• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis Kayu

2.1.1 Akasia (Acacia mangium)

Kayu Akasia memiliki nama latin Acacia mangium dengan nama daerah seperti kasia dan kihia (Jawa Barat). Kayu teras Akasia memiliki warna cokelat pucat sampai cokelat tua, kadang-kadang cokelat zaitun sampai cokelat kelabu, batasnya tegas dengan gubal yang berwarna kuning pucat sampai kuning jerami. Coraknya polos atau berjalur-jalur dengan jalur berwarna gelap dan terang bergantian pada bidang radial. Teksturnya halus sampai agak kasar dan merata. A.

mangium memiliki berat jenis rata-rata 0,61 (0,43-0,66) sehingga termasuk kelas

awet III dan kelas kuat II-III. Kayu Akasia biasa digunakan sebagai bahan konstruksi ringan sampai berat, rangka pintu dan jendela, perabot rumah tangga, lantai, papan dinding, tiang-tiang pancang, gerobak dan rodanya, pemeras minyak, gagang alat, alat pertanian, kotak dan batang korek api, papan partikel, papan serat, vinir dan kayu lapis, pulp dan kertas; selain itu baik juga untuk kayu bakar dan arang (Pandit & Kurniawan 2008).

2.1.2 Nangka (Artocarpus heterophyllus)

Nangka memiliki nama botani Artocarpus heterophyllus Lamk. Menurut Verheij dan Coronel (l992), Nangka memiliki nama lain seperti Jackfruit (Inggris), Jacquier (Prancis), Nongko (Javanese), Langka (Filipina), Khanun (Thailand). Nama daerah untuk Nangka pun bermacam-macam seperti nangko atau nangka (Jawa), anaane (Ambon), panaih (Aceh), lumasa atau malasa (Lampung), dan nama lainnya.

Pohon Nangka umumnya berukuran sedang, memiliki tinggi 20-30 m, diameter batang mencapai 100 cm, seluruh bagian mengeluarkan getah putih bila dilukai. Kayu nangka telah banyak digunakan di Srilanka, India, dan Eropa (Verheij & Coronel 1992, diacu dalam Luza 2009). Berat jenisnya adalah 0,61 sehingga masuk ke dalam kelas kuat II-III dan kelas awet II-III. Kayu Nangka biasa digunakan sebagai bahan baku mebel, kayu konstruksi dan alat musik.

(2)

2.1.3 Jati (Tectona grandis)

Kayu Jati yang memiliki nama latin Tectona grandis, dikenal dengan nama lain Teak ( Inggris, Amerika, Jerman), Mai Sak (Thailand), Segwan (India), Teck (Perancis), dan Teca (Brazil). Nama daerah untuk Jati adalah Deleg, Dodolan, Jate, Jateh, Jatos, dan Kulidawa untuk daerah Jawa. Kayu Jati termasuk ke dalam famili Verbenaceae, dan memiliki terkstur yang agak kasar hingga kasar serta warna kayu teras kuning emas kecokelatan hingga cokelat kemerahan. Kayu teras dengan mudah dibedakan dari kayu gubalnya yang berwarna putih agak keabu-abuan. Berat jenis kayu Jati rata-rata 0,67 (0,62-0,75) sehingga termasuk ke dalam kelas kuat II dan kelas awet I-II (Martawijaya et al. 1981). Kayu Jati banyak dipakai sebagai bahan bangunan, kusen pintu dan jendela, pintu panel, bantalan kereta api, perabot rumah tangga, karoseri badan truk, dek kapal, parket, lumber sering dan vinir indah (Pandit & Kurniawan 2008).

