ANALISIS HIDROLOGI DAN OPTIMASI TAMPUNGAN
EMBUNG BANGKET LAMIN DI DUSUN TELUK KATENG
KECAMATAN PUJUT KABUPATEN LOMBOK TENGAH
Tugas akhir
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik sipil
Oleh :
DINI LUNGSARI
FIA 011 036
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, atas segala berkat,
rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir ini mengambil judul
“
Analisis Hidrologi dan Optimasi
Tampungan Embung Bangket Lamin Dusun Teluk Kateng Kecamatan Pujut
Kabupaten Lombok Tengah
”
. Tugas Akhir ini juga merupakan salah satu
persyaratan kelulusan guna mencapai gelar kesarjanaan di Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Universitas Mataram untuk memperoleh gelar sarjana S-1.
Penulis menyadari bahwa dalam Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai
pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan isi dari Tugas Akhir ini. Akhir kata
semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Mataram,
2017
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Tugas Akhir ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dorongan baik moril
maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya terutama kepada :
1.
Bapak
Yusron Saadi, ST., M.Sc., Ph.D.,
selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Mataram.
2.
Bapak Jauhar Fajrin, ST., MSc.(Eng)., Ph.D.,selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Mataram.
3.
Bapak M. Bagus Budianto, ST., MT., selaku dosen pembimbing pertama yang
telah memberikan bimbingan, arahan serta semangat kepada penulis selama
penyusunan Tugas Akhir ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
4.
Bapak, Dr. Eng. Hartana ST., MT., selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah memberikan bimbingan, arahan, dukungan serta semangat selama menyusun
Tugas Akhir ini.
5.
Ibu, Ir.Lilik hanifah, MT., Bapak IGD Jaya Negara, ST., MT. dan Bapak Syamsul
Hidayat Sebagai dosen penguji yang memberikan masukan masukan yang
bermanfaat.
6.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Semoga Allah SWT. memberikan imbalan yang setimpal atas bantuan yang
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
...
i
HALAMAN PENGESAHAN
...
ii
KATA PENGANTAR
...
iii
DAFTAR ISI
...
iv
DAFTAR TABEL
...
vi
DAFTAR GAMBAR
...
vii
DAFTAR LAMPIRAN
...
viii
BAB I.
PENDAHULUAN
...
1
1.1.
Latar Belakang ...
1
1.2.
Rumusan Masalah ...
2
1.3.
Tujuan Penelitian ...
2
1.4.
Manfaat Penelitian ...
3
1.5.
Batasan Masalah...
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
………
.
4
2.1. Tinjauan Pustaka ...
4
2.2. Landasan Teori ...
5
2.2.1. Embung ...
5
2.2.2. Irigasi ...
5
2.2.3. Analisa Hidrologi ...
5
2.2.3.1 Penyiapan Data ...
6
2.2.3.2 Uji Konsistensi Data Curah Hujan ...
6
2.2.3.3 Analisa Curah Hujan Rerata Daerah ...
7
2.2.4. Evapotranspirasi ...
9
2.2.5. Debit Andalan ...
12
2.2.6. Analisis Ketersediaan Air ...
12
2.2.7. Kebutuhan Air Irigasi...
17
2.2.8. Kebutuhan Air Tanaman ...
18
2.2.9. Kebutuhan Air di Sawah ...
21
v
2.2.11. Optimasi ...
22
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
……
...
24
3.1. Lokasi Penelitian ...
24
3.2. Pelaksanaan Penelitian ...
24
3.2.1. Tahap Persiapan ...
24
3.2.2. Pengumpulan Data ...
25
3.2.3. Alat dan Bahan ...
25
3.2.4. Analisa Data ...
25
3.3. Bagan Alir Penelitian ...
27
3.4. Jadwal Penelitian dan Penyususnan Tugas Akhir ...
28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
……...
