• Tidak ada hasil yang ditemukan

1, 2, 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1, 2, 3"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SHOW AND TELL TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V TAHUN PELAJARAN

2013/2014 DI SD NEGERI 1 SANGSIT Kd. Widiani1, Nym. Arcana2, I Gd. Margunayasa3

123Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: kwidiani@rocketmail.com

1

, INyomanArcana@yahoo.com

2

,

pakgun_pgsd@yahoo.com

3

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perbedaan keterampilan berbicara

antara siswa yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran show and

tell dan siswa yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran

konvensional pada siswa kelas V semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri 1 Sangsit. Penelitian ini merupakan eksperimen semu dengan rancangan non-equivalent post test only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas V di SD Negeri 1 Sangsit yang berjumlah 78 orang.

Sampel penelitian ini yaitu kelas VA SD Negeri 1 Sangsit yang berjumlah 39 orang

sebagai kelas eksperimen dan kelas VB SD Negeri 1 Sangsit yang berjumlah 39

orang sebagai kelas kontrol. Data keterampilan berbicara siswa dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi berupa rubrik penilaian. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial menggunakan uji-t polled varians. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan berbicara yang signifikan antara siswa yang belajar

dengan menggunakan metode pembelajaran show and tell dan siswa yang

belajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji-t, yang mana thitung = 12,39 dan ttabel (pada taraf

signifikansi 5%) = 1,6.Halini berarti bahwa thitung lebih besar dari ttabel.Disamping

itu, rata-rata skor kelompok eksperimen (82,65) lebih tinggi daripada rata-rata

skor kelompok kontrol (60,82). Dengan demikian, metode pembelajaran show and

tell berpengaruh terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri 1 Sangsit.

Kata kunci : Show and Tell, Keterampilan Berbicara

Abstract

The purpose of this study is to describe the differences of students' speaking skill between those who are taught by using Show and Tell learning method and those who are taught by implementing conventional teaching method. This study is a quasi-experimental design with non-equivalent post-test only control group design. The population of this study is 78 students at 5th grade on odd semester in the academic year 2013/2014 at SD Negeri 1 Sangsit. The sample of this study is class VA students at SD Negeri 1 Sangsit which consists of 39 people as the

experimental class and 39 students of class VB at SD Negeri 1 Sangsit as the

control class. The data of students' speaking skills are collected by using observation sheet in the form of evaluation rubric. The data are analyzed by using descriptive and inferential statistics and both statistical data analysis are administered by using t-test variance polled. The analysis shows that there are significant differences between the speaking skills of students who are taught through Show and Tell learning method and students who are taught by using conventional learning method. This can be seen from the results of the t-test, which tvalue = 12,39 and ttable (at the 5% significance level) = 1,6. This indicates that

tvalue is greater than ttable. In addition, the average score of the experimental group

(2)

Show and Tell method of learning influences students' speaking skills of fifth grader on odd semester in academic year 2013/2014 at SD Negeri 1 Sangsit.

Keywords : Show and Tell, Speaking Skills

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui proses pembelajaran. Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan dari peserta didik yang merupakan hasil dari sebuah proses pembelajaran. Dalam kurikulum pendidikan dasar salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar adalah Bahasa Indonesia. “Mata pelajaran Bahasa Indonesia dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa dan menanamkan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai bahasa yang komunikatif” (Subana, 1999:267). Ciri penting pendekatan komunikatif adalah kegiatan belajar-mengajar yang student center atau yang berpusat pada siswa.

Kenyataan sesungguhnya, fungsi komunikatif bahasa terwujud dalam empat aspek keterampilan bahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan ini menjadi sasaran tujuan dari pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Keempat keterampilan berbahasa ini merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Jika seseorang mendengarkan pasti ada orang yang berbicara, begitu pula orang yang membaca berarti ia menikmati dan menghayati tulisan orang lain. Keempat keterampilan ini berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi yang harus dikuasai oleh setiap orang. Proses komunikasi terdiri dari komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik lisan maupun tulisan.

