi, diplomasi atau intervensi militer (www.kau.or.id 4 Oktober 2006).

Di Indonesia adanya krisis pada tahun 1997 yang menimbulkan kemerosotan rupiah, maka pemerintah Indonesia secara resmi mengundang IMF untuk memulihkan perekonomian Indonesia. Sebagai syarat mencairkan dana talangan yang disediakan IMF, pemerintah Indonesia wajib menandatangani kebijakan Washington melalui Letter of Intent. Isi dari deklarasi ini mengatur penghapusan subsidi untuk BBM, sekaligus memberikan peluang bagi perusahaan multinasional seperti Shell. Begitu juga dengan kebijakan privatisasi BUMN, diantaranya. Indosat, Telkom, BNI. Salah satu isi dari pernyataan Indonesia wajib mengisi pada waktu itu yang mencoba untuk membantu justru menimbulkan masalah baru. Salah satu kesalahan IMF menangani krisis ekonomi di Indonesia adalah bahwa IMF “lupa” untuk menyiapkan infrastruktur jaring pengaman yang memadai

(www.wikipedia.org 4 Oktober 2006).

(43)

C. Paham yang Menentang Hutang Luar Negeri: Kiri Baru

Permulaan tahun 1960-an universitas di Amerika Serikat, melakukan penolakan terhadap apa yang dibangun oleh para pendahulu mereka ditengah situasi kemakmuran tanpa tanding. Tahun 1960, C Wright Mills, seorang sosiolog dari Columbia University, New York, dan salah seorang “guru”, mereka menulis sebuah “letter to the New left”. Sejak saat itu gerakan mereka mendapat nama Kiri Baru (Basis, Mei – Juni 1996).

Menurut kamus ilmu pengetahuan (1997: 501) kiri baru diartikan sebagai gerakan protes terhadap kenyataan sosial seperti lembaga sosial, politis, ekonomis, pandangan hidup, nilai moral, dan cita-cita moral dari masyarakat. Gerakan yang dilancarkan sebagian besar mahasiswa dan pelajar di negara barat, sasaran akhir yakni perombakan total lembaga otoritas, dan nilai kehidupan yang ada. Mereka mengumandangkan nihilisme, anarkhisme, spontanitas keinginan melepaskan diri dari struktur sosial ekonomi, politis dan kultural masyarakat, sayangnya gerakan ini tidak memiliki pedoman dan berasal dari berbagai organisasi dengan latar belakang yang berbeda. Tahun 1970-an gerakan ini hilang, namun telah memberikan sumbangan pada bangkitnya kesadaran massa dalam negara kapitalis.

(44)

akan menindas yang lemah. Aspek penindasan dari kebebasan individu tampil dalam hidup sosial (Hardiman, 1986: 55)

D. Hutang Negara

1. Pengertian Hutang

Semua pemerintah tidak dapat terlepas dari kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi, sosial, budaya maupun politik bangsanya. Kegiatan-kegiatan ini tentu saja perlu ditunjang dengan dana, oleh karena itu pemerintah harus melakukan pengeluaran yang harus dibiayai dengan penerimaan pemerintah meliputi penerimaan pajak, penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan barang dan jasa yang dimiliki dan dihasilkan oleh pemerintah, pinjaman pemerintah, mencetak uang dan sebagainya ( Suparmoko, 2000: 93).

Masalah pembangunan ekonomi, terutama masalah sumber pembiayaan pembangunan, disamping besarnya penerimaan hasil ekspor berupa devisa dan kemungkinan hasil penghematan penggunaan devisa melalui usaha- usaha impor substitusi dan juga tabungan–tabungan pemerintah adalah masalah sumber dana baik dari dalam maupun luar negeri yang berupa pinjaman negara (hutang negara). Hasil dari hutang negara memainkan peranan penting, baik sebagai sumber dana pada saat terjadinya pinjaman maupun pada saat pengembalian hutang tersebut.

