PERPINDAHAN PANAS PADA SIRIP LONGITUDINAL
DENGAN PROFIL TRAPEZOIDA
(KASUS 1 DIMENSI KEADAAN TAK TUNAK DENGAN k = k(T))
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Mesin
Disusun Oleh:
Nama : FX. Willyantoro
NIM : 015214130
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
HEAT TRANSFER OF LONGITUDINAL FIN
WITH TRAPEZOIDAL PROFILE
(1 DIMENSION CASE OF UNSTEADY STATE CONDITION WITH k = k(T))
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements
To Obtain then Sarjana Teknik Degree
In Mechanical Engineering
By:
FX. WILLYANTORO
Student Number : 015214130
MECHANICAL ENGINEERING PROGRAM STUDY
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
ENGINEERING FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERCITY
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 6 Juli 2007
FX. Willyantoro
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan kasih
–
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan Judul
“
Perpindahan Panas Pada Sirip Longitudinal Dengan Profil Trapezoida (Kasus
1 Dimensi Keadaan Tak Tunak Dengan k = k(T))
”
Penyusunan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar kesarjanaan dalam Jurusan Teknik Mesin pada Fakultas Teknik
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tugas Akhir ini dapat tersusun berkat adanya bimbingan, petunjuk, bantuan
maupun saran-saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.
Ir. Gregorius Heliarko S.J., S.S., B.S.T., M.A., M.Sc., selaku Dekan
Universitas Sanata Dharma.
2.
Bapak Yosef Agung Cahyanta S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi
Teknik Mesin.
3.
Bapak Ir. PK. Purwadi, M.T., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
Yang telah amat sangat banyak membantu dari segi motivasi, mental, spirit
dan wawasan.
4.
Staf Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
5.
Staf Administrasi Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
6.
Ibunda dan kakak tersayang yang telah mendorong semangat moril maupun
materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
7.
Teman-teman dari Alumni John de Britto 161 Yogyakarta, pemuda
Kebonduren, pemuda Singogalan, dan pemuda Ngrahu
8.
Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu
penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwasanya penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Adanya kritik dan saran maupun petunjuk sangat membantu demi
perbaikan dan penyempurnaan Tugas Akhir ini. Namun besar harapan penulis
kiranya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua.
Yogyakarta, 6 Juli 2007
Penyusun
FX. Willyantoro
INTISARI
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh koefisien perpindahan
panas konveksi (h) dan pengaruh bahan sirip pada sirip 1 dimensi keadaan tak tunak
dengan k = k(T). Serta dapat mengetahui syarat stabilitas pada metode beda-hingga
untuk mendapatkan distribusi suhu dari waktu ke waktu.
Sirip longitudinal 1 dimensi dengan panjang sirip 0,05 meter dan bentuk
sirip adalah profil trapezoida, kemudian dibagi menjadi
10
1
bagian dan tiap
bagian terdiri dari 51 node, dengan dimensi node
Ä
x. Bahan sirip terbuat dari logam
dengan variasi bahan yaitu: aluminium murni, baja krom (Cr =1%), nikel (80% Ni,
20% Cr), seng murni dan timbal. Koefisien perpindahan panas konveksi (h)
bervariasi yaitu: 1000, 2000, 3000, 4000, 5000, 6000, 7000, 8000, 9000 dan 10000
W/m
2OC. Penelitian ini mengunakan metode komputasi bedahingga cara eksplisit
untuk menyelesaikan semua perhitungan.
Pada nilai koefisien perpindahan panas konveksi h = 10000 W/m
2OC saat
t = 4 detik : (1) distribusi suhu sirip paling cepat turun, (2) laju aliran kalor total
sirip paling besar, (3) efisiensi sirip menjadi paling kecil, (4) efektifitas sirip menjadi
paling kecil. Urutan bahan secara garis besar yang memiliki penurunan suhu
terbesar adalah: Timbal, Nikel (80% Ni, 20% Cr),
Baja krom (Cr=1%),
Seng murni
dan Aluminium murni. Urutan bahan yang memiliki laju aliran kalor dan efektivitas
terkecil adalah : Aluminium murni (Q
c= 2780,25 Watt,
= 2,17), Seng murni (Q
c=
2098,27 Watt,
= 1,64),
Baja krom (Cr=1%) (Q
c= 1837,90 Watt,
= 1,43),
Nikel
(80% Ni, 20% Cr) (Q
c= 1347,86 Watt,
= 1,05) dan Timbal (Q
c= 1112,24 Watt,
= 0,87). Perhitungan dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan stabilitas:
(1)
i i
n i i
n i
i
xAs
h
Ac
k
Ac
k
x
cV
t
0.5 0.5 0.5 0.5
(2)
i i
n i
i
xAs
h
Ac
k
x
cV
t
0.5 0.5
h
xAc
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
………
..
………
....
i
HALAMAN JUDUL (INGGRIS)
………
.
ii
HALAMAN SOAL
………
...
………
..
iii
HALAMAN DAFTAR PANITIA PENGUJI
………
.
………
..
iv
HALAMAN PERNYATAAN
………
.
v
KATA PENGANTAR
………
.
……
.
………
..
vi
INTISARI
………
.
viii
DAFTAR ISI
………
ix
DAFTAR NOTASI
………
..
xiv
DAFTAR GAMBAR
………
..
………
xvi
DAFTAR TABEL
………
xxviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
………
1
1.2. Batasan Penelitian
………
3
1.3. Tujuan Penelitian
………
...
5
1.4. Manfaat Penelitian
………
...
6
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Perpindahan Kalor
………
7
2.2. Perpindahan Kalor Konduksi
………
..
7
2.3. Perpindahan Kalor Konveksi
………
11
2.3.1. Perpindahan Kalor Konveksi Bebas
………
12
2.3.1.1. Rayleigh number (Ra)
………
...
13
2.3.1.2. Bilangan Nusselt (Nu)
………
..
14
2.3.2. Perpindahan Kalor Konveksi Paksa
………
.
14
2.4. Laju Aliran Kalor Pada Sirip
………
19
2.5. Efisiensi Sirip
………
...