Disamping tiga aspek keterampilan berbahasa yang lain, berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang utama dan yang pertama kali dipelajari oleh manusia dalam hidupnya sebelum mempelajari keterampilan berbahasa yang lainnya. Dimulai dari sejak lahir sampai

dewasa manusia sudah belajar untuk berbicara. Setiap manusia dituntut untuk terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, dan perasaan. Terampil menangkap informasi-informasi yang didapat, dan terampil pula menyampaikan informasi-informasi yang diterimanya. Keterampilan berbicara memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Keterampilan berbicara juga memiliki peran penting dalam pendidikan. Proses transfer ilmu pengetahuan kepada subjek didik pada umumnya disampaikan secara lisan. Tata krama dalam pergaulan, nilai-nilai, norma-norma, dan adat kebiasaan yang berlaku di masyarakat juga banyak diajarkan terlebih dahulu secara lisan.

Sama halnya pada kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Para siswa dituntut terampil berbicara dalam proses pembelajaran. Para siswa harus mampu mengutarakan gagasannya. Mereka juga harus dapat menjawab pertanyaan atau mengajukan pertanyaan dengan baik selama pembelajaran berlangsung. Ketika melaksanakan diskusi, para siswa dituntut terampil mengemukakan pendapat, mempertahankan pendapat, menyanggah pendapat siswa lain, atau mempengaruhi siswa lain agar mengikuti alur pemikirannya.Oleh karena itu, keterampilan berbicara sangat perlu dilatih secara terus-menerus, karena tanpa dilatih keterampilan berbicara tidak akan dikuasai dengan baik. Itulah sebabnya dalam Kurikulum Pendidikan Nasional untuk pelajaran bahasa Indonesia sangat ditekankan pentingnya meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

Namun berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap guru di SD Negeri 1 Sangsit yang mengampu bahasa Indonesia di kelas V diperoleh data bahwa proses pembelajaran berbahasa khususnya keterampilan berbicara yang telah dilaksanakan selama ini belum sesuai dengan yang diharapkan. Kegagalan pembelajaran berbicara bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut bisa dari guru, siswa, metode yang digunakan,

(3)

kurangnya pemanfaatan media, maupun evaluasi yang tidak tepat.

Berdasarkan wawancara, diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran berbahasa khususnya dalam standar kompetensi keterampilan berbicara, siswa tidak selalu diberi kesempatan oleh guru untuk praktek berbicara. Dengan demikian, evaluasi yang dilaksanakan oleh guru tidak sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa yaitu keterampilan berbicara. Biasanya, siswa hanya diperintahkan guru untuk menceritakan jawabannya secara tertulis selanjutnya siswa membacakannya di depan kelas. Hal ini bisa disebabkan guru tidak memperhatikan keterampilan berbahasa jenis apa yang harus dikuasai siswa. Apakah membaca, menulis, menyimak, atau berbicara. Berkaitan dengan kurangnya praktek berbicara siswa, guru memberikan alasan karena terkendala oleh waktu yang sangat minim untuk memberikan kesempatan siswa praktek berbicara. Selain itu, guru juga merasa banyak siswa yang tidak percaya diri, masih malu-malu untuk berbicara di depan kelas dan masih mengalami kesulitan ketika harus berbicara secara lancar dan runtut.

Hasil wawancara dari guru ini diperkuat dengan hasil wawancara terhadap siswa yang sebagian besar merasa malu berbicara atau kurang percaya diri, dan kurang lancar dalam berbicara, dan kesulitan menyusun kalimat ketika berbicara. Dalam proses pembelajaran berbicara, siswa juga merasa jenuh dengan metode mengajar guru yang kurang variatif sehinggga siswa tidak begitu bersemangat mengikuti pembelajaran. Selain itu, sangat minimnya pemanfaatan media yang bisa merangsang siswa tertarik dengan pembelajaran berbicara.

Hal tersebut didukung dengan hasil studi dokumentasi dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SD Negeri 1 Sangsit bahwasannya secara umum rata-rata keterampilan berbicara siswa masih dibawah KKM. nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa kelas V pada mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 64. Sementara itu, kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 66. Jadi dapat

disimpulkan bahwa rata-rata skor keterampilan berbicara siswa masih dibawah kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, maka harus ada solusi untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Guru harus memilih media dan metode yang bervariasi, menyenangkan, menarik, dan menghubungkan antara sekolah dengan rumah, agar siswa merasa nyaman dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru harus memperhatikan faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara, mampu mengajarkan kepada siswa untuk dipraktekkan, mampu memilih tugas yang merangsang keterampilan berbicara siswa. Selain itu guru juga harus mampu menerapkan pendekatan komunikatif dalam keterampilan berbahasa, mampu menerapkan metode pembelajaran yang sesuai sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Untuk itu, salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah rendahnya keterampilan berbicara siswa adalah dengan penggunaan metode Show and Tell dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Show and tell merupakan salah satu metode pembelajaran tentang berbicara yang berorientasi pada penumbuhan kemampuan komunikasi publik. Menurut Musfiroh (2011:5) “Show and Tell adalah kegiatan show atau menunjukkan sesuatu kepada audiens dan tell menjelaskan atau mendeskripsikan sesuatu itu”. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode show and tell

adalah kegiatan menunjukkan sesuatu yang diikuti dengan kegiatan menjelaskan. Maksud dari show and tell ini adalah apa yang ditunjukkan, itulah yang dijelaskan. Misalnya, seorang siswa menunjukkan gambar tentang sebuah peristiwa di depan kelas. Selain itu, siswa juga menjelaskan isi dari gambar tersebut, seperti peristiwa apa yang terjadi pada gambar, bagaimana menanggapi dan memberikan saran pada peristiwa tersebut.

“Tujuan dari metode show and tell ini adalah yang pertama, melatih siswa berbicara di depan kelas. Kedua, membiasakan siswa peka terhadap hal-hal yang sederhana sehari-harinya” Dananjaya

(4)

(2010:205). Manfaat dari metode show and tell ini adalah membantu siswa dalam memahami masalah-masalah sosial di lingkungannya, memupuk rasa keberanian siswa dan keinginan untuk terlibat dalam permasalahan sosial. Selain itu Musfiroh (2011:7) menyatakan bahwa “show and tell

dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan keterampilan sosial”. Keterampilan sosial yang dimaksud adalah, yang pertama, menumbuhkembangkan rasa empati dan simpati siswa. Empati merupakan keadaan dimana seseorang memiliki perasaan yang sama dengan orang lain. Sedangkan simpati mengandung sikap tenggang rasa, kepedulian, dan juga pengertian terhadap sesama. Kedua, menumbuhkan rasa persaudaraan, bagaimana cara bekerjasama, dan juga cara menyelesaikan masalah. Yang ketiga, mengembangkan kebiasaan yang positif. Maksud dari kebiasaan positif adalah, sikap dan juga tindak tutur yang baik, meliputi tata krama, sopan santun, kemandirian, dan tanggung jawab sosial. Show and tell memanfaatkan media gambar dalam kegiatannya. Media gambar digunakan sebagai perantara untuk membantu siswa dalam menyampaikan sesuatu, juga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar.

Show and tell dilakukan dalam tiga tahapan yakni, pengondisian, pelaksanaan, dan refleksi. Pengondisian merupakan tahap persiapan sebelum siswa mengikuti kegiatan show and tell. Tahap pelaksanaan, siswa melakukan kegiatan show and tell

yakni menunjukkan dan menjelaskan sesuatu yang sebelumnya kegiatan show and tell ini sudah dicontohkan terlebih dahulu oleh guru. Dan pada tahap terakhir yaitu refleksi, setelah siswa melakukan kegiatan show and tell siswa diberikan kesempatan bertanya jawab. Setelah itu siswa bersama guru melakukan refleksi dari hasil dan proses show and tell.