29
4.1. Analisis Hidrologi ...
29
4.1.1. Data Hujan ...
29
4.1.2. Uji Konsistensi Data Curah Hujan ...
29
4.1.3. Analisia Curah Hujan Efektif ...
31
4.1.4. Analisa Evapotranspirasi Potensial ...
34
4.2. Analisis Ketersediaan Air ...
38
4.2.1. Metode FJ Mock ...
38
4.2.2. Metode Basic Month ...
48
4.3. Analisis Kebutuhan Air Irigasi...
50
4.4. Analisis Keuntungan dari Sektor Pertanian ...
57
4.5. Model Optimalisasi ...
58
BBAB I PENDAHULUAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
2.1 Struktur Model Mock ...
13
Gambar
3.1 Peta Lokasi Penelitian ...
24
Gambar
3.2 Bagan Alir Penelitian ...
27
Gambar
4.1 Grafik Hubungan Q Mock dengan Q Obs.
Embung Bangket Lamin ...
42
Gambar
4.2 Skema Aliran Embung Bangket Lamin ...
58
Gambar
4.3
Solver Parameters
...
64
Gambar
4.4 Pemilihan
Cell
...
65
Gambar
4.5 Pemilihan
Cell
Luas Areal irigasi ...
65
Gambar
4.6
Add Constrain
...
66
Gambar
4.7 Input Fungsi Kendala ...
67
Gambar
4.8
Solve
...
67
BBAB I PENDAHULUAN
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Nilai Kritis yang diijinkan untuk Metode RAPS ...
7
Tabel 2.2 Nilai Ra Berdasarkan Letak Lintang... ...
12
Tabel 2.3 Nilai
Exposed Surface
(m) Berdasarkan Tutupan Lahan.. ...
13
Tabel 2.4 Koefisien Tanaman ... ...
19
Tabel 2.5 Angka Efisiensi ...
19
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian dan Penyusunan Tugas Akhir ...
28
Tabel 4.1 Uji Konsistensi Data Stasiun Hujan Rembitan
dengan Metode RAPS ...
30
Tabel 4.2 Probabilitas Curah Hujan Daerah Irigasi Embung
Bangket Lamin ... 32
Tabel 4.3 Curah Hujan Efektif untuk Padi dan Palawija ...
33
Tabel 4.4 Data Klimatologi Rata-Rata Tahun 1997-2016 Stasiun
Keruak ...
34
Tabel 4.5 Perhitungan Evapotranspirasi pada Daerah Irigasi ...
37
Tabel 4.6 Perhitungan Debit Setengah Bulanan dengan FJ Mock
Tahun 2008 ...
41
Tabel 4.7 Kalibrasi Model Mock ...
42
Tabel 4.8 Kalibrasi Model Mock ...
42
Tabel 4.9 Perhitungan Debit Setengah Bulanan dengan FJ Mock
Tahun 1997 ...
46
Tabel 4.10 Rekapitulasi Perhitungan Debit Tersedia dengan Metode
FJ Mock ...
47
Tabel 4.11 Debit Andalan
Catchment Area
embung Bangket Lamin
dengan
Basic Month
...
49
Tabel 4.12 Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman Awal Tanam
November I ...
53
BBAB I PENDAHULUAN
vii
Tabel 4.14 Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman Awal Tanam
November I ...
55
Tabel 4.15 Rekapitulasi Kebutuhan Air Tanaman untuk pola Tanam
Padi
–
kedelai - kedelai ...
56
Tabel 4.16 Rekap Hasil Produksi Tanaman Padi ...
57
Tabel 4.17 Rekap Hasil Produksi Tanaman Padi ...
57
Tabel 4.18 Rekap Hasil Produksi Tanaman Padi ...
57
Tabel 4.19 Hasil Optimalisasi Embung Bangket Lamin untuk pola
tanam padi
–
jagung
–
jagung awal tanam
Desember I ...
68
BBAB I PENDAHULUAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I.1 Curah Hujan Stasiun Rembitan ...
1
Lampiran I.2 Uji konsistensi data Stasiun Hujan Rembitan dengan
metode RAPS ...