20
2.6. Efektivitas Sirip
………
21
2.7. Mencari Model Matematik Pada Sirip
………
.
22
BAB III ANALISA KASUS
3.1. Benda Uji
………
.
24
3.2. Persamaan Diskrit Pada Setiap Node
………
..
26
3.2.1. Persamaan Diskrit Pada Node 0
………
..
26
3.2.2. Persamaan Diskrit Untuk Node di Dalam Sirip
……
...
26
3.2.3. Persamaan Diskrit Untuk Node di Ujung Sirip
………
28
3.3. Rumus Luasan Dan Volume Pada Benda Uji
………
.
31
3.4. Persamaan k Berubah Terhadap Suhu k = k(T)
Dengan 5 Variasi Bahan
………
.
34
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Benda Uji Penelitian
………
37
4.2. Metode yang Digunakan Dalam Penelitian
………
.
38
4.3. Peralatan Pendukung Penelitian
………
..
38
4.4. Langkah-langkah Pengambilan Data Penelitian
………
..
38
4.5. Pengolahan Data-data Penelitian
………
.
39
BAB V
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Perhitungan
………
.
40
5.1.1. Variasi Bahan
………
..
40
5.1.1.1. Bahan Aluminium murni
………
..
41
5.1.1.2. Bahan Baja krom (Cr = 1%)
………
. 43
5.1.1.3. Bahan Nikel (80% Ni, 20% Cr)
………
44
5.1.1.4. Bahan Seng murni
………
.
46
5.1.1.5. Bahan Timbal
………
47
5.1.1.6. Distribusi Suhu Dari Waktu ke
Waktu Pada Variasi Bahan
………
49
5.1.1.7. Laju Aliran Kalor Dari Waktu ke
Waktu Pada Variasi Bahan
………
55
5.1.1.8. Efisiensi Sirip Dari Waktu ke
Waktu Pada Variasi Bahan
………
61
5.1.1.9. Efektivitas Sirip Dari Waktu ke
Waktu Pada Variasi Bahan
………
67
5.1.2. Variasi Nilai Koefisien Perpindahan
Panas Konveksi (h)
………
..
73
5.1.2.1. Variasi Nilai Koefisien Perpindahan
Panas Konveksi h = 2000 W/m
2oC
………
.
74
5.1.2.2. Variasi Nilai Koefisien Perpindahan
Panas Konveksi h = 3000 W/m
2oC
………
.
75
5.1.2.3. Variasi Nilai Koefisien Perpindahan
Panas Konveksi h = 4000 W/m
2oC
………
.
76
5.1.2.4. Variasi Nilai Koefisien Perpindahan
Panas Konveksi h = 5000 W/m
2oC
………
.
78
5.1.2.5. Variasi Nilai Koefisien Perpindahan
Panas Konveksi h = 6000 W/m
2oC
………
.
79
5.1.2.6. Variasi Nilai Koefisien Perpindahan
Panas Konveksi h = 7000 W/m
2oC
………
.
80
5.1.2.7. Variasi Nilai Koefisien Perpindahan
Panas Konveksi h = 8000 W/m
2oC
………
.
82
5.1.2.8. Variasi Nilai Koefisien Perpindahan
Panas Konveksi h = 9000 W/m
2oC
………
.
83
5.1.2.9. Variasi Nilai Koefisien Perpindahan
Panas Konveksi h = 10000 W/m
2oC
………
84
5.1.2.10. Distribusi Suhu Dari Waktu ke
Waktu Pada Variasi h
………
86
5.1.2.11. Laju Aliran Kalor Dari Waktu ke
Waktu Pada Variasi h
………
92
5.1.2.12. Efisiensi Sirip Dari Waktu ke
Waktu Pada Variasi h
………
98
5.1.2.13. Efektivitas Sirip Dari Waktu ke
Waktu Pada Variasi h
………
104
5.2. Pembahasan
………
.
110
5.2.1. Pembahasan Variasi Bahan
………
.
110
5.2.2. Pembahasan Variasi Nilai Koefisien
Perpindahan Panas Konveksi (h)
………
.
112
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
………
..
117
6.2. Saran
………
.
119
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR NOTASI
A
cluas penampang tegak lurus arah aliran kalor konduksi ( m
2)
A
sluas permukaan total sirip yang bersentuhan dengan fluida (m
2)
As
il
uas penampang sirip yang bersentuhan dengan fluida pada node i
(m
2)
A
i-0,5luas penampang sirip pada posisi i-0,5 (m
2)
A
i+0,5luas penampang sirip pada posisi i+0,5 (m
2)
c
kalor spesifik bahan (
J
/
kg
.
oC
)
g
percepatan gravitasi (m/s
2)
h
nilai koefesien perpindahan panas konveksi (W/m
2oC)
k
konduktivitas termal bahan (W/m
oC)
n i
k
0,5konduktivitas termal bahan pada posisi i-0,5 (W/m
oC)
n i
k
0,5konduktivitas termal bahan pada posisi i+0,5 (W/m
oC)
L
panjang dinding (m)
n
jumlah node yang diambil
Pr
bilangan Prandtl
q
laju perpindahan kalor (W)
T
bsuhu permukaan benda yang nilainya sama dengan suhu dasar sirip (
oC)
T
isuhu pada node i (
oC)
T
∞suhu fluida (
oC)
T(x,t)
suhu sirip pada posisi x saat t (
oC)
n i
T
suhu pada posisi i pada saat n (
oC)
1
n i
T
suhu pada posisi i pada saat n+1 (
oC)
U
∞kecepatan fluida (m/s)
V
volume sirip (m
3)
V
ivolume benda pada posisi i (m
3)
Ä
t
jarak waktu yang diperlukan pada pengukuran (detik)
Ä
x
jarak antar node dalam arah x (m)
ä
panjang karakteristik (m)
efektivitas sirip
ç
efisiensi sirip
ì
viskositas (kg/m s)
ñ
massa jenis fluida (kg/m
3)
viskositas kinematik (m
2/s)
dx
dA
sperubahan luas selimut terhadap perubahan jarak dalam arah x
dx
dV
perubahan volume kontrol terhadap perubahan jarak dalam arah x
x
T
gradien suhu ke arah perpindahan kalor
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Benda uji
………
..