Dari uraian di atas jelas terlihat bahwa metode show and tell sangat berbeda dengan metode konvensional yang dilakukan guru-guru di sekolah. Metode pembelajaran konvensional lebih menekankan pada aktivitas guru. Pada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional,

informasi hanya terjadi satu arah saja, dimana peran guru masih mendominasi dalam pemberian informasi. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih terbatas pada penerimaan materi yang disampaikan dengan metode ceramah. Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran di kelas sehingga siswa cepat merasa bosan. Berbeda halnya dengan metode show and tell, dalam proses pembelajarannya siswa diberikan kesempatan untuk aktif melalui kegiatan berbicara show and tell yakni, kegiatan menunjukkan sesuatu yang diikuti dengan kegiatan menjelaskan. Dengan bantuan media gambar, siswa diberikan kebebasan untuk menyampaikan apa yang ada di pikirannya. Siswa akan lebih termotivasi untuk berani tampil dan berbicara di depan orang lain. Dengan begitu, siswa tidak lagi pasif dalam pembelajaran, karena metode show and tell ini menerapkan pendekatan komunikatif yaitu kegiatan belajar-mengajar yang bersifat student center atau berpusat pada siswa.

Dengan perbedaan-perbedaan antara metode pembelajaran show and tell dan metode konvensional diyakini memberikan hasil yang berbeda terhadap keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perbedaan keterampilan berbicara yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran show and tell

dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional pada siswa kelas V tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri 1 Sangsit.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/ tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain. Karena tidak semua variabel dan kondisi variabel dapat diatur dan di kontrol secara ketat, maka penelitian ini dikategorikan penelitian eksperimen semu. Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran show and tell

(5)

sebagai eksperimen dan metode pembelajaran konvensional sebagai kontrol, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara siswa. Desain penelitian ini yaitu, non

equivalent post-test only control group design, yang dapat dilihat pada Tabel 01.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Negeri 1 Sangsit tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas dua kelas yaitu kelas VA dan VB.

Pada penelitian ini semua anggota populasi digunakan sebagai sampel sehingga teknik sampel yang digunakan adalah teknik sampel jenuh (Sugiyono, 2009). Berdasarkan pengertian tersebut, sampel dalam penelitian ini yaitu kelas V SD Negeri 1 Sangsit, yang terdiri dari kelas VA dan VB. Kelas VA berjumlah 39 orang

terdiri dari 17 orang laki-laki dan 22 orang perempuan. Dan kelas VB juga berjumlah 39

orang yang terdiri dari 20 orang laki-laki dan 19 orang perempuan.

Untuk mengetahui apakah kemampuan siswa kelas V masing-masing kelas setara atau belum, maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan uji-t kesetaraan dengan rumus polled varians dan diperoleh hasil bahwa siswa kelas V di SD Negeri 1 Sangsit memiliki kemampuan yang sama, atau dapat dikatakan bahwa kedua kelas ini setara.

Setelah sampel dinyatakan setara, maka dilakukan pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan teknik undian. Berdasarkan hasil pengundian diperoleh sampel yaitu kelas VA sebagai

kelas eksperimen, dan kelas VB sebagai

kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran dengan metode pembelajaran show and tell dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran dengan metode pembelajaran

konvensional.

Data keterampilan berbicara siswa dikumpulkan dengan metode observasi (pengamatan). “Metode observasi digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan” (Sudijono, 2007:76). Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan sistematis yaitu dengan mengamati dan mencatat perilaku siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode show and tell, guna memperoleh data tentang kegiatan show and tell yang dilakukan oleh siswa.

Data keterampilan berbicara siswa diperoleh melalui tes uraian lisan yang dilakukan pada akhir pembelajaran guna mengukur kemampuan keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan berbicara siswa dievaluasi dengan menggunakan rubrik penilaian keterampilan berbicara. Dalam rubrik penilaian ini terdapat kriteria atau aspek-aspek keterampilan berbicara yang harus dicapai siswa.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif, yang artinya bahwa data dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata, modus, median, standar deviasi, varians, skor maksimum, dan skor minimum. Dalam penelitian ini data Tabel 01. Desain Penelitian Non-equivalenPost-Test Only Control Group Desain

Kelompok Perlakuan Post-Test

E X O1 K - O2 (Gribbons, 1997) Keterangan: E : Kelompok Eksperimen K : Kelompok Kontrol X : Treatment/perlakuan

- : Tidak mendapatkan treatment/perlakuan O1 : post-test untuk kelas eksperimen

(6)

disajikan dalam bentuk grafik poligon. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians). Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak.

Untuk memenuhi persyaratan tersebut maka dilakukan uji prasyarat analisis

dengan uji normalitas dan uji homogenitas. HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada tabel 02.

Tabel 02. Deskripsi Data Keterampilan Berbicara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Mean Median Modus 82,65 83,54 84,26 60,82 59,33 57,83 Berdasarkan tabel di atas, diketahui

bahwa rata-rata kelompok belajar kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata kelompok belajar kelas kontrol. Pencapaian skor rata-rata keterampilan berbicara siswa pada kelompok eksperimen dengan kategori sangat baik (M = 82,65) dan pada kelompok kontrol, skor rata-rata berada pada kategori cukup (M = 60,82). Data keterampilan berbicara kelompok eksperimen disajikan ke dalam bentuk kurva sebagai berikut.

Gambar 1. Kurva Data Keterampilan Berbicara Kelompok Eksperimen Berdasarkan kurva di atas, diketahui nilai modus lebih besar daripada nilai median dan nilai median lebih besar dari nilai mean (Mo>Md>M). Dengan demikian,

kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor keterampilan berbicara siswa cenderung tinggi.

Sedangkan data keterampilan berbicara kelompok kontrol disajikan ke dalam bentuk kurva sebagai berikut.

Gambar 2. Kurva Data Keterampilan Berbicara Kelompok Kontrol

Berdasarkan kurva diatas, diketahui nilai mean lebih besar dari nilai median dan nilai median lebih besar dari nilai modus (M>Md>Mo). Dengan demikian kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor keterampilan berbicara siswa cenderung rendah.

Setelah mengetahui hasil uji deskriptif kemudian dilakukan uji prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas Mo=84,26

M=82,65 Md=83,54

Md=59,33

(7)

dan uji homogenitas terhadap data tes keterampilan berbicara siswa. Berdasarkan hasil pengujian prasyarat diperoleh bahwa data keterampilan berbicara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan varians kedua kelompok homogen. Maka pengujian

hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkolerasi) dengan rumus polled varians. Rangkuman hasil perhitungan uji-t antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 03.

Tabel 03. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Keterampilan Berbicara Keterampilan

Berbicara N

X

Db thitung ttabel Kesimpulan

Kelompok

Eksperimen 39 82,65 76 12,39 1,6 H0 ditolak

Kelompok Kontrol 39 60,82

Keterangan: N = jumlah data,

X

= mean, s2 = varians Berdasarkan tabel hasil perhitungan

uji-t, diperoleh thitung sebesar 12,39.

Sedangkan, ttabel dengan db = n1 + n2 - 2 =

39 + 39 - 2 = 76 dan taraf signifikansi 5% adalah 1,6. Hal ini berarti, thitung lebih besar

dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak

dan H1 diterima. Dengan demikan, dapat

diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berbicara antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran

show and tell dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional pada siswa kelas V tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri 1 Sangsit.

Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran

show and tell lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor keterampilan berbicara siswa. Rata-rata skor keterampilan berbicara siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran show and tell adalah 82,65 berada pada kategori sangat baik dan rata-rata skor keterampilan berbicara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional adalah 60,82 berada pada kategori cukup.

Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diketahui thitung = 12,39

dan ttabel (db=76 dan taraf signifikansi 5%) =

1,6. Hasil perhitungan tersebut

menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari

ttabel (thitung > ttabel), sehingga hasil penelitian

adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan keterampilan berbicara yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran

show and tell dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di SD Negeri 1 Sangsit.

Perbedaan signifikan keterampilan berbicara antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran

show and tell dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama, pembelajaran dengan metode show and tell

lebih menekankan pada aktivitas berbicara siswa. Hal ini dilihat dari langkah-langkah kegiatan pembelajarannya. Show and tell

memiliki tiga tahapan kegiatan yakni : pengondisian, pelaksanaan, dan refleksi.