2
Lampiran I.3 Probabilitas Curah Hujan (Metode Basic Month) ...
3
Lampiran I.4 Curah Hujan Efektif untuk Padi dan Palawija ...
4
Lampiran I.5 Perhitungan evapotranspirasi pada Areal Genangan ...
5
Lampiran I.6 Perhitungan evapotranspirasi pada daerah irigasi ...
6
Lampiran I.7 Perhitungan evapotranspirasi pada CA Embung
Bangket Lamin ...
7
Lampiran II.1 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 1997 ...
8
Lampiran II.2 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 1998 ...
9
Lampiran II.3 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 1999 ...
10
Lampiran II.4 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 2000 ...
11
Lampiran II.5 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 2001 ...
12
Lampiran II.6 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 2002 ...
13
Lampiran II.7 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 2003 ...
14
Lampiran II.8 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 2004 ...
15
Lampiran II.9 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 2005 ...
16
BBAB I PENDAHULUAN
x
Metode Fj Mock Tahun 2006 ...
17
Lampiran II.11 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 2007 ...
18
Lampiran II.12 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 2008 ...
19
Lampiran II.13 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 2009 ...
20
Lampiran II.14 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 2010 ...
21
Lampiran II.15 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 2011 ...
22
Lampiran II.16 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 2012 ...
23
Lampiran II.17 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 2013 ...
24
Lampiran II.18 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun2014 ...
25
Lampiran II.19 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 2015 ...
26
Lampiran II.20 Perhitungan Debit Setengah Bulanan Dengan
Metode Fj Mock Tahun 2016 ...
27
Lampiran III.1 Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman Awal Tanam
November I Pola Tanam Padi
–
Jagung - Jagung ...
28
Lampiran III.2 Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman Awal Tanam
November II Pola Tanam Padi
–
Jagung - Jagung ...
29
Lampiran III.3 Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman Awal Tanam
Desember I Pola Tanam Padi –Jagung - Jagung ...
30
Lampiran III.4 Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman Awal Tanam
Desember II Pola Tanam Padi –Jagung - Jagung ...
31
Lampiran III.5 Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman Awal Tanam
BBAB I PENDAHULUAN
xi
Lampiran III.6 Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman Awal Tanam
November II Pola Tanam Padi
–
Kedelai
–
Kedelai ...
33
Lampiran III.7 Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman Awal Tanam
Desember I Pola Tanam Padi
–
Kedelai
–
Kedelai ...
34
Lampiran III.8 Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman Awal Tanam
Desember II Pola Tanam Padi
–
Kedelai
–
Kedelai ...
35
Lampiran III.9 Rekapitulasi Kebutuhan Air Tanaman Pola Tanam
Padi
–
Jagung
–
Jagung ...
36
Lampiran III.10 Rekapitulasi Kebutuhan Air Tanaman Pola Tanam
Padi – Kedelai - Kedelai ...
37
Lampiran IV.1 Hasil Optimalisasi Embung Bangket Lamin untuk
pola Tanam Padi – Jagung – Jagung awal tanam
desember ...
38
Lampiran IV.2 Hasil Optimalisasi Embung Bangket Lamin untuk
pola Tanam Padi
–
Jagung
–
Jagung awal tanam
November ...
39
Lampiran IV.1 Hasil Optimalisasi Embung Bangket Lamin untuk
pola Tanam Padi
–
Kedelai
–
Kedelai awal tanam
desember ...
40
Lampiran IV.1 Hasil Optimalisasi Embung Bangket Lamin untuk
pola Tanam Padi
–
Kedelai
–
Kedelai awal tanam
xii
DAFTAR NOTASI
A
= Luas daerah aliran sungai (km
2
)
AET
= Nilai evapotranspirasi actual
AWLR
= Alat duga muka air otomatis
c
= Faktor konversi kecepatan angin dan kelembaban
DR
= Kebutuhan air irigasi pada pintu pengambilan (1t/dt.ha)
DRO
= Aliran permukaan (mm/bulan)
E
= Elevasi medan dari muka air laut
ea
= Tekanan uap jenuh (mbar)
ed
= Tekanan uap nyata (mbar)
Eff
= Efisiensi irigasi
Eo
= Evaporasi air terbuka selama penyiapan lahan (mm/hari)
Ep
= Evapotranspirasi potensial (mm/bulan)
ER
= Excess rainfall (mm/bulan)
Et
= Evapotranspirasi terbatas (mm/bulan)
ETc
= Kebutuhan air tanaman (mm/hari)
ETo
= Evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)
f(u)
= Fungsi kecepatan angin
I
= Inflitrasi (mm/bulan)
IR
= Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari)
xiii
m
= Nomor urut angka pengamatan dalam susunan (dari besar ke kecil)
n
= Banyaknya pengamatan (jumlah tahun hujan)
NFR
= Kebutuhan air di sawah (mm/hari)
N
n
= Lama penyinaran matahari terukur (%),
n/Nc
=
Penyinaran matahari terkoreksi (%),
P
= Perkolasi (mm/hari)
PET
= Nilai evapotranspirasi potensial
Pt
= Jumlah penduduk yang akan dilayani (orang)
Q
= debit (m
ᶟ
/dt)
R
=
Curah hujan rerata daerah (mm)
Ra
= Radiasi teraksial ekstra (mm/hari) yang dipengaruhi oleh letak
lintang daerah.
R
eff
= Hujan efektif (mm/hari)
Rh
= Kelembaban udara (%)
Rn1
= Radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)
Rns
= Radiasi bersih gelombang pendek (mm/hari)
Rs
= Radiasi gelombang pendek (mm/hari)
S
= Standar kebutuhan air rata-rata (lt/hari/org)
SK*, SK**
= Nilai statistik
T
= Temperatur rata-rata (
°
C)
xiv
U
2
= Kecepatan angin dilokasi pengukuran (km/jam)
U
2
c
= Kecepatan angin dilokasi perencanaan (km/hari)
V
i
= Volume air tanah bulan ke-I (mm/bulan)
V
i-i
= Volume air tanah bulan ke-(I
—
1) (mm/bulan)
W
= Faktor temperatur dan ketinggian
Wi
= Nilai tampungan kelengasan tanah
Wo
= Nilai tampungan kelengasan awal
WB(t)
= Jumlah debit air yang dipergunakan untuk air baku pada
waktu t
WS
= Kelebihan air (mm/bulan)
Xj
= Peubah putusan
Xn
= Variabel putusan
XR,YR,ZR,QR(t)
= Jumlah debit air dari bendung untuk keperluan irigasi dalam
waktu t
Y
= Rerata curah hujan (mm)
Yi
= Data curah hujan (mm)
Z
= Fungsi tujuan
ΔV
= Perubahan volume air tanah (mm/bulan)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Air adalah kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Dalam kehidupan
sehari-hari selain digunakan sebagai air minum, air juga digunakan untuk
keperluan yang lain. Pada bidang pertanian,air merupakan kebutuhan pokok bagi
tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Kebutuhan air tanaman dapat diperoleh
melalui sungai, waduk, dan dapat juga melalui air tanah. Kebutuhan air disawah
merupakan suatu hal yang mutlak, kebutuhan air harus sesuai dengan jumlah
tanaman serta tingkat pertumbuhannya dan dapat terpenuhi tepat pada waktunya
dan tepat pula pada jumlahnya.
Di Kabupaten Lombok Tengah terdapat salah satu dususn yaitu Dusun Teluk
Kateng, Kecamatan pujut yang lahan pertaniannya kurang produktif sepanjang
musim kemarau dengan pola tanam Padi -Palawija- Bero. Pada musim kemarau
pasokan air yang tersedia sangat terbatas sementara kebutuhan air pada daerah
tersebut sangat tinggi, hal ini menyebabkan berkurangnya hasil pertanian bahkan
juga menyebabkan terjadinya kegagalan hasil panen. Guna mengantisipasi
terjadinya kekurangan pasokan air pada daerah irigasi tersebut maka pemerintah
membangun embung dengan tujuan untuk menampung air hujan yang nantinya
dapat digunakan pada musim kemarau.
Embung Bangket Lamin merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
penyediaan air irigasi dan meningkatkan hasil produksi pertanian. Lokasi Embung
Bangkit Lamin terletak di Dusun Teluk Kateng, Desa Mertak, Kecamatan Pujut,
Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara topografi
lokasi Embung Bangket Lamin berada di anak sungai Bangket Lamin DAS
Bangket Lamin Wilayah Sungai Lombok. Ke arah hilir dari embung di kanan kiri
terdapat sawah tadah hujan sekitar 77 ha, daerah tangkapan air embung sebesar
2
Setiap pembangunan embung diperlukan adanya analisis hidrologi yang
sesuai,agar perencanaan embung dapat sesuai secara teknis dan ekonomis. Selain
itu dalam proses perencanaan embung, perlu dilakukan optimasi tampungannya,
agar fungsi embung dapat berjalan secara maksimal. Di dalam perencanaan
sebelumnya, data hujan yang digunakan dari tahun 1999
–
2013 dan metode yang
digunakan adalah metode Nreca. Sementara dalam penelitian ini digunakan data
terbaru yaitu dari tahun 1996
–
2016 dan menggunakan metode FJ.Mock untuk
analisa ketersediaan air. Untuk itu dilakukan
“
Analisis Hidrologi Dan Optimasi
Tampungan Embung Bangket Lamin Di Dusun Teluk Kateng Kecamatan
Pujut, Kabupaten Lombok Tengah
”
sehingga dapat memberikan manfaat dalam
upaya meningkatkan produksi pertanian sesuai dengan yang diharapkan
pemerintah serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara
lain :
1.
Berapakah besar ketersediaan air embung untuk memenuhi kebutuhan air
irigasi di daerah irigasi Embung Bangket Lamin ?
2.
Berapakah kebutuhan air irigasi di Embung Bangket Lamin ?
3.
Berapakah luas areal optimum dan intensitas tanam optimum pada daerah
irigasi Embung Bangket Lamin ?
4.
Berapakah keuntungan (
benefit
) optimum pada daerah irigasi Embung
Bangket Lamin ?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui ketersedian air yang dapat digunakan untuk kebutuhan air
irigasi pada daerah irigasi Embung Bangket Lamin.
3
3.
Untuk mengetahui luas areal optimum dan intensitas tanam optimum pada
daerah irigasi Embung Bangket Lamin berdasarkan analisa ketersedian air
Embung Bangket Lamin.
4.
Untuk mengetahui keuntungan (
benefit
) optimum pada daerah irigasi Embung
Bangket Lamin.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai masukan kepada
pihak terkait dalam hal mengoptimalkan pengelolaan air Embung Bangket
Lamin Di Dusun Teluk Kateng Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.
1.5
Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka perlu adanya batasan-batasan
masalah sebagai berikut :
1.
Panjang data curah hujan stasiun Rembitan yang digunakan adalah 20 tahun
yaitu dari tahun 1997 s/d 2016.
2.
Data klimatologi yang digunakan adalah data dari pos iklim Keruak.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Trisnawati (2010) telah melakukan analisa tentang optimasi pemanfaatan
sumber daya air Embung Batu Tulis di kecamatan Jonggat kabupaten Lombok Tengah.
Hasil yang diperoleh berupa luas lahan maksimum 350 ha dengan pola tanam
padi-(kedelai 50%-kacang tanah 50%)-kedelai pada awal musim tanam bulan Oktober I
dengan rincian Musim Tanam I (padi) dengan luas lahan 65,94 ha dan intensitas
tanamnya 18,84 %, Musim Tanam II (kedelai 50% - kacang tanah 50%) dengan luas
lahan 350 ha dan intensitas tanamnya 100% dan Musim Tanam III (kedelai), dengan
luas lahan 350 ha dan intensitas tanamnya 100%.
Ma’ruf (2014) telah
melakukan analisa tentang optimasi pemanfaatan sumber
daya air Embung Safit kecamatan Suela kabupaten Lombok Timur. Dari hasil optimasi,
potensi air yang ada pada Embung Safit memberikan intensitas tanam maksimum pada
sistem pola tanam padi
–
jagung
–
tembakau pada awal tanam Oktober II sebesar 156,85
%, dengan rincian luas tanam I sebesar 13,90 ha dengan intensitas tanamnya 6,56%,
luas tanam II sebesar 135,19 ha dengan intensitas tanamnya 63,77%, luas tanam III
sebesar 183,44 ha dengan intensitas tanamnya 86,53%.
Gunawan(2015) telah melakukan analisa tentang tinjauan ulang analisis
hidrologi dan optimalisasi tampungan Embung Brami di desa Mertak, kecamatan Pujut,
kabupaten Lombok Tengah.Analisanya menyatakan bahwa pada tingkat keandalan
untuk keandalan 80% dengan intensitas tanam 154,278% keuntungan yang diperoleh
sebesar Rp 2.050.893.497,-. Sedangkan untuk keandalan 50% dengan intensitas tanam
154,343% keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 2.051.592.476,-.
Sumantri (2015) melakukanan analisa optimasi pada Embung Kemong dalam
memenuhi kebutuhan air irigasi di desa Perigi kecamatan Suela kabupaten Lombok
Timur.Dari hasil optimasi, potensi air yang ada pada embung Kemong memberikan
5
awal tanam November II sebesar 126,96%, dengan rincian luas tanam I sebesar 6,09 ha
dengan intensitas tanamnya 12,60%, luas tanam II sebesar 48,30 ha dengan intensitas
tanamnya 100%, luas tanam III sebesar 6,94 ha dengan intensitas tanamnya 14,36%
dan nilai kebutuhan air irigasi terpenuhi sebesar 268234.41 m³, dengan pergeseran awal
tanam November, Desember, Januari berdasarkan hasil perhitungan tidak ada yang
dapat mencapai intensitas sebesar 300% .
2.2Landasan Teori
2.2.1 Embung
Embung adalah bangunan yang berfungsi untuk menampung air hujan dan
digunakan suatu kelompok masyarakat desa, atau embung didefenisikan sebagai
konservasi air berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpasan (
run off
)
serta sumber air lainnya untuk mendukung usaha pertanian,
perkebunan dan peternakan.
2.2.2 Irigasi
Irigasi adalah usaha untuk memperoleh air dengan menggunakan bangunan dan
saluran buatan untuk keperluan penunjang produksi pertanian.Secara teknis irigasi juga
dapat didefinisikan sebagai upaya menyalurkan air ke lahan pertanian melalui
saluran-saluran pembawa ke lahan pertanian dan setelah air tersebut dimanfaatkan secara
maksimal, kemudian menyalurkannya ke saluran pembuang dan berakhir ke sungai.
Untuk mengalirkan dan membagi air irigasi dikenal ada empat cara utama (Mawardi,
2007), yaitu:
a.
Pembagian air irigasi lewat permukan tanah,
b.
Pembagian air irigasi melalui bawah permukaan tanah,
c.
Pembagian air irigasi dengan pancaran,
d.
Pembagian air irigasi dengan dengan cara tetesan
2.2.3Analisa Hidrologi
Analisa hidrologi merupakan suatu bagian analisa awal dalam perencanaan
bangunan hidro.Hal ini mempunyai pengertian bahwa informasi dan besaran yang
diperoleh dalam analisa hidrologi merupakan masukan penting dalam analisa
6
tingkat keberhasilan suatu bangunan air dipengaruhi oleh ketelitian dalam menganalisa
hidrologi.Parameter hidrologi yang penting untuk perencanaan jaringan irigasi adalah
curah hujan dan evapotranspirasi. Tahapan awal analisa hidrologi, adalah sebagai
berikut:
2.2.3.1
Penyiapan Data
Data yang dimaksudkan harus merupakan data yang dapat dikumpulkan secara
teratur dan teramati, sehingga dapat memberikan data yang benar-benar mengandung
informasi yang tepat.Pengumpulan informasi yang tepat.Pengumpulan data ini
hendaknya dilakukan dengan instansi tertentu.
2.2.3.2
Uji Konsistensi Data Curah Hujan
Selain kekurangan data, data hujan yang didapatkan dari stasiun masih sering
terdapat kesalahan yang berupa ketidak akuratan data (
inconsistency
).Data hujan yang
inconsistent
dapat terjadi karena beberapa hal antara lain (Sri Harto,1993) :
a. Alatdiganti dengan alat yang berspesifikasi lain,
b. Perubahan lingkungan yang mendadak,
c. Lokasi dipindahkan.
Untuk memperoleh hasil analisis yang baik, data hujan harus dilakukan
pengujian konsistensi terlebih dahulu untuk mendeteksi penyimpangan ini.Uji
konsistensi juga meliputi homogenitas data karena data konsistensi berarti data
homogen. Uji konsistensi data dengan menggunakan metode RAPS (
Rescaled Adjusted
Partial Sums
), digunakan untuk menguji ketidak akuratan antar data dalam stasiun itu
sendiri dengan mendeteksi pergeseran nilai rata-rata (
mean).
Persamaan yang digunakan
sebagai berikut (Sri Harto, 1993) :
7
Statistik Q dan R diberikan pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Nilai kritis yang diijinkan untuk metode RAPS
N
Q
/
n
R
/
n
Sumber : Sri Harto, 1993
2.2.3.3 Analisa Curah Hujan Rerata Daerah
Umumnya untuk menghitung curah hujan daerah dapat digunakan standar luas
daerah sebagai berikut:( Sosrodarsono, 1987 ) :
1.
Daerah dengan luas 250 ha yang mempunyai variasi topografi yang kecil, dapat
diwakili oleh sebuah alat ukur curah hujan,
2.
Untuk daerah antara 250 ha-50.000 ha dengan 2 ataa 3 titik pengamatan,dapat
8
3.
Untuk daerah antara 120.000-500.000 ha yang mempunyai titik-titik pengamatan
yang tersebar cukup merata dan di mana curah hujannya tidak terlalu dipengaruhi
oleh kondisi topografi, dapat digunakan cara aljabar rata-rata. Jika titik-titik
pengamatan itu tidak tersebar merata maka digunakan cara Thiessen,
4.
Untuk daerah yang lebih besar dari 500.000 ha, dapat digunakan cara Isohiet atau
cara potongan arrtara (
inter-section method
).
Curah hujan daerah harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah
hujan. Cara-cara perhitungan curah hujan daerah dari pengamatan curah hujan
dibeberapa titik sebagai berikut :
a.
Cara rata-rata aljabar
Cara ini adalah perhitungan rata-rata aljabar curah hujan di dalam dan sekitar
daerah yang bersangkutan, dapat dipakai persamaan berikut ( Sosrodarsono, 1987 ):
R =
1 𝑛
⁄
(
𝑅
1
+ 𝑅
2
+
…………
+𝑅
𝑛
)
(2-6)
dengan
= curah hujan daerah (mm),
n = jumlah titik-titik (pos-pos) pengamatan,
𝑅
1
, 𝑅
2
, … 𝑅
𝑛
= curah hujan di tiap titik pengamatan( mm).
b.