2.1.4 Mindi (Melia azedarach)

Pohon mindi atau geringging (Melia azedarach L.) dari famili Meliaceae merupakan jenis pohon cepat tumbuh dan selalu hijau di daerah tropis dan menggugurkan daun selama musim dingin, suka cahaya, agak tahan kekeringan, agak toleran terhadap salinitas tanah dan subur di bawah titik beku. Pada umur 10 tahun dapat mencapai tinggi bebas cabang 8 meter dan diameter ± 40 cm. Nama daerah dari mindi adalah geringging, mementin, mindi (Jawa); jempinis (NTB); belile, bere, embora, kemel, lamoa, lemua, menga, mera (NTT), sedangkan di negara lain, mindi dikenal dengan nama Paternostertree, Persian lilac, Chinaberry, China tree (UK, USA); arbre de paternoster (Fr); árbol de paternoster, paraiso (Sp); albero di paternoster (It); paternostertäd (Sw); paternoster boom (Nl); Paternosterbaum (Gm); may rien (Vietnam); ku lian zi (China).

Pohon mindi memiliki persebaran alami di India dan Burma, banyak ditanam di daerah tropis dan subtropis, di Indonesia banyak ditanam di daerah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Papua. Tinggi pohon mencapai 45 m, tinggi bebas cabang 8-20 m, diameter sampai 60-185 cm, tidak berbanir. Tajuk menyerupai payung, percabangan melebar, kadang menggugurkan daun. Kulit luar berwarna merah-coklat sampai kelabu hitam, beralur dangkal sampai dalam, mengelupas kecil-kecil sampai kepingan besar. Batang silindris, tegak, tidak

(3)

berbanir; kulit batang (papagan) abu-abu coklat, beralur membentuk garis-garis dan bersisik. Kayu teras berwarna merah-coklat muda semu-semu ungu, kayu gubal berwarna putih kemerah-merahan dan mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras. Tekstur kayu sangat kasar, arah serat lurus atau agak berpadu, permukaan kayu agak licin, permukaan kayu mengkilap indah.

Berat jenisnya adalah 0,53 (0,42-0,65), masuk ke dalam kelas kuat III-II. Kayu mindi masuk ke dalam kelas awet IV-V dan berdasarkan hasil uji kubur, jenis kayu ini termasuk kelas awet V. Daya tahannya terhadap jamur pelapuk kayu termasuk kelas II-III. Kayu mindi dapat digunakan untuk peti teh, papan dan bangunan di bawah atap, panil, vinir hias dan sortimen yang berat mungkin baik untuk mebel (Martawijaya et al. 1989).

2.1.5 Mahoni (Swietenia macrophylla)

Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla) memiliki nama lain mahagoni. Terasnya berwarna merah, merah muda kekuningan waktu masih segar kemudian lama-kelamaan berubah menjadi merah tua kecoklatan. Mudah dibedakan dengan gubal berwarna putih kekuningan. Teksturnya halus, sedang sampai agak kasar. Permukaan kayu agak licin dan mengkilap, arah serat tidak teratur menimbulkan corak bervariasi dan indah. Kekerasannya sedang dan agak berat. Rata-rata berat jenis kayu Mahoni adalah 0,62 (0,53-0,72) sehingga masuk ke kelas kuat II-III dan kelas awet III. Kayu Mahoni banyak digunakan sebagai perabot rumah tangga, vinir indah dan kayu lapis, barang kerajinan dan perpatungan, barang bubutan, pintu panel, dan komponen alat musik (Pandit & Kurniawan 2008).

2.2 Pengetahuan Dasar Finishing

Finishing merupakan lapisan paling akhir pada permukaan kayu. Proses

ini bertujuan untuk memberikan nilai estetika yang lebih baik pada perabot kayu dan juga berfungsi untuk menutupi beberapa kelemahan kayu dalam hal warna, tekstur, atau kualitas ketahanan permukaan pada material tertentu. Tujuan lainnya adalah untuk melindungi kayu dari kondisi luar (cuaca, suhu udara, dll) ataupun benturan dengan barang lain. Dengan kata lain untuk menambah daya tahan dan keawetan produk kayu (STK 2008).