3
Gambar 2.1
Bagan yang menunjukkan arah aliran kalor
………
9
Gambar 2.2
Volume unsuran untuk nalisis konduksi-kalor satu-dimensi
…
9
Gambar 2.3
Perpindahan kalor konveksi dari suatu pla
t
………
.
12
Gambar 2.4
Bagan menunjukkan berbagai daerah aliran
lapisan-batas diatas plat rata
………
16
Gambar 2.5
Geometri aliran fluida benda uji
………
..
16
Gambar 2.6
Sirip dengan A = A(x)
………
.
22
Gambar 3.1
Benda uji beserta posisi nodenya
………
24
Gambar 3.2
Node didalam sirip
………
..
26
Gambar 3.3
Node diujung sirip
………
28
Gambar 3.4
Luas penampang volume kontrol
………
31
Gambar 3.5
Luas selimut volume kontrol
………
32
Gambar 3.6
Volume dari volume kontrol
………
33
Gambar 3.7
Konduktivitas termal Aluminium murni
………
.
34
Gambar 3.8
Konduktivitas termal Baja krom (Cr
≈
1%)
………
..
35
Gambar 3.9
Konduktivitas termal Nikel (80% Ni, 20% Cr)
………
35
Gambar 3.10 Konduktivitas termal Seng murni
………
.
36
Gambar 3.11 Konduktivitas termal Timbal
………
36
Gambar 4.1
Detail benda uji penelitian
………
37
Gambar 5.1
Nilai Distribusi suhu dari waktu ke waktu
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
42
Gambar 5.2
Nilai Distribusi suhu dari waktu ke waktu
Bahan: Baja krom (Cr =1%)
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
43
Gambar 5.3
Nilai Distribusi suhu dari waktu ke waktu
Bahan: Nikel (80% Ni, 20% Cr)
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
45
Gambar 5.4
Nilai Distribusi suhu dari waktu ke waktu
Bahan: Seng murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
46
Gambar 5.5
Nilai Distribusi suhu dari waktu ke waktu
Bahan: Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
48
Gambar 5.6
Nilai Distribusi suhu pada t = 0,1 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
49
Gambar 5.7
Nilai Distribusi suhu pada t = 0,5 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
50
Gambar 5.8
Nilai Distribusi suhu pada t = 1 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
51
Gambar 5.9
Nilai Distribusi suhu pada t = 2 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
52
Gambar 5.10 Nilai Distribusi suhu pada t = 3 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
53
Gambar 5.11 Nilai Distribusi suhu pada t = 4 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
54
Gambar 5.12 Nilai Laju aliran kalor pada t = 0,1 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
55
Gambar 5.13 Nilai Laju aliran kalor pada t = 0,5 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
56
Gambar 5.14 Nilai Laju aliran kalor pada t = 1 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
57
Gambar 5.15 Nilai Laju aliran kalor pada t = 2 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
58
Gambar 5.16 Nilai Laju aliran kalor pada t = 3 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
59
Gambar 5.17 Nilai Laju aliran kalor pada t = 4 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
60
Gambar 5.18 Nilai Efisiensi sirip pada t = 0,1 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
61
Gambar 5.19 Nilai Efisiensi sirip pada t = 0,5 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
62
Gambar 5.20 Nilai Efisiensi sirip pada t = 1 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
63
Gambar 5.21 Nilai Efisiensi sirip pada t = 2 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
64
Gambar 5.22 Nilai Efisiensi sirip pada t = 3 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
65
Gambar 5.23 Nilai Efisiensi sirip pada t = 4 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
66
Gambar 5.24 Nilai Efektivitas sirip pada t = 0,1 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
67
Gambar 5.25 Nilai Efektivitas sirip pada t = 0,5 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
68
Gambar 5.26 Nilai Efektivitas sirip pada t = 1 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
69
Gambar 5.27 Nilai Efektivitas sirip pada t = 2 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
70
Gambar 5.28 Nilai Efektivitas sirip pada t = 3 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
71
Gambar 5.29 Nilai Efektivitas sirip pada t = 4 detik
Bahan: Aluminium murni, Baja krom (Cr =1%),
Nikel (80% Ni, 20% Cr), Seng murni, Timbal
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 1000 W/(m
2oC)
………
..
72
Gambar 5.30 Nilai Distribusi suhu dari waktu ke waktu
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 2000 W/(m
2oC)
………
..
74
Gambar 5.31 Nilai Distribusi suhu dari waktu ke waktu
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 3000 W/(m
2oC)
………
..
75
Gambar 5.32 Nilai Distribusi suhu dari waktu ke waktu
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 4000 W/(m
2oC)
………
..
76
Gambar 5.33 Nilai Distribusi suhu dari waktu ke waktu
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 5000 W/(m
2oC)
………
..
78
Gambar 5.34 Nilai Distribusi suhu dari waktu ke waktu
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 6000 W/(m
2oC)
………
..
79
Gambar 5.35 Nilai Distribusi suhu dari waktu ke waktu
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 7000 W/(m
2oC)
………
..
80
Gambar 5.36 Nilai Distribusi suhu dari waktu ke waktu
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 8000 W/(m
2oC)
………
..
82
Gambar 5.37 Nilai Distribusi suhu dari waktu ke waktu
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 9000 W/(m
2oC)
………
..
83
Gambar 5.38 Nilai Distribusi suhu dari waktu ke waktu
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, h = 10000 W/(m
2oC)
………
..
84
Gambar 5.39 Nilai Distribusi suhu pada t = 0,1 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC,
berbagai variasi h (W/(m
2oC))
………
..
86
Gambar 5.40 Nilai Distribusi suhu pada t = 0,5 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC,
berbagai variasi h (W/(m
2oC))
………
..
87
Gambar 5.41 Nilai Distribusi suhu pada t = 1 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC,
berbagai variasi h (W/(m
2oC))
………
..
88
Gambar 5.42 Nilai Distribusi suhu pada t = 2 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC,
berbagai variasi h (W/(m
2oC))
………
..
