• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan penduduknya dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kehidupan penduduknya dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh kehidupan penduduknya dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah RI (Depkes RI, 1999).

Ungkapan “Anda adalah apa yang anda makan” (You are what you eat) kini kian nyata kebenarannya. Berbagai penelitian secara saksama bertahun-tahun membuktikan betapa gizi dalam makanan yang dikonsumsi secara menetap menentukan kondisi fisik dan mental seseorang. Namun, pengertian “makan” bukan hanya berarti jenis makanan itu sendiri, melainkan juga pola makannya. Makanan yang baik jika dikonsumsi dengan cara yang salah bisa berakibat tidak baik (Bangun, 2003).

Pola makan yang sehat dan seimbang dapat menunjang kesehatan seseorang secara optimal sehingga kita dapat terhindar dari berbagai macam penyakit. Perkembangan zaman yang semakin canggih tidak hanya memberi dampak positif bagi kelangsungan hidup manusia, tetapi juga menyisakan banyak dampak negatif khususnya masalah kesehatan. Gaya hidup modern yang tidak sehat, dan diikuti dengan tidak teraturnya pola makan, mengakibatkan tingkat kesehatan manusia semakin merosot. Menjamurnya masakan siap saji hingga penambahan bahan pengawet, pewarna dan perasa buatan pada makanan, juga kerap menjadi pemicu berkembangnya penyakit

(2)

degeneratif, seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung, stroke, kanker, diabetes melitus dan penyakit lainnya (Yuliarti, 2009).

Pada beberapa dekade terakhir, penyakit degeneratif telah menggeser posisi penyakit infeksi sebagai penyakit tertinggi di dunia. Pola diet kurang sehat dan seimbang seperti konsumsi makanan tinggi lemak, rendah serat, serta kurang buah dan sayur diketahui memiliki hubungan yang erat dengan peningkatan resiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif (Kusharisupeni, 2010).

Adapun upaya yang dapat dilakukan manusia untuk hidup sehat tanpa meninggalkan dunia modern yang dijalaninya adalah dengan berusaha menyelaraskan diri dengan alam. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan menerapkan pola makan vegetarian (Bangun, 2003).

Pada dasarnya, pola makan vegetarian merupakan suatu pengaturan makanan yang baik. Pola makan vegetarian adalah suatu cara makan dimana hanya memakan tumbuhan dan tidak mengonsumsi makanan yang berasal dari makhluk hidup seperti daging, unggas, ikan atau hasil olahannya (Chairuny, 2004).

Istilah vegetarian diciptakan pada tahun 1847. Pertama kali digunakan secara formal pada tanggal 30 September tahun itu oleh Joseph Brotherton di Northwood Villa, Kent, Inggris. Vegetarian ini sendiri yang semula merupakan ajaran agama/ kepercayaan, berkembang menjadi gaya hidup masyarakat. Bahkan alasan orang mengonsumsi vegetarian telah berkembang dan mentransformasi diri dari alasan kesehatan, etika sampai menyentuh lingkungan (Suprapto, 2009).

Di samping itu, orang-orang yang mengadopsi pola makan vegetarian semakin hari semakin bertambah. Kesadaran masyarakat akan perlunya pola hidup sehat dengan

(3)

bahan alami semakin meningkat. Buah dan bahan makanan sayuran menjadi primadona dibandingkan dengan daging-dagingan yang berlemak yang sering dituduh sebagai penyebab datangnya sakit (Bodhikirti, 2009).

Di sisi yang lain banyak anggapan bahwa pola makan vegetarian tidak sehat. Ini dikarenakan adanya mitos-mitos yang tidak benar terhadap pola makan vegetarian sehingga penolakan mengonsumsi makanan nabati (vegetarian) menjadi luas. Salah satu alasan penolakan terhadap pola makan vegetarian adalah karena alasan kekurangan nutrisi tubuh, misalnya kekurangan protein, zat besi, dan vitamin B12, badan menjadi cepat lemas, dan lelah. Ada juga yang beranggapan menyiapkan makanan vegetarian itu repot, rasanya hambar, dan tidak banyak variasi (Bodhikirti, 2009).

