• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Credit Union (CU) GBKP dan Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Karo T1 712008043 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Credit Union (CU) GBKP dan Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Karo T1 712008043 BAB IV"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

59 BAB IV

CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF

Kemiskinan adalah suatu masalah besar dan serius yang sedang terjadi

ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam

pendidikan yang berkulitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak

adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan,

kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga. Kemisikinan menjadi suatu

masalah yang perlu mendapat perhatian khusus karena kemiskinan tersebut bukanlah

kehendak sendiri dari si miskin tetapi karena adanya struktur yang tidak adil, baik struktur

ekonomi, sosial, politik dan budaya. Kemiskinan tersebut menjadi tanggungjawab dari semua

pihak, baik elemen masyarakat yang termasuk didalamnya Gereja. Gereja merupakan bagian

yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat.

Teologi yang dilaksanakan Gereja haruslah teologi yang bersifat kontekstual yang

tidak hanya berpedoman terhadap kitab suci serta tradisi penulisan kitab namun harus

memperhatikan pengalaman manusia sekarang ini/konteks.89 Sehingga Gereja tidak dapat

melepaskan diri dari persoalan kemiskinan yang sedang melanda kehidupan saat ini sebagai

konteks kehidupan pada saat sekarang ini. Karena peran Gereja sebagai bagian dari Kerajaan

Tuhan dalam karya-Nya adalah menanamkan pengajaran, manfaat, fungsi bagi anggota

jemaat serta masyarakat sekitarnya.

Gereja memiliki dua mandat yang diterimanya dari Allah yang terdiri dari mandat

rohani dan mandat sosial.90 Mandat rohani mengacu pada pengutusan untuk memberikan

kabar baik keselamatan melalui Yesus Kristus. Sedangkan mandat sosial mengacu pada

89

St reven B. Bevans, M odel-model teologi Kontekst ual, (M aum ere: Penerbit Ledalero, 2002) hlm 2 90

(2)

60

panggilan terhadap Gereja untuk berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam masyarakat

manusia, termasuk demi kesejahteraan manusia dan keadilan. Sehingga Gereja tidak hanya

mengurus kebutuhan rohani dari jemaat tetapi juga harus mampu untuk memenuhi kebutuhan

jasmani jemaat bahkan juga masyarakat.

Gereja dipanggil untuk ikut ambil bagian dalam misi Allah.91 Prioritas sasaran misi

Gereja Indonesia pertama-tama adalah kaum miskin dan yang disingkirkan dalam

masyarakat. Pilihan tersebut selaras dengan misi Allah yang berbicara kepada dan untuk

kaum miskin dan yang disingkirkan di dunia. Misi Gereja harus memulihkan martabat kaum

miskin, yang mengalami ketidakadilan sosial.

Gereja harus peduli terhadap kemiskinan karena tidak dapat dipungkiri dalam Alkitab

sendiri sangat banyak teks-teks yang menekankan akan kepedulian terhadap orang-orang

miskin. Dalam kitab Ulangan dikatakan bahwa kita harus mampu menerima orang-orang

miskin sebagaiman terdapat dalam Ulangan 15:11 yang berbunyi:

“Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: ‘Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu’."

Kepedulian terhadap orang-orang miskin tidak hanya terdapat dalam kitab perjanjian

lama, namun hal tersebut juga terdapat dalam perjanjian baru sebagaimana Yesus katakan

yang terdapat dalam injil Matius 26:11 yang berbunyi:

“Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu.”

Dari kedua nats Alkitab tersebut diatas jelas bahwa kemiskinan adalah menjadi

tanggungjawab dari Gereja. Gereja merupakan perpanjangan tangan Tuhan untuk melayani

orang-orang miskin. Untuk itu Gereja harus turut berperan aktif dalam penanggulangan

kemiskinan dalam mengimplementasikan injil yang ada dalam Alkitab. Gereja tidak dapat

91

(3)

61

hanya memberi kepada orang miskin, tetapi juga harus mampu memberdayakan

orang-orang miskin baik jemaat maupun masyarakat. Dengan kata lain Gereja tidak hanya

menerapkan diakonia yang bersifat karitatif tetapi harus mampu menerapkan diakonia yang

bersifat reformatif bahkan diakonia transformatif.

Dengan melihat dan mengetahui kondisi kemiskinan yang terjadi khususnya di Tanah

Karo, Modramen (Sinode) GBKP juga menunjukkan perhatian dan kepeduliannya melalui

program Credit Union (CU) yang berada dibawah naungan Parpem GBKP yang memiliki

konsentrasi dan kepedulian terhadap masalah kemiskinan serta ketidakadilan.