89
Gambar 5.43 Nilai Distribusi suhu pada t = 3 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC,
berbagai variasi h (W/(m
2oC))
………
..
90
Gambar 5.44 Nilai Distribusi suhu pada t = 4 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC,
berbagai variasi h (W/(m
2oC))
………
..
91
Gambar 5.45 Nilai Laju aliran kalor pada t = 0,1 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
92
Gambar 5.46 Nilai Laju aliran kalor pada t = 0,5 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
93
Gambar 5.47 Nilai Laju aliran kalor pada t = 1 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
94
Gambar 5.48 Nilai Laju aliran kalor pada t = 2 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
95
Gambar 5.49 Nilai Laju aliran kalor pada t = 3 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
96
Gambar 5.50 Nilai Laju aliran kalor pada t = 4 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
97
Gambar 5.51 Nilai Efisiensi sirip pada t = 0,1 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
98
Gambar 5.52 Nilai Efisiensi sirip pada t = 0,5 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
99
Gambar 5.53 Nilai Efisiensi sirip pada t = 1 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
100
Gambar 5.54 Nilai Efisiensi sirip pada t = 2 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
101
Gambar 5.55 Nilai Efisiensi sirip pada t = 3 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
102
Gambar 5.56 Nilai Efisiensi sirip pada t = 4 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
103
Gambar 5.57 Nilai Efektivitas sirip pada t = 0,1 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
104
Gambar 5.58 Nilai Efektivitas sirip pada t = 0,5 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
105
Gambar 5.59 Nilai Efektivitas sirip pada t = 1 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
106
Gambar 5.60 Nilai Efektivitas sirip pada t = 2 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
107
Gambar 5.61 Nilai Efektivitas sirip pada t = 3 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
108
Gambar 5.62 Nilai Efektivitas sirip pada t = 4 detik
Bahan: Aluminium murni
T
i=250
oC, T
b=250
oC, T
~=30
oC, berbagai variasi h
…………
..
109
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Konstanta untuk Persamaan (2.16)
………
..
17
Tabel 2.2
Konstanta untuk Perpindahan Kalor dari Silinder Tak-Bundar ... 18
Tabel 2.3
Nilai Kira-kira Koefisien Perpindahan Panas Konveksi
………
.
19
Tabel 3.1
Persamaan k Berubah Terhadap Suhu k = k(T)
Dengan 5 Variasi Bahan
………
..
34
Tabel 5.1
Harga h dan Waktu yang Dipilih (
Ä
t)
………
.
41
Tabel 5.2
Nilai Hasil Perhitungan Sirip Saat t = 0,1 detik,
h = 1000 W/m
2oC
... 110
Tabel 5.3
Nilai Hasil Perhitungan Sirip Saat t = 0,5 detik,
h = 1000 W/m
2oC
... 111
Tabel 5.4
Nilai Hasil Perhitungan Sirip Saat t = 1 detik,
h = 1000 W/m
2oC
... 111
Tabel 5.5
Nilai Hasil Perhitungan Sirip Saat t = 2 detik,
h = 1000 W/m
2oC
... 111
Tabel 5.6
Nilai Hasil Perhitungan Sirip Saat t = 3 detik,
h = 1000 W/m
2oC
... 111
Tabel 5.7
Nilai Hasil Perhitungan Sirip Saat t = 4 detik,
h = 1000 W/m
2oC
... 112
Tabel 5.8
Nilai Hasil Perhitungan Sirip Saat t = 4 detik,
h = 2000 W/m
2oC
………
113
Tabel 5.9
Nilai Hasil Perhitungan Sirip Saat t = 4 detik,
h = 3000 W/m
2oC
………
113
Tabel 5.10 Nilai Hasil Perhitungan Sirip Saat t = 4 detik,
h = 4000 W/m
2oC
………
113
Tabel 5.11 Nilai Hasil Perhitungan Sirip Saat t = 4 detik,
h = 5000 W/m
2oC
………
114
Tabel 5.12 Nilai Hasil Perhitungan Sirip Saat t = 4 detik,
h = 6000 W/m
2oC
………
114
Tabel 5.13 Nilai Hasil Perhitungan Sirip Saat t = 4 detik,
h = 7000 W/m
2oC
………
114
Tabel 5.14 Nilai Hasil Perhitungan Sirip Saat t = 4 detik,
h = 8000 W/m
2oC
………
114
Tabel 5.15 Nilai Hasil Perhitungan Sirip Saat t = 4 detik,
h = 9000 W/m
2oC
………
114
Tabel 5.16 Nilai Hasil Perhitungan Sirip Saat t = 4 detik,
h = 10000 W/m
2oC
………
115
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini pengembangan dan penelitian tentang sirip pada kedaan tak tunak
dengan sifat bahan berubah terhadap perubahan suhu belum banyak dilakukan.
Dalam kehidupan sehari-hari profil sirip dapat dijumpai dari peralatan keseharian
sampai peralatan yang kompleks penggunaannya. Kebanyakan peralatan yang
dimaksud berfungsi untuk melepaskan kalor semaksimal mungkin tetapi dengan luas
permukaan yang terbatas.
Profil sirip dalam bidang permesinan berguna untuk memperluas permukaan
benda yang berhubungan dengan kalor dan mentransferkannya ke suatu fluida
dengan proses konveksi. Sekilas dapat dilihat dari mesin kendaraan bermotor, sirip
dipasang pada silinder luar dari kendaraan bermotor tersebut. Keunggulan dari
pemasangan sirip antara lain sirip tidak memakai banyak tempat karena volume dari
sirip tidak begitu besar, kekuatannya relatif aman dan dari segi ekonomis pembuatan
sirip relatif lebih murah. Dipasaran, sirip dijumpai dalam berbagai macam bentuk.
Bentuk dari sirip ini tidak mempengaruhi fungsi dari sirip itu sendiri.
