• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN. penelitian. Bagian ini diakhiri dengan menyajikan keterbatasan penelitian dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN. penelitian. Bagian ini diakhiri dengan menyajikan keterbatasan penelitian dan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

102 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN

Bagian terakhir penelitian ini menyajikan simpulan penelitian, implikasi penelitian yang meliputi implikasi teoritis dan implikasi praktik dari hasil penelitian. Bagian ini diakhiri dengan menyajikan keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.

5.1. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat keburaman laba di Indonesia dan dampak keburaman laba terhadap kos ekuitas. Berdasarkan penelitian sebelumnya terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tingginya keburaman laba perusahaan, yaitu konsentrasi kepemilikan saham dan kompetisi industri yang dihadapi oleh perusahaan. Penilitian ini menduga semakin tinggi kecenderungan kepemilikan saham terkonsentrasi oleh pemegang saham mayoritas tunggal semakin tinggi keburaman laba. Terdapat dua perspektif teori keagenan yang menjelaskan pengaruh tersebut yaitu hipotesis pemonitoran dan hipotesis konflik kepentingan.

Penelitian ini menggunakan indeks keburaman laba yang dibangun dari tujuh ukuran keburaman laba yang meliputi keburaman laba internal dan keburaman laba eksternal. Keburaman laba internal adalah keburaman laba yang diukur dari data fundamental dalam laporan keuangan, yang terdiri dari keagresifan laba, perataan laba, manajemen laba, penyajian kembali laporan

(2)

103 keuangan, dan proporsi catatan atas laporan keuangan. Sedangkan keburaman laba eksternal adalah keburaman laba yang diukur dari data pasar, yaitu volume perdagangan saham dan bid-ask spread. Hasil pengujian yang menggunakan indeks keburaman laba yang dibangun dari tujuh ukuran keburaman laba tidak bisa membuktikan semakin tinggi kecenderungan kepemilikan saham oleh pemegang saham mayoritas tunggal semakin tinggi keburaman laba. Hasil pengujian tersebut juga tidak bisa membuktikan semakin tinggi kompetisi industri yang dihadapi perusahaan semakin tinggi keburaman laba. Rerata keburaman laba pada perusahaan dengan kepemilikan mayoritas tunggal terbukti lebih tinggi dibandingkan perusahaan tanpa pemegang saham mayoritas tunggal.

Hasil analisis tambahan penelitian ini membentuk tiga dimensi ukuran keburaan laba, yaitu: (1) keburaman laba internal yang terdiri dari keagresifan laba dan manajemen laba, (2) keburaman laba eksternal yang terdiri dari volume perdagangan pasar saham dan bid-ask spread, dan (3) dimensi baru keburaman laba, yaitu proporsi catatan atas laporan keuangan. Sedangkan perataan laba dan penyajian kembali laporan keuangan bukanlah ukuran yang tepat untuk keburaman laba. Perataan laba menggambarkan laba yang lebih persisten sehingga mencerminkan laba yang lebih transparan (Takasu dan Nakano, 2012).

Hasil analisis tambahan yang menggunakan indeks keburaman laba internal sebagai ukuran keburaman laba membuktikan semakin tinggi kecenderungan kepemilikan oleh pemegang saham mayoritas tunggal semakin tinggi keburaman laba. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis pemonitoran maupun hipotesis konflik kepentingan. Hal ini mengindikasikan bahwa

(3)

104 keberadaan pemegang saham mayoritas dalam perusahaan bisa menggantikan fungsi monitoring dengan mencegah perlaku oportunistik manajemen melalui pilihan akuntansi yang kurang agresif dan pengelolaan akrual untuk tujuan efisien. Hasil penelitian ini konsisten dengan Shleiver & Vishney (1997) dan Gomes (2000).

Keberadaan fungsi pengawasan lain juga akan menambah efektifivitas dalam melakukan fungsi monitoring dan mencegah perilaku oportunistik manajemen dalam pelaporan keuangan. Fungsi pengawasan lain tersebut antara lain melalui mekanisme tata kelola perusahaan yang efektif, keberadaan auditor yang berkualitas, pengawasan melalui mekanisme perdagangan di bursa efek, dan semakin ketatnya pengawasan kebijakan pelaporan keuangan oleh regulator Otoritas Jasa Keuangan. Sebaliknya keberadaan pemegang saham mayoritas juga bisa memanfaatkan tingkat keburaman laba melalui pilihan akuntansi yang agresif dan manajemen akrual untuk memperoleh keuntungan privat. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Chung &Kim (1999) dan Huang (2004). Penelitian ini tidak membedakan perilaku efisien maupun oportunistik pemegang saham mayoritas tunggal dalam mempengaruhi kebijakan pelaporan laba yang buram.