(4)

(Feirer 1979, diacu dalam Sein 1998), berdasarkan tujuan pemakaian, bahan finishing biasanya dibedakan dengan istilah interior dan eksterior. Interior berarti penggunaan bahan finishing pada material yang berada di luar ruangan. Selanjutnya Feirer mengatakan bahwa bahan finishing ekterior dapat dikelompokkan ke dalam tipe berpenetrasi (penetration type) dan tipe permukaan

(surface type). Bahan finishing yang termasuk tipe berpenetrasi adalah bahan

pewarna dan bahan pengawet, sedangkan bahan finishing tipe permukaan adalah cat dan pernis. Kedua tipe tersebut sesuai untuk sebagian besar pelaksanaan

finishing kayu eksterior.

Dilihat dari jenis bahan, pada dasarnya ada dua macam jenis finishing untuk kayu, yaitu :

1. Finishing bahan padat, material ini 100% menutupi permukaan kayu dan

menyembunyikan tampak aslinya. Fisik bahan ini berupa lembaran atau rol. Populer untuk pemakaian furniture indoor dengan bahan dasar plywood, MDF, hardboard, softboard, dan jenis lembaran lainnya.

2. Finishing bahan cair, sangat banyak jenis dan variasi aplikasinya. Paling

populer digunakan pada seluruh jenis furniture kayu. Bersifat lebih fleksibel daripada finishing dari jenis bahan yang padat. Sangat baik untuk finishing permukaan bidang lebar ataupun melengkung. Pada teknologi terbaru sekarang ini, jenis finishing akhir cairan bisa memiliki kualitas yang sama kuatnya pada permukaan yang lebar pada plywood dan MDF. Jenis bahan

finishing cair yang telah digunakan saat ini antara lain :

a. Oil

Jenis finishing paling sederhana dan mudah aplikasinya. Bahan ini tidak membentuk lapisan film pada permukaan kayu. Oil meresap ke dalam pori-pori kayu dan tinggal di dalamnya untuk mencegah air keluar atau masuk dari pori-pori kayu. Cara aplikasinya dengan menyiram, merendam, atau melumuri benda kerja dengan oil kemudian dibersihkan dengan kain kering. Bahan ini tidak memberikan keawetan pada aspek benturan, goresan ataupun benturan fisik lainnya.

(5)

b. Politur

Bahan dasar finishing ini adalah shellac yang berwujud serpihan atau batangan kemudian dicairkan dengan alkohol. Dalam hal ini, alkohol bekerja sebagai pencair (solvent). Setelah diaplikasikan ke benda kerja, alkohol akan menguap. Aplikasi dengan cara membasahi kain (sebaiknya yang berbahan katun) dan memoleskannya secara berkala pada permukaan kayu hingga mendapatkan lapisan tipis finishing (film) pada permukaan kayu. Semakin banyak polesan akan membuat lapisan semakin tebal.

c. Nitro Cellulose (NC)

Jenis yang saat ini populer dan mudah diaplikasikan adalah NC (Nitro

Cellulose) lacquer. Bahan finishing ini terbuat dari resin

Nitrocellulose/alkyd yang dicampur dengan bahan solvent yang cepat

kering, biasa disebut thinner. Bahan ini tahan air (tidak rusak apabila terkena air) tapi masih belum kuat menahan goresan. Kekerasan lapisan film NC tidak cukup keras untuk menahan benturan fisik. Meskipun sudah kering, NC bisa dikupas menggunakan bahan pencairnya (solvent/thinner). Cara aplikasinya menggunakan sistem spray (semprot) dengan tekanan udara.

d. Melamine

Sifatnya hampir sama dengan bahan lacquer. Memiliki tingkat kekerasan lapisan film lebih tinggi dari lacquer akan tetapi bahan kimia yang digunakan akhir-akhir ini menjadi sorotan para konsumen karena berbahaya bagi lingkungan. Melamine mengandung bahan Formaldehyde paling tinggi di antara bahan finishing yang lain. Formaldehyde ini digunakan untuk menambah daya ikat molekul bahan finishing. Pewarnaan juga lebih bervariasi pada bahan ini.

e. Poly Urethane (PU)

Lebih awet dibandingkan dengan jenis finishing sebelumnya dan lebih tebal lapisan filmnya. Bahan finishing membentuk lapisan yang benar-benar menutup permukaan kayu sehingga terbentuk lapisan seperti plastik. Memiliki daya tahan terhadap air dan panas sangat tinggi. Sangat baik