Dari beberapa penelitian yang melibatkan model matematik persamaan benda
padat 1 dimensi keadaan tak tunak telah banyak dilakukan. Sebagai contohnya
Purnomo angkatan 1999 telah menguji keunggulan metode komputasi eksponensial
terhadap metode lain yang dipergunakan dalam mempelajari karakteristik pada benda
padat 1 dimensi keadaan tak tunak dengan cara menyelesaikan persamaan difusi
kalor. Pada penelitian tersebut sifat-sifat beda massa jenis, kalor jenis dan
konduktivitas termal bahan (
,c,k) diasumsikan seragam dan tidak berubah terhadap
perubahan suhu, atau
(T), c
c(T), k
k(T). Selain penelitian tersebut ada juga
penelitian dari Yusomin angkatan 2000 tentang perpindahan kalor pada sirip keadaan
tak tunak untuk benda 2 dimensi dengan metode komputasi beda hingga cara
eksplisit dengan 5 variasi bahan antara lain baja karbon (0.5%), perunggu, besi
murni, nikel murni, baja krom (20%) dan variasi nilai koefisien perpindahan panas
konveksi (h). Pada penelitian tersebut sifat-sifat bahan (
,c,k) diasumsikan seragam
dan tidak berubah terhadap perubahan suhu, atau
(T), c
c(T), k
k(T).
Dari latar belakang tersebut penulis melakukan penelitian tentang proses
perpindahan pada sirip pada keadaan tak tunak, berbeda dengan yang telah dilakukan
penulis lain yaitu perpindahan kalor pada sirip keadaan tak tunak untuk benda 1
dimensi dengan metode komputasi beda hingga cara eksplisit dengan 5 variasi bahan
dan variasi nilai koefisien perpindahan panas konveksi (h). Pada penelitian ini
sifat-sifat bahan (
,c) tetap dengan sifat bahan untuk konduktivitas termal bahan (k,
W/m
oC) merupakan fungsi suhu k = k(T). Fokus dari penelitian adalah pencarian
1.2. Batasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi bahan dan
pengaruh variasi koefisien perpindahan panas konveksi (h) pada distribusi suhu sirip
1 dimensi yang sedang melakukan proses perpindahan panas secara konduksi dan
konveksi pada keadaan tak tunak. Sedangkan proses perpindahan panas secara
radiasi diabaikan karena pengaruhnya cukup kecil.
Karena sirip yang diteliti pada 1 dimensi maka arah perpindahan panas
konduksinya dinyatakan dalam arah x. Nilai suhu awal sirip (T
i) merata, sedangkan
suhu dasar (T
b) dipertahankan tetap. Sirip berada di udara bebas yang suhunya (T
∞)
berharga tetap dan merata selama proses berlangsung. Sifat bahan, massa jenis dan
kalor jenis (
ñ
,c) homogen dengan sifat bahan untuk konduktivitas termal bahan (k,
W/m
oC) merupakan fungsi suhu k = k(T). Nilai koefisien perpindahan panas
konveksi (h) merata dan tetap selama proses tak tunak berlangsung. Penelitian
dilakukan perhitungan metode beda hingga cara ekplisit.
a. Geometri benda :
b. Model matematik:
t
t
x
T
dx
dV
c
T
t
x
T
dx
dA
h
x
t
x
T
A
T
k
x
s c
,
)
,
(
)
,
(
………
.
(1.1)
0 < x < L , t
≥
0
c. Kondisi awal benda :
Ti
T(x,0)
t)
T(x,
0
≤
x
≤
L , t = 0
………
(1.2)
d.
Persamaan untuk kondisi batas :
a). Kondisi batas di dasar sirip dipertahankan tetap dari waktu ke waktu sebesar
T
b.
T (x,t) = T(x,0) = T
bx = 0, t
≥
0
………
...
(1.3)
b). Kondisi batas pada ujung sirip, ujung sirip mengadakan proses perpindahan
panas konveksi dengan fluida sekitar.
t
t
x
T
cV
x
t
x
T
kA
T
T
hA
T
T
hA
s c c
)
,
(
)
,
(
)
(
………
..
(1.4)
x = L, t > 0
e.
Asumsi-asumsi:
- Suhu awal benda merata sebesar T = T
i.
- Suhu fluida yang bersentuhan dengan sirip dianggap tetap dan merata selama
proses tak tunak sebesar T = T
∞- Nilai koefisien perpindahan panas konveksi tetap dan merata sebesar h
- Sifat bahan untuk konduktivitas termal bahan merupakan fungsi suhu, yaitu k =
k(T)
- Sifat bahan (
ñ
, c) tetap dan merata, artinya di setiap posisi mempunyai sifat
-sifat yang sama dan tidak berubah terhadap perubahan suhu.
- Tidak ada energi yang dibangkitkan di dalam sirip.
- Selama proses tak tunak, sirip tidak mengalami perubahan bentuk dan volume.
Penelitian ini dilakukan dengan variasi bahan antara lain
aluminium murni, baja
krom (Cr =1%), nikel (80% Ni, 20% Cr), seng murni, timbal
. Variasi nilai koefisien
perpindahan panas konveksi (h) adalah 1000, 2000, 3000, 4000, 5000, 6000, 7000,
8000, 9000 dan 10000 W/m
2oC.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Memaparkan distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi sirip, efektivitas sirip
pada keadaan tak tunak dengan nilai k = k(T).
2.
Memaparkan pengaruh bahan terhadap distribusi laju perpindahan kalor pada
sirip, efisiensi sirip dan efektivitas sirip pada keadaan tak tunak dengan nilai k =
k(T).
3.
Memaparkan pengaruh nilai koefisien perpindahan panas konveksi terhadap
distribusi pada laju aliran kalor pada sirip, efisiensi sirip dan efektivitas sirip.
4.
Mendapatkan syarat stabilitas pada metode beda hingga cara eksplisit yang
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1.
Dapat menentukan nilai suhu dari waktu ke waktu pada setiap posisi yang
diinginkan didalam sirip tanpa harus mempergunakan termokopel atau pengujian
di laboratorium yang memerlukan banyak waktu dan biaya.
2.
Dapat menentukan nilai laju aliran kalor, efisiensi sirip dan efektivitas sirip pada
keadaan tak tunak dengan sifat konduktivitas bahan berubah terhadap suhu.
3.