Pengondisian merupakan tahap persiapan sebelum siswa mengikuti kegiatan show and tell. Pengondisian meliputi doa pembuka dengan oleh siswa dengan bimbingan guru, kegiatan saling menyapa antara guru dengan siswa, lalu dilanjutkan dengan penjelasan tentang tata cara pelaksanaan show and tell.

Selanjutnya pada tahapan pelaksanaan siswa melakukan kegiatan show and tell di bawah bimbingan guru. Guru juga berfungsi sebagai reviewer dan observer yang memberikan masukan, memancing, dan membantu siswa mengekspresikan idenya

(8)

sekaligus melakukan observasi terhadap siswa. Tahap terakhir adalah tahap refleksi. Setelah melakukan show and tell, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya jawab dan selanjutnya siswa bersama guru melakukan refleksi dari hasil dan proses

show and tell.

Dari langkah-langkah kegiatan show and tell, jelas terlihat bahwa siswa lebih berperan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Guru tidak lagi aktif memberikan materi kepada siswanya, melainkan sebagai fasilitator dan motivator. Dengan demikian, aktivitas siswa dalam pembelajaran menyebabkan keterampilan berbicara siswa dapat meningkat . Hal ini sesuai dengan pendapat dari Dibia,dkk (2007:66) yang menyatakan bahwa, “salah satu syarat untuk meningkatkan motivasi siswa dalam berbicara adalah dengan membangun keaktifan siswa melalui aktivitas yang berpusat pada siswa”. Jadi kesimpulannya, metode pembelajaran show and tell ini adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih aktif, terutama dalam meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berbicara siswa.

Faktor kedua, kegiatan show and tell

memberikan pengetahuan dari dan untuk siswa. Show and tell dengan media gambar merupakan sarana untuk memberikan pengetahuan, berbagi cerita, sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa yang lain untuk merasakan apa yang dirasakan oleh siswa yang berbicara. Pengetahuan yang disampaikan dapat membangun interaksi antar siswa, mendorong timbulnya rasa ingin tahu, dan keberanian siswa. Proses belajar siswa menjadi lebih baik, dan keterampilan berbicaranya meningkat, karena apa yang disampaikan siswa adalah hasil dari pikirannya sendiri. Siswa akan lebih berani tampil berbicara di depan teman-temannya karena ia telah menguasai apa yang ingin ia sampaikan. Dengan demikian interaksi antar siswa dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Musfiroh (2011:15) yang mengatakan bahwa, “kegiatan show and tell ditekankan untuk membangun interaksi antar siswa yang bertujuan untuk memunculkan rasa

percaya dirinya agar ia mampu berbicara di depan teman-temannya”. Jadi interaksi yang baik dapat membangun rasa percaya diri dan keberaniannya sehingga keterampilan berbicaranya meningkat.

Faktor ketiga, metode show and tell

dengan menggunakan media gambar tidak hanya memberikan kesempatan siswa untuk berani berbicara di depan kelas, melainkan juga dapat melatih keterampilan sosialnya.

Pertama, menumbuhkan empati dan simpati siswa. Gambar dimanfaatkan untuk memahami kondisi buruk orang lain, mendengarkan orang lain, dan menempatkan diri pada posisi orang lain.

Kedua, merangsang kemampuan afiliasi dan resolusi konflik siswa. Afiliasi berkaitan dengan hubungan siswa dengan orang lain dalam lingkungan sosialnya, sedangkan resolusi konflik adalah penyelesaian masalah. Media gambar dapat dimanfaatkan untuk belajar memulai berkomunikasi, menjalin pertemanan, memberikan bantuan, mengatasi masalah, dan menyelesaikan konflik. Siswa juga dapat dikondisikan untuk tidak memulai pertengkaran, menerima nasihat orang lain, dan meminta maaf apabila melakukan kesalahan baik disengaja maupun tidak.

