• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20092010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20092010"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidkan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh:

Wahyu Evi Lestari

NIM: 051114044

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidkan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh:

Wahyu Evi Lestari

NIM: 051114044

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

(Philipians 4:13)

“Commit thy works unto the LORD, and thy thoughts

shall be established.”

(Proverbs 16:3)

Kupersembahkan Skripsi ini untuk:

™

Christ Jesus my God, true friend and saviour

™

Bapak, ibu dan keluarga besarku tercinta yang selalu

mendukung dan mendoakanku

(6)

v

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Maret 2010

Penulis

(7)

vi

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama

:

Wahyu

Evi

Lestari

Nomor Induk Mahasiswa

: 051114044

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIII

SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan hak

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan

royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal: 23 Maret 2010

Yang Menyatakan,

(8)

vii

Wahyu Evi Lestari

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa

kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun

ajaran 2009/2010, yang berjumlah 50 siswa. Instrumen yang digunakan adalah

kuesioner tingkat kepercayaan diri siswa, yang terdiri dari 76 item, yang disusun oleh

peneliti. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan Penilaian Acuan Patokan tipe 1 (PAP tipe 1). Tingkat kepercayaan diri

digolongkan menjadi 5 kualifikasi, yaitu: “sangat tinggi”, “tinggi”, “cukup”,

“rendah”, dan “sangat rendah”.

(9)

viii

JUNIOR HIGH SCHOOL BOPKRI 2 YOGYAKARTA

ACADEMIC YEAR OF 2009/2010

Wahyu Evi Lestari

Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

The research was aimed to know the self-confidence level of the VIII grade

students of junior high school BOPKRI 2 Yogyakarta academic year of 2009/2010.

The research was a descriptive research with a survey method. The subjects in

this research were all the VIII grade students of junior high school BOPKRI 2

Yogyakarta academic year of 2009/2010, by the amount of 50 students. The

instrument used was questionnaire of self-confidence level students, comprised of 76

items which has been arranged by the researcher. The technique of data analysis in

this researcher was Standard Reference Evaluation type one (PAP 1). The level of

self-confidence was classified into 5 categories, namely: “very high”, “high”,

“enough”, “low”, and “very low”.

(10)

ix

karunia, berkat, dan penyertaan-Nya yang begitu luar biasa dalam kehidupan penulis,

sehingga penulis dimampukan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sungguh

pengalaman yang sangat luar biasa saat penulis dapat melaksanakan dan

menyelesaikan penulisan skripsi ini bersama Yesus Kristus.

Penulisan skripsi ini terselesaikan karena ada berbagai pihak yang berkenan

membantu, membimbing, dan memotivasi penulis. Pantaslah penulis mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1.

Ibu Dr. Maria Margareta Sri Hastuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan pengetahuan, pengalaman yang berguna bagi penulis, dan

memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2.

Bapak Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A., selaku pembimbing yang penuh

kesabaran, pengertian, membimbing dan memotivasi penulis selama

penulisan skripsi.

(11)

x

5.

Segenap Karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu

pengurusan segala keperluan administrasi penulis.

6.

Bapak Yulius, S.Pd selaku kepala sekolah SMP BOPKRI 2 Yogyakarta yang

telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

7.

Siswa-siswi SMP BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah dengan rela memberikan

waktu untuk membantu penulis sehingga penulis memperoleh data penelitian.

8.

Bapak Paryadi, S.Pd selaku kepala sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta,

yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan uji coba alat

penelitian.

9.

Siswa-siswi SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah dengan rela memberikan

waktu dalam rangka uji coba penelitian.

10. Orang tuaku terkasih yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dana, dan

doa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan

baik.

11. Bapak dan Ibu Junaidi yang selalu memberika bantuan, dukungan, motivasi,

dan doa kepada penulis.

(12)

xi

yang indah tidak akan terlupakan.

14. Keluarga besarku yang ada di Jepara (Putat) dan di Tempel, yang selalu

mendukung dan mendoakan penulis selama studi.

15. Ezra, Yonas, Ezter, Tita, Roly, Rinto, Bob, Duon, mas Bayu, mas Pikal,

Cristo, Wawan, Iwan, Ricath, Yeni, Natalia, Restu, dan semua

saudara-saudaraku di PMK EFATA, yang selalu memberikan semangat dan doa

selama ini, sehingga aku bisa bertumbuh di dalam Tuhan.

16. Mbak Devi dan Gita, yang sudah membantu dalam membuat kisi-kisi

kuesioner dan dukungan doanya. Mas Dedy, yang sudah membantu

mengoreksi tata bahasa, dukungan, dan memberikan masukan-masukan.

17. Teman-teman BK angkatan 2005, Sr. Emil, Sr, Miryam, Ana, Sisil, Vidy,

Cuby, Nisa, Uday, Estu, Bul-bul, Agam, Dedek, Ike, Sr. Medy, Sr. Aquila,

Br. Edy, Nopy, Sr. Merychris, Putri, Beni, Siska, Ria, Desy, Saferia dan

semua teman-teman kelas A dan B yang tidak dapat penulis sebutkan

satu-satu. Terimakasih atas kebersamaanya selama kuliah dan selalu memberi

warna dalam perjalanan hidup ini.

(13)

xii

Yoga, keluarga Pdt. Karmito, keluarga bapak Iwan, mbak Oky, mas Candra,

Gloria, mas Kukuh, mbak Ucit), yang selalu memberikan dukungan doa,

semangat dan menunjukkan kebersamaannya selama ini.

21. Semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak

dapat penulis sebutkan satu demi satu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 23 Maret 2010

Penulis

(14)

xiii

HALAMAN JUDUL ……….

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

……….

ii

HALAMAN PENGESAHAN

……….

iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

……….

iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

……….

v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……….

vi

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ……….

vii

ABSTRACT BAHASA INGGRIS ……….

v

KATA PENGANTAR

……….

ix

DAFTAR ISI ……….

xiii

DAFTAR TABEL

……….

xv

DAFTAR LAMPIRAN

……….

xvi

BAB I. PENDAHULUAN

……….

1

A.

Latar Belakang Masalah ……….

1

B.

Rumusan Masalah

……….

6

C.

Tujuan Penelitian ……….

6

D.

Manfaat Penelitian

……….

6

E.

Definisi Operasional

……….

7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

……….

8

A.

Pengertian Kepercayaan Diri

……….

8

B.

Ciri-ciri Orang yang Memiliki Kepercayaan Diri yang Tinggi

10

C.

Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri ……….

14

D.

Cara untuk Menumbuhkan Kepercayaan Diri

……….

23

E.

Pengertian Remaja

……….

25

F.

Ciri-ciri Masa Remaja

……….

26

(15)

xiv

B.

Subjek Penelitian ………

32

C.

Instrumen Penelitian

………

33

1.

Kuesioner Kepercayaan Diri Siswa SMP

………

33

2.

Validitas dan Reliabilitas instrumen Penelitian

………

35

D.

Prosedur Penelitian

………

41

1.

Tahap Persiapan ………..

41

2.

Tahap Pelaksanaan Penelitian

………

44

E.

Teknik Analisi Data

………

45

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

………

47

A.

Tingkat Kepercayaan Diri Siswa Kelas VIII

SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010

47

B.

Pembahasan ……… 48

BAB V. RINGKASAN, KESIMPULAN, DAN SARAN

………

53

A.

Ringkasan ………

53

B.

Kesimpulan ……… 55

C.

Saran ……… 56

DAFTAR

PUSTAKA

……… 57

(16)

xv

Tabel 1 : Kisi-Kisi Kuesioner Kepercayaan Diri

Sesudah Revisi/Uji Coba ………

34

Tabel 2 : Rekapitulasi Hasil Uji Coba Kuesioner ……….

37

Tabel 3 : Daftar Indeks Kualifikasi Reliabilitas

...

