• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis praktik manajemen keuangan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat pada masjid al-Akbar Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis praktik manajemen keuangan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat pada masjid al-Akbar Surabaya."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Analisis Praktik Manajemen Keuangan dalam Pemberdayaan

Ekonomi Masyarakat pada Masjid Al-Akbar” adalah hasil penelitian lapangan dengan tujuan

menjawab pertanyaan bagaimana praktik manajemen keuangan Masjid Al-Akbar dan Bagaimana analisis praktik manajemen keuangan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat pada masjid Al-Akbar.

Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan dilapangan secara langsung untuk menggali informasi yang berkaitan dengan manajemen keuangan Masjid Al-Akbar Surabaya. Untuk pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara dengan pengurus Lembaga Amil Zakat Masjid Al-Akbar Surabaya.

Adapun hasil yang diperoleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah Praktik Manajemen Keuangan pada LAZ Masjid Al-Akbar Surabaya telah berjalan dengan baik sesuai dengan teori Manajemen keuangan oleh Terry Lewis yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pergerakan (actuating), dan pengawasan (controlling). Dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, LAZ Masjid Akbar dibawah naungan Masjid Al-Akbar melalui devisi pemberdayaan umat menyalurkan pendistribusian ZIS kepada umat muslim yang kurang mampu dengan cara memberikan dana zakat maal tidak hanya zakat maal konsumtif tetapi juga zakat maal produktif dengan harapan para mustahik ini suatu saat bisa menjadi muzakki dan pemerataan ekonomi di Indonesia melalu masjid bisa terwujud.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Kajian Pustaka ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 10

G. Definisi Operasional ... 11

H. Metode Penelitian ... 13

I. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II : MANAJEMEN KEUANGAN DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT ... 17

A. Manajemen Keuangan ... 17

B. Pemberdayaan Ekonomi Umat ... 36

C. Sistem Pemberdayaan Ekonomi Umat ... 44

BAB III : GAMBARAN UMUM HASIL PENELITIAN MANAJEMEN KEUANGAN DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PADA MASJID AL-AKBAR ... 52

(8)

B.Praktik Manajemen Keuangan Masjid Al-Akbar ... 62

C.Praktik Manajemen Keuangan dalam pemberdayaan ekonomi Masyarakat pada Masjid Al-Akbar ... 71

BAB IV : ANALISIS PRAKTIK MANAJEMEN KEUANGAN DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT ... 78

A.Analisis Praktik Manajemen Keuangan Masjid Al-Akbar ... 78

B.Analisis Praktik Manajemen Keuangan dalam pemberdayaan ekonomi Masyarakat pada Masjid Al-Akbar ... 81

BAB V : PENUTUP ... 86

A.KESIMPULAN ... 86

B.SARAN ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar

di dunia. Jumlah pemeluk agama Islam (muslim) di Indonesia berdasarkan

sensus penduduk yang dilakukan BPS pada tahun 2010 adalah 207.176.162

jiwa dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 237.641.326 jiwa.1

Sebanyak 87,18 persen penduduk Indonesia memeluk agama Islam.

Disamping jumlah penduduk muslim yang besar, Indonesia juga mempunyai

banyak masjid. Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia, Jusuf Kalla,

menyebutkan saat ini jumlah masjid di Indonesia kurang lebih mencapai

290.000 bangunan.2 Jumlah masjid di Indonesia yang banyak ini bisa

dimanfaatkan untuk kepentingan jemaah dan masyarakat Indonesia.

Masjid mempunyai beragam fungsi diantaranya sebagai tempat ibadah,

tempat melakukan kegiatan pendidikan keagamaan, tempat bermusyawarah

kaum muslimin, tempat konsultasi kaum muslimin, tempat kegiatan remaja

Islam, tempat penyelenggaraan pernikahan serta tempat pengelolaan

sedekah, infak, dan zakat.3 Bahkan pada zaman Rasulullah masjid

mempunyai fungsi lain seperti tempat konsultasi dan komunikasi (masalah

ekonomi, sosial, budaya), tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya,

1 Badan Pusat Statistik, dikutip dari http://www.bps.go.id/, diakses pada 5 Oktober 2016. 2 Jerry Aulia Assadul, dalam

http://www.lontar.ui.ac.id/naskahringkas/2016-04/S52988-Jerry%20Aulia%20Assadul%20Haq, diakses pada 5 Oktober 2016.

(10)

2

tempat pengobatan para korban perang, tempat perdamaian dan pengalihan

sengketa, tempat aula dan tempat menerima tamu, tempat tawanan perang,

serta sebagai pusat penerangan/informasi atau pembelaan agama.4

Beragam fungsi masjid menunjukkan bahwa masjid mempunyai peranan

besar dalam masyarakat. Tidak hanya sebagai lambang kebesaran umat Islam

namun juga sebagai pusat kegiatan umat Islam, baik kegiatan sosial,

pendidikan, budaya, dakwah maupun kegiatan ekonomi. Optimalnya fungsi

masjid yang beragam di dalam masyarakat tidak terlepas dari peran

stakeholder masjid dan manajemen keuangan masjid yang kuat.

Salah satunya adalah masjid Al-akbar Surabaya, yang dimana dalam

menjalankan fungsinya masjid Al-Akbar memperoleh dana dari berbagai

macam sumber. Sumber dana masjid Al-Akbar secara umum berasal dari

zakat, wakaf, infak, sedekah, sumbangan, bantuan, dan sebagainya.

Banyaknya sumber pendanaan yang membiayai aktivitas masjid berkaitan

erat dengan besarnya dana yang dikelola oleh masjid. Jumlah dana yang

besar yang disumbangkan ke masjid Al-Akbar memerlukan manajemen

keuangan yang baik dan sehat. Salah satu ciri manajemen keuangan yang

baik adalah adanya transparansi dan akuntabilitas di dalam pengelolaan

keuangan. Hal ini seiring dengan dimulainya era demokrasi dimana tuntutan

masyarakat akan akuntabilitas dan transparansi keuangan organisasi sektor

publik dan nirlaba semakin besar.5 Masjid sebagai salah satu jenis organisasi

nirlaba yang mengelola uang dari masyarakat dituntut untuk memiliki

4 M. Qurais Shihab, Wawasan Al-Qur’an, cetakan XI, 2000

(11)

3

pengelolaan uang yang sistematis, transparan, dan akuntabel. Prinsip

transparansi dan akuntanbilitas dalam pengelolaan dana yang diserap oleh

masjid tercermin dari keberadaan laporan keuangan masjid yang transparan

dan akuntabel. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an Surat

Al-Baqarah ayat 282 :

(12)

4

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

bermu'amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu;

dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.6

Masjid memiliki peran sentral dalam sejarah peradaban Islam. Masjid

tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah saja, tetapi juga digunakan

sebagai pusat aktivitas umat Islam dalam berbagai bidang. Sebagaimana

sejarah mengatakan pada masa Rasulullah SAW, masjid merupakan pusat

peradaban dan pusat aktivitas baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdah.7

Semakin kompleks dan pelik permasalahan masyarakat, menuntut

masjid sebagai pusat peradaban dapat mengakomodir kebutuhan sosial. Dari

itu dibutuhkannya manajemen dan pengelolaan yang baik. Pengelolaan

6 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya : Edisi yang Disempurnakan, (Jakarta : Widya

Cahya, 2011).

7 Supardi dan Teuku Amiruddin, Konsep Manajemen Masjid: Optimalisasi Peran Masjid,

(13)

5

masjid secara profesional dan berpandangan ke depan adalah salah satu cara

untuk merebut kembali kejayaan Islam yang sempat dirampas oleh negara

barat. Tanpa ditangani secara profesional, maka masjid hanya merupakan

monumen dan kerangka bangunan mati yang tidak dapat memancarkan

perjuangan syiar dan penegakan risalah kerasulan.8

Masjid Al-Akbar Surabaya memiliki beberapa u, fungsi dan peran dari

LAZ meliputi pengumpulan, dan pendistribusian. Dengan besarnya dana

zakat, infaq, dan sodaqoh yang dimiliki oleh masjid Al-Akbar Surabaya ini

lah maka dalam hal pendistribusian harus sesuai dengan syariat Islam dan

berdasarkan skala prioritas dengan prinsip pemerataan dan keadilan. MAS

terus meningkatkan layanan sosialnya, salah satunya dengan menggelar

acara sosialsiasi Zakat Maal Produktif kepada dhuafa yang kesulitan dalam

modal usaha. Acara tersebut merupakan program LAZ MAS yang secara

continue membantu perekonomian masyarakat Surabaya pada khususnya dan

Jawa Timur pada umumnya.