Cara Thiessen
Jika titik-tiik pengamatan di dalam daerah itu tersebar merata, maka cara
perhitungan curah hujan rata-rata itu dilakukan dengan memperhitungkan daerah
pengaruh tiap titik pengamatan. Curah hujan di daerah itu dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut( Sosrodarsono, 1987 ):
R=
𝐴
1
𝑅
1
+𝐴
2
𝑅
2
+⋯+𝐴
𝑛
𝑅
𝑛
𝐴
1
+𝐴
2
+⋯+𝐴
𝑛
(2-7)
dengan
R
= curah hujan daerah ( mm),
𝑅
1
, 𝑅
2
, … 𝑅
𝑛
= curah hujan di tiap titik pengamatan dan n adalah
jumlah titik-titik pengamatan(mm),
𝐴
1
, 𝐴
2,
… 𝐴
𝑛
= luas bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan.
c. Cara Garis Isohyet
Peta Isohyet digambar pada peta topografi dengan perbedaan (interval) 10
9
disekitar daerah yang dimaksud.Luas bagian daerah antara dua garis Isohyet yang
berdekatan diukur dengan planimeter.Demikian pula harga rata-rata dari
garis-garisIsohyet yang berdekatan yang termasuk bagian-bagian daerah itu dapat dihitung.
Curahhujan daerah itu dapat dihitung menurut persamaan sebagai berikut(
Sosrodarsono, 1987 ):
R=
𝐴
1
𝑅
1
+𝐴
2
𝑅
2
+⋯+𝐴
𝑛𝑅𝑛
𝐴
1
+𝐴
2
+⋯+𝐴
𝑛
(2-8)
dengan
R
= curah hujan daerah (mm),
𝐴
1
, 𝐴
2,
… 𝐴
𝑛
= luas bagian-bagian antara garis-garis isohiet,
𝑅
1
, 𝑅
2
, . . 𝑅
𝑛
= curah hujan rata-rata pada bagian-bagian A1,
A2…
Ao(mm).
2.2.4 Evapotranspirasi
Evapotranspirasi diartikan sebagai kehilangan air akibat penguapan air
bebas.Evaporasi berubah-ubah setiap saat akibat radiasi matahari, suhu, kecepatan
angin, kelembaban relatif, luas permukaan, dan tekanan udara.Evaporasi digunakan
untuk perhitungan kehilangan air waduk, sedangkan evapotranspirasi dipergunakan
untuk perhitungan kehilangan air sawah.
Perhitungan Evapotranspirasi potensial dihitung berdasarkan Metode Penman
(modifikasi FAO) dengan data klimatologi terdekat sebagai stasiun referensi.
Persamaan Penman modifikasi FAO (
Food and Agriculture Organization
) adalah
sebagai berikut:
E
To
= c x (W x R
n
+ (1 - W) x f(u) x (e
a
–
e
d
))
(2-9)
dengan E
To
= evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari),
W
= faktor temperatur dan ketinggian,
R
n
= radiasi bersih (mm/hari),
F(u)
= fungsi kecepatan angin,
e
a
= tekanan uap jenuh (mbar),
e
d
= tekanan uap nyata (mbar),
c
= faktor konvensasi kecepatan angin dan kelembaban,
Rh
= kelembaban Udara (%).
dengan harga-harga :
y
d
d
W
10
dengan rumus-rumus pendukung lainnya :
0
,
00738
.
0
,
8072
0
,
0016
T
= temperatur rata-
rata(˚C).
Sedangkan :
Menurut Soemarto (1987), a dan b merupakan konstanta yang tergantung letak
suatu tempat di atas bumi, untuk Indonesia dapat diambil harga a dan b yang mendekati
yaitu Australia a = 0,25 dan b = 0,54.
dengan
Rn1
=
radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari),
Rns
=
radiasi bersih gelombang pendek (mm/hari),
Rs
=
radiasi gelombang pendek (mm/hari),
11
dengan harga fungsi-fungsi :
Reduksi pengurangan temperatur karena ketinggian elevasi daerah pengaliran
diambil menurut persamaan :
E
T
Tc
0
,
006
(2-25)
dengan
Tc
= temperatur terkoreksi (˚C),
T
= temperatur rata-
rata (˚C),
δ
E
= beda tinggi elevasi stasiun dengan lokasi tinjau (m).
Koreksi kecepatan angin karena perbedaan elevasi pengukuran diambil
menurut persamaan :
7
dengan
U
2c= kecepatan angin di lokasi perencanaan ( m/dt),
2