(6)

untuk finishing produk outdoor, kusen dan pintu luar atau pagar. Proses pengeringannya juga menggunakan bahan kimia cair yang cepat menguap.

f. Ultra Violet (UV) Lacquer

Satu-satunya aplikasi yang paling efektif saat ini dengan curtain method. Suatu metode aplikasi seperti air curahan yang membentuk tirai tersebut dengan kecepatan tertentu sehingga membentuk lapisan yang cukup tipis pada permukaan kayu. Disebut UV Lacquer karena bahan finishing ini hanya bisa dikeringkan oleh sinar Ultra Violet (UV), paling tepat untuk benda kerja dengan permukaan lebar papan atau plywood.

g. Waterbased Lacquer

Jenis finishing yang paling populer akhir-akhir ini bagi para konsumen di Eropa. Menggunakan bahan pencair air murni (yang paling baik) dan resin akan tertinggal di permukaan kayu. Proses pengeringannya otomatis lebih lama dari jenis bahan finishing yang lain karena penguapan air jauh lebih lambat daripada penguapan alkohol ataupun thinner. Namun kualitas lapisan film yang diciptakan tidak kalah baik dengan NC atau melamine. Tahan air dan bahkan sekarang sudah ada jenis waterbased lacquer yang tahan goresan. Keuntungan utama yang diperoleh dari bahan jenis ini adalah lingkungan dan sosial. Di samping para karyawan ruang finishing lebih sehat, reaksi penguapan bahan kimia juga lebih kecil di rumah konsumen.

(Wagner 1967, diacu dalam Syah 1991) menyatakan bahwa cat adalah campuran dari minyak, pengemulsi, pengering, dan pigmen. Cat adalah campuran zat padat dan zat cair. Zat padat disebut pigmen yang dapat memberikan corak/warna, pemburam, dan sangat baik untuk perlindungan. Pigmen biasanya dibuat dari metal atau mineral. Pigmen putih terbuat dari titanium seng dan timah sedangkan pigmen hitam terbuat dari karbon. Zat cair terdiri dari getah (gum) dan minyak yang menyebabkan zat padat dapat tersuspensi, cat lebih tahan lama, mudah diaplikasikan, tahan terhadap asam dan basa, serta dapat mengikat partikel-partikel pigmen. Cat dengan sistem pelarut berpenetrasi, baik pada kayu, khususnya memperlambat perkembangan jamur atau menghalangi blue stain (Kennedy et al. 1987, diacu dalam Sein 1998). Dalam Wood Handbook (1974)

(7)

diterangkan bahwa dari semua bahan finishing, cat memberikan perlindungan terbaik pada kayu terhadap gesekan permukaan.

2.3 Metode Aplikasi Finishing-Spraying

Metode aplikasi finishing dengan alat semprot atau spraying merupakan metode aplikasi yang banyak digunakan di industri furniture saat ini. Hal ini didukung pula dengan banyaknya bahan finishing yang dibuat dan disesuaikan untuk aplikasi spraying. Alat kerja yang dipakai dalam spraying adalah kompresor, selang angin dan spray gun sebagai alat kerja pokok untuk aplikasi

finishing metode spraying. Setelah itu, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik

dan lebih sempurna, diperlukan tambahan peralatan misalnya:

1. Spraybooth: Sebuah bidang penghisap yang terletak di depan aplikator,

berfungsi untuk menyerap overspray dan debu agar tidak menempel pada benda kerja. Fungsi utamanya adalah agar percikan-percikan partikel finishing dan debu bergerak menjauhi benda kerja yang sedang disemprot. Partikel-partikel tersebut bisa mengakibatkan cacat gelembung dan kasar pada permukaan finishing. Model spraybooth bisa berupa aliran air dan penghisap udara sehingga partikel overspray bisa langsung menempel pada air. Ada juga yang hanya aliran udara (tanpa air).