LAZ MAS divawah payung Masjid Al-Akbar Surabaya memberi nilai

lebih tentang zakat, infaq, shadaqah. Selain jangkauan layanan LAZ MAS

lebih luas, juga manfaat multiplier effect yang salah satunya adalah

memakmurkan masjid.

Aktifitas LAZ dalam pendistribusian dana ZIS ini tidak hanya

digunakan untuk konsumtif tetapi juga digunakan sebagai dana prodktif

yang dikelola oleh LAZ disalurkan kepada devisi-devisi yang mampu

(14)

6

memberdayakan ekonomi masyarakat. Diantaranya meliputi devisi

pendidikan dan pengembangan SDM yang melayani sarana prasarana

pendidikan dan beasiswa terhadap murid dan pemberdayaan para guru.

Selain itu terdapat devisi bantuan sosial kemanusiaan, devisi hibah dan

wakaf, dan devisi pemberdayaan umat. Dimana dari devisi-devisi yang

dibentuk oleh LAZ ini mampu memberikan manfaat bahkan mampu

meningkatkan ekonomi masyarakat. Salah satunya pada devisi

pemberdayaan umat, dimana pihak devisi ini memiliki program yaitu

melayani pemberdayaan ekonomi umat dengan cara memberikan zakat maal

produktif berupa modal usaha kepada jamaah yang rajin sholat berjamaah di

Masjid Al-Akbar dan kurang mampu. Sehingga dapat dikatakan bahwa

setiap devisi yang ada di masjid Al-Akbar Surabaya merupakan instrumen

pelayanan masyarakat dan instrumen dalam meningkatkan ekonomi

masarakat melalui potensi dari dana zakat, infaq, dan sodaqoh yang

dihasilkan.

Zakat produktif sendiri disalurkan kepada masyarakat yang telah terdata

sebagai penerima dana zakat untuk usaha. Setelah menerima dana zakat

tersebut, pihak LAZ memantau perkembangan dari usaha yang telah

dijalankan meliputi perdagangan maupun barang dan jasa. Apabila usaha

tersebut semakin berkembang dan sukses maka ukuran pencapaian dana

zakat produktif bisa dibilang tepat sasaran dan sukses. Pihak penerima zakat

(15)

7

berikutnya, sehingga saling bekerja sama dalam hal pemberdayaan ekonomi

masyarakat khususnya di lingkungan masjid Al-Akbar Surabaya.

Sehingga diharapkan melalui dana ZIS yang diperoleh dari jamaah

masjid Al-Akbar Surabaya inilah mampu di distribusikan sebagai instrumen

dalam pemberdayaan ekonomi msyarakat. Berdasarkan pemaparan latar

belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul ‚ANALISIS PRAKTIK MANAJEMEN KEUANGAN DALAM

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PADA MASJID

AL-AKBAR‛.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya

tentunya membutuhkan pembahasan yang cukup panjang mengenai

pengelolaan keuangan Masjid. Dalam hal ini identifikasi masalah yang

muncul adalah:

a. Menganalisis praktik manajemen pada laporan keuangan masjid

Al-Akbar, Pagesangan-Surabaya.

b. Menganalisis praktik manajemen keuangan dalam pemberdayaan

ekonomi masyarakat di masjid Al-Akbar, Pagesangan-Surabaya.

2. Batasan Masalah

Sehingga batasan permasalahan yang diteliti adalah seputar:

(16)

8

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uarian pada latar belakang, identifikasi dan batasan

masalah, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana praktik manajemen keuangan di masjid Al-Akbar Surabaya?

2. Bagaimana analisis praktik manajemen keuangan dalam pemberdayaan

ekonomi masyarakat pada Masjid Al Akbar Surabaya ?

D. Kajian Pustaka

No Penelitian Kesimpulan Persamaan dan

perbedaan

1. Judul Tesis :

Strategi pengelolaan keuangan masjid Al-Falah

terhadap pemberdayaan ekonomi

masyarakat.9

Penulis :

FF.Firdaus

Dari hasil penelitian yang pertama membahas teknik

pengelolaan keuangan

dari masjid Al-Falah yang berasal dari ZIS dikelola

untuk pemberdayaan

ekonomi masyarakat

melalui program-program seperti penyaluran zakat

produktif, bantuan

operasional pendidikan

dll. Isi dari penelitian ini menekankan pada peranan dana tersebut.

Persamaan :

sama-sama membahas

praktik manajemen

keuangan masjid.

Perbedaan : penelitian

terdahulu berfokus

pada program yang

dijalankan dan

sedangkan penelitian

sekarang membahas

tentang praktik

manajemen keuangan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.

2. Strategi Masjid

dalam

Pemberdayaan Ekonomi Umat

(studi pada

Masjid Raya

Pondok Indah

Dari hasil penelitian, kedua masjid tersebut

memiliki SDM yang

berkualitas, perbedaannya

masjid Raya Pondok

Indah telah mendirikan BMT, sedangkan masid

Persamaan :

sama-sama melakukan

penelitian di masjid.

Perbedaan : perbedaan tempat yang diteliti.

9 FF Firdaus, ‚Strategi Pengelolaan Masjid Al-Falah Terhadap Pemberdayaan Ekonomi

(17)

9

dan Masjid Jami

Bintaro Jaya)10

Penulis : Abdul Fikri Abshari

Jami Bintaro Jaya belum memiliki BMT tetapi

membuat program

Pinjaman Mikro Masjid

(PMM). Program ini

diberikan kepada para pedagang yang berada disekitar masjid.

3. Praktik

Manajemen Keuangan

Masjid Berbasis Pemberdayaan Umat di Kota

Purwokerto11

Penulis :

Sochimin, Lc., M.Si.

Ada 40 masjid yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini, hasil

pengujian secara umum

terhadap variabel

perencanaan, pengelolaan dan pengendalian internal menunjukkan bahwa dari tiga variabel, pengelolaan

mempunyai pengaruh

secara signifikan terhadap pemberdayaan ekonomi umat berbasis masjid.

Persamaan :

sama-sama melakukan

penelitian di Masjid berbasis

pemberdayaan ekonomi umat.

Perbedaan : jenis

penelitian terdahulu

yaitu melakukan

penelitian kuantitatif,

sedangkan peneliti

sekarang dengan jenis penelitian kualitatif.

4. Praktik

Manajemen Keuangan

Masjid &

Potensi dana

masjid. 12

Penulis: Jerry

Aulia Assadul

Haq & Miranti Kartika Dewi

Penelitian ini membahas

tentang manajemen

keuangan dan potensi

dana masjid tersebut

dalam pengembangan

usaha maupun dalam meningkatkan kehidupan masyarakat. Potensi dana

yang dimiliki masjid

menjadi kekuatan penting untuk mendorong umat ilam dalam meningkatkan

kesejahteraan hidup

mereka. Faktor kseriusan dan niat penerima dana ZIS tersebut juga sangat

Persamaan :

sama-sama membahas

manajemen keuangan masjid.

Perbedaan : penelitian sekarang menganalisis manajemen keuangan untuk pemberdayaan ekonomi umat.

10Abdul Fikri Abshari ‚Strategi Masjid dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat (Studi pada Masjid

Raya Pondok Indah dan Masjid Jami Bintaro Jaya‛ (Skripsi—UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011).

11 Sochimin, Lc., M.Si., ‚Praktik Manajemen Keuanga Masjid Berbasis Pemberdayaan Ekonomi

Umat di Kota Purwokerto‛ (Laporan Penelitian : IAIN Purwokerto, 2015).

12 Jerry Aulia Assadul Haq & Miranti Kartika Dewi, (JurnalPraktik Manajemen Keuangan

(18)

10

mempengaruhi dalam

kegiatan usaha

meningkatkan

kesejahteraan tersebut.

\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\

5. Masjid Sebagai

Sentral

Pemberdayaan Ekonomi

Umat.13

Penulis :

Carolina Imran

Penelitian tersebut

membahas tentang

potensi yang sangat besar

yang dimiliki masjid

untuk keuntungan

masyarakat sekitarnya.