(45)

akan datang (Yusuf, 2003: 23). Dengan kata lain hutang merupakan tagihan kreditur kepada debitur. Hutang pemerintah dapat mempengaruhi peran negara dalam perekonomian dunia. Ketika defisit anggaran menurunkan tabungan nasional, akan menyebabkan defisit perdagangan yang sebaliknya didanai dengan melakukan pinjaman dari luar negeri. Hubungan antara defisit anggaran dan defisit perdagangan menyebabkan dua dampak atas hutang pemerintah yaitu 1) Tingkat hutang pemerintah yang tinggi dapat meningkatkan resiko bahwa perekonomian akan mengalami pelarian modal. Penurunan yang merugikan dalam permintaan atas asset nasional di pasar keuangan dunia 2) Tingkat hutang pemerintah yang tinggi yang didanai oleh hutang luar negeri bisa menurunkan pengaruh politis negara dalam percaturan global (Mankiw, 2005: 391-392).

2. Macam-macam hutang

a) Berdasarkan jaminan yang diberikan hutang negara dapat dibedakan menjadi dua yaitu reproductive debt dan dead weight debt.

1) Reproductive debt

(46)

2) Dead weight debt

Dead weight debt adalah hutang yang tanpa disertai jaminan kekayaan. Pembayaran bunga dan cicilan hutang bagi dead weight debt harus diambilkan dari sumber penerimaan negara lain yang pada umumnya berasal dari pajak.

b)Berdasarkan cara memperolehnya hutang negara dapat dibedakan menjadi dua yaitu pinjaman sukarela dan pinjaman paksa.

1) Pinjaman sukarela

Keuntungan utama dari adanya pinjaman sukarela adalah para pemberi pinjaman bebas menyerahkan namun, jumlah yang dikumpulkan tidak begitu besar.

2) Pinjaman paksa

Pinjaman paksa sudah jarang terjadi untuk saat ini. Karena pengumpulannya dapat dipaksakan, maka jumlah yang diperoleh lebih banyak. Pembayaran bunga biasanya lebih rendah daripada pinjaman sukarela.

c) Berdasarkan asalnya hutang negara dapat dibedakan menjadi dua yaitu pinjaman yang berasal dari dalam negeri dan pinjaman yang berasal dari luar negeri.

1) Pinjaman dalam negeri

(47)

itu. Pinjaman dalam negeri dapat bersifat paksa dan sukarela. Pinjaman dalam negeri hanya mencakup pemindahan kekayaan dalam masyarakat negara itu sendiri. Pinjaman dalam negeri dapat berubah menjadi pinjaman luar negeri melalui pembelian surat-surat obligasi di negara lain.

2) Pinjaman luar negeri

Pinjaman luar negeri adalah pinjaman yang berasal dari orang atau lembaga negara lain. Bersifat sukarela kecuali ada suatu kekuasaan dari suatu negara atas negara lain. Pinjaman luar negeri mencakup pemindahan kekayaan dari negara yang meminjamkan (kreditur) kepada negara peminjam (debitur). Pinjaman luar negeri bisa menjadi pinjaman dalam negeri apabila terjadi pembelian surat-surat obligasi oleh penduduk negara debitur dari negara kreditur.

3. Sumber Hutang Negara

(48)

dengan berdasarkan pada reserve yang dipunyai, 4) Bank sentral sebagai kreditur, jika pemerintah menjual surat obligasi kepada bank sentral. Seakan-akan pemerintah mempunyai simpanan di bank Sentral. Kalau kemudian pemerintah mengambil uang dari bank dan melakukan pembayaran kepada individu, dan individu menyimpan uang di bank umum, ini merupakan tambahan reserve bagi bank umum.

E. Hutang luar negeri

1. Pengertian Hutang luar negeri

Hutang luar negeri diperlukan oleh negara berkembang untuk memulihkan defisitnya yaitu defisit investasi tabungan domestik, ekspor-impor, dan anggaran pemerintah. Sumber keuangan dari luar (baik berupa hibah atau pinjaman) dapat memainkan peranan yang penting dalam usaha melengkapi kekurangan sumber daya domestik untuk mempercepat pertumbuhan devisa dan tabungan. Ada dua model kesenjangan (two-gap model) yaitu kesenjangan tabungan (savings gap) dan kesenjangan devisa (foreign-exchange gap).

(49)

keadaan full employment dan negara tersebut tidak menggunakan semua dari pendapatan devisanya. Negara tersebut bisa saja menggunakan sisa devisanya untuk mengimpor barang modal dari luar negeri, tetapi didalam negeri sudah tidak ada lagi kelebihan tenaga kerja yang dapat melaksanakan proyek-proyek investasi baru tersebut. Sehingga sisa devisa tersebut digunakan untuk mengimpor barang-barang konsumsi yang mewah (Todaro, 2004: 192-193).