Terkait dengan kompetisi industri, pengujian yang menggunakan indeks keburaman laba eksternal sebagai ukuran keburaman laba, membuktikan bahwa semakin tinggi kompetisi industri yang dihadapi perusahaan semakin tinggi keburaman laba. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pasar memegang peranan dalam menjalankan fungsi mekanisme pengawasan terhadap perusahaan

(4)

105 melalui laporan laba rugi yang dipublikasikan. Hasil penelitian membuktikan perusahaan yang menghadapi lingkungan kompetitif tinggi akan terdorong untuk tidak mengungkapkan lebih banyak informasi sehingga keburaman laba meningkat. Hal ini dikarenakan perusahaan akan memanfaatkan laba yang buram untuk menurunkan risiko politis (Darrough dan Stoughton, 1990; Birt dkk., 2006). Hasil penelitian ini juga konsisten dengan Zmijewski dan Hagerman (1981) dan Morck (1996) bahwa perusahaan dalam industri dengan tingkat kompetisi tinggi tinggi memiliki kos politis lebih tinggi, dan untuk menghindari regulasi pemerintah dan anti trust, perusahaan tersebut cenderung kurang melaporkan informasi yang menguntungkan. Perusahaan dalam lingkungan yang kompetitif lebih mudah terlibat dalam lobi politik, sehingga perusahaan akan membatasi arus informasi ke publik dengan mengurangi transparansi laba perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kos politis bisa menjelaskan fenomena tingginya keburaman laba di Indonesia.

Penelitian ini membuktikan bahwa semakin tinggi keburaman laba semakin tinggi kos ekuitas. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Bhattacharya, dkk. (2003), Douk, dkk (2009) dan Barth dkk. (2013). Ketika transparansi laba rendah, laba tersebut tidak mencerminkan perubahan nilai ekonomis perusahaan yang sesungguhnya, maka akan mengakibatkan investor berusaha mencari informasi privat. Tiap investor berbeda dalam hal pencarian informasi terkait informasi mengenai nilai ekonomis perusahaan. Sehingga kos pencarian informasi dan banyak sedikitnya informasi yang diinginkan diantara investor bisa bervariasi antar perusahaan. Hal ini mengindikasikan risiko

(5)

106 informasional tiap investor berbeda, sehingga return yang dituntut untuk mengkompensasi risiko tersebut juga berbeda-beda. Semakin tinggi risiko informasi yang ditanggung, investor akan meminta return tinggi untuk mengkompensasi risiko tersebut sehingga kos ekuitas yang ditanggung perusahaan tinggi.

5.2. Implikasi

5.2.1. Implikasi Teori

Hasil penelitian empiris ini membawa implikasi pada teori akuntansi, terutama teori keagenan. Perspektif teori yang berbeda bisa digunakan untuk memprediksi fenomena dengan arah prediksi yang tidak harus berlawanan. Dua perspektif dalam teori keagenan tersebut adalah hipotesis pemonitoran dan hipotesis konflik kepentingan. Kedua perspektif tersebut terbukti memiliki arah yang sama dalam menjelaskan pengaruh kepemilikan oleh pemegang saham mayoritas tunggal terhadap keburaman laba.

Hipotesis kos politis mampu menjelaskan pengaruh lingkungan kompetisi industri terhadap keburaman laba perusahaan. Penelitian ini membuktikan bahwa mekanisme pasar tidak hanya mampu menjalankan fungsi monitoring dan memberikan hukuman bagi manajemen perusahaan terkait kebijakan perusahaan, tetapi juga memiliki fungsi dalam mempengaruhi kebijakan pelaporan keuangan perusahaan terutama kebijakan untuk menentukan tingkat keburaman laba. Lingkungan industri yang kompetitif juga mempengaruhi kebijakan pelaporan keuangan perusahaan untuk menurunkan kos politis.

(6)

107 5.2.2. Implikasi Metodologi

Implikasi Metodologi dari penelitian ini adalah adanya dimensi pengukuran keburaman laba baru yaitu proporsi catatan atas laporan laba rugi terhadap seluruh catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan keuangan, yaitu memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.

Semakin tinggi proporsi catatan atas laporan laba rugi terhadap seluruh catatan atas laporan keuangan menunjukkan laba perusahaan semakin transparan. Hal ini dikarenakan laporan laba rugi merupakan fokus utama investor dalam pengambilan keputusan dibanding informasi lain dalam laporan laba rugi, sehingga penggunaan proporsi catatan atas laporan laba rugi terhadap seluruh catatan atas laporan keuangan dalam penelitian ini dapat membawa implikasi penting bagi penelitian-penelitian berikutnya terkait keburaman laba atau transparansi laba.

5.2.3. Implikasi Praktik

Implikasi praktik dari hasil penelitian ini adalah bahwa tingkat keburaman laba suatu perusahaan merupakan risiko informasi yang ditanggung oleh investor. Risiko informasi menunjukkan berbagai risiko yang dihadapi oleh investor yang disebabkan oleh pemrosesan informasi yang kurang memadai dan tidak tepat sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Pada perusahaan yang memiliki pemegang saham mayoritas tunggal, walaupun keberadaan pemegang saham

(7)

108 tersebut dapat menggantikan fungsi monitoring melalui pengungkapan yang luas, laba perusahaan yang buram tetap akan meningatkan risiko informasi yang ditanggung oleh investor. Oleh karena itu manajemen, baik yang dikendalikan oleh pemegang saham mayoritas tunggal maupun tidak, sebaiknya berusaha untuk mengurangi tingkat keburaman laba agar informasi laba yang diungkapkan oleh perusahaan transparan sehingga bisa menurunkan risiko informasi. Bagi investor hasil penelitian ini membuktikan bahwa besarnya tingkat keburaman laba bisa dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi, karena perusahaan yang baik atau tidak bisa dinilai dari tinggi rendahnya keburaman laba perusahaan.