Melalui dana ZIS yang

diperoleh masjid

mendistribusikannya kepada masyarakat untuk memulai usaha sehingga mampu menaikkan taraf

hidup dan ekonomi

masyarakat tersebut.

Persamaan :

sama-sama menganalisis

program pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Perbedaan : penelitian terdahulu

menggunakan RIS

PNPM sedangkan

penelitian sekarang

tidak.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana praktik manajemen keuangan masjid

Al-Akbar Surabaya.

2. Untuk menganalisis praktik manajemen keuangan dalam pemberdayaan

ekonomi masyarakat di masjid Al-Akbar Surabaya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak,

diantaranya :

13 Carolina Imran, ‚Masjid Sebagai Sentral Pemberdayaan Ekonomi Umat‛ (Skripsi : UIN Syarif

(19)

11

1. Manfaat secara teoritis :

a. Bagi Penulis, adalah dapat menambah pengetahuan khususnya

mengenai praktik manajemen keuangan yang ada pada laporan

keuangan masjid dan terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat di

masjid Al-Akbar Surabaya.

b. Bagi Universitas Negeri Islam Sunan Ampel Surabaya, dapat dipakai

sebagai penambah kelengkapan perpustakaan dan dapat dijadikan tolok

ukur terhadap mahasiswa yang akan mengambil skripsi di masa

mendatang.

2. Manfaat secara praktis :

Bagi Masjid Al-Akbar, penulis berharap agar penelitian ini dapat

memberikan sebuah wawasan baru tentang bagaimana pola manajemen

masjid, lebih khusus pengelolaan keuangan masjid agar menjadi lebih

optimal dan produktif. Selain itu itu, penelitian ini diharapkan menjadi

referensi pola pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis masjid.

G. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman dalam memahami skripsi ini, penulis

perlu memaparkan definisi dari variabel yang terdapat dalam judul ini, antara

lain :

1. Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan adalah usaha atau kegiatan pimpinan dalam

(20)

12

menggerakkan para pejabat petugas keuangan. Siklus manajemen

keuangan seperti halnya dengan manajemen lainnya, secara garis besar

terdiri dari tahap: perencanaan, pelaksanaan, penilaian, evaluasi,

pengawasan, dan perencanaan berikutnya. Hal yang diurus dalam tahap

ini adalah anggaran, makapengurusan keuangan disebut juga pengurusan

anggaran.14

2. Pemberdayaan Ekonomi Umat

Pemberdayaan merupakan suatu upaya memberikan kontribusi pada

aktualisasi potensi tertinggi kehidupan manusia. Pemberdayaan

selayaknya ditujukan untuk mencapai sebuah standar kehidupan ekonomi

yang menjamin pemenuhan kebutuhan manusia. Pemberdayaan ekonomi,

sejatinya, telah dipraktekan oleh Rasulullah dan para khalifah pada

masanya dengan tujuan untuk mencapai falah yaitu kesejahteraan yang

tidak hanya terpenuhinya kebutuhan jasmani manusia melainkan juga

kebutuhan rohani. Dalam usaha mencapai falah menuntut adanya suatu

strategi sebagai suatu instrumen untuk mewujudkannya. Strategi

pemberdayaan ekonomi merupakan suatu instrumen untuk meningkatkan

ekonomi umat.

14 Ghulam Farid Malik, Manajemen keuangan Madrasah, Forum Kajian Budaya dan Agama

(FKBA), (Yogyakarta bekerja sama dengan BasicEducation Project (BEP) Departemen Agama

(21)

13

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan

menganalisis praktik pengelolaan keuangan serta potensi dana idle yang

dikelola oleh masjid. Jenis penelitian ini adalah metode kualitatif dengan

strategi studi kasus. Penggunaan studi kasus dalam penelitian ini

dikarenakan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis secara

mendalam dan kontekstual terhadap permasalahan yang dihadapi

organisasi (masjid) dimana sifat dan definisi masalah yang terjadi serupa

dengan masalah yang muncul saat ini (Sekarang & Bougie, 2010).

Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif

yaitu penelitian yang memberikan deskripsi tentang situasi yang

kompleks.15 Serta memberikan penjabaran yang detail mengenai

manajemen keuangan masjid dan pemberdayaan ekonomi umat agar

mengetahui secara mendalam tentang hasil dari penelitian ini.

2. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan dua metode pengambilan data, yaitu

sumber data primer dan sumber data sekunder.16 Sebagaimana penjelasan

jenis data diatas data penelitian ini diperoleh dari sumber datanya,

penelitian ini membutuhkan dua jenis sumber data data :

a. Sumber data primer

15 Ariesto Hadi Sutopo & Adrianus Arief, Terampil Mengolah Data Kualitattif dengan Nvivo,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 2.

16 Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka

(22)

14

Yaitu sumber data primer diperoleh dari laporan keuangan Masjid,

dan wawancara terhadap devisi sosial dn LAZ masjid Al-Akbar

Surabaya.

b. Sumber data sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung yang berasal dari buku

analisis laporan keuangan dan telaah pustaka yang dilakukan oleh

peneliti. Serta literatur lain yang berkaitan dengan pembahasan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan metode

sesuai dengan data yang diperlukan, teknik yang dimaksud adalah:

a. Studi Pustaka

Studi ini dilakukan untuk memperoleh landasan teori yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti, dasar-dasar teoritis ini

diperoleh dari literatur-literatur, majalah-majalah ilmiah maupun

tulisan-tulisan lainnya yang berhubungan dengan manajemen keuangan

Masjid dan sejarah Masjid Al-Akbar.

b. Laporan Keuangan Masjid

Pengumpulan data yang diperlukan penulis dengan melihat dan

mencatat data yang bersumber dari Laporan keuangan Masjid tahun

2016-2017.

4. Teknik Analisis Data

Teknik yang akan digunakan oleh penulis dalam menganalisis data

(23)

15

mengumpulkan semua data, kemudian memilih, memilah, dan

mengelompokkan data yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang

diangkat. Kemudian setelah data terkumpul menggunakan teknik

penyajian data, yaitu menyajikan data yang telah terpilih baik berupa

teks. Dan yang terakhir adalah teknik penarikan kesimpulan, yaitu

menyimpulkan hasil analisis dari penelitian.

Tujuan analisis data menggunakan teknik pengumpulan data,

penyajian data, pengolahan dan menganalisis data yang terkumpul, hingga

menarik kesimpulan ialah agar penulis mendapat makna hubungan

variabel-variabel sehingga dapat menjawab rumusan masalah yang

dirumuskan dalam penelitian.17

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini dibagi menjadi beberapa bab, yang setiap

babnya memiliki sub bab pembahasan sehingga memudahkan pembaca

dalam membaca hasil penelitian.

Bab pertama merupakan pendahuluan yang akan menguraikan tentang

latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,

kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi

operasional untuk membatasi istilah-istilah dalam judul penelitian yang

bermakna umum atau luas, metode penelitian serta sistematika pembahasan.

(24)

16

Bab kedua berisikan kerangka teori yang digunakan sebagai landasan

dalam penelitian ini. Terdapat teori manajemen keuangan dan pemberdayaan

ekonomi umat yang dipakai sebagai argumen teoritis penelitian ini.

Bab ketiga berisikan Gambaran dan sejarah Masjid Al-Akbar serta

data-data praktik manajemen keuangan Masjid Al-Akbar Surabaya.

Bab keempat yaitu menganalisis hasil dari penelitian, yaitu analisis

praktik manajemen kuangan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di

masjid Al-Akbar Surabaya.

Bab kelima sebagai penutup berisi kesimpulan dan saran dari penelitian

bagi masjid Al-Akbar dengan permasalahan yang diteliti. Sebagai informasi

pengendalian dan pengambilan keputusan keuangan masjid demi

(25)

BAB II

TEORI MANAJEMEN KEUANGAN DAN

PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT

A. Manajemen Keuangan

1. Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen dilihat sebagai sistem yang setiap komponennya

menampilkan sesuatu memenuhi kebutuhan. Istilah manajemen bukan hal

yang baru dalam kaitannya dengan suatu kegiatan, bahkan dapat

dikatakan istilah manajemen tersebut telah membaur keseluruhan sektor

kehidupan manusia.

Kata Manajemen berasal dari kata ‚to manage‛ yang berasal dari

bahasa itali ‚mannagio‛ dari kata ‚mannagiare‛ yang diambil dari bahasa

latin ‚mannos‛ yang berarti tangan (hand), kata manage dalam kamus

berarti1:

a. To direct and control (membimbing dan mengawasi).

b. To treat with care (memperlakukan dengan sesama).

c. To carry of bisiness or affair (mengurusi perniagaan atau

urusan-urusan/persoalan-persoalan).

d. To archieve one’s purpose (mencapai tujuan).

Pengertian-pengertian manajemen dalam kamus tersebut diatas,

memberikan gambaran bahwa manajemen adalah suatu kemampuan atau

ketrampilan membimbing, mengawasi dan memperlakukan sesuatu

1 St. Syamsudduha, Manajemen Pesantren (Teori dan Praktek), (Yogyakarta: Graha Guru, 2004),

(26)

18

dengan seksama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Sebagaimana pendapat James A. F. Stoner dalam buku T.

Hani Handoko, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan

penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan.2

Manajemen keuangan adalah usaha atau kegiatan pimpinan dalam

memproses urusan keuangan, menggunakan fungsi-fungsi manajemen,

menggerakkan para pejabat petugas keuangan. Siklus manajemen

keuangan seperti halnya dengan manajemen lainnya, secara garis besar

terdiri dari tahap: perencanaan, pelaksanaan, penilaian, evaluasi,

pengawasan, dan perencanaan berikutnya. Hal yang diurus dalam tahap

ini adalah anggaran, makapengurusan keuangan disebut juga pengurusan

anggaran.3

2. Fungsi-fungsi Manajemen

Fungsi manajemen pada hakikatnya merupakan tugas pokok yang

harus dijalankan pimpinan dalam organisasi apapun. Dikatakan pakar

manajemen terdapat perbedaan pendapat mengenai fungsi-fungsi

manajemen, tetapi perbedaannya tidak prinsipil, melainkan hanya

menyangkut penggunaan istilah dan klasifikasi dari fungsi tersebut:

2 T. Hani Handoko, Manajemen Edisi 2. (Yogyakarta: BPFE, 1995), 8.

3 Ghulam Farid Malik, Manajemen keuangan Madrasah, Forum Kajian Budaya dan Agama

(FKBA), (Yogyakarta bekerja sama dengan BasicEducation Project (BEP) Departemen Agama

(27)

19

a. Henry Fayol berpendapat bahwa fungsi manajemen terdiri dari

planning, organizing, commanding, coordinating, dan controlling.4

b. Menurut Terry sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan

manajemen sebagai suatu proses yang terdiri dari planning, organizing,

actuating, dan controlling, dimana masing-masing bidang digunakan

baik ilmu pengetahuan maupun keahlian yang diikuti secara berurutan

dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan.5

Dengan pengertian tersebut, maka dalam me-manage kearah

pencapaian tujuan khususnya mengembangkan kegiatan-kegiatan serta

program-programnya. Supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

tetapi justru akan dapat memudahkan dan mengefektifkan dalam

pelaksanaan kegiatan yang pada akhirnya masyarakat mau menerima,

menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam.

Dalam pembahasan ini penulis akan menjelaskan masing-masing

fungsi manajemen sebagai berikut:

a. Planning (Perencanaan)

Perencanaan merupakan kegiatan menetapkan tujuan serta

merumuskan dan mengatur pendayagunaan sumber daya manusia,

informasi financial, metode dan waktu untuk memaksimalkan

efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan.6

(28)

20

Perencanaan meliputi tindakan-tindakan memilih dan

menghubungkan fakta-fakta serta menggunakan asumsi-asumsi

mengenai masa yang akan datang dalam hal menvisualisasikan

aktifitas-aktifitas yang diusulkan dan dianggap perlu untuk mencapai

hasil-hasil yang diinginkan. Sedangkan yang dimaksud dengan

perencanaan adalah proses pemikiran dan pengambilan keputusan

yang matang dan sistematis mengenai tindakan-tindakan yang akan

dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mengetahui

manajemen keuangan masjid.

b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah mengelompokkan dan menentukan

berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.7 Organizing mencakup8: 1)

membagi komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan ke dalam kelompok-kelompok, 2) membagi tugas

kepada seorang manajer untuk mengadakan pengelompokan tersebut,

dan 3) menetapkan wewenang di antara kelompok atau unit-unit

organisasi.

Dalam mengorganisasikan kegiatan Masjid, seorang pemimpin

harus melakukan pembagian tugas dan penerahan tanggung jawab

dan pelaksanaannya pada beberapa anggotanya agar dapat mencegah

timbulnya akumulasi pekerjaan hanya pada diri seorang saja. Dengan

(29)

21

pembagian tugas akan mempermudah pendistribusian pada

masing-masing pelaksana serta akan memperlancar kegiatan yang ada di

Masjid oleh orang yang sesuai dengan bidangnya.

c. Actuating (Pergerakan)

Actuating (Pergerakan) dapat didefinisikan sebagai upaya

merangsang para tenaga pelaksana keuangan Masjid untuk mencari

dan mengelola keuangan Masjid dengan penuh semangat, dengan

melalui tindakan-tindakan tertentu, sehingga mereka dapat

mempunyai aktivitas dan kreativitas dalam mencapai tujuan yang

telah direncanakan dan diputuskan.9

Pergerakan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan usaha, cara,

teknik, dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar

mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya

tujuan organisasi dengan efektif, efisien, dan ekonomis.10

Bagi kegiatan Masjid, pergerakan mempunyai arti dan peranan

yang sangat penting, karena pergerakan merupakan fungsi

manajemen yang secara langsung berhubungan dengan manusia

(pelaksana). Dengan fungsi pergerakan inilah, ketiga fungsi

manajemen yang lain akan efektif.

(30)

22

d. Controlling (pengawasan)

Pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh

kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang

sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana.11

Agar kegiatan pengawasan membuahkan hasil yang diharapkan,

perhatian serius perlu diberikan terhadap berbagai dasar pemikiran

yang sifatnya fundamental, diantaranya adalah:12 Efisiensi,

Efektivitas, Produktivitas, Pengawasan, Tanggung jawab dan

Evaluasi.

Langkah-langkah pengawasan dalam keuangan Masjid adalah

menetapkan standar (alat pengukur), mengadakan pemeriksaan dan

penelitia terhadap pelaksanaan tugas pengelolaan dana dan pencarian

dana Masjid yang telah ditetapkan, membandingkan pelaksanaan

tugas dengan standar dan mengadakan perbaikan atau pembetulan.13

Maksud dengan standar (alat ukur) disini yaitu standar untuk

menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Standar ini diperoleh

dari perencanaan yang telah dijabarkan dalam target yang dapat

diukur, baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Setelah

ditetapkan standar, selanjutnya memeriksa dan meneliti pelaksanaan

tugas-tugas dalam organisasi. Pemeriksaan dan penelitian ini dapat

11 Ibid, 134.

12 Ibid, 171-173.

(31)

23

diketahui dengan cara observasi langsung, laporan-laporan, baik

secara tertulis maupun secara lisan.

Langkah berikutnya yaitu membandingkan pemeriksaan dan

penelitian dengan standar yang ditetapkan. Dari sini akan diketahui

tentang adanya penyimpangan yang telah terjadi, serta diketahui

faktor pendukung dan penghambat pencapaian tujuan manajemen

keuangan.

Sebagai langkah akhir, dilakukan pembetulan dan perbaikan yang

disesuaikan dengan sebab terjadinya penyimpangan yang ada,

sehingga kebijakan atau tindakan yang diambil tepat mencapai

sasaran yang dimaksud.

3. Tinjauan tentang Manajemen Cash flow

a. Pengertian Manajemen Cash Flow

Manajemen Cash flow (aliran kas) merupakan ‚sejumlah uang

kas yang keluar dan yang masuk sebagai akibat dari aktivitas

perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari aliran

masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar serta berapa saldonya

setiap periode.14

Hal utama yang perlu selalu diperhatikan yang mendasari dalam

mengatur arus kas adalah memahami dengan jelas fungsi dana/ uang

14 Manajemen Cash Flow dalam

(32)

24

yang dimiliki, disimpan atau diinvestasikan. Secara sederhana fungsi

itu terbagi menjadi tiga, yaitu15:

1) Fungsi likuiditas, yaitu dana yang tersedia untuk tujuan memenuhi

kebutuhan sehari-hari dan dapat dicairkan dalam waktu singkat

relatif tanpa ada pengurangan investasi awal.

2) Fungsi anti inflasi, dana yang disimpan guna menghindari resiko

penurunan pada daya beli di masa datang yang dapat dicairkan

dengan relatif cepat.

3) Capital growth, dana yang diperuntukkan untuk

penambahan/perkembangan kekayaan dengan jangka waktu relatif

panjang.

Disamping itu cash flow memuat tiga bagian utama, yang terdiri

dari16:

1) Cash in flow, pada bagian ini mengidentifikasi sumber-sumber

dana yang akan diterima, jumlah dananya dan waktu dalam

periode tersebut, yang akan dihasilkan berupa penjualan tunai,

penjualan kredit yang akan menjadi piutang, hasil penjualan

aktiva tetap dan penerimaan lainnya. Perincian kas ini terdiri

dari dua sifat, yaitu continue dan intermitan.

2) Cash out flow, pada bagian ini berhubungan dengan

pengidentifikasian semua kas yang sudah diantisipasi, antara

lain pembelian barang dagang baku, pembayaran hutang,

(33)

25

upah, administrasi, dan pengeluaran lainya. Cash out flow

juga punya dua sifat yang sama yaitu continue dan intermitan.

3) Financing (pembiayaan), pada bagian ini menunjukkan

besarnya net cash flow dan besarnya kebutuhan jika terjadi

defict.

Manajemen cash flow merupakan bagian dari manajemen

keuangan yaitu segala aktivitas berhubungan dengan perolehan,

pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan

menyeluruh.17 Manajemen keuangan bukan hanya berkutat seputar

pencatatan akuntansi, namun juga merupakan bagian penting dari

manajemen program dan tidak boleh dipandang sebagai suatu

aktivitas tersendiri yang menjadi bagian pekerjaan orang keuangan.

Manajemen keuangan pada NGO lebih merupakan pemeliharaan

suatu kendaraan. Apabila tidak memberinya bahan bakar dan oli yang

bagus serta service teratur, maka kendaraan tersebut tidak akan

berfungsi secara baik dan efisien. Lebih parah lagi, kendaraan

tersebut dapat rusak ditengan jalan dan gagal untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan.

Dalam prakteknya, manajemen keuangan adalah tindakan yang

diambil dalam rangka menjaga kesehatan keuangan organisasi. Untuk

itu, dalam membangun sistem manajemen keuangan yang baik perlu

diidentifikan prinsip-prinsip manajemen keuangan yang baik. Ada 7

(34)

26

prinsip dari manajemen keuangan yang harus diperhatikan, yaitu:

konsistensi, akuntabilitas, transparansi, kelangsungan hidup,

integritas, pengelolaan, dan standar akuntansi.18 Dengan demikian,

manajemen keuangan yang efisien membutuhkan adanya tujuan dan

sasaran, yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian

keefisiensi keputusan keuangan.

4. Manajemen Keuangan Masjid

Manajemen Keuangan masjid secara umum termasuk dalam aktivitas

idharah. Manajemen keuangan masjid menurut Orsat Cempaka Putih

(2004) dan Ayub, Muhsin, & Mardjoned (1996) terbagi menjadi tiga

bagian utama yaitu anggaran masjid, sumber dana masjid, dan laporan

keuangan masjid. Hal ini tidak jauh berbeda dengan manajemen keuangan

perusahaan secara umum terdiri dari tiga bagian utama yaitu capital

budgeting (penganggaran, capital structure (sumber dana dalam

menjalankan operasi perusahaan), dan working capital management

(pengelolaan/pemanfaatan sumber daya perusahaan dalam menjalankan

operasi perusahaan untuk mencapai tujuannya).19

Organisasi masjid merupakan organisasi nirlaba yang berarti suatu

organisasi atau kumpulan beberapa individu yang memiliki tujuan

tertentu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut, dalam

pelaksanaannya kegiatan yang mereka lakukan tidak berorientasi pada

18Universitas Garut, ‚Iman, Ilmu, Amal‛, dalam http://Uniga.ac.id, diakses senin 27Maret 2017.

19 Ross, Stephen A. Westerfield, Radolp W. Brandford, Jordan, Pengantar Keuangan Perusahaan

(35)

27

pemupukan laba atau kekayaan semata. Kategori organisasi nirlaba adalah

lembaga keagamaan, organisasi kesejahteraan sosial, organisasi

kemasyarakatan, dan lembaga swadaya masyarakat.20 Maka, manajemen

keuangan yang digunakan adalah manajemen keuangan

lembaga/organisasi nirlaba.

Akuntabilitas publik dibutuhkan dalam manajemen keuangan yang

berkaitan dengan masyarakat banyak (umat). Akuntabilitas public

merupakan kewajiban penerima tanggungjawab untuk mengelola sumber

daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan

yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik kepada pihak

pemberi mandat (principal). Akuntabilitas berbeda dengan konsep

resposibilitas.21 Akuntabilitas dapat dilihat sebagai salah satu elemen

dalam responsibiltas. Akuntabilitas juga berarti kewajiban untuk

rnempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan atau tidak dilakukan

oleh seseorang. Sedangkan responsibilitas merupakan akuntabilitas yang

berkaitan dengan kewajiban menjelaskan kepada orang/pihak lain yang

memiliki kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban dan memberi

penilaian. Namun demikian, tuntutan akuntabilitas harus diikuti dengan

pemberian kapasitas untuk melakukan keleluasaan dan kewenangan.

Akuntanbilitas publik terdiri dari akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas

horisontal. Akuntabilitas vertikal merupakan akuntabilitas kepada

20 Pahala Nainggolan, Manajemen Keuangan Nirlaba, (Yogyakarta: Amadeus, 2005), 3.

21 Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik, Edisi I, (Yogyakarta: Penerbit Buku UPP AMP

(36)

28

otoritas yang lebih tinggi, sedangkan akuntabilitas horizontal adalah

akuntabilitas kepada publik secara luas atau terhadap sesama lembaga

lannya yang tidak memiliki hubungan atasan bawahan.

Manajemen keuangan dapat dipahami sebagai usaha memperoleh

dana dengan biaya murah pada saat kita memerlukan dana dan usaha

menempatkan dana dengan hasil yang tinggi pada saat kita memiliki

dana. Terry Lewis memberikan pengertian terkait manejemen Keuangan.

‚Manajemen keuangan meliputi perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (implementing),

pengendalian (controlling), dan pengawasan (monitoring)

sumber-sumber daya keuangan (financial resources) suatu organisasi untuk

mencapai tujuan-tujuannya (objectives).‛22

Manajemen keuangan meliputi empat aspek, yaitu23:

1) Mengelola Sumber Daya yang Langka

Setiap organisasi, terutama organisasi nirlaba harus

memastikan bahwa seluruh dana dan sumber daya yang

didonasikan kepadanya digunakan secara tepat dan hanya demi

menghasilkan manfaat serta dampak yang terbaik, untuk mencapai

misi dan tujuan, yakni pelayanan kemanusiaan.

2) Mengelola Risiko

22

Terry Lewis, Practical Financial Management for NGOs: A Course Handbook Getting Basic Right,

Taking the Fear Out Finance, alih bahasa Hasan Bachtiar, Cet.1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 3.

23

(37)

29

Semua organisasi nirlaba menghadapi risiko-risiko internal

dan eksternal yang dapat engancam kinerja bahkan eksistensinya.

Risiko tersebut harus dikelola melalui suatu upaya yang

terorganisasi untuk membatasi kerusakan yang bisa

ditimbulkannya lebih jauh. Upaya dilakukan dengan memapankan

sistem dan prosedur untuk mewujudkan kontrol keuangan.

3) Mengelola Organisasi secara Strategis

Manusia dalam kehidupannya dikeliingi oleh berbagai

berbagai jenis organisasi. Pada masyarakat modern sejak manusia

lahir sudah ada organisas yang mengurus kelahirannya, ketika

meninggal ada yang mengurus kematianya, setelah dikubur pun

masih ada yang menjaga dan merawat makam. Manusia dapat

menjadi anggota beberapa organisasi sekaligus. Fungsi manusia di

berbagai macam organisasi dapat berbeda-beda, tergantung

kedudukannyadi setiap organisasi yang ia ikuti.

Organisasi timbul karena manusia dalam usaha memenuhi

kebutuhannya senantiasa emerlukan bantuan orang lain. Untuk itu

mereka harus mengadakan koordinasi/kerja sama demi tercapainya

tujuan bersama. Adanya kerjasama dan tujuan bersama inilah yang

akhirnya mendasari munculnya organisasi.

Manajemen keuangan adalah salah satu bagian dari

manajemen organisasi secara keseluruhan. Artinya, para pengelola

(38)

30

maupun negatif, yang dapat timbul dengan cara melihat big

picture organisasinya.

4) Mengelola Berdasarkan Tujuan

Manajemen keuangan organisasi nirlaba membutuhkan

perhatian yang intensif pada pelaksanaan proyek dan pencapaian

tujuan organisasi. Proses manajemen keuangan organisasi nirlaba

berlangsung secara simultan di dalam suatu siklus yang

berkelanjutan.

Ditilik dari istilah manajemen, maka hal ini berarti akan

terkait dengan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, serta

pengawasan dan evaluasi. Oleh karena itu, dalam manajemen

keuangan lembaga akan terdapat proses penyusunan anggaran,

penyelenggaran manajemen uang kas masuk dan keluar,

pemeriksaan atau audit, dan evaluasi atau analisis atas kinerja

keuangan lembaga.24

Jika diringkas, proses manajemen keuangan organisasi nirlaba

ada tiga atau 3-M, yaitu:25

1) Merencanakan

Pada awal pendirian organisasi, orang-orang yang di

dalamnya merancang tujuan-tujuan dan merencanakan

kegiatan-kegiatan tertentu. Langkah selanjutnya adalah

menyiapkan rencana keuangan (anggaran), yang berisi

(39)

31

biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan

tersebut dan dari sumber-sumber mana saja dana untuk

menutupinya bisa diperoleh.

2) Melaksanakan

Setelah memperoleh dana sesuai yang diperlukan,

program-program dijalankan untuk mencapai tujuan-tujuan

yang telah disusun sebelumnya pada tahap perencanaan.

3) Mengevaluasi

Dengan menggunakan laporan-laporan pemantau

keuangan, situasi atau realisasi aktual dibandingkan dengan

rencana-rencana awalnya, Pengelola lantas memutuskan

apakah organisasinya benar-benar sesuai target untuk

mencapai tujuan-tujuannya dalam skala waktu dan anggaran

yang telah disetujui ataukah belum. Pelajaran dari tahap

evaluasi ini dijadikan sebagai bahan perencanaan selanjutnya,

dan demikian selanjutnya.

Pengertian manajemen keuangan dalam organisasi masjid adalah

perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian dana untuk memenuhi

ketentua syar’i serta terwujudnya efisiensi dan efektivitas dana.26 Dengan

kata lain, manajemen keuangan masjid berkaitan dengan strategi pengurus

masjid dalam menghimpun dana dan mengelola dana tersebut untuk

(40)

32

kepentingan umat yang dijalankan secara terencana, terukur, serta

terkontrol.

Ruang lingkup manajemen keuangan dapat diklasifikasikan menjadi

tiga fungsi, yaitu:27

1) Membuat perencanaan atau menyusun rencana kegiatan dan anggaran

tahunan (RKAT) atau budgeting yang meliputi berapa dana yang

diharapkan terhimpun beserta sumber dan strategi memperolehnya,

berapa jumlah dana yang akan disalurkan, dan jumlah orang atau

lembaga yang akan menerimanya, serta saldo minimum yang harus

tersedia sebagai cadangan untuk –paling tidak - setiap bulannya.

2) Membuat panduan berupa kebijakan umum dan petunjuk teknis

terkait dengan pengelolaan dana yang akan dilaksanakan di lembaga.

Panduan ini harus mencakup penghimpunan, penyaluran, dan saldo

dana.

a. Penghimpunan Dana

Panduan dalam penghimpunan dana mencakup tentang jenis

dana dan cara dana diterima. Setiap jenis dana memiliki

karakteristik sumber dan konsekuensi pembatasan berbeda yang

harus dipenuhi oleh pengelola. Jenis dana yang lazim ada di

masyarakat dan sesuai undang-undang pengelolaan zakat adalah

zakat, infaq, sedekah, wasiat, waris, kafarat, wakaf, hibah

lembaga lain, hibah dari pemerintah, dan hibah dari luar negeri.

27 Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan, Akuntansi dan Manajemen Keuangan untuk

(41)

33

Cara penerimaan dana masjid juga harus diperhatikan. Ada

tiga cara dana diterima: melalui rekening di bank, langsung di

masjid, dan ‚jemput bola‛, yaitu pengelola datang langsung

kepada pemberi dana.28

b. Penyaluran Dana

Dalam penyaluran dana ini ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, yakni:

1. Penerima/pengguna dana

2. Tujuan penggunaan

3. Bentuk dan sifat penggunaan, apakah konsumtif ataukah

produktif.

c. Prosedur Pengeluaran Dana

Pengeluaran dana harus menggunakan prinsip kehati-hatian.

Untuk itu, perlu melibatkan beberapa pihak dalam prosedur

pengeluaran dana, yakni:

a. Pengguna dana, yaitu pihak yang mengajukan permintaan

dana.

b. Verifikator dan otorisator, yakni pihak yang berhak

memverifikasi dan menyetujui pengeluaran dana.

c. Kasir, yakni pihak yang bertindak sebagai juru bayar.

d. Pertanggungjawaban Pengeluaran Dana

28 M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengomunikasikan Kesadaran dan

(42)

34

Setiap pengeluaran dana harus ada pertanggungjawaban

secara tertulis, lengkap, dan sah. Sekecil apapun dana yang

dikeluarkan. Pertanggungjawaban harus diberikan dalam batas

waktu tertentu.

3) Melakukan pengendalian dalam penghimpunan, penyaluran, dan saldo

dana. Pengendalian keuangan ini meliputi unsur-unsur sebagai

berikut:

a. Unit atau orang penanggung jawab keuangan

Dalam organisasi, baik besar atau kecil, harus ada unit atau

orang tertentu yang menjadi penanggung jawab dalam

pengelolaan keuangan. Tidak boleh terjadi setiap orang bertidak

sebagai bendahara. Uang masuk dan keluar hanya dilakukan satu

pintu.

b. Anggaran

Anggaran merupakan alat pengendalian. Anggaran dapat

dijadikan sebagai tolok ukur atau alat pembanding dalam

mengevaluasi kegiatan.

c. Kebijakan

Kebijakan yang jelas dapat menghindarkan pengeluaran dan

penggunaan dana oleh pihak-pihak yang tidak berkompeten.

(43)

35

Pelaporan dan publikasi merupakan sarana pengendalian

keuangan yang melibatkan bukan hanya atasan melainkan

seluruh masyarakat.

e. Pencatatan

Dengan pencatatan maka setiap transaksi keuangan dapat

ditelusuri.

f. Prosedur

Setiap penerimaan atau pengeluaran harus melalui prosedur

untuk menghindari penerimaan atau pengeluaran yang tidak

sesuai.

g. Personalia

Pengelola yang amanah dan profesional merupakan unsur

utama dalam pengendalian. Sebaik apapun unsur-unsur yang lain

tidak akan banyak berarti tanpa pengelola yang memiliki aiqdah

yang lurus dan akhlak yang mulia.

h. Audit Internal

Audit internal dapat menghindarkan

penyimpangan-penyimpangan karena kelalaian maupun kesengajaan baik terkait

dengan syaariah maupun etika umum yang berlaku di

(44)

36

B. Pemberdayaan Ekonomi Umat

1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Umat

Untuk mengetahui maksud dari pemberdayaan ekonomi umat,

perlu dikemukakan tentang pemberdayaan itu sendiri. Suatu masyarakat

dikatakan berdaya jika memiliki salah satu atau lebih dari beberapa

variabel. Pertama, memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan

dasar hidup dan perekonomian stabil. Kedua, memiliki kemampuan

berkreasi dan berinovasi dalam mengaktualisasikan diri dan menjaga

ko-eksistensinya bersama bangsa dan negara lain.29

Pemberdayaan di bidang ekonomi merupakan upaya untuk

membangun daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi, dan

membangkitkan kesadaran akan potensi ekonomi yang dimilikinya serta

berupaya untuk mengembangkannya. Keberdayaan masyarakat adalah

unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan. Dalam

pengertian yang dinamis, yaitu mengembangkan diri dan mencapai

kemajuan. Keberdayaan masyarakat menjadi sumber dari apa yang

dikenal sebagai Ketahanan Nasional.30

Sedangkan untuk membahas ekonomi umat, maka perlu diperjelas

dahulu tentang pengertian ekonomi dan umat. Definisi yang paling

populer tentang ekonomi, yaitu bahwa ekonomi adalah segala aktivitas

29 Nur Mahmudi Isma’il, ‚Strategi Pemberdayaan Umat dan Pencetakan SDM Unggul‛, dalam

Hotmatua Daulay dan Mulyanto (sd.), Membangun SDM dan Kapabilitas Teknologi Umat, (Bandung: ISTECS, 2001), 28.