2. Hanging Conveyor: Alat bantu berupa rel panjang (hingga 1000 m) dengan

gantungan pada setiap 30-50 cm dan digantung di plafon pabrik. Alat ini berfungsi untuk menggantungkan benda kerja yang relatif kecil sehingga operator finishing tidak perlu memegang benda kerja. Keuntungan alat bantu ini adalah agar seluruh permukaan benda kerja bisa terlapisi bahan finishing sekaligus tanpa harus menunggu bagian yang lain mengering. Dengan jumlah gantungan yang cukup banyak, alat ini juga bisa berfungsi sebagai storage pengeringan.

3. Table Conveyor: Beberapa meja kerja yang bisa berputar 360 derajat dan

tersusun seperti kereta di atas rel di area finishing. Alat bantu ini memerlukan area finishing yang luas. Kelebihan alat ini adalah memberikan posisi yang baik bagi operator untuk melakukan finishing pada bidang lebar karena posisi benda kerja akan fleksibel diputar dan tidak mudah terjatuh.

(8)

Untuk mendapatkan hasil semprot yang lebih baik akan sangat menguntungkan apabila sudut dan pengaturan spray gun diperhatikan. Pada bidang yang lebar, sebaiknya diatur agar sudut semprot lebih lebar sehingga bahan

finishing bisa rata. Posisi spray gun juga sebaiknya tegak lurus dengan bidang

kerja agar tidak terjadi penumpukkan bahan finishing pada satu area tertentu. Posisi semprot yang tidak tegak lurus akan mudah terlihat pada saat kita melakukan proses pewarnaan. Pada sisi tertentu akan terlihat lebih gelap daripada sisi lainnya. Untuk bidang yang sempit misalnya sisi tebal papan samping, kaki meja atau permukaan kecil lainnya, spray gun bisa diatur agar sudut semprot lebih kecil sehingga tidak banyak bahan finishing yang terbuang. Posisi dan sudut spray gun yang baik dapat dilihat pada Gambar 1.

(9)

Hal yang perlu diperhatikan terutama pada proses aplikasi permukaan lebar adalah overlap. Overlap artinya proses pengulangan atau penumpukkan semprot. Dengan sudut semprot yang sudah diatur, untuk bidang di sebelahnya lebih baik sudut semprot juga dikenakan sekitar 10-15% area semprot sebelumnya sehingga pada area tersebut mendapatkan kualitas permukaan yang sama dengan bagian tengahnya (STK 2009).

Secara lebih rinci, masalah-masalah yang sering terjadi pada metode aplikasi spraying adalah :

1. Orange peel: atomisasi yang tidak memadai, tidak cukup pelarut atau tipis,

spray gun terlalu dekat dengan permukaan atau bergerak terlalu lambat

sehingga menyebabkan riak. Efek orange peel dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Orange peel.

2. Gun sputters : ventilasi udara tersumbat di cup lid, material finishing terlalu

tebal, bahan tidak cukup dalam cup atau tipping pada acute angle, terjadi kebocoran pada fluid nozzle atau needle-valve packing nut.

3. Finish leaks from fluid nozzle of spray gun : needle-valve packing nut terlalu

ketat, needle-valve packing membutuhkan minyak, rusaknya batang

fluid-nozzle atau needle-valve, ukuran batang needle-valve salah, pegas dari batang

(10)

4. Dry spray: atomisasi berlebihan, ada permukaan yang mengalami penyemproten berulang, spray gun terlalu jauh dari permukaan atau bergerak terlalu cepat. Efek dry spray dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Dry spray.

5. Runs or sags: cat yang digunakan terlalu padat, spray gun terlalu dekat

dengan permukaan atau bergerak terlalu lambat, material finishing terlalu tipis, pemicu tidak terlepas di akhir setiap semprotan ketika semprotan tidak melampaui objek, spray gun tidak tegak lurus ke permukaan. Efek ini dapat dilihat di Gambar 4.

Gambar 4. Runs or sags.