Membantu dalam memilih bahan sirip yang memberikan laju perpindahan panas,
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Perpindahan Kalor
Definisi dari perpindahan kalor adalah aliran energi atau panas dari suatu
daerah yang mempunyai temperatur tinggi ke daerah lain yang memiliki temperatur
lebih rendah karena adanya beda suhu dari kedua daerah tersebut. Sedangkan definisi
dari laju perpindahan panas adalah adanya jumlah energi atau panas yang mengalir
pada benda padat, cair atau gas tiap satuan waktu. Ilmu perpindahan panas tidak
hanya menjelaskan energi kalor itu berpindah, tetapi juga dapat meramalkan laju
perpindahan yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu.
2.2. Perpindahan Kalor Konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah proses mengalirnya panas dari
daerah yang mempunyai temperatur tinggi ke daerah yang mempunyai temperatur
lebih rendah pada satu medium (padat, cair atau gas) atau antara medium berlainan
yang bersinggungan secara langsung. Pada aliran panas konduksi, hubungan molekul
secara langsung tanpa ada perpindahan molekul yang cukup besar menyebabkan
terjadinya perpindahan energi.
Suatu elemen zat memiliki energi yang disebabkan oleh kecepatan dan posisi
relatif molekul-molekulnya disebut energi dalam. Sehingga apabila molekul-molekul
bergerak semakin cepat, maka suhu dan energi yang terdapat didalam elemen zat
semakin tinggi. Bila molekul-molekul di suatu daerah memperoleh energi kinetik
rata-rata yang lebih besar dari pada yang dimiliki oleh molekul-molekul di suatu
daerah yang berdekatan, sebagaimana diwujudkan dengan adanya beda suhu, maka
molekul-molekul yang memiliki energi yang lebih besar itu akan memindahkan
sebagian energinya kepada molekul-molekul di daerah yang bersuhu lebih rendah.
Pada fluida, perpindahan energi dapat berlangsung dengan tumbukan elastic
(elastic impact) dan pada logam perpindahan energi dapat berlangsung dengan
pembauran (difusi/diffusion) elektron-elektron yang bergerak cepat dari daerah yang
bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah. Apapun mekanismenya, yang
pasti akibat dari konduksi panas yang dapat diamati ialah penyamaan suhu. Tetapi,
aliran panas dapat berlangsung terus menerus dari daerah yang lebih panas ke daerah
yang lebih dingin jika beda suhu dipertahankan dengan penambahan dan
pembuangan panas di berbagai. Laju perpindahan kalor itu berbanding dengan
gradien suhu normal :
x
T
A
q
………
.
……
. (2.1)
Apabila dimasukkan konstanta proporsionalitas, maka:
x
T
kA
q
………
...
(2.2)
Sumber: JP. holman, 1991,
Perpindahan Kalor
, hal. 2
Keterangan :
q = laju perpindahan kalor (W)
x
T
= gradien suhu ke arah perpindahan kalor
k = konduktifitas termal bahan (W/m
oC)
Untuk memenuhi hukum kedua termodinamika, yaitu bahwa kalor mengalir
ke suhu yang lebih rendah maka tanda minus diberikan.
T
Profil suhu
q
xx
Gambar 2.1 Bagan yang menunjukkan arah aliran kalor
.
q
= qA
Ä
x
q
xq
x+ÄxGambar 2.2 Volume unsuran untuk nalisis konduksi-kalor satu-dimensi
Persamaan 2.2 disebut juga hukum Fourier yang merupakan persamaan dasar dari
konduktivitas termal. Dengan adanya persamaan 2.2 sebagai titik awal, maka dapat
Pada gambar 2.2. jika sistem ini pada keadaan tak tunak yaitu suhu zat padat
itu berubah menurut waktu dengan energi yang dibangkitkan dalam zat padat itu,
dapat dibuat neraca energi untuk bagian yang tebalnya
Ä
x sebagai berikut:
Energi yang dihantarkan di muka kiri + energi yang dibangkitkan dalam unsur =
perubahan energi dalam atau dakhil (internal energi) + energi yang dihantarkan ke
luar unsur melalui muka kanan.
Kuantitas energi itu ialah sebagai berikut :
Energi di muka kiri :
x
T
kA
q
x
………
.
(2.3)
Energi yang dibangkitkan di dalam benda :
.
q
= q.A.
Ä
x
………
.
(2.4)
Perubahan energi dalam :
Ä
q =
t
T
x
A
c
.
.
.
………
...
(2.5)
Energi yang keluar dari muka kanan :
x x x
x
x
T
kA
q
………
....
(2.6)
=
x
x
T
k
x
x
T
k
A
Keterangan :
q = energi yang dibangkitkan persatuan volume (
W
/
m
3)
c = kalor spesifik bahan (
J
/
kg
.
oC
)
= kerapatan (densitas) (kg/
m )
3Jika hubungan-hubungan ini digabungkan ,maka didapatkan persamaan:
t
T
x
cA
x
qA
x
T
kA
x
x
T
k
x
x
T
k
A
atau
t
T
c
q
x
T
k
x
………
...
(2.7)
Sumber: JP. holman, 1991,
Perpindahan Kalor
, hal. 3
Persamaan 2.7 di atas hanya berlaku untuk kasus satu dimensi.
2.3. Perpindahan Kalor Konveksi
Perpindahan panas secara konveksi terjadi antara permukaan benda padat dan
fluida. Perpindahan panas tersebut dapat terjadi bila ada medium yang bergerak.
Pada perpindahan panas dengan cara konveksi dari suatu permukaan benda yang
mempunyai suhu lebih tinggi ke suhu fluida disekitarnya, panas akan mengalir
dengan cara konduksi dari permukaan benda ke fluida yang terdekat dengan
permukaan benda. Sehingga panas akan menaikkan suhu pada partikel-partikel
fluida. Partikel-partikel fluida tersebut akan bercampur dengan partikel-partikel
u
w
T
u
q
q
T
Gambar 2.3 Perpindahan kalor konveksi dari suatu pla
t
Laju perpindahan kalor dengan cara konveksi antara suatu permukaan dan
fluida dapat dihitung dengan hubungan :
)
(
hA
T
T
q
w………
(2.8)
Sumber: JP. holman, 1991,
Perpindahan Kalor
, hal. 2
Keterangan :
h = nilai koefesien perpindahan panas konveksi (W/m
2oC)
T
w= suhu plat (
oC)
T
= suhu fluida (
oC)
Perpindahan panas konveksi dapat diklasifikasikan dalam konveksi bebas dan
konveksi paksa menurut cara menggerakkan alirannya.