Akan tetapi, di zaman yang serba modern ini, hal di atas tidak perlu dikhwatirkan lagi. Dapat kita lihat dari banyaknya depot/rumah makan yang menyediakan masakan vegetarian dimana selalu dipenuhi dan dipadati oleh pengunjung. Sehingga orang yang bervegetarian tidak akan mengalami kendala dalam memenuhi menu makan sehari-hari atau merasa bosan dengan menu yang monoton karena begitu banyak pilihan menu yang ditawarkan restoran/rumah makan tersebut. Bahkan informasi mengenai makanan vegetarian yang sehat dan bergizi dapat dilihat dan dibaca pada toko buku dan dapat dipraktekkan langsung di rumah. Pola makan vegetarian bila dilakukan dengan benar dan mengikuti anjuran, dapat dipraktekan oleh siapapun, bahkan untuk bayi, balita, remaja, dewasa dan orang lanjut usia (Bodhikirti, 2009).

Hasil survei tahun 1997 melaporkan 1% penduduk Amerika Serikat adalah vegetarian. Angka ini meningkat menjadi 2,5% pada tahun 2000 dan 2,8% pada tahun 2003. Penduduk Inggris dengan pola vegetarian sebanyak 3% pada tahun 1987 dan

(4)

meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 1997 menjadi 5,4%, Newspoll Survey pada tahun 2000 melaporkan terdapat 2% penduduk Australia vegetarian dan 18% penduduk lebih menyukai makanan vegetarian. Sementara itu di India, tahun 2003, terdapat lebih dari 50% penduduk adalah vegetarian (Kusharisupeni, 2010).

Statistik terhadap anak-anak berbeda tergantung sumber-sumbernya. Menurut survei Vegetarian Resource Group di tahun 2005 atas lebih dari 1200 orang-orang muda memperkirakan bahwa 3% dari mereka yang berusia 8-18 tahun (sekitar 1,5 juta anak-anak) adalah vegetarian dan 1% nya adalah vegetarian murni. Terdapat peningkatan jumlah orang-orang termasuk anak-anak yang memilih makanan-makanan vegetarian. Sedangkan survei dari CDC (The Centers for Disease Control) baru-baru ini atas sekitar 9.000 orang tua dan wali mendapati bahwa 367.000 anak-anak dibawah usia 18 tahun atau sekitar 1 dari 200 adalah vegetarian (Ltaminsyah, 2009).

Data-data menunjukkan bahwa orang dengan pola makan vegetarian umumnya lebih sehat dan berumur panjang dibanding mereka yang non vegetarian. Sebagai contohnya, penelitian pada tahun 2009 di bulan Maret oleh The American Dietetic Association pada lebih dari 500.000 orang-orang yang berusia 50-71 tahun di Amerika dan didapati bahwa orang-orang dewasa yang mengonsumsi paling banyak daging merah lebih berkemungkinan untuk meninggal dalam waktu lebih dari 10 tahun lebih cepat daripada mereka yang paling sedikit mengonsumsi daging merah, kebanyakan karena penyakit kardiovaskular dan kanker (Ltaminsyah, 2009).

Bukti lain dapat dilihat pada bangsa Eskimo yang sebagian besar hidup dari daging dan lemak cepat sekali menjadi tua, rata-rata usia hidup mereka hanya 27,5 tahun. Begitu juga dengan Bangsa Krigis, suatu bangsa Nomad di Rusia Timur dimana

(5)

usia mereka jarang melampaui 40 tahun. Sebaliknya penelitian yang di lakukan oleh para antropologi terhadap suku-suku bangsa yang tidak memakan daging, memiliki kesehatan cemerlang, daya tahan, dan umur panjang, misalnya oleh suku-suku bangsa Hunza di Pakistan, suku bangsa Otonomi di Mexico dan penduduk asli barat daya Amerika (Bangun, 2003).

Dari segi konsumsi terhadap makanan vegetarian, telah ada penelitian oleh bagian pemasaran perusahaan Mintel bahwa penjualan produk-produk vegetarian yang diolah, seperti susu kedelai, yogurt kedelai dan sosis-sosis vegetarian untuk sarapan pada tahun 2008 mengalami peningkatan sekitar 15% dari tahun 2003. Sekarang ini, bahkan Burger King juga telah menawarkan burger-burger vegetarian (Ltaminsyah, 2009).