38

Tabel 4 : Data Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta

………

43

Tabel 5 : Data Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta

………

44

Tabel 6 : Penggolongan Tingkat Kepercayaan Diri

Berdasarkan PAP Tipe 1 ………

46

Tabel 7 : Penggolongan Tingkat Kepercayaan Diri Siswa

Kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta

(17)

xvi

(Uji Coba)

………

59

Lampiran 2 : Tabulasi Skor Data Uji Coba ………

65

Lampiran 3 : Data Hasil Validitas Uji Coba Kuesioner

………

71

Lampiran 4 : Kuesioner Tingkat Kepercayaan Diri Siswa

(Penelitian)

………

74

Lampiran 5 : Data Tabulasi Penelitian

………

79

Lampiran 6 : Deskripsi Tingkat Kepercayaan Diri Siswa Kelas VIII

SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010

81

Lampiran 7 : Metode Belah Dua Uji Coba Kuesioner Tingkat

Kepercayaan Diri Siswa Kelas VIII

(18)

1

penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Siswa sebagai generasi muda adalah tulang punggung bangsa. Bangsa Indonesia yang kaya ini akan jaya apabila manusianya berilmu dan memiliki kepercayaan diri. Sarumpaet (1977: 11) mengatakan bahwa “Pendidikan berdisiplin dan bermutu sangat menolong dalam memajukan bangsa dan negara.” Pendidikan yang bermutu dan berdisiplin diharapkan bisa menciptakan generasi penerus bangsa yang mandiri dan memiliki kepercayaan diri, sehingga tidak pasrah pada keadaan dan selalu berjuang untuk mencapai yang lebih baik dan tidak hanya sekedar mengikuti pendapat orang lain.

Kemajuan bangsa Indonesia adadi tangan seluruh warga negara termasuk generasi muda. Keadaan generasi muda dapat menjadi gambaran keadaan bangsanya. Guru dan orang tua ditantang untuk memajukan bangsa dengan menciptakan generasi muda yang demokratis, kreatif, dan tidak pasrah pada keadaan. Bangsa Indonesia akan semakin berkembang jika generasi muda berani menghadapi tantangan, bertanggung jawab, berani bersaing untuk kemajuan dan perkembangan bangsa.

(19)

dikembangkan sepanjang kehidupan. Hurlock (1990: 27) mengatakan bahwa “…dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dari perilaku anak sepanjang hidupnya…” Untuk mengembangkan kepercayaan diri anak, dibutuhkan kerjasama antara guru dan orang tua. Tanpa kerjasama proses pembentukan kepercayaan diri kurang berhasil. Sarumpaet (1977: 45) mengatakan bahwa “Kerjasama adalah salah satu dasar terkuat dalam dunia pendidikan.”

Dengan mudah kita dapat menemukan anak-anak yang kurang percaya diri, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Kurangnya kepercayaan diri dapat menghambat pencapaian tujuan. Setiap orang mengharapkan dirinya berhasil dan mencapai apa yang menjadi harapannya. Keberhasilan selain ditentukan oleh kepandaian juga ditentukan oleh kepercayaan diri. Kepandaian dan kepercayaan diri seharusnya berjalan dengan seimbang.

Faktor yang memiliki pengaruh besar dalam pembentukan kepercayaan diri adalah keluarga, karena keluarga adalah tempat pertama kali anak bertumbuh; dalam keluargalah anak mengawali hidupnya. Sikap orang tua terhadap anak dalam keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan kepercayaan diri anak. Kalau dalam keluarga anak merasakan cinta dan penghargaan maka kepercayaan diri anak akan tumbuh.

(20)

kemampuan, bakat, serta sifat-sifat anaknya dan menggunakan pola pengasuhan yang tepat. Pola pengasuhan yang tepat sangat penting untuk perkembangan atau pertumbuhan anak selanjutnya.

Remaja tidak hanya berada dalam lingkungan keluarga, tetapi perlu bergaul dengan teman sebaya. Teman sebaya merupakan salah satu faktor dalam pembentukan kepercayaan diri karena apa yang dilihat dan didengar dari teman sebaya bisa ditiru anak. Sarumpaet (1977: 20) mengatakan bahwa “Anak-anak mudah meniru orang lain. Tabiat mereka terbentuk dengan apa yang mereka lihat, dengar, dan rasa.” Lingkungan teman sebaya dapat memberikan pengaruh pada anak. Pengaruh yang diberikan bisa positif, bisa negatif. Oleh sebab itu orang tua perlu mendampingi anak dalam menyaring pengaruh lingkungan. Dengan pendampingan yang baik dari orang tua, anak diharapkan akan tumbuh menjadi pribadi yang semakin dewasa dan memiliki kepercayaan diri.

(21)

raportnya jelek atau rendah tetapi apabila anak mempunyai kepercayaan diri yang baik, dia dapat lebih sukses daripada anak yang pandai tetapi kurang memiliki kepercayaan diri. Hal ini terjadi karena kepercayaan diri mempengaruhi sikap anak untuk berani mengungkapkan ide atau pendapatnya, berani mencoba, aktif, dan berani mengungkapkan pengetahuannya kepada orang lain. Jika ingin sukses, selain pandai perlu juga memiliki kepercayaan diri.

Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada masa puber. Pada masa puber ini, terjadi perubahan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Menurut Hurlock (1990: 184), pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual. Masa puber ini ditandai dengan beberapa perubahan dalam diri individu; pertumbuhannya pesat dan terjadi perubahan yang mencolok dalam proporsi tubuh. Dengan terjadinya perubahan dalam dirinya, individu dapat merasa kurang atau tidak percaya diri.

(22)

dimiliki dengan maksimal. Kepercayaan diri sangat berharga dalam kehidupan setiap orang.

Berdasarkan pengalaman peneliti sewaktu melaksanakan PPL di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta, peneliti mendapat kesan bahwa tingkat kepercayaan diri siswa-siswi SMP BOPKRI 2 Yogyakarta rendah. Hal ini dapat dilihat misalnya saat belajar di kelas: siswa takut untuk mengungkapkan pendapat atau ide, malu bertanya kepada guru bila ada yang kurang paham, takut salah dan kurang berani mencoba. Siswa kurang mau mencoba atau menjawab pertanyaan dari bapak atau ibu guru secara spontan. Bapak atau ibu guru terpaksa menunjuk atau meminta siswa untuk menjawab pertanyaan.

Menurut guru BK SMP BOPKRI 2 Yogyakarta mayoritas siswa berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya menengah ke bawah. Hal ini menyebabkan orang tua sibuk bekerja dari pagi hingga sore bahkan malam. Orang tua kiranya kurang memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan anak sehingga anak kurang terlatih untuk mengungkapkan ide atau pendapat, perasaan, bahkan pengalamannya, sehingga kepercayaan diri anak menjadi rendah.

(23)

B. Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi: 1. Guru pembimbing

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi guru pembimbing mengenai program bimbingan yang tepat untuk mengembangankan kepercayaan diri siswa.

2. Peneliti

Penelitian ini menambah wawasan peneliti mengenai kepercayaan diri.

3. Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta

Siswa dapat memperoleh manfaat dari program pengembangan kepercayaan diri yang dilaksanakan oleh guru pembimbing.

4. Peneliti lain

(24)

5. Pembaca

Penelitian ini dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai kepercayaan diri.

E. Definisi Operasional

Berikut ini dijelaskan definisi operasional dari istilah pokok yang digunakan dengan tujuan untuk memperjelas maksud penelitian ini.

1. Kepercayaan diri adalah keyakinan individu akan kemampuannya sendiri, yang dikembangkannya secara maksimal dan digunakannya dengan tepat dan sungguh-sungguh untuk meraih apa yang diharapkannya seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir kuesioner yang digunakan. Karena yakin akan kemampuan yang dimiliki, individu yang percaya diri mau bekerja keras untuk mencapai kebahagiaan yang diharapkannya, bertanggung jawab baik kepada diri sendiri, pada tugas yang diberikan dan keputusan yang sudah diambil, realistis dalam memilih cita-cita, berpikir positif baik terhadap diri maupun terhadap orang lain, mampu mengelola emosi dengan baik, dan memiliki prinsip yang kuat. 2. Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta adalah peserta didik

(25)

8

orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi, faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri, cara untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan penelitian yang relevan.

A. Pengertian Kepercayaan Diri

Mastuti (2008: 13) mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Individu yang percaya diri berusaha untuk selalu berpikir positif dalam menjalani setiap kehidupannya.

Menurut Angelis (2005: 5,10) kepercayaan diri adalah kemampuan menyalurkan segala yang kita ketahui dan segala yang kita kerjakan. Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa individu sebagai manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Jika individu yakin pada diri sendiri, maka apapun tantangan yang dihadapi dalam hidup ini akan dihadapinya.

(26)

Orang yang memiliki kepercayaan diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tingkat perkembangannya dengan baik. Orang yang percaya diri mempunyai keberanian dan kemampuan untuk meningkatkan prestasi dan juga akan dipercaya oleh orang lain.

Menurut The American Heritage Dictionary (Widarso, 2005: xi) kepercayaan diri (self confidence) adalah “Kesadaran akan kekuatan dan kemampuan diri sendiri.” Webster’s New World Dictionary mengartikan percaya diri sebagai bergantung pada kekuatan diri sendiri (Widarso, 2005:xi). Hasan dkk, dalam buku Kamus Istilah Psychology (Iswidharmanjaya dkk, 2004: 13) mengatakan bahwa “Percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat.” Orang yang penuh dengan rasa percaya diri memiliki sikap atau perasaan yang yakin pada kemampuannya sendiri. Keyakinan itu muncul setelah individu tahu apa yang dibutuhkan dalam hidupnya. Rasa yakin juga muncul setelah individu tahu apa yang diharapkan dalam hidupnya, dan mampu melihat kenyataan yang ada (Iswidharmanjaya dkk, 2004: 14).

(27)

positif, mampu mengelola emosinya, dan berusaha menyelesaikan tugasnya dengan sebaik mungkin serta berjuang meraih apa yang diharapkannya.

B. Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Kepercayaan Diri yang Tinggi

Menurut Lie (2003: 4) ciri-ciri orang yang percaya diri adalah: 1) Yakin kepada diri sendiri, 2) mandiri, 3) tidak ragu-ragu/optimis, 4) merasa diri berharga, 5) tidak menyombongkan diri, 6) memiliki keberanian untuk bertindak.

(28)

kemampuannya; bertambahnya kecakapan atau kemampuan dapat menambah percaya diri individu, 6) mandiri. Individu yang percaya diri tidak selalu bergantung pada orang lain sepenuhnya.

Iswidharmanjaya dkk (2004: 33-58 ) mengemukakan berbagai cirri orang yang percaya diri seperti yang diuraikan berikut ini:

1. Yakin akan kemampuannya sendiri: Kemampuan adalah potensi yang dimiliki seseorang untuk meraih sesuatu. Kemampuan mencakup, bakat, kreativitas, kepandaian dan lain sebagainya yang dapat digunakan untuk mengejar atau meraih sesuatu yang diharapkan/dicita-citakan. Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Orang yang percaya diri berusaha untuk mengetahui dan mengembangkan kemampuannya, dengan tujuan untuk meraih apa yang menjadi cita-cita/harapannya. Dengan mengetahui dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki, orang yang percaya diri menerima dirinya secara tulus dan tidak membandingkan dirinya dengan orang lain. Orang yang percaya diri sadar bahwa setiap manusia memiliki tolak ukur sendiri-sendiri dalam hal keberhasilan, sesuai dengan kemampuannya sendiri. Orang yang percaya diri adalah orang yang mandiri; dia tidak sepenuhnya bergantung pada orang lain. Orang yang percaya diri yakin pada kemampuannya dan mengenal kekurangan dan kelebihannya.

(29)

konformis adalah sikap atau kecenderungan orang untuk menjadi pengikut saja terhadap apa yang dikatakan orang lain/temannya dan tidak berani menyatakan pendapat dan sikap sendiri karena takut akan ditinggalkan serta dikucilkan oleh teman-temannya.

3. Bisa mengendalikan emosi: Emosi adalah segala macam perasaan yang ada dialami, misalnya senang, sedih, marah, terharu, dan kesal. Emosi perlu dikendalikan. Jika emosi tidak dikendalikan, emosi menjadi tidak stabil dan menyebabkan orang tidak bisa berpikir logis dan juga tidak bisa konsentrasi. Orang yang percaya diri mampu mengendalikan diri dengan selalu berpikir objektif dan realistic; dia mampu melihat sesuatu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.

4. Selalu berusaha bekerja keras: Orang yang percaya diri menganggap kegagalan sebagai suatu keberhasilan yang tertunda. Kegagalan dianggapnya sebagai tantangan untuk terus berusaha meraih hasil yang lebih bagus.

(30)

6. Realistis: orang yang realistis mengetahui batas kemampuannya, sehingga individu memiliki cita-cita yang sesuai dengan kemampuannya.

7. Bertanggung jawab: Individu yang percaya diri bertanggung jawab atas apa saja yang dilakukannya.

8. Berani menerima dan menghadapi penolakan: Setiap orang pernah mengalami penolakan. Penolakan bisa menimbulkan motivasitetapi juga bisa melemahkan motivasi, tergantung pada sikap individu terhadap penolakan yang bersangkutan. Orang yang percaya diri berani menerima dan menghadapi penolakan, dan menganggap penolakan sebagai pembangkit motivasi dan menjadi pelajaran yang berharga untuk menjadi lebih baik.

Lauster (Iswidharmanjaya dkk, 2004: 24) mengatakan bahwa ciri-ciri orang yang percaya diri adalah: 1) Tidak mementingkan diri sendiri, 2) cukup toleransi, 3) tidak membutuhkan dukungan dari orang lain secara berlebihan/mandiri, 4) bersikap optimis dan gembira.

(31)

pekerja yang efektif, dan 5) bertanggung jawab sehingga tugas yang diberikan selesai dengan tuntas.

Adapun ciri-ciri orang yang rasa percaya dirinya rendah adalah: 1) Kurang yakin akan kemampuan yang dimiliki, 2) pegangan/prinsip hidup kurang kuat, 3) kurang mampu mengendalikan emosi, 4) kurang mau bekerja keras untuk menuju kemajuan, 5) berpikir negatif, 6) kurang realistis, 7) kurang bertanggung jawab, 8) kurang berani menerima dan menghadapi penolakan (Iswidharmanjaya dkk, 2004)

C. Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri terbentuk melalui proses yang panjang. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri anak. Peneliti berkeyakinan bahwa faktor yang paling utama yang mempengaruhi kepercayaan diri anak adalah pola asuh dalam keluarga. Pendapat ini diperkuat oleh Mastuti (2008: 15) yang mengatakan bahwa meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri. Lindenfiel (1997: 14) mengatakan bahwa “Belum pernah saya menemukan seseorang yang kurang percaya diri, yang akar permasalahannya tidak berkaitan dengan ‘kurangnya’ asuhan dari pihak orang tua.”

(32)

pembentukan kepribadian anak. Orang tua bertanggung jawab terhadap perkembangan, pertumbuhan, dan pendidikan anak. Graha (2007: 15) mengatakan bahwa:

Orang tua bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan anak, karena: 1) Anak adalah anugerah Tuhan kepada orang tua, 2) anak mendapat pendidikan pertama kali dari orang tua, 3) orang tua adalah yang paling mengetahui karakter anaknya.

Menurut Hurlock (1990: 27) ada tiga pola pengasuhan orang tua, yaitu otoriter, demokratik dan permisif. Pola pengasuhan yang otoriter adalah pembentukan perilaku anak yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh mereka yang berkuasa (orang tua), dan dilakukan dengan ancaman atau hukuman. Pola pengasuhan yang demokratik adalah pola pengasuhan yang menekankan aspek pendidikan dalam melatih anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan standar yang diberikan dengan menerangkan apa sebabnya konformitas itu diperlukan, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pendapat tentang peraturan itu dan akan mengubah peraturan bila alasannya tampak sahih. Pola pengasuhan yang permisif adalah pola pengasuhan yang membiarkan anak untuk bertindak semau mereka sendiri dan mempelajari perilaku yang benar berdasarkan akibat dari perilaku yang bersangkutan.

(33)

bersangkutan akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik terhadap dirinya. Tindakan overprotective orang tua (segala sesuatu disediakan dan dibantu orang tua), akan menghambat perkembangan kepercayaan diri anak karena anak tidak belajar mengatasi problem dan tantangannya sendiri (Mastuti, 2008:15-16). Anak-anak akan tumbuh menjadi manusia yang percaya diri jika orang tua merawat, mengasuh, mendidik, dan menghargai anak dengan baik (Lie, 2004: 5)

Dasar awal yang diberikan oleh orang tua sangat mempengaruhi pertumbuhan anak selanjutnya. Bila dasar atau pondasi yang diberikan oleh orang tua baik dan kokoh, maka dapat diharapkan bahwa perkembangan untuk selanjutnya akan tetap baik. Hurlock (1990: 28) mengatakan bahwa perkembangan awal lebih penting daripada perkembangan selanjutnya, karena dasar awal sangat mempengaruhi proses belajar yang selanjutnya

. Menurut Lie (2004: 105-122), ada beberapa hal yang bisa dilakukan/diperhatikan oleh orang tua untuk membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, yaitu:

1. Mendampingi anak dalam proses perubahan dirinya

(34)

orang tua dan anak. Orang tua perlu menyadari bahwa perilaku anak remajanya ini merupakan cerminan dari proses pencarian jati dirinya. Ada tiga hal yang bisa dilakukan oleh orang tua dalam mendampingi anak, yaitu: Pertama, Orang tua bertugas untuk menjelaskan pada anak bahwa perubahan yang terjadi dalam dirinya adalah alami dan semua orang mengalaminya. Kedua, Biarkan anak bereksperimen dengan penampilan dalam batas-batas yang wajar. Ketiga, Ada baiknya orang tua menemukan kelebihan fisik anak (misalnya, rambutnya, tinggi badanya) dan berikan pujian.

2. Mendampingi anak untuk belajar membedakan yang baik dan buruk

Pada masa remaja, orang tua sebaiknya memberi kesempatan kepada anak untuk membedakan yang baik dan buruk sehingga dikemudian hari secara bertahap sesuai dengan perkembangannya dia tidak akan lagi membutuhkan peraturan dari orang tua karena ia sudah bisa menentukan yang terbaik untuk dirinya sendiri. Banyak godaan, persoalan, pilihan, dan tantangan di dunia luas yang harus dihadapi pada masa remaja dan sesudahnya. Oleh karena itu, anak perlu dibimbing untuk bisa membedakan sendiri mana yang seharusnya dia lakukan dan mana yang tidak.

3. Mendampingi anak dalam proses pencarian identitas

(35)

dan untuk menjadi orang dewasa, diapun belum siap. Pendampingan orang tua dalam proses pembentukan konsep diri anak akan sangat berarti bagi anak. Kelak jika dia bisa melalui masa pencarian identitas dengan baik, anak akan tampil sebagai pribadi yang mantap dan percaya diri.

4. Mengajari anak untuk membuat pilihan-pilihan dengan bertanggung jawab Orang tua tidak akan selamanya hidup bersama anak. Suatu saat pasti anak akan meninggalkan orang tuanya untuk mengepakkan sayapnya dan memasuki kehidupannya sendiri, atau akan tiba saatnya orang tua kembali ke sang pencipta. Oleh sebab itu, anak perlu disiapkan untuk bisa membuat pilihan-pilihannya sendiri karena orang tua tidak akan selalu ada untuk membuatkan pilihan bagi anaknya. Ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk mengajari anak membuat pilihan, yaitu: Pertama, biarkan anak mengambil resiko dalam membuat pilihan, bisa dimulai dari pilihan-pilihan yang sederhana. Kedua, beri ruang untuk pilihan-pilihan yang keliru dan gunakan kesempatan ini agar anak bisa menyadari kekeliruan pilihannya. Saat anak keliru dalam membuat keputusan jangan jatuhkan atau dimarahi namun biarkan dia menemukan sendiri resiko atas setiap pilihan yang dia buat. Ketiga, jangan terus menyalahkan anak atas pilihan keliru tapi biarkan dia bertanggung jawab atas akibat dari pilihan yang keliru tersebut.

5. Memberi ruang untuk perbedaan pendapat dan keinginan

(36)

anak mempunyai kebutuhan untuk mengembangkan kebebasan berpikir dan berperasaan. Anak yang mempunyai kebebasan berpikir dan berperasaan akan tumbuh menjadi manusia dengan rasa percaya diri. 6. Dengarkan anak

Sebagai manusia, anak remaja mempunyai kebutuhan untuk didengarkan dan dihargai. Ketika anak berusaha menceritakan atau mengatakan sesuatu kepada orang tua, orang tua sebaiknya menyisihkan waktu untuk mendengarkan. Tunjukkan minat dan perhatian pada cerita anak dan ungkapkan respon anda sebagai orang tua dan buang sikap menghakimi.

7. Menjadi teman bagi anak

Walaupun anak remaja sangat bergantung pada teman-teman sebayanya, tetapi sebagai orang tua juga bisa berperan sebagai teman, dan tidak terus menerus sebagai orang tua. Terkadang anak mengalami kebingungan terhadap peranan teman-teman sebayanya dalam kehidupannya dan di satu sisi teman-temanya sangat berpengaruh terhadapnya. Tetapi di lain sisi, kadang nuraninya mengatakan apa yang dikatakan atau dilakukan teman-temannya belum tentu benar dan tidak selalu harus diikuti. Pada saat seperti inilah, anak membutuhkan teman lain yang bisa dia percaya dan orang tua bisa berperan mengisi kekosongan ini.

(37)

Masalah pergaulan remaja sangat penting diperhatikan karena kelompok adalah segalanya bagi remaja sehingga anak remaja perlu dibina untuk menjadi selektif dan kritis memilih teman-teman dekatnya. Orang tua sebaiknya mendorong anak untuk membuat kelompok yang heterogen (laki-perempuan, beda etnis, dan beda agama) dengan tujuan agar anak bisa bersosialisasi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda. 9. Berbicara dengan anak mengenai pergaulan dengan lawan jenis

Pada masa remaja, anak mulai merasakan ketertarikan pada lawan jenis. Namun, di sisi yang lain, mereka merasakan kecanggungan atau kekakuan untuk melakukan interaksi dengan teman-teman yang berlainan jenis. Ada empat hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendampingi anak dalam hal mengenal pergaulan dengan lawan jenis, yaitu: Pertama, terbukalah untuk mendengarkan siapa yang dia sukai dan mengapa dia menyukainya. Kedua, jangan mengolok-olok ketertarikannya pada teman lawan jenis dan jangan pula mendorongnya untuk bersikap terlalu serius terhadap ketertarikan ini. Ketiga, ajak anak untuk melihat bahwa waktu di depannya masih panjang untuk menentukan pilihan-pilihan yang lebih serius. Belum waktunya, anak remaja untuk menjalin hubungan hanya dengan satu teman lawan jenis dengan serius. Keempat, mendorong anak untuk berinteraksi dengan beberapa teman lawan jenis yang lain.

(38)

Pada masa pubertas ini, anak remaja mengalami proses pembentukan seksualitas termasuk dorongan seksual. Anak laki-laki akan tumbuh dan mempersiapkan diri menjadi seorang pria dewasa; suaranya mulai berubah menjadi besar dan otot-otot tubuhnya makin menguat. Begitu juga dengan anak perempuan, ia akan mengalami siklus menstruasi dan bentuk tubuhnya berubah, buah dada dan pinggul membesar. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang luar biasa sehingga dikhawatirkan mereka akan mencari informasi mengenai seksualitasnya dari sumber-sumber yang kurang bisa dipercayai (gambar dan situs porno, dan lain-lain). Oleh karena itu, orang tua sebaiknya menyiapkan diri sebagai sumber yang bisa dipercayai untuk memuaskan rasa ingin tahu anak dan membimbing anak dalam proses pembentukan seksualitasnya dengan aman dan baik.

11. Membicarakan dengan anak mengenai cita-cita hidupnya

Sebagian besar remaja belum mempunyai cita-cita hidup yang mantap dan pandangan mereka mengenai masa depan masih belum stabil dan realistis. Tetapi tidak ada salahnya, orang tua memberi pandangan mengenai masa depan dan cita-cita. Orang tua perlu membantu remaja meningkatkan rasa percaya dirinya dalam menyongsong masa depan dan menentukan cita-citanya. Remaja juga membutuhkan kesempatan untuk menjelajahi berbagai peranan dan pilihan hidup agar nantinya bisa membuat pilihan yang tepat.

(39)

Pada masa remaja ini, anak mengalami kebingungan antara menjadi anak dan manusia dewasa. Remaja tidak suka dianggap dan diperlakukan sebagai anak kecil walaupun kadang-kadang masih menunjukkan perilaku seperti anak.

13. Memberi tanggung jawab untuk melakukan tugas yang lebih kompleks dan menantang

Sebagai orang tua yang berperan penting dalam pertumbuhan anaknya, orang tua bisa menyiapkan anaknya untuk menjalani kehidupannya sendiri dengan mandiri, dengan memulai melibatkan anak dalam tanggung jawab yang lebih kompleks dan menantang sejak masa remaja. Keberhasilan dalam menyelesaikan suatu tanggung jawab akan menumbuhkan rasa percaya diri anak.

14. Mendorong anak untuk melanjutkan peningkatan hobi dan bakatnya Pada masa remaja, anak mempunyai minat yang luar biasa besar terhadap hal-hal di luar pelajaran sekolah, tetapi mereka juga mudah merasa bosan dan jebuh dengan apa yang sedang dia lakukan dan kadang kala mereka juga meragukan bakat dan kemampuannya sendiri, terutama ketika ia dibandingkan dengan teman lain. Anak remaja membutuhkan dorongan semangat dari orang tua untuk memantapkan atau meningkatkan rasa percaya dirinya terhadap bakat dan kemampuannya.

15. Membina kehidupan rohaninya

(40)

perlu memahami bahwa orang tua tidak selalu ada dan hadir ketika ia membutuhkan orang tua, namun ada Allah yang tidak dapat mereka lihat tapi selalu hadir dalam hidup mereka sehari-hari. Dengan kesadaran ini, diharapkan anak selalu bisa berdoa, merasa aman, dan percaya.

D. Cara untuk Menumbuhkan Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri adalah hasil proses yang panjang; kepercayaan diri tidak didapat secara instan. Kunci untuk menjadi percaya diri adalah berani berubah. Dengan berani berubah maka individu akan berusaha untuk menjadi lebih baik. Riyanto (2006: 51) mengatakan bahwa “…dasar untuk mengadakan perubahan adalah sikap menerima apapun di dalam diri sendiri tanpa syarat dan sepenuh-penuhnya.” Iswidharmanjaya dkk (2004: 77) mengatakan bahwa menjadi pribadi yang percaya diri dimulai dari dalam diri sendiri. Siapapun di dunia ini tidak ada yang bisa mengobati rasa kurang percaya diri selain diri sendiri.

(41)

1. Mengumpulkan keberhasilan-keberhasilan atau menambah hal-hal yang positif pada diri sendiri. Keberhasilan tidak hanya menunjuk kepada sesuatu yang besar, tetapi keberhasilan yang sederhana pun jika disyukuri dan diusahakan terus-menerus akan menambah sikap percaya diri.

2. Kemampuan untuk memaafkan kesalahan dan keterbatasan diri sendiri. Kemampuan memanfaatkan diri sendiri akan memelihara rasa percaya diri dan bahkan meningkatkannya. Dengan demikian, kita akan tetap mampu mencintai diri sendiri.

(42)

Untuk meningkatkan kepercayaan diri anak, perlu ada dukungan dari tokok-tokoh yang signifikan (significant other) dalam hidup anak, misalnya: orang tua, teman sebaya, guru dan orang-orang yang berpengaruh dalam diri siswa. Tanpa ada dukungan dari orang tua, teman sebaya, dan guru, proses perkembangan kepercayaan diri kurang dapat berkembang dengan baik.

E. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa transisi atau masa perpindahan dari masa anak-anak ke masa dewasa Istilah adolescence atau masa remaja berasal dari kata Latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Pada masa remaja ini, individu mengalami perubahan dan kematangan baik secara mental, emosional, sosial, dan fisik. Awal masa remaja berlangsung antara usia tiga belas tahun sampai enam belas atau tujuh belas tahun. Awal masa remaja sering disebut sebagai “usia belasan” dan terkadang juga disebut sebagai “usia belasan yang tidak menyenangkan” (Hurlock, 1980:206). Menurut Monks dkk (2006: 262) masa remaja berlangsung antara usia 12 dan 21 tahun, dengan pembagian: remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).

(43)

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual;

2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa;

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri, Muangman (1980, dalam Sarwono, 2005: 9).

F. Ciri-ciri Masa Remaja

Menurut Hurlock (2004: 207-209) masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri yang dimaksudkan adalah:

1. Masa remaja sebagai periode yang penting

Setiap periode dalam rentang kehidupan manusia semuanya adalah penting, dengan kadar kepentingan yang berbeda-beda. Pada masa remaja awal ini perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan

(44)

terjadi di masa lalu atau sebelumnya akan meninggalkan bekas pada masa sekarang dan juga masa yang akan datang. Dalam masa peralihan ini, anak-anak harus meninggalkan sifat kekanak-kanakannya dan berusaha mempelajari perilaku dan sikap baru untuk menggantikan sikap dan perilaku kanak-kanak yang telah ditinggalkan. Dalam periode peralihan ini, individu mengalami kebingungan dan keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa peralihan ini, remaja bukan lagi seorang anak dan belum termasuk orang dewasa. Ada nilai positif dari masa peralihan ini, status yang kurang jelas ini memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang diinginkannya dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan

(45)

perilaku, sehingga nilai-nilai juga berubah. Apa yang dianggap penting pada masa kanak-kanak setelah hampir dewasa tidak penting lagi. Keempat, bersikap ambivalen terhadap perubahan yang terjadi. Remaja menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi takut untuk bertanggungjawab akan akibat perbuatan yang dilakukannya dan meragukan kemampuannya untuk dapat mengatasi tanggungjawab tersebut.

4. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode perubahan dalam rentang kehidupan mempunyai masalah sendiri-sendiri, namun masalah pada masa remaja ini sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun oleh anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan tersebut, yaitu: pertama, pada masa kanak-kanak jika ada masalah, masalah tersebut sebagian besar diselesaikan oleh orang tua dan guru; hal ini menyebabkan remaja tidak mempunyai banyak pengalaman dalam hal menyelesaikan masalah. Kedua, pada masa remaja ini, individu merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalah yang dihadapinya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

(46)

teman-temannya dalam banyak hal, seperti pada waktu masih masa anak-anak ia mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebaya. Salah satu cara untuk membentuk identitas diri adalah mencoba mengangkat diri sendiri sebagai individu dengan menggunakan symbol status dalam berbagai bentuk, misalnya dalam bentuk pakaian dan pemilikan barang-barang lain yang mudah dilihat baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Pada masa remaja ini, ada anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan berperilaku merusak. Hal ini menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut untuk bertanggungjawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. Stereotip ini menyebabkan atau menimbulkan banyak pertentangan dengan orang tua dan antara orang tua dan anak terjadi jarak yang menghalangi anak untuk meminta bantuan orang tua untuk mengatasi berbagai masalahnya.

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

(47)

tercapai ia akan merasa kecewa karena tidak berhasil mencapai angan-angan atau cita-citanya.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan, banyak remaja yang menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sendir hampir dewasa. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa misalnya merokok.

G. Penelitian yang Relevan

Widyaningsih (2008) meneliti tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negri I Tepus Gunung Kidul tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Negri I Tepus Gunung Kidul tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 144 siswa. Peneliti memakai sampel 60 siswa. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tingkat kepercayaan diri, yang terdiri dari 82 item yang disusun oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan adalah Penelitian Acuan Patokan (PAP) tipe I. Kesimpulannya adalah tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negri I Tepus Gunung Kidul tahun ajaran 2008/2009 termasuk dalam kategori “cukup.”

(48)
(49)

32

instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri

siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010. Jenis

penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2

Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010, yang berjumlah 50 siswa yang terdiri dari 2

kelas, yaitu kelas VIII A dan kelas VIII B. Peneliti membatasi penelitian pada

kelas VIII supaya penelitian lebih terbatas dan terfokus. Alasan peneliti memilih

kelas VIII sebagai subjek penelitian adalah karena siswa kelas VII baru

menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, sedangkan kelas IX sedang sibuk

mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian, dan tidak diijinkan jam pelajarannya

digunakan untuk penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian populasi karena

(50)

C. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Kepercayaan Diri Siswa SMP

Penelitian ini menggunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti,

dan dikonsultasikan kepada pembimbing skripsi dan rekan peneliti yang

sarjana psikologi, untuk mengoreksi tata bahasa dan untuk melihat

kesesuaian butir-butir kuesioner dengan tujuan penelitian. Tujuan

kuesioner ini adalah untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa

kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010.

Pernyataan-pernyataan dalam kuesioner ini berupa pernyataan

favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan positif

yang menggambarkan adanya kepercayaan diri. Pernyataan unfavorable

adalah pernyataan negatif yang menggambarkan negatifnya atau tidak

adanya kepercayaan diri.

Alternatif jawaban yang disediakan dalam penelitian ini adalah

Selalu (S), Sering (SR), Jarang (J), dan Tidak Pernah (TP). Untuk jawaban

dalam setiap item yang sudah diberikan responden perlu diberi skor.

Penentuan skor untuk pernyataan favorable adalah sebagai berikut: 4

untuk alternatif jawaban Selalu (S), 3 untuk alternatif jawaban Sering

(SR), 2 untuk alternatif jawaban Jarang (J), dan Tidak Pernah (TP)=1.

Skor untuk pernyataan unfavorable adalah Selalu (S)=1, Sering (SR)=2,

Jarang (J)=3, dan Tidak Pernah (TP)=4. Kisi-kisi kuesioner kepercayaan diri dapat dilihat pada tabel 1, sedangkan kuesioner uji coba penelitian

(51)

Tabel 1

Kisi-kisi Kuesioner Kepercayaan Diri Sesudah Revisi/Uji Coba No Ciri-ciri orang yang

percaya diri Nomer item Favorable Nomer item Unfavorable Jumlah item 1. Yakin akan kemampuan

yang dimiliki

a. Mengembangkan

kemampuan yang dimiliki

6 73 2

b. Menggunakan kemampuan yang dimiliki secara optimal

57, 67, 18 - 3

c. Mampu menyesuaikan

diri dengan lingkungan

66, 41, 72 12 4

d. Mampu menyelesaikan

tugas yang diberikan tanpa bantuan orang lain sepenuhnya

31, 56 68 3

e.Mampu membuat

keputusan sendiri

29 7, 75 3

2. Memiliki

pegangan/prinsip hidup cukup kuat

Memiliki prinsip yang

jelas

24 45, 32 3

3. Mampu mengendalikan emosi

Mampu mengatasi emosi

yang berlebihan

69, 8, 55, 46 19 5

4. Mau bekerja keras untuk menuju kemajuan

Berani menerima

kegagalan

30, 13, 76 58, 9, 23 6

5. Berpikir positif

a. Menerima kekurangan

yang ada pada diri

63, 70 20 3

b. Memahami kelebihan yang ada pada diri

47, 54 14 3

c. Menghargai kekurangan

yang dimiliki orang lain/teman

62, 65 4 3

d. Memahami/menghargai

kelebihan orang lain

(52)

No Ciri-ciri orang yang percaya diri Nomer item Favorable Nomer item Unfavorable Jumlah item

e. Mampu berkomunikasi

dengan orang lain

10, 53, 59, 3, 22

5

f. Memberi kesempatan kepada orang

lain/teman untuk mengungkapkan pendapatnya

49 2 2

6. Realistis

Memiliki cita-cita yang jelas

15, 43, 25 40, 21 5

7. Bertanggung jawab a. Bertanggung jawab atas

dirinya sendiri

60, 36, 11, 71 28 5

b. Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan

50, 38, 64, 51 26, 74, 35 7

c. Bertanggung jawab atas keputusan yang sudah diambil

61, 42 16 3

8. Berani menerima dan menghadapi penolakan a. Mengambil hikmah dari

penolakan

52, 39, 5 - 3

b. Berani mencoba sesuatu yang baru

27, 34, 1 - 3

Total 76

2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan alat pengukuran yang baik dalam suatu penelitian perlu diperhatikan dua hal penting yang harus dimiliki oleh setiap alat pengukuran yaitu validitas dan reliabilitas (Furchan, 2004: 293).

a. Validitas

(53)

digunakan validitas isi. Validitas isi adalah suatu validitas yang menunjukkan sampai di mana isi suatu tes atau alat pengukur mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau diteskan (Masidjo, 1995: 243). Proses perhitungan taraf validitas dilakukan dengan cara memberikan skor pada setiap item dan mentabulasi data uji coba. Tabulasi skor data uji coba dapat dilihat pada lampiran 2. Selanjutnya, proses perhitungan dilakukan dengan komputer melalui program SPSS (Statistical Programme for Social Science) for window versi 15.0.

Azwar mengatakan bahwa koefisien item 0,30 dapat dianggap memuaskan. Tetapi apabila jumlah item yang lolos masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka peneliti dapat mempertimbangkan untuk menurunkan batas kriteria 0,30, sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai (Azwar, 2009: 65). Dalam penelitian ini, peneliti menurunkan batas kriteria dari 0,30 menjadi 0,27 dengan alasan untuk mendapatkan jumlah item yang seimbang (jumlah item genap). Kriteria 0,27 sudah mendekati koefisien 0,30. Dalam uji coba kuesioner ini terdapat 76 item yang valid dan 26 item yang gugur. Rekapitulasi hasil uji coba kuesioner

dapat dilihat pada tabel 2, sedangkan hasil perhitungan taraf validitas

(54)

Tabel 2

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Kuesioner No Ciri-ciri orang yang percaya diri Jumlah

Item

Valid Gugur

1. Yakin akan kemampuan yang dimiliki a. Mengembangkan kemampuan yang

dimiliki

5 2 3

b. Menggunakan kemampuan yang dimiliki secara optimal

6 3 3

c. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

9 4 5

d. Mampu menyelesaikan tugas yang diberikan tanpa bantuan orang lain sepenuhnya

3 3 -

e.Mampu membuat keputusan sendiri 5 3 2

2. Memiliki pegangan/prinsip hidup cukup kuat

Memiliki prinsip yang jelas 5 3 2

3. Mampu mengendalikan emosi

Mampu mengatasi emosi yang berlebihan 7 5 2

4. Mau bekerja keras untuk menuju kemajuan

Berani menerima kegagalan 7 6 1

5. Berpikir positif

a. Menerima kekurangan yang ada pada diri 4 3 1

b. Memahami kelebihan yang ada pada diri 3 3 -

c. Menghargai kekurangan yang dimiliki orang lain/teman

4 3 1

d. Memahami/menghargai kelebihan orang lain

5 5 -

e. Mampu berkomunikasi dengan orang lain 7 5 2

f. Memberi kesempatan kepada orang lain/teman untuk mengungkapkan pendapatnya

3 2 1

6. Realistis

Memiliki cita-cita yang jelas 6 5 1

7. Bertanggung jawab

a. Bertanggung jawab atas dirinya sendiri 6 5 1

b. Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan

7 7 -

c. Bertanggung jawab atas keputusan yang sudah diambil

(55)

No Ciri-ciri orang yang percaya diri Jumlah Item

Valid Gugur

8. Berani menerima dan menghadapi penolakan

a. Mengambil hikmah dari penolakan 3 3 -

b. Berani mencoba sesuatu yang baru 4 3 1

Jumlah 102 76 26

b. Reliabilitas

Reliabilitas suatu instrumen adalah taraf sampai di mana

suatu instrumen mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukuran

yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil

(Masidjo, 1995: 209).Metode yang digunakan untuk mengukur taraf

reliabilitas dalam uji coba penelitian ini adalah metode belah dua

(split-half method), karena metode belah dua merupakan metode yang lebih efisien karena hanya satu kali pengukuran pada satu kelompok. Metode belah dua yang dipakai adalah berdasarkan urutan nomor item kuesioner, yang bernomor ganjil dan bernomor genap.

Untuk melihat taraf reliabilitas digunakan pedoman daftar indeks

kualifikasi reliabilitas (Masidjo, 1995: 205), seperti yang disajikan

pada tabel 3.

Tabel 3

Daftar Indeks Kualifikasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat Tinggi

(56)

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,21-0,40 Rendah

Negatif-0,20 Sangat Rendah

Untuk menghitung taraf reliabilitas kuesioner, peneliti menempuh langkah-langkah seperti yang dirumuskan Masidjo (1995: 218-219) sebagai berikut:

1. Memberi skor pada tiap item dan mentabulasi data uji coba.

2. Skor-skor yang berasal dari item-item bernomor ganjil dimasukkan sebagai belahan pertama (X) dan item-item bernomor genap dimasukkan sebagai belahan kedua (Y).