2.3.1. Perpindahan Kalor Konveksi Bebas
Pada proses perpindahan panas konveksi bebas ditandai dengan adanya fluida
yang bergerak yang dikarenakan beda massa jenisnya. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan temperatur. Pergerakan fluida bukan disebabkan karena adanya
alat bantu pergerakan seperti kipas angin, pompa, blower dan lain-lain. Contoh
perpindahan panas konveksi bebas adalah pada saat kita memanaskan air. Air dapat
dikarena adanya perbedaan masa jenis. Fluida yang mengalami pemanasan akan
mengembang sehingga masa jenisnya akan lebih kecil dari fluida yang dingin.
Untuk menghitung besarnya perpindahan panas konveksi bebas, harus
diketahui nilai koefisien perpindahan konveksi (h) terlebih dahulu. Untuk mencari
nilai h, dapat dicari dari Bilangan Nusselt. Karena Bilangan Nusselt fungsi dari
bilangan Rayleigh (Ra), maka bilangan Ra dicari terlebih dahulu.
2.3.1.1. Rayleigh number (Ra)
Bilangan Rayleigh dinyatakan dengan persamaan:
Pr
)
(
2 3 ~
v
T
T
g
Ra
i
………
...
(2.9)
2
)
(
,
1
T
T
~T
dengan
T
s f f
………
.
……
(2.10)
Sumber: JP. holman, 1991,
Perpindahan Kalor
, hal. 214 dan hal. 297
Keterangan :
g = percepatan gravitasi (m/s
2)
ä
= panjang karakteristik (m)
T
i= suhu dinding (K)
T
∞= suhu fluida (K)
T
f= suhu film (K)
= viskositas kinematik (m
2/s, dapat dilihat pada tabel)
2.3.1.2. Bilangan Nusselt (Nu)
Persamaan bilangan Nusselt untuk dinding vertikal adalah :
2
27 8
16 9 6 1
Pr
/
492
,
0
1
387
,
0
825
,
0
Ra
Nu
………
(2.11)
Sumber: JP. holman, 1991,
Perpindahan Kalor
, hal. 303
Dari bilangan Nusselt, dapat diperoleh nilai koefisien perpindahan kalor konveksi
Nu
k
h
atau
k
h
Nu
………
(2.12)
Sumber: JP. holman, 1991,
Perpindahan Kalor
, hal. 213
Keterangan :
h = koefisien perpindahan kalor konveksi (W/m
2oC)
k = konduktivitas termal bahan (W/m
oC)
2.3.2. Perpindahan Kalor Konveksi Paksa
Proses perpindahan kalor konveksi paksa terjadi karena fluida bergerak
disebabkan adanya alat bantu untuk menggerakan fluida. Alat bantu untuk
menggerakan fluida dapat berupa kipas angin, blower, pompa dan sebagainya.
Untuk menghitung besarnya perpindahan panas konveksi paksa, harus
diketahui nilai koefisien perpindahan konveksi (h) terlebih dahulu. Sama seperti
konveksi bebas, untuk mencari nilai h, dapat dicari dari Bilangan Nusselt. Untuk
perpindahan panas konveksi paksa, persamaan Bilangan Nusselt yang dipilih
Untuk aliran laminer dan turbulen pada plat atau bidang datar,
Syarat aliran laminer : Re
x< 100.000, Bilangan Reynold dirumuskan sebagai
berikut :
U
L
x~
Re
………
...
(2.13)
untuk persamaan Nusselt dengan x = 0 sampai dengan x = L :
3 1 2 1
Pr
Re
)
644
,
0
(
Lf
k
L
h
Nu
………
(2.14)
Syarat aliran turbulen : 500.000<Re<10
7untuk persamaan Nusselt dengan x = 0 sampai dengan x = L :
3 1 5
4
Pr
)
871
Re
037
,
0
(
Lf
k
L
h
Nu
………
(2.15)
Sumber: JP. holman, 1991,
Perpindahan Kalor
, hal. 214
Keterangan :
ñ
= massa jenis fluida (kg/m
3)
h = koefisien perpindahan kalor (W/m
2oC)
U
∞= kecepatan fluida (m/s)
ì
= viskositas, kg/m.s
k
f= koefisien perpindahan panas konduksi dari fluida (W/m
0C)
L = panjang dinding (m)
Transisi Daerah laminar
U
U
y
x
Sub-lapisan laminar Turbulen
U
U
Gambar 2.4 Bagan menunjukkan berbagai daerah aliran lapisan-batas diatas
plat rata.
Untuk aliran yang melintas benda seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.4
menurut Kazt untuk zat cair menunjukkan bahwa koefisien perpindahan panas
konveksi h rata-rata dapat dihitung dengan persamaan:
3 / 1
Pr
n
f
f
v
d
u
C
k
hd
………
.
(2.16)
Sumber: Knudsen, J. D., dan D. L. Katz, 1958,
Fluids Dynamics and Heat Transfer, McGraw-Hill
Book Company, New York
, hal. 168.
Aliran
u
Konstanta C dan n sesuai dengan tabel . Sifat-sifat yang digunakan dalam
persamaan (2.16) dievaluasi pada suhu film, seperti terlihat pada subscript f.
Tabel 2.1 Konstanta untuk Persamaan (2.16)
(Sumber: JP. holman, 1991,
Perpindahan Kalor
, hal. 268)
Re
dfC
n
0,4-4
0,989
0,330
4-40
0,911
0,385
40-4000
0,683
0,466
400-40,000
0,193
0,618
40.000-400,000
0,0266
0,805
Rumus yang lebih komprehensif lagi diberikan oleh Churchill dan Bernstein,
dan berlaku untuk seluruh rentang data yang ada:
5 / 4 8 / 5 4 / 3 3 / 2 3 / 1 2 / 1
282000
Re
1
Pr
4
,
0
1
Pr
Re
62
,
0
3
,
0
dNu
untuk 10
2< Re
d< 10
7; Pe
d> 0,2
………
.