Dari pemaparan yang sudah dijelaskan dalam Bab III melalui penelitian yang

dilakukan, jelas bahwa Credit Union (CU) GBKP tidak hanya menerapkan diakonia yang

bersifat belas kasihan (diakonia karitatif) tetapi sudah mampu untuk memberdayakan

kehidupan jemaat dan masyarakat.

Program-program yang dilaksanakan oleh Credit Union (CU) GBKP berdasarkan

kepada prinsip diakonia yang ada dalam Gereja. Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana

Credit Union (CU) GBKP memaknai diakonia dalam pelayanannya.

IV.1. Credit Union (CU) sebagai bentuk diakonia karitatif

Diakonia Karitatif adalah diakonia yang dilaksanakan berdasarkan kepedulian semata.

Diakonia ini sering dilaksanakan dengan memberikan bantuan langsung kepada orang yang

membutuhkan. Diakonia jenis ini lebih sering dikenal dengan memberikan ikan. Sering kali

orang yang menerima dijadikan hanya sebagai objek. Diakonia jenis ini masih diperlukan

oleh gereja maupun LSM-LSM khusunya dalam keadaan yang mendesak.

Dalam perjalanannya, Credit Union (CU) GBKP memberikan pelayanan yang bersifat

(4)

62

Credit Union (CU) yang menerapkan dana sosial disetiap kelompok Credit Union (CU).

Dana sosial ini berasal dari anggota yang setiap bulan disetorkan oleh anggota. Dana sosial

ini pada akhirnya akan dijadikan sebagai santunan kepada anggota ketika mangalami

musibah seperti adanya salah satu keluarga anggota atau anggota itu sendiri meninggal dunia

atau sakit dan juga ketika anggota mengalami musibah. Selain sebagai santunan untuk hal-hal

yang bersifat dukacita, dana sosial juga diberikan kepada anggota atau salah satu keluarga

dari anggota mengalami peristiwa sukacita seperti perkawinan atau memasuki rumah baru,

kelahiran anak ditengah-tengah keluarga.

Diakonia karitatif yang dilaksanakan oleh gereja pada umumnya berbeda dengan

diakonia karitatif yang dilaksanakan oleh kelompok Credit Union (CU). Diakonia yang biasa

dilakukan oleh gereja mengambil dana dari kas/uang yang sudah ada. Tetapi diakonia

karitatif yang dilaksanakan oleh kelompok Credit Union (CU) berasal dari dana yang

sebelumnya sudah dikumpulkan bersama dalam bentuk dana sosial.

IV.2. Credit Union (CU) sebagai bentuk diakonia reformatif

Diakonia reformatif merupakan perkembangan dari diakonia Karitatif. Diakonia

reformatif lebih dikenal dengan diakonia pembangunan karena lahir pada era pembangunan.

Diakonia jenis ini sudah mampu melihat akar dari masalah kemisikinan yang ada, namun

belum mampu menyelesaikan masalah tersebut sampai diakar. Diakonia Reformatif lebih

dikenal dengan memberikan pancing atau pacul serta memberikan pendidikan tentang

mengail dan menolah tanah tanpa memikirkan dimana mereka akan mengolah tanah dan

mengail karena tanah dan sungai sudah habis digunakan untuk pembangunan.

Walaupun pada awalnya pembentukannya Credit Union (CU) GBKP merupakan

program sampingan dari program-program utama Parpem GBKP seperti program

(5)

63

adalah program uggulan dari Parpem. Credit Union (CU) menjadi pintu masuk dari

program-program Parpem yang lain, seperti program-program infrastur dan program-program lainnya.

Credit Union (CU) memikirkan pembangunan yang tepat dan dibutuhkan oleh

desa-desa dampingannya. Pembangunan yang dilakukan oleh Credit Union (CU) lebih

mengutamakan kesejahterakan masyarakat. Pembangunan dilakukan lebih bersifat ramah

lingkungan dan tidak merugikan masyarakat. Pembangunan yang dilakukan oleh Credit

Union (CU) memanfaatkan sumber daya alam yang ada tanpa harus merusaknya.

Program infrastruktur yang dilakukan Parpem adalah bentuk dari Credit Union (CU)

GBKP dalam menerapkan diakonia yang bersifat pembangunan (Diakonia Reformatif).

Pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh Parpem sangan membantu kehidupan

anggota dan juga masyarakat yang ada.

IV.3. Credit Union (CU) sebagai bentuk diakonia transformatif

Diakonia Transformatif adalah diakonia yang lebih memberdayakan masyarakat

untuk terlepas dari masalah kemiskinan. Diakonia tranformatif membantu masyarakat yang

terikat dalam masalah kemiskinan untuk mampu memperjuangkan hak-hak mereka sendiri.

Diakonia ini tidak hanya berdasarkan rasa kepedulian saja tetapi lebih kepada akar masalah

yang dihadapi, sehingga dapat mencegah timbulnya masalah yang baru.

Diakonia transformatif mengarah pada perubahan struktur dalam masyarakat,

merubah sistem yang ada dan salah dengan sistem yang beru. Perubahan yang dituntut disini

adalah perubahan yang total baik dari segi sosial, budaya, ekonomi, serta politik. Diakonia

transformatif biasanya dilakukan melalui gerakan protes terhadap ketidakadilan

ditengah-tengah masyarakat, mendampingi kelompok orang miskin sehingga mereka dapat keluar dari

(6)

64

dari ekonomi kapitalis menjadi ekonomi kerakyatan, sehingga sistem ekonomi berpihak

kepada kaum miskin.

Credit Union (CU) GBKP berjalan tidak hanya berdasarkan dari belas kasihan tetapi

juga berusaha untuk memberdayakan anggota yang ada dalam Credit Union (CU). Dilihat

dari proses pinjaman yang ada dalam Credit Union (CU) yang harus disertakan dengan tujuan

pinjaman. Tidak hanya memberikan pinjaman, Credit Union (CU) GBKP juga

memberdayakan jemaat dengan pendidikan-pendidikan, seperti pendidikan mengatur

keuangan rumah tangga. Program Credit Union (CU) berusaha untuk mengubah sistem

ekonomi dari sistem ekonomi yang bersifat kapitalis menjadi sistem ekonomi yang lebih

bersifat kerakyatan.

Pendidikan yang sering dilakukan oleh staf Parpem GBKP yang juga staf Credit

Union (CU) GBKP adalah pendidikan yang membuka pemikiran anggota Credit Union (CU)

seperti pendidikan kesetaraan gender, pendidikan politik Indonesia, pendidikan keadilan dan

masih banyak lainnya. Pemberdayaan yang diterima oleh anggota Credit Union (CU) mampu

menumbuhkan kesadaran dari anggota itu sendiri. Kesadaran itu dengan sendirinya akan

membantu mereka untuk memberdayakan ekonomi mereka sendiri.

Dari program-program yang dilaksanakan oleh Credit Union (CU) GBKP dibawah

naungan Parpem GBKP maka jelas bahwa Credit Union (CU) GBKP sudah mampu untuk

memberdayakan kehidupan ekonomi jemaat dan juga masyarakat Tanah Karo.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Credit Union (CU) GBKP sudah

mampu untuk melaksanakan Diakonia Transformatif. Dilihat dari program-program yang ada

dalam Credit Union (CU) yang lebih mengutamakan pemberdayaan anggota kelompok.

Walaupun dalam pelaksanaannya diakonia yang bersifat karikatif tidak dapat dihindarkan

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah yang di limpahkan oleh kehadirat Allah SWT, tuhan semesta alam yang telah melimpahkan segala rahmat serta karunia yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan yang paling tertinggi adalah kebutuhan akan Exhibition (pamer, menunjukkan) dan kebutuhan Nurturance (mengasuh dan

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan pada 4 Kota di Provinsi Sumatera Utara (Kota Medan, Kota Pematang Siantar, Kota Sibolga, Kota Padang Sidimpuan) dengan

Pengganti Perda 4 tahun 2001 yang mengatur tentang perizinan usaha jasa konstruksi di Kota Yogyakarta..

Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya;

Hasil analisis dengan menggunakan independent sample t-test menunjukkan bahwa Rasio CAMEL CAR memiliki F hitung > F tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa menolak

Keputusan Raja Kediri untuk menikahkan Dewi Sekartaji, sang putri dengan Panji Asmarabangun membuat Padukasari, istri kedua baginda raja gundah,

Dalam penelitian ini penulis akan mencoba memaparkan beberapa aspek terkait peran FKUB kota Banjarmasin meliputi dasar berdirinya forum kerukunan umat beragama, maksud dan