Hampir semua negara sedang berkembang dianggap termasuk dalam kategori foreign-exchange gaps, dan kendala tersebut dianggap sebagai faktor utama penghambat pembangunan. Negara ini mempunyai kelebihan sumber produktif terutama tenaga kerja dan semua pendapatan habis digunakan untuk impor (Todaro, 2004: 193). Adanya kebutuhan mengimpor berbagai barang modal sebagai penggerak industri di dalam negeri harus dipenuhi dengan menggunakan devisa. Disisi lain devisa yang dimiliki oleh Indonesia sangat sedikit karena ekspor yang selama ini dilakukan hanya sebatas pada barang primer yang tidak memberikan kontribusi besar pada devisa. Sehingga untuk menambah devisa diperlukan adanya hutang luar negeri (Hudiyanto, 2004: 72).

(50)

dan yang kedua, tanpa dilandasi perhitungan ekonomi melainkan faktor acak, yang terkait dengan perilaku korup dan tidak bertanggung jawab dalam memanfaatkan hutang luar ne geri oleh para penguasa di negara tersebut. Sedangkan teori kedua yang mendasarkan pada dorongan utama untuk berhutang, menurut Mandell terjadi karena adanya desakan dari negara yang mempunyai surplus petro dollar. Akhirnya supaya surplus tersebut tidak me njadi dana yang menganggur maka surplus tersebut “dilemparkan” ke negara sedang berkembang (Hudiyanto, 2004: 75).

Hutang luar negeri selalu disertai beban melalui pembayaran bunga dan pembayaran cicilan pokok hutang yang akan dipikul oleh generasi di masa akan datang. Sedangkan apabila melakukan pinjaman ke dalam negeri hanya berupa pemindahan dana dari satu orang ke orang yang lain. Hutang luar negeri dapat meningkatkan pendapatan nasional saat pinjaman itu diinvestasikan tetapi saat pengembalian akan ada pemindahan dana dari dalam ke luar negeri. Tersedianya dana pinjaman luar negeri karena lebih menguntungkan (Alun, 1992: 27).

2. Sumber dan Jenis Pendanaan Hutang Luar Negeri

(51)

hutang luar negeri dari organisasi ini. Sesudah Perang Dunia II, IMF dan Bank Dunia didirikan dan berhasil memperbaiki hubungan keuangan dan hutang luar negeri antar negara. Pada masa itu kondisi ekonomi dibanyak negara terus membaik, juga di negara-negara berkembang.

(52)

akan semakin besar. Negara yang memiliki hak suara paling besar adalah Amerika Serikat (sekitar 18 persen). Negara lain seperti Jerman, Jepang, Prancis, dan Inggris hanya memiliki kuota sebesar 5-6 persen (Gatra, 15 April 2000. Hal 90-91).

Dalam bidang moneter, IMF bertugas sebagai pengatur sistem keuangan dan sistem nilai tukar internasional. IMF menyebutnya dengan istilah surveillance yaitu mengikuti kebijakan moneter setiap negara. Oleh karena itu setiap negara anggota wajib untuk memberikan keterangan mengenai keadaan ekonomi dan situasi moneternya. Cara inilah yang dipakai IMF untuk mengikuti perkembangan perekonomian di seluruh dunia. Selain itu, IMF dirancang untuk menolong negara yang mengalami kesulitan neraca pembayaran dengan memberikan hutang luar negeri dan fungsi IMF lainnya adalah menstabilkan ekonomi global. Meskipun IMF secara resmi dibentuk tahun 1944, pertemuan pertama baru dilakukan pada tanggal 27 Desember 1945. Pertemuan pada waktu itu dihadiri oleh 29 negara akan tetapi semakin lama aktivitas dan jumlah peserta semakin bertambah banyak (Deliarnov, 2006: 177).

Lembaga-lembaga internasional yang berhubungan dengan urusan bantuan pembangunan dibagi menjadi tiga kelompok (Tesamaris, 2005: 113) yaitu:

(53)

b. Badan khusus PBB: UNDP (United Nation Development Programme) dan UNCTAD (United Nation Conference on Trade Development) c. Lembaga-lembaga khusus PBB seperti: ILO, FAO, UNESCO dan

WHO.