3. Skor total belahan pertama (X) dikorelasikan dengan skor total belahan kedua (Y).

(57)

xy

r

=

(

)(

)

(

)

{

}

{

(

)

}

− 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N Keterangan : xy

r

= Koefisien reliabilitas bagian ganjil dan genap N = Jumlah responden

X = Belahan ganjil Y = Belahan genap X =16.503

Y = 16. 332 X² = 2.620.033 Y² = 2.566.212 XY = 2.590.008

xy r

= _______ 105 x 259008 – (165016332)__________ √{(105 x 2620033)-272349009}{(105 x 2566212)-266734224}

xy r

=___________271950840-269526996_________ √275103465-272349009 √269452260-266734224

xy

r

=____2423844_____ √2754456 √2718036

xy

r

= ______2423844________ 1659655386 x 1648646718

xy

r

= __2423844_ = 0,8858 dibulatkan menjadi 0,896 2736185405

(58)

ττ

r

= 2 x rxy 1 + rxy Keterangan:

ττ

r

= Koefisien reliabilitas xy

r

= Koesifien korelasi belahan ganjil dan genap Hasil penghitungan uji reliabilitas adalah:

ττ

r

= 2 x 0,896 1 + 0,896

ττ

r

= 1792 = 0,945 1896

Koefisien reliabilitas dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan 1,00. Berdasarkan hasil perhitungan metode belah dua ( split-half method) dengan rumus korelasi Product-Moment dari Pearson dan setelah dikoreksi dengan rumus Spearman Brown, maka diperoleh koefisien sebesar 0,945. Dengan demikian koefisien reliabilitas kuesioner tingkat kepercayaan diri yang diujicobakan dalam penelitian ini termasuk sangat tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat penelitian yang digunakan adalah reliabel. Kuesioner final disajikan pada lampiran 4.

D. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan peneliti adalah:

(59)

b. Membuat kuesioner sebagai alat untuk penelitian.

c. Mengkonsultasikan kuesioner kepada dosen pembimbing dan juga kepada satu rekan peneliti yang sarjana psikologi.

d. Melaksanakan uji coba kuesioner

Sebelum melaksanakan uji coba kuesioner, peneliti menghubugi kepala sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta untuk meminta ijin mengadakan uji coba kuesioner dan menghubungi guru BK untuk membicarakan waktu untuk penelitian. Tujuan dari uji coba penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh petunjuk dan maksud pernyataan-pernyataan yang ada dapat dipahami oleh siswa, agar alat penelitian ini benar-benar dapat mengungkap apa yang akan diungkap. Uji coba kuesioner dilaksanakan di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. Alasan peneliti memilih SMP BOPKRI 3 Yogyakarta sebagai tempat penelitian karena SMP BOPKRI 3 Yogyakarta mudah dijangkau oleh peneliti.

(60)

demikian jumlah subjek uji coba kuesioner ini adalah 105 siswa. Pengisian kuesioner menggunakan waktu kurang lebih 40 menit. Data siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4. Jumlah subjek dalam uji coba ini lebih besar dari pada jumlah subjek penelitian yang sesungguhnya karena peneliti berharap dengan banyaknya subjek saat uji coba maka hasilnya pun diharapkan akan manjadi lebih baik. Azwar (1999:57) mengatakan bahwa subjek dalam uji coba sebaiknya sebanyak mungkin yang dapat kita peroleh. Semakin banyak semakin baik.

Tabel 4

Data Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta No Kelas Jumlah

Siswa

Jumlah Siswa yang tidak

Hadir

1 VIII A 35 1

2 VIII B 36 3

3 VIII C 34 3

Jumlah 105 7

(61)

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 22 Februari 2010 pukul 09.30 WIB dan pukul 11.00 WIB. Dalam pelaksanaan penelitian ini, digunakan jam mata pelajaran PKK. Waktu yang digunakan untuk mengisi kuesioner penelitian kurang lebih 30 menit. Jumlah siswa kelas VIII sebanyak 50 siswa, yang terbagi menjadi dua kelas. Namun pada saat pelaksanaan penelitian, ada 8 siswa yang tidak hadir, sehingga subjek dalam penelitian ini adalah 42 siswa. Data siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 5, sedangkan data tabulasi penelitian dapat dilihat pada lampiran 5.

Tabel 5

Data Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta

No Kelas Jumlah

siswa

Jumlah siswa yang tidak hadir

1 VIII A 26 4

2 VIII B 24 4

Jumlah 50 8

(62)

mengisi kuesioner. Berdasarkan pengamatan peneliti, selama proses pengisian kuesioner berlangsung siswa-siswi mengerjakan kuesioner dengan sungguh-sungguh dan antusias.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Penilaian Acuan Patokan tipe 1 (PAP tipe 1) sebagai acuan menggolongkan kualifikasi tingkat percaya diri (sangat rendah, rendah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi). PAP adalah suatu penilaian yang membandingkan perolehan skor individu dengan suatu patokan yang sudah ditetapkan sebelumnya atau suatu skor yang idealnya dicapai oleh individu. PAP disebut juga penilaian patokan mutlak atau penilaian patokan absolut. Penilaian ini diorentasikan pada suatu standar yang absolut, tanpa menghubungkannya dengan kelompok tertentu. PAP tipe 1 menetapkan batas pencapaian minimum pada persentil 65% (Masidjo, 1995: 153). PAP dipilih sebagai dasar penggolongan tingkat kepercayaan diri dalam penelitian ini karena dalam penelitian ini diharapkan sesuatu yang ideal.

Langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti untuk menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Menentukan dan menghitung skor dari setiap alternatif jawaban yang sudah diberikan oleh responden.

(63)

3. Menggolongkan kualifikasi tingkat kepercayaan diri dari seluruh responden dengan PAP tipe 1 dengan kriteria yang disajikan dalam tabel 6.

Tabel 6

Penggolongan Tingkat Kepercayaan Diri Berdasarkan PAP tipe 1

Rumus PAP Tipe 1 Kualifikasi 90%-100% Sangat Tinggi

80%-89% Tinggi 65%-79% Cukup 55%-64% Rendah Di Bawah- 55% Sangat Rendah

4. Mendeskripsikan tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010

(64)

47

kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010?”. Penyajian hasil penelitian dilanjutkan dengan pembahasan.

A. Tingkat Kepercayaan Diri Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010.

Tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010, ditentukan dengan menggunakan Perhitungan Acuan Patokan tipe 1 (PAP tipe 1). Peneliti menggunakan PAP tipe 1 karena penilaian dilakukan dengan memperbandingkan perolehan skor siswa dengan suatu patokan yang sudah ditetapkan yaitu 65% dari total skor atau skor ideal. Penggolongan tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 7, sedangkan perhitungan kualifikasi tingkat kepercayaan diri siswa dapat dilihat pada lampiran 6.

Tabel 7

Penggolongan Tingkat Kepercayaan Diri Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 Rumus

PAP Tipe 1

Rentang Skor

Frekuensi Persentase (%)

Kualifikasi 90%-100% 273-304 1 2,38 % Sangat Tinggi

80%-89% 243-272 13 30,95% Tinggi 65%-79% 197-242 26 61,90% Cukup 55%-64% 167-196 2 4,76% Rendah Di Bawah-

55%

(65)

Dari tabel 7nampak bahwa:

1. Siswa yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi ada 1 siswa(2,38 %).

2. Siswa yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi ada 13 siswa (30,95%).

3. Siswa yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang cukup ada 26 siswa (61,90%).

4. Siswa yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah ada 2 siswa (4,76%).

5. Siswa yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat rendah tidak ada (0%).

Jadi kualifikasi sebagian besar siswa adalah “cukup”. Kualifikasi cukup dalam hasil penelitian ini, peneliti pandang sebagai kurang tinggi. Yang ideal adalah sangat tinggi atau tinggi. Oleh sebab itu peneliti menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta masih kurang ideal atau kurang tinggi dan perlu ditingkatkan.

B. Pembahasan

(66)

ideal. Siswa yang tingkat kepercayaan dirinya sangat tinggi dan tinggi akan: 1) Menunjukkan keyakinannya akan kemampuan yang dimiliki, 2) memiliki prinsip hidup yang kuat, 3) mampu mengendalikan emosinya, 4) mau bekerja keras untuk menuju kemajuan, 5) berusaha untuk selalu berpikir positif baik terhadap diri maupun terhadap orang lain, 6) realistis dalam menjalani hidup, 7) bertanggung jawab, dan 8) berani menghadapi penolakan.

Faktor yang utama dalam pembentukan kepercayaan diri anak adalah pendidikan dalam keluarga, karena anak mendapat pendidikan pertama kali dari orang tua. Dasar awal dalam keluarga yang kokoh, akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Jika dasar awal yang diletakkan baik, maka proses pertumbuhan selanjutnya pun diharapkan akan tetap baik. Saat anak berada dalam lingkungan teman sebayanya misalnya, anak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, dan mampu bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Anak yang mendapatkan perhatian, merasa diterima dalam keluarga, mendapatkan cinta dan kasih sayang yang tulus dari orang tua akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

Kepercayaan diri yang tinggi adalah modal dasar seseorang untuk menuju kesuksesan. Oleh sebab itu, kepercayaan diri yang tinggi perlu dipupuk sejak dini. Pendidikan keluarga merupakan awal pembentukan kepercayaan diri.

(67)

pembahasan mengenai tingkat kepercayaan diri cukup dan rendah, disatukan. Keduanya dianggap masih belum mencapai tingkat kepercayaan diri yang diinginkan/ideal yaitu “sangat tinggi atau tinggi” dan dapat juga disebut kurang tinggi. Tingkat kepercayaan diri yang kurang tinggi perlu ditingkatkan agar menjadi ideal. Kepercayaan diri yang kurang tinggi, akan mempengaruhi keberhasilan pada masa depan.

Peneliti berkeyakinan bahwa faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan diri siswa adalah keluarga. Rendahnya kepercayaan diri sebagian siswa SMP BOPKRI 2 Yogyakarta boleh jadi dipengaruhi oleh keadaan keluarga. Tampaknya banyak siswa berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya menengah ke bawah. Karena itu boleh jadi ada hal-hal dalam keluarga yang membuat anak kurang senang, dan kiranya banyak orang tua yang terlalu sibuk bekerja dan kurang memiliki waktu untuk memberikan perhatian pada perkembangan anaknya. Anak yang kurang mendapatkan perhatian, penerimaan, kasih sayang dan cinta dari orang tua akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang percaya diri. Orang tua sangat berperan dalam pembentukan kepercayaan diri anak.

(68)

Pengalaman-pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kepercayaan diri anak. Pengalaman-pengalaman masa lalu dapat berdampak positif dan juga dapat berdampak negatif. Pengalaman masa lalu jika tidak dikelola dengan baik akan memberikan pengaruh negatif terhadap tumbuh kembang anak. Berdasarkan hasil penelitian ini, timbul beberapa dugaan dalam diri peneliti, bahwa rendahnya kepercayaan diri siswa kemungkinan disebabkan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu yang kurang baik, misalnya pengalaman di lingkungan keluarga, pengalaman dalam berhubungan dengan guru, dan teman. Dalam lingkungan keluarga, boleh jadi anak sering disalahkan, kurang dipercaya, sering dibandingkan dengan orang lain, kurang mendapat perhatian di keluarga, kurang diterima dalam keluarga, terlalu dilindungi orang tua. Sikap dan perlakuan guru bisa jadi ada yang negatif, seperti: mempermalukan siswa di depan kelas atau di depan teman-temannya, membandingkan siswa yang satu dengan siswa yang lain, kurang menghargai karya siswa, dan merendahkan siswa. Dalam lingkungan teman sebaya, bisa jadi siswa tidak disukai, dipermalukan, diberi cap/julukan yang jelek oleh teman sebaya, dan teman bergaulnya kurang percaya diri.

Untuk menjadi individu yang percaya diri, siswa harus mau berubah, antara lain siswa perlu belajar bersikap terbuka baik kepada orang tua, teman, dan bapak/ibu guru (pendidik), berusaha untuk selalu berpikir positif baik terhadap diri maupun terhadap orang lain, berani berubah dan memiliki keberanian untuk menjadi lebih baik.

(69)

orang tua, teman sebaya, dan guru. Upaya-upaya yang dapat dilakaukan oleh bapak/ibu guru, konselor sekolah, dan orang tua, antara lain:

1. Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh bapak dan ibu guru, antara lain: tidak membedakan siswa yang satu dengan yang lain, menghargai karya dan pendapat siswa, menjalin komunikasi yang baik dengan siswa sehinggga siswa merasa diperhatikan, diterima, dan dihargai, dan mengajak siswa untuk berperan aktif selama proses belajar mengajar.

2. Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh konselor sekolah, antara lain: menjalin komunikasi yang baik dengan siswa sehingga siswa tidak segan untuk terbuka dengan konselor, peka akan kebutuhan dan permasalahan siswa, membantu siswa untuk menerima dan menghargai diri sendiri, membantu siswa untuk menghargai dan menghormati orang lain, dan menyelenggarakan kegiatan atau pelatihan yang dapat mengembangkan kepercayaan diri siswa. 3. Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh orangtua antara lain:

(70)

53

pihak. Bagian ringkasan memuat tujuan penelitian, rumusan masalah, metodologi penelitian dan hasil penelitian. Bagian kesimpulan memuat kesimpulan dari hasil penelitian. Dan bagian saran memuat saran-saran untuk pihak sekolah SMP BOPKRI 2 Yogyakarta dan peneliti lain.

A. Ringkasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010. Topik ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa kepercayaan diri merupakan salah satu hal terpenting yang harus dimiliki dan dikembangkan dalam diri siswa SMP BOPKRI 2 Yogyakarta, sehingga siswa mampu meraih apa yang menjadi cita-cita/harapannya dan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki dengan baik. Masalah yang diteliti adalah “Bagaimana tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010?”. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 sebanyak 42 siswa. Pengumpulan data dilaksanakan pada hari Senin tanggal 22 Februari 2010, pukul 09.30 WIB dan pukul 11.00 WIB.

(71)

sarjana psikologi. Kuesioner tersebut memuat delapan ciri-ciri orang yang percaya diri, yaitu: (1) Yakin akan kemampuan yang dimiliki, (2) memiliki pegangan/prinsip hidup cukup kuat, (3) mampu mengendalikan emosi, (4) mau bekerja keras untuk menuju kemajuan, (5) berpikir positif, (6) realistis, (7) bertanggung jawab, (8) Berani menerima dan menghadapi penolakan. Kuesioner berjumlah 102 butir pernyataan, dan setelah dilakukan uji coba kepada siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta, kuesioner final yang digunakan peneliti berjumlah 76 butir pernyataan.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perhitungan skor dengan menggunakan rumus Penilaian Acuan Patokan tipe 1 (PAP tipe 1) untuk menggolongkan tingkat kep

Gambar

Tabel 1 Kisi-kisi Kuesioner Kepercayaan Diri
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Kuesioner
Tabel 3 Daftar Indeks Kualifikasi Reliabilitas
Tabel 4 Data Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel diatas, dapat penulis ambil kesimpulan bahwa populasi tokoh masyarakat di Kecamatan Tersono Kabupaten Batang yang benar-benar mengetahui tentang syarat

tergantung kepada kedalaman materi yang akan disampaikan. Yang terpenting adalah bahwa media visual secara efektif membantu pemahaman siswa dalam materi pelajaran. 3)

Baja profil dibuat dengan proses canai panas, kecuali profil Kanal C ringan dibuat dengan proses dingin dari pelat baja atau strip baja, baik pelat/strip baja yang diperoleh

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mencari dan membandingkan besar tegangan torsi, geser,dan lentur yang terjadi pada struktur balok

Ada perbedaan yang sangat bermakna antara kelompok pembanding dengan kelompok uji A dan B tetapi tidak terjadi perbedaan yang bermakna antara kelompok pembanding

(6) Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b Pasal ini tidak atau kurang atau terlambat dibayar dalam

Kompetensi menyusun RPP menurut (Aminullah & Kusmianti, 2018) adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam menyusun dan mengembangkan RPP berdasarkan kurikulum yang

Untuk nilai-nilai kekerasan pada spesimen yang tidak mengalami perlakuan panas pada masing-masing daerah pengelasan yaitu daerah logam induk A, daerah HAZ A,