• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK ZAKAT IKAN BANDENG HASIL TAMBAK DI DESA RANDUBOTO KECAMATAN SIDAYU KABUPETAN GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK ZAKAT IKAN BANDENG HASIL TAMBAK DI DESA RANDUBOTO KECAMATAN SIDAYU KABUPETAN GRESIK."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK ZAKAT

IKAN BANDENG HASIL TAMBAK DI DESA RANDUBOTO

KECAMATAN SIDAYU KABUPETAN GRESIK

JURNAL Oleh Cholifatul Aisah NIM. C02211016

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan dengan judul Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Zakat Ikan Bandeng Hasil Tambak Di Desa Randuboto Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab persoalan tentang bagaimana praktik zakat ikan bandeng yang dilakukan oleh pemilik tambak di Desa Randuboto Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik dan bagaimana analisis hukum Islam terhadap praktik zakat ikan bandeng yang dilakukan oleh pemilik tambak di Desa Randuboto Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik.

Dalam penelitian ini data yang diperoleh langsung dari masyarakat melalui proses observasi (pengamatan) dan wawancara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kulitatif. Sedangkan analisisnya berupa deskriptif-analisis, dengan menggunakan pola pikir deduktif.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa praktik zakat ikan bandeng yang dilakukan oleh pemilik tambak di Desa Randuboto Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik tidak memenuhi syarat dan rukun zakat karena pemilik tambak dalam membagikan zakat ikan bandeng dengan menyamaratakan yakni tidak membedakan antara mustahik yang mampu dan yang tidak mampu, pemilik tambak juga tidak mengetahui zakat yang mereka anggap tersebut sudah mencapai nis}a>b atau belum, zakat yang dikeluarkan oleh pemilik tambak juga tidak menentu ada yang setiap pane ada juga yang setiap tahun. Sedangkan dalam melakukan zakat pemilik tambak harus memenuhi syarat dan rukun zakat yang telah ditentukan oleh syari’at Islam agar menjadi sah. Ditinjau dari hukum Islam terhadap zakat ikan bandeng yang dilakukan oleh pemilik tambak tidak dibenarkan dalam Islam, karena dalam mengeluarkan zakat pemilik tidak sama seperti yang dijelaskan didalam syarat dan rukun zakat, praktik yang dilakukan oleh pemilik tambak di Desa Randuboto bukanlah sebuah zakat melainkan itu adalah sedekah.

(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang masalah ... 1

B. Identifikasi dan batasan masalah ... 10

C. Rumusan masalah ... 11

D.Tujuan Penelitian ... 11

E. Kegunaan Penelitian ... 11

F. Definisi Operesional ... 12

G.Kajian Pustaka ... 13

H.Metode penelitian ... 14

I. Sistematika pembahasan ... 19

BAB II KONSEP ZAKAT DAN SEDEKAHDALAM ISLAM A.Pengertian Zakat ... 21

B. Dasar Hukum Zakat ... 23

C. Waktu Pelaksanaan Zakat ... 24

D.Macam-Macam Harta Yang Wajib Wajib Dikeluarkan Zakatnya ... 25

E. Rukun Dan Syarat Zakat ... 28

(7)

J. Hukum Sedekah ... 40

K. Orang-Orang Yang Mendapatkan Sedekah ... 42

L. Sifat-Sifat Harta Yang Disesdekahkan ... 44

M. Hal-Hal Yang Dapat Membatalkan Sedekah ... 45

BAB III PRAKTIK ZAKAT IKAN BANDENG DI DESA RANDUBOTO KECAMATAN SIDAYU A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Randuboto Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik ... 46

1. Letak Geografis Desa Randuboto Kecamatan Sidayu Gresik ... 46

2. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Randuboto Kecamatan Sidayu Gresik ... 48

3. Keadaan Sosial Ekonomi Desa Randuboto ... 49

4. Keadaan Sosial Pendidikan Desa Randuboto ... 50

5. Keadaan Sosial Keagamaan Desa Randuboto ... 52

B. Cara Muzakki Menentukan Zakat Ikan Bandeng ... 54

C. Mustahiq Yang Mendapatkan Zakat Ikan Bandeng ... 61

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK ZAKAT IKAN BANDENG HASIL TAMBAK A. Analisis Tentang Niat Muzakki ... 63

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Zakat Ikan Bandeng Hasil Tambak ... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA

(8)

1

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK ZAKAT IKAN BANDENG HASIL TAMBAK DI DESA RANDUBOTO

KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK

A. Latar Belakang Masalah

Ajaran Islam menjadikan ibadah yang mempunyai aspek sosial sebagai

landasan membangun suatu sistem yang mewujudkan kesejahteraan dunia dan

akhirat yang diharapkan mampu memberikan manfaat pada pelaku ibadah

dengan masyarakat yang ada disekitarnya. Oleh sebab itu, wajar apabila Islam

memandang bahwa muslim terbaik adalah orang yang bermanfaat bagi

sesamanya.

Salah satu ibadah yang menunjukkan manfaat pada kehidupan

sekitarnya adalah zakat. Zakat diartikan sebagai upaya membersihkan harta

yang dimiliki seseorang dari unsur-unsur yang tidak baik. Kewajiban zakat

bertujuan untuk memperluasa partisipasi kesejhateraan masyarakat sehinggat

tidak ada perbedaan mencolok anatar golongan kaya dan miskin dalam

masyarakat.1

Apabila dilihat dari aspek kuantitas, seeorang yang mengeluarkan zakat

pasti hartanya akan berkurang. Walaupun demikian, Islam memiliki pandangan

lain tentang kuantitas harta tersebut. Islam memandang orang yang

mengeluarkan zakat akan bertambah pahala dan berkahnya bagi kehidupan

sosial disekelilingnya. Zakat juga dapat diibaratkan sebagai benteng yang

(9)

2

melindungi harta dari penyakit dengki dan iri hati, dan zakat ibarat pupuk yang

menyuburkn harta lebih banyak lagi dan tumbuh.2

Manfaat ini dapat diketahui dari penjelasan yang terdapat dalam suarat

At-Taubah (9): 103.

                  

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.

dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.3

Membayar zakat dengan cara segera sangat diwajibkan apabila telah

memenuhi persyaratan nisa>b dan haul. Nisa>b adalah jumlah kuantitas harta

yang wajib dikeluarkan seseorang sedangkan haul adalah waktu wajib

dikeluarkan zakat itu. Seseorang yang melakukan penundaan dan pengurangan

pembayaran zakat akan memperoleh sanksi akhirat (dosa). Zakat sudah

memiliki ketentuan yang harus diikuti. Ketentuan ini berkaitan dengan waktu

wajib keluarnya zakat dan batasan harta yang wajib dizakati. Kedua istilah ini

biasa dikenal dengan sebutan nisa>b dan haul.

Selain sanksi akhirat. Orang yang melakukan pelanggaran zakat ditolak

kesaksiannya. Kesaksian orang yang sengaja menunda pembayaran zakat tidak

diterima karena telah berkhianat dengan tidak segera membayarkan hak orang

lain tanpa adanya halangan untuk itu. Perintah membayar zakat menunjukkan

adnya kewjiban memberikan hak orang dengan segera. Jika tidak segera

2 M. Ali Hasan, Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), 1-2.

(10)

3

dibayarkan berarti maksud perintah untuk mencukupi hajat orang miskin tidak

terlaksana.4

Allah SWT memberikan harta yang dimiliki seseorang terkadang lebih

banyak dibandingkan orang lain. Kelebihan harta ini bukan hanya

menunjukkan sifat kuasa Allah SWT dalam mengatur kehidupan melainkan

juga memberikan kewajiban kepada orang yang memiliki harta lebih banyak

untuk melakukan perbuatan baik, memberikan kepada yang berhak serta

menfaatkannya untuk tujuan-tujuan positif lainnya. Selain beberapa tujuan

diatas, tujuan kewajiban mendistribusikan harta kepada yang berhak

merupakan cara yang diberikan islam untuk mengurangi jarak kalangan kaya

dan miskin. Pendistribusian harta juga bertujuan untuk membangkitkan

semangat gotong royong dikalangan umat manusia.5

Wahbah al Zuhaily berpendapat bahwa zakat memiliki dua kewajiban

yang patut diperhatikan yaitu waktu mengeluarkan zakat dan batasan minimal

harta yang wajib dikeluarkan. Apabila batasan waktu dan jumlah kekayaan

terpenuhi, Wahbah berependapat tidak ada lagi alasan untuk nenunda

keluarnya zakat tersebut. Pendapat pendapat senada juga difatwakan oleh

Mazhab Hanafi. Seseorang yang sudah memiliki kemampuan mengeluarkan

zakat tidak boleh menangguhkannya tanpa ada uzur. Lebih dari itu menurut

madzab yang sama, seseorang yang tidak mengeluarkan zakat tidak diterima. 6

4 Rahaman Ritonga, Zainuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), 202. 5 Ismail Nawawi, Zakat Dalam Prespektif Fiqih Sosial Dan Ekonomi, (Surabaya: Putra Media Nusantar, 2010) 8.

(11)

4

Ismail Nawawi memiliki pendapat tentang kewajiban zakat,

menurutnya kewajiban harta yang harus dizakati terbatas pada penjelasannya

sebagaimana berikut.

1. Zakat harta berupa emas, perak, barang dagangan dan binatang ternak

yang digembalakan dibayar setelah sempurna haul atau sekali dalam

setahun.

2. Zakat tanaman dan buah-buahan dibayar ketika berulangtahunnya masa

panen, kendatipun masa panen terjadi berulangkali dalam satu tahun.

Dengan demikian untuk harta yang kedua ini tidak disyaratkan untuk

mencapai satu tahun.

Alasan yang digunakan Ismail Nawawi tentang harta yang wajib

dizakati adalah ketentuan yang terdapat dalam surat Al-An’am (6): 141.

   

 

    

“Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang

berlebih-lebihan”.7

Selain permasalah harta yang wajib dizakati. Kajian tentang zakat juga

menyentuh pembahasan keompok yang berhak menerima. Secara tegas

ketentuan Al-Qur’an memberikan kriteria umum orang yang berhak menerima

zakat adalah orang-orang yang kurang mampu.8 Penjelasan ini ditemukan

dalam surat At-Taubah (10): 60

7 Mahmud yunus, Tafsir Qur’an Karim, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1986), 202.

(12)

5                        

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah

Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.9

Dalam buku tafsir Qur’an karim ayat tersebut menjelaskan bahwa

menyimpan uang emas dan perak di larang jika tidak dikeluarkan zakatnya, dan

dijelaskan juga tentang orang-orang yang berhak menerima zakat:

1. Fa>qir, yaitu orang yang tidak mempunyai harta benda sidikitpun dan

juga tidak kuasa berusaha karena ada cacat pada badannya.

2. Miski>n, yaitu orang yang mempunyai harta benda tetapi tidak mencukupi

untuk keperluan hidupnya dan keluarganya.

3. A>mili>n, (pengurus zakat) yaitu orang yang bekerja mengumpulkan

zakat dan membagikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

4. Muallaf, yaitu orang yang baru memeluk agama islam.

5. Riqa>b, yaitu memberikan zakat kepada orang yang baru di merdekakan

oleh tuannya.

6. Gha>rim, orang berhutang yang tidak sanggup membayar hutangnya.

7. Sabi>lillah, yaitu orang yang berperang di jalan allah dengan suka rela

dan tidak mendapatkan bayaran.

(13)

6

8. Musa>fir, yaitu orang yang pergi menuntut ilmu pengetahuan ,

pengembara untuk menyiarkan agama islam.10

Pada dasarnya zakat bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan

tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta kita yang kita

usahakan dengan baik dan benar.11

Beragam penjelasan di atas menunjukkan bahwa zakat dalam

pandangan Islam merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa ditawar lagi.

Setiap muslim yang memiliki kemampuan mengeluarkan zakat wajib

mengeluarkannya pada waktu yang telah ditentukan. Apabila ditemukan

seorang muslim menolak mengeluarkan zakat, maka muslim tersebut dapat

dikategorikan sebagai muslim yang Fa>siq.

Sanksi Fa>siq yang dijatuhkan bagi orang yang enggan mengeluarkan

zakat rupanya tidak cukup. Sejarah perekembangan Islam menunjukkan bahwa

orang yang enggan mengeluarkan zakat dan menganjurkan kepada muslim lain

untuk tidak mengeluarkan zakat boleh diperangi dan dibunuh. Kebijakan

khalifah pertama, Abu Bakar Al-Sidiq, kiranya sangat jelas mengumumkan

perang bagi orang yang tidak mengeluarkan zakat. Abu Bakr mengeluarkan

pernyataanya yang terkenal, yaitu

“Demi Allah, akan kuperangi orang-orang yang memisahkan antara

shalat dan zakat, dan demi Allah jika mereka menghalang-halangiku

untuk memungut (bagian zakat) ternak yang pernah mereka keluarkan

(14)

7

di masa rasullah SAW, niscaya akupun akan memerangi mereka atas

pembangkangannya itu”.12

Zakat adalah senjata paling efektif untuk memerangi harta simpanan

dan mengeluarkannya dari tempat persembunyiannya, di bank-bank atau

berupa surat berharga, supaya dapat dipergunakan bersama dalam lapangan

kerja, usaha maupun produksi, dari pada dibiarkan beku tidak produktif. Orang

yang menahan dan menyimpan harta sehingga tidak beredar dalam dunia

permodalan yang produktif, adalah ibarat orang yang menahan seorang militer

dalam pasukan Islam sehingga ia tidak ikut tampil berlaga medan juang. Maka,

uang yang terus menerus beredar, adalah bagaikan seorang militer yang aktif

berjuang. Sementara dinar yang disimpan dan ditahan adalah bagaikan seorang

militeryang mati, tidak produktif.13

Ketentuan mengeluarkan zakat diatas sudah tentu lebih menarik jika

melihat praktik pelaksanaan zakat yang dilakukan oleh kaum muslimin.

Beberapa golongan muslim memiliki perbedaan pendapat tentang bentuk

mengeluarkan zakat. Perbedaan pendapat ini bukan dalam permasalahan

kewajiban zakat melainkan pada permasalahan jumlah dan waktu

mengeluarkan zakat. Misalnya, walaupun secara tegas zakat pertanian banyak

ditemukan dalam ketentuan hukum Islam baik yang langsung berdasarkan

ketentuan Al-Qur’an dan Hadits, maupun model pengeluaran zakat yang

berdasarkan pemahaman dan kebiasaan kaum muslimin semata.

(15)

8

Pengaruh pemahaman dan kebiasaan kaum muslimin terhadap zakat

dapat dilihat dalam model pengeluaran, pengelolaan dan penyaluran zakat hasil

perikanan bandeng di Desa Randuboto kecamatan Sidayu Gresik. Kaum

muslimin yang mengelola pertanian bandeng memiliki seikap beragam

terhadap model pengeluaran, pengelolaan dan penyaluran zakat. Sebagian

kelompok masyarakat ada yang secara langsung mengeluarkan kewajiban

zakatnya begitu panen bandeng selesai, ada juga yang mengumpulkan beragam

hasil panen hingga terkumpul semua baru kewajiban zakat dilaksanakan.

Pada masalah pengelolaan zakat juga terjadi perbedaan. Sebagian

kalangan langsung mengeluarkan zakat kepada golongan yang dianggap

membutuhkan zakat berdasarkan pemahaman mereka pribadi. Ada juga

golongan yang menyalurkan zakat melalui pihak lain. Pengelolaan melaui

golongan ini bisa dilakukan melalui lembaga pengelolaan zakat, tokoh agama

maupun melalui amil zakat musiman kala membayar zakat fitri.

Selain masalah pengeluaran dan pengelolaan hasil zakat, masalah lain

yang menarik untuk dikaji adalah masalah penyaluran zakat. Sebagian

kalangan muslim Randuboto melakukan penyaluran zakat secara langsung

kepada yang berhak tanpa adanya kriteria yang jelas apakah seseorang itu

berhak menerima zakat atau tidak.

Fakta lebih menarik lainnya adalah pemilik tambak membagikan

zakatnya dengan menggunakan ukuran sama rata bagi setiap orang tanpa

melakukan pemilihan golongan (prioritas) apakah seseorang ini memang

(16)

9

membagikan zakat ikan bandengnya secara langsung adalah agar hasil zakat

dapat dinikmati warga randuboto, ada juga yang mengikuti tradisisi

keluarganya yang terdahulu dan juga ada yang beranggapan kalau zakat ikan

bandeng dibagikan secara langsung proses pendistribusiannya bisa lebih mudah

dan praktis. Proses pembagian dengan model sama rata dan sama rasa ini

rupanya dianggap sebagai pengeluaran zakat.

Setelah melakukan beberapa penelitian pendahauluan di Desa

Randuboto Kecamatan Sidayu Gresik ternyata terdapat fakta menarik tentang

praktik zakat yang dilakukan oleh pemilik tambak karena zakat ikan bandeng

tersebut dalam praktik pendistribusian zakat ikan bandeng tidak sesuai dengan

syarat dan rukun zakat pada umumnya melainkan berbasis pada pemahaman

pribadi, kebiasaan setempat serta niat sama rata dan sama rasa yang

berkembang.

Beragam alasan diatas kiranya relefan apabila dilakukan penelitian

lebih mendalam untuk mengetahui, memahami dan menganalisis permasalahan

zakat yang terdapat dalam komunitas petani tambak tersebut dengan jududl

“Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Zakat Ikan Bandeng Hasil

Tambak Di Desa Randuboto Kecamatan Sidayu Gresik”.

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah

Dari pemaparan yang ada pada latar belakang diatas, maka dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

(17)

10

2. Alasan pemilik tambak membagikan zakat dengan ikan bandengnya secara

langsung.

3. Model pengelolaan zakat dan penyaluran harta zakat yang terdapat dalam

Al-Qur’an.

4. Jenis-jenis zakat dan komoditas yang terkena kewajiban zakat.

5. Alasan pemilik tambak membagikan zakat dengan ikan bandengx secara

langsung.

6. Praktik pembagian zakat ikan bandeng di Desa Randuboto Kecamatan

Sidayu Gresik.

7. Praktik zakat ikan bandeng di Desa Randuboto Kecamatan Sidayu Gresik.

8. Faktor-faktor yang melatar belakangi untuk membagikan zakat ikan

bandengnya secara langsung di Desa Randuboto Kecamatan Sidayu

Gresik.

9. Sistem pengelolahan tambak ikan bandeng di Desa Randuboto Kecamatan

Sidayu Gresik.

Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan di atas, penelitian ini

memeberikan batasan kajian sebagaimana batasan masalah berikut. Adapun

batasan yang dipilih dalam penulisan skripsi ini:

1. Praktik zakat ikan bandeng di Desa Randuboto Kecamatan Sidayu Gresik.

2. Analisis hukum Islam terhadap praktik zakat ikan bandeng di Desa

Randuboto Kecamatan Sidayu Gresik.

(18)

11

1. Bagaimana praktik zakat ikan bandeng di Desa Randuboto Kecamatan

Sidayu Gresik?

2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap praktik zakat ikan bandeng di

Desa Randuboto Kecamatan Sidayu Gresik?

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan mendiskripsikan bagaimana praktik zakat ikan bandeng di

Desa Randuboto Kecamatan Sidayu Gresik.

2. Mendiskripsikan praktik zakat ikan bandeng hasil tambak di Desa

Randuboto Kecamatan Sidayu Gresik dengan menggunakan hukum Islam.

E. Kegunaan Penelitian

setelah perumusan tujuan penelitian berhasil dilakukan, penelitian ini

diharapkan mampu memberikan dua kegunaan utama. Kegunaan penelitian

yang diharapkan mampu dicapai disebut sebagai kegunaan teoritis maupun

praktis sebagaimana diskripsi berikut:

1. Secara teoritis, berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan atau

menambah wawasan pengetahuan mengenai hukum islam dalam hal zakat

sehingga mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

penyimpangan yang berkaitan dengan proses zakat, dan sekaligus dapat

(19)

12

2. Secara praktis diharapkan bisa menjadi masukan bagi para pembaca untuk

dapat dijadikan landasan berfikir dalam melakukan proses pembagian

zakat yang sesuai dengan syari'at Hukum Islam.

F. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah dalam penelitian ini,

maka disini dijelaskan maknanya sebagai berikut:

1. Hukum Islam : Hukum dalam Islam yang memuat ketentuan-

ketentuan berdasarkan al-Qur’an dan Hukum

Syara’ Terutama yang berkaitan dengan

ketentuan zakat.

2. Zakat Ikan Bandeng : Zakat hasil tambak yang dibagikan berupa ikan

bandengnya secara langsung, pengeluaran zakat

ikan bandeng di Desa Randuboto tidak menetu

ada yang setiap panen ada juga yang setahun

sekali. Zakat ikan bandeng dibagikan secara

merata kepada tetangga sekitar dan kepada

keluarga yang rumahnya dekat dengan daerah

muzakki. Ada juga yang dibagikan keseluruh

Dusun Randuboto. Para petani tambak di Desa

Randuboto mengeluarkannya dengan berniat

sebagai zakat.

(20)

13

Kajian pustaka adalah gambaran mengenai kajian atau penelitian

tentang topik yang sudah pernah diteliti, sehingga dapat diketahui bahwa kajian

yang akan diteliti bukanlah merupakan pengulangan topik atau kajian

penelitian yang sudah ada.

Pada dasarnya pembahasan tentang zakat ikan bandeng di fakultas

syari’ah UIN Sunan Ampel Surabaya sepengetahuan penulis belum ada, akan

tetapi pembahsan secara umum sudah ada itupun hanya membahas masalah

pendistribusiannya saja.

Karya tulis yang membahas tentang zakat diantaranya adalah:

Skripsi dengan judul “Studi Analisis Hukum Islam Terhadap Pendistribusian

Zakat Secara Pribadi (Studi Kasus Di Pasuruan Jawa Timur)” tahun 2010,

yang disusun oleh Lilik Nur Indah Sari menjelaskan tentang proses

pendistribusian secara pribadi oleh para muzakki di pasuruan jawa timur.

Dalam proses pendistribusian tersebut, muzakki tidak melakukan pendataan

hanya dengan informasi pengumuman untuk datang mengambil hak zakatnya

sehingga muzakki tidak mengetahui apakah mustahik tersebut muslim atau

termasuk 8 golongan yang berhak menerima zakat. Dalam skripsi ini hanya

mengfokuskan pada proses pendistribusiannya saja yang dilakukan oleh para

muzakki Di Pasuruan jawa Timur.14

Skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan

Zakat Bagi Hasil Tambak Di Desa Sawohan Kecamatan Buduran Kabupaten

Sidoarjo” tahun 2010 yang disusun oleh Feninda Zulfa yang menjelaskan

(21)

14

tentang bagi hasil tambak dimana bibit dan biaya perawatan dari sipenggarap

sedangkan pemilik tambak hanya menyerahkan tambaknya saja tanpa

mengeluarkan biaya apapun. Dan pembagian hasilnya dipotong dulu biaya

bibit dan perawatan untuk penggarap, kemudian hasil bersihnya dibagi dua

yaitu 2/3 (dua pertiga) untuk pemilik tambak sedangkan penggarap

mendapatkan 1/3 (satu pertiga). Dan yang berekewajiban membayar zakat

adalah pemilik tambak. 15

H. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang sistematis untuk menjawab masalah

yang sedang di teliti, karakteristik metode ilmiah adalah sebagai berikut:

metode harus bersifat kritis dan anlistis, metode harus bersifat logis, metode

bersifat obyektif, metode harus bersifat konseptual dan teoritis.16

1. Lokasi atau Daerah Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yaitu penelitian

terhadap Praktik Zakat Ikan Bandeng Hasil Tambak Di Desa Randuboto

Kecmatan Sidayu Gresik.

2. Lokasi Atau Daerah Penelitia

Studi ini merupakan peneletian lapangan (field Research) yang

dilakukan di Desa Randuboto Kecamatan Sidayu. Penelitian ini

dilangsungkan dengan memilih Randuboto sebagai lokasi penelitian

15 Feninda Zulfa “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Zakat Bagi Hasil Tambak Di Desa Sawohan Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo” Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2000, 67.

(22)

15

disebabkan karena tiga hal yaitu: pertama, kemudahan akses penelitian.

Lokasi penelitian adalah daerah tetangga dengan tempat tinggal penulis.

Kedua, ditemukan beragam kasus pengelolaan, dan pendistribusian zakat

dengan persepsi pemilik lahan. Ketiga, kemudahan akses birokrasi dan

pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

3. Data yang Dikumpulkan

Sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan maka data yang akan

dihimpun dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Data tentang model penetapan bagian zakat yang dilakukan oleh

pemilik lahan perikanan bandeng di Desa Randuboto Kecamatan

Sidayu Gresik.

b. Data tentang model pengelolaan bagian zakat yang dilakukan oleh

pemilik lahan perikanan bandeng di Desa Randuboto Kecamatan

Sidayu Gresik

c. Data tentang model mustahiq zakat yang dilakukan oleh pemilik lahan

perikanan bandeng di Desa Randuboto Kecamatan Sidayu Gresik.

4. Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari lapangan

dan literature, meliputi:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data atau informasi yang

dibutuhkan secara langsung sebagai bagian dari proses menjawab

(23)

16

pertanyaan tertulis dengan menggunakan metode wawancara. Data

primer meliputi pemilik tambak, pihak yang terlibat dalam proses

membagikan zakat ikan bandeng, dan warga sekitar yang

mendapatkan zakat ikan bandeng.

b. Sumber Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data pembantu yang

digunakan untuk menjawab rumusan masalah. Apabila data primer

berisi informasi utama yang terkait dengan isi penelitian, data

primer dalam menjawab rumusan masalah. Data primer penelitian

ini diperoleh atau dikempulkan dari sumber-sumber yang telah ada

baik dari perpustakaan atau laporan penelitian terdahulu. Data

tersebut diantaranya:

1) Zakat Kajian Berbagai Madhab karangan Wahbah Al-Zuhaili.

2) Zakat dalam Prespektif Fiqh, Sosial dan Ekonomi karangan

Ismail Nawawi.

3) Akuntansi dan Menejemen Zakat karangan Arief Mufraini.

4) Fiqih Lima Mazhab karangan Muhammad Jawad Mughniyah.

5) Fiqih Ibadah karangan Slamet Abidin, Moh. Suyono.

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam

penelitian ini adalah:

(24)

17

Yaitu Pencatatan fenomena yang di lakukan secara sistematis,

pengamatan dapat dilakukan secara langsung yang melibatkan peneliti

dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran peneliti.17 Maka dengan ini

peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik

masalah-masalah yang diselidiki yaitu proses pembayaran zakat oleh

pemilik tambak dan argumentasi atau alasan yang melatar belakangi

dilakukannya zakat ikan bandeng yang dibagikan langsung kepada

warga sekitar.

b. Interview (wawancara)

Yaitu sebuah percakapan anatara dua orang atau lebih, yang

pertanyaannya diajukan kepada subjek atau sekelompok subjek

penelitian untuk dijawab.18 Sehingga peneliti memperoleh data dengan

cara tanya jawab kepada pihak yang berwenang untuk memperoleh data

yang sesuai dengan topik penelitian.

6. Teknis Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyususn

kedalam pola, memilih mata yang penting dan yang akan dipelajari, dan

membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun

orang lain. Analisis data dalam penelitian kulitatif dilakukan sejak

(25)

18

sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai di

lapangan.

a. Deskriptif Analisis

Metode yang diawali dengan menggambarkan kenyataan

yang ada di lapangan mengenai praktik zakat ikan bandeng hasil

tambak di Desa Randuboto Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik,

kemudian diteliti dan dianalisis sehingga hasilnya dapat digunakan

untuk memecahkan permasalahan-permasalahan mengenai proses

zakat ikan bandeng.

b. Pola Pikir Deduktif

Selain metode analisis di atas, penelitian mengambil bentuk

pola pikir dedukti yaitu pola pikir permasalahan yang dilakukan

dengan cara mengemukakan teori-teori atau ketentuan-ketentuan

yang bersifat umum, yaitu ketentuan-ketentuan hukum Islam

mengenai zakat dan sedekah kemudia dipaparkan dari kenyataan

yang kemudian digunakan untuk memecahkan

permasalahan-permasalahan mengenai praktik zakat ikan bandeng di Desa

Randuboto Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan pemahaman terhadap

(26)

19

Bab pertama merupakan pendahuluan yang memuat tentang latar

belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian

pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian yang berisi, definisi

operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua zakat yang memuat: Pengertian zakat, dasar hukum zakat,

macam-macam zakat, waktu pelaksanaan zakat, orang yang berhak menerima

zakat, pengertian sedekah, dasar hukum sedekah, syarat dan rukun sedekah,

orang yang berhak menerima sedekah.

Bab ketiga adalah data penelitian yang berusaha menjelaskan model

pendistribusian zakat di Desa Randuboto Kecamatan Sidayu Gresik. Bab ini

terdiri dari berbagai sub bab yaitu gambaran umum lokasi, gambaran

pelaksanaan zakat ikan bandeng hasil tambakdi Desa Randuboto Kecamatan

Sidayu Gresik yang memuat kajian tentang proses pembagian zakat, alasan

membagikan zakat, proses pendistribusian zakat, muzakki yang membagikan

zakat, mustahik yang menerima zakat, dan aplikasi zakat ikan bandeng.

Bab keempat Merupakan analisis hukum islam terhadap model pada

pendistribusian zakat ikan bandeng di Desa Randuboto Kecamatan Sidayu

Gresik.

(27)

21

BAB II

ZAKAT DAN SHADAQAH DALAM ISLAM

A. Pengertian Zakat

Zakat menurut bahasa adalah berkembang, bertambah. Orang arab mengatakan zakaa az-zar’u ketika az-zar’u (tanaman) itu berkembang dan bertambah. Zakat an-nafaqatu ketika nafaqah (biaya hidup) itu diberkahi.

Ketentuan zakat secara tegas dicantumkan oleh Allah dalam Al-Qur’an sebagaimana ayat berikut:





“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu”.

(Asy-Syams: 9).1



“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)”. 2(Al-A’laa: 14).

Zakat menurut syara’ adalah hak yang wajib pada harta. Malikiyah memberikan definisi bahwa zakat adalah mengeluarkan sebagain dari harta tertentu yang telah sampai nishab kepada orang yang berhak menerima,

jika kepemilikan, haul (genap satu tahun) telah sempurna selain barang

(28)

22

tambang tanaman dan harta temuan. 3 Salah satunya zakat juga bisa

menyucikan orang yang mengeluarkannya dari dosa, mengembangkan pahala dan harta orang tersebut.

Kaitan antara makna bahasa dan istilah ini berkaitan erat sekali yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih, baik berkah tumbuh dan berkembang. Dalam penggunannya, selain untuk kekayaan, tumbuh dan suci disifatkan untuk jiwa orang yang menunaikan zakat. Maksudnya, zakat itu akan mensucikan orang yang

mengeluarkannya dan menumbuhkan pahalanya.

Sebagaimana diketahui, zakat terdiri dari zakat maal atau zakat harta dan zakat fitrah. Zakat maal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah demikian selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu. Sedangkan zakat fitrah adalah pengeluaran wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari keperluan

keluarga yang wajar pada malam dan hari raya idul fitri.4

B. Dasar Hukum Zakat

3 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa’adillatuhu, Penerjemah Abdul Hayyie, jilid 3, (Jakarta: Gema Insani 2011), 164-165.

(29)

23

Sebagaimana penjelasan kata zakat yang berasal langsung dari Al-Qur’an, ketentuan tentang kewajiban seseorang muslim mengeluarkan zakat juga dapat ditemukan dengan mudah dalam surat An-Nur ayat 56

             

“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada

rasul, supaya kamu diberi rahmat”. 5

Ketegasan hukum wajib zakat ini dapat pula dilihat dalam beberapa ayat al-Qur’an yang mengecam dan mengancam orang-orang yang enggan mengeluarkan zakat. Padahal mereka termasuk orang yang wajib zakat. Hal ini antara lain terungkap dalam fifman Allah surat At-Taubah ayat 34:

6                                                

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan

mendapat) siksa yang pedih”.7

Selain penjelasan tentang anjuran dan ancaman bagi orang yang tidak mengeluarkan zakat. Al-Qur’an juga memberikan pedoman secara

5 Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Surabaya: mahkota, 1989), 57.

6 Asnaini, Zakat Produktif Dalam Prespektif Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 31.

(30)

24

tegas kepada siapa zakat itu diberikan. Orang yang berhak menerima zakat terdapat 8 golongan. Adapun ayat yang menerangkan tentang orang-orang yeng berhak menerima zakat seperti yang dijelaskan dalam surat At-Taubah ayat 60.

                                       

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,

dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. 8

C. Wktu Pelaksanaan Zakat

Waktu wajib zakat dan waktu pelaksanaan zakat menurut Zuhaily mengemukakan pendapatnya para fuqaha sepakat bahwa zakat wajib dikeluarkan segera setelah terpenuhni syarat-syaratnya, baik nisab, haul maupun yang lainnya. Pendapat ini difatwakan oleh Madzhab Hanafi. Dengan demikian barang siapa yang berkewajiban mengeluarkan zakat dan mampu mengeluarkannya, dia tidak boleh menangguhkan zakatnya tanpa da uzur. Lebih dari itu menurut madzhab Hanafi kesaksiannya tidak

akan diterima kerena zakat merupakan hak yang wajib diserahkan kepada manusia. Ia mesti dibayarkan dan diperintahkan untuk diberikan kepada kaum fakir dan lainnya dengan segera, sebab zakat dimaksudkan untuk

(31)

25

memenuhi kebutuhan mereka. Oleh karena itu jika zakat tidak wajib

dikeluarkan dengan segera, maksud kewajiban itu tidak akan sempurna.9

Jika harta kekayaan itu terdiri dari emas, perak, harta perdagangan, dan timah dibayarkan setelah cukup setahun, dan pembayarannya dilakukan sekali setahun. Jika harta kekayaan itu tanam-tanaman dan buah-buahan dibayarkan zakatnya setiap selesai panen walaupun panennya berulang kali dalam setahun, tentu menurut Syafi’iyah jika telah sampai senisab, dan menurut Hanafiyah, cukup atau tidak senisab harus

dibayarkan.10

D. Macam-macam Harta Yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya

Menurut Wahbah Az Zuhaili dalam bukunya fiqih Islam Wa’adillatuhu zakat wajib pada lima macam harta, yaitu: uang, barang tambang, barang perdagangan, tanaman, dan buah-buahan, binatang ternak yaitu: unta, sapid an kambing.

a. Zakat emas, perak, dan uang

Emas dan perak dipandang sebagai benda yang mempunyai nilai tersendiri dalam masyarakat. Emas dan perak dibuat untuk berbagai macam perhiasan, terutama emas untuk kaum wanita disamping perhiasan yang dipakai sehari-hari seperti cincin, kalung,

(32)

26

gelang, anting-anting dan lainnya, juga dibuat untuk hiasan dalam rumah tangga, seperti bejana, ukir-ukiran, souvenir dan lainnya.

Mengenai emas dan perak yang dimiliki seseorang bila telah sampai nishabnya dikenakan zakatnya. Di samping itu, emas dan perak juga dijadikan standar dalam menentukan nishab uang yang

wajib dikeluarkan zakatnya.11

Zakat emas dan perak dikeluarkan secara wajib setelah

memenuhi syarat-syarat tertentu. Yaitu: mencapai nisa>b, telah

berumur satu tahun, nisa>b zakat emas adalah dua puluh misqal atau dua puluh dinar zakatnya 2,5%. Sedangkan perak nisa>bnya 595 gr

dan zakatnya 2,5%. 12

b. Zakat barang tambang

Hasil tambang emas dan hasil tambang perak, apabila sampai satu nisab, wajib dikeluarkan zakatnya pada waktu itu juga dengan tidak disyaratkan sampai satu tahun, seperti pada biji-bijian dan

buah-buahan.13

c. Zakat perdagangan

11 M. Ali Hasan, Zakat Dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial Di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), 38.

12 Ismail Nawawi, Zakat Dalam Prespektif fiqh, sosial dan Ekonomi, (Surabaya: Putra Media Nusantara, 2010) 21.

(33)

27

Harta yang dapat berkembang sehingga wajib dizakati sebagaimana binatang ternak. Para ulama sependapat bahwa harta yang dipersiapkan untuk jual beli, wajib dizakati apabila telah

mencapai haul (satu tahun). nisa>b zakat perdagangan disamakan

dengan zakat emas sebanyak 85% dan zakatnya 2,5%. 14

d. Zakat hasil tanaman

Zakat pertanian terkaitkan dengan zakat tanaman, tumbuhan, buah-buahan dan hasil pertanian lain yang telah memenuhi persyaratan wajib zakat. Nisa>b dari zakat pertanian adalah 635 kg, zakatnya sebanyak 5% jika diairi dengan irigasi dan 10 % jika tidak

diari dengan irigasi. Berikut cara menghitung nisa>b dan nilai

uangnya dari zakat tanaman padi. 15

Nisa>bnya sebanyak 635 kg.

Semisal harga padi : 2500

Nisa>bnya 653 X 2500 : Rp. 1.632.500

1) 10/100 X 1.632.500 : Rp. 163.250

2) 5/100 X 1.632.500 : Rp. 81.625

14 Adil Sa’id, Fiqhun Nisa, Shiyam Zakat Haji, Abdurrahim, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2008), 196.

(34)

28

Jadi hasil nisa>bnya sebesar Rp. 1.632.500 maka zakatnya sebesar Rp. 163.250 jika menggunakan air tadah hujan (10%) atau Rp. 81.625 jika tidak menggunakan tadah hujan (5%).

e. Zakat hewan atau binatang ternak

Binatang binatang ternak yang wajib dizakati hanya ada tiga jenis, yaitu unta, sapi, dan kambing. Zakat hewan wajib dikeluarkan

jika 1) sudah memenuhi nisa>b. yaitu, 5 ekor untuk unta, 30 ekor

sapid an 40 ekor untuk domba. 2) telah mencapai satu tahun. 3) digembalakan. 4) tidak digunakan untuk keperluan pribadi dan tidak

dipekerjakan. 16

E. Rukun Zakat dan Syarat Zakat

a. Rukun zakat

Rukun zakat ialah mengeluarkan sebagian dari nishab (harta), dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai milik orang fakir, dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada wakilnya, yakni imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat.

b. Syarat Zakat

Syarat wajib zakat, yakni kefarduannya, ialah sebagai berikut:

(35)

29

1. Merdeka

yaitu zakat tidak wajib atas hamba sahaya karena hamba sahaya tidak mempunyai hak milik. Tuannyalah yang memiliki apa yang ada ditangan hambanya.

2. Islam

yaitu zakat tidak wajib atas orang kafir karena zakat merupakan ibadah mahdhah yang suci sedangkan orang kafir bukan orang yang suci.

3. Baligh dan Berakal

Keduanya dipandang sebagai syarat oleh mazhab Hanafi. Dengan demikian, zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil dan orang gila sebab keduanya tidak termasuk dalam ketentuan orang wajib mengerjakan ibadah.

4. Harta yang Dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati.

Harta yang mempunyai kriteria ini ada lima jenis yaitu: a) uang, emas dan perak, b) barang tambang dan barang temuan, c) barang dagangan, d) hasil tanaman dan buah-buahan, e) binatang ternak.

(36)

30

Maksudnya ialah nisab yang ditentukan oleh syara sebagai tanda kayanya seseorang dan kadar-kadar berikut yang mewajibkannya zakat.

6. Harta yang dizakati adalah milik penuh.

Mazhab hanafi berpendapat bahwa yang dimaksud dengannya ialah harta yang dimiliki secara utuh dan berada ditangannya sendiri yang benar-benar dimiliki.

7. Kepemilikan harta telah mencapai setahun.

Menurut madzhab syafi’I dan maliki sesampainya masa setahun menjadi syarat dalam zakat perdagangan dan binatang. Tetapi, dia tidak menjadi syarat bagi zakat buah-buahan, barang tambang, dan barang temuan.

8. Harta tersebut bukan termasuk harta hutang.

9. Harta yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok.

Madzhab hanafi mensyaratkan agar harta yang wajib dizakati terlepas dari utang dan kebutuhan pokok Sebab orang yang sibuk mencari harta untuk kedua hal ini sama dengan orang yang tidak

mempunyai harta. 17

(37)

31

Adapun syarat harta yang akan dikeluarkan sebagai zakat

1) Milik penuh, yaitu harta tersebut merupakan milik penuh individu yang

akan mengeluarkan zakat.

2) Berkembang, yaitu harta tersebut bisa berkembang bila dijadikan

sebagai usaha.

3) Mencapai nisa>b, yaitu harta tersebut adalah telah mencapai

jumlah/ukuran tertentu sesuai dengan ketetapan, harta yang tidak

mencapai nisa>b tidak wajib dizakatkan dan dianjurkan untuk berinfak

atau bersedekah.

4) Lebih dari kebutuhan pokok, yaitu orang yang berzakat hendaklah

kebutuhan pokok untuk hidupnya terpenuhi terlebih dahulu.

5) Bebas dari hutang, bisa seseorang memiliki hutang yang belum bisa

membayarnya dan mengakibatkan tidak terpenuhi nisa>bnya maka harta tersebut bebas dari kewajiban berzakat.

6) Berlaku satu tahun (haul), kepemilikan harta tersebut telah mencapai

satu tahun khusus untuk ternak, harta simpanan dan harta perniagaan. Hasil pertanian, buah-buahan dan barang temuan tidak memiliki syarat

haul atau harus mencapai satu tahun. 18

(38)

32

F. Orang-Orang Yang Berhak Menerima Zakat

Zakat, seperti telah disinggung dalam uraian terdahulu, diwajibkan sebelum Rasullah SAW hijrak ke madinah. Pada waktu itu, penerima zakat hanyalah mereka yang tergolong fakir dan miskin. Pembagian kedalam delapan ashnaf, seperti yang kita kenal sekarang, berlaku tahun ke-9 H tahun Rasullah SAW menetapkan di madinah. Pembagian kedalam delapan ashnaf itu didasarkan kepada fiman Allah SWT seperti terlihat

dalam surat At-Taubah ayat 60. 19

                                       

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang

diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. 20

1. Fa>kir

adalah orang yang sangat membutuhkan santunan karena tidak memiliki apa-apa, atau memiliki tetapi tidak mencukupi kebutuhan pokok.

2. Miskin

adalah orang yang masih perlu pada santunan, sebagian kebutuhan pokok bisa dicukupi. Jadi, kondisi ekonominya lebih baik dan lebih tenang dari pada golongan pertama.

19 Baihaqi, Fiqih Ibadah, (Bandung: Tiara Wacana, 1996), 114.

(39)

33

3. A>milin

Adalah para petugas zakat. Baik mereka yang bertugas mengambil dan menghimpun harta zakat dari para wajib zakat, atau yang bertugas menyimpan dan menjaganya di tempat penyimpanan, atau yang bertugas mencatat dan mendokumentasinya dalam kantor, maupun yang bertugas membagikannya kepada orang yang berhak menerimanya, dan menyalurkan kepada sector-sektornya sesuai yang telah ditetapkan oleh syariat islam.

4. Mu’allaf

Mereka adalah, orang-orang yang perlu dijinakkan hatinya. Yaitu, orang-orang yang ada kecenderungan terhadap islam, atau untuk memantapka pilihan yang telah diyakininya (yaitu, Islam) atau sebagai pendekatan guna memperoleh simpati mereka dalam rangka melindungi kaum muslimin, atau untuk meredakan kejahatan mereka terhadap kaum muslimin.

5. Riqab

Yaitu memberikan zakat kepada orang yang baru dimerdekakan oleh tuannya.

6. Ghaa>rimin

(40)

34

menghambur-hamburkan harta dan bermaksiat kepada Allah, tidak layak untuk dibantu.

7. Sabilillah

Adalah kepentingan dijalan Allah, atau orang yang berjuang untuk kepentingan islam.

8. Musa>fir

Adalah orang yang bepergian. Maksudnya, orang bepergian yang kehabisan perbekalannya, meski dia termasuk orang kaya dan mampu di negeri sendiri. Sebab, islam memang telah menetapkan untuk keperluannya dan menjaga kehormatannya, dengan menetukan untuknya

bagian dari harta zakat. 21

G. Tinjauan Umum Tentang Ikan Bandeng Hasil Tambak

Dari penjelasan diatas, diketahui ketentuan-ketentua zakat yang diantaranya meliputi tentang macam dan jenis harta yang wajib dikeluarkan zakatnya beserta rukun syarat dan siapa saja orang yang berhak menerimanya. Salah satu hal penting yang perlu dipahami adalah soal harta yang wajib dizakati pada masalah harta. Ini diperlukan

mengingat adanya perkembangan terhadap apa yang disebut dengan harta yang tidak ditemukan dan dijelaskan pada masa Nabi. Secara umum, selain apa yang dijelaskan di atas diketahui beberapa harta yang wajib dizakati,

(41)

35

yaitu: binatang ternak, emas dan perak, biji makanan yang

mengenyangkan, buah-buahan harta perniagaan dan perdagangan. 22

Kelima jenis harta benda yang wajib dizakati ini berdasarkan pada Hadis Nabi yang tentunya sesuai dengan perkembangan harta yang dimiliki manusia pada zamannya. Permasalahan kemuadian timbul ketika banyak jenis harta yang dimiliki manusia dan belum dijelaskan mengenai zakatnya pada masa Nabi. Seperti misalnya harta kepemilikan berupa surat berharga, zakat gaji yang sekarang masih menjadikan perdebatan atau hasil bumi lainnya yang tidak tertera didalam Hadis. Kategori-kategori masyarakat modern terhadap penghasilan yang tidak dijelaskan pada masa Nabi sekarang telah menjadi perdebatan. Seperti kategori mengeluarkan zakat ikan bandeng hasil tambak, yang tidak banyak ditemukannya dalam Al-Qur’an maupun Hadits Nabi.

Zakat merupakan suatu kewajiban yang dilakukan oleh seluruh umat Islam jika sudah memiliki kekayaan lebih dan cukup satu nisa>b. Maka dari sini kita bisa melihat apakah harta yang mereka dapatkan dari hasil tambak yang tidak disebutkan didalam Al-Qur’an maupun Hadits Nabi termasuk wajib zakat. Salah satu penghasilan yang wjib diketahui wajib tidaknya zakat adalah yang diperoleh dari hasil tambak ikan bandeng. Sebelumnya kita akan melihat bagaimana proses pengolahan zakat ikan bandeng yang dilakukan oleh para petani tambak di Desa Randuboto.

(42)

36

Rata-rata petani tambak ikan bandeng di Desa Randuboto dalam pembuatan tambak. Yakni, tambak dibuat dari tanah ada juga yang dari bata dengan rangka beton dan didalam tambak dibuat semacam gunung-gunung yang digunakan pertumbuhan lumut dan lekukan-lekukan untuk

perkembangbiakan ikan bandeng. 23

Sebelum dilakukan penyebaran benih ikan bandeng tambak harus dipersiapkan terlebih dahulu. Persiapan juga meliputi perbaikan pintu air yang berguna untuk penggantian saluran air. Kemudian melakukan pengelolaan tanah, pengapuran tanah, dan pemupukan tanah didalam pemupukan tanah terdapat dua jenis pupuk yang dipakai yaitu pupuk kandang dan pupuk dari pabrik. Dasar tambak secara berkala perlu diolah dan dikeringkan terlebih dahulu agar kesuburan tanah dan pertumbuhan makanan alami terjamin terutama lumut. Pengelolaan dan pengeringan tambak bertujuan untuk menghilangkan senyawa asam sulfina (H2S) dan senyawa yang beracun lainnya yang mungkin terbentuk selama tanah dasar

tambak terendam oleh air. 24

Warga randuboto rata-rata petani tambak jadi tidak heran kalau Desa Randuboto merupakan desa yang kaya akan hasil ikan tambak, maka sangat wajar kalau ikan bandeng harus dikeluarkan zakatnya karena ikan bandeng bisa mendapatkan uang yang sangat banyak. Para petani tambak di Desa Randuboto dalam mengeluarkan zakatnya ada yang setiap pane

(43)

37

nada juga yang setiap tahunmereka tidak mengetahui zakat apa yang meraka jadikan sebagai landasan karena mereka dalam mengeluarkan zakatnya sesuai persepsi atau anggapan mereka sendiri yang terpenting mereka sudah berniat zakat dan mengeluarkan sebagian dari hasil tambak yang mereka miliki.

Memang didalam Al-Qur’an dan Hadis belum ada penjelasan secara spesifik mengenai zakat ikan bandeng hasil tambak. Namun didalam penjelasan imam Ahmad berpendapat, bahwa barang yang dihasilkan dari laut seperti ikan mutiara dab lain-lain dikenakan zakat jika jumlah harganya sejumlah harga hasil bumi senisa>b. sedangkan sebagian lain menjelskan. Jumhur Ulama, berpendapat bahwa semua hasil laut baik berupa mutiara. Maupun merjan (manik-manik) maupun ikan tidak wajib

dikeluarkan zakatnya. 25

Dari sini kita mengetahui bahwa tidak ada ketentuan secara tegas mengenai zakat ikan bandeng hasil tambak. Namun, ikan bandeng bisa kita kategorikan menggunakan zakat pertnian yang pengeluarannya dilakukan setiap kali mendapatkan panen. Ini bisa kita lihat dari Qur’an surat

Al-ayat 267 yang artinya 267. “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah

(di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian

dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu”. Dari sini sudah

jelas bahwa semua harta yang kita usahakan dengan cara yang baik dan benar itu wajib untuk dikeluarkan zakatnya.

(44)

38

Ada juga ayat Al-Qur’an surat Al-An-am ayat 141 yang artinya “dan tunaikanlah haknya dihari memetik hasinya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin) dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. Berangkat dari sin,

ayat itu menjelaskan bahwa menunaikan zakat setelah memetik hasilnya dan memberikannya kepada fakir miskin. Karena zakat ikan bandeng bisa mengalami dua kali panen dalam setahun maka dikategorikan menggunakan zakat pertanian. Dan berikut cara penghitungan zakat ikan

bandeng.

Cara menghitung zakat ikan bandeng yakni:

Nisa>b = 653 kg.

Semisal ikan bandeng 1 ton = 1000 kg.

1000 = sudah melebihi satu nisa>b.

5% X 1000 = 50 kg

10% X 1000 = 100 kg. ikan bandeng atau uang seharga dengannya.

(45)

39

Shadaqah adalah suatu pemberian yang dengannya diharapkan

semata-mata untuk mencari ganjaran akhirat. 26 Secara lughawi lafad

shadaqah itu diambil dari kata ash-shiddiq yang berarti “benar”, sehingga imam An-Nawawi berpendapat bahwasanya shadaqah merupakan wujud pembenaran orang yang bershadaqah atas kebenaran imannya, baik itu secara lahir maupun batin.

Shadaqah itu berbeda dengan zakat, sebab zakat merupakan sebuah kewajiban untuk mengeluarkan sebagian harta yang kita miliki berdasarkan pada ketentuan yang tetah ditetapkan yaitu ketika mencapai nisab dan dengan jumlah yang telah ditentukan. Sedangkan shadaqah itu keharusan

yang bersifat suka rela.27

I. Dasar Hukum Shadaqah

Sama halnya dengan ketentuan zakat, ketentuan dan anjuran tentang sedekah juga banyak ditemukan dalam Al-Qur’an. Sedekah dianggap sebgai sarana tolong menolong antara sesame umat Islam mempunyai landasan teori yang sangat kuat didalam Al-Qur’an.

Berbeda dengan zakat yang dijelskan waktu dan batasannya. Waktu sedekah dianjurkan agar setiap waktu. Berdasarkan dalil Al-Qur’an, adapun

Al-Qur’an sebagaimana firman Allah SWT surat al-Baqarah ayat 245. 28

26 Qadir Hasan, Kata Berjawab Solusi Untuk Berbagai Permasalahan Syariah, (Surabaya: Pustaka Progresif, 2006), 36.

27 Husnul Albab, Infaq dan Shadaqah, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2013), 107.

(46)

40  ✁                       

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan

kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. 29

Hukum shadaqah ialah sunnah, hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT sebagai berikut yusuf (88).

          

“dan bersedekahlah kepada Kami, Sesungguhnya Allah memberi

Balasan kepada orang-orang yang bersedekah". 30

Dianjurkan untuk bersedekah dengan harta yang paling baik dan paling disukai, berdasarkan firman Allah surat Ali-imran ayat 92.

                     



“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah

mengetahuinya”. 31

J. Hukum Sedekah

Sedekah hukumnya sunnah muakkadah, berdasarkan. Namun ia bisa menjadi haram jika pemberi sedekah tahu atau menduga kuat bahwa penerimanya akan membelanjakan uang hasil sedekah tersebut untuk hal-hal yang tidak baik dan maksiat kepada Allah.

29 Departeman Agama, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mahkota, 1989), 60. 30 Ibid,. 2046.

(47)

41

Di waktu lain, sedekah bisa menjadi wajib jika pemberi sedekah mendapati seseorang yang benar-benar dalam kondisi kritis dan membutuhkan sedekahnya, dan sipemberi sedekah memiliki persediaan yang melebihi kebutuhan pokok. Dalam kondisi darurat ini, ia wajib bersedekah demi mempertahankan nyawa orang yang ditemuinya dan demi menjaga keselamatannya dari kebinasaan ( kematian ). Jika nafsu dirinya tidak mengizinkannya untuk memberikan sedekah tersebut demi mendekatkan diri kepada allah dan mencari keridhaan-Nya, maka hendaklah ia memberi dengan kompensasi imbalan tertentu. Bahkan, dalam kondisi nyaris mati, orang yang terdesak kebutuhan ini boleh “memerangi “ orang yang membawa bekal jika ia memang menolak memberinya sedikit saja bekal yang ia bawa dan ia tidak berdosa dengan tindakan tersebut. Jika ia membunuh terdesak karena kelaparan, maka dosanya dibebankan kepada

penduduk di kawasan kejadian perkara. 32

K. Orang Yang Mendapatkan Sedekah

Sama halnya dengan ketentuan zakat. Orang yang berhak menerima sedekah juga dirincikan dalam ketentuan Al-Qur’an. Adapun golongan yang berhak menerima sedekah adalah:

(48)

42

a. Kerabat

Yang paling utama mengkhususkan sedekah kepada para kerabat, kemudian tetangga. Mereka lebih berhak dari pada orang lain.

Dalam hal ini diterangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 177.

                                                                                           

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar

(imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa”. 33

b. Orang yang sangat membutuhkan

Sedekah dianjurkan kepada orang yang membutuhkan. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al-Balad ayat 16

     

“ Atau kepada orang miskin yang sangat fakir”. 34

(49)

43

c. Orang kaya

Bani Hasyim orang kafir dan orang fasik, Sedekah boleh diberikan kepada orang kaya sekalipun termasuk kerabat. Jadi sedekah itu boleh diberikan kepada siapapun entah itu dari golongan orang kaya atau diberikan kepada kerabat

Nabi Saw mengikrarkan dalam hadits dikitab shahih Bukhari Muslim dari Abu Hurairah, sedekahnya seseorang kepada pencuri, pezina, dan orang kaya. Nabi Saw bersabda:

ﻰَﻠَﻋ َﻚُﺘَـﻗَﺪَﺻ ﺎﱠﻣَأ

َأَو ِﻪِﺘَﻗِﺮَﺳ ْﻦَﻋ ﱠﻒِﻌَﺘْﺴَﻳ ْنَأ ُﻪﱠﻠَﻌَﻠَـﻓ ٍقِرﺎَﺳ

ﱠﻒِﻌَﺘْﺴَﺗ ْنَأ ﺎَﻬﱠﻠَﻌَﻠَـﻓ ُﺔَﻴِﻧاﱠﺰﻟا ﺎﱠﻣ

ْﻦَﻋ

ُﻪﱠﻠﻟا ُﻩﺎَﻄْﻋَأ ﺎﱠِﳑ ُﻖِﻔْﻨُـﻴَـﻓ ُِﱪَﺘْﻌَـﻳ ُﻪﱠﻠَﻌَﻠَـﻓ ﱡِﲏَﻐْﻟا ﺎﱠﻣَأَو ﺎَﻫﺎَﻧِز

"Adapun shadaqah kamu kepada pencuri, mudah-mudahan dapat mencegah si pencuri dari perbuatannya, sedangkan shadaqah kamu kepada pezina, mudah-mudahan dapat mencegahnya berbuat zina kembali dan shadaqah kamu kepada orang yang kaya mudah-mudahan dapat memberikan pelajaran baginya agar

menginfaqkan harta yang diberikan Allah kepadanya". 35

Akan tetapi, dianjurkan bagi orang kaya agar tidak menerima sedekah. Sedekah itu boleh bagi Bani Hasyim, tidak bagi beliau untuk memuliakan beliau. Sedekah juga boleh diberikan kepada orang fasik, kafir, yahudi dan nasrani, majusi, dan kafir dzimmi atau harbi.

d. Sedekah untuk mayit

Sedekah itu bermanfaat bagi mayit. Sedekah berupa makanan, minuman, pakaian, dirham dan dinar, juga bermanfaat do’a baginya (ya Allah ampunilah dia) menurut ijma. Bersedekah kepadanya tidak boleh

(50)

44

dilakukan dengan amal fisik seperti memberikannya amal sholat dan puasa. Adapun bacaan Al-Qur’an seperti Al-Fatihah, malik dan syafi’I berkata “itu tidak bermanfaat baginya” sedangkan pendapat kebanyakan

ulama adalah menyatakan itu bermanfaat. 36

L. Sifat-Sifat Harta Yang Disedekahkan

Ajaran islam menghimbau kepada umatnya agar dalam membelanjakan sebagaian untuk shadaqah hendaknya tetap berpijak pada prinsip bahwa barang/harta tersebut adalah sesuatu yang halal, yang bernilai, sesuatu yang masih mengandung manfaat dan berharga menurut penilaian umu. Sebaliknya barang yang sudah tidak berharga atau kadar uang yang sangat kecil nilainya, yang oleh pemberinya sendiri sudah tidak dihargai seyogyanya tidak lagi dishadaqahkan kepada orang lain. Beberapa ayat Al-Qur’an menerangkan tentang sifat barang yang sepatutnya

dishadaqahkan kepada pihak lain, 37antara lain surat Al-Baqarah ayat 177.

✂✄✄ ✂                  

“Dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta, dan kepda

orang yang akan membebaskannya dari hamba sahaya”. 38

M. Hal-Hal Yang Dapat Membatalkan Sedekah

36 Wahba Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa adillatuhu, Abdul Hayyie, Jilid 3, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 361.

(51)

45

a. Riya’ atau pamer

Yang dimaksud oleh riya’ atau pamer ialah, saat bersedekah bukan dengan mencari ridho Allah Swt, tetapi agar dapat dilihat oleh orang lain. Sama seperti itu ialah sengaja menceritakan kepada orang lain, atau senang kalau sedekah yang diberikan itu diketahui oleh orang lain dengan maksud-maksud tertentu yang bersifat duniawi.

b. Menyebut nyebut sedekah

Yaitu kebajikan yang pernah dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain. Kemudian ia membangga-banggakan pemberiannya kepada orang miskin dan membesar-besarkannya. Seperti, ia berkata kepada orang miskin tadi.

c. Menyakiti hati orang lain.

Maksudnya ialah menyekiti perasaan orang miskin yang diberisedekah dan melecehkan harga dirinya. Baik dari perkataan atau

dari perbuatan. 39

(52)

46

BAB III

PRAKTEK ZAKAT IKAN BANDENG DI DES

Gambar

 TABEL 1.2
TABEL 1.3
  TABEL 1.5
  TABEL 1.7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kesehatan berhubungan secara bermakna dengan beban dan tingkat depresi caregiver dalam merawat lansia dengan demensia.. Dalam hal

Profil kecepatan suara di perairan laut Bengkulu memiliki korelasi yang sangat erat antara temperatur, salinitas, dan kecepatan suara terhadap kedalaman, yaitu menunjukkan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi lokasi sebaran titik panas di Provinsi Riau, serta memetakan daerah-daerah yang berpotensi mengalami kebakaran

.sehingga yang menjadi hasil penelitian ini adalah Faktor dalam pelaksanaan hukuman pelatihan sebagai sistem pemidanaan bagi anak pengedar narkotika yaitu faktor intelegensia,

Gambaran ini mengindikasikan bahwa pada siswa yang meiliki motivasi belajar rendah, ditemukan bahwa secara signifikan hasil belajar matematika yang diajar melalui

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperoleh 3 (tiga) rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu Bagaimana penerapan perhitungan cadangan

Sistem merupakan sekumpulan elemen yang saling berhubungan dan bertanggung jawab dalam melaksanakan proses pengolahan data dari suatu masukan (Input), sehingga