Hutang luar negeri, selain dapat diperoleh dari berbagai sumber, terdapat bermacam- macam jenis yang dapat membedakan hutang luar negeri. Secara garis besar hutang luar negeri dapat dibedakan menjadi tiga yaitu berdasarkan pemakai, persyaratan dan sumbernya.

Pertama, jenis-jenis hutang luar negeri berdasarkan pemakainya antara la in: a) Bantuan program yang merupakan hutang yang digunakan untuk menunjang program pembangunan, program stabilisasi ekonomi dan rehabilitasi ekonomi, misalnya bantuan program gandum yang sampai saat ini masih berjalan; b) Bantuan proyek yang digunakan untuk membiayai proyek pembangunan pemerintah; c) Bantuan teknis merupakan bantuan yang diberikan dalam bentuk jasa keahlian serta fasilitas lainnya yang bertujuan untuk mempercepat alih teknologi dan keterampilan. Misalnya bantuan proyek untuk membangun gedung-gedung SMP.

(54)

b) Pinjaman setengah lunak memiliki persyaratan pinjaman yang sebagian lunak dan sebagian komersial, misalnya penanaman modal asing; c) Pinjaman komersial merupakan pinjaman yang bersumber dari bank atau lembaga keuangan dengan persyaratan yang berlaku di pasar internasional pada umumnya.

Ketiga, jenis hutang luar negeri berdasarkan sumbernya antara lain: a) Bilateral, yaitu hutang luar negeri yang diberikan secara langsung dan bersumber pada hutang antara negara donor dan negara debitur. Negara donor biasanya akan mendirikan badan khusus misalnya Agency of International Development (AID) yang dibentuk oleh Amerika Serikat dan Overseas Economis Coorporation Fund (OECF) yang dibentuk oleh negara Jepang. b) Bantuan multilateral mulai tumbuh seiring dengan perkembangan PBB. Bantuan multilateral merupakan hutang luar negeri yang bersumber pada perjanjian antara negara donor dan lembaga internasional, diantaranya United Nations Development (UNDP) program dan badan bentukan PBB seperti bank dunia/ bank pembangunan Asia, Colsultative Group for Indonesia (CGI) dan bank-bank regional lainnya.

3. Hutang Luar Negeri Sebagai Sumber Kapital

(55)

atau barang kapital termasuk pengetahuan dan ahlinya. Kelangkaan faktor-faktor produksi menyebabkan rendahnya tingkat pendapatan per kapita sekaligus menghambat negara berkembang untuk mencapai skala ekonomis yang optimal yang selama ini telah mampu memperkaya negara-negara industri (Harsoyo, 1996: 70).

(56)

sintetis dan substitusi, 5) Adanya tarif dan kuota bagi barang yang identik atau sejenis dengan barang yang dihasilkan oleh negara maju.

Negara sedang berkembang banyak kesulitan untuk memupuk dana kapital dalam rangka mempercepat pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena rendahnya tabungan dan penerimaan devisa dari ekspor. Satu-satunya jalan yang bisa ditempuh adalah dengan mencari dana dari luar negeri baik berupa investasi langsung maupun bentuk pinjaman lainnya (Suparmoko, 2000: 267-271). Akhirnya diketahui bahwa pinjaman luar negeri merupakan suatu sumber dana untuk memenuhi kebutuhan investasi guna pembangunan ekonomi dan bersifat sebagai pelengkap bukan pengganti sumber dana. Kondisi saat ini, menggambarkan bahwa proporsi hutang swasta lebih banyak daripada hutang pemerintah. Hutang swasta saat ini mencapai 60 persen Berikut ini adalah daftar perusahaan swasta yang memiliki hutang luar negeri terbanyak:

Tabel 2.3

Daftar 21 Perusahaan Swasta

Yang Memiliki Hutang Luar Negeri Terbanyak Tahun 2000

No Pengutang Pemilik Jumlah

hutang (Rp triliun) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Texmaco Grup Barito M Hasan Grup Bakrie Grup Humpuss Grup PSP Grup Tirtamas Grup Napan Tirtobumi Grup Djajanti Marimutu Sinivasan Prajogo Pangestu Bob Hasan Aburizal Bakrie

(57)

No Pengutang Pemilik Jumlah hutang (Rp triliun) 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Bimantara Grup Dharmala Bahana Pembinaan Usaha Indonesia Grup Gunung Sewu Grup Rajawali Grup Ongko Gruo Danamon Grup Nugra Sentana Grup Kodel