(45)

37

yang berkaitan dengan produksi dan distribusi diantara orang-orang.31

Disini, titik tekan definisi adalah pada kegiatan produksi dan distribusi

baik dalam bentuk barang ataupun jasa.

Definisi lain mencakup aspek yang lebih luas, misalnya yang terdapat

pada Oxford Dictionary of Current English sebagaimana dikutip

Muhammad dan Alimin dalam Etika dan Perlindungan Konsumen dalam

Ekonomi Islam, dikatakan bahwa ilmu ekonomi merupakan kajian tentang

produksi, distribusi dan konsumen kekayaan didalam masyarakat

manusia.32 Pada definisi ini , selain ada aspek konsumsi, juga tercakup

obyek kegiatan ekonomi, yaitu kekayaan, yang tidak lain adalah kekayaan

material.

Selanjutnya, ketika membahas perekonomian umat, maka ada

beberapa kemungkinan yang perlu diperhatikan. Pertama, ekonomi umat

itu hampir identik dengan ekonomi pribumi Indonesia. Sementara itu

umat Islam sendiri merupakan 87% dari total penduduk. Konsekuensi dari

pengertian ini adalah bahwa jika dilakukan pembangunan nasional yang

merata secara vertikal maupun horisontal, maka hal ini berarti juga

pembangunan ke perekonomian umat Islam.

Kedua, yang dimaksud perekonomian umat itu adalah sektor-sektor

yang dikuasai oleh muslim-santri. Batasan ini mempunyai masalah

tersendiri, karena sulit membedakan mana yang Islam dan mana pula yang

31 M. Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, (Yogyakarta: Pusaka Pelajar,

1999), 5.

32 Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam,

(46)

38

abangan. Sebagai contoh, apakah seorang pengusaha besar tertentu yang

dikenal kesalehannya, dapat digolongkan kedalam pengusahan santri?

Jika menengok bahwa ia menjalankan shalat, maka ia dapat dikategorikan

sebagai santri, tetapi ia tidak masuk ke dalam anggota maupun

pendukung gerakan Islam, maka ia bukan santri atau Islam fungsional.33

Arti ekonomi umat yang lain adalah badan-badan yang dibentuk dan

dikelola oleh gerakan Islam. Indikator ini mengacu kepada

perusahaan-perusahaan yang dikembangkan oleh gerakan Nasrani yang telah berhasil

membangun diri sebagai konglomerasi dan bergerak dibidang-bidang

seperti perbankan, perkebunan, perdagangan ekspor-impor, perhotelan,

penerbitan, percetakan dan industri lainnya.34

Jadi dapat dikerucutkan bahwa memberdayakan ekonomi umat disini,

berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan

masyarakat Islam dari kondisi tidak mampu, serta melepaskan diri dari

perangkap kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi. Dengan kata lain,

sebagai upaya membangun kemandirian umat dibidang ekonomi.

2. Konsep Pemberdayaan Ekonomi Umat

Konsep pemberayaan lahir sebagai antitesis terhadap model

pembangunan dan model industrialisasi yang kurang memihak pada

(47)

39

rakyat mayoritas, konsep ini dibangun dari kerangka logik sebagai

berikut35:

1) Bahwa proses pemusatan kekuasaan terbangun dari pemusatan

penguasaan faktor produksi

2) Pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat

pekerja dan masyarakat yang pengusaha pinggiran

3) Kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem pengetahuan,

sistem politik, sistem hukum, dan ideologi yang manipulatif untuk

memperkuat dan legitimasi

4) Kooptasi sistem pengetahuan, sistem hukum, sistem politik dan

ideologi, secara sistematik akan menciptakan dua kelompok

masyarakat, yaitu masyarakat berdaya dan masyarakat tunadaya.

Akhirnya yang terjadi adalah dikotomi, yaitu masyarakat yang

berkuasa dan manusia yang dikuasai. Untuk membebaskan situasi

menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan pembebasan melalui

proses pemberdayaan bagi yang dikuasai (empowerment of the

powerless).

3. Strategi Pemberdayaan Ekonomi Umat

Memberdayakan ekonomi umat berarti mengembangkan sistem

ekonomi dari umat oleh umat sendiri dan untuk kepentingan umat. Berarti

pula meningkatkan kemampuan rakyat secara menyeluruh dengan cara

mengembangkan dan mendinamiskan potensinya.

35 Mardi Yatmo Hutomo, Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi, (Yogyakarta:

(48)

40

Upaya pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi

ekonomi umat akan meningkatkan produktivitas umat. Dengan demikian,

umat atau rakyat dengan lingkungannya mampu secara partisipatif

menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah yang meningkatkan

kemakmuran dan kesejahteraan mereka. Rakyat miskin atau yang belum

termanfaatkan secara penuh potensinya akan meningkat bukan hanya

ekonominya, tetapi juga harkat, martabat, rasa percaya diri, dan harga

dirinya.

Pemberdayaan ekonomi umat dapat dilihat dari tiga sisi36:

1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang. Titik tolak pemikirannya adalah

pengenalan bahwa setiap manusia dan setiap masyarakat,

memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Tidak ada

masyarakat yang sama sekali tanpa daya.

2) Memperkuat potensi ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat itu.

Untuk memperkuat potensi ekonomi umat ini, upaya yang sangat

pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan,

serta terbukanya kesempatan untuk memanfaatkan

peluang-peluang ekonomi.

3) Mengembangkan ekonomi umat juga mengandung arti

melindungi rakyat dan mencegah terjadinya persaingan yang

tidak seimbang serta mencegah eksploitasi golongan ekonomi

36 Mubyarto, Ekonomi Rakyat IDT dan Demokrasi Ekonomi Indonesia, (Yogyakarta: Adtya

(49)

41

yang kuat atas yang lemah. Upaya melindungi rakyat tersebut

tetap dalam rangka proses pemberdayaan dan pengembangan

prakarsanya.

Melalui langkah-langkah yang nyata harus diupayakan agar

pertumbuhan ekonomi umat berlangsung secara cepat. Strategi berpusat

pada upaya mendorong percepatan perubahan struktural yang selanjutnya

dapat memperkuat kedudukan dan peran ekonomi umat dalam

perekonomian nasional.

Memberdayakan ekonomi umat secara proporsional sama dengan

memberdayakan ekonomi rakyat. Karenanya, tidak heran jika aspek

pemberdayaan ekonomi rakyat menjadi tema sentral bagi

pembangunanekonomi. Pertumbuhan ekonomi harus pula ditujukan pada

perbaikan keadilan. Aspek keadilan ini harus diterjemahkan dalam konsep

ekonomi dan secara politis dapat diterima.37

Jika dikaji lebih dalam, pemberdayaan ekonomi umat sendiri

sebenarnya mengandung tiga misi, Pertama, misi pembangunan ekonomi

dan bisnis yang berpedoman pada ukuran-ukuran ekonomi dan bisnis yang

lazim dan bersifat universal. Misalnya besaran-besaran produksi, lapangan

kerja, laba, tabungan, investasi, ekspor-impor dan kelangsungan usaha.