5.3. Keterbatasan dan Saran Penelitian

Indeks keburaman laba dalam penelitian ini dibangun dari tujuh ukuran dimensi keburaman laba, salah satunya penyajian kembali laporan keuangan. Hasil analisis tambahan tidak dapat membuktikan bahwa penyajian kembali laporan keuangan merupakan ukuran yang tepat dari keburaman laba. Hal tersebut dikarenakan sangat sedikit perusahaan sampel yang melakukan penyajian kembali laporan keuangan. Penelitian ini juga tidak membedakan penyajian kembali laporan keuangan yang bersifat wajib atau sukarela. Penelitian selanjutnya dapat memperbesar sampel termasuk perusahaan sektor keuangan, sehingga didapatkan lebih banyak sampel perusahaan yang melakukan penyajian kembali laporan keuangan baik yang bersifat wajib maupun sukarela.

(8)

109 Indeks keburaman laba dalam penelitian ini dibangun dari ukuran keburaman laba internal dan eksternal secara langsung. Keburaman laba internal adalah keburaman laba yang diukur dari data fundamental, sedangkan keburaman eksternal adalah keburaman laba yang diukur dari data berbasir pasar. Walaupun penelitian ini telah melakukan uji secara terpisah antara ukuran keburaman laba internal dan eksternal, serta membuktikan bahwa pasar mampu berfungsi optimal sebagai pengendalian perusahaan (market for corporate control) sehingga pasar mampu memberikan sangsi atas laba yang dilaporkan oleh perusahaan, penelitian ini tidak membedakan apakah keburaman laba perusahaan berasal dari motivasi managerial atau motivasi pemegang saham mayoritas tunggal. Penelitian selanjutnya dapat mengidentifikasi apakah manajer perusahaan berasal dari pemegang saham mayoritas tunggal atau tidak.

Penelitian ini menggunakan variabel dumi tahun untuk mengontrol perubahan regulasi dan standar akuntansi yang akan berpengaruh terhadap keburaman laba perusahaan, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat menjelaskan apakah perubahan standar akuntansi tertentu dapat menurunkan tingkat keburaman laba. Selama tahun amatan banyak perubahan standar akuntansi terkait proses adopsi IFRS, sehingga hasil penelitian ini tidak menjelaskan dampak adopsi IFRS terhadap keburaman laba, oleh karena itu penelitian selanjutnya dapat menguji keburaman laba sebelum dan sesudah berlakunya suatu standar akuntansi tertentu atau sebelum dan setelah adopsi IFRS.

Sesuai PSAK no 1, tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang

(9)

110 bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputuan ekonomi. Penelitian ini hanya menguji relevansi informasi laba bagi investor dan berdampak pada kos ekuitas yang ditanggung perusahaan, penelitian selanjutnya dapat menguji relevansi informasi laba bagi kreditor yaitu dengan menguji keburaman laba terhadap kos utang (cost of debt).

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini juga terjadi pada ada tes pertama FR hanya menjawab 2 soal dari 5 soal, tidak menjawab butir soal karena tidak memahami konsep dalam menyelesaikan soal sehingga

Penelitian ini bertujan untuk menguji pengaruh good corporate governance (dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen dan komite audit) terhadap tindakan

lebih terfokus untuk mewujudkan strategi perusahaan yang telah ditetapkan, sebab dengan adanya balanced scorecard maka seluruh sumberdaya perusahaan mulai dari pimpinan, unit

Jakarta (1/2) - PT Indonesia Power dan PT PJB ikut berpartisipasi dalam acara Festival Iklim yang diselenggarakan oleh Ke- menterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, bersama

Standar ini juga didukung oleh Asosiasi Pendidikan Tinggi Amerika (Oktober 1999) dan Dewan Independen Perguruan Tinggi(Februari 2004). Standar litetrasi informasi yang

a) Situasi komunikatif atau konteks terjadinya komunikasi. Situasi bisa tetap sama walaupun lokasinya berubah, atau bisa berubah dalam lokasi yang sama apabila

Beberapa variabel yang diduga mempengaruhi konsumsi ikan pada konsumen muda adalah konsumsi ikan di masa kanak-kanak, sikap, kesadaran kesehatan, tekanan sosial,

Bending radius BT 20 adalah perlakuan bending paling baik karena tidak mengalami retak bahan dengan berbagai tebal dan memiliki nilai kekerasan paling tinggi. Pada uji metalografi