220 Argo Pantes 221 Grup Sekar

Bambang Trihatmodjo Kel. Gondokusumo Bank Indonesia Kel Angkossoebroto Peter Sondakh Kaharudin Ongko Usman Admadjaja Kel. Sutowo

Said Umar Husin, Maher Algadrie, Soegeng Sarjadi, Fahmi Idris

The Ning King

Kel. Harry: Harry Lukmito, Harry Fong Jaya, Ahrry Sunogo, Loddy Gunadi, Harry Susilo

2,850 2,694 2,643 2,576 2,543 2,492 2,300 2,148 1,928 1,836 1,626

Sumber : BPPN dalam Tempo, 17 September 2000

4. Dampak Negatif Hutang Luar Negeri

(58)

besar, maka potensi untuk mendorong perekonomian nasional terlalu kecil, 5) Jumlah hutang luar negeri yang sangat besar mempengaruhi persepsi dan ekspektasi ketidak percayaan masyarakat baik di dala m atau luar negeri, 6) Karena hutang luar negeri di Indonesia paling besar diantara negara berkembang, sehingga berakibat negatif pada kelompok kecil dan miskin misalnya adanya kenaikkan tarif jasa publik (listrik, telepon, pajak).

F. Debt Service Ratio

1. Pengertian Debt Service Ratio

(59)

banyak dan sering disebut dengan aliran modal negatif dari negara sedang berkembang ke negara maju.

Beban hutang luar negeri ini dapat diukur dengan melihat proporsi dari penerimaan devisa pada ‘current account’ dalam neraca pembayaran internasional yang berasal dari ekspor barang dan jasa yang diserap oleh seluruh debt service yang berupa bunga dan cicilan hutang luar negeri. Apabila rasio antara penerimaan ekspor barang dan debt service semakin kecil atau debt service ratio semakin besar maka beban dari hutang luar negeri menjadi semakin berat (Suparmoko, 2000: 251). Debt service ratio yang tinggi, terutama sudah mencapai angka diatas 20 persen, maka posisi keuangan negara tersebut berada dalam kondisi kritis artinya kredibilitas negara tersebut turun dimata negara donor.

(60)

Menjelang terjadinya krisis ekonomi, debt service ratio di Indonesia sudah melampaui ambang bahaya karena menembus angka 30 persen Konsep sebelumnya mengatakan bahwa ambang bahaya adalah angka 20 persen. Ukuran baru yang menunjukkan konsep debt service ratio terlalu longgar adalah angka pembagi yang biasanya menggunakan nilai ekspor bruto diganti dengan menggunakan ekspor neto, dimana nilai ekspor neto adalah nilai ekspor minus nilai impor. Konsep ini membuat angka debt service ratio jauh lebih tinggi karena ekspor neto Indonesia lebih kecil dari pada nilai ekspor bruto (Hudiyanto, 2004: 77-78).

2. Penghitungan Debt Service Ratio

Beban hutang luar negeri yang menumpuk dalam waktu relatif singkat adalah biaya yang harus dibayar akibat pengelolaan ekonomi selama masa Orde Baru dibangun berdasarkan prinsip ‘besar pasar dari pada tiang’. Keadaan ini ditandai dengan konsumsi yang lebih besar daripada produksi, impor barang dan jasa lebih besar dari pada ekspor barang atau jasa (Basri, 2002: 253). Saving investment gap yang terjadi di Indonesia kemudian ditutup dengan mengundang arus modal masuk berupa hutang luar negeri atau penanaman modal asing.

(61)

semakin tertekan karena alokasi dana untuk membayar cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri (Basri, 2002: 259).

Ada dua pedoman yang dapat digunakan untuk mengetahui beban hutang luar negeri tersebut yaitu dengan membandingkan nilai hutang kumulatif terhadap PDB, dan membandingkan nilai bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri terhadap beberapa variabel yaitu ekspor, PDB, PNB, jumlah anggaran rutin, pembangunan dan total pengeluaran (Widodo, 1990: 72). Penghitungan rumusnya adalah sebagai berikut: a. Rasio hutang kumulatif terhadap PDB

Besarnya beban hutang luar negeri dapat dihitung secara kumulatif dengan membandingkan dengan produk dometik bruto. Tingkat keparahan akan ditentukan dengan batas sebesar 30 persen. Apabila rasio hutang kumulatif lebih besar dari pada 30 persen berarti tingkat keparahan hutang luar negeri tinggi. Apabila besarnya rasio hutang kumulatif kurang dari atau sama dengan 30 persen maka tingkat keparahan hutang luar negeri rendah. Penghitungan besarnya rasio hutang kumulatif dapat dilakukan dengan menggunakan rumus dibawah ini.

Uk

Ruk = ( X 100% ) < 30 % PDB

Keterangan:

Ruk : Rasio Utang Kumulatif

(62)

PDB : Produk Domestik Bruto

b. Rasio bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri terhadap 1) Ekspor bersih

Selain dihitung menggunakan rasio hutang kumulatif dengan PDB, hutang luar negeri dapat juga dilihat tingkat keparahannya dengan menghitung besarnya rasio bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri terhadap ekspor neto. Besarnya tingkat keparahan hutang luar negeri ditentukan dengan batas angka sebesar 20 persen. Angka 20 persen memiliki makna apabila besarnya rasio bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri lebih besar dari 20 persen maka beban hutang luar negeri yang ditanggung oleh suatu negara tinggi. Apabila besarnya rasio bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri di bawah atau sama dengan 20 persen, maka beban hutang luar negeri yang ditanggung oleh suatu negara rendah. Penghitungan besarnya rasio bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri dapat dilakukan dengan menggunakan rumus seperti di bawah ini:

Dt

DSR = ( X 100% ) < 20 % Xnt

Keterangan:

DSR : Debt Service Ratio

Dt : Bunga Dan Cicilan Pokok Hutang Luar Negeri Xnt : Ekspor Neto

(63)

2) PDB dan PNB

Beban hutang luar negeri dapat juga dihitung dengan menggunakan rasio antara bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto dan Produk Domestik Netto. Penghitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut ini:

Dt

RPNB, PDB = X 100% PNB, PDB

Keterangan:

RPNB, PDB : rasio bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri terhadap PNB dan PDB

Dt : bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri PDB : Produk Domestik Bruto

PNB : Produk Domestik Neto

3) Anggaran rutin, anggaran pembangunan, dan anggaran total APBN.

(64)

Dt

RAP,AR,AT = X 100% AP, AR, AT

Keterangan:

RAP,AR,AT : Rasio bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri terhadap anggaran pembangunan, anggaran rutin dan anggaran total APBN

Dt : Bunga Dan Cicilan Pokok Hutang Luar Negeri AP : Anggaran Pembangunan

AR : Anggaran Rutin

AT : Anggaran Total APBN

(65)

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang disusun oleh Sri Lestari. Universitas Sanata Dharma. 1995. Analisis APBN Mengenai Hutang Luar Negeri tahun Anggaran 1969/1970-1993/1994.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur penerimaan dalam negeri sesuai dengan prinsip anggaran, proses timbulnya hutang luar negeri dalam perekonomian sesuai dengan prinsip anggaran dan hubungan luar negeri dengan tabungan (S), Investasi (I), Pajak (T), Pengeluaran Pemerintah (G), dan Ekspor Neto (Xn).

Variabel penelitian dalam hal ini dibagi dua yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Hutang luar negeri menjadi variabel terikat, sedangkan variabel bebasnya adalah Investasi, Saving, Tax, Government expenditure, Expor, dan Impor. Di dalam menganalisis data digunakan tabel, prosentase, korelasi product moment dan regresi.

(66)

hutang luar negeri. Semakin besar pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri maka semakin besar persentase pengeluaran totalnya. Dari pembahasan diketahui bahwa hubungan antara:

1. Saving dengan hutang luar negeri kuat karena r sebesar 0,714614 dan bersifat positif + siginifikan.

2. Investment dengan hutang luar negeri kuat karena r sebesar 0,785906 dan bersifat positif + siginifikan.

3. Tax dengan hutang luar negeri kuat karena r sebesar 0,747370. 4. Government expenditure dengan hutang luar negeri kuat.

(67)

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang akan digunakan adalah statistik deskriptif yaitu statistik yang berfungsi untuk mendeskrispikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel/populasi sebagaimana adanya (Sugiyono, 2004: 21). Metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung). Tujuan utama dalam menggunakan metode ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab dari suatu gejala tertentu (Sevilla, 1993: 71).