Ketiga, mengembangkan kebiasaan positif siswa. Kebiasaan positif meliputi tata krama (sopan santun), kemandirian, dan tanggung jawab sosial. Gambar dimanfaatkan untuk menceritakan tentang sopan santun, menolong orang yang membutuhkan bantuan, sabar menunggu giliran, menanggapi pembicaraan dengan benar, tata krama bertamu, bermain bersama, ramah, disiplin, membuang sampah pada tempatnya, cinta lingkungan, menyatakan keinginan.

Bagi siswa hal-hal tersebut dapat diterima lebih baik melalui cerita yang dibantu dengan media gambar. Jadi, show and tell dengan media gambar tidak hanya memberikan kesempatan siswa untuk melihat dan berbicara, melainkan juga siswa dapat bertindak dan merasakan apa yang dialami, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan pengetahuan yang diperoleh akan lebih diingat oleh siswa.

(9)

Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Musfiroh (2011:8) yang menyatakan bahwa, “media gambar pada show and tell

merangsang siswa untuk peduli pada lingkungannya, lebih mengenal orang lain, dan mendorong siswa untuk memiliki rasa tanggung jawab sosial”. Selain itu Mufiroh (2011:8) juga menambahkan bahwa “Show and tell dengan media gambar merupakan kegiatan pembelajaran yang bersifat kontekstual, karena melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi”. Jadi dengan show and tell

siswa akan lebih mudah memahami konsep pada saat pembelajaran, sehingga keterampilan berbicaranya dapat meningkat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rohaeti (2011) mengenai peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui metode show and tell. Rohaeti (2011) menyatakan bahwa, show and tell

menguatkan aspek-aspek keterampilan sosial pada anak, seperti : belajar bagaimana berbicara dan menyimak, belajar memperkenalkan diri, belajar bagaimana membuat penyelidikan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan, belajar memberikan tanggapan kepada anak yang lain, dan membantu meningkatkan rasa percaya diri. Selain itu penerapan show and tell ditujukan untuk dapat menarik minat anak pada permasalahan sosial, mendorong anak untuk bekerja memecahkan masalah-masalah sosial, dan juga mendorong anak untuk belajar menerapkan strategi berbicara dalam kaitannya dengan interaksi sosial.

Hasil yang sama juga dikemukakan oleh Ari Prasasti (2012) mengenai penerapan show and tell pada anak usia dini. Pembelajaran di sekolah termasuk pendidikan usia dini yang cenderung masih bersifat teoritik dan berkaitan dengan konteks lingkungan. Metode show and tell

memiliki keunggulan dibanding dengan metode yang lain, diantaranya : mampu mendorong keberanian berbicara anak, membantu perkembangan kosakata anak dan perkembangan pragmatik pada anak.

Metode show and tell adalah kegiatan yang menyenangkan, karena dengan adanya media seperti gambar, foto, dan lain-lain, dapat membantu siswa dalam mengatasi rasa malunya jika sedang melakukan kegiatan berbicara di depan teman-temannya. Selain itu kegiatan ini juga dapat dilakukan secara berkelompok. Masing-masing siswa ada yang menjelaskan dan ada juga yang menunjukkan gambar, sehingga kegiatan ini tidak hanya dapat melatih keterampilan berbicara saja, tetapi juga dapat menumbuhkan kerjasama antara siswa dengan temannya.

Berdasarkan uraian di atas, metode pembelajaran show and tell lebih unggul dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa metode

show and tell berpengaruh terhadap keterampilan berbicara siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan berbicara antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran show and tell

dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri 1 Sangsit. Hasil uji-t menunjukkan bahwa nilai thitung adalah 12,39, sedangkan ttabel

pada taraf signifikansi 5% dan db = 76 adalah 1,6. Hal ini berarti, thitung lebih besar

dari ttabel (thitung > ttabel). Disamping itu,

rata-rata skor keterampilan berbicara siswa yang belajar dengan metode pembelajaran

show and tell (82,65) lebih tinggi daripada rata-rata skor keterampilan berbicara siswa yang belajar dengan metode pembelajaran konvensional (60,82). Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran show and tell

berpengaruh terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri 1 Sangsit.

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu pertama, bagi siswa di sekolah dasar, diharapkan dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan aktif sehingga tujuan

(10)

pembelajaran dapat tercapai. Kedua, bagi guru pengajar bahasa Indonesia di sekolah dasar dapat menggunakan metode pembelajaran show and tell sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, jika pembelajaran berlangsung efektif maka keterampilan berbicara siswa secara khusus dan hasil belajar Bahasa Indonesia secara umum dapat meningkat. Ketiga, bagi Sekolah agar selalu berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan menerapkan suatu metode pembelajaran yang inovatif dan didukung suatu teknik belajar yang relevan. Penerapan metode pembelajaran agar disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Keempat, Bagi yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut tentang metode pembelajaran show and tell, diharapkan dapat memberikan motivasi dan konseptual awal mengenai bahan pelajaran serta mengarahkan dan merangsang siswa agar lebih aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Kesesuaian materi ajar dengan metode pembelajaran show and tell juga perlu diperhatikan demi keberhasilan metode ini.

Selain itu, jika ingin menerapkan metode show and tell disarankan memperhatikan jumlah siswa dalam kelas. Hal ini disebabkan karena metode Show and tell membutuhkan pengelolaan waktu yang baik. Waktu dalam kegiatan show and tell dapat dibagi menjadi beberapa bagian atau mengintegrasikannya ke dalam kegiatan lain, atau menyiapkan waktu tersendiri. Jadi Tantangan show and tell

adalah pada keterbatasan waktu, pengaturan waktu, dan rasa malu anak-anak.

DAFTAR RUJUKAN

Dananjaya, Utomo. 2010. Media Pembelajaran aktif. Bandung : NUANSA.

Dibia, Ketut, dkk. 2007. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.

Gribbons, Barry dan Joan Herman. 1997. “True and Quasi Experimental Designs”. Tersedia pada http://PAREonline.net/getvn.asp?v= 5&n=14 (diakses tanggal 2 April 2012).

Musfiroh, Tadkiroatun. 2011. Show and Tell Edukatif. Yogyakarta : Tiara Wacana Group.

Prasasti, Ari. 2012. Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Show And Tell Pada Anak TK Kelompok B Di TK Asyiyah Bustanul Athfal (ABA) Kasihan. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta : Universitas Pendidikan Indonesia Rohaeti. 2011. Upaya Guru Dalam

Meningkatkan Keterampilan

Berbicara Siswa Melalui Metode Show And Tell Pada Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia di Kelas II SDN 3 Cikahuripan

Lembang Kabupaten Bandung

Barat. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.

Subana dan Sunarti. 1999. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka Setia.

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2009. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B.

Gambar

Tabel 02. Deskripsi Data Keterampilan Berbicara Kelompok Eksperimen dan Kelompok  Kontrol
Tabel 03. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Keterampilan Berbicara  Keterampilan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan literatur-literatur dari mempelajari buku, peraturan perundang-undangan perpajakan dan Pemerintahan Pusat dan Daerah,

Bakhur yang di maksut dalam hadis di atas adalah wewangian yang di hasilkan dari pengasapan, semacam dupa atau kemenyan, atau wewangian yang biasa digunakan

Larva ikan patin yang diberi cacing dan kombinasi cacing dengan pakan buatan memiliki tingkat kelangsungan hidup dan panjang akhir yang sama tinggi, sedangkan larva yang diberikan

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang peneliti turun langsung ke lapangan untuk menggali dan mengumpulkan data yang

Tujuan dari penelitian adalah untuk melakukan pengukuran tingkat kepuasan pengguna dalam hal ini mahasiswa dalam penggunaan sistem informasi akademik mahasiswa pada

Performansi terbaik sistem estimasi magnitudo gempa bumi didapatkan dengan 11 nilai hasil ekstraksi fitur, partisi data 70%:30%, menggunakan derajat variabel regresi polinomial

Studi ini juga melaporkan bahwa akumulasi lemak pada hati ( hepatic fat accumulation ) dapat terjadi akibat ketidakseimbangan komposisi microbiota yang disebabkan

Berdasarkan hasil evaluasi administrasi, evaluasi teknis dan evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi maka Panitia Pengadaan Barang dan Jasa KPPBC TMP B Bandar Lampung