(11)

2.4 Spray Gun

Spray gun adalah alat finishing yang paling efisien dibandingkan dengan

alat-alat finishing lainnya. Kita dapat menghasilkan permukaan yang hampir mulus dan dapat menyelesaikan permukaan kayu yang lebar dalam waktu singkat.

Spray gun memecah cairan menjadi tetesan kecil/semburan halus oleh

dua jet udara yang keluar dari horns di air nozzle. Tetesan tersebut melumuri permukaan kayu dan mengalir bersama-sama untuk membuat lapisan halus. Terpecahnya cairan tersebut menjadi tetesan kecil/semburan halus disebut atomisasi. Ini sangat penting bahwa atomisasi harus baik, atau tetesan kecil tersebut tidak akan mengalir bersama-sama dengan sempurna (Flexner 1994).

Hal senada juga diutarakan oleh Michalski (2001), atomisasi didefinisikan sebagai suatu proses mereduksi cairan menjadi partikel penyemprot halus, sehingga lapisan dapat diterapkan pada kayu dengan cara yang relatif terkendali. Dengan tujuan melindungi dan memperindah kayu. Meskipun atomisasi yang kurang baik akan mempengaruhi kualitas finishing dan menyebabkan orange peel, namun kualitas finishing tidak semata-mata tergantung pada atomisasi. Hal ini mungkin saja terjadi selama menyemprotkan suatu cairan pelapis, sehingga

overspray dan dry spray. Kelebihan atomisasi menyebabkan beberapa pelarut

menguap terlalu cepat. Hal ini menyebabkan partikel kering dan ketidakmampuan lapisan untuk mengalir keluar. Penggunaan tekanan yang berlebihan dapat memisahkan cairan dari padatan dalam lapisan. Hal ini disebut sebagai over

shearing atau dry spray.

(12)

Spray gun biasa digunakan untuk pengecatan bagian komponen yang mempunyai luasan permukaan yang luas, karena biasanya cat akan menyebar merata saat disemprotkan dari sprayer. Spray gun dapat menyemprotkan cat dengan bantuan angin dari kompresor, yang disalurkan melalui selang yang berada pada bagian bawah handle. Secara lebih rinci, bagian-bagian spray gun dapat dilihat pada Gambar 5. Pada dasarnya terdapat tiga kontrol utama pada setiap spray gun (pistol angin), yaitu:

1. Pengatur Volume Bahan Finishing

Kontrol ini berfungsi untuk mengatur besar-kecilnya jumlah bahan yang keluar dalam sekali tekan/semprot. Sebenarnya knob ini mengatur jarak lubang nozzle dengan jarum nozzle ketika pelatuk spray gun ditekan. Jarak tersebut yang membuat udara bertekanan menarik bahan finishing keluar. Memutar knob tersebut ke kiri (berlawanan arah jarum jam) akan memperbesar jarak jarum nozzle sehingga bahan finishing lebih banyak keluar. Tekan pelatuk hingga menyentuh batasnya (penting sekali dalam setiap penyemprotan) lalu putar knob pada saat yang sama searah jarum jam untuk mengatur jumlah bahan finishing.

2. Pengatur Jumlah Udara Keluar

Biasanya terletak di samping spray gun dan berfungsi untuk mengatur jumlah udara yang keluar dalam sekali tekanan pelatuk. Udara bertekanan tersebut akan keluar melalui lubang di ujung spray gun dan segera bercampur dengan bahan finishing menjadi partikel yang kecil (atomized). Arah dan ukuran bahan yang bercampur udara tadi diatur oleh lubang angin di ujung spray gun

(Air Horn). Knob ini pula yang mengatur lebar dan arah semprotan. Dasar

pengaturannya sama dengan Pengatur Bahan Finishing. 3. Pengatur Tekanan udara

Ini adalah kontrol terakhir yang bisa digunakan untuk mengatur semprotan

finishing. Kontrol ini mengatur besar kecilnya tekanan udara yang masuk

melalui spray gun. Semakin kecil tekanan yang akan digunakan, semakin besar pattern bahan yang tercapai.

(13)

Berbagai produsen spray gun memiliki desain berbeda walaupun prinsip alat kontrolnya masih sama. Jenis-jenis tersebut memiliki fungsi dan kelebihan masing-masing. Berbagai bentuk spray gun, antara lain :

1. Tabung di bawah pistol: Sering disebut HVLP (High Volume Low Pressure), paling banyak digunakan untuk aplikasi base coat yang menuntut jumlah bahan lebih banyak sebagai penutup pori-pori kayu.

2. GravitySpray Gun: Tabung terletak di atas spray gun dan biasanya digunakan

untuk finishing akhir (top coat) dengan viscositas yang lebih tinggi.

3. Airless Spray Gun terhubung langsung dengan tabung besar (20 liter) bahan

finishing dan langsung memiliki dua saluran pada pangkalnya. Jenis ini

biasanya digunakan untuk pewarnaan dalam jumlah besar agar pencampuran bahan warna finishing tidak terdapat deviasi yang terlalu besar (STK 2008).

Gambar 6. Berbagai bentuk spray gun.

Adapun prinsip kerja spray gun adalah angin yang berasal dari kompresor masuk melalui selang input, dan angin akan mengalir melalui pipa kecil ke

sprayer saat picu (trigger) ditekan untuk mengalirkan angin dari kompresor. Saat

angin mengalir menuju sprayer, angin akan menyedot udara atau cat dalam tabung karena perbedaan tekanan, sehingga cat dapat tersedot dan mengalir bersama angin menuju sprayer dengan kecepatan tinggi dan disemprotkan untuk pelapisan benda kerja.

Pengoperasian spray gun biasanya dilakukan dengan cara mencampurkan cat dengan pelarut untuk mengencerkannya agar cat lebih mudah disedot. Setelah campuran sesuai, cat dimasukkan ke dalam tabung cat, dan pasang tabung cat ke

spray gun dengan kencang agar terjadi kevakuman dalam tabung cat. Setelah itu,

(14)

sampai cat bisa tersemprot dengan lancar. Langkah selanjutnya atur penyemprot

(sprayer) agar cat bisa tersebar dengan merata.

Pemeliharaan spray gun tergolong mudah, agar spray gun dapat digunakan pada setiap saat dengan lancar, maka setelah pemakaian, spray gun harus dibersihkan dengan menggunakan thinner atau pelarut cat, agar sisa-sisa cat yang ada pada ujung sprayer maupun pada pipa penyedot cat tidak kering dan menyumbat saluran (Nugroho 2010).

Gambar

Gambar 1. Posisi dan sudut spray gun.
Gambar 3. Dry spray.
Gambar 5. Bagian-bagian spray gun.

Referensi

Dokumen terkait

Unit LPPM membuat rencana strategis PKM sesuai dengan bagian dari rencana strategis PT, seperti penyuluhan tentang Koperasi, UKM dsbg kepada masyarakat sehingga hasil dari PM

Agar propaganda ideologi dan cara hidup liberalis dan pluralis itu diterima oleh orang Islam, maka diikuti pula dengan bantuan fasilitas, popularitas dan juga

Pembelajaran matematika di sekolah bertujuan agar peserta didik memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan, serta

Implikasi penelitian ini adalah: 1) Untuk mempertahankan kualitas ibadah jamaah haji Kota Palu, hendaknya pembimbing dalam hal ini kementerian agama kota palu mempertahankan kinerja

Rasio Gross Profit Margin mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan, atau apabila rasio ini dikurangkan dengan 100%

Perkawinan antara dua orang Warga Negara Indonesia atau seorang Warga Negara Indonesia dengan seorang Warga Negara Asing yang dilangsungkan di luar Indonesia diatur

 Walau pun sedang menjalani pemeriksaan bersama dengan seseorang dari departemen lain, pihak luar atau bahkan presiden sekali pun atau setiap orang yang pada

terpusat, fokus, serta bisa diselesaikan dengan adanya batasan perumusan masalah yang ada di dalamnya. Dalam kegiatan ini peneliti membuat dan menyusun instrumen penelitian