Di Indonesia sendiri, jumlah vegetarian juga mengalami peningkatan. Jumlah vegetarian yang terdaftar di Indonesia Vegetarain Society (IVS) saat berdiri tahun 1998 adalah sekitar 5000 anggota dan meningkat menjadi 60.000 anggota pada tahun 2007. Angka ini merupakan sebagian kecil dari jumlah vegetarian yang sesungguhnya karena tidak semua vegetarian mendaftar menjadi anggota (Kusharisupeni, 2010).

Restoran/rumah makan vegetarian semakin berjamur di berbagai daerah di Indonesia. Seperti di Jakarta, jumlah rumah makan vegetarian mencapai sekitar 100 rumah makan sedangkan di Medan mencapai sekitar 34 rumah makan. Dengan jumlah restoran/rumah makan yang banyak dapat kita lihat bahwa minat masyarakat Indonesia terhadap pola makan vegetarian semakin meningkat (Ekazamov, 2009).

Adapun penelitian vegetarian di Indonesia oleh Susianto pada tahun 2008 pada 148 balita (75 vegetarian, 73 non vegetarian) yang dipilih secara purposive sampling

(6)

dan diperoleh bahwa tidak ada balita vegetarian yang menderita gizi kurang apalagi gizi buruk.

Di Medan juga dilakukan penelitian di Keluarga Vegetarian Maitreya Indonesia (KVMI) Medan oleh Mimi Chairuny (2004) untuk melihat pola penyakit pada wanita vegetarian sebanyak 30 orang dan non vegetarian sebanyak 30 orang. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dan didapat bahwa 3 orang (10%) wanita vegetarian dan 4 orang (13,33%) wanita non vegetarian menderita penyakit ISPA. Sedangkan jumlah penderita hipertensi pada wanita vegetarian sebanyak 2 orang (6,67%) dan wanita non vegetarian sebanyak 4 orang (13,33%) dan jumlah penderita penyakit jantung koroner pada wanita vegetarian sebanyak 1 orang (3,33%) sedangkan pada wanita non vegetarian sebanyak 2 orang (6,67%).

Mahasiswa adalah intelektual terdidik dimana masa depan bangsa terletak di tangan mereka. Mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan (change of agent) diharapkan dapat memajukan bangsa. Mahasiswa FKM USU merupakan salah satu agen perubah yang sangat berperan dalam masyarakat dimana mahasiswa FKM USU diharapkan untuk dapat mengubah masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang baik.

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mahasiswa FKM USU harus mengetahui tentang gaya hidup sehat yang sedang berkembang di masyarakat yang salah satunya pola makan vegetarian. Untuk itu, penulis ingin melakukan penelitian tentang “Perilaku Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara terhadap Pola Makan Vegetarian tahun 2011”

(7)

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara terhadap pola makan vegetarian tahun 2011. 1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tentang pola makan vegetarian tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola makan vegetarian Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2011.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti merupakan salah satu aplikasi ilmu kesehatan masyarakat yang dipelajari selama masa perkuliahan di FKM USU.

2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang pola makan vegetarian.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan Program Induksi, pembimbing ditunjuk oleh kepala sekolah/madrasah dengan kriteria memiliki kompetensi sebagai guru profesional; pengalaman mengajar

To Steven and Sara, he said: ‘Get behind it!’ As they moved to obey, the Doctor stooped and set his arms about the Time Destructor.. The device was surprisingly light as he lifted

Hasil deskriptif presentase indikator membahas masalah yang dibawa konsulti berkenaan dengan pihak ketiga menunjukan presentase sebesar 63,8% dengan kriteria

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Aktivitas yang dilakukan oleh orang yang diceritakan pada lagu tersebut selain mengakses jejaring social Facebook, diikuti dengan melakukan kegiatan lain dalam satu

Untuk kelompok ini, analisis aktor sudah ada dalam ekosistem dapat membantu memandu jenis inisiatif yang dapat memiliki dampak terbesar, mengisi kesenjangan yang ada

“Usia saya yang tidak lagi muda, jarak antara tempat tinggal di Malang dengan UNAIR, keterbatasan finansial, transportasi angkutan umum, tuntutan lain yang banyak untuk program S-3

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan