BAB VII
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Rumusan kebijakan umum dan program pembangunan daerah pada bab
ini menjadi bagian penting untuk mencapai sasaran pembangunan daerah 2011 –
2015 dengan mengacu pada strategi dan arah kebijakan yang telah ditetapkan.
Kebijakan umum yang dipaparkan pada bagian ini menjembatani keterhubungan
antara strategi pencapaian indikator sasaran dan program pembangunan daerah
dengan memperhatikan perspektif layanan, proses internal, kelembagaan dan
perspektif keuangan. Berangkat dari rumusan kebijakan umum, kemudian
ditetapkan program pembangunan daerah yang menjadi prioritas utama
Pemerintah Daerah Kabupaten TTU untuk 5 (lima) tahun ke depan.
7.1. Kebijakan Umum
Kebijakan umum yang digambarkan pada sub bagian ini mengacu pada
setiap item strategi untuk menghubungkan sasaran dengan program
pembangunan daerah. Ada 16 strategi pembangunan, dan setiap point strategi
atau gabungan beberapa strategi yang terkait erat dapat dijabarkan dalam 1 (satu)
atau lebih kebijakan umum.
Strategi I Penguatan Sistem Pertanian Terpadu dan Pengembangan Agribisnis. Strategi ini meliputi beberapa kebijakan umum yakni :
a. Memperluas areal tanam kacang tanah, jagung dan bawang putih siung
tunggal dengan menerapkan teknologi pertanian yang memadai.
b. Meningkatkan distribusi sapi bibit.
c. Optimalisasi pemanfaatan teknologi penangkapan ikan dan perluasan lahan
d. Mengoptimalkan pendampingan kepada kelompok tani melalui penguatan
kelembagaan penyuluh.
e. Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian.
f. Peningkatan kerjasama pemasaran untuk memperlancar pendistribusian dan
pemasaran hasil-hasil pertanian.
Strategi II Penataan kapasitas pengelolaan koperasi dan UMKM, dengan
kebijakan umum :
a. Peningkatan kapasitas modal dan SDM Pengelola dan koperasi.
b. Peningkatan pembinaan UKM.
Strategi III Pengelolaan Penambangan Rakyat yang Ramah Lingkungan. Kebijakan umum untuk strategi ini adalah:
a. Memperkuat regulasi penambangan dan pengelolaan hasil hutan.
b. Meningkatkan pengawasan pengelolaan hasil hutan dan tambang.
c. Meningkatkan reklamasi pada lokasi tambang, konservasi dan rehabilitasi
hutan dan lahan ktritis.
d. Meningkatkan pengawasan dan pencegahan terhadap pencemaran air, udara
dan tanah.
Strategi IV Pengembangan Kawasan Pariwisata dan Penguatan Sistem
Informasi/Promosi, kebijakan umum yang akan dilakukan untuk strategi ini adalah:
a. Meningkatkan penataan obyek-obyek wisata yang ada (wisata alam, budaya
dan religius).
b. Meningkatkan promosi obyek wisata.
c. Mendorong pengusaha wisata untuk mendukung pengembangan pariwisata
d. Mendorong pelaksanaan event-event berskala regional, nasional dan
internasional di Kabupaten TTU.
Strategi V Menciptakan iklim investasi yang kondusif, dengan kebijakan umum sebagai berikut:
a. Menekan tingkat gangguan kamtibmas
b. Mempermudah layanan perijinan investasi
c. Meningkatkan infrastruktur yag mendukung minat investasi.
d. Meningkatkan promosi potensi daerah.
Strategi VI Peningkatan pelayanan pendidikan, dengan kebijakan umum mencakup:
a. Meningkatkan kualitas, kuantitas serta pemerataan tenaga pendidik dan
kependidikan
b. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan pemerataan sarana prasarana
pendidikan
c. Mendorong partisipasi masyarakat untuk mewujudkan wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun.
d. Mengembangkan perpustakaan daerah sebagai instrument yang dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Strategi VII Peningkatan pelayanan kesehatan, dengan kebijakan umum
mencakup:
a. Meningkatkan kualitas, kuantitas serta pemerataan distribusi tenaga
kesehatan.
b. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan pemerataan sarana prasarana
kesehatan
c. Meningkatkan kualitas layanan aparatur di bidang kesehatan (cepat, tepat,
murah dan sikap pelayanan yang kondusif).
e. Mengoptimalkan pelayanan KB.
Strategi VIII Peningkatan peran dan keterlibatan pemuda dalam kegiatan kepemudaan (olahraga, kesenian, Pramuka, dsb), kebijakan umum untuk strategi ini mencakup:
a. Meningkatkan frekuensi event-event olah raga.
b. Meningkatkan jumlah sarana prasarana olah raga.
c. Meningkatkan pembinaan kepemudaan.
Strategi IX Optimalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah, kebijakan umum untuk strategi ini mencakup:
a. Membuka jalan baru yang menghubungkan antar pusat kegiatan.
b. Memperbaiki kondisi jalan dan jembatan.
c. Membangun dan meningkatkan jaringan irigasi pada daerah-daerah
persawahan.
d. Mengembangkan perumahan layak huni dan sanitasi yang memadai.
e. Membangun kerjasama pengembangan listrik, telekomunikasi dan jaringan
air bersih.
Strategi X Reformasi Birokrasi, kebijakan umum reformasi birokrasi diarahkan untuk :
a. Meningkatkan kualitas layanan perijinan dan non perijinan, layanan sosial,
ketenagakerjaan, ketransmigrasian, informasi dan komunikasi.
b. Merespon isu gender dalam pelbagai bidang serta menggalakkan upaya
perlindungan HAM.
c. Meningkatkan kualitas perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan
serta kualitas pengelolaan keuangan dan pendapatan daerah.
d. Pengembangan e-government sebagai instrument yang dapat membantu
e. Memberikan kesempatan kepada aparatur birokrasi pemerintahan daerah
untuk melanjutkan pendidikan formal (Diploma, S1, S2 dan S3) baik berupa
tugas belajar maupun ijin belajar.
f. Memberikan kesempatan kepada pejabat structural untuk mengikuti
pendidikan penjenjangan dan pejabat fungsional untuk mengikuti diklat
teknis fungsional.
g. Pengembangan system karier birokrasi menurut merit system.
h. Pemberian motivasi berupa penghargaan kepada yang berprestasi,
peningkatan kesejahteraan PNS dan penjatuhan hukuman kepada yang
melanggar aturan.
i. Penataan kelembagaan birokrasi.
j. Memberikan pendampingan, bimbingan dan pelatihan kepada aparatur
pemerintahan desa, meningkatkan bantuan keuangan kepada pemerintah
desa.
Staretgi XI Pengendalian dan Penegakan Produk Hukum daerah
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mentaati produk hukum daerah
melalui penyuluhan dan sosialisasi produk hukum daerah.
b. Meningkatkan patroli keamanan dan pengamanan tempat-tempat umum.
Strategi XII Pemenuhan fasilitas layanan Kota Kefamenanu
a. Meningkatkan kualitas jalan dan jembatan dalam kota.
b. Meningkatkan sarana utilitas dalam kota kefamenanu.
c. Membangun taman kota sebagai ruang publik bagi masyarakat kota dan
pengunjung kota Kefamenanu.
Strategi XIII Pengembangan Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu
b. Mengupayakan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Wini yang
mencakup seluruh kawasan pesisir Pantura.
c. Mengoptimalkan aktivitas hiburan di Pantura.
d. Mendukung kegiatan pembangunan KTM Ponu.
Strategi XIV Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan perbatasan
a. Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat dan provinsi NTT
mengenai pembangunan perbatasan.
b. Meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, sarana
prasarana ekonomi, pendidikan dan kesehatan di wilayah perbatasan.
c. Mendorong pengembangan Universitas Timor sebagai Perguruan Tinggi
perbatasan yang dapat membantu meningkatkan kualitas SDM.
7.2. Program Pembangunan Daerah
Mengacu pada rumusan kebijakan umum tersebut di atas, maka perlu
ditetapkan program pembangunan daerah yang dipandang paling efektif untuk
mewujudkan sasaran pembangunan. Program pembanggunan daerah yang
dipaparkan pada sub bagian ini adalah program unggulan yang mencakup
program-program prioritas yang tersebar pada setiap SKPD. Gambaran mengenai
program prioritas daerah akan dijelaskan secara detail pada Bab 8.
Program pembangunan daerah Kabupaten TTU periode 2011 – 2015
ditetapkan berdasarkan potensi daerah dan problema pembangunan yang telah
dianalisis dengan suatu metode ilmiah. Kendati demikian, program pembangunan
daerah tersebut tetap memperhatikan ide pokok Bupati dan Wakil Bupati TTU
untuk membangun Kabupaten TTU 5 (lima) tahun ke depan. Secara umum,
program pembangunan ini dikategorikan kedalam 3 (tiga) kelompok yakni
kelompok program ini meliputi beberapa program unggulan dengan uraian
sebagai berikut :
A. Program Strategis, terdiri dari :
1. Program Pengembangan Pertanian
2. Program Pengembangan Pendidikan
3. Program Pengembangan Kesehatan
4. Program Pemberdayaan Koperasi dan UKM
5. Program Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup.
B. Program Khusus, terdiri dari :
1. Pengembangan Kota Kefamenanu sebagai Ume Naek – Ume Mese
2. Pengembangan Kawasan Pesisir Pantai Utara
3. Pengembangan Kawasan Perbatasan
C. Program Penunjang, mencakup dua belas program yakni :
1. Program Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia
2. Program Peningkatan Pembangunan dan Pemerataan Infrastruktur
Daerah
3. Program Penguatan Otonomi Desa
4. Program Pengembangan Kepariwisataan dan Kebudayaan
5. Program Pengembangan Olah Raga dan Kepemudaan
6. Program Penguatan Perencanaan dan Penganggaran Daerah
7. Program Peningkatan Kapasitas Birokrasi Pemerintahan Daerah
8. Program Pemantapan Kualitas Layanan Administrasi Pemerintahan
Daerah dan Penguatan Pemerintahan Kecamatan dan Kelurahan
9. Program Peningkatan Ketenteraman dan Ketertiban Umum
10.Program Peningkatan Investasi Daerah
12.Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial, Ketenagakerjaan, Transmigrasi
dan Kependudukan.
Program-program ini dirancang sebagai instrument untuk menjawab
permasalahan-permasalahan daerah seperti kemiskinan, kebodohan, rendahnya
derajat kesehatan masyarakat dan lain sebagainya. Pengentasan kemiskinan
misalnya, membutuhkan intervensi kebijakan yang tepat untuk memberdayakan
ekonomi masyarakat berdasarkan potensi daerah yang dimiliki. Untuk itu
dibutuhkan program pembangunan yang langsung menjawab
permasalahan-permasalahan pokok yang diramu melalui suatu kajian dan analisa yang tajam dan
komprehensif. Berikut dijelaskan arah dan fokus program-program pembangunan
terutama panca program strategis dan program khusus.
1. Program pengembangan pertanian.
Program ini mendapat prioritas utama dalam agenda pembangunan
daerah Kabupaten TTU untuk menjawab persoalan utama yang dihadapi
yakni kemiskinan. Tingkat kemiskinan di daerah ini cukup tinggi sebagaimana
telah dijelaskan pada Bab 4. Hasil kajian menunjukkan bahwa kemiskinan di
daerah ini setidaknya disebabkan oleh 3 (tiga) faktor yakni persoalan
lemahnya kapasitas governability dalam melakukan terobosan untuk
meningkatkan penghasilan masyarakat (struktural), keterbatasan sumber
daya alam dan minimnya pengelolaan SDA (fungsional), pemborosan material
dan waktu yang cukup tinggi serta pola bertani secara tradisional (kultural).
Untuk menekan angka kemiskinan, perlu mengoptimalkan bidang
pertanian sebagai jalan utama dengan memperhatikan ketiga faktor tersebut
di atas, yakni memberdayakan petani untuk mengoptimalkan pengelolaan
potensi sumber daya yang ada melalui kebijakan yang populis lalu diikuti
dengan pola pendampingan yang tepat. Potensi unggulan daerah (core
competence) Kabupaten TTU adalah pertanian (dalam arti luas) yang
diindikasikan oleh tingginya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB,
mata pencaharian penduduk yang mayoritas bekerja di bidang pertanian,
serta pola pemanfaatan lahan yang sebagian besarnya diperuntukkan bagi
pertanian. Potensi yang besar ini dapat dioptimalkan untuk meminimalisir
Dengan argument ini, pertanian ditempatkan sebagai lokomotif
pembangunan daerah yang mampu menarik gerbong bidang pembangunan
lainnya. Asumsinya bahwa pertanian yang maju akan memperbaiki ekonomi
rakyat, memajukan pendidikan dan kesehatan masyarakat, berkontribusi
secara signifikan terhadap pelestarian lingkungan hidup serta dapat mendorong penguatan koperasi dan UKM. Dengan spirit Gerakan Cinta
Petani , diupayakan pengembangan pertanian melalui beberapa program
prioritas diantaranya program padat karya pangan yaitu penguatan
ketahanan pangan dengan pembagian beras miskin (raskin) secara gratis
kepada masyarakat penerima yang telah melaksanakan kewajibannya sesuai
jenis usaha masing-masing terutama di bidang pertanian. Program ini
dilakukan melalui suatu pola pendampingan yang melibatkan unsur LSM dan
pihak gereja sehingga pembagian raskin gratis tidak diterjemahkan sebagai
upaya me-ninabobo-kan masyarakat melainkan diberdayakan agar lebih
optimal mengelola lahan usahanya.
Melalui program ini, Pemerintah Daerah berupaya mengembangkan
kacang tanah dan bawang putih siung tunggal sebagai komoditas unggulan
yang diharapkan akan menjadi icon Kabupaten TTU. Di samping itu,
dikembangkan pula ternak sapi sebagai sektor andalan masyarakat TTU serta
pengembangan jagung guna mendukung kebijakan pemerintah Provinsi NTT
untuk menjadikan NTT sebagai provinsi jagung. Program ini tidak berhenti
pada pengembangan komoditas unggulan daerah (kacang tanah dll) tetapi
juga diarahkan untuk sampai pada tahap pengolahan dan pemasaran
hasil-hasil pertanian. Pemerintah akan mendorong industri pengolahan hasil-hasil
pertanian dan membangun jaringan pemasaran hasil pertanian sebagai
rangsangan bagi usaha pertanian. Meski program ini difokuskan pada
beberapa komoditas unggulan tertentu namun tidak berarti mengabaikan
pengembangan komoditas lain seperti padi, jenis palawija lainnya, tanaman
perkebunan dan lain sebagainya. Semuanya tetap dikembangkan, akan tetapi
program ini dimaksudkan agar Pemerintah Daerah dan stakeholders lebih
fokus untuk meningkatkan daya saing daerah yang dapat memberikan nilai
tambah.
Program ini secara operasional dijalankan oleh beberapa SKPD yang
yaitu Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan, Dinas Peternakan,
Dinas Perikanan dan Kelautan dan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksanaan
Penyuluhan.
2. Program pengembangan pendidikan
Program ini mendapat tempat sebagai prioritas tertinggi kedua untuk
mengatasi salah satu permasalahan utama yakni kebodohan. Kualitas
pendidikan masyarakat yang masih rendah yang diindikasikan oleh rata-rata
pendidikan masyarakat yang masih rendah, angka buta huruf yang masih
tinggi dan tingkat partisipasi sekolah (terutama untuk jenjang menengah)
yang tergolong rendah.
Intervensi kebijakan yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
kualitas layanan pendidikan kepada masyarakat. Selama ini, permasalahan
seperti sulitnya akses pendidikan bagi sebagian masyarakat baik secara
ekonomis maupun karena persoalan jarak tempuh yang cukup jauh, belum
mampu diatasi. Dengan basis argument ini, pengembangan pendidikan
menjadi suatu keharusan bagi pemerintah daerah untuk menekan tingkat
kebodohan dengan memperbaiki kualitas layanan seperti peningkatan dan
pemerataan sarana prasarana pendidikan (kuantitas dan kualitas),
peningkatan dan pemerataan tenaga kependidikan (kuantitas dan kualitas)
dan lain sebagainya. SKPD yang menangani program ini adalah Dinas
Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga serta Kantor Perpustakaan Daerah.
3. Program pengembangan kesehatan.
Persoalan lain yang menonjol di Kabupaten TTU adalah rendahnya
derajat kesehatan masyarakat yang tercermin dari beberapa indikator seperti
AKI, AKB, status gizi dan usia harapan hidup. Karena itu dibutuhkan perhatian
pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan.
Mirip dengan uraian tentang pendidikan, permasalahan kesehatan juga
disebabkan oleh beberapa faktor yakni minimnya governability dalam
pelayanan kesehatan karena keterbatasan anggaran daerah serta pola hidup
peningkatan derajat kesehatan masyarakat ini antara lain dilakukan dengan
meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana kesehatan,
peningakatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan serta memberikan
layanan kesehatan yang berkualitas (mudah dijangkau oleh semua lapisan
masyarakat, cepat, tepat dan ditunjang sikap pelayanan yang kondusif).
Dengan terobosan yang demikian, akan terjawab persoalan ungovernability
tersebut atau setidaknya dapat meminimalisir image publik tentang
kurangnya responsivitas pemerintah daerah dalam memberikan layanan
dasar kepada masyarakat.
Sementara terkait dengan persoalan kultural dimana masih terdapat
masyarakat hidupnya yang kurang sesuai dengan standard PHBS seperti
buang air di sembarang tempat, kebiasaan mengkonsumsi alkohol secara
berlebihan, tradisi sifon dalam sunat tradisional dan lain sebagainya.
Terhadap problema ini, pemerintah daerah berupaya untuk memberikan
pelayanan yang optimal berupa pencerahan kepada masyarakat tentang
pentingnya PHBS, perbaikan sanitasi dan lain sebagainya. Sehubungan
dengan itu penguatan kelembagaan yang menjalankan urusan kesehatan dan
KB yakni Dinas Kesehatan, RSUD dan BP2KB menjadi penting untuk
dilakukan.
4. Program Pemberdayaan Koperasi dan UKM
Untuk memberdayakan ekonomi rakyat (terutama yang berada di
pedesaan dengan skala kecil dan menengah) dibutuhkan lembaga keuangan
mikro yang sehat dan berkualitas baik kapasitas SDM pengelola, manajemen
maupun sumber daya modalitas. Melalui lembaga keuangan yang sehat,
sirkulasi uang dalam desa akan menjadi meningkat dan hal ini tentu
berdampak positif bagi perekonomian rakyat kecil.
Pada periode lalu, kondisi sebagian koperasi di Kabupaten TTU belum
stabil, dalam arti masih banyak yang berada dalam keadaan tidak sehat, tidak aktif lagi, dan hanya menjadi koperasi papan nama dimana lembaga dan fisik kantornya ada tetapi personil, manajemen dan bahkan modalnya sudah
mati suri . Demikian pula halnya dengan UKM binaan yang belum berfungsi
Koperasi dan UKM yang ada selama ini, secara umum tidak berorientasi
pada pengembangan usaha berbasis potensi daerah (terutama pertanian)
melainkan bergerak di bidang perdagangan barang-barang dari luar daerah.
Bentuk fisiknya berupa kios sembako dan lain sejenisnya. Fokus koperasi dan
UKM yang demikian justeru menyedot uang rakyat desa untuk selanjutnya
dibelanjakan di tempat lain dan tidak menyerap tenaga kerja lokal secara
signifikan karena pada umumnya dikelola sendiri oleh pemiliknya.
Berangkat dari argumen sederhana ini, Pemerintah Daerah Kabupaten
TTU berupaya meningkatkan kualitas koperasi dan UKM guna membantu
mendongkrak perkonomian rakyat. Lembaga keuangan tersebut
diberdayakan melalui penguatan kapasitas modal usaha dan kualitas
manajemennya (termasuk di dalamnya SDM pengelola). Kebijakan ini
bertujuan untuk mengarahkan serta mendorong koperasi dan UKM agar lebih
berorientasi pada pemberdayaan ekonomi rakyat kecil yakni dengan
menampung, mendistribusikan dan memasarkan hasil pertanian, industri
rumah tangga dan lain sejenisnya yang dihasilkan di desa-desa/kelurahan
dalam wilayah Kabupaten TTU.
Melalui UKM dan koperasi yang demikian, penghasilan rakyat akan
meningkat karena persoalan pemasaran yang dihadapi selama ini secara
perlahan dapat diatasi. Bila pangsa pasarnya sudah jelas, maka usaha
pertanian akan gencar dilakukan masyarakat karena motivasinya meningkat
dan hal ini akan memudahkan Pemerintah Daerah dalam mengembangkan
perekonomian daerah. Koperasi dan UKM binaan pemerintah daerah juga
akan menyedot tenaga kerja lokal bila orientasi bisnisnya berbasis pada
potensi desa yang ada. Koperasi dan UKM yang berfungsi sebagai
pendistribusi hasil-hasil usaha masyarakat pedesaan, tidak berjalan sendiri
melainkan parallel dengan Perusahaan Daerah dan jaringan pasar lainnya.
Pemerintah Daerah juga akan memberdayakan dan mengarahkan Perusahaan
Daerah Cendana Bhakti untuk bergerak dalam orientasi bidang usaha yang
5. Program Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup
Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) (terutama potensi tambang dan
kehutanan) secara bersamaan dengan upaya pelestarian Lingkungan Hidup
(LH) seringkali memunculkan pandangan dan tafsiran yang ambigu. Di satu
sisi, pengelolaan SDA dapat meningkatkan taraf hidup rakyat, namun di sisi
lain merusak kelestarian lingkungan hidup. Karena itu, Pemerintah Daerah
Kabupaten TTU berupaya memadukan kedua hal tersebut melalui suatu
kebijakan yang berpihak pada pengelolaan SDA yang berwawasan lingkungan
hidup.
Di kabupaten TTU, potensi SDA yang cukup menonjol adalah sumber
daya hutan (cendana, asam, mahoni, madu) dan potensi tambang terutama
batu mangan. Dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas tambang mangan
meningkat secara drastis karena lahan usaha ini menjanjikan keuntungan
yang lebih besar dalam waktu yang relatif singkat. Keuntungan yang
diperoleh secara instan ini kemudian mendorong masyarakat beramai-ramai
menggeluti usaha tambang mangan. Cukup prospektif memang, tetapi
konsekuensinya tidak pro lingkungan. Realitanya tak dapat dinafikkan bahwa
tambang mangan dapat meningkatkan ekonomi rakyat namun fakta
kerusakan lingkungan pada beberapa lokasi tambang pun tak dapat
dipungkiri sebagai ekses dari aktivitas tersebut.
Berangkat dari pandangan yang demikian, Pemerintah Daerah Kabupaten
TTU menetapkan kebijakan yang mendukung masyarakat untuk mengelola
SDA secara optimal tanpa harus mengorbankan lingkungan hidup. Artinya
bahwa optimalisasi pengelolaan potensi hutan dan potensi tambang boleh
berjalan beriringan dengan rehabilitasi, konservasi, reklamasi atau apapun
namanya untuk memperbaiki kualitas lingkungan. Ini penting dilakukan agar
tidak menggangu keseimbangan ekosistem. Dengan demikian, keberlanjutan
usaha tetap mendukung keberlangsungan dan kelestarian lingkungan hidup.
Khusus untuk pertambangan, Pemerintah Daerah telah melakukan
asistensi dengan semua pemangku kepentingan dan mengahasilkan suatu
kesepakatan yang kemudian dituangkan dalam suatu produk hukum daerah
reklamasi lokasi tambang secara berkala dengan cakupan luas areal tambang
tertentu. Kebijakan ini mendukung keberlanjutan kedua kutub yaitu
pengelolaan SDA tetap berjalan secara normal dan kelestarian lingkungan
pun tetap dipelihara. Keduanya penting untuk hajat hidup orang banyak.
Tidak hanya di bidang pertambangan, tetapi juga berlaku untuk pengelolaan
hasil hutan yang tidak boleh merusak hutan. Rehabilitasi dan konservasi
hutan menjadi keharusan yang mengikuti aktivitas pemanfaatan hasil hutan
seperti asam, kayu dan lain sebagainya. Salah satu fokus program ini adalah
mengembangkan tanaman cendana yang pernah mengharumkan nama
Kabupaten TTU. Upaya ini sekaligus untuk mendukung kebijakan pemerintah
provinsi NTT yakni mengembangkan NTT sebagai provinsi cendana.
6. Program Pengembangan Kota Kefamenanu Sebagai Ume Naek – Ume Mese
Program khusus ini merupakan kelanjutan dari program pengembangan
Kota Kefamenanu sebagai Kota SARI (Sehat, Aman, Rindang dan Indah) yang
telah dilaksanakan pada periode sebelumnya. Pada periode ini, Pemerintah
Daerah berupaya memperluas obyek kajian pengembangan Kota
Kefamenanu, tidak hanya terbatas pada keempat aspek tersebut melainkan
dikembangkan pada aspek lainnya. Karena itu, Kota Kefamenanu akan
dirancang dengan pendekatan kultur masyarakat setempat yakni menjadikan
Kota Kefamenanu bak sebuah rumah besar - rumah yang mempersatukan
semua orang di dalamnya, sebuah rumah yang bersih, menarik dan nyaman
untuk dihuni. Ume Naek – Ume Mese, secara harafiah berasal dari bahasa
dawan (uab meto) yang berarti rumah besar, rumah tunggal. Dalam tradisi
atoni meto, setiap klan atau fam memiliki sebuah ume naek – ume mese yang
mempersatukan klan tersebut, menjadi tempat berkumpul yang nyaman dan
menarik bagi semua anggota klan.
Makna Ume Naek – Ume Mese, sebagai pusat pelayanan pemerintahan dan jasa harus membuat semua orang merasa memilikinya, nyaman dan betah
tinggal di dalamnya. Untuk mewujudkan Kefamenanu sebagai tempat
berkumpul semua orang, maka dibutuhkan penataan yang baik sesuai tata
jembatan, utilitas lingkungan serta pembangunan ruang publik / taman kota
sebagai tempat berekspresi dan rekreasi bagi penghuni dan pengunjung Kota
Kefamenanu. Di samping itu, Kota Kefamenanu dikembangkan sebagai Kota
Pelajar atau Kota Pendidikan yang mampu menarik minat pelajar dari
berbagai daerah untuk menuntut ilmu di Kota Kefamenanu. Melalui
pengembangan Kota Kefamenanu sebagai Kota Pendidikan, sirkulasi uang
dalam daerah akan meningkat sehingga dapat mendongkrak perekonomian
rakyat. Program ini bersifat lintas sektoral sehingga ditangani oleh banyak
SKPD, namun untuk memudahkan pelaksanaannya akan dibentuk sebuah
wadah yang menangani pelaksanaan program ini. Wadah tersebut dapat
berupa sebuah Sekretariat Bersama (Sekber) yang bertugas untuk
mengkoordinasikan, merencanakan, mengendalikan dan mengevaluasi
pelaksanaan program khusus pengembangan Kota Kefamenanu sebagai Ume
Naek – Ume Mese, program pengembangan kawasan pesisir pantai utara dan
program pengembangan kawasan perbatasan.
7. Program Pengembangan Kawasan Pesisir Pantai Utara
Program ini merupakan kelanjutan dari kebijakan pada periode
sebelumnya untuk mengembangkan Wini sebagai Kota Satelit. Wini, sedianya
dirancang sebagai salah satu pusat pertumbuhan baru yang mampu
memberikan sumbangan energy bagi Kota Kefamenanu dalam konteks
pengembangan ekonomi rakyat melalui optimalisasi aktivitas kelautan dan
perikanan termasuk pengembangan pelabuhan Wini, pembangunan pusat
perindustrian dan perdagangan serta sebagai pusat hiburan (wisata). Dengan
konsep ini, Wini diharapkan dapat menjadi satelit bagi Kota Kefamenanu.
Pada kepemimpinan Raymundus Sau Fernandes, S.Pt dan Aloysius Kobes,
S.Sos, program tersebut dilanjutkan namun mengalami sedikit perluasan
lokus, tidak hanya mencakup Wini melainkan dikembangkan ke wilayah lain
di sepanjang pesisir pantai utara. Secara umum fokusnya tidak jauh berbeda.
Upaya pengembangan aktivitas kelautan dan perikanan, peningkatan
kapasitas pelabuhan Wini guna mendongkrak aktivitas bongkar muat pada
pelabuhan tersebut serta pengembangan pariwisata tetap dilanjutkan.
ini antara lain pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Wini serta
menyelaraskan dan mensinergikan program Kota Terpadu Mandiri (KTM)
Ponu yang akan dilakukan dalam periode 2012 – 2015.
Kawasan ini memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar
namun belum dikelola secara optimal, misalnya potensi kelautan dan
perikanan. Secara geopolitik, Pantai Utara berbatasan langsung dengan
District Ambeno – RDTL, sebagai pintu utama arus keluar masuk barang,
sebagai obyek hiburan serta potensi-potensi alam lainnya yang dapat
dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian daerah. Program ini
bersifat lintas sektoral atau program kewilayahan sehingga penanganannya
melibatkan banyak SKPD yakni BAPPEDA, Dinas Perikanan dan Kelautan,
Dinas Perindagkop, Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Nakertrans dan Badan Lingkungan Hidup
Daerah. Akan tetapi untuk memudahkan pelaksanaanya, program ini
dikontrol oleh Sekber sebagaimana telah dijelaskan pada point 6 di atas.
8. Program Pengembangan Kawasan Perbatasan
Kewenangan daerah kabupaten untuk mengelola kawasan perbatasan
sangat terbatas karena sebagian besar kewenangan pengelolaannya masih
berada di tangan pusat. Kendati demikian, Kabupaten TTU tetap
memprioritaskan pengembangan kawasan perbatasan sebagai kawasan
strategis daerah. Kawasan perbatasan yang dimaksud adalah
kecamatan-kecamatan yang berbatasan langsung dengan District Oecusse RDTL.
Dalam konteks ini, Pemerintah Kabupaten TTU memandang perbatasan
sebagai halaman depan NKRI yang perlu ditata sedemikian rupa agar tampak
menarik yang diindikasikan oleh potret masyarakat perbatasan yang
sejahtera dan dilengkapi dengan infrastruktur yang memadai. Program ini
penting sebagai dukungan terhadap kebijakan nasional dan Provinsi NTT
untuk memajukan rakyat perbatasan yang masih tertinggal.
Ukuran keberhasilan pembangunan kawasan perbatasan ini ditandai
dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur di kawasan perbatasan,
meningkatnya perekonomian, pendidikan dan kesehatan masyarakat
beberapa SKPD karena biayanya melekat pada SKPD yang bersangkutan,
namun secara operasional terdapat wadah yang berfungsi untuk
merencanakan, mengendalaikan dan mengevaluasi pelaksanaannya.
9. Program Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia
Persoalan gender telah menjadi isu global yang menarik perhatian publik.
Kesenjangan gender, terutama di Indonesia telah lama didengungkan,
diwacanakan dan menjadi bahan diskusi publik. Khusus untuk Kabupaten
TTU, persoalan ini pun sudah menjadi perhatian banyak kalangan termasuk
pemerintah daerah. Kendati demikian, problema seputar kesenjangan gender
tersebut tidak kunjung selesai. Sebagian masyarakat TTU masih
me-nomordua-kan perempuan dalam banyak aspek. Hal ini masih terus
berlangsung karena menguatnya budaya patrimonial yang menempatkan
kaum hawa sebagai prioritas kedua setelah laki-laki.
Terhadap fenomena ini, Pemerintah Daerah berupaya menempatkan
perempuan sejajar dan setara dengan laki-laki dalam banyak hal. Untuk
mewujudkannya, perlu ditetapkan kebijakan pembangunan yang pro gender,
di mana perempuan diberi ruang yang sama dengan laki-laki untuk turut
ambil bagian dalam berbagai aspek. Tentu tidak mudah untuk mengubah
tradisi sebuah komunitas, tetapi kebijakan ini diharapkan mampu
memberikan perubahan mindset kepada semua pihak termasuk masyarakat
umum untuk memahami bahwa perempuan itu sama dan sejajar dengan
laki-laki.
Program ini dihadirkan sebagai jawaban atas problema tersebut. Selain
memberi ruang yang luas kepada perempuan untuk bersekolah, bekerja,
mendapat pelayanan pemerintahan, pemerintah daerah juga memberikan
pencerahan kepada publik guna mengikis kebiasaan me-nomor dua-kan
perempuan. Terbukti bahwa perempuan memiliki kemampuan yang tak kalah
hebat bahkan melampui kemampuan laki-laki dalam banyak bidang.
Pemerintah berupaya untuk memberdayakan perempuan, melindungi hak
sosial dan hak politik perempuan termasuk perlindungan dari tindak
pun menjadi prioritas, tidak hanya terbatas pada kekerasan terhadap
perempuan dan anak tetapi cakupannya lebih luas yakni kekerasan dalam
bentuk apapun, terhadap siapa pun. Untuk hal ini, perlu dilakukan aksi
terpadu yang menentang pelanggaran HAM.
10. Program Peningkatan Pembangunan dan Pemerataan Infrastruktur Daerah
Kebijakan ini dimaksudkan untuk menjawab persoalan keterbatasan
infrastruktur daerah yang masih tertinggal. Hingga saat ini masih banyak
kampung dan dusun yang masih terisolasi. Pembangunan jalan dan jembatan
diarahkan untuk membuka isolasi fisik tersebut sekaligus memperlancar arus
transportasi dari dan ke suatu wilayah. Dengan ketersediaan jalan dan
jembatan yang memadai, arus pergerakan orang dan barang akan menjadi
lancar, dan hal ini akan mendongkrak geliat ekonomi masyarakat. Masyarakat
akan menjadi mudah menjangkau wilayah tertentu yang menjadi sasaran
pemasaran hasil produksinya. Secara tidak langsung, pembangunan
infrastruktur memiliki dampak yang sangat besar terhadap perekonomian
masyarakat serta akses masyarakat untuk mendapatkan layanan
pemerintahan yang memadai. Fokus dari kebijakan ini adalah untuk
memperluas aksesibilitas masyarakat akan berbagai pelayanan serta
pemerataan pembangunan pada bagian-bagian wilayah yang masih
terpinggirkan.
Sementara pembangunan utilitas lingkungan ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Persoalan utilitas lingkungan
seperti perumahan layak huni, listrik, sarana prasarana telekomunikasi dan
informatika, jaringan air bersih menjadi kebutuhan masyarakat yang tak
terelakkan. Di samping itu, pembangunan infrastruktur daerah lainnya
seperti jaringan irigasi pun tentu berdampak pada pemberdayaan ekonomi
rakyat. Ketersediaan prasarana dan sarana transportasi dapat memudahkan
mobilisasi orang dan barang sehingga dapat memperlancar aktivitas
11. Program Penguatan Otonomi Desa
Implementasi otonomi desa telah berjalan kurang lebih 1 (satu) decade,
sejak terbitnya kebijakan pemberlakuan otonomi daerah secara luas.
Kebijakan untuk menempatkan desa sebagai level pemerintahan yang
otonom merupakan bagian integral dari pengembangan demokrasi (terutama
di ranah lokal) secara sehat. Artinya bahwa dengan memberlakukan otonomi
desa maka rakyat desa memiliki hak untuk mengatur dan mengurus sendiri
rumah tangga desanya, yang juga menjadi hakekat dari demokrasi yakni
adanya ruang kebebasan dan partisipasi bagi rakyat untuk berekspresi dalam
politik dan bidang lainnya.
Kendati telah berjalan cukup lama, pelaksanaan otonomi desa di
Kabupaten TTU belum menampakkan hasil yang signifikan. Kemajuan dari
otonomi desa tersebut sangat minim, bahkan memunculkan problema serius
yang harus ditangani secara serius pula. Persoalan pokok yang mewarnai
pelaksanaan otonomi asli ini adalah kurangnya kapasitas fiscal dan kapasitas
penyelenggaran pemerintahan desa. Hal ini tercermin dari minimnya PADes
serta kualitas SDM penyelenggara pemerintahan desa yang juga masih
rendah.
Karena itu, Pemerintah Daerah bertekad untuk memajukan
penyelenggaraan otonomi desa dengan memberikan Alokasi Dana Desa
(ADD) yang memadai untuk menjawab kebutuhan pembangunan desa serta
meningkatkan kapasitas SDM aparatur dengan melakukan bimbingan teknis,
pendampingan dan lain sejenisnya. Selama ini ADD untuk semua desa di
Kabupaten TTU rata-rata 100 juta rupiah akan ditingkatkan sesuai
kemampuan keuangan daerah. Penguatan APBDes ini dirancang khusus
untuk pembangunan bidang pertanian dan tidak dimanfaatkan untuk belanja
pegawai. Program turunan dari program ini disebut Desa Mandiri Cinta
Petani (SARI TANI). Dengan program ini, pemerintah dan rakyat desa dapat
merencanakan dan melaksanakan sendiri pembangunan desanya sesuai
kebutuhan prioritas di bidang pertanian. Fokus utamanya adalah untuk
pemberdayaan ekonomi kelompok tani sesuai dengan aspirasi kelompok tani
serta potensi dan karakteristik wilayah. Dalam pelaksanaannya, akan
diterbitkan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan agar anggaran ini
salah satu manifestasi dari spirit Gerakan Cinta Petani. Secara linier, gebrakan
ini searah sekaligus mendukung program Desa Mandiri Anggur Merah
(Provinsi NTT) dan PNPM Mandiri Pedesaan.
Selain SARI TANI, penguatan kapasitas SDM aparatur pun akan dilakukan
dengan pendampingan dan bimbingan teknis. Tujuannya adalah agar pihak
penyelenggara pemerintahan desa mampu menjalankan otonomi desa secara
baik termasuk pengelolaan APBDes secara optimal. Sebab, kualitas SDM
menjadi faktor kunci keberhasilan implementasi otonomi desa yang harus
diberdayakan.
12. Program Pengembangan Kepariwisataan dan Kebudayaan
Program ini menawarkan harapan untuk mendongkrak perekonomian
rakyat. Asumsinya adalah bahwa kunjungan wisatawan baik domestik
maupun mancanegara dalam jumlah yang banyak akan meningkatkan
sirkulasi uang dalam daerah. Roda perputaran uang itu tidak akan berhenti
selama aktivitas ekonomi rakyat terus berjalan. Efek pembangunan
pariwisata sangat luas, mulai dari pengusaha makanan, penginapan, hiburan,
penjual asongan, penjual sayur dan lain sebagainya.
Hal inilah yang melatari pengembangan pariwisata dan kebudayaan di
Kabupaten TTU. Konsep pengembangan pariwisata di Kabupaten TTU, tidak
semata-mata untuk mengembangkan obyek wisata alam, budaya dan
religious tetapi lebih luas yakni menciptakan event-event skala lokal,
regional, nasional bahkan internasional. Secara geopolitik, posisi strategis
Kabupaten TTU yang berbatasan dengan RDTL dan juga menjadi daerah
transito dari dan ke RDTL sangat memungkinkan untuk menyelenggarakan
berbagai event skala internasional (setidaknya untuk kedua negara yang
berbatasan tersebut).
Event yang dimaksud meliputi kegiatan olah raga, seni budaya,
pertemuan-pertemuan dan lain sejenisnya. Dampaknya tentu besar bagi
perekonomian rakyat seperti yang telah disebutkan di atas. Sementara untuk
obyek wisata alam, budaya dan religious akan ditingkatkan guna menarik
obyek wisata Tanjung Bastian di Pantura, Gua Bitauni, obyek perkampungan
adat Tamkesi dan Maslete, dan masih banyak yang lainnya.
13. Program Pengembangan Olah Raga dan Kepemudaan
Upaya mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olah raga
perlu dikembangkan guna memupuk jiwa sportivitas dan semangat
kepemudaan untuk terlibat aktif dalam pembangunan. Olah raga, selain
dikembangkan untuk meraih prestasi dan membangun jiwa sportivitas juga
sebagai kebutuhan hiburan masyarakat.
Dalam periode 5 (lima) tahun ke depan, pengembangan olah raga dan
kepemudaan ini juga terkait dengan kepariwisataan (hiburan). Salah satu
jenis olah raga yang merupakan olah raga dan hiburan rakyat adalah pacuan
kuda. Setiap tahun, event pacuan kuda rutin diselenggarakan di Kabupaten
TTU bahkan kadang lebih dari 1 (satu) kali. Untuk level NTT, Kabupaten TTU
telah beberapa kali meraih prestasi yang gemilang. Karena itu, target utama
Pemerintah Daerah Kabupaten TTU adalah mengharumkan nama TTU di
kancah nasional untuk jenis olah raga tersebut.
Selain jenis olah raga pacuan kuda, juga akan dikembangkan jenis olah
raga lainnya. Untuk mewujudkannya pemerintah daerah berniat membangun
fasilitas olah raga seperti stadion dan GOR yang memadai guna memenuhi
kebutuhan masyarakat. Target lainnya adalah menjadi TTU sebagai tuan
rumah bagi event olah raga tertentu minimal untuk skala daratan timor barat.
14. Program Penguatan Perencanaan dan Penganggaran Daerah
Aksentuasi program ini lebih diarahkan untuk menghasilkan dokumen
perencanaan pembangunan dan penganggaran daerah yang partisipatif,
teknokratis serta adanya keselarasan dan sinergitas perencanaan daerah
dengan dokumen di level propinsi dan nasional. Kualitas perencanaan dan
penganggaran daerah setidaknya diindikasikan oleh beberapa hal yakni
mengakomodir aspirasi rakyat, adanya skala prioritas kebutuhan daerah,
disusun dengan kerangka berpikir yang ilmiah, sinkron dengan dokumen
Problema yang dihadapi selama ini belum menunjukkan kualitas
sebagaimana disebutkan di atas. Karena itu Pemerintah Daerah fokus untuk
meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran daerah sebab
perencanaan yang baik dan berkualitas sudah mencerminkan sebagian
keberhasilan pembangunan.
Penganggaran daerah meliputi belanja dan pendapatan. Kinerja
pengelolaan keuangan daerah mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
pertanggungjawaban, antara lain diukur dari kemampuan administrasi, daya
serap dan ketepatan waktu. Sementara pendapatan daerah terutama dari
PAD penting untuk ditingkatkan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi
sumber-sumber pendapatan asli daerah. Kontribusi PAD sangat menentukan
keberhasilan pembangunan daerah.
15. Program Peningkatan Kapasitas Birokrasi Pemerintahan Daerah
Program ini dimaksudkan untuk mewujudkan aparatur pemerintah
Kabupaten TTU yang handal dan professional dalam menjalankan tugasnya
sebagai abdi masyarakat. Hal ini penting sebab, birokrasi merupakan ujung
tombak pelayanan administrasi pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan. Implementasi program pembangunan daerah akan berhasil
bila pelaksananya (dalam hal ini birokrasi pemerintahan daerah) dapat
diandalkan.
Peningkatan kapasitas birokrasi ini dapat ditempuh dengan memberikan
kesempatan kepada PNS daerah untuk melanjutkan pendidikan formalnya,
mengikuti diklat-dikla yang mendukung pelaksanaan tugasnya, pemberian
motivasi berupa penghargaan kepada yang berprestasi dan hukuman kepada
yang melanggar aturan, pelaksanaan fungsi pengawasan secara intens guna
meminimalisir tingkat penyelewengan kewenangan jabatan dan lain
sebagainya.
Selain itu, penting pula untuk menerapkan merit system dalam
mengembangkan karier birokrasi, yaitu penempatan seseorang pada suatu
jabatan didasarkan pada pertimbangan kemampuan dan keahlian, bukan
pada pertimbangan politis (spoil system). Dengan merit system, diharapkan
menjamin kualitas institusi maupun individu dalam memberikan pelayanan
publik.
16. Program Program Pemantapan Kualitas Layanan Administrasi Pemerintahan Daerah dan Penguatan Pemerintahan Kecamatan dan Kelurahan
Program ini difokuskan pada upaya pemberdayaan birokrasi sebagai
ujung tombak pelayanan pemerintahan (dalam pengertian luas) guna
memberikan pelayanan administrasi pemerintahan secara cepat, tepat dan
mudah dijangkau masyarakat. Fenomena umum yang terjadi selama ini
adalah pola pelayanan birokrasi yang lamban dengan sikap pelayanan
(stewardship) yang kurang bersahabat terhadap pihak yang dilayani.
Mengacu pada argument sederhana ini, pemerintah daerah perlu
melakukan terobosan baru yang tepat untuk menjawab problema dimaksud.
Banyak hal yang dapat dilakukan, misalnya dengan menerapkan
e-government untuk mempercepat pelayanan perijinan dan non perijinan,
pemberdayaan pemerintahan pada level kecamatan dan kelurahan sebagai
unsur lini kewilayahan serta pemberdayaan birokrasi unsur staf yang
berfungsi untuk memberikan layanan administrasi kepada pimpinan. Melalui,
program ini, diharapkan kualitas layanan administrasi pemerintahan baik di
tingkat kabupaten, kecamatan maupun kelurahan dapat ditingkatkan. SKPD
yang berada dalam naungan program ini adalah Setda, Setwan, KP2TSP,
Kecamatan dan Kelurahan.
17. Program Peningkatan Ketenteraman dan Ketertiban Umum
Faktor ketenteraman dan keamanan telah menjadi salah satu aspek
penting dalam pembangunan sebab, bila hal ini diabaikan maka hampir dapat
dipastikan pelaksanaan berbagai program pembangunan akan terhambat
bahkan gagal. Selain untuk tujuan kelancaran pembangunan dan kenyamanan
lingkungan, situasi keamanan dan ketentaraman yang kondusif merupakan
hal penting yang dibutuhkan untuk menarik investasi dalam daerah. Minat
investasi akan menjadi tinggi bila iklim investasi suatu daerah cukup
Program ini sedianya tidak hanya untuk urusan investasi tetapi lebih luas
daripada itu, sebagai kebutuhan masyarakat yang perlu dilayani oleh
pemerintah. Persoalan ini telah menjadi bagian dari keberadaan pemerintah
bahkan merupakan fungsi utama pemerintah yakni untuk menjamin
keteraturan sosial (termasuk keamanan dan ketertiban). Indikasi
keberhasilan program ditandai oleh berkurangnya tingkat pelanggaran
peraturan daerah dan gangguan kamtibmas. SKPD yang bertanggunjawab
urusan ini adalah Kantor Satpol Pamong Praja dan Badan Kesbanglinmas.
18. Program Peningkatan Investasi Daerah
Program ini dirancang sebagai upaya Pemerintah Daerah untuk
merangsang minat investasi baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Minat investasi dapat ditingkatkan
melalui penciptaan iklim investasi yang kondusif, menjamin kemudahan
berusaha serta promosi potensi daerah secara intens. Penciptaan iklim yang
kondusif telah dijelaskan pada point 17 di atas yakni membangun situasi yang
aman, nyaman dan tenteram. Jaminan akan kemudahan berusaha antara lain
diindikasikan oleh kemudahan layanan perijinan (secara cepat dan murah),
pengenaan pajak yang tidak memberatkan investor atau bahkan ditiadakan,
serta jaminan hukum yang mendukung keberlangsungan investasi. Sementara
promosi potensi daerah perlu dilakukan melalui berbagai media yang
memungkinkan.
Investasi ini menjadi sangat penting faktor pendorong (push factor) bagi
berkembangnya perekonomian daerah. Setidaknya ada 2 (dua) indikator
penentu keberhasilan program ini yakni meningkatnya jumlah investor yang
menanamkan modalnya di Kabupaten TTU serta nilai investasi yang
meningkat. Melalui program ini, diharapkan terjadi perbaikan dan
peningkatan penghasilan masyarakat dan ekonomi daerah.
19. Program Penguatan Pengelolaan Database, Kearsipan dan Informatika
Program ini diarahkan pada 3 (tiga) hal yakni pengelolaan data,
pengarsipan dokumen-dokumen penting dan urusan informatika. Salah satu
data yang valid dan akurat. Ketersediaan yang akurat ini penting bagi
pemerintah daerah untuk merencanakan pembangunan ke depan. Persoalan
lainnya adalah ke-tidak teratur-an pengarsipan dokumen-dokumen daerah
sehingga menyulitkan pencarian berbagai dokumen tua yang dibutuhkan.
Sementara persoalan informatika, juga menjadi perhatian serius Pemerintah
Daerah karena hal ini sangat penting bagi pemerintah untuk
menyebarluaskan informasi pembangunan daerah kepada publik, menjadikan
instrument ini untuk memperlancar pelaksanaan tugas, memperoleh
informasi-informasi terkini mengenai berbagai hal dan fungsi-fungsi lain yang
dapat dimanfaatkan dari dunia teknologi informatika.
Target program ini adalah tersedianya sumber data tentang Kabupaten
TTU yang terkini dan dapat dipertanggungjawabkan, penataan arsip daerah
yang baik pada semua SKPD, pemanfaatan media-media lokal secara optimal
serta meningkatnya penggunaan teknologi informatika.
20. Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial, Ketenagakerjaan, Ketransmigrasian dan Kependudukan.
Program ini dirancang sebagai upaya penanganan masalah sosial,
ketenagakerjaan, ketransmigrasian dan kependudukan. Permasalahan
keempat hal ini merupakan realita yang selalu dijumpai dalam keseharian
politik suatu pemerintahan termasuk pemerintah daerah Kabupaten TTU.
Pembinaan kelompok masyarakat penyandang masalah sosial dan korban
bencana sudah menjadi kewajiban pemerintah menanganinya. Pemerintah
daerah juga berkewajiban memberikan pelayanan ketenagakerjaan (termasuk
peningkatan kualitas tenaga kerja), ketransmigrasian dan pelayanan
administrasi kependudukan.
Sasaran akhirnya adalah semakin meningkatnya pelayanan kepada
masyarakat penyandang masalah sosial dan korban bencana, pemberian
layanan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian secara optimal serta