Kedua, pelaksanaan etika dan ketentuan hukum syari’ah yang harus

menjadi ciri kegiatan ekonomi umat Islam. Ketiga, membangun kekuatan

37 Anggito Abimanyu, ‚Pemulihan Ekonomi Indonesia dan Pemulihan Ekonomi Umat‛, dalam

(50)

42

ekonomi umat Islam sehingga menjadi sumber dana pendukung dakwah

Islam yang dapat ditarik melalui zakat, infak, sadaqah, waqaf serta

menjadi bagian dari pilar perekonomian.38

Untuk sampai pada misi pertama, yang diperlukan umat Islam adalah

bagaimana ia sebagai pelaku bisnis. Kemudian komoditi apa yang harus

dihasilkan, baik berupa jasa maupun komoditi barang yang tentu saja

yang memenuhi kriteria khalalan wa thayyiban, yakni barang jasa yang

halal menurut syari’at Islam yang memenuhi kualitas tertentu secara

minimal maupun maksimal. Kemudian bagaimana komoditi itu

diproduksi, diperdagangkan dan dikonsumsikan. Dalam hal ini ada dua

faktor: (1) bagaimana kerangka prioritas barang dan jasa yang harus

diproduksi. (2) siapa yang harus menerima manfaat.

Misi kedua, aspek etika dan syari’ah merupakan ciri khas persoalan

ekonomi dan bisnis dalam pandangan Islam. Kaum muslim harus berbisnis

berdasarkan etika bisnis. Misalnya tidak boleh menimbun (boarding)

ketika masyarakat kelangkaan barang untuk mencari keuntungan,

menyuap pejabat untuk mendapatkan order atau menipu konsumen

dengan kualitas produk yan tidak sesuai dengan yang dicontohkan. Jika

dewasa ini tampak belum ada etika bisnis, maka sudah menjadi kewajiban

bagi para pelakunya untuk merumuskan sebuah etika bisnis modern.

Misi ketiga, menjadikan umat Islam sebagai kekuatan ekonomi dalam

arti positif. Dewasa ini kekuatan umat Islam baru dalam arti politis,

(51)

43

sedangkan kekuatan ekonomi masih berada ditangan non-muslim. Kaum

muslim masih lebih berkedudukan sebagai konsumen dari pada produsen.

Sudah tentu sebagai konsumen adalah sebuah kekuatan tersendiri, tetapi

kekuatan itu lebih banyak dimanfaatkan oleh kalangan non-muslim.39

Menurut Abdul Munir Mulkhan, bahwa sebenarnya di bidang

ekonomi, pemikiran Islam sangat potensial ditempatkan sebagai

paradigma model harapan rasional (rational expectation) mengenai masa

depan yang lebih berorientasi kemanusiaan. Resiko sosial mengenai

ketidakadilan, ketimpangan dan kemiskinan menjadi dasar tumbuhnya

kesadaran kemanusiaan para pelaku ekonomi dan politik. Public choice

menjadi dasar pengembangan etika bisnis sebagai komitmen pelaku

ekonomi dalam pemberdayaan ekonomi rakyat yang lebih memperhatikan

berbagai persoalan mikro ekonomi-politik.40

Jadi, dapat ditegaskan bahwa pemberdayaan ekonomi umat berarti

pengembangan sistem ekonomi dari umat oleh umat sendiri dan untuk

kepentingan umat, atau meningkatkan kemampuan rakyat secara

menyeluruh dengan cara mengembangkan dan mendinamiskan

potensinya.

39 Ibid, 389.

40Abdul Munir Mulkhan, ‚Moral Kenabian: Paradigma Intelektual Pembangunan‛, dalam Amin

(52)

44

C. Sistem Ekonomi Islam Sebagi Upaya Pemberdayaan Ekonomi Umat

a. Penjelasan tentang Sistem Ekonomi Islam

Untuk memberi gambaran yang jelas mengenai sistem ekonomi Islam

sebagai alternatif dalam pemberdayaan ekonomi umat, perlu dijelaskan

pengertian ekonomi Islam terlebih dahulu. Sebagian ahli memberi definisi

bahwa ekonomi Islam adalah madzhab ekonomi yang didalamnya terjelma

cara Islam mengatur kehidupan perekonmian dengan apa yang dimiliki

dan ditujukan oleh madzhab ini, yaitu tentang ketelitian cara berpikir

yang terdiri atas nilai-nilai moral Islam dan nilai-nilai ilmu ekonomi atau

nilai-nilai sejarah yang berhubungan dengan masalah-masalah siasat

perekonomian maupun yang berhubungan dengan uraian sejarah

masyarakat manusia.41

Sebagian lainnya berpendapat bahwa ekonomi Islam merupakan

sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari Al-Qur’an

dan al-Sunnah dan merupakan bangunan perekonomian yang didirikan

atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai dengan lingkungan dan masanya.

Atau sebagai ilmu yang mengarahkan kegiatan ekonomi dan mengaturnya

sesuai dengan dasar-dasar dan siasat ekonomi Islam.42

Masalah ekonomi memang selalu menarik perhatian berbagai lapisan

masyarakat dan individu. Berbagai penelitian telah dibuat untuk

menyelesaikan masalah ekonomi tersebut. Meskipun demikian, usaha

41 Ahmad Muhammad al-‘Assal, al-Nidham al-iqtishad fi al-Islam: Mabadiuhu Wahdafuhu, terj.

Imam Syaifudin, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), 17.

42 Syarifuddin Parwiranegara, Ekonomi dan Keuangan; Makna Ekonomi Islam, (Jakarta: Haji

(53)

45

untuk mencari penyelesaian yang tepat dan akurat dalam mengatasi

masalah ini secara keseluruhan banyak menemui kegagalan dan sangat

sedikit keberhasilan yang diperoleh.

b. Sistem Ekonomi Islam

Antara sistem kapitalis dan sistem sosialis, sistem ekonomi Islam

menempati posisi moderat. Oleh karena itu, orang-orang Islam oleh kaum

komunis dinamakan borjuis. Jika ditelusuri, sebenarnya sistem ekonomi

Islam lebih dekat kepada sistem sosialis.43

Dikatakan moderat, karena sistem ekonomi Islam memiliki prinsip

dasar sebagai berikut: pertama, kebebasan individu. Individu mempunyai

hak kebebasan sepenuhnya suatu kepuasan yang dianggap perlu dalam

sebuah negara Islam. Karena tanpa kebebasan tersebut individu muslim

tidak dapat melaksanakan kewajiban mendasar dan penting dalam

menikmati kesejahteraan dan menghindari terjadinya kekacauan dalam

masyarakat.

Kedua, hak terhadap harta. Islam mengakui hak individu untuk

memiliki harta. Meskipun demikian, ia membe

Gambar

Tabel 3.1 Bagian dari Direktorat Masjid Al-Akbar Surabaya
Gambar 3.2  Struktur Organisasi LAZ Masjid Al-Akbar Surabaya
Gambar 3.3  Struktur Organisasi Pengurus Zakat Fitrah LAZ MAS
Gambar 3.3  Struktur Organisasi Zakat Maal LAZ MAS
+5

Referensi

Dokumen terkait

Selaras dengan peningkatan kebutuhan pendanaan pembangunan daerah, pemerintah daerah merencanakan peningkatan pendapatan baik yang bisa diupayakan oleh daerah sendiri (PAD), yang

(Putri, 2018) Penyakit Hipertensi atau yang sering kita sebut sebagai penyakit darah tinggi adalah suatu kondisi medis yang menyebab peningkatan tekanan darah diatas

Jika nilai b1 yang merupakan koefisien regresi dari Citra Merek (X 1 ) sebesar 0, 484 yang artinya mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependen (Y)

Pada reaksi substitusi, atom atau gugus atom yang Pada reaksi substitusi, atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu molekul digantikan oleh.. terdapat dalam suatu

Kurikulum Tingkat Satuan PAUD Taman Kanak-Kanak Kurikulum Tingkat Satuan PAUD Taman Kanak-Kanak Kenanga disusun oleh Tim Pengembang Lembaga yang terdiri Kenanga disusun

Sekilas pasti penonton ketika melihat pertama kali maka mereka akan menilai bahwa tokoh ini sangat senang hatinya, kehidupannya tidak suram dan kacau, namun

り情緒的関係を営むという発想を退け、集団としての「家」の情緒の維持に回収する言

Adalah hasil karya saya dan dalam naskah tugas akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik disuatu Perguruan Tinggi, dan