B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis data

(68)

literatur yang berkaitan dengan perkembangan hutang luar negeri dan debt service ratio.

Data yang dicari adalah jumlah hutang luar negeri pemerintah, jumlah hutang luar negeri swasta, cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah, cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta, debt service ratio hutang luar negeri pemerintah, dan debt service ratio hutang luar negeri swasta di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang telah diolah menjadi suatu informasi. Dalam penelitian ini, data dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari Bank Indonesia, majalah, jurnal, dan literatur lain yang menduk ung.

C. Waktu Penelitian

1. Penelitian akan dilaksankan pada bulan Februari-Maret 2007.

(69)

D. Variabel Penelitian

1. Perkembangan hutang luar negeri pemerintah di Indonesia. 2. Perkembangan hutang luar negeri swasta di Indonesia.

3. Perkembangan cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah di Indonesia.

4. Perkembangan cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta di Indonesia.

5. Perkembangan debt service ratio hutang luar negeri pemerintah di Indonesia.

6. Perkembangan debt service ratio hutang luar negeri swasta di Indonesia.

E. Definisi Operasional

Dalam penelitian ada definisi operasional yang digunakan yaitu: 1. Trend

Trend adalah kecenderungan terhadap suatu gejala baik berupa peningkatan maupun penurunan. Dalam hal ini penulis memberikan batasan trend hutang luar negeri pemerintah, trend hutang luar negeri swasta, trend cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah, trend cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta, trend debt service ratio hutang luar negeri pemerintah, dan trend debt service ratio hutang luar negeri swasta 2. Perkembangan

(70)

service ratio yang meningkat atau justru menurun yang akan digambarkan dalam bentuk grafik dengan melakukan penghitungan melalui analisis trend terlebih dahulu..

3. Hutang Luar Negeri

Hutang luar negeri adalah hutang yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta yang akan digunakan untuk membiayai pembangunan di negaranya. Setiap hutang luar negeri akan disertai kewajiban sebagai negara debitur terhadap kesepakatan yang telah dibuat bersama antara negara kreditur dan negara debitur, yaitu pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri.

4. Debt Service Ratio

Debt service ratio merupakan alat ukur yang digunakan untuk menghitung tingkat keparahan beban hutang luar negeri yang ditanggung oleh negara debitur. Nilai debt service ratio diperoleh dari perbandingan antara cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri dengan ekspor.

F. Teknik Analisis Data

(71)

lebih panjang dan agak lebih teratur dan diberi nama sikli dan keempat, gerakan yang tidak teratur sama sekali dan yang terkenal dengan nama variasi random atau residu (Dajan 1986: 266).

Trend sekuler merupakan gerakan yang berjangka panjang, lamban dan berkecenderungan menuju ke satu arah, menaik atau menurun. Trend umumnya meliputi gerakan selama 10 tahun atau lebih. Variasi musim, merupakan gerakan yang berulang- ulang secara teratur selama kurang lebih setahun. Kondisi alam seperti iklim, serta kebiasaan masyarakat seperti pemberian hadiah di tahun baru menimbulkan variasi musim yang sebetulnya menggambarkan variasi periodis. Variasi sikli, lebih sukar diterka daripada variasi musim maupun trend sekuler semua variasi sikli berlangsung selama lebih dari setahun dan tidak pernh variasi tersebut memperlihatkan pola tertentu mengenai gelombangnya. Variasi random merupakan gerakan yang disebabkan oleh faktor kebetulan. Variasi demikian umumnya disebabkan oleh peperangan, banjir, gempa bumi, dan sebagainya. Beda antara variasi random dengan yang lainnya adalah pada sistematik fluktuasinya yang sekali terjadi dan jarang terulang lagi.

(72)

garis trend yang lazim digunakan berbentuk garis linier. Penggambaran trend juga dimaksud untuk meneliti pengaruh trend terhadap gerakan komponen lain, misalnya trend penjualan, produksi dan konsumsi dapat diekstrapolasikan untuk menaksir jumlah penjualan, produksi, dan konsumsi di masa yang akan datang. Analisis data menggunakan Analisis Deret Berkala yaitu dengan metode kuadrat terkecil untuk menghitung nilai trend dari awal tahun anggaran 1996/1997-2005. Alasan yang digunakan untuk menggunakan metode kuadrat terkecil karena hasil peramalannya lebih sesuai dan dapat memberikan hasil yang hampir mendekati dengan kenyataan.

Rumus Dimana :

Y

’ : nilai trend periode tertentu

a

: nilai konstanta yaitu nilai Y’ pada saat X sama dengan nol (0)

b

: nilai kemiringan yaitu nilai Y’ apabila X bertambah satu satuan

x

: nilai periode tahun.

Nilai a dan b diperoleh dengan menggunakan rumus: SY

a = n

SXY b =

S X²

Berikut ini akan diberikan contoh perhitungan trend perkembangan hutang luar negeri pemerintah tahun anggaran 1996/1997-2005. Perhitungan

(73)

nilai trend jumlah hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005 dapat dilakukan dengan mencari data mengenai jumlah hutang luar negeri di Indonesia pada rentang periode 1996/1997-2005 terlebih dahulu. Berikut ini telah diketahui data jumlah hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun 1996/1997-2005, yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik di bawah ini.

Tabel 3.1

Jumlah Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005

Dalam Juta US dollar

Tahun

Jumlah Hutang Luar Negeri

Pemerintah

1996/1997 55,303.00 1997/1998 53,864.00 1998/1999 67,329.00 1999/2000 75,862.00 2000 74,916.00 2001 71,378.00 2002 74,661.00 2003 81,665.62 2004 82,725.12 2005 79,558.75

Sumber: Bank Indonesia

Untuk mencari persamaan Y’ = a + bX, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari nilai a dan b. Nilai a dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

SY

a = , oleh karena itu perlu dicari nilai Y yang merupakan n

(74)

data yang tersedia. Penghitunga n nilai b ditemukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

SXY b =

S X²

Nilai X yang melambangkan kode tahun akan mengalami kesulitan apabila menggunakan nilai tahun yang sesungguhnya misalnya menggunakan tahun anggaran 1996/1997, 1997/1998 dan sebagainya. Oleh karena itu untuk mempermudah penghitungan digunakan angka kode, yang pemberian kodenya berdasarkan jumlah data. Pemberian kode pada jumlah data ganjil akan berbeda dengan jumlah data genap. Jumlah data pada penelitian ini adalah genap sehingga pengkodeannya digunakan nilai 0.5 dan –0.5, yang diletakkan pada 2 tahun ditengahnya. Kemudian setiap tahunnya menjadi –1.5, -2.5 dan seterusnya. Sedangkan yang positif diberikan nilai 1.5; 2.5; 3.5 dan seterusnya. Nilai perhitungan selengkapnya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Penghitungan Trend

Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005

Dalam Juta US Dollar

Tahun

Kode Tahun

(X)

Nilai Hutang Luar Negeri Pemerintah

(Y)

XY X2

<

Gambar

Tabel 4.9 Jumlah Pembayaran Cicilan Pokok Dan Bunga Hutang Luar
Grafik 4.8 Trend Perkembangan Pembayaran Cicilan Pokok Dan
Grafik 4.11 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia
Tabel 2.2 Format dan Struktur APBN Baru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Deis dan Groux (1992) dalam Nurul (2015) mengemukakan 4 hal yang memiliki hubungan dengan kualitas audit yaitu: (1) lama waktu auditor melakukan pemeriksaan terhadap suatu

Perlindungan dan pengamanan pada seluruh areal atau bagian hutan atau blok dalam areal izin usaha pemanfaatan kawasan hutan, atau izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan, dan

Pada umumnya vasa ini kosong (tidak ada butir-butir darah), kecuali agranulosit terkadang ada di sana. Vasa yang lebih besar punya struktur yang kurang

Selanjutnya untuk menjelaskan bagaimana melaksanakan keseluruhan use case dan hubungan serta keterkaitan antar use case tersebut, digunakan analisis Class

Bisnis menggunakan berbagai konsep manajemen strategis menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam penjuaan, profitabilitas, dan produktivitas dibandingkan dengan

Kita mungkin mempertanyakan apakah mungkin bahwa semua pernyataan matematika, bahkan kontradiksi, dapat diturunkan dari aksioma-aksioma teori mengatur, apalagi,

Dunham identified the economic cost of OJT to be the production foregone as a result of training and divided this into two broad areas: (1) materials and equipment; and

yakni bahwa masyarakat Indonesia itu merupakan suatu sistem jaringan dan jalinan hubungan antara orang dengan orang yang hidup dan bertempat tinggal