(2.17)
Rumus ini memberikan hasil yang agak lebih rendah dari data rentang angka
Reynolds antara 20000 dan 400000, dan untuk rentang ini disarankan menggunakan
rumus berikut:
2 / 1 4 / 1 3 / 2 3 / 1 2 / 1282000
Re
1
Pr
4
,
0
1
Pr
Re
62
,
0
3
,
0
d dd
Nu
Dan h rata-rata dapat dihitung dari:
d
k
Nu
h
f………
(2.19)
Jakob merangkumkan hasil-hasil percobaan mengenai perpindahan kalor dari
silinder yang tidak-bundar. Persamaan (2.16) digunakan untuk mendapatkan korelasi
empiris untuk gas, dan konstanta yang digunakan dengan persamaan ini diringkaskan
dalam tabel (2.2)
Tabel 2.2 Konstanta untuk Perpindahan Kalor dari Silinder Tak-Bundar
(Sumber: JP. holman, 1991,
Perpindahan Kalor
, hal. 271)
Geometri
Re
dfC
n
5 x 10
3- 10
50,46
0,558
5 x 10
3- 10
50,102
0,675
5 x 10
3–
1,95 x 10
41,95 x 10
4- 10
50,160
0,0385
0,638
0,782
5 x 10
3- 10
50,153
0,638
4 x 10
3–
1,5 x 10
40,228
0,731
d
U
∞d
U
∞d
U
∞d
U
∞Untuk nilai kira-kira koefisien perpindahan panas konveksi ditunjukkan pada
tabel 2.3.
Tabel 2.3 Nilai Kira-kira Koefisien Perpindahan Panas Konveksi
(Sumber: JP. holman, 1991,
Perpindahan Kalor
, hal. 12)
h
Modus
W/m
2.
0C
Konveksi bebas,
Ä
T = 30
0C
Plat vertikal, tinggi 0,3 m
4,5
( 1 ft ) di udara
Silinder horisontal, diameter 5 cm
6,5
di udara
Silinder horisontal, diameter 2 cm
890
di dalam air
Konveksi paksa
Aliaran udara 2 m/s di atas plat
12
bujur sangkar 0,2 m
Aliaran udara 35 m/s di atas plat
75
bujur sangkar 0,75 m
Udara 2 atm mengalir di dalam
65
tabung diameter 2,5 cm,
kecepatan 10 m/s
Air 0,5 kg/s mengalir di dalam
3500
tabung 2,5 cm
Aliran udara melintas silinder
180
diameter 5 cm, kecepatan 50 m/s
Air mendidih
Dalam kolam atau bejana
2500-35000
Mengalir dalam pipa
5000-100000
Pengembunan uap air, 1 atm
Muka vertical
4000-11300
Di luar tabung horisontal
9500-25000
2.4. Laju Aliran Kalor Pada Sirip
Seluruh kalor dari dasar sirip yang berpindah ke sirip harus dibuang ke
lingkungan sekitarnya. Inilah fungsi pokok dari sirip. Sehingga diharapkan dengan
memasang sirip pada suatu benda, maka suhu benda tersebut akan selalu tetap atau
ke lingkungan sekitar disebut dengan laju aliran kalor. Tidak setiap sirip memenuhi
fungsinya dengan baik. Ada kalanya sirip hanya menambah biaya aplikasinya saja
dan tidak membantu proses pendinginan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan
mengetahui besarnya kalor yang dipindahkan tersebut, maka fungsi dari sirip dapat
dinilai bermanfaat atau tidak.
Besar laju aliran kalor dapat diketahui setelah diketahuinya terlebih dahulu
distribusi suhu pada sirip. Dari data-data hasil perhitungan distribusi suhu pada sirip,
maka besar laju aliran kalor yang dilepas oleh sirip dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan ini,
ni
i
i
T
T
hAs
q
0
)
(
………
..
(2.20)
Keterangan :
n = jumlah node yang diambil
q = harga perpindahan panas secara konveksi pada node i (Watt)
As
i=
luas penampang sirip yang bersentuhan dengan fluida pada node i
(m
2)
T
i= suhu pada node i (
oC)
T
∞= suhu fluida (
oC)
2.5. Efisiensi Sirip
Efisiensi sirip merupakan perbandingan antara kalor yang sesungguhnya
dilepas sirip dengan kalor maksimum yang dapat dilepaskan oleh sirip. Dapat
dinyatakan dengan:
T
T
hA
T
T
hAs
b s n
i
i i
sirip
0
Keterangan :
ç
= efisiensi sirip
h
= koefisien perpindahan panas konveksi (W/m
2 oC)
As
i=
luas penampang sirip yang bersentuhan dengan fluida pada node i
(m
2)
A
s= luas permukaan total sirip yang bersentuhan dengan fluida (m
2)
T
i= suhu pada node i (
oC)
T
∞= suhu fluida (
oC)
T
b= suhu permukaan benda yang nilainya sama dengan suhu dasar sirip (
oC)
n
= jumlah node yang diambil.
2.6. Efektivitas Sirip
Efektivitas sirip merupakan perbandingan kalor yang dilepas seluruh
permukaan benda bersirip dengan permukaan benda tersebut jika tidak bersirip.
Dapat dinyatakan dengan:
T
T
hA
T
T
hAs
b c n
i
i i
sirip
0
………
.
(2.22)
Keterangan :
As
i=
luas penampang sirip yang bersentuhan dengan fluida pada node i
(m
2)
2.7. Mencari Model Matematik Pada Sirip
Gambar 2.6 Sirip dengan A = A(x)
Dari gambar didapatkan,
kontrol
volume
dalam
ke
masuk
yang
konduksi
panas
aliran
Laju
=
kontrol
volume
dari
keluar
yang
konduksi
panas
aliran
Laju
+
kontrol
volume
permukaan
dari
konveksi
panas
